• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Dan Keputusan Investasi Sebagai Variabel Intervening

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Dan Keputusan Investasi Sebagai Variabel Intervening"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang dapat dikaitkan dengan harga saham dan profitabilitas. Harga saham yang tinggi akan berdampak pada nilai perusahaan yang tinggi. Adapun yang dimaksud dengan harga saham di atas adalah harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar bursa (Bursa Efek Indonesia), atau lebih tepatnya disebut harga penutupan (clossing price) saham di pasar bursa. Profit yang maksimal akan mendorong kemakmuran bagi para pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan. Kemakmuran pemegang saham meningkat jika harga saham yang dimilikinya juga meningkat.

Nilai perusahaan juga dapat diukur dengan menggunakan nilai wajar pasar saham. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai wajar pasar sahamnya ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran di bursa, yang tercermin dalamlisting price. Harga pasar mencerminkan berbagai keputusan dan kebijakan manajemen, sehingga nilai perusahaan merupakan akibat dari tindakan manajemen.

(2)

Sedangkan menurut Keowndkk., (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas pemegang saham yang beredar.

Dalam mengelola perusahaan para pemegang saham sebagai principal

dapat menunjuk para profesional (manajerial) atau sering juga disebut sebagai agen untuk mencapai tujuan perusahaan. Agency theory menyatakan, pihak manajemen bisa saja bertindak mengutamakan kepentingan dirinya sendiri (Jensen dan Meckling, 1976). Terjadinya konflik yang disebut dengan agency conflict disebabkan pihak pihak yang terkait, yaitu principal dan agen mempunyai keinginan yang saling bertentangan. Agency conflict dapat menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Oleh karena itu principal

membutuhkan berbagai informasi mengenai tindakan manajemen dalam mengelola perusahaan.

Adapun tujuan yang ingin dicapai perusahaan tersebut adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Nilai pemegang saham akan meningkat apabila diikuti dengan peningkatan nilai perusahaan, yang ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada para pemegang saham. Menurut Soliha dan Taswan (2002), nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan pemilik perusahaan sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi akan menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.

(3)

meningkat. Untuk mencapai nilai perusahaan, umumnya para investor menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, manajer membuat keputusan investasi yang menghasilkan

Net Present Valuepositif.

Menurut Brigham dan Houston (2006) yang menjelaskan rasioPrice Book Value (PBV) mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan (Utama & Yulianto, 1998). Semakin tinggi rasio tersebut semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Anis, 2004). Dalam hal ini peneliti menggunakan PBV sebagai alat untuk mengukur nilai perusahaan.

Penelitian ini menggunakan istilah nilai perusahaan dengan Price Book Value (PBV), dimana PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya bahwa prospek perusahaan tersebut bagus (kemakmuran para pemegang saham terjamin). Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha dan Taswan, 2002).

(4)

1998). Semakin tinggi rasio tersebut semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Anis, 2004). PBV dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Fakhruddin dan Hadianto (2001) dalam Ayuningtiyas ) :

(PBV) = Harga saham

Nilai Buku Sahamx100%

2.1.2 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (Pemegang Saham) karena profitabilitas adalah hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan oleh para pemegang saham dan juga mencerminkan pembagian laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai dividen tunai ataupun dividen saham kepada mereka (Jusriani dan Shiddiq, 2013). Menurut (Soliha dan Taswan, 2002) menyatakan bahwa profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak.

(5)

tetapi yang paling penting adalah profitabilitas mana yang akan digunakan. Tujuannya adalah semata mata sebagai alat mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam perusahaan yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Brigham dan Gapenski (2006), Profitability is the net results of a number of policies and decisions. Maksudnya profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan perusahaan. Setiap perusahaan yang didirikan, berorientasi kepada profit yang dihasilkan dengan tidak mengorbankan kepentingan pelanggannya, agar mendapatkan kepuasan. Perolehan profit merupakan ukuran keberhasilan kinerja finansial perusahaan. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan profit perusahaan yang diproksikan denganReturn On Assets(ROA).

Rasio profitabilitas yang diukur dengan Return on asset(ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.

ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi perusahaan secara keseluruhan. Semakin tinggi rasio proitabilitas ini, maka semakin baik suatu perusahaan.

Penelitian ini menggunakan istilah profitabilitas dengan Return On Assets

(ROA), karena ROA merupakan salah satu dari rasio profitabitas. Rasio ROA mencerminkan hasil dari dana yang diinvestasikan oleh investor. Para investor menanamkan sahamnya pada perusahaan bertujuan untuk memperoleh

(6)

diharapkan oleh para investor. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan diminati sahammnya oleh para investor.

ROA ini merupakan salah satu faktor yang penting dalam menciptakan nilai perusahaan. Perbaikan ROA merupakan cerminan dari perbaikan profitabilitas, yang dapat dijadikan sebagai titik awal dari pencapaian skala ekonomi yang relevan, pengurangan biaya pencarian hubungan antara perusahan dengan konsumen dan supplier, pengurangan biaya overhead yang tidak memberi nilai tambah pada produk dan mengeliminasi biaya yang tidak memberikan kontribusi terhadap kebutuhan konsumen. Hasil penelitian Soliha dan Taswan (2002) juga menghasilkan hubungan positif signifikan antara profitabilitas dengan nilai perusahaan. Dengan demikian profitabilitas yang diproksikan ke Return On Asset (ROA) dapat mempengaruhi nilai perusahaan, yang diukur dengan skala rasio dan besarnya dinyatakan dengan persentase (%), atau dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Winarsi Endang, 2010) :

(ROA) =Laba sebelum pajak

Total Aktiva x100%

Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan kedalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. ROE dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Syamsuddin Lukman, 2007) :

(ROE) =Laba bersih setelah pajak

(7)

Return on Investment (ROI) merupakan pengukuran terhadap efisiensi penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah pajak. ROI dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Syamsuddin Lukman, 2007) :

(ROI) =Laba bersih setelah pajak

Total Aktiva x100%

Net Profit Margin (NPM) merupakan pengukuran terhadap seberapa besar total penjualan yang dilakukan dapat memperoleh laba bersih terhadap perusahaan. NPM dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Syamsuddin Lukman, 2007) :

(NPM) =Laba bersih setelah pajak

Penjualan x100%

2.1.3 Kebijakan Hutang

Hutang adalah instrumen yang sangat sensitive terhadap perubahan nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya. Para pemilik perusahan lebih suka perusahan menciptakan hutang pada tingkat tertentu untuk menaikan nilai perusahaan.

(8)

perusahaan besar relatif lebih mudah untuk memenuhi sumber dana dari hutang melalui pasar modal.

Menurut Mardiyati, et. al, (2012) kebijakan hutang merupakan kebijakan perusahaan tentang seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan hutang. Terdapat beberapa teori tentang pendanaan hutang dengan hubungan terhadap nilai perusahaan yaitu:

a. Teori struktur modal dari Miller dan Modligiani (Capital Structure Theory) Pada teori ini mereka berpendapat bahwa dengan asumsi tidak ada pajak, bancruptcy cost, tidak adanya informasi asimetris antara pihak manajemen dengan para pemegang saham, dan pasar terlibat dalam kondisi yang efisien, makavalueyang bisa diraih oleh perusahaan tidak terkait dengan bagaimana perusahaan melakukan strategi pendanaan. Setelah menghilangkan asumsi tentang ketiadaan pajak, hutang dapat menghemat pajak yang dibayar (karenahutang menimbulkan pembayaran bunga yang mengurangi jumlah penghasilan yang terkena pajak) sehingga nilai perusahaan bertambah.

b. Trade Off Theory

Pada teori ini menjelaskan bahwa semakin tinggi perusahaan melakukan pendanaan menggunakan hutang maka semakin besar pula resiko mereka untuk mengalami kesulitan keuangan karena membayar bunga tetap yang terlalu besar bagi para debtholders setiap tahunnya dengan kondisi laba bersih yang belum pasti (bancruptcy cost of debt).

c. Pendekatan teori keagenan(Agency Approach)

(9)

saham dengan manajer sebenarnya adalah konsep free cash flow.Tetapi ada kecenderungan bahwa manajer ingin menahan sumber daya (termasuk free cash flow) sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan terkait free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan (untuk membayar bunga).

d. TeoriSignalling

Jika manajer memiliki keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat, manajer tersebut tentunya ingin mengkomunikasikan hal tersebut kepada para investor. Manajer bisa menggunakan utang yang lebih banyak, yang nantinya berperan sebagai sinyal yang lebih terpercaya. Ini karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Investor diharapkan akan menangkap sinyal tersebut, sinyal yang mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai prospek yang prospektif di masa depan. Jadi, kita dapat menyimpulkan dari penjelasan diatas bahwasanya hutang merupakan tanda atau signal positif dari perusahaan.

(10)

perusahaan. Artinya, perusahaan yang besar relatif lebih mudah untuk akses ke pasar modal. Penelitian ini menggunakan istilah kebijakan hutang dengan Debt to Equity Ratio (DER), karena DER menunjukkan seberapa besar aset perusahaan diperoleh atau didanai dengan hutang. DER juga menunjukkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan hutang yang dimilikinya. Dengan demikian kebijakan hutang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. DER dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Syamsuddin Lukman, 2007) :

(DER) =Total Hutang

Total Modal x100%

2.1.4 Kebijakan Dividen

Dividen merupakan bagian dari net profit (laba bersih) yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Dividen merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan pada umumnya dapat dilakukan secara berkala baik dalam bentuk uang (Cash), dividen saham (Stock Dividend), dan dividen ekstra. Dividen ekstra diberikan sebagai tambahan pembayaran dividen pada pemegang saham karena adanya kelebihan harga yang diperoleh perusahaan dari yang diprediksikan. Dividen ekstra biasanya diberikan oleh perusahaan yang menganut kebijakan dividen kecil yang teratur (Hermuningsih, 2007).

(11)

sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh. Kebijakan dividen adalah kebijaksanaan yang berhubungan dengan pembayaran deviden oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan (Hermuningsih, 2009).

Apabila manajemen meningkatkan porsi laba perlembar saham yang dibayarkan sebagai dividen, maka pihak manajemen dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Hal ini menyarankan bahwa keputusan dividen yaitu jumlah dividen yang dibayarkan merupakan suatu hal yang sangat penting. Dalam banyak hal dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehingga timbul the residual theory of dividend. Di samping itu ada juga yang mempertimbangkan pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan, sehingga timbul peranan dividen dalam mengurangi masalah keagenan (agency problems), dan masih banyak lagi pertimbangan manajemen dalam menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan.

(12)

Kebijakan Dividen adalah salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan (Tampubolon, 2004). Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa memperbesar sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan, sehingga akan menaikkan nilai perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen dalam penelitian ini adalahDividend Payout Ratio(DPR) (Brigham dan Houston, 2006).

(13)

Penelitian ini menetapkan dividend payout ratio sebagai proksi kebijakan dividen, didasarkan suatu pertimbangan bahwa DPR lebih banyak digunakan untuk mengukur persentase dividen tunai yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham atas laba per lembar saham yang dihasilkan dalam periode akuntansi, dari pada rasio dividen lainnya. Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001) dalam Ayuningtiyas (2013), Dividend Payout Ratio adalah rasio antara dividen yang dibayarkan dibandingkan dengan jumlah laba bersih per lembar saham yang diperoleh perusahaan. Besarnya dividend payout ratio dijadikan ukuran oleh para investor yang hendak menanam modal pada saham di bursa efek. DPR dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Fakhruddin dan Hadianto (2001) dalam Ayuningtiyas ) :

(DPR) =Deviden per lembar saham

Laba per Lembar Saham x100% Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki dividend payout ratio

besar menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kinerja finansial yang baik. Perusahaan yang memberikan dividen dalam jumlah yang relatif besar akan melahirkan sentimen positif pada para investor, dan akan membuat para investor termotivasi untuk menanam modal yang dimiliki pada saham perusahaan tersebut. Dari beberapa penjelasan di atas dengan demikian kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

2.1.5 Keputusan Investasi

(14)

investasi di suatu perusahaan menyangkut pemilihan terhadap investasi yang diinginkan untuk memperoleh keuntungan dari berbagai kesempatan investasi yang ada, yaitu dengan memilih salah satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai paling menguntungkan investor.

Keputusan untuk investasi cenderung dilakukan pada aset tetap karena nilainya relatif besar. Gitosudarmo dan Basri (2008) menjelaskan, Suatu perusahaan melakukan investasi terhadap aset tetap dalam beberapa bentuk, seperti penggantian aset tetap, ekspansi atau perluasan, diversifikasi produk, eksplorasi, penelitian dan pengembangan dan lain lain. Beberapa bentuk investasi tersebut merupakan satu set kesempatan investasi yang harus dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengembangkan usaha.

Keputusan investasi adalah penanaman modal dengan harapan akan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang (Jogiyanto, 2010). Menurut

signaling Theory, informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan merupakan hal yang penting. Menurut (Jogiyanto, 2010), informasi yang dipublikasi sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka akan banyak investor yang berinvestasi keperusahaan.

(15)

kekuatan-kekuatan persaingan, dan tindakan-tindakan atau kebijakan-kebijakan pemerintah. Itulah sebabnya, setiap perusahaan yang akan melakukan investasi hendaknya dapat mengantisipasi hal-hal tersebut berdasarkan data historis, perilaku konsumen, survei pasar, dan juga ketajaman intuisi manajer.

Keputusan investasi pada penelitian ini diproksikan dengan Price Earning Ratio(PER). Pendekatan PER merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai dikalangan analisis saham dan para praktisi (Tandelilin, 2001 dalam Ayuningtiyas). Dalam pendekatan price earning ratio atau disebut juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai

earning yang tercermin dalam harga suatu saham. PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning (laba) perusahaan (Tandelilin, 2001 dalam Ayuningtiyas). Dari beberapa penjelasan di atas dengan demikian keputusan investasi yang diproksikan dengan Price Earning Ratio

(PER) dapat mempengaruhi nilai perusahaan. PER dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Fakhruddin dan Hadianto (2001) dalam Ayuningtiyas ) :

(PER) = Harga Saham

Laba per Lembar Sahamx100%

(16)

1. Profitabilitas : menurut Soliha dan Taswan (2002) profitabilitas mempengaruhi nilai perusahaan. Menurut Ayuningtias (2013) profitabilitas berpengruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Gusaptono (2010) profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Kebijakan hutang : menurut Mardiyati et. al. (2012) menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Miller dan Modigliani (1961) dan penelitian Soliha dan Taswan (2002). Akan tetapi menurut Jusriani dan Shiddiq (2013) menyatakan kebijakan hutang yang diproksikan ke Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Kebijakan dividen : menurut Tengku Fryska D Sinar (2014) menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak signifikan dan bernilai negatif terhadap nilai perusahaan. Myers dan Majluf (1984) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Jusriani dan Shiddiq (2013) menyatakan bahwa kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

(17)

2.2 . Review Peneliti Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Dwi Ayuningtiyas dan Kurnia (2013) dengan judul penelitian Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan Dividen dan Kesempatan Investasi sebagai Variabel Antara. Dengan kesimpulan:

a. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Dividen. b. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Kesempatan

Investasi.

c. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan d. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan

melalui Kebijakan Dividen dan Kesempatan Investasi.

2. Penelitian Ika Fanindya Jusriani dan Shiddiq Nur Raharjo (2013) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang, dan Kepemilikan manajerial terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 2011). Dengan kesimpulan penelitian: Profitabilitas (ROE) dan Kebijakan dividen (DPR) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV), sedangkan Kebijakan utang dan Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).

(18)

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010 . Dengan kesimpulan:

a) Kebijakan dividen yang diproksikan dengan variabel Dividend Payout Ratio (DPR) secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang diproksikan dengan PBV. b) Kebijakan hutang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap

nilai perusahaan.

c) Profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. Penelitian Leli Amnah Rakhimsyah dan Barbara Gunawan (2011) dengan judul penelitian Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen dan Tingkat Suku Bunga terhadap Nilai Perusahaan. Dengan kesimpulan: Keputusan investasi berpengaruh terhadap Nilai perusahaan, Keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap Nilai perusahaan, Kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap Nilai perusahaan dan Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.

(19)

Ringkasan review peneliti terdahulu disajikan dalam Tabel 2.1 Tabel 2.1.Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

No Nama/Tahun Judul Variabel Hasil Penelitian

1 Dwi

(20)

No Nama/Tahun Judul Variabel Hasil Penelitian Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Dividend payout ratio

(DPR) secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

(21)

N0 Nama/Tahun Judul Variabel Hasil Penelitian

4. Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

5 Euis Soliha dan Taswan

2002

Pengaruh

Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang

Mempengaruhinya

Variabel Independent: - Kebijakan Hutang - Insider Ownership

- Firm Profitability - Firm Size

Variabel Dependent: - Nilai Perusahaan - Kebijakan Hutang

Hasil Penelitian adalah: 1. Kebijakan hutang

berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).

2. Insider Ownership

berpengaruh

Gambar

Tabel 2.1.Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

Referensi

Dokumen terkait

Program studi yang diusulkan harus memiliki manfaat terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Institusi pengusul memiliki kemampuan dan potensi untuk

Seperti halnya dengan parameter tinggi dan diameter semai jelutung rawa, perbedaan kandungan unsur hara akibat pengaturan konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk

Manajemen yang baik ialah manajemen yang tidak jauh menyimpang dari konsep, dan yang sesuai dengan obyek yang ditanganinya serta tempat organisasi itu berada Hasil

Sebuah data ditempatkan pada suatu site dimana data tersebut banyak di akses oleh pengguna, dan hal ini mempunyai dampak yang baik untuk paralel DBMS yaitu memiliki

penurunan intensitas puncak-puncak difraksi dari azitromisin dihidrat secara signifikan. Semakin banyak perbandingan jumlah polimer hidrofilik HPMC, maka penurunan

Performansi terbaik dari turbin hidrokinetik Darrieus sumbu vertikal yang disusun secara cascade dengan passive variable pitch didapatkan pada kecepatan aliran 0,8

Dari sisi produksi pertanian, sampai dengan tahun 2014 Kabupaten Bandung masih merupakan salah satu pemasok utama komoditi beras dan sayuran dataran tinggi

On selecting the Save button after entering the customer's information, the information will be stored in the persistent store and the table view will be refreshed (reloaded)