• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN YANG Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Antipsikotik Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Poli Rawat Jalan RSJD Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN YANG Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Antipsikotik Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Poli Rawat Jalan RSJD Surakarta."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Meraih Derajat Sarjana

S-1 Keperawatan

Disusun oleh:

REGA SAPUTRA

J 210.080.067

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN YANG

MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI RAWAT JALAN RSJD SURAKARTA

Rega Saputra.*

Arif Widodo, A.Kep., M.Kes ** Vinami Yulian, S.Kep, Ns **

Abstrak

Peran keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa, karena pada umumnya klien gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal dan jenis obat yang akan diminum. Hasil observasi tingkat kepatuhan mengkonsumsi obat di RSJD Surakarta relatif rendah dimana 45% tidak tepat jadwal pengobatan dan mundur dari pengobatan. Keluarga harus selalu membimbing dan mengarahkannya, agar klien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar dan teratur. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan RSJD Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional.

Populasi penelitian adalah pasien gangguan jiwa di poli rawat jalan RSJD Surakarta tahun 2011 sebanyak 2080 pasien. Sampel penelitian adalah 95 pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan rumah sakit jiwa daerah Surakarta mengunakan metode purposive sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner dukungan keluarga yang adopsi dari Nursalam (2008) dan kepatuhan mengkonsumsi obat yang berdasarkan dari teori kepatuhan Niven (2002). Teknik analisis data menggunakan uji Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji Spearman Rho

diperoleh nilai rhohitung sebesar 0,335 dengan tingkat signifikansi (p-value) 0,001.

Nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,001<0,005), maka H0 ditolak sehingga

disimpulkan terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta. Penelitian menyimpulkan bahwa: (1) dukungan keluarga dalam mengkonsumsi obat antipsikotik adalah cukup (66%), (2) kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik adalah cukup patuh (62%), dan (3) terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta.

(4)

The Correlation between Family’s Support with Obedience of drug Antipsychotic consumtion in patients Mentally Disordered in Outpatient

Clinic of District Psychiatry Hospital of Surakarta

Rega Saputra.*

Arif Widodo, A.Kep., M.Kes ** Vinami Yulian, S.Kep, Ns **

ABSTRACT

Family has a major role on the treatment of psychiatric clients for they’re not able to manage and understand their medication schedule and type of medicine itself. The observation of drug taking compliance rate is relatively low in Surakarta RSJD which 45% is not exactly the schedule of treatment and withdrew from treatment. Family must guide psychiatric client to take his medication correctly and regularly. Family takes an important part on medication process of psychiatric client. Psychiatric clients need their family’s support to motivate them during their treatment and medication. This research’s objection is to analyze the correlation between family’s support and obedience of antipsychotic consumption on patient with mental disorder in outpatient clinic of District Psychiatry Hospital of Surakarta. This research was a descriptive-correlative research with cross-sectional approach. The study population was mental patients in an outpatient poly RSJD Surakarta in 2011 as many as 2080 patients. Study sample was 95 patients who experienced a mental disorder in poly outpatient psychiatric hospital Surakarta area using purposive sampling method. The instrument used in this research was the Family’s support from Nursalam (2008) and obedience drug consumption questionnaire from Niven (2002). Techniques of data analysis using Spearman Rho test. The results showed that based on test results obtained by Spearman Rho rhohitung value of 0.335 with a significance level (p-value) 0.001. The value p-value less than 0.05 (0.001 <0.005), then H0 refused to conclude there is a relationship of family support compliance with antipsychotic drugs in patients who experience a mental disorder in poly outpatient mental Regional Hospital Surakarta.The study concluded that: (1) support the family in taking antipsychotic medication is sufficient (66%), (2) compliance with antipsychotic drugs are quite adherent (62%), and (3) there is a relationship with the family support adherence in patients taking antipsychotic drugs who experience mental illness in outpatient poly Regional Hospital Surakarta soul.

Keyword: Family’s Support, The Obedience of medicine consumption, psychiatric client.

(5)

PENDAHULUAN

Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer dikalangan masyarakat awam. Dimasa lalu banyak orang menganggap gangguan jiwa merupakan penyakit yang tidak dapat diobati (Hawari, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, prilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi sehingga mengganggu seseorang dalam proses hidup dimasyarakat. (Nasir dan Muhith 2011).

Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa diperkirakan terus meningkat. Ini disebabkan karena seseorang tidak bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan suatu perubahan atau gejolak hidup. Apalagi di era serba modern ini, perubahan-perubahan terjadi sedemikian cepat, seperti sosial ekonomi dan sosial politik yang tidak menentu serta kondisi lingkungan sosial yang semakin keras sehingga mengganggu dalam proses hidup dimasyarakat. Gangguan jiwa terjadi tidak hanya pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak dari perubahan sosial ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas yang disebabkan karena tidak mampu mengelola stress (Yosep, 2009). Menurut Depkes 2007 saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas

tahun 2007, menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional.

Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa juga terjadi di rumah sakit jiwa daerah Surakarta, jumlah pasien meningkat 100 persen dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, RSJD Surakarta menerima sekitar 2080 penderita per bulan untuk rawat jalan dan sekitar 45-50 penderita per bulan untuk menjalani rawat inap. Sementara pada 2009, RSJD Surakarta hanya menerima 780 penderita per bulan untuk rawat jalan dan 20-25 penderita perbulan untuk menjalani rawat inap.

Hasil wawancara peneliti dengan perawat diperoleh informasi bahwa pada tahun 2009 dari 780 pasien rawat jalan terdapat 525 pasien patuh dalam pengobatan yaitu mereka datang sesuai jadwal yang telah ditentukan, 215 orang datang namun tidak sesuai dengan waktu dan sisanya 40 pasien datang hanya sekali yaitu pada kunjungan pertama. Demikian pula pada tahun 2010 dari 2080 pasien rawat jalan terdapat 1542 pasien yang berkunjung untuk berobat ulang sesuai jadwal, 356 pasien datang namun mundur dari jadwal, dan sisanya 182 pasien hanya berkunjung sekali.

(6)

dikembangkan meliputi terapi obat-obatan anti skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikoreligius. Terapi psikofarmaka harus diberikan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse).

Keberhasilan terapi gangguan jiwa tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainnya, tetapi juga peran serta keluarga dan masyarakat turut menentukan (Hawari, 2001)

Peran keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa. Karena pada umumnya klien gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal dan jenis obat yang akan diminum. Keluarga harus selalu membimbing dan mengarahkannya, agar klien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar dan teratur (Nasir dan Muhith, 2011).

Keberhasilan perawatan di rumah sakit yakni pemberian obat akan menjadi siasia apabila tidak ditunjang oleh peran serta dukungan keluarga. Banyaknya pasien jiwa yang mengalami kekambuhan salah satunya ketidak patuhan mengkonsumsi obat. Keluarga merupakan bagian yang penting dalam proses pengobatan pasien jiwa. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan (Yosep, 2009).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas perlu di teliti hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan RSJD Surakarta.

TUJUAN PENELITIAN

untuk mengetahui apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan RSJD Surakarta.

LANDASAN TEORI

Dukungan keluarga

Konsep Dukungan Keluarga

Menurut Friedman dalam Setiadi (2008) dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga sangatlah berpengaruh pada penerimanya. Dalam hal ini penerima dukungan keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan menghargai dan mencintainya.

Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut Setiadi (2008) bentuk dukungan keluarga terdiri dari empat macam dukungan yaitu : 1) Dukungan infomasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi dunia.

2) Dukungan penilaian

(7)

pemecahan masalah. Sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan penilaian atau penghargaan berdasarkan kondisi yang sebenarnya dari penderita, memberikan motivasi dalam mentaati peraturan pengobatan, dan memberikan perhatian dan kasih sayang. 3) Dukungan instrumental

Dukungan bentuk ini bertujuan untuk menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi pasien. 4) Dukungan emosional.

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek–aspek dari dukungan emosional berupa dukungan simpatik, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan.

Kepatuhan

Konsep Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Sacket dalam Niven, (2002), mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

Faktor-Faktor yang Mendukung Kepatuhan Pasien

Menurut Feuer Stein, et al dalam Niven, (2002), ada beberapa faktor yang dapat mendukung sikap patuh pasien, diantaranya:

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha seseorang untuk meningkatkan kepribadian dan proses perubahan prilaku. Dengan pendidikan yang tinggi

diharapkan pasien mampu menerima informasi-informasi yang diberikan oleh dokter maupun petugas kesehatan. 2. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang lebih mandiri, harus dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan sementara pasien yang tingkat ansietasnya tinggi harus diturunkan terlebih dahulu. Apabila tingkat ansietas pasien tinggi atau rendah ini akan mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat.

3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Dalam meningkatkan kepatuhan pasien minum obat sangat penting Membangun dukungan Keluarga, masyarakat dan teman-teman, karena kelompok-kelompok pendukung dapat membantu memahami kepatuhan terhadap program pengobatan, seperti mematuhi mengkonsumsi obat.

4. Perubahan Model Terapi

Perubahan model terapi dapat dilakukan untuk mengurangi rasa bosan pada pasien dan dengan perubahan model terapi diharapkan kepatuhan pasien semakin meningkat.

5. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien.

Adalah suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pasien.

Gangguan Jiwa

(8)

Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi (Maramis, 2005). Gangguan jiwa adalah suatu sindroma yang terjadi pada seseorang dimana seseorang tidak mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor dilingkungan sekitar, dan tidak mampu mempertahankan kondisi fisik, mental dan intelektual (Sheil, L, 2008).

Penyebab Gangguan Jiwa

Menurut Coleman, dan Carson dalam Baihaqi, dkk (2008) ada beberapa penyebab gangguan jiwa yaitu:

a. Penyebab Primer (primary cause)

Adalah faktor yang menyebabkan gangguan jiwa, dan tanpa faktor tersebut gangguan jiwa tidak akan bisa muncul.

b. Penyebab yang menyiapkan (predispoaing cause)

Adalah faktor yang menyebabkan seseorang rentan terhadap salah satu bentuk gangguan jiwa.

c. Penyebab pencetus (precipitating cause)

Kejadian-kejadian traumatik yang langsung dapat menyebabkan gangguan jiwa atau kondisi yang tidak tertahankan bagi indifidu dan akhirnya mencetuskan gejala gangguan jiwa.

d. Penyebab yang menguatkan (reinforcing cause)

Kondisi yang cenderung mempertahankan atau

memperteguh tingkah laku salah yang sudah terjadi. e. Sirkulasi faktor-faktor penyebab

(multiple cause)

Adanya faktor-faktor penyebab yang kompleks serta saling mempengaruhi. Gangguan jiwa jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal, bukan sebagai hubungan sebab akibat, melainkan saling mempengaruhi.

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan

Mengkonsumsi Obat Antipsikotik

Dari teori yang sudah dijabarkan tentunya ada keterkaitan dari dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat. Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, prilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi sehingga mengganggu seseorang dalam proses hidup dimasyarakat. (Nasir dan Muhith 2010).

Hal lain yang bisa memperpanjang proses perawatan gangguan jiwa yang dialami oleh pasien, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter. Selain itu, pasien sering mengatakan sudah minum obat, padahal obatnya disimpan disaku baju, terkadang dibuang, dan beberapa pasien sering meletakkan obat dibawah lidahnya.

(9)

mengkonsumsi obat dan respons sosial (emosional) pasien akan lebih baik, dimana respon emosi, kecemasan dan interaksi sosialnya menjadi lebih positif (Yosep, 2009).

Kerangka Konsep

V. Bebas V. Terikat

Gambar 1 Kerangka Konsep

Hipotesis

Ho : tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik

Ha : ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik

METODELOGI PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelalif dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk menggambarkan hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien mengkonsumsi obat antipsikotik di poli rawat jalan Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta.

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan rumah sakit jiwa daerah Surakarta, yang berjumlah sekitar ±2080 pasien.

Sampel adalah 95 pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan rumah sakit jiwa daerah Surakarta.

Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner.

Analisis Data

Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dua variabel. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menetapkan taraf signifikansi yang akan digunakan (p=0,05), dimana apabila p<0,05 maka Ho ditolak. Sebaliknya bila p>0,05 maka Ho diterima. Teknik statisktik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik non- parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif, yaitu dengan menggunakan rumus korelasi

Spearman Rho karena kedua data penelitian ini berbentuk ordinal (Sugiyono, 2007).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Univariat

Deskripsi dukungan keluarga

Tabel 1. Distribusi dukungan keluarga

No Dukungan Jumlah % 1. Buruk 16 17 2. Cukup 63 66

1. Status ekonomi 2. Pendidikan 3. Status sosial 4. Domisili

Kepatuhan 1. patuh 2. cukup patuh 3. tidak patuh

Confounding faktor

Dukungan keluarga

(10)

3. Baik 16 17 Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga dalam kategori cukup yaitu sebanyak 63 responden (66%), sedangkan kategori buruk dan baik masing-masing sebanyak 16 responden (17%).

Deskripsi Kepatuhan

Tabel 2. Distribusi Kepatuhan No Kepatuhan Jumlah %

1. Kurang 22 23 2. Cukup 59 62 3. Baik 14 15 Jumlah 95 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien memiliki kepatuhan mengkonsumsi obat dalam kategori cukup yaitu sebanyak 59 responden (62%) dan distribusi terendah adalah baik sebanyak 14 responden (15%).

Analisis Bivariat

Hubungan dukungan dengan

kepatuhan

Tabel 3. Hasil Uji Spearman Rho

Variabel rhohitung p-v

Hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan

0,335 0,001

Hasil uji spearman rho

diperoleh nilai rhohitung sebesar 0,335

dengan tingkat signifikansi (p-value) sebesar 0,001. Karena nilai p-value

lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) maka keputusan uji adalah H0

ditolak, sehingga disimpulkan terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

mengkonsumsi obat antipsikotik pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta, yaitu semakin baik dukungan keluarga maka tingkat kepatuhan mengkonsumsi obat semakin meningkat.

Pembahasan

Dukungan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan dukungan keluarga terhadap kepatuhan mengkonsumsi obat adalah cukup (63%). Bentuk dukungan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa di RSJD Surakarta antara lain menyiapkan obat, mengawasi pasien ketika minum obat, mengingatkan pasien ketika tiba waktu untuk minum obat, mengantarkan pasien untuk kontrol, dan membeli obat ketika obat habis. Dukungan keluarga terhadap pasien gangguan jiwa di RSJD Surakarta yang kurang baik juga diungkapkan oleh perawat, yaitu keluarga ketika mengantarkan pasien hanya sekedar mengantarkan pasien untuk kontrol dan mengambil obat, keluarga tidak memiliki inisiatif untuk menanyakan keadaan perkembangan pasien.

(11)

Menurut Feuer Stein, et al dalam Niven, (2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional. Tingkat pendidikan keluarga pasien adalah membantu pasien dalam memahami pentingnya kepatuhan mengkonsumsi obat.

Kedua, hubungan responden dengan pasien. Distribusi hubungan responden dengan pasien menunjukkan sebagian besar responden adalah sebagai orang tua pasien (42%), hubungan responden dengan pasien adalah keluarga inti. Friedman (1998) mengemukakan bahwa salah satu dukungan keluarga yaitu dukungan penilaian, Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Kemampuan keluarga dalam memberikan bimbingan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

A. Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Kepatuhan

Mengkonsumsi Obat

Antipsikotik

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada pasien yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pengujian hipotesis yaitu tentang adanya hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik menggunakan uji Spearman rho.

Hasil uji spearman rho

diperoleh nilai rhohitung sebesar 0,335

dengan tingkat signifikansi (p-value) sebesar 0,001. Karena nilai p-value

lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) maka keputusan uji adalah H0

ditolak, sehingga disimpulkan terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta. Berdasarkan nilai koefisien korelasi yang positif, maka hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik adalah searah, artinya semakin baik dukungan keluarga maka tingkat kepatuhan semakin meningkat.

Timbulnya gangguan jiwa menyebabkan seseorang tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan dan tidak dapat lagi menguasai dirinya dalam semua tindakannya. Hal tersebut terjadi pula pada kemampuan pasien gangguan jiwa pada penelitian ini. Pasien gangguan sakit jiwa umumnya tidak dapat mengurusi kesehatannya, sehingga ia memerlukan bantuan orang lain. Keterbatasan pasien gangguan jiwa dalam mematuhi kebutuhan pengobatan antara lain berhubungan dengan waktu mengkonsumsi obat, jenis obat yang dikomsumsi, dan waktu untuk kontrol.

(12)

yang dilakukan oleh Wayne et.al

(2007) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan pengobatan pasien skizofrenia adalah tingkat skizofrenia, tindakan pengobatan, pemberian obat, dan dukungan keluarga.

Hasil wawancara peneliti terhadap responden diketahui bahwa bentuk-bentuk dukungan keluarga antara lain mereka senantiasa mengawasi ketika pasien mengkonsumsi obat, dimana keluarga selalu meminta pasien untuk menghabiskan obat. Keluarga juga berupaya untuk mampu memenuhi kebutuhan obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien sesuai dengan dosis dan waktu. Keluarga juga berupaya untuk senantiasa memantau perkembangan kesehatan pasien, sehingga jika terjadi perubahan kesehatan, maka keluarga dapat segera melakukan tindakan-tindakan yang terbaik.

Peneliti menyimpulkan terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Akbar (2008) tentang hubungan dukungan sosial keluarga terhadap tingkat kekambuhan penderita skizofrenia di RS Grhasia Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara dukungan sosial keluarga terhadap tingkat kekambuhan skizofrenia adalah signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh Prinda (2010) tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara variabel dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien minum obat. Dapat disimpulkan semakin tinggi dukungan keluarga dalam pengawasan minum obat maka kepatuhan pasien dalam minum obat juga semakin tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat dan keluarga untuk memberikan informasi yang benar dan mendukung perawatan pasien dengan gangguan jiwa.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat pada pasien gangguan jiwa di RSJD Surakarta. Hasil penelitian ini ternyata tidak sejalan dengan hasil penelitian Elain (2010), dimana penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan persepsi keterlibatan keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien. Tidak adanya hubungan tersebut disebabkan adanya kecenderungan penurunan hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan mengkonsumsi obat ditinjau dari sudut pandang waktu. Keterlibatan keluarga dapat berdampak secara signifikan ketika berlangsung pada waktu singkat, namun ketika dukungan keluarga dengan pasien berlangsung lama, maka dampak keterlibatan keluarga terhadap kepatuhan pasien cenderung menurun.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

(13)

poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta adalah cukup yaitu sebesar (66%). 2. Kepatuhan mengkonsumsi obat

antipsikotik pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta adalah cukup yaitu sebesar (62%).

3. Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat antipsikotik pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di poli rawat jalan Rumah Sakit jiwa Daerah Surakarta.

Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan

Perawat hendaknya senantiasa memotivasi orang tua atau keluarga untuk terus mendukung proses perawatan pasien dirumah, yaitu dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan keluarga, misalnya dengan aktif mengawasi perkembangan kesehatan pasien, dan mengawasi konsumsi obat oleh pasien. 2. Bagi Keluarga

Keluarga hendaknya selalu meningkatkan dukungannya kepada pasien, dengan memperhatikan perkembangan kesehatan pasien, meningkatkan komunikasi keluarga dengan pasien, dan berusaha memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan pasien dalam pengobatannya.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya menghilangkan asumsi bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa tidak dapat

sembuh, sehingga masyarat diharapkan ikut berperan serta dalam proses penyembuhan pasien. Masyarakat dapat membantu keluarga memberikan bantuan baik motivasi maupun finansial sehingga proses pengobatan pasien dapat dilakukan keluarga pasien dengan secara maksimal.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai landasan dalam upaya menindaklanjuti hasil penelitian yang ada kearah penelitian yang lebih luas, antara lain dengan menambahkan faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, serta penggunaan instrumen penelitian yang lebih tepat, sehingga dapat menggambarkan perilaku dukungan keluarga dan kepatuhan mengkonsumsi obat pasien secara lebih teliti.

.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. 2008. Hubungan dukungan sosial keluarga terhadap tingkat kekambuhan penderita skizofrenia di RS Grhasia Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.

Baihaqi, Sunardi, Riksma, dan Euis. 2005. Pskiatri. Refika Aditama : Bandung.

Depkes. 2007. Kesehatan Jiwa Sebagai Prioritas Global.

http://www.depkes.go.id/index.p hp/berita/press-release/394-

(14)

pada tanggal 12 November 2011.

Elain, M. Edelman. 2010. Patients’ Perception of Family Involvement and Its Relationship to Medication Adherence for Persons with Schizophrenia and Schizoaffective Disorders.

Journal. New Jersey: The State University of New Jersey.

Hawari, D, 2001. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa. Jakarta : FKUI

Julie Robinson, Richard Fortinsky, Alison Kleppinger, Noreen Shugrue, and Martha Porter. 2009. A Broader View of Family Caregiving: Effects of Caregiving and Caregiver Conditions on Depressive Symptons, Health, Work, and Social Isolation. Oxford Journal.

Oxford University Press on behalf of The Gerontological Society of America.

Maramis, w. F., 2005. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga Universitas press.

Nasir, A & Muhith, A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa.

Jakarta : Salemba Medika.

Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC

Mayang, 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan di Rumah Sakit.

Skripsi Semarang: Universitas Diponegoro

Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga, Edisi

pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sheila, L, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta. :

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung

Wayne S. Fenton, Crystal R. Blyler, and Robert K. Heinssen. 2007. Determinants of Medication Compliance in Schizophrenia: Empirical and Clinical Findings.

Schizophrenia Bulletin. West Montgomery Ave.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama. Bandung

*Rega Saputra: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura

** Arif Widodo, A.Kep., M.Kes:

Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Kualitas Proses Belajar Mengajar Menulis Paragraf dalam Karangan Argumentasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menurut Pendapat. Guru

Hasil penelitian menunjukkan: (1) tingkat pengetahuan pada awal penelitian sebagian besar adalah cukup, sedangkan setelah pendidikan kesehatan sebagian besar adalah cukup

Biodiesel adalah bahan bakar minyak (BBM) yang dibuat dari bahan nabati berupa lemak atau minyak untuk digunakan pada mesin genset diesel, mobil atau otomotif

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedia Jasa dari Panitia Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi Nomor 086/PAN-PL/KONST-DM/2012 tanggal 4 Juli 2012 untuk Pekerjaan Perbaikan

Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Daerah harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui

Menurut Asmad, istilah “adat” dari segi bahasa membawa maksud: peraturan atau perkara yang biasa dilakukan. Dari sudut kebudayaan pula istilah adat bermaksud: peraturan yang telah

Based upon previous works on urban planing rules, it appears clearly that planning permissions are strongly sensitive to the full inclusion of buildings into parcels and to

Delivery Order / DO adalah Surat yang diterbitkan pihak shipping atau forwarder kepada shipper sebagai tanda bukti pengambilan container kosong dan atau tanda