• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN GURU, IKLIM ORGANISASI KELAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU BELAJAR SISWA : Suatu Studi Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPEMIMPINAN GURU, IKLIM ORGANISASI KELAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU BELAJAR SISWA : Suatu Studi Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN GURU, IKLIM ORGANISASI KELAS

DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU

BELAJAR SISWA

(SUATU STUDI PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN

TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM

PROVINSI SUMATERA BARAT)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dart

Syarat Memperoleh Gelar Master Pendidikan

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

O l e h

I R S Y A D

NIM9232005

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

BANDUNG

(2)

DISETUJUI OLEH PEMBIMBING

PROF. DR. S U P A N D I

PEMBIMBING I

DR. H. Tb ISUDDIN MAKMUN, M.A

(3)

DISETUJUI OLEH

KOORDINATOR PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA IKIP BANDUNG

(4)

RINGKASAN

Penelitian ini diberi judul : "Kepemimpinan Guru,

Iklim Organisasi Kelas, dan Hubungannya dengan Perilaku

Belajar Siswa (Suatu Studi pada Sekolah Dasar di Kecamatan

Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat).

Latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian

ini adalah bahwa usaha peningkatan mutu pendidikan tidak

hanya dilakukan pada tingkat makro, tetapi dapat juga

dilakukan pada tingkat mikro. Menyadari banyaknya permasa

lahan pendidikan yang ditemui pada tingkat mikro, menuntut

berbagai pihak yang terkait untuk mencarikan jalan

pemecah-annya. Salah satu di antara berbagai permasalahan tersebut

adalah ciutnya peran guru dalam proses pengembangan potensi

pribadi peserta didik. Terlihat adanya kecenderungan bahwa

peran guru, khususnya di sekolah dasar hanya memberikan

informasi {information given) bagi para peserta didiknya.

Kalau seandainya kenyataan ini benar adanya, maka jelas akan

membawa dampak kurang baik bagi para siswanya, misalnya

suasana kelas yang kaku dan perilaku belajar yang pasif.

Disadari bahwa banyak faktor yang menyebabkan

muncul-nya permasalahan tersebut, baik dari lingkungan internal

maupun dari lihgkungan eksternal. Pada kesempatan ini akan

mencoba mendekati permasalahan itu dari sudut perilaku

(5)

bagaima-na hubungannya dengan perilaku belajar siswa. Maka dari itu,

fokus

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

ter

diri dari tiga variabel, yaitu : variabel kepemimpinan guru,

variabel

iklim

organisasi

kelas

(sebagai

predictor

variabel),

serta perilaku belajar siswa (sebagai

dependent

variabel).

Tinjauan

kepustakaan yang dikemukakan dalam

peneli

tian

ini

sebagai

dasar pijakan

adalah

teori-teori

yang

berhubungan dengan perilaku kepemimpinan, iklim

organisasi,

dan perilaku belajar serta keterhubungan masing-masingnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan

kuantitatif

dengan

menggunakan

kuesioner

dan

pedoman observasi sebagai alat pengumpul datanya.

Instrumen

yang

digunakan

dalam penelitian

ini

disusun

berdasarkan

konsep-konsep teori yang relevan, disamping juga mempedomani

kuesioner-kuesioner

yang telah ada. Kuesioner (angket

ter-tutup) ini digunakan untuk menjaring data kepemimpinan

guru

serta iklim organisasi kelas. Sedangkan data perilaku

bela

jar siswa dijaring dengan menggunakan pedoman observasi yang

disusun

oleh Flanders. Yang menjadi anggota

unit

populasi

adalah guru-guru sekolah dasar beserta muridnya di kecamatan

Tilatang Kamang. Dengan menarik sampel dari populasi

terse

but,

didapat 15 buah sekolah dan untuk setiap sekolah

yang

terpilih menjadi sampel diambil 3 kelas dari

masing-masing

nya, yaitu kelas II,

IV, dan IV.

(6)

Dari hasil-hasil perhitungan uji normalitas dan

linieritas diperoleh bahwa distribusi data dari ketiga

variabel yang diteliti ternyata berdistribusi normal dan

linier.

Hasil-hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai

berikut :

1. Rata-rata skor jawaban responden untuk variabel kepemim

pinan adalah 142,49 dengan simpangan baku 8.26.

2. Rata-rata skor jawaban responden untuk variabel iklim

organisasi kelas adalah 144,62 dengan simpangan baku

sebesar 10,61.

3. Rata-rata skor hasil observasi terhadap perilaku belajar

siswa adalah 185,38 dengan simpangan baku sebesar 17,25.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan

guru dengan perilaku belajar siswa. Adapun angka

korela-sinya adalah cukup kuat, yaitu sebesar 0.536.

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan

guru dengan iklim organisasi kelas dengan korelasi yang

cukup kuat, yaitu sebesar 0.559.

6. Terdapat hubungan yang signifikan antara iklim organisasi

kelas dengan perilaku belajar siswa, walaupun lemah yaitu

sebesar 0.295.

7. Dilihat secara bersama-sama, tingkat keterhubungan kepe

mimpinan guru dan iklim organisasi kelas terhadap perila

ku belajar siswa, juga menunjukkan terdapatnya hubungan

(7)

yang signifikan dan cukup kuat. Adapun angka

korelasinya

adalah sebesar 0.542.

8. Ditinjau dari segi jenis kelamin (laki-laki dan

perem-puan), umur (kurang dari 40 tahun dan di atas 40 tahun),

serta dari segi masa kerja (kurang dari 10 tahun dan

lebih dari 10 tahun), hasil perhitungan uji beda untuk

ketiga variabel menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbe-daan yang signifikan.

Sehubungan dengan temuan dalam penelitian ini, dapat

ditarik kesimpulan bahwa perilaku kepemimpinan guru pada

sekolah dasar di kecamatan Tilatang Kamang ternyata

berpen-garuh positif terhadap perilaku belajar siswa, walaupun

pengaruh atau sumbangan yang diberikannya belum maksimal.

Demikian juga halnya dengan iklim organisasi kelas.

Berdasa-kan temuan dan kesimpulan penelitian ini dikemukakan bebera

pa rekomendasi terhadap berbagai pihak, seperti guru, kepala

sekolah, lembaga pendidikan yang mencetak calon guru sekolah

dasar maupun kepada pihak pengelola lainnya. Rekomendasi

tersebut adalah : (a) guna meningkatkan perilaku belajar

siswa dan ataupun menciptakan iklim kelas yang kondusif,

hendaknya guru berusaha menerapkan perilaku kepemimpinan

yang bersifat situasional. Untuk terciptanya hal itu,

guru-guru perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya

tentang kepemimpinan ini, baik yang dilaksanakan secara

formal maupun informal atau atas inisiatif dari pribadi guru

(8)

masing-masing.

Demikian juga halnya dengan kiat-kiat

untuk

menciptakan

iklim organisasi kelas, yang memungkinkan

para

siswa

dapat

belajar dengan menyenangkan.

(b)

bagi

kepala

sekolah, penilik, atau pihak Kandepdikbud dan Dinas Dikbud

kecamatan dalam memberikan bantuan, bimbingan, dan pembinaan

perlu

memperhatikan

faktor

kepemimpinan

guru

dan

iklim

organisasi

ini.

Akan

lebih baik

lagi

apabila

dilakukan

pelatihan-pelatihan

khusus sehubungan dengan masalah

kepe

mimpinan

ini. (c) lembaga pendidikan prajabatan

(khususnya

D-II

PGSD) yang mempunyai peranan mempersiapkan calon

guru

yang

kualified merupakan salah satu faktor

eksternal

yang

turut membentuk kepemimpinan calon guru tersebut. Untuk ini

perlu dilakukan suatu studi guna menjembatani masalah

kepe

mimpinan

guru di lapangan dengan program yang

disusun

dan

dilaksanakan

oleh

lembaga pendidikan

tenaga

kependidikan

tersebut.

Kiranya hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat

untuk peningkatan mutu pendidikan umumnya dan proses belajar

mengajar khususnya.

Mudah-mudahan Tuhan memperkenankannya.

(9)

D A F T A R I S I

Halaman

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH iv

RINGKASAN HASIL PENELITIAN x

DAFTAR ISI xv

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR TABEL xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah 11

1. Batasan Masalah 11

2. Rumusan Masalah 15

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis 16

D. Tujuan Penelitian dan Keluaran yang Diha

rapkan 17

E. Kegunaan Penelitian 19

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian.. 20

BAB II KEPEMIMPINAN, IKLIM ORGANISASI DAN PERILAKU

BELAJAR

A. Kepemimpinan Dalam Konteks Administrasi

Pendidikan 23

B. Konsep Dasar Kepemimpinan 26

C. Beberapa Pendekatan dalam Kepemimpinan .. 32

D. Kepemimpinan Pendidikan 46

(10)

F.

Perilaku

Belajar

Siswa

67

G. Kesimpulan Hasul Studi Kepustakaan dan

Hasil Penelitian Sebelumnya

78

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Populasi dan Sanpel

86

B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan

Data

90

C. Alat Pengumpul Data

91

D.

Validitas dan Reliabilitas

96

BAB IV

PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Pengumpulan Data

101

B. Cara Mengolah dan Menganalisis Data

103

1. Uji Normalitas

1°4

2. Uji Signifikansi dan Linieritas

106

3. Analisis Korelasi H°

4. Analisis Kesamaan Dua Rata-rata 119

BAB V

PEMBAHASAN, KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A.

Pembahasan

127

B. Kesimpulan

136

C.

Implikasi

139

D.

Rekomendasi

143

DAFTAR KEPUSTAKAAN

i45

(11)

D A F T A R GAMBAR

Gambar

1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Belajar 11

2 Kaitan Variabel Penelitian 13

3 Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan 24

4 Model Kepemimpinan Managerial Grid 37

5. Profile Iklim Organisasi 61

6. Koefisien Korelasi Antar Variabel 118

[image:11.595.84.488.100.586.2]
(12)

D A F T A R T A B E L

TABEL

1. Perincian dan Penyebaran Anggota Populasi 86

2. Perincian dan Penyebaran Anggota Sampel 89

3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas .... 98

4.

Rangkuman Hasil Uji Normalitas setiap Variabel.

105

5. Uji Linieritas Kepemimpinan Guru - Perilaku

Belajar 107

6. Uji Linieritas Iklim Organisasi kelas

-Perilaku Belajar 108

7. Uji Linieritas Kepemimpinan Guru - Iklim 109

8. Linieritas Kepemimpinan Guru - Iklim - Perilaku 110

9. Rangkuman Pengujian Korelasi Antar Variabel ... Ill

10. Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien

Korelasi 112

11. Hasil Hitung Kesamaan Dua Rata-rata Berdasarkan

Jenis Kelamin 122

12. Hasil Hitung Kesamaan Dua Rata-rata Berdasarkan

Masa Kerja 123

13. Hasil Hitung Kesamaan Dua Rata-rata Berdasarkan

Umur 124

[image:12.595.53.473.133.608.2]
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya adalah proses interaksi

antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan untuk

mengembangkan sumber daya manusia, yaitu manusia yang

berkualitas baik secara pisik maupun psikhis. Melalui

pendidikan itulah kita ingin mewujudkan manusia-manusia

pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri dan

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Karena itu sepantasnyalah pembangunan di bidang pendidik

an ini terus dilanjutkan agar pembangunan bangsa dan

negara ini juga tetap dilaksanakan dan berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

Usaha pembangunan di bidang pendidikan ini

menca-kup semua jenis dan jenjang dari pendidikan itu sendiri.

Masing-masing jenjang dan jenis pendidikan diharapkan

akan memberikan kontribusi tersendiri untuk pembangunan

bangsa.

Sekolah dasar merupakan salah satu jenjang pendi

dikan yang sangat strategis untuk memberikan wawasan

tentang berbagai pengetahuan dan teknologi, membentuk

kepribadian, menanamkan nilai-nilai dan juga merupakan

jenjang dasar untuk mencapai pendidikan yang lebih

(14)

pendidikan

dasar

khususnya sekolah dasar

ini

menuntut

pengelolaan yang profesional dari semua pihak yang

ter-kait. Juga, karena peranan pentingnya itu pulalah kritik

tentang sekolah dasar sering dilontarkan. Ini ditandai

dengan

masih

tingginya tingkat mengulang

kelas,

yaitu

sebanyak 2.559.068 murid tahun 1988/1989, 2.602.249 tahun

1989/1990 dan 2.537.879 pada tahun 1990/1991 (Depdikbud

RI, 1991 : 37), dan rendahnya persentase murid yang

melanjutkan studinya ke sekolah lanjutan tingkat pertama.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor (Vembriarto, 1990

: 42), diantaranya adalah :

Karena masih menganggap bahwa lulus dari pendi dikan di sekolah dasar pun dianggap cukup, mereka tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikan, mereka merasa tidak mempunyai kemampuan akademik yang memadai untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama, dan kadang-kadang tidak ada seko

lah di daerah mereka bertempat tinggal.

Lebih lanjut Ace Suryadi (1992), mengemukakan,

bahwa sampai saat ini mutu guru sekolah dasar, yang

berjumlah lebih kurang 1,15 juta orang, cukup

mengkhawa-tirkan. Hal ini cukup beralasan, karena kenyataanya masih

banyak kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang ditemui

dari para guru sekolah dasar tersebut. Seperti yang

diungkapkan oleh Mohammad Ansyar (1994:47), "... bahwa

salah satu realitas dalam pendidikan kita yang sukar

diingkari

dewasa

ini adalah ciutnya

peran

guru

dalam

proses pengembangan potensi pribadi peserta didik.

Hampir

(15)

informasi bagi para peserta didik". Selanjutnya

dikemuka-kan bahwa diantara kelemahan-kelemahan guru sekolah dasar

dalam mengajar di kelas, hanya sekedar memberikan

infor

masi

{information given)

saja. Dengan

kata lain,

mereka

belum

mampu

menampilkan

dan

mengembangkan

kemampuan

mengajar

yang

optimal

untuk

meningkatkan

efektivitas

belajar mengajar di kelas (Ansyar, 1992 : 25, Raka

Joni,

1991).

Namun demikian, kelemahan-kelemahan guru

seperti

yang

disebutkan di atas itu hendaknya jangan

ditimpakan

kepada para guru sekolah dasar semata tanpa memperhatikan

sejauh nana pembinaan yang mereka dapatkan. Lebih

lanjut

harian

Kompas (Februari 1994) juga mengupas bahwa

masih

banyak

sekolah-sekolah dasar yang belum memiliki

sarana

dan

prasarana yang memadai terutama

pada

daerah-daerah

yang jauh dari ibu kota, serta kesempatan bagi

guru-guru

untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya juga terbatas

dan

kurang. Dengan kondisi seperti ini sangat

beralasan

apabila masih terdapat kendala-kendala dalam

peningkatan

mutu

proses

belajar

mengajar secara

khusus

dan

mutu

pendidikan

secara

umum.

Demikian

juga

halnya

dengan

harian

Media Indonesia (Februari 1994), yang

menyatakan

bahwa

mutu

pendidikan tidak akan

meningkat

jika

guru

tidak

diperhatikan.

Guru

membutuhkan

pembinaan

yang

kontinyu dari atasannya dan atau dari pihak lain,

walau-pun usaha untuk mengembangkan dirinya dapat pula

dilaku

(16)

Menyadari pentingnya peranan sekolah dasar dan

adanya beberapa tantangan baik kualitas lulusan maupun

gurunya, pemerintah Indonesia sebenarnya telah melakukan

pembenahan untuk meningkatkan kualitas sekolah dasar itu.

Diantara usaha yang ditempuh pemerintah untuk kualitas

sekolah dasar itu sekaligus kualitas pendidikan pada

jenjang pendidikan yang lebih tinggi secara

berturut-turut ialah ditetapkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 2 tahun 1989. Undang-undang sistem pen

didikan nasional itu memperkenalkan dan mengatur pen

didikan, yaitu suatu sistem penyelenggaraan pendidikan

enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah

menengah pertama. Sistem pendidikan ini menuntut cara

penyelenggaraan yang lebih terpadu dibandingkan dengan

sistem penyelenggaraan pendidikan sebelumnya dimana pada

sistem pendidikan yang lama, kedua lembaga pendidikan itu

pengelolaanya secara terpisah. Dengan demikian sistem ini

diharapkan mampu meningkatkan kemudahan murid untuk

melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama. Lebih

jauh pemerintah Indonesia juga mencanangkan wajib belajar

sembilan tahun, yang secara tidak langsung murid sekolah

dasar dituntut kemampuannya untuk dapat menggapai pendi

dikan yang lebih tinggi.

Guna menjabarkan pelaksanaan Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989, terutama pasal 13

tentang pendidikan dasar, pemerintah Indonesia

(17)

pendidikan dasar yang mengatur secara mendetail penye

lenggaraan pendidikan pada jenjang itu. Dengan lahirnya

peraturan pemerintah ini, para penyelenggara pendidikan

mempunyai pedoman yang jelas untuk menyelenggarakan

pendidikan di sekolah. Lahirnya kedua peraturan ini

merupakan sejarah baru dan sangat berarti untuk pendidik

an dasar di Indonesia sebagai langkah yang pasti untuk

menata dan meningkatkan kualitas pendidikan dasar

berlan-daskan peraturan yang lebih jelas.

Selanjutnya, guna meningkatkan kualifikasi calon

guru yang akan mengajar di sekolah dasar, sejak tahun

1989/1990 pemerintah Indonesia membuka program baru

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dengan masa pendi

dikan dua tahun di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(IKIP) Negeri se Indonesia dan di Fakultas Keguruan Ilmu

Pendidikan (FKIP) di Universitas-universitas negeri

seluruh Indoneisa. Disamping itu pemerintah Indonesia

mengalihfungsikan tugas sebagian Sekolah Pendidikan Guru

(SPG) menjadi sekolah menengah umum dan mengintegrasikan

sebagian SPG yang lain dengan IKIP. Ini adalah suatu

langkah maju untuk meningkatkan kualitas sekolah dasar

dimana pada tahun-tahun sebelumnya, calon guru sekolah

dasar adalah lulusan SPG. Dengan tambahan dua tahun

pendidikan di tingkat Institut/Universitas ini, para

calon guru sekolah dasar diharapkan lebih menguasai

(18)

yang

pada akhirnya akan meningkatkan kualitas

pendidikan

di sekolah dasar pada umumnya.

Usaha peningkatan kreativitas dan kemampuan guru

sekolah dasar, Pemerintah juga memacu karir mereka dengan

menerbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan dan

Aparatur

Negara Nomor 26/MENPAN/1989 yang mengatur tentang

kredit

point

bagi

guru sekolah dasar

untuk

kenaikan

pangkat

mereka.

Dalam peraturan pemerintah itu guru sekolah dasar

yang

akan

naik pangkat harus terlebih

dahulu

memenuhi

syarat

kredit

point

yang

diwajibkan,

mencakup

empat

kelompok kegiatan, yaitu

pertama pendidikan,

yang

melipu-ti

mengikuti

pendidikan formal

maupun

latihan-latihan

kedinasan

serta

memperoleh ijazah, diploma

atau

surat

tanda tamat belajar,

kedua,

proses

belajar mengajar

atau

bimbingan

dan

penyuluhan

yang meliputi

:

melaksanakan

proses

belajar

mengajar atau memberikan

bimbingan

dan

penyuluhan,

melaksanakan

tugas di daerah

tepencil

dan

melaksanakan

tugas khusus di sekolah,

ketiga,

pengem

bangan

profesi

yang meliputi membuat

karya

ilraiah

di

bidang

pendidikan,

menemukan teknologi

tepat

guna

di

bidang pendidikan, membuat alat peraga, menciptakan karya

seni

dan

berpartisipasi dalam

pengembangan

kurikulum,

keempat,

kegiatan penunjang

proses belajar mengajar

yang

meliputi

melaksanakan

pengabdian pada masyarakat,

ber

partisipasi dalam berbagai jenis kegiatan yang

mendukung

(19)

Meskipun peraturan pemerintah ini dianggap kurang

realistik (Tilaar, 1992 : 46), bagaimanapun juga peratur

an ini memacu para guru sekolah dasar untuk lebih banyak

mempunyai aktivitas yang pada gilirannya akan meningkat

kan kemampuan mereka dalam mengajar, baik secara

lang-sung ataupun tidak langsung. Apabila dibandingkan dengan

peraturan kenaikan pangkat sebelumnya, dimana kenaikan

pangkat guru sekolah dasar hanya tergantung pada

datang-nya waktu (empat tahun), peraturan kenaikan pangkat baru

ini jelas lebih menantang untuk perbaikan kualitas guru

sekolah dasar.

Sebagai konsekuensi logis tugas guru sekolah dasar

yang lebih berat ini, pemerintah Indonesia memperhatikan

kesejahteraan mereka dengan menaikkan gaji guru-guru se

kolah dasar, termasuk juga guru-guru sekolah menengah dan

perguruan tinggi, dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah

Nomor 51 tahun 1992 tentang gaji pegawai negeri sipil.

Meskipun kenaikan gaji ini senantiasa diikuti oleh ke

naikan harga-harga barang kebutuhan pokok sehari-hari,

upaya pemerintah ini harus dianggap sebagai suatu usaha

yang sangat positif untuk peningkatan kesejahteraan gu

ru, yang pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh

positif dalam bidang pendidikan.

Usaha-usaha yang telah dan sedang dilakukan oleh

pemerintah guna meningkatkan kualitas pendidikan seperti

yang diuraikan di atas baru dalam bentuk usaha yang

(20)

pendi-8

dikan itu sebenarnya tidak hanya diraih dengan perbaikan

struktur pendidikan dan manajenem dari atas saja. Perba

ikan pendidikan dapat pula diraih dari bawah, karena

kualitas pendidikan lebih banyak ditentukan oleh proses

belajar mengajar di kelas. Senada dengan pernyataan di

atas, Sutjipto mengatakan bahwa riset untuk perbaikan

kualitas pendidikan bisa diraih dari level mikro di

sekolah. Namun demikian, dia menambahkan bahwa riset pada

level ini kurang menantang sebab

kebijaksanaan-kebijaksa-naan pendidikan senantiasa datangnya dari atas (Sutjipto,

1991 : 1). Apa yang dikatakan Sutjipto memang beralasan

dan kalaupun ada penelitian-penelitian yang dilakukan

pada tingkat sekolah, hasil penelitian itu belum

diman-faatkan untuk pengambilan kebijaksanaan-kebijaksanaan

dalam perbaikan pendidikan di sekolah. Hal ini juga dapat

dipahami karena dimungkinkan penelitian-penelitian itu

belum memenuhi standard yang baku, sehingga hasilnya

belum dapat dipertanggungjawabkan.

Memang, beberapa usaha makro (pendekatan dari

atas) untuk peningkatan kualitas pendidikan telah dilaku

kan oleh pemerintah Indonesia, namun demikian hasil dari

pendekatan itu sangat sulit diukur sejauhmana

keberhasil-annya. Oleh karena itu dipandang perlu adanya perbaikan

kualitas pendidikan melalui pendekatan mikro dari ting

kat sekolah, lebih khusus lagi tingkat kelas. Hal ini

(21)

ditentukan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung

di kelas. Kalau dikaitkan dengan apa yang dikemukakan

Mohammad Ansyar pada uraian terdahulu, dimana kebanyakan

guru-guru sekarang dalam melaksanakan tugas hanya sekedar

memberikan infornasi, hal ini menunjukkan belum

optimal-nya pelaksanaan kemampuan profesional dari para guru

tersebut. Praktek pengajaran yang mereka lakukan masih

belum menggambarkan sikap seorang guru yang profesional,

dimana kebanyakan guru-guru sekolah dasar yang mengajar

sekarang masih memakaikan cara mengajar tradisional,

dimana guru merupakan pusat informasi. Kreativitas dan

partisipasi dari pada murid-murid masih rendah/diabaikan.

Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa masih terdapat

kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar

yang dilaksanakan para guru di

kelas.

Seolah-olah semua kegiatan masih berpusat pada guru, sedangkan

peran siswa sebagai anggota dari organisasi dimana proses

belajar mengajar berlangsung hanyalah sebagai pelaksana

dari apa yang direncanakan guru.

Pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik,

memang memerlukan beberapa persyaratan. Di samping

terse-dianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelan

caran proses tersebut, faktor lain yang sangat menentukan

adalah faktor kepemimpinan dari guru itu sendiri serta

tercipta dan tersedianya suatu iklim yang kondusif, guna

menunjang kelancaran proses tersebut (Suharsimi A. 1990 :

(22)

10

Pentingnya peranan pemimpin dan kepemimpinan dalam

suatu

organisasi

dapat dilihat dari

beberapa

pendapat

yang

dikemukakan oleh para ahli. Menurut Thomas, Day

dan

Lord seperti dikutip Hoy dan Miskel (1987 : 252)

melihat

kepemimpinan

sebagai konsep kunci didalam

memahami

dan

meningkatkan

organisasi

sekolah. Demikian

juga

dengan

Lipham

(1985 : 2) yang menyatakan bahwa tanpa

kepemim

pinan,

tujuan

organisasi tidak akan dapat

dicapai

dan

akan menimbulkan kekacauan karena masing-masing orang

bekerja

untuk mencapai tujuan pribadinya.

Lebih

lanjut

Keith Davis (Oteng Sutisna, 1985 : 255) mengemukakan

bahwa kepemimpinan dapat mengubah potensi menjadi

kenya-taan. Kepemimpinan yang dimaksud dalam hal ini tentunya

kepemimpinan yang efektif.

Upaya

kepemimpinan yang efektif diperlukan

untuk

mengarahkan, menggerakkan, dan mengendalikan pelaksanaan

tugas-tugas organisasi (sekolah/kelas) agar proses

bela

jar mengajar yang dilaksanakan dapat menjadi efektif

dan

terarah kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Begitu pentingnya peranan kepemimpinan tersebut,

maka mengadakan studi tentang perilaku kepemimpinan guru,

iklim organisasi kelas dan dihubungkan dengan perilaku

belajar

siswa,

dengan tujuan

akhir

untuk

peningkatan

kualitas

pendidikan menjadi sangat penting dan

(23)

11

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Perilaku belajar siswa dipengaruhi oleh banyak

faktor, baik yang bersifat internal (yang datang dari

dalam diri) maupun yang bersifat eksternal (yang datang

dari luar diri -- instrumental input dan environmental

input). Secara skematik, faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku belajar tersebut digambarkan sebagai berikut :

Guru, Metoda, Teknik, Media, Bahan/sumber

- IQ - bakat - motivasi - minat - kema-tangan - kesiapan - sikap - kebiasaan - dll R A W I N P U T INSTRUMENTAL INPUT

1

^- PERILAKU BELAJAR HASIL BELAJAR ^ M

t

ENVIRONMENTAL INPUT [image:23.595.53.506.89.753.2]

Sosial, Fisik, Kultural, Dll

Gambar 1 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar

(dimodifikasi dari : Abin Syamsuddin Makmun, 1986)

Gambar di atas menunjukkan bahwa, secara garis

besar perilaku belajar siswa dipengaruhi oleh tiga faktor

utama, yaitu : raw input (siswa dengan segala

potensinya), instrumental input (guru, metode, teknik,

bahan/sumber, dll), dan environmental input (sosial,

(24)

12

Dalam konteks penelitian ini, faktor-faktor yang

mempengaruhi

perilaku

belajar akan

dilihat

dari

sisi

instumental

input (yaitu aspek guru, khususnya

mengenai

kepemimpinannya)

dan

environmental input

(yaitu

aspek

lingkungan sosial, khususnya mengenai iklim organisasi).

Karena faktor kepemimpinan guru dan iklim

organi

sasi kelas juga merupakan variabel yang ikut mempengaruhi

kualitas belajar dan mengajar di kelas, perbaikan terha

dap kepemimpinan dan iklim organisasi

kelas dapat

digu

nakan

untuk memprediksi perbaikan kualitas pendidikan

di

masa-masa yang akan datang.

Penciptaan iklim organisasi kelas yang baik, yaitu

iklim yang menunjang terlaksananya proses belajar menga

jar yang efektif, peranan kepemimpinan guru jelas

sangat

menentukan. Guru dengan masing-masing keunikan dan

kekomplekannya serta gaya kepemimpinan yang

berbeda-beda

akan memberikan warna tersendiri terhadap iklim organisa

si kelas yang tercipta. Hasil penelitian Litwin dan

Stringer (1968) yang dikutip oleh Steers mengemukakan

bahwa gaya kepemimpinan atau manajemen merupakan

satu-satunya

faktor

penentu yang paling penting

bagi

iklim

organisasi (Steers, 1985 : 128).

Dengan mengetahui perilaku kepemimpinan guru,

iklim

organisasi

kelas

yang

sebenarnya

dan

perilaku

belajar

siswa, maka perbaikan kualitas pendidikan

dapat

(25)

13

Berdasarkan beberapa alasan di atas, adalah sangat

beralasan untuk mengatakan bahwa penelitian tentang

perilaku kepemimpinan guru, iklim organisasi kelas di

sekolah dasar penting dilakukan dalam rangka membantu

peningkatan kuliatas pendidikan.

Penelitian ini akan mengarah pada 3 komponen

besar, yaitu : (1) Perilaku kepemimpinan guru, (2) Iklim

organisasi kelas, dan (3) hubungannya dengan prilaku

belajar siswa. Secara skematik, kaitan antar variabel

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kepemim pinan gu

ru (VI)

Iklim or

ganisasi kls (V2)

= »

1

Prilaku

Bel.Sis

wa (V3)

t

Gambar 2 : Kaitan Variabel Penelitian

Berdasarkan pada beberapa pokok permasalahan yang

dinyatakan dalam uraian terdahulu, bahwa dalam

perseko-lahan diharapkan para siswa dapat berbuat dan bertindak

sesuai dengan harapan-harapan sekolah. Harapan-harapan

sekolah itu berkisar pada keterlibatan siswa dalam proses

[image:25.595.62.496.82.562.2]
(26)

14

diberikan

oleh

guru kepada para

siswanya.

Cara

siswa

merespon terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilaksa

nakan

dan penyelesaian

tugas-tugas inilah

yang

disebut

perilaku belajar. Terdapat berbagai variasi dalam

penam-pakan perilaku belajar siswa. Ada siswa yang

menanggapi-nya secara aktif, ada yang memberi tanggapan secara

pasif/permisif,

dan ada pula cara penanggapan siswa

yang

belum dapat dikatakan aktif tetapi tidak pula pasif, atau

lebih cocok dikatakan kombinasi antara perilaku aktif

dengan perilaku pasif. Perilaku seperti ini menurut

Yamamoto

(dalam Uzer Usman, 1991)

disebutnya

keaktifan

insidental.

Dalam penampakan prilaku belajarnya itu, siswa

berada dalam suatu suasana hubungan tertentu dengan para

personil

sekolah terutama dengan guru. Suasana

hubungart

dengan guru itu berada dalam suatu iklim tertentu yang

disebut

dengan iklim organisasi kelas.

Iklim

organisasi

kelas ini tidak lain adalah hal-hal yang dijumpai dalam

suasana

hubungan yang ada antara guru dengan para

siswa

dan siswa dengan sesamanya. Seperti yang dikemukakan

dalam latar belakang masalah, bahwa sekolah termasuk

organisasi

sosial yang memberikan pelayanan kepada

pafa

langganan atau kliennya, dalam hal ini adalah para siswa

nya. Dalam memberikan pelayanan ini,

perilaku kepemimpin

an guru dimungkinkan memberikan warna terhadap iklim yang

tercipta dalam kelas serta terhadap perilaku belajar para

(27)

15

iklim

organisasi kelas ini kemungkinan juga akan

berpe-ngaruh terhadap perilaku belajar siswa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan

pemikiran

dan

pembatasan

masalah

seperti di ataslah uraian ini akan merupakan suatu kajian

tentang

perilaku

kepemimpinan

guru,

iklim

kelas

dan

>agaimana

hubungannya dengan pola prilaku

belajar

para

siswanya.

Karena

studi ini

dilaksanakan

pada

Sekolah

•asar di Kecamatan Tilatang Kamang, maka rumusan

masalah-ya

adalah : "Kepemimpinan guru, iklim organisasi

kelas

an • hubungannya dengan pola prilaku belajar

siswa

pada

ekolah Dasar di Kecamatan Tilatang Kamang".

Kepentingan

pembahasan

selanjutnya,

baik

yang

srsifat

teoritis

maupun yang

bersifat

praktis

dalam

Ldang pendidikan pada umumnya dan bidang studi

adminis-rasi

pendidikan

pada khususnya, maka

rumusan

masalah

>kok seperti di atas dapat diturunkan ke dalam

berbagai

isalah sebagai berikut :

Bagaimana hubungan kepemimpinan guru (VI) dengan iklim

organisasi kelas (V2) pada sekolah dasar di

kecamatan

Tilatang Kamang?

Bagaimana

hubungan

kepemimpinan

guru

(VI)

dengan

prilaku

belajar

siswa

(V3) pada

sekolah

dasar

di

(28)

16

3. Bagaimana hubungan iklim organisasi kelas (V2)

dengan

prilaku

belajar

siswa

(V3) pada

sekolah

dasar

di

kecamatan Tilatang Kamang?

4. Bagaimana

hubungan antara kepemimpinan guru (VI)

dan

iklim

organisasi kelas (V2) dengan

perilaku

belajar

siswa

(V3) pada sekolah dasar di

kecamatan

Tilatang

Kamang?

C.

Anggapan Dasar dan Hipotesis

Anggapan

dasar yang mendasari pengembangan

studi

ini adalah sebagai berikut :

a. Keberhasilan

pencapaian tujuan

pengajaran,

sebagian

besar

ditentukan oleh guru sebagai pemimpin di

kelas

(pemimpin

pengajaran). Oleh karena itu, kualitas

dan

perilaku

kepemimpinan

guru

secara

langsung

maupun

tidak langsung mempengaruhi iklim organisasi kelas dan

perilaku

belajar

murid-murid

(Suharsimi

Arikunto,

1990)

b. Proses

belajar mengajar yang efektif

mempersyaratkan

iklim

sosio-emosional yang baik dalam

arti

terdapat

hubungan

inter-personal yang baik antara guru

dengan

peserta didik dan antara peserta didik. Guru menduduki

posisi

terpenting

bagi

terbentuknya

iklim

sosio-emosional yang baik itu

(Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi,

1991).

c. Suasana

sosio-emosional

(iklim)

dalam

kelas

akan

(29)

17

belajar mengajar,

kegairahan peserta didik efektivitas

tercapainya

tujuan pengajaran

(Ahmad Rohani dan

Abu

Ahmadi, 1991).

d. Gaya

kepemimpinan

atau

manajemen

merupakan

satu-satunya faktor penentu yang paling penting bagi

iklim

organisasi

(Litwin & Stringer (1968)

dalam

Steers,

1987).

Berdasarkan asumsi dan permasalahan yang dikemuka

kan pada bagian terdahulu, berikut ini dirumuskan bebera

pa hipotesis penelitiannya.

1. Terdapat

hubungan yang berbarti

antara

kepemimpinan

guru dengan iklim organisasi kelas.

2. Terdapat

hubungan

yang berarti

antara

kepemimpinan

guru dengan perilaku belajar siswa.

3. Terdapat hubungan yang berarti antara iklim organisasi

kelas dengan prilaku belajar siswa.

4. Terdapat

hubungan

yang berarti

antara

kepemimpinan

guru dan iklim organisasi kelas dengan prilaku belajar

siswa.

D. Tujuan Penelitian dan Keluaran yang Diharapkan

Sejalan dengan rumusan dan pertanyaan penelitian

yang

dikemukakan di atas, maka secara umum

tujuan

dari

penelitian

ini adalah untuk dapat

membantu

peningkatan

(30)

18

melalui

perilaku

kepemimpinan

guru,

iklim

organisasi

kelas, serta pola prilaku belajar siswa. Dari hasil

studi

analisis

ini

nantinya

dapat

diungkapkan

usaha

untuk

mendorong guru-guru agar dapat menerapkan perilaku

kepe

mimpinan yang efektif, menciptakan iklim organisasi kelas

yang baik/kondusif, yang dapat membangkitkan

partisipasi

aktif

siswa

dalam proses pengajaran dan

nantinya

akan

menunjang efektivitas proses belajar mengajar yang dilak

sanakan .

Sedangkan tujuan khususnya adalah :

1. Untuk

dapat mengetahui hubungan

fungsional

perilaku

kepemimpinan

yang

diterapkan guru

dalam

penciptaan

iklim organisasi kelas.

2. Untuk

dapat mengetahui hubungan

fungsional

perilaku

kepemimpinan

yang

diterapkan

guru

dengan

perilaku

belajar siswa.

3. Untuk

dapat

mengetahui derajat

keterhubungan

iklim

organisasi

kelas

yang

memberikan

pengaruh

positif

dalam pembentukan prilaku belajar siswa yang menunjang

pencapaian tujuan pendidikan secara optimal.

4. Untuk

dapat

memberikan

gambaran

tentang

perilaku

kepemimpinan

guru

yang

menunjang

penciptaan

iklim

organisasi

yang kondusif dan membentuk

pola

prilaku

belajar yang aktif dari siswa yang menunjang pencapai

[image:30.595.74.491.289.652.2]
(31)

19

E. Kegunaan Penelitian

Apabila

tujuan-tujuan penelitian

terhadap

iklim

organisasi kelas yang tercipta atas dasar perilaku

kepe

mimpinan

guru

dan

yang

memberikan

pengaruh

terhadap

terbentuknya pola prilaku belajar siswa yang baik, maka

hasil-hasilnya akan dapat bermanfaat untuk hal-hal

ber-ikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru sekolah dasar

dalam menerapkan perilaku kepemimpinan agar dapat

membentuk pola prilaku belajar siswa yang menunjang

pencapaian tujuan secara maksimal.

2.

Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dan

penilik

selaku pemimpin dan pembina guru-guru, sehingga

prak-tek supervisi yang dilaksanakan dapat lebih terfokus

pada perbaikan proses belajar mengajar, yang akhirnya

menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara khusus.

3. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan tenaga

kependidikan yang berfungsi mempersiapkan calon guru,

khususnya PGSD yang mencetak calon guru SD untuk mem

berikan pengetahuan tentang gaya kepemimpinan yang

mendukung pencapaian tujuan secara optimal, iklim

organisasi kelas yang kondusif serta prilaku belajar

(32)

20

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk kejelasan pengertian dan menghindarkan salah

tafsir

dari pada istilah yang dipergunakan

dalam

topik

penelitian ini, berikut akan diberikan rumusannya.

1. Kepemimpinan Guru.

Berpijak dari pengertian kepemimpinan seperti yang

dikemukakan

oleh

Koontz &

O'Donnel

(dalam

Blanchard,

1992),

Terry

(1977), dan Oteng

Sutisna

(1983),

yaitu

"proses

mempengaruhi

kegiatan seseorang

atau

kelompok

dalam

usaha

ke

arah pencapaian

tujuan

dalam

situasi

tertentu".

Konsep ini selanjutnya merupakan pedoman dalam

membahas

masalah-masalah kepemimpinan

selanjutnya.

Se-dangkan

mengenai

batasan

perilaku

kepemimpinan

yang

digunakan

adalah pembagian yang secara

umum

digunakan,

gaya kepemimpinan otokratis, demokratis dan laizes-faire.

Seperti dinyatakan oleh Musaazi (1988), bahwa secara umum

pola kepemimpinan yang otokratis bercirikan antara lain :

lebih berpegang kepada peraturan dan pedoman

pelaksanaan

yang

berlaku,

adanya tekanan-tekanan, ketat,

dan

seba

gainya.

Pada

pola kepemimpinan yang

demokratis,

ciri-cirinya

antara lain adalah mengutamakan

musyawarah

dan

keterlibatan

anggota,

menjalankan

tugas

dengan

jiwa

memberi

pelayanan,

fleksibel, dsb. Sedangkan

pada

pola

kepemimpinan yang 1aizes-faire. ciri-cirinya antara

lain

(33)

21

pemimpin dan terhadap diri sendiri, dsb. Konsep-konsep

seperti yang dikemukakan di atas akan dicoba melihatnya

.dari guru dalam pelaksanaan tugas-tugas mengajarnya,

yaitu guru-guru sekolah dasar di kecamatan Tilatang

Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.

2. Iklim Organisasi Kelas

Batasan tentang iklim organisasi kelas dalam hal

ini adalah segala situasi (yang bukan pisik) yang muncul

akibat hubungan antara guru dan murid dan murid dengan

murid atau hubungan antar murid yang menjadi ciri khusus

dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.

Adapun dimensi-dimensi dari pada iklim organisasi kelas

di sini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Moos

(1979), yang mengemukakan bahwa ada tiga dimensi umum

yaitu dimensi hubungan (relationship), dimensi

pertumbuh-an pribadi (personal growth), dan dimensi pemeliharaan

sistem dan perubahan (system maintenance and change).

Adapun dimensi iklim menurut Halpin dan Croft (Hoy, 1985)

dibaginya atas dua kutub ekstrim dalam satu garis

konti-num, yakni iklim terbuka dan iklim tertutup. Di antara

iklim terbuka dan tertutup tersebut masih ada dimensi

lain, yaitu : autonomous, controlled, familiar, dan

paternal. Dalam penelitian ini, dimensi iklim yang digu

nakan tidak terlepas dari dimensi yang dikemukakan oleh

(34)

3. Perilaku Belajar Siswa

Konsep perilaku belajar yang dimaksud dalam

pene

litian

ini adalah bentuk keterlibatan

atau

partisipasi

siswa

dalam

mengikuti kegiatan

belajar

mengajar

yang

diselenggarakan oleh guru dalam kelas. Secara umum

peri

laku

belajar siswa ini dikelompokkan ke dalam dua

kutub

ekstrim,

yaitu

: aktif dan pasif. Namun,

diantara

dua

kutub

ekstrim tersebut ada perilaku belajar

yang

tidak

dapat

dikatakan aktif maupun pasif, tetapi berada

dalam

garis

kontinum

di antara kedua kutub

tersebut.

Ketiga

perilaku

belajar

itu menurut K. Yamamoto

yang

dikutip

oleh Uzer Usman dikelompokkan atas : (a) keaktifan

inten-sional, (b) keaktifan insidental, dan (c) pasif. Perilaku

belajar

aktif

adalah perilaku yang

menunjukkan

sikap

kreatif

dan

kritis

dalam

mengikuti

kegiatan

belajar

mengajar.

Perilaku belajar pasif adalah perilaku

dimana

para

siswa

tidak memberikan

respon

terhadap

kegiatan

belajar

yang

sedang

berlangsung.

Sedangkan

perilaku

belajar insidental adalah perilaku belajar yang menunjuk

kan keaktifan sewaktu-waktu.

Guna keperluan penelitian ini, data tentang

peri

laku

belajar

siswa

yang

dimaksudkan

adalah

perilaku

belajar

dari kelompok kelas yang tampak

sewaktu

proses

belajar mengajar sedang berlangsung, bukan perilaku siswa

(35)
(36)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian "Kepemimpinan Guru,

Iklim Organisasi Kelas dan Hubungannya dengan Perilaku

Belajar Siswa Pada Sekolah Dasar di Kecamatan Tilatang

Kamang Kabupaten Agam" ini mengacu kepada batasan yang

dikemukakan oleh Sudjana (1992 : 161), yaitu : totalitas

semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun

pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif, dari pada

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang

lengkap dan jelas. Dengan demikian, maka populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruhan karakteristik yang

menyangkut pada perilaku kepemimpinan guru, iklim orga

nisasi kelas, dan perilaku belajar siswa. Adapun yang

menjadi anggota unit populasi adalah semua guru dan

murid-muridnya yang tersebar pada sekolah dasar di keca

matan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.

Secara rinci, anggota unit populasi itu seperti terlihat

[image:36.595.54.477.162.621.2]

pada tabel 1.

Tabel 1

Perincian dan Penyebaran Anggota Populasi

No. Nama Sekolah Keterangan

1.

2

3

SDN 02 PANDAM BASASAK SDN 13 III KAMPUNG SDN 14 SIDANG INDURING

rayon 1

rayon 1

(37)

c CO t« c CO u ^^^rH^^rHrHrHTHC\ICNO0CNICNICNl(>)CNC^COCOCOCr>C^C^COC^ <D

5 5 S 5 5 5 S S S S c c 5 C C C C C C C C ! : : c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c

+J

o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o CD

b b b b b b b b b b b ^ ^ ^ b ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^

W corococOcOcOcocOcOrocOrocOcOrocOcOcOcOcOcOcOcOeOcOcOcOcOcdBScOaScOcOcOcOcOcOrt

f ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ p ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^

X t-H n X < < e>

< < < < 05 05 Z C±>

05 J J CSZ < < < 33 z

33 <<C D < E-ihZK rh <l

i-3 CQS J O 33 33 < < < jz; Q

H z x H as < < o

• => • Q • < O 0 < 33 < HC5H ZK H

03 QCCCS DQZ S X O Z m < < hD <

* ~- *S u ° .** < < Z O <C O ^ •KtiJDSSCiS

5S^°S5

~

-^ J ^ 5 £ °

°

^

'HZHKaaS^z

Z n l-H Z <3 05 Z < H < < CQ Z Z iH fQHHtn fflrfQ^rf^nrf ^

<WHO<a;DHO<oJKxi<jtjj:

<m

<

£

o

hz

^

^

w

^ £ > 5 9 ? ^ 5 d . =<<^ w< ^ ^ ^ o oo<mzmz<mzm< £

-C < q 33 < •cuhd<W£c5o i w h z < z x: x x e-i as o cc hh 05 S 05 £ ce; z f-. ^

HZg0je3O<QO!H<HHZZW<

<CcO

<<<

<0<<<S<JZ<J<h

S

go

CO

i—<

o HWcfl<ZZ <<Hh E-< E-* 33 Z < Z X O DI 3 > < Q < X o S < X < h 2 4 rl rf

W

MW<<<W!^W

33

H < « 33 < 33Z 033< J <cS> J X <33 ZZ Z

DZ

zz

S^S

<c^^

C0OCQ

QQW

CO -<00

H3hO<<Z<H

Sz

<S<

<

OO

O

< X =5 ^

X CO 4 4

•<<M<<<QShh

-W3300W •

<<D<^DHH<^H<HDH •H O S H O H < < < D H 44 tftf

CD CO CO s CO z

S 5 S z z z z z z z z z z z s z z s z z z z s z ; 5 5 z z z z z z z z z z z z z z z z z z z z z z ^

o

(38)

No. Nama Sekolah Keterangan

52

53

54

SDN 50 BABUKIK

SDN 51 PAKAN SINAYAN SDN 54 PAUH

rayon 5 rayon 5 rayon 5

J u m 1 a h 54 buah

Sumber : Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan

Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi

Sumatera Barat Tahun 1994

Pemilihan anggota sampel dalam penelitian ini,

menggunakan teknik gugus (cluster), acak (random)

seder-hana dengan teknik undian (Cluster Random Sampling).

Dari jumlah populasi di atas diketahui bahwa di Kecamatan

Tilatang Kamang Kabupaten Agam terdapat 54 buah Sekolah

Dasar (seperti terlihat dalam tabel 1), yang dibagi ke

dalam 5 rayon. Masing-masing rayon terdiri dari 8 sampai

dengan 13 buah sekolah.

Sampel dalam penelitian ini ditentukan 30% dari

unit populasi (54 buah sekolah). Seperti yang dikemukakan

oleh Nasution (1991 : 123) bahwa untuk penarikan sampel

ini minimal 10% dari jumlah populasi. Dalam penelitian

ini jumlah sampel diambil dengan proporsi 30% dari jumlah

populasi yang ada pada masing-masing rayon. Dengan demi

kian didapatlah 15 buah sekolah dasar yang dijadikan

sebagai sampel. Seperti diketahui bahwa masing-masing

sekolah dasar mempunyai 6 kelas, namun dalam penelitian

ini dibatasi pada kelas 2, 4, dan 6. Alasan pembatasan

[image:38.595.59.485.101.764.2]
(39)

kesiapan belajar murid sebagaimana yang telah dikemukakan

oleh Piaget, yaitu sensorimotorik, praoperasional, dan

operasional konkrit (Jerome S. Bruner : 1978).

Murid-murid sekolah dasar pada umumnya masih berada pada

tahap-tahap kesiapan belajar seperti disebutkan diatas.

Alasan pengambilan unit sampel dibatasi pada

sejumlah itu, karena berbagai keterbatasan (waktu,

tena-ga, dana, dsb.)

Keseluruhan unit sampel dengan para anggota sampel

tersebut dianggap dapat mencerminkan usaha penelaahan

permasalahan dalam penelitian ini. Mengingat unit dan

anggota sampel berada dalam satu kecamatan, yang secara

struktural berada dibawah aturan-aturan atau kebijakan

yang sama. Oleh karena itu, pengambilan unit dan anggota

sampel sebanyak yang disebutkan di atas dianggap cukup

representatif, karena dianggap dapat menggambarkan

sifat-sifat populasi. Secara rinci, jumlah sekolah yang

terpi-lih menjadi sampel dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Perincian dan Penyebaran Anggota Sample

No. Nama Sekolah Rayon Keterangan

1. SDN 01 TANGAH 3 - Setiap seko

2. SDN 03 SEI TUAK P. 2 lah diambil

3. SDN 04 VII NAGARI 4 3 orang guru

4. SDN 05 SR. PANJANG 3 (guru kelas

5. SDN 08 P. SINAYAN 5 2,4, dan 6)

6. SDN 13 III KAMPUNG 1

7. SDN 14 S. INDURING 1 - Rayon 1 = 3

[image:39.595.69.511.285.733.2]
(40)

No. Nama Sekolah Rayon Keterangan 9. 10 11 12 13 14 15 SDN SDN SDN SDN SDN SDN SDN

19 K T L U 25 III KAMPUNG 29 TANGAH

31 UJUNG

42 P. KUNIK

46 H. LAMO II 51 P. SINAYAN

2 1 3 4 5 4 5

- Rayon 3 = 3 - Rayon 4 = 3 - Rayon 5 = 3

Jumlah = 15

B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

9(">

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah

metode deskriptif, yaitu : memberikan gambaran tentang

fenomena tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari

masyarakat yang diteliti (Masri Singarimbun, 1989).

Sedangkan Rosenberg, Morris (1968) memberikan dua pe

ngertian metode deskriptif, yaitu : "(1) mendeskripsikan

gejala-gejala yang diteliti, (2) mempelajari hubungan

antara gejala-gejala yang diteliti".

Metode deskriptif tidak hanya terbatas pada pe

ngumpulan data, tetapi meliputi analisis dan

interpresta-si tentang arti data itu. Penelitian deskriptif

memban-dingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu

(Winar-no Surachmad, 1980 : 139).

Setelah metode ditetapkan, berikutnya ditentukan

teknik pengumpulan data yang sesuai dengan metode yang

(41)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini sesuai dengan data yang diperlukan, yaitu

data mengenai perilaku kepemimpinan guru, iklim organisa

si kelas. Kedua klasifikasi data tersebut dikumpulkan

dengan meminta tanggapan atau melalui persepsi guru, dan

hubungannya terhadap prilaku belajar siswa, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Angket, dipakai untuk mendapatkan data objektif

secara langsung dari pribadi responden yang dijadikan

anggota sampel penelitian (s_e_lf_ evaluation/self report

ing). Angket berbentuk pernyataan berstruktur

(pernya-taan tertutup) dengan memakai skala pengukuran (0, 1,

2, 3, 4). Setelah angket selesai diisi oleh responden

dan kemudian dikumpulkan kembali.

b. Observasi Kelas, yaitu melakukan pengamatan secara

langsung pada waktu guru kelas sedang mengajar untuk

mengamati perilaku belajar murid yang sesungguhnya.

Alat Pengumpul Data

Sesuai dengan data yang diperlukan dalam peneli

tian ini yaitu data tentang perilaku kepemimpinan guru

dan iklim organisasi kelas melalui persepsi, maka alat

pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Ada dua

macam kuesioner yang digunakan, yaitu (1) kuesioner untuk

data perilaku kepemimpinan guru, dan (2) kuesioner untuk

(42)

Selain itu, juga dilakukan observasi kelas guna

mendapatkan data tentang perilaku belajar murid. Untuk

kegiatan observasi ini digunakan pedoman observasi yang

dikembangkan oleh Flanders, yaitu Flanders Interaction

Analysis Categories-FIAC (sebagaimana terlampir).

Kuesioner untuk perilaku kepemimpinan guru dikem

bangkan berdasarkan aspek-aspek yang diteliti pada setiap

variabel dan sub variabel. Untuk lebih jelasnya, mengenai

aspek dan karakteristik dari masing-masing sub variabel

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Merencanakan Pengajaran

Komponen perencaan pengajaran ini terdiri dari

berbagai aspek, yaitu :

a. merumuskan tujuan

b. menetapkan metode

c. menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar

d. menetapkan alat/bahan

e. merumuskan tugas dan ujian.

Setiap pernyataan dalam angket ini dilengkapi

dengan lima alternatif jawaban yang sesuai dengan pernya

taan dan keadaan yang sebenarnya dirasakan dan dialami

oleh responden. Penilaiannya menggunakan bobot 0, 1, 2,

3, dan 4. Nol berarti tidak pernah (TP), satu berarti

jarang (J), dua berarti kadang-kadang (K), tiga berarti

sering (S), dan empat berarti selalu (SL) (Lihat

(43)

2. Pelaksanakan Pengajaran

Komponen pelaksanaan pengajaran ini terdiri dari

berbagai aspek, yaitu :

a. membuka pelajaran

b. menyajikan pelajaran

c. menggunakan strategi/pendekatan

d. menutup pelajaran

Setiap pernyataan dalam angket ini juga dilengkapi

dengan lima alternatif jawaban (sama dengan yang diguna

kan pada sub variabel merencanakan pengajaran)

3. Penilaian/Evaluasi

Komponen Penilaian/evaluasi ini terdiri dari

beberapa aspek, yaitu :

a. bentuk test/tugas

b. jenis test/tugas

c. cara pelaksanaan test/tugas

Setiap pernyataan untuk masing-masing aspek ini

dilengkapi dengan lima alternatif jawaban (sama dengan

yang digunakan pada sub variabel perencanaan dan pelaksa

naan pengajaran).

Kuesioner untuk iklim organisasi kelas

dikembang-kan berdasarkan aspek-aspek yang diteliti pada setiap

variabel dan sub variabel. Untuk lebih jelasnya, mengenai

aspek dan karakteristik dari masing-masing sub variabel

(44)

1. Hubungan

Komponen hubungan ini terdiri dari berbagai aspek,

yaitu :

a. kehangatan

b. keakraban

c. keterbukaan

d. kemerataan

2. pertumbuhan pribadi

Komponen

pertumbuhan

pribadi

ini

terdiri

dari

berbagai aspek, yaitu :

a. menerima penpadat

b.

mengemukakan pendapat

c. mengerjakan tugas

d. perhatian terhadap perbedaan individu

3. Pemeliharaan sistem

Komponen

pemeliharaan

sistem

ini

terdiri

dari

beberapa aspek, yaitu :

a. ketertiban kelas

b. ganjaran dan hukuman

c. sistem evaluasi

Setiap pernyataan untuk masing-masing aspek terse

but

di atas dilengkapi dengan lima

alternatif

jawaban,

yaitu

0, 1, 2, 3, dan 4. Nol berarti tidak pernah

(TP),

satu

berarti jarang (J), dua berarti kadang-kadang

(K),

tiga

berarti sering (S), dan empat berarti

selalu

(SL)

(45)

Instrumen yang disusun ini mengalami beberapa kali

penilaian berdasarkan pengamatan para penimbang (Dr.

Furqon, Drs. A. Muri Yusuf, M.Pd . , Drs. Madjid Noor,

M.A., dan Drs. Zainuddin M.Pd. , yang difokuskan pada

kelayakan materi, bentuk skala yang dipakai, serta jumlah

pernyataan yang mungkin dapat dipakai agar tidak terlalu

memberatkan kepada responden yang akan mengisinya. Para

penimbang memberikan penilaian baik isi maupun redaksi

kata-kata dari kuesioner tersebut. Jika menurut penimbang

butir pernyataan tersebut tepat, cocok, dan selaras

dengan indikator variabelnya, maka diberi skor 1, dan

jika tidak skornya 0.

Guna mengetahui keterandalan semua butir pernya

taan dari kuesioner yang disusun, berdasarkan timbangan

ketiga penimbang kemudian diuji dengan menghitung

relia-bilitas antar penimbang (interrater reliability) dengan

menggunakan formula yang dikembangkan oleh R.L. Ebel

(Guilford, 1954:395) sebagai berikut :

Vp - Ve

rll =

rll

Vp + (k-1) Ve

Vp - Ve

Vp + (k-1) Ve

Keterangan :

rll = reliabilitas timbangan seorang penimbang rll = reliabilitas timbangan seluruh penimbang Vp = variansi pernyataan

Ve = variansi galat

(46)

96

Dengan menggunakan formula di atas, diperoleh

koe-fisien reliabilitas untuk kuesioner kepemimpinan guru dan

iklim organisasi kelas. Selanjutnya angka koefisien

reliabilitas tersebut dikonsultasi dengan nilai t tabel

untuk menyatakan signifikan atau tidaknya hasil uji

tersebut.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas tersebut, maka

dapatlah disusun sejumlah instrumen untuk variabel kepe

mimpinan guru dan iklim organisasi kelas yang sudah dapat

digunakan untuk keperluan uji coba.

D. Validitas dan Reliabilitas

Instrumen sebagai alat pengumpul data dalam peneli

tian harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabili

tas. Oleh karena itu perlu diujicobakan terlebih dahulu

agar diketahui validitas serta reliabiliatas tidaknya

instrumen tersebut.

Survey awal (prasurvey) dalam rangka uji coba in

strumen ini dilakukan pada 3 buah sekolah (SD Isola, SDN

Setia Budi (IKIP), dan SDN 1 Sukarasa.

Data hasil prasurvey ini dianalisis dengan maksud

untuk mengetahui kesahihan (validitas) dan keterandalan

(reliabilitas) instrumen yang dipakai.

Validitas mempermasalahkan apakah instrumen yang

dipakai untuk mengukur suatu atribut sungguh-sungguh

mengukur atribut yang dimaksud. Melalui uji validitas ini

(47)

97

atau tidak. S. Nasution (1991 : 104) mengatakan :

"suatu

alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa

yang harus diukur oleh alat itu".

Ada

tiga macam validitas, yaitu (1)

validitas

isi

Content

validity). (2) validitas prediktif

(predictive

Validity), dan (3) validitas konstruk (construct

YaUdi-£y_) (S. Nasution,

1991 : 105).

Validitas isi erat hubungannya dengan isi atau bahan

yang

akan diujikan sesuai dengan kemampuan dan

pengeta-huan, serta pengalaman orang yang diuji. Validitas predik

tif

merupakan

validitas yang ada

kesesuaiannya

antara

ramalan

mengenai kelakuan seseorang

dengan

kelakuannya

yang

nyata.

Sedangkan

validitas

konstruk

menyangkut

kesesuaian

pengukuran

dengan

konsep

(konstruk).

Yang

dibahas

dalam validitas konstruk adalah isi

dan

maksud

dari

suatu konsep, apakah instrumen yang

dipakai

dapat

mengukur konsep tersebut.

Validitas

instrumen perilaku kepemimpinan guru

dan

iklim

organisasi

kelas adalah termasuk

instrumen

yang

harus diperiksa validitas konstruk dan validitas

isinya.

Untuk analisis daya pembeda digunakan uji t yang

didahu-lui

dengan

perhitungan

rata-rata

kelompok,

simpangan

baku, dan variansi (Sudjana,

1982 : 232).

Setelah

diadakan perhitungan akan diketahui

apakah

ada

perbedaan

antara kelompok

tinggi

dengan

kelompok

(48)

perilaku kepemimpinan guru dan iklim organisasi kelas

menurut persepsi guru.

Adapun pengujian reliabilitas instrumen penelitian

dihitung dengan mempergunakan "split-half method". dengan

membagi dua kelompok yaitu jumlah skor butir soal ganjil

dan jumlah skor butir soal genap. Kemudian diukur derajat

hubungannya dengan koefisien korelasi rank menurut rumus

yang telah ditentukan. Hasil dari pengujian reliabilitas

ini akan menunjukkan apakah instrumen ini reliabel atau

tidak.

Hasil pengujian validitas dan reliabilitas dari

instrumen yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 3

Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

No. Instrumen

Validitas Reliabilitas

th tO.95 th nilai kritis

1

2

Pola Kepemim pinan Guru

Iklim Organi

sasi Kelas

3, 18

8, 18

1,86

1,86

5,96

3,99

1,75

1,75

Dilihat dari tabel di atas, tampak bahwa untuk

perilaku kepemimpinan guru yang dilihat menurut persepsi

guru hasil hitung daya pembedanya instrumen adalah 3,18,

(49)

99

pembedanya cukup signifikan, karena t-hitung > dari

t-tabel. Dengan demikian instrumennya dapat dikatakan

valid.

Pada pengujian reliabilitas, diperoleh t-hitung 5,96

(dengan hasil hitung rs 0,83) dengan nilai kritis 1,75.

Jadi t-hitung lebih besar dari t-kriteria. Dengan demiki

an dapat dinyatakan bahwa terdapat korelasi nyata antara

butir soal ganjil dan butir soal genap pada taraf

signif-ikansi 95%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat

dikatakan bahwa instrumennya reliabel.

Untuk instrumen iklim organisasi kelas, yang juga

berdasarkan persepsi guru diperoleh hasil hitung daya

pembedanya adalah 8,18, sedangkan t-tabel (0,95) adalah

1,86. Ini berarti daya pembedanya cukup signifikan,

karena t-hitung > dari t-tabel. Dengan demikian instru

mennya dapat dikatakan valid.

Sedangkan pada pengujian reliabilitasnya, diperoleh

t-hitung 3,99 (dengan hasil hitung rs 0,70) dengan nilai

kritis 1,75. Jadi t-hitung lebih besar dari t-kriteria.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat korelasi

nyata antara butir soal ganjil dan butir soal genap pada

taraf signifikansi 95%. Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut, dapat dikatakan bahwa instrumennya reliabel.

Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam pengujian

validitas instrumen perilaku kepemimpinan dan iklim

organisasi kelas yang digunakan dalam penelitian ini

(50)

/ 2(Xi - xl)2

/2(Xi - x2)

si = V s2 = V

n-1 n-l

S2 =

2

(n-l)sl2 + (n-l)s2

nl + n2 - 2

100

z

xl - x2 Rumus t =

1 1

sV +

n n

Sedangkan rumus-rumus yang digunakan untuk

mengukur

reliabilitas instrumen penelitian untuk perilaku kepemim

pinan

guru

dan iklim organisasi

kelas

adalah

sebagai

berikut :

n

6 2 (hi - ki)2

i = l rs = 1

n(n2-l)

(Andi Hakim Nasution, 1983:177)

n-2

t = rs V"

1 - r2

(51)

BAB V

PEMBAHASAN, KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan REKOMENDASI

A. Penbahasan

Pembahasan terhadap temuan-temuan dari penelitian ini

dikaitkan dengan berbagai teori dan konsep-konsep yang

dikemukakan pada bab II.

1. Kontribusi Kepemimpinan Guru terhadap Perilaku

Belajar.

Guru sebagai pemimpin dalam kelas adalah merupakan

orang kunci yang sangat menentukan tentang apa dan bagaimana

mengelola program pengajaran serta usaha pencapaian

tujuan-nya. Dari hasil penelitian terbukti bahwa kepemimpinan guru

mempunyai pola hubungan yang positif dan linier dengan

perilaku belajar siswa, walaupun perilaku kepemimpinan guru

itu masih cenderung berorientasikan pada tugas. Dengan angka

korelasi 0.536 diperoleh angka koefisien determinasi 28.73%.

Ini berarti bahwa sebesar 28.73% dari perilaku belajar siswa

ditentukan oleh kepemimpinan guru. Sedangkan sebagian besar

ditentukan oleh variabel lain. Apabila kepemimpinan guru

meningkat secara positif, maka perilaku belajar siswa

dip-erkirakan pula akan meningkat. Untuk ini, kepemimpinan guru

perlu lebih ditingkatkan lagi supaya perilaku belajar juga

lebih meningkat.

(52)

128

Menyadari akan hal itu, maka sudah saatnya untuk

mencarikan

jalan guna meningkatkan

kemampuan

kepemimpinan

dari para guru-guru. Diantara usaha-usaha untuk meningkatkan

kepemimpinan guru tersebut adalah dengan menggunakan suatu

pendekatan yang bersifat komprehensif dan integratif, yaitu

adanya keseimbangan dalam pencapaian tujuan. Perilaku kepe

mimpinan yang berorientasi pada tugas dan hubungan akan

dapat memadukan tujuan pengajaran dengan tujuan yang ingin

dicapai oleh siswa, dengan memperhatikan kebutuhan siswa dan

kerja sama yang terkoordinir. Apabila guru mampu memperhati

kan kedua dimensi perilaku kepemimpinan itu, maka ia dapat

dikategorikan sebagai pemimpin yang efektif. Hal ini sesuai

dengan pendapat Cunningham (1982 : 111) bahwa pemimpin yang

tinggi dalam task orientation dan human orientation dalam

kepemimpinannya, maka kepemimpinannya disebut pemimpin yang

efektif.

Pendekatan kepemimpinan yang ditampilkan guru tersebut

merupakan keseluruhan perilaku yang diperlihatkan guru pada

waktu melaksanakan tugas mengajarnya dengan mempengaruhi

siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

menampilkan perilaku itu, guru dapat menggunakan

teknik-teknik tertentu yang memungkinkan berbagai kegiatan berlang

sung secara efektif. Suatu hal yang perlu diingat oleh guru

adalah bahwa tidak ada suatu perilaku yang paling cocok

untuk berbagai situasi. Dengan kata lain, suatu perilaku

yang sangat efektif untuk situasi tertentu belum tentu

(53)

itu, dalam mempengaruhi para siswa hendaknya menerapkan

perilaku yang efektif. Dengan cara ini diharapan tujuan

pendi

Gambar

Gambar1Faktor-faktor
TABEL1.
Gambar 1 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar
Gambar2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Tepung Limbah Ikan Gabus Pasir ( Butis amboinensis ). Limbah ikan gabus pasir basah (kepala, isi

Dari hasil analisis penelitian diketahui 65 item skala post power syndrome yang diujicobakan terdapat 47 item yang valid dengan nilai korelasi antara 0,324 sampai dengan 0,791

Data tanggapan responden yang diperoleh berupa ceklist. Berikut adalah kriteria penilaian butir soal.. Memberikan skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang populer dan banyak digemari, tapi tidak semua orang mengenal taktik-taktik dalam sepakbola oleh karena itu penulis mencoba membuat

“ Bagaimanakah kualitas tes tertulis Two-tier Multiple Choice yang dikembangkan pada materi pokok Organisasi

Terima kasih atas dukungan dan doa yang kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan semoga kita sukses semua dan dapat berkumpul kembali..

BENTUK-BENTUK PERJUANGAN TOKOH UTAMA MENGEJAR IMPIAN DALAM NOVEL BIRU KARYA AGNES JESSICA: KAJIAN PSIKOLOGI.. SASTRA Oleh Bima

keras yang berada pada sistem tersebut terdiri dari rangkaian sistem minimum. mikrokontroler ATMega32 sebagai pengendali sistem, rangkaian driver