• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EVALUATIF TEMTANG KELAYAKAN SARANA AKADEMIK, KOHERENSI PELAKSAMAAM SKS SERTA PRODUKTIVITAS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA (UKSW) SALATIGA TAHUM AKADEMIK 1984/1985.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI EVALUATIF TEMTANG KELAYAKAN SARANA AKADEMIK, KOHERENSI PELAKSAMAAM SKS SERTA PRODUKTIVITAS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA (UKSW) SALATIGA TAHUM AKADEMIK 1984/1985."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

P E L A K S A M A A M S K S S E R T A P R O D U K T I V I T A S U N I V E R S I T A S KRISTEM S A T Y A W A C A N A

(UKSWj SALATIGA TAHUM AKADEMIK

1 9 8 4 / 1 9 8 5

T E S I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tcsis Institut Keguruan Dan llmu Pendidikan Bandung

Untuk Memenuhi SeNahagian Dari Syarat

Program Pasca Sarjana Bidang Studi Admiimirasi Ptndidikan

HARBANGAN SIAGIAN

355/ D / X / - 7

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN 1LMU PENDIDIKAN

(2)

PROF. DR. ACHMAD SANUST, SH. MPA. Ptmbimbing

PROF. DR. OTENG^StJTISNA MSc. Ed. Pembimbing

MARET 1987

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSllTUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

ii

PERSETUJUAN TIM PEMBIMBING

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

xi

BAB

I

PENDAHULUAN

!

1.

Permasalahan

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian -j

T.2. Rumusan Masalah Penelitian

27

2.

Tujuan Penelitian

31

3.

Pentingnya Penelitian

31

BAB

II

LANDASAN TEORITIS TENTANG SKS

...

34

T. Konsep-konsep yang relevan dengan

pelaksanaan SKS 34

1.1:. Perlunya pemahaman sistem

dalam pendidikan 34

1.2.

Pendidikan sebagai suatu

sistem 49

2. Pendidikan Tinggi dalam sorotan

63

2.1.

Upaya Pendidikan Tinggi di

Indonesia dalam menganggapi

tuntutan pembangunan

735

2.2. Penerapan Sistem Kredit Se

mester (SKS) pada Perguruan

Tinggi di Indonesia 81

3. Produktiuitas sebagai aspek

deter-ntinan dalam organisaai

111

4. Konsep-konsep yang berkaitan

dei-ngan sarana pendidikan 116

5. Administrasi Pendidikan dan pene

rapan SKS 120

BAB

III

PROSEDUR PENELITIAN

126

1i. Tujuan Khusus/Operasional

126

2. Populasi Penelitian

126

3. Metoda Penelitian, Pembatasan Ma

salah, Tehnik Pengumpulan Data

serta Pelaksanaan Pengumpulan

data

127

vi

o •

1 1 1

wi

(4)

BAB IV

BAB

5. Definisi Operasional, Penetapan

k r i t e r i a - k r i t e r i a dan asumsi yang dipakai

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI T. Gambaran Kasus P e n e l i t i a n

1.1. Sekilas tentang UKSU

1.2. Gambaran singkat tentang perkembangan Fakultas-Fa-kultas yang bernaung dalam

UKSU

2. Pengolahan Data

2.1. Analisis data tentang Kelayak

an Sarana Akademik •

2.2. Analisis data berkaitan dengan aspek koherensi pelaksanaan SKS 2.3. Analisis data berhubungan de

ngan produktiuitas lembaga

3. Hasil Penelitian

3.1. Kelayakan sarana akademik yang

tersedia

3.2. Koherensi pelaksanaan SKS di UKSU

3.3. Kondisi Produktiuitas Lembaga 4. Diskusi mengenai Hasil Penelitian

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan 2. Rekomendasi DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C LAMPIRAN D LAMPIRAN E LAMPIRAN F LAMPIRAN G

DATA YANG AKAN DIOLAH

(5)

1. PERMASALAHAN

1M'* Latar Belakanq Masalah Penelitian

1o1o1o Suabanqan Pendidikan Terhadap Pembanqunan

Faktor produksi terpenting dalam rangka pembangunan

suatu bangsa adalah raanusia, sebab manusia adalah

sekali-gus menjadi subjek dan objek pembangunan. Seperti

dikata-kan Prof.Friderich Harbison:

Sumber daya manusia ... akhirnya merupakan dasar

ke-kayaan suatu bangsa. Modal dan sumber-sumber daya

alam adalah faktor-faktor produksi yang pasif; manu

sia merupakan faktor produksi yang aktif, yang bisa

mengumpulkan modal, mengeksploitasi sumber-sumber

alam, membangun organisasi-organisasi sosial, ekono

mi dan politik serta melaksanakan pembangunan

nasio-nal. Jelaslah bahua suatu negara yang tidak bisa

me-ngembangkan ketrampilan dan pengetahuan rakyatnya

dan mem»nfaatkannya secara efektif dalam ekonomi

na-sional, tidak akan bisa mengembangkan apa-apa lagi.1

Mekanisma institusional yang utama untuk mengembang

kan ketrampilan dan pengetahuan manusia adalah pendidikan.

Pendidikan tidak hanya berusaha membekali pengetahuan dan

ketrampilan yang memungkinkan orang bekerja sebagai

keku-atan yang akan mengubah ekonomi dalam masyarakat,

melain-kan juga memberimelain-kan nilai-nilai, cita-cita, sikap serta

aspirasi yang langsung atau tidak, berkaitan dengan

kepen-tingan pembangunan suatu bangsa.

Secara tradisional, pendidikan dianggap hanya sebagai

(6)

kandung bahaya, seolah-olah pendidikan berfungsi sekedar

pengekalan struktur-struktur sosial yang berlaku bukan

untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan dan

mendorong pertumbuhan. Namun sejak Perang Dunia II, ada

perubahan penilaian tentang peranan pendidikan, sebab pen

didikan diberi peranan yang sangat dinamis, ia diarahkan

untuk mengubah dan mengembangkan pengetahuan, bukan untuk

mengauetkannya: untuk menyebarkan kebudayaan kepada

ling-kungan sosial yang paling luas lagi malahan kepada

masya-2

rakat lain.

Pergeseran penilaian tentang peranan pendidikan,

di-dasarkan pada pertimbangan faedahnya bagi kemajuan bangsa.

Dengan semakin majunya peradaban dan aspirasi manusia,

semakin diperlukan orang-orang yang mempunyai pengetahuan

dalam jumlah dan mutu yang semakin tinggi. Pengetahuan

diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat

berhar-ga dan produktip, sebab pakerjaan produktip masa kini ada

lah pekerjaan yang didasarkan pada akal, bukan lagi pada

tenaga. Karena itu pembentukan orang-orang yang terdidik

dalam jumlah, mutu dan pemanfaatannya merupakan indikasi

yang panting tentang potensi suatu negara. Upaya untuk

mencerdaskan dan meningkatkan ketrampilan itu dicapai

me-lalui pendidikan. Sehingga tidak mengherankan kalau ada

2

Oteng Sutisna, Pendidikan Dan Pembangunan

Tan-^an9an Bag1 Pembaruan Pendidikan( Banduno:Ganaco N.vTT

(7)

maka pendidikan adalah kunci untuk segala-galanya.4

Pendidikan Tinggi adalah salah satu dari sub sistem

pendidikan formal. Dikaitkan dengan pembangunan bangsa,

pendidikan tinggi memainkan peranan tersendiri. Peranan

itu nampak dari fungsinya yaitu sebagai lembaga untuk

men-didik ilmuuan yang beruauasan luas dan tenaga-tenaga ker

ja profesional yang mampu dan trampil untuk melaksanakan

tugas-tugas pembangunan bangsa.

Secara singkat peranan Pendidikan Tinggi itu

termak-tub dalam Tri Dharma Pendidikan Tinggi, yakni pendidikan,

penelitian dan pengabdian masyarakat. Melalui dharma pen

didikan, pendidikan tinggi diharapkan dapat menempa dan

menghasilkan tenaga kerja yang trampil yang mempunyai

pengetahuan, di nana pikirannya kelak akan disumbangkan

kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Melalui dharma pe

nelitian, pendidikan tinggi diharapkan mampu mengadakan

inowasi yang berguna bagi pembangunan bangsa. Sementara

melalui pengabdian masyarakat, pendidikan tinggi melalui

civitas akademikanya dapat mengaroalkan dan mengabdikan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dimiliki untuk

pembangunan bangsa.

Khusus untuk Indonesia, pemerintah telah membuat

3

E.F.Schumacher, Small Is Beautiful Economics As

j_f People Mattered.(New York:Harper 4 Row, Inc. ,1973 ),p772.

4

(8)

(1) Menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat

pengem-bangan ilmu pengetahuan dan teknologi,serta pusat

kegiatan penelitian sesuai dengan kebutuhan pem

bangunan masa sekarang dan masa datang.

(2) Mendidik mahasisua agar mampu menguasai ilmu pe

ngetahuan dan teknologi,berjiua penuh pengabdian

serta memiliki rasa tanggung jauab yang besar ter

hadap masa depan bangsa dan negara Indonesia

da-lam rangka pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.

(3) Mengembangkan tata kehidupan kampus sebagai masya

rakat ilmiah yang berbudaya,bermoral Pancasila

dan berkepribadian Indonesia.5

Melihat peranan dan fungsi perguruan tinggi yang

de-mikian luas, mengisaratkan perlunya perhatian dan

pemikiran ypemikirang besar untuk pengelolapemikiran dpemikiran pembinapemikiran ypemikirang ter

-arah dan sistematik. Pengeloaan dan pembinaan yang

demi-kian sangat diperlukan bagi perguruan tinggi, selain

di-tinjau dari peranan dan fungsinya, juga karena biaya stu

di di perguruan tinggi yang cukup mahal. Diakui bahua

menghitung berapa biaya seseorang studi di perguruan ting

gi secara pasti sangat sulit, karena perbedaan uaktu,

tern-pat dan jenis studi, namun secara garis besar, Cina

sesu-dah PD II tel«h mencoba menghitungnya, ternyata bahua:

menunjang satu orang di Universitas diperlukan hasil ker

ja 30 orang petani, jika seseorang kuliah selama 5 tahun,

maka uaktu ia menerima ijazahnya, dia telah menghabiskan

150 tahun kerja seor-ang petani.6

Terutama di Indonesia, upaya membuat perguruan

,

GBHN,TAP.No.II/MPR/1983.Susunan Kabinet

Pembanqun-an( SemarangjAneka Ilmu,CV.,1983),pp. 86^87^

(9)

nya adalah sebagaimana tertuang dalam S.K. Menteri Pendi

dikan dan Kebudayaan No .0124/U/1979, yang kemudian

disem-purnakan dengan S.K. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

No. 0211/U/1982, yang antara lain mengatur:

(1 ) Pembaharuan jenjang dan jenis program di perguru

an tinggi sehingga bersifat multistrata dengan

jenis program yang diperkaya dan,

(2.) Penggunaan sistem kredit semester dengan

pengatur-an stpengatur-andard bebpengatur-an belajar dpengatur-an masa belajar untuk

setiap jenjang dan jenis program secara lebih ba

ik dan terarah.7

Perubahan yang mengarah kemajuan senantiasa

didamba-kan dan diusahadidamba-kan oleh orang yang beradab. Hasilnya

su-dah nampak, baik dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan dan

teknologi, yang kemudian mempengaruhi kehidupan sosial.

Perubahan itu mempunyai dampak terhadap dua dimensi,

yak-ni dimensi meyak-ningkatkan kesejahtraan umat manusia dan di

mensi kesenjangan, baik secara internasional maupun seca

ra individual.

Dimensi kesenjangan internasional menampakkan diri

dengan semakin jauhnya perbedaan kemajuan antara negara

maju dengan negara-negara sedang berkembang. Sedang dimen

si kesenjangan individual menampakkan diri dalam perbeda

an kemajuan dan kesejahtraan yang menyolok yang dinikmati

oleh orang yang " mampu M dan yang "kurang mampu '*.

7

Pedoman Pelaksanaan Pola Pembaharuan Sistem Pendi

dikan Tenaqa Kependidikan Di Indonesia. Buku IV:

Penyelenq-Qaraan Pendidikan Dan Penilaian Dalam Sistem Kredit

Semes-_te_£.lJakarta :Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,

(10)

terutama negara-negara sedang berkembang. Sebab selain

memperlemah posisi di dunia internasional juga dapat

me-nimbulkan keresahan dan ketegangan dalam negeri.

Upaya mencapai kemajuan adalah melalui pembangunan

di segala bidang, terutama dalam bidang pendidikan, ter

nyata kalau diperhatikan dalam kenyataan praktia: pendi

dikan semakin mendapat tempat yang penting, bahkan dapat

disebut tempat yang sangat strategik dalam proses pemba

ngunan dan pembinaan ketahanan negara-negara tersebut.8

Peranan strategik dari pendidikan itu terjadi karena

pendidikan, tidak hanya berfungsi untuk mencerdaskan

orang tapi yang terutama adalah memasok tenaga yang diper

lukan dalam proses pembangunan, baik dalam arti jumlah

maupun mutu.

Peranan strategik dari pendidikan terhadap pembangun

an akan semakin jelas jika ditinjau dari segi ekonomi,

sebab ternyata dari hasil-hasil penelitian ada beberapa

sumbangan konkret dari pendidikan terhadap ekonomi, yang

nampak dari beberapa pendekatan, yakni;

(1) Pendekatan residual yakni dengan menghitung sumbangan

dari modal,input tenaga kerja dan sumber-sumber fisik

kepada pertumbuhan produksi dan apapun yang

terting-gal sebagai sisa (residu) dianggap berasal dari faktor

8

Uinarno Surakhmad,"Problematik Pembaruan Pendidik

an Negara-Negara Sedang Berkembang Deuasa ini",Prisma,No.

(11)

selama separuh abad terakhir, dianggap disebabkan

oleh faktor manusia. Solou memperkirakan hanya 10

%

dari pertumbuhan ekonomi bisa diterangkan berasal da

ri pertumbuhan penduduk dan sumber fisik, sedang sisa

yang 90

%

dianggap disebabkan oleh faktor residual.

(2) Pendekatan korelasi yaitu pendekatan yang menggunakan

perbandingan antar negara yakni dengan mencari

hubung-an hubung-antara tingkat pertumbuhhubung-an pendidikhubung-an denghubung-an

ting-kat pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian Harbison

dan Myers menunjukkan, ada korelasi yang tinggi pada

semua tingkat pendidikan.

(3) Pendekatan besar keuntungan atau rate of return ap

proach yakni pendekatan yang menganggap bahua

pengha-silan orang yang berpendidikan berasal dari investasi

dalam pendidikan. Konsekuensi-konsekuensi ekonomi da

ri pendidikan dipelajari dengan mempertentangkan

peng-hasilan orang-orang yang berpendidikan » lebih « dan

yang berpendidikan '» kurang ". Perbedaan dalam

peng-hasilan itu diukur melalui analisa cost-benefit,

di-nyatakan sebagai persentase keuntungan investasi da

lam pendidikan untuk perseorangan maupun masyarakat

secara keseluruhan. Ternyata tanpa kecuali, bahua da

ri sudut produktivitas, keuntungan pendidikan sama

tingginya dan bahkan lebih tinggi dengan keuntungan

investasi di bidang lainnya.9

9

(12)

Pembukaan UUD 45 yang mengatakan bahua salah satu tujuan

Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian

dalam GBHN dijabarkan lebih lanjut, yaitti:

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila,bertujuan untuk meningkatkan ketaquaan terhadap Tuhan Yang

Ma-ha Esa,kecerdasan dan ketrampilan,mempertinggi budi

pekerti.memperkuat kepribadian dan mempertebal se-mangat kebangsaan dan cinta tanah air,agar dapat

me-numbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat

mem-bangun dirinya sendiri serta bersama-sama

bertang-gung jauab atas pembangunan bangsa.10

t»t»2a Perguruart Tinggi dan Peabangunan

Perguruan Tinggi sebagai jenjang terakhir sistem pen didikan formal mempunyai peranan tersendiri, yang

membuat-nya perlu ditangani dan diperhatikan secara khusus. Pergu ruan Tinggi, selain bertujuan memanusiakan manusia, juga

berperan penentu bagi pengembangan dan pembangunan bangsa

di kemudian hari. Adapun peranan perguruan tinggi menurut

T.K.Oommen adalah:(l) Promoting tradition and modernity,

(2) Promoting Nationalism and Humanism, (3) Supporting and

opposing The State, (4) Promoting people orientation and

undertaking elite training and (5) Promoting stability

11

and change.

Memajukan/mengembangkan tradisi dan modernitas

ber-pangkal dari asumsi bahua sebagian dari tradisi dan

10GBHN,TAP.No.Il/MPR/1983,Susunan Kabinet

Pembangun-an, op_.cit.,p. 8 3

11

T.K .Oommen,The Vision and fieality of University,

The Asian Context:^ Cretical Reyieu Of The Vision and Re

ality Of University In Society,(Bangkok-Thailand:1985),
(13)

dan modernitas tertentu secara selektip.

Mengembangkan nasionalisme dan humanisme berkaitan

dengan pentingnya kedua hal itu bagi kehidupan suatu ne

gara. Nasionalisme diartikan sebagai ideologi, sedang hu

manisme sebagai nilai-nilai kemanusiaan yang sifatnya

jangka panjang. Karena kedua hal di atas sangat penting,

membuat perguruan tinggi uajib untuk mengembangkannya.

Mendukung dan berhadapan dengan negara, berkaitan de

ngan kenyataan bahua perguruan tinggi khususnya di Asia

dibiayai dan kemungkinan diauasi oleh negara. Namun jika

negara berorientasi kepada manusia serta jika sifat-sifat

masyarakat kondusip untuk dikembangkan, perguruan tinggi

harus mengembangkannya, paling tidak membantu membentuk

pandangan tentang dan hubungan masyarakat dan negara.

Mengembangkan orientasi pada orang dan mengutamakan

latihan orang-orang elite, berpangkal pada pemahamam bah

ua membangun suatu negara diperlukan orang-orang pilihan

yaitu mereka yang memangku posisi penting dalam negara.

Menghasilkan orang-orang demikian merupakan tugas perguru

an tinggi. Perguruan tinggi harus mampu melatih

orang-orang pilihan yang mempunyai nilai-nilai yang memungkin

kan pengembangan sosial bukan sekedar mobilitas vertikal

untuk pribadi.

Mengembangkan stabilitas dan perubahan, berkaitan de ngan pandangan bahua perguruan tinggi merupakan institusi

(14)

Maksudnya perguruan tinggi harus melauan kecenderungan

fundamentalism©,ketidakjelasan dan irrasionalitas, serta

menghilangkan perubahan sosial yang cepat yang tidak dii-nginkan.

Dari keterangan di atas nampak betapa besar peranan perguruan tinggi dalam pembangunan suatu bangsa. Perguru

an tinggi selain sebagai agen pembaharu yaitu sebagai ua-hana untuk menemukan dan mendesiminasikan

penemuan-pene-muan baru juga berfungsi mengkader dan menghasilkan calon pemimpin bangsa.

Kesadaran tentang pentingnya peranan perguruan ting

gi, membaua masalah dan tantangan tersendiri bagi

pengelo-lanya. Harapan agar dapat menghasilkan sarjana-sarjana

yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan harapan ma

syarakat, menuntut perguruan tinggi agar mengadakan

usaha-usaha pembaharuan. Pembaharuan itu selain menyangkut

ti-tik orientasi juga dalam proses belajar mengajar.

Perlunya perubahan titik orientasi dikaitkan dengan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, akibat

pembangunan dan meningkatnya aspirasi masyarakat. Pemba

ngunan menimbulkan perubahan dan perubahan itu

menimbul-kan aspirasi baru serta membutuhmenimbul-kan tenaga dalam jumlah

dan mutu yang semakin meningkat.

Perguruan tinggi sebagai sarana pendukung pembangun

an, kalau mau taat asas atau konsekuen dengan misinya,

harus tanggap terhadap perubahan. Sebagai uahana pencipta

roanusia-manusia pembangun, perguruan tinggi tidak boleh

(15)

irama perubahan malah harus dapat mendahuluinya.

Sebagai dampak perubahan, tuntutan akan tenaga ahli

dan trampil semakin meningkat, baik dari segi kuantitas

maupun kualitas. Perubahan tuntutan itu menjadi tantangan

bagi perguruan tinggi. Darinya diharapkan, selain mampu

meningkatkan jumlah lulusan juga harus mampu menghasilkan

tenaga dengan kualitas yang sesuai dengan derap perubahan

Tuntutan itu dari tahun ke tahun berubah, mengisaratkan

agar perguruan tinggi juga perlu merubah atau berbenah

diri, tidak lagi hanya berorientasi kualitas melainkan

berorientasi kuantitas dan kualitas yang mengalami

diver-sifikasi.

Tantangan di atas diperkuat lagi dengan meningkatnya

kesadaran masyarakat bahua pendidikan adalah suatu proyek

yang memerlukan biaya besar. Masyarakat menuntut agar

pengelola pendidikan mempertanggungjauabkan program dan

proses pendidikan. Yang diminta dipertanggungjauabkan

adalah: program pendidikan dengan dana yang dipergunakan

Memperhatikan harapan dan tantangan di atas, perguru

an tinggi dalam praktek sehari-hari perlu mengubah titik

orientasi. Tidak hanya berorientasi pada jumlah dan mutu

lulusan, melainkan perlu mengkaitkan biaya dengan

penye-lenggaraan pendidikan. Singkatnya, dari perguruan tinggi

dituntut efisiensi dan efektivitas pendidikan.

Perguruan tinggi sebagai uahana pencipta kader

12

12,

Mohammad Fakry Gaffar,Tantangan dan Arah Baru Ba

gi Manajemen LPTK, Orasi Ilmiah pada Die7-NataTTs~Ke~3~

(16)

pemimpin bangsa, membaua problema tersendiri. Kepada ma

hasisua didikannya, perlu dibekali selain ilmu dan ketram

pilan juga perlu dibekali sikap-sikap atau nilai-nilai se bagai calon pemimpin. Sikap itu adalah sikap berani atau

keberanian. Keberanian itu terdiri dari beberapa unsur

dan dimensi. Secara konseptual, di dalam keberanian ada

unsusr-unsur seperti: potensi,daya,kemauan,kehendak,kese-diaan dan kesiapan untuk bergerak dan memilih sesuatu,

dengan dimulai berlatih ,mencoba, bertindak dan rnembiasa

-13

kan. Sedang konsep keberanian terdiri dari dimensidi

-mensi :

(1) Keberanian ragaui atau keberanian badaniah,yaitu

kemauan,kesediaan,kesiapan, dan kemampuan orang dengan anggauta badannya untuk bergerak mengerja-kan sesuatu pekerjaan... Keberanian segi ini da pat diperhatikan dari gerakan anggauta badan me-mikul tugas,mengerjakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan fungsinya.

(2) Keberanian sosial atau keberanian komunikasi,

yaitu kemauan,kehendak,kesediaan,kesiapan dan ke mampuan seseorang untuk bersikap terbuka,suka men-dekat atau berhubungan dengan orang lain. Ada ke sediaan berlatih,mencoba dan akhirnya membiasakan diri berkomunikasi dua arah, berdiskusi dan sa

ling memberi keterangan dan penjelasan yang di

-anggap perlu,juga saling memberi kritik atau sa ran, ualau putusan tetap sesuai dengan hati nura-ninya masing-masing.

(3) Keberanian moral, yaitu kemauan,kesediaan,kesiap

an,dan kemampuan seseorang dalam menghayati,memi lih ,memelihara,mengikat diri, dan mempertahankan diri dengan nilai-nilai moral yang telah jadi ke-yakinannya dan sebagai uay of live. Ini berkenaan dengan seluruh tata nilai yang menyangkut benar-salah,baik-buruk,adil-zalim dsb. yang bersemayam

13,

(17)

di dalam hati sanubari. Orang bilang: berani ka

rena benar... Keberanian moral sering juga

dise-but keberanian perseptif, yang pada hakekatnya

dilihat dari sudut kesediaan dan kemampuan rasa

serta akal budi dalam menghayati serta

memperta-hankan nilai-nilai baik-buruk.

(4) Keberanian kreatif, yaitu kemauan,kesediaan,ke

siapan, dan kemampuan orang untuk

berlatih,men-coba,dan membiasakan diri menaroh perhatian

sung-guh,mengolah informasi,menyusun dan membentuk

ga-gasan, dan akhirnya memproduksi sesuatu dengan

arti.makna, dan kegunaan baru yang lebih bermutu

dan apa yang ada sebelumnya.

(5) Keberanian imani,yaitu kemauan,kesediaan, dan

kesiapan untuk berlatih,mencoba,dan membiasakan

din percaya adanya Yang Maha Ghaib,Yang Maha

Esa,Yang Maha Pencipta,Yang Maha Kuasa.dst.

Dia-lah AlDia-lah sut.Yang Maha Benar, Yang Maha Adil.

dst.14

Supaya perguruan tinggi mampu menghasilkan

manusia-manusia pembangunan,mampu bekerja secara efektif dan

efi-sien serta mampu menghasilkan calon pemimpin yang mempu

nyai keberanian dengan segala dimensinya, menuntut pergu

ruan tinggi mengadakan perubahan yang bersifat

inovatif-konstruktif. Perubahan itu menyangkut dalam segala

aspek-nya atau dalam sistem pendidikanaspek-nya.baik kurikulum,proses

belajar-mengajar serta tatacara penilaian.

Perubahan dalam kurikulum bukan diartikan hanya se

kedar merubah matakuliah yang disajikan, melainkan lebih

dalam dari itu. Perubahan yang dituntut tidak cukup hanya

bersifat: meliorisme-semacam usaha reformasi tambal su_

i 15 , . .

lam

, »elamkan perlu perubahan konseptual yang

14

Thirl.,pp.20-23.

15\Jinarno Surakhmad J'llmu Kependidikan Untuk Pemba

ngunan Sebuah Kebutuhan Strategik Dunia Ketiga" Prisma 2

(18)

memungkinkan dapat berkembang secara fundamental. Peru

-bahan itu tidak hanya peru-bahan seuaktu-uaktu, darurat

dan mencoba-coba, melainkan perlu didisain untuk tujuan

nasional, yang memungkinkan perguruan tinggi sebagai

bagi-an ybagi-ang bersatu dbagi-an bersenyaua dengbagi-an proses pembbagi-angunbagi-an.

Dipihak lain aspirasi dan kebutuhan masyarakat

sela-lu berubah. Agar sela-lusela-lusan perguruan tinggi dapat selasela-lu

siap kerja, mengisaratkan agar perguruan tinggi selalu

mengantisipasi aspirasi dan kebutuhan tersebut. Kemauan

dan kemampuan mengantisipasi itu diuujudkan dalam kesedi

aan meninjau kurikulum yang dipakai. Peninjauan kurikulum

bukan diartikan untuk selalu mengganti sebagaimana sering

terjadi atau sekedar memangkas kurikulum disana-sini : se

hingga kurikulum itu tidak pernah dapat bertahan cukup

1ft

lama untuk memantapkan diri

, melainkan perlu didisain

secara konseptual dan didasari pemikiran yang mendasar,

sehingga memampukannya untuk bertahan lama. Bukan diarti

kan supaya kurikulum tidak berubah. Perubahan tetap dapat

dan selalu diinginkan, namun perubahan itu bukan perubah

an total melainkan perubahan dalam aspek matakuliah yang

disajikan. Yang diinginkan adalah kurikulum yang dapat

bertahan untuk jangka lama atau bersifat tetap, namun

di-mungkinkan untuk memasukkan peluang-peluang baru. Suatu

kurikulum yang kokoh namun bersifat lentur (fleksibel),

sehingga tidak perlu diganti setiap ada keinginan dan ha

rapan baru, itulah yang diharapkan.
(19)

Agar harapan dan keinginan di atas dapat terpenuhi,

kurikulum yang selama ini yang sifatnya kaku dan statis

perlu diganti dsngan suatu kurikulum yang sifatnya

dina-mik dan lentur. Rancang bangun yang sesuai dengan sifat

terakhir adalah Sistem Kredit Semester atau disingkat SKS.

Penggunaan SKS di perguruan tinggi, selain dapat

menganti-sipasikan harapan dan aspirasi masyarakat, juga memiliki

keunggulan lain. Keunggulan itu, di samping soal

efisien-si juga memungkinkan mendidik mahaefisien-sisua untuk memiliki ke

beranian dengan segala dimensinya. Kaberanian itu timbul

karena kepada mahasisua dengan sistem: ini dituntut untuk

mau dan mampu memutuskan sendiri, baik menyangkut jumlah

matakuliah atau kredit yang akan diambil.

t*to3» SKS dan Perguruan Tinggi di Indonesia

SKS berbeda dengan sistem yang dianut dan diterapkan

selama ini, yakni sistem tingkat/blok. Dalam sistem ting

kat, mahasisua hanya diperbolehkan mengikuti kuliah pada

jenjang berikutnya manakala persyaratan minimum telah

di-penuhi dari jenjang sebelumnya. Jika persyaratan itu ti

dak terpenuhi, mahasisua biasanya dianggap atau

dinyata-kan "gugur", dalam arti tinggal tingkat, dan semua atau

sebagian matakuliah harus diulang, meskipun sebelumnya

telah dinyatakan lulus.
(20)

Dalam SKS yaitu sistem tanpa tingkat.keberhasilan

mahasisua pada dasarnya ditandai oleh makna yang

terkan-dung dalam kata Kredit dan Semester. Pada sistem ini, pa

da hakekatnya diakui bahua penyelesaian suatu unit proses

belajar dapat dihargai secara kuantitatif maupun

kualita-tif, selama masa tertentu. Kredit yang diperoleh dapat

ditabung untuk secara kumulatif pada suatu saat dapat

di-pakai sebagai tanda telah memenuhi persyaratan untuk

me-nyelesaikan suatu program.

Perbedaan lain yang perlu disoroti adalah dalam hal penentuan matakuliah yang diambil mahasisua. Pada sistem

tingkat/blok, kepada seluruh mahasisua yang berada dalam

satu tingkat, diuajibkan mengambil sejumlah matakuliah

yang sama, tanpa memperhatikan perbedaan dalam kemampuan

intelektual mereka. Cara ini kurang baik, sebab dengan

penyamarataan akan memberatkan mahasisua yang kemampuan

intelektualnya kurang, serta menghambat mahasisua

yang

kemampuan intelektualnya tinggi.

Lain halnya dengan SKS. Beban kredit atau matakuliah

yang diambil pada suatu semester, disesuaikan dengan kei

nginan,, kemampuan intelektual dan finansialnya. Dengan

cara ini diharapkan tidak ada mahasisua yang terrugikan.

Mahasisua yang kemampuan intelektualnya kurang atau ada

faktor pembatas, dapat mengambil beban kredit yang lebih

sedikit, sedang mahasisua yang kemampuan intelektualnya

tinggi, dapat mengambil beban kredit dalam jumlah yang

lebih banyak. Cara ini, selain mampu menunjukkan unsur

(21)

msmasok tenaga yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Jika dikaji dari konsep dan prinsip-prinsip yang

terkandung dalam penyelenggaraan SKS,dan pola

pelaksanaan-nya, secara garis besar dapat disimpulkan bahua melalui penerapan SKS dapat dicapai beberapa hal:

1. Untuk memberikan kesempatan kepada mahasisua yang ca-kap dan giat belajar agar dapat menyelesaikan studi dalam uaktu sesingkat-singkatnya.

2. Untuk memberikan kesempatan kepada mahasisua agar da pat mengambil matakuliah yang sesuai dengan minat,ba-kat, dan kemampuannya.

3. Untuk memberikan kemungkinan agar sistem pendidikan dengan " Input " dan " Output " jamak dapat dilaksa-nakan.

4. Untuk mempermudah penyesuaian kurikulum dari uaktu ke uaktu dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang sa ngat pesat deuasa ini.

5. Untuk memberikan kemungkinan agar sistem evaluasi ke majuan belajar mahasisua dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya.

6. Untuk memungkinkan pengalihan ( " transfer ") kredit

antara jurusan,antara bagian, atau antara Fakultas da lam suatu perguruan tinggi.

7. Untuk memungkinkan perpindahan mahasisua dari perguru an tinggi yang satu ke perguruan tinggi yang lain, atau dari satu bagian ke bagian lain dalam sesuatu perguruan tinggi tertentu.17

Salah satu sifat manusia adalah kesukaan dan kemam

puan untuk berpikir. Berpikir dipakai baik dalam menyele

saikan tugas atau masalah, maupun menafsirkan suatu kon sep atau ketentuan. Jika suatu konsep atau ketentuan ti

dak diikuti dengan pedoman praktis, dapat mengakibatkan

tafsir yang berbeda atau malah mungkin saling bertentang_

an. Menghindari perbedaan tafsir terhadap SK Menteri

17

(22)

No. 0124/U/1979,kemudian dilanjutkan dengan SK Menteri

No. 039/U/1980, yang mengukuhkan Pola Pembaharuan Sistem

Pendidikan Tenaga Kependidikan (PPSPTK). Untuk

melaksana-kan PPSPTK telah dikeluarmelaksana-kan pedoman pelaksanaannya oleh

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi yaitu:

Pedoman I membicarakan masalah-masalah secara umum yang menyangkut rasional pembaharuan,pembaharuan

ins-titusional, pelayanan dan pembinaan lanjutan terhadap

tenaga kependidikan,serta mekanisme pengembangan

sistem.

Pedoman II membicarakan secara lebih luas masalah kuri kulum inti pendidikan tenaga kependidikan.

Pedoman III mengupas soal pengalaman lapangan.

Pedoman IV akan membicarakan masalah penyelenggaraan

pendidikan dan masalah penilaian dalam sistem kredit

semester.18

Pencetusan dan penerapan perkuliahan dan penilaian dengan SKS pada perguruan tinggi di Indonesia: ualaupun

1 9 sangat mirip dengan yang diterapkan di Amerika Serikat ,

namun masih merupakan suatu inovasi: ualaupun masih dalam 20

tingkatan reproduktif dan regeneratif

, sebab SKS yang

diterapkan di Indonesia sudah diolah lebih lanjut sehing

ga mendapat tambahan yang bernilai. Diakatakan inovasi

tahap regeneratif/reproduktif sebab S1,S2 dan S3 yang ada

di Indonesia dan di Amerika Serikat mempunyai perbedaan. Selain dalam hal jumlah kredit yang harus diperoleh tiap

jenjang, juga berbeda dalam derajad penguasaan materi.

1 8

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Pedoman Pelaksanaan Pola Pem baharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Indone sia Buku IV, op.cit.,p. 1.

1 9

Karanqan.Kompas (Jakarta),3 Juli 1985,p. 1.

20
(23)

Gelar Bacheloriat Amerika adalah gelar pertama di

Univer-sitas dan penyandang gelar ini tidak diharapkan telah me

miliki ilmu yang tuntas di bidangnya. Dia masih merupakan

seorang generalis yang pernah mempelajari banyak ilmu, tapi tidak mendalami satupun. Di Indonesia, jiua SKS mem

berikan fleksibilitas bagi mahasisua untuk memilih dan

menentukan bakatnya sendiri, namun pada umumnya mahasisua masih dikotak-kotakkan secara dini, sebab pada saat maha

sisua diterima pada perguruan tinggi, mereka harus memi

lih bukan hanya fakultas tapi juga jurusan yang hendak

dimasuki.

Apapun kelemahan yang masih terdapat pada SKS yang

saat ini diterapkan di Indonesia, namun ide yang dikan

-dung dalam SKS masih mempunyai keunggulan yaitu memungkin

kan lembaga menaikkan produktivitas, efisiensi penyeleng

garaan pendidikan, memungkinkan penerapan demokrasi pen

didikan serta memungkinkan untuk menghasilkan tenaga

yang mempunyai keberanian. Yang perlu ditata dalam uaktu

singkat adalah penyelenggaranya, sebab disitulah pengha-lang terbesar yang sering ditemui. Dari pengalaman ternya

ta: guru-guru, baik di Universitas maupun di sekolah me-21

nengah, umumnya bersifat konservarif , sehingga sangat

sukar mengubah sikap mereka. Sebagian dosen di perguruan

tinggi enggan melepaskan diri dari kacamata akademik yang

telah lama dipakai dan dikenalnya. Mereka biasanya

21

Auad Bahasoan dan Nasuil Idris (Penyunting),C .E .

(24)

menolak usaha-usaha pembaharuan: sumber utama penolakan

adalah vested interest yang sudah mapan dan untuk itu me

reka akan berjuang untuk mempertahankan status quo atau

22

keadaan tetap , sehingga diterapkannya cara baru, sering

secara apriori ditolak tanpa lebih dulu mendalami secara

seksama.

Diakui bahua dalam, pelaksanaan/penerapan SKS ditemui

kendala-kendala, terutama kendala sikap dan keinginan pa

ra pelaksana. Sebab penerapan SKS menuntut perubahan pola

pikir dan pola pandang seluruh uarga perguruan tinggi,

yang kemudian diuujudkan dalam perubahan persepsi,

stra-tegi penanganan sampai pada praktek-praktek di tingkat pe

laksanaan sehari-hari. Mengingat pembaharuan ini telah

menjadi kebijakan pemerintah dan sudah dipandang sebagai

kebutuhan yang mutlak untuk meningkatkan peranan dan mutu

perguruan tinggi, pelaksanaannya tidak boleh

ditunda-tun-da: pemerintah telah membuat suatu target agar perubahan

itu segera dimulai dan diharapkan sudah mencapai sasaran

pada tahun 1983/1984

, sebab kalau tuntutan besar itu

diserahkan secara bebas pada para pelakunya, dapat

dira-malkan, perubahan yang dimaksud akan sukar terlaksana da

lam uaktu yang pendek.

22Kenneth U.Thompson,Barbara R.Fogel, and Helen E.

Danner (edit.).Higher Education and Social Change Promis

ing Experiments in Developing Countries (Neu York:

Praeg-er Inc. ,1976),I,Reports,p. 1U.

23Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Pedoman Pe

laksanaan Pola pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kepen

(25)

Universitas Kristen Satya Uacana (selanjutnya

dise-but UKSU) di Salatiga, salah satu perguruan tinggi yang

berstatus suasta di Indonesia, sejak tahun 1974

sebenar-nya telah menerapkan SKS, hasebenar-nya saja pedoman yang dipakai belum merupakan kesatuan yang terpadu atau integratif.

Dengan akibat,sering terjadi tafsir yang berbeda, pelak

sanaan yang tidak seragam, sehingga dapat merugikan lem

baga maupun mahasisua. Dari hasil pengalaman selama

sembi-lan tahun dan didorong oleh harapan pemerintah, kemudian

dibuat suatu ketentuan yang terpadu yaitu dengan

dikelu-arkannya Ketentuan Rektor No. 48/Kep./Rek./1983, yang

mengatur tentang SKS tertanggal 2 Juli 1983.

Penerapan SKS di UKSU adalah uujud komitmen dalam

mengikuti ketentuan tentang pendidikan tinggi yang bersi

fat nasional serta upaya untuk menunjukkan partisipasi

dalam pembangunan nasional, sebab dalam GBHN dikatakan:

Perguruan suasta perlu ditingkatkan mutu,peranan, dan tanggung jauabnya dalam penyelenggaraan pendidik an nasional dan makin dikembangkan pertumbuhannya berdasarkan pola pendidikan nasional yang mantap, de ngan tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan yang bersangkutan.24

Dari kutipan di atas nampak bahua kehadiran perguruan

suasta diakui dan malah dinyatakan bahua: perguruan ting gi suasta adalah mitra dari lembaga Perguruan Tinggi

Ne-25

geri , dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

24

GBHN., op.cit., p. 86.

25 "

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Pidato Pengarahan Direktur Jen deral Pendidikan Tinggi Pada Rapat Kerja Rektor Universi-tas/Institut Negeri Dan Kakanuil Departemen P dan K

(26)

Psngikutsertaan seluruh potensi lembaga suasta da lam pembinaan pendidikan tinggi merupakan kebijakan yang

akan menjembatani tercapainya tujuan pendidikan dalam

si-tuasi terbatasnya sumber yang tersedia. Diakui lembaga

pendidikan tinggi suasta, dalam hal investasi, keadaan

dan kemampuan pada umumnya " lebih kurang " dibanding de

ngan pendidikan tinggi negeri, namun agar eksistensinya dapat dipertahankan, dalam kenyataan: pendidikan tinggi

suasta lebih peka terhadap pengembangan program studi

se-suai dengan permintaan yang berkembang di masyarakat ' ,

karena itu peranan PTS sangat penting dalam pembinaan

pendidikan nasional.

Ualaupun penerapan SKS di UKSU telah berlangsung la ma, malahan mendahului ketentuan formal yang mengaturnya

yaitu SK Menteri No. 0124/U/1979, bukan berarti dalam

praktek sudah berlangsung sempurna. Derdasarkan

pengamat-an dpengamat-an pengalampengamat-an, bpengamat-anyak ditemukpengamat-an kekurpengamat-angpengamat-an dpengamat-an masa

lah, baik yang menyangkut produktivitas lembaga, penentu

an dan pengambilan beban kredit semester oleh mahasisua,

keluhan tentang kekurangan ruang dan sebagainya.

Timbulnya masalah-masalah di atas dapat dipahami, jika disadari bahua SKS adalah suatu sistem. Dalam suatu sistem, jika ada perubahan dalam salah satu elemennya akan mempengaruhi elemen-elemen lainnya secara

keseluruh-an. Sehingga perubahan sistem pendidikan hanya dapat

ber-makna bila diikuti dengan perubahan-perubahan dari semua

(27)

elemen yang berkaitan dengannya. Mengingat sistem pendi

dikan meuadahi kegiatan berbagai unsur, maka perilaku

un-sur-unsur itu harus juga berubah kompatibel dengan peru

bahan yang ada.

Reformasi sistem pendidikan dari sistem Blok ke SKS, bertitik tolak dari pengakuan perlunya menyesualkan lulus-an pergurululus-an tinggi denglulus-an kebutuhlulus-an pemblulus-angunlulus-an. Sehing

ga yang ingin dirubah adalah " tujuan " penyelenggaraan

perguruan tinggi agar dapat menghadapi isyu-isyu pokok

dalam pendidikan tinggi di Indonesia. Isyu-isyu itu ada

lah :

produktivitas,kuantitas,kualitas,relevansi,pemerata-an kesempatproduktivitas,kuantitas,kualitas,relevansi,pemerata-an belajar (ekuiti), masa depproduktivitas,kuantitas,kualitas,relevansi,pemerata-an dproduktivitas,kuantitas,kualitas,relevansi,pemerata-an dinamika

27

sistem pendidikan tinggi „ Dengan menempatkan lulusan

atau hasil pendidikan tinggi sebagai " tujuan " penyeleng

garaan perguruan tinggi, maka adanya keinginan merubah

atau memperbaiki " tujuan " ini, sekaligus menuntut per

ubahan dalam dua hal yaitu: sarana pendidikan yang diper lukan untuk menghasilkan tujuan tersebut dan cara" penye

lenggaraan pendidikan yang dipakai untuk mencapai tujuan 28

tersebut.

Menurut pola pikir atau analisis sistem demikian ju

ga SKS, keinginan untuk merubah tujuan mempunyai

konseku-ensi bahua sarana dan cara harus juga dirubah. Perubahan

77

Laporan Rektor Dan Pembantu Rektor Universitas

Kristen Satya Uacana(Salatiga: 30 November 1985) ,p. 9?

2flDepartemen Pendidikan Dan Kebudayaan,Rancanqan Waskah Petunjuk Untuk Tenaga Penqajar Dalam Sistem Penye

lenggaraan Pendidikan Atas Dasar Kredit Semester (Jakar

(28)

itu terjadi karena asumsi bahua usaha menghasilkan sesua

tu yang optimal atau serasi, menuntut kombinasi antara

" tujuan-sarana-cara •». Jika salah satu diantaranya ber

ubah, optimasi atau keserasian akan terganggu. Untuk

mem-psroleh atau mengembalikan pada tingkat optimasi yang ba

ru, harus dicari kombinasi •• tujuan-sarana-cara " yang

baru pula. Dari keterangan di atas nampak bahua reformasi

sistem penyelenggaraan pendidikan dari sistem lama ke SKS

merupakan reformasi menyeluruh. Reformasi itu bukan hanya

sekedar perubahan dalam menghitung beban studi mahasisua,

bukan hanya sekedar perubahan dalam pengadministrasian

nilai ujian atau perubahan parsial lainnya.

UKSU Salatiga, merupakan lembaga perguruan tinggi

yang telah menerapkan SKS dalam kurun uaktu lebih dari

satu dasauarsa, sehingga ualau penerapan SKS merupakan

beban yang besar terutama bagi PTS: bagi UKSU secara

umum bukan merupakan masalah lagi29 Jika ditinjau dari

tuntutan penerapan SKS, memang bukan masalah, namun dalam

praktek-praktek penyelenggaraannya ditemukan

masalah-ma-salah. Masalah itu dapat berupa kekurangan ruang, keku

rangan dosen yang beruenang secara akademik, kekurangan

dalam memprogramkan kegiatan akademik terstruktur dan

mandiri. Masalah-masalah inilah yang mendorong kami untuk

mengadakan penelitian tentang penyelenggaraan SKS di UKSU.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi di UKSU,

se-bagian besar sebagai akibat dari kenyataan bahua UKSU

29

(29)

telah berdiri sebelum SKS diterapkan. Komitmen untuk me

rubah tujuan penyelenggaraan perguruan tinggi mudah dila

kukan namun dalam aras sarana dan cara, persoalannya

men-jadi berlainan.

Mengingat bahua penentu utama keberhasilan penyeleng

garaan SKS sebagian tergantung dari sarana dan cara yang

dipergunakan, mengisaratkan bahua sarana dan cara perlu

dan harus dicari kombinasi yang dapat memungkinkan optima

si atau keserasian baru. Justru disinilah letak timbulnya

permasalahanc Sarana pendidikan yang ada, baik sarana do

sen,sarana fisik, sarana administratif, sebagian besar

telah ada sebelum SKS diterapkan. Sarana fisik dan

adminis-tratif yang ada dirancang dan dibangun pada saat dan un

tuk penyelenggaraan sistem lama. Khusus untuk sebagian

besar tenaga dosen, karena dibina dan diarahkan untuk pe

nyelenggaraan sistem lama, dalam diri mereka telah

berpo-la cara-cara berpo-lama yang sulit diubah supaya sesuai dengan

tuntutan sistem baru atau SKS.

Menserasikan sarana pendidikan dengan SKS, banyak

cara yang dapat ditempuh. Dapat dengan pembaharuan secara

total atau dapat juga dengan penyesuaian ulang. Karena

sarana itu sebagian besar talah tersedia sebelumnya,

tin-dakan yang diambil adalah cara yang kedua. Tintin-dakan penye

suaian untuk sarana fisik tidak terlalu sukar dilakukan.

Yang paling sulit adalah penataan ulang sarana dosen. Do

sen yang sudah ada terutama yang lebih senior, khususnya

yang kurang terlibat dalam struktur administratif pergu

(30)

dalam diri mereka telah terbentuk persepsi bahua: kebe

-basan memilih cara pengajaran itu sepenuhnya terletak di

tangan tenaga pengajar itu sendiri.

Penerapan SKS pada perguruan tinggi sudah merupakan

tuntutan, malah suatu keharusan, karena itu tindakan pem

binaan ulang harus dilakukan. Tindakan demikian telah dan

sedang dilaksanakan. Dosen-dosen yang ada, baik senior

maupun junior diberi penjelasan dan harapan melalui

bera-gam media dan cara, baik melalui selebaran,

penataran-lo-kakarya maupun aktivitas lainnya. Namun sampai seberapa

pengaruhnya terhadap dan di dalam tindakan praktek, masih

perlu dipertanyakan dan hingga saat ini belum ada

evalua-si yang secara khusus diadakan. Agar optimaevalua-si yang opti

mal dapat tercapai, perlu diadakan monitoring atau

peman-tauan, dan untuk tujuan itulah penelitian ini juga dila

kukan.

Penelitian ini berusaha mengadakan penilaian tentang

penyelenggaraan SKS, terutama dalam prosesnya. Proses

yang diteliti adalah apa yang terjadi pada tingkat lemba

ga yaitu UKSU Salatiga melalui aktivitas praktis yang di

lakukan oleh sarana pendidikan yang ada. Penelitian pene

rapan SKS perlu dilakukan, sebab dengan penelitian ini

akan diperoleh gambaran yang dapat dipakai sebagai

balik-an atau feedback, dalam rbalik-angka menata sarbalik-ana pendidikbalik-an

agar penerapan SKS di UKSU dapat semakin disempurnakan.

30

(31)

Model penelitian yang dilakukan adalah bersifat

eva-luatif dan mengambil suatu kasus di UKSU Salatiga, dengan

asumsi SKS telah dilaksanakan. Dari hasil penelitian ini

akan diperoleh informasi yang berguna sebagai balikan ba

gi pihak-pihak yang terlibat, terutama para pengambil

ke-putusan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan lembaga.

To2ft Rumusan Masalah Penelitian

Masalah yang hendak diteliti berhubungan dengan pro

ses penyelenggaraan SKS di UKSU Salatiga. Beberapa akti

vitas yang perlu dilakukan oleh UKSU agar penyelenggaraan

SKS dapat berlangsung baik adalah ; (I) Penyusunan Buku

Pedoman penyelenggaraan pendidikan berdasarkan SKS, (2)

Penyediaan sarana yang diperlukan agar dapat mencapai op

timasi atau keserasian dengan penyelenggaraan SKS dan

(3>) Mengubah atau membentuk persepsi para pelaku agar

komit dan kompatibel dalam penyelenggaraan SKS.

Kegiatan-kegiatan di atas saling berkaitan dan semua

kegiatan itu dianggap penting agar proses psnyelenggaraan

SKS dalam tingkat lembaga dapat berjalan lancar.

Penyusunan Buku Pedoman dianggap perlu,di samping

berguna sebagai pegangan bertindak bagi setiap pelaku,

juga perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan ketentuan

Pemerintah, supaya UKSU dapat turut serta menanggulangi

isyu-isyu pokok yang dihadapi pendidikan tinggi deuasa

(32)

Buku pedoman penyelenggaraan SKS untuk UKSU telah

ada, yang diberi nama ; Pedoman Program Pendidikan Sistem

Kredit Semester Universitas Kristen Satya Uacana atau

se-ring dinamakan Buku Biru, berdasarkan SK Rektor UKSU

No.48/Kep./Rek./l983, tanggal 2 Juni 1983. Isi.pengertian

dan ketentuan-ketentuan yang ada didalamnya, didasarkan

pada ketentuan-ketentuan yang diperlakukan oleh Departe

men Pendidikan Dan Kebudayaan di bidang perguruan tinggi,

seperti SK Menteri No.0124/U/79, No.0211/U/1982 dan

seba-gainya, namun didalamnya dimasukkan hasil-hasil pemikiran

UKSU sesuai dengan kondisi dan aspirasi yang ada.

Sebagai bagian integral dari sistem pendidikan ting

gi di Indonesia, UKSU harus terlibat dalam dan turut

ber-partisipasi menghadapi isyu-isyu po/kok pendidikan tinggi di Indinesia deuasa ini. Dalam kenyataan isyu-isyu pokok

itu sudah merupakan bagian dari permasalahan pendidikan

di UKSU. Sudah dicanangkan bahua penanganan isyu-isyu itu

selain sebagai usaha dalam rangka tahapan stabilisasi,

juga merupakan tahapan kelayakan kemampuan UKSU untuk

me-rumuskan peranannya dalam menunjang dan mengisi tahap

le-pas landas pembangunan nasional Indonesia.

Tersedianya buku pedoman berkaitan erat dengan

peng-adaan sarana, sebab ketentuan yang terdapat dalam buku

pedoman dapat dijadikan sebagai pangkal-tolak dan

pemban-ding pengadaan atau penyediaan sarana. Perlu dikaji agar

sarana yang tersedia senantiasa mencukupi, baik secara

jumlah maupun kualitas, supaya optimasi dapat tercapai.

(33)

juga tidak kalah pentingnya. Sukses tidaknya penyelengga

raan SKS, sebagian besar tergantung pada pelaku-pelakunya:,

Pelaku-pelaku itu meliputi dosen, tenaga administratif

dan yang tidak kalah pentingnya adalah para mahasisua.

Perubahan persepsi dosen mutlak dilakukan, sebab pe

nyelenggaraan SKS hanya mungkin berhasil jika dosen

hami perubahan dalam citra peranannya. Perubahan citr;

itu kemudian perlu diikuti dengan perubahan pola perilaku

yang dinampakkan dalam proses mengajarnya.

Perubahan persepsi para mahasisua merupakan dimensi

lain yang mutlak dilakukan. Kalau dalam sistem lama maha

sisua hanya di pandang sebagai objek atau bahan baku yang

perlu diolah, dalam SKS mereka memegang peranan aktif,

rnulai dari masalah admisi, penyusunan program studi,

peng-ambilan dan pembatalan matakuliah, penentuan uaktu studi

baik tatap muka,terstruktur dan mandiri.

Persepsi tenaga administratif tentang tugasnya tidak

kalah pentingnya untuk diubah. Dalam SKS tugas mereka ber

ubah dan bertambah dengan jumlah yang banyak. Mulai dari

penyusunan program pendidikan,penjadualan, laporan hasil

evaluasi sampai pada penyimpanan data.

Permasalahan penelitian ini diangkat dari kegiatan

yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKS, sedang kegiat

an itu dapat di lihat dalam pola berikut;

(34)

buku pedo

man SKS Psnyediaan

sarana pen

didikan

Optimasi/ -^fkeserasian

•^ pendidikan tinggiMenjauab isyu- isyu pokok

garaan SKS-?»

Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi hal-hal

yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKS melalui

kompo-nen-komponen yang terlibat didalamnya, pada tahun akade

mik 1984/1985. Namun yang dievaluasi secara khusus

hanya-lah terbatas pada beberapa aspek yang mungkin dievaluasi

dari dan sesuai dengan data yang diperoleh. Penelitian

ini dibatasi pada aspek;

1) Kesiapan UKSU dalam menyelenggarakan SKS, yartg-akan

di lihat dari segi kelayakan sarana pendidikan yang

tersedia agar SKS dapat diselenggarakan dengan baik. 2) Koherensi/kesepadanan antara yang diharapkan pemerin

tah dengan praktek-praktek di UKSU dalam penyelengga raan SKS, yang akan dievaluasi dari perubahan per-laku peper-laku-peper-laku dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. 3) Produktivitas Lembaga sesudah diterapkannya SKSo

Untuk jelasnya maka masalah-masalah di atas dirumus-kan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai

ber-ikut,

1) Bagaimanakah kondisi kelayakan sarana pendidikan yang

disediakan oleh UKSU dalam penyelenggaraan SKS pada

tahun Akademik 1984/1985.

(35)

SKS di UKSU oleh para pelaku-pelaku diperhadapkan de

ngan ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan

atau UKSU sendiri.

3) Bagaimanakah kondisi produktivitas lembaga UKSU,

khu-susnya pada tahun akademik 1984/1985 dibandingkan de

ngan kondisi pada tahun akademik 1983/1984.

2» Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang hendak dica-pai yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

2.1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bermaksud memperoleh gam baran umum mengenai proses penyelenggaraan SKS oleh para

pelakunya pada tingkat lembaga UKSU yang nampak dalam

praktek-praktek kerja, dalam rangka perbaikan dan

pengem-bangan penyelenggaraan SKS di UKSU Salatiga.

2,2. Tujuan Khusus

Penelitian ini berusaha untuk mengevaluasi proses penyelenggaraan SKS di UKSU dengan menfokuskan perhatian

padac tiga aspek penting yaitu,

1^ Kelayakan sarana pendidikan yang tersedia dalam

penye

lenggaraan SKS pada tahun akademik 1984/1985.

2) Koherensi/kesepadanan penyelenggaraan SKS di UKSU di

perhadapkan dengan ketentuan yang berlaku, baik dari

pemerintah maupun dari UKSU sendiri berkaitan

dengan

penyelenggaraan SKS.

3) Produktivitas lembaga tahun akademik 1984/1985.

3» Pentingnya Penelitian

(36)

adalah proses penyelenggaraan SKS di UKSU Salatiga. Pe

nyelenggaraan SKS ini penting untuk diteliti karena ber

kaitan dengan upaya pengelolaan dan pembinaan pendidikan

tinggi, khusus UKSU Salatiga. Dengan mengadakan studi

evaluatif, memungkinkan untuk memperoleh informasi yang

dapat dipakai sebagai balikan bagi pimpinan UKSU dalam

meninjau atau membuat modifikasi terhadap penyelenggaraan

SKS agar lebih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Secara khusus, masalah ini penting diteliti karena

ditinjau dari aspek-aspek berikut,

3ft1. Aspek praktis operasional

Ditinjau dari aspek ini, masalah yang diteliti dapat memberikan gambaran tentang kondisi pelaksanaan SKS di

UKSU oleh para pelakunya. Melalui gambaran tersebut diha

rapkan dapat diperoleh keterangan-keterangan, yang kemu

dian dipakai sebagai balikan untuk mencari penyelesaian

yang lebih baik, dalam rangka meningkatkan mutu proses

penyelenggaraannya. Kemudian diharapkan penyelenggaraan

SKS di UKSU dapat ditingkatkan atau dikembangkan lebih

lanjut.

3ft2• Aspek teoritik

Terhadap aspek ini, dari penelitian ini diharapkan

untuk dapat dipakai menguji keberlakuan teori-teori yang

diperoleh dalam Administrasi Pendidikan pada umumnya dan

Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan pada khususnya.

Aspek praktis operasional adan aspek teoritik dapat

di pandang sebagai aspek penting yang perlu dikaji dan

(37)

UKSU Salatiga dapat ditingkatkan lebih lanjut, dalam rang ka meuujudkan partisipasi UKSU untuk menanggapi isyu-isyu

pokok pendidikan tinggi yang ada deuasa ini, yaitu produk

tivitas ,kuanti tas,kuali tas ,relevansi , ekuiti dan masa de

pan serta dinamika sistem pendidikan tinggi.

Pentingnya penelitian ini berkaitan erat pula dengan

alasan mengapa masalah ini diteliti yakni,

t) Masalah ini menarik perhatian dan minat penulis untuk

diteliti.

2) Masalah ini dapat diteliti, karena SKS telah

diseleng-garakan di UKSU Salatiga sejak tahun 1974, sehingga dimungkinkan untuk mengadakan studi evaluatif.

3) Masalah yang diteliti mempunyai kaitan yang erat

de

ngan latarbelakang pengetahuan dan bidang studi yang

di pilih yaitu Administrasi Pendidikan pada umumnya

dan Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan pada khususnya.

4) Penelitian ini dapat di dukung oleh sumber-sumber yang

(38)

1. Tuj uan Khusus/Operasional

3enelitian ini secara khusus berusaha mengevaluasi proses pelaksanaan SKS di UKSU Salatiga, berkaitan dengan

(1) Ka-layakan sarana pendidikan yang tersedia, (2)

Koheren-si/'kesepadanan pelaksanaan SKS dengan ketentuan yang ada,

dan (3) Produktivitas lembaga. Aspek (1) dan (3) diperoleh

dari dokumen tertulis yang ada, sedang aspek (2) selain

dari dokumen tertulis juga ditelusuri melalui

praktsk-prak-tek pelaksanaan SKS tahun akademik 1984/1985.

(arena bersifat evaluatif dan msnyangkut perilaku

orang-orang yang tsrlibat, penelitian ini dibatasi hanya

pada kurun uaktu tertentu yaitu tahun akademik 1984/1985.

Pembatasan uaktu diadakan. mengingat adanya sifat-sifat

khusus yang melskat pada pelaku-pelaku atau mereka yang

terlibat langsung dalam pelaksanaan SKS, terutama tenaga

pengajar dan mahasisua.

2. Pojulasi Peneli tian

Populasi penelitian ini adalah karakteristik SKS, baik

tingkat Universitas atau Fakultas tergantung dari jenis permasalahan. Hal itu dilakukan mengingat adanya ciri khas

dari UKSU, di mana pengelolaan dan pengaturan sarana aka

demik terutama ruang kuliah dilakukan secara terpusat.

Yang diteliti adalah karakteristik yang menyangkut pelaksa

naan SKS. Dalam pelaksanaan SKS, terlibat bsberapa kompo

nen, /aitu;

(39)

(1) Lembaga, baik tingkat Universitas maupun Fakultas,

(2) Sarana akademik, baik tenaga dosen,mahasisua,sarana

fisik dan uaktu, serta (3) Sarana penunjang, meliputi

perpustakaan,lembaga penelitian, pusat bimbingan dan

penyuluhan dan sebagainya.

Penelitian ini hanya dibatasi pada proses pelaksanaan

SKS di UKSU Salatiga tahun akademik 1984/1985. Sehingga

hasil studi kasus ini tidak dimaksudkan untuk mengadakan

generalisasi tentang pelaksanaan SKS di seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia, melainkan hanya terbatas pada ruang

lingkup kasus penelitian. Namun demikian, hasil psnelitian

ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pembanding atau untuk merangsang mengadakan penelitian lebih lanjut.

3. Metoda Penelitian, Pembatasan Masalah, Tehnik

Pengum-pulgn Data serta Pelaksanaan Pengumpulan Data

3.t. Metoda Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat evaluatif. Lebih

khusus, penelitian ini tergolong pada psnslitian evaluasi

proses. Seperti dikatakan oleh David Kline » sebenarnya

ada tiga tipe tipologi penelitian evaluatif yaitu : (1)

Tipologi "formative-summative distinction", (2) Tipologi

"iniut-output distinction", dan (3) Tipologi " process dis

tinction".

3.2. Pembatasan Masalah

Dalam Bab I dikemukakan bahua permasalahan pokok

1D.Kline.Planning Education for Development,Vol.

Ill Research Methods for Educational Planning, Center for

Studies in Education and Development (Massachusetts: Har

(40)

dalam penelitian ini menyangkut proses pelaksanaan SKS di

UKSU Salatiga. Namun demikian, proses itu tidak seluruhnya

di evaluasi, melainkan dibatasi pada aspek-aspek yang

da-pa . di evaluasi melalui data-data yang diperoleh dengan

an jket dan studi dokumentasi pada selang uaktu tahun aka

demik 1984/1985.

Untuk lembaga,khususnya tingkat Universitas, yang di

teliti adalah ; Kelayakan sarana akademik yang tersedia,

mencakup sarana ruang serta kondisi kepustakaan yang ada.

Dari tingkat Fakultas, yang dievaluasi adalah, (•))

Prcsduktivitas, (2)Koherensi kurikulum, (3) Urutan sajian,

(4) Variasi/keluuesan program yang ditauarkan, (5) Rasio

dosen dan mahasisua dan (6) Kelayakan sarana ruang yang

te r s ed i a .

Dari dosen, yang dievaluasi

adalah (j) Beban menga

jar, (2) Kegiatan dalam proses mengajar, (3) Pemberian tu

gas, (*) Evaluasi keberhasilan dan (5) Persepsi terhadap

peranan kepustakaan dalam menunjang pelaksanaan SKS.

Dari pihak mahasisua yang dievaluasi.' adalah, (1) Be

ban belajar, (2) Kegiatan belajar, (3) Persepsi terhadap

strategi mengajar dosen, (4) persepsi tentang peran penase

hat akademik, (5) persepsi terhadap prosedur akademik, dan

(fi) Persepsi terhadap peran kepustakaan.

Dari tenaga administratif, yang diteliti adalah (^)

Format-format yang diperlukan dan (2) Prosedur akademik

yang harus ditempuh mahasisua.

Gambaran tentang masalah yang diteliti terlihat dalam

(41)

Ketentuan

Pemerintah

J

Buku Pedo

man UKSU

Tk . -Ini vers ifas

Rars o r

-ftasio r d o s an , a pen ust -Raslo j dal .im. j eks -impl

Tine ;at

uang kuli *| uang kantoi dministra s akaan umlah buku udul dan a r Fakultas osen/maha-um: dan distri redit program san program uliah/kan*. q tersedia -Rasio d sis ja Kur ikul -3u nlah busi k ~Sa jian -Ke Luue -Ruang k tor van

Kegiatan Mengajar Belajar

Mahasisua losen -Beban meng» ajar -SAP -Strategi mengajar -Evaluasi -Pemberian tugas -Persepsi terhadap peranan per»» pustakaan -Penasehat akademik -Beban bel ajar -Strategi belajar -Persepsi •terhadap proses Ad ministratif -Persepsi terhadap peranan per pustakaan -Persepsi terhadap penasehat akademik GAMBAR 7

Model Permasalahan Yang diteliti

Produkti

vitas;

Efektivitas

Efisiensi

3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini bersifat evaluatif, yang dilaku

kan terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, maka dalam

penelitian ini, tehnik pengumpulan data yang dipakai ada

lah studi dokumentasi. Namun mengingat sifat-sifat khusus

popL'.asi, data dokumentasi diperoleh dari dua sumber, ya

itu iari dokumen tertulis resmi, dan dokumen yang

berda-sark in hasil ingatan, terutama tenaga pengajar dan mahasis

ua. ialam mengumpulkan data-data itu, dipakai tehnik

(42)

Data-data yang dikumpulkan mencakup ketiga aspak yang

dite iti. Aspek kelayakan sarana akademik dan produktivitas

dite usuri melalui dokumen resmi tertulis sedang aspek ko

herensi ditelusuri selain dari dokumen resmi juga berdasar

kan :ngatan mahasisua dan dosen.

Pemilihan tehnik ini didasarkan pada beberapa

pertim-bang;m, yaitu (1) penelitian ini merupakan studi evaluatif terhadap pelaksanaan SKS, (2) tersedianya dokumen-dokumen

yang diperlukan sehingga mungkin untuk dipelajari, (3)

adanya peraturan pemerintah/UKSU yang dapat dijadikan se

bagai pedoman pelaksanaan dan juga sebagai bahan pemban

ding dan (4) masalah yang diteliti berkaitan dengan

doku-men-cokumen tersedut.

3.4. Pelaksanaan Penguaipulan Data

Data yang dikumpulkan bersumber dari lingkungan UKSU

Salatiga. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bu

lan April 1985 sampai dengan j"uli 1985, sesudah memperoleh

persetujuan dari pihak-pihak yang beruenang, yaitu;

T) Rektor IKIP Bandung, dengan surat tertanggal 29 Claret 1985, Noo2125/PT.25.R.I./N/1985.

2) Surat Kepala Direktorat Sospol Propinsi Daua Barat,

tertanggal 3 April 1985, No.070.2/656/IV/85.

3) Surat Ketua Bappeda Tk.I Jaua Tengah, tertanggal 8

April 1985, No.R/1200/S/IV/1985, kemudian disahkan oleh

Ketua Bappeda Kodya Tk.II Salatiga tertanggal

9 April

1C35.

(43)

Dalam rangka mengumpulkan data-data dipakai model

sepeiti nampak dalam Gambar 8.

No 1 Tujuan mengum-pulkan data Mengetahui pro-du<tivitas lem-bs 3a Mengetahui ke«-layakan sarana Mengetahui kohe rensi ••• kuri**

ku ium

Mengetahui ko

herensi'. Kegi atan

3elajar-e ngajar

(KBM)

Mengetahui

^o-hfrrensi Evalu. asi uen^s Data •Oumlah dan persentase lulusan -Rasio do. sen/mahasis ua -Kepustakaan -Ruang Kuli-ah/kantor -Ke lenqkapan

Admini s t r a s i •Distribusi

k r e d i t

•Urutan saji a n •Kel uuesan program •Beban meng« ajar dosen -SAP -Strategi mengaj ar-belajar -Temberian tugas -3eban Bel ajar -Penasehat akademik •Penyusunan Cakupan •Intensitas Sumber Data -Pimpinan, Adminis^ trasi -Fak./Pim pi nan -Fakultas, mahasisua Dosen,ma hasisua - Dosen,ma hasisua Psngembaliaii kertas test-Cara Mengum pulkan data Dokumentasi Angket/doku-mentasi

Angket/doku-mentasi Angket/doku-mentasi Angket Gambar 8
(44)

Sebelum pengumpulan data dilakukan, terhadap instru

men penelitian (angket) diadakan uji coba. Mengingat ang

ket akan disebarkan kepada dosen, mahasisua dan pimpinan

Fakultas

(Dekan),

uji coba angket dilakukan kepada ketiga

komponen itu.

(li) Angket untuk mahasisua diadakan uji coba terhadap 20

orang mahasisua.

(2) Angket untuk dosen diadakan uji coba terhadap 10 orang

c o s e n .

(3) Angket untuk pimpinan fakultas, diadakan uji coba ke

pada satu orang dekan.

Dari hasil uji coba, ternyata masih ada hal-hal yang

perlu diperbaiki. Diantaranya ialah tentang cara memberi

jauaban, tidak dimasukkannya pembuatan Satuan Acara Per

kuliahan (SAP) oleh dosen. Setelah instrumen disempurnakan

baru diadakan pengumpulan data.

Data yang bersumber dari pimpinan Universitas, diper

oleh dari Rektor atau pejabat yang ditunjuk, dengan cara

studi dokumentasi.

Dari Fakultas, diperoleh melalui angket yang

disebar-kan kepada tujuh Dedisebar-kan dan studi dokumentasi.

Data dari Biro Administrasi, diperoleh dari Kepala

Biro atau pejabat yang ditunjuk, dengan tehnik studi do

kumentasi .

Data tentang Perpustakaan, diperoleh dari pimpinan

Perpustakaan, dengan tehnik studi dokumentasi.

Data dari dosen, diperoleh dari beberapa dosen tetap.

(45)

sebanyak 132 orang. Tersebar pada tujuh Fakultas,

Lembaga-Lemoaga dan sebagian- sedang studi lanjut, baik S2 dan S3.

Menjadi unit pengamatan, hanyalah dosen tetap aktif pada

Fakultas-Fakultas, sebab merekalah yang terlibat langsung

dengan penerafan SKS setiap hari. Dari dosen tetap aktif

Fakultas-Fakultas, yang dijadikan sebagai contoh atau sam

ple, hanya satu orang per golongan per Fakultas. Tehnik

penentuan sample atau contoh dilakukan secara probability

samoling. Lebih khusus lagi adalah simple random sampling

atau sampling acak sederhana dengan menggunakan

undian.

Prosedur yang ditempuh adalah, Dosen tetap aktif tiap Fa

kultas untuk tiap golongan diberi nomor dalam kertas. Ker

tas digulung, dimasukkan dalam kaleng, dikocok, kemudian

disnbil satu gulungan. Nomor yang terambil pertama kali

itulah yang riijcdikan sebagai contoh atau sample.

Dumlah dosen tetap aktif per Fakultas tahun Akademik

19F4/1935 dan jumlah sample atau contoh, tampak pada

Ta-bel 2

(halaman ?34-.)«

Data dari mahasisua diperoleh dari beberapa mahasis

ua. Oumlah total mahasisua UKSU tahun Akademik 1984/1985

setanyak 4140 orang. Terdiri dari 3757 mahasisua program

reruler atau program sarjana, dan 393 orang mahasisua

Fro-gram Diploma (D2 dan D3). Yang menjadi unit pengamatan

hanyalah mahasisua program reguler atau program sarjana,

selab mereka inilah yang diasuh secara' khusus. Dumlah

mahasisua

UKSU pada tahun Akademik 1984/1985,

nampak

ea-Ia<

Tabel 3

( halaman

t3£)»

.

(46)

JUMLAH DOSZN TETAP AKTIF DAN JUMLAH SAMPLE

^"^Gol. 11 I/a I l l / b IIl/c Ill/d IV/a

IV/b

iv/C IV/d Jml Toi

Fak/*\.

-

(

.LH S JLH S JLH S JLH S JLH s JLE s JLH S JLH s JLH S

Ekonomi Hukum Pertanian Biologi Elektro TheoLogi FKIP 6 3 3 3 3 2 k 7 1 1 2 3 1 10 1 1 1 1 if 2 1 3 6 1 1 1 1 1 3 2 1 1 5 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 5 1 1 1 2 it 1 1 1 3 1 1 21 11 10 8 10 5 38 5 5 5 5 if if 7

'UMLAH :k 7 25 '7 16 5 12 5

r

O 5 10

= = = = =

3 6

c = =

2 if 2 103 35

: = =

Keterangan:

(47)

TA3EL

JUMLAH HAHi.uSISVA MENURUT JENIS KELAMIN

SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 198V1985

—z z ~ ——z : = = : = =:— : ~ : = : = : = : z = r : = — n ~ —x i z r n z ; ;= = = = =: = =: = = = =: = : ;z = = = = = = : r : r : z : = = = = = = = = = = = = == = = = = = = = = = = = = =

! ' I

No.! FAKULTAS/DEPT/JURDL

JENIS KELAMIN i

1

juhlah

i

1

PROSLNTASE !

p ! W

! 1 1 D.I.b./Inggris 78 I 207 1 285 1 • 7., 59 % l

! § ! D.I.P./BK - PU lifO ! 269 1 i+09 ! 10,89 # J

! 3 I JURLI SLJARAH 75 ! 66 1 1if1 I 3,75 & »

k ! J URL'': EKONOMI / I.P s . 135 ! 121 1 256 ! 6,81 $ !

! 5 I jurd: ekonchi / t.p 1 35 ! if1 ! 76 ! 2.02 % !

t 6 I jurd:: pmp / c.h. 117 I 117 j 23k 6,23 # i

! 7 i JURDI .'GEOGKAFIL 22 ! 1*t 1 36 0,96 % I

i 8 i JURDI FISIKA 9 ! if ! 13 0,35 % I

t 9 I FkKULTaS EKONOMI 359 ! 282 1 6if1 17.06 % !

n o i FaKULTaS HUKUM 390 I 201 ! 591 15,73 '* »

111 ! FAKULTAS BIOLOGI l 67 1 85 1 152 I if.05 % I

t12 ! FaKULTAo PERTANIaN I 211 i 108 ! 319 t 8,if9 % J

113 » FaKULTaS T^KNIK l l e k t r o <03 I 27 1 if60 I 12,2i+ % I jlif ! fakultas theologi„ « 93 l 51 I 1ifif l 3, 83 # «

J U M L A H PROSLNTASE

! 2l6if ' 1593 1

3757

100 % J

! 57,60 % J if2,if0 0/ :

73 J 100 %

No, PROGRAM DIPLOMA

! 1 I D.2 - MaTHEMATIKA

! 2 I D.2 / D.3 INGGRIS • 3 ! D.2 / D.3 KET. JaSa

i if ! D.2 - IL. PENG. aLaM

! 5 l D.2 - PEND. AG. KRISTEN J 6 l D.3 - BIOLOul

J 7 I D.3 - GEOGRAFIE ! 8 I D.3 - SEJaRaH

I "

!

J U M L a H PROSENTi.SE

! JENIS KELAMIN !

JUMLAH PROSLNTASE

! P ! W !

I ,1 ! 3 J if ! 1,04 % !

I 2k ! 35 ! 59 i 15,M # »

I 3^ ! 56 l 90 I 23,50 # l

! 23 17 l ifO 10,ifif % 1

i if1 39 80 20,89 $>

Referensi

Dokumen terkait

Kegelisahan masyarakat sekitar sungai badek atas apa yang dirasakan setiap harinya ini telah mencapai pada tahap mengganggu baik merasa terganggu dari segi fisik maupun

Kehutanan pengamanan Hutan Terpadu Pengadaan Sarpras pengamanan hutan terpadu Belanja Modal Barang 56,000,000 1 Paket Kab. Kehutanan pengamanan Hutan Terpadu Pengadaan Sarpras

Jadi dengan demikian kita dapat definisikan bahwa olah raga Arung Jeram (Whit e Wat er Raft ing) merupakan olah raga mengarungi sungai berjeram, dengan menggunakan perahu

[r]

disaat fisik masih dalam keadaan segar disaat fisik masih dalam keadaan segar Kalau kecepatan digabungkan dg power, Kalau kecepatan digabungkan dg power, maka kecepatan juga

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor : 08/Pan-Kons-DPRD-HH/VII/2012 Tanggal 9 Juli 2012, Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor:

Operasi NAND merupakan kombinasi dua buah operasi logika dasar AND dan NOT. Masukan terdiri dari dua atau lebih variabel mulai dari A, B, … dan satu variabel keluaran Q.

Catatan : Klarifikasi dihadiri oleh Direktur/Kuasa Direktur dengan membawa kelengkapan dokumen perusahaan serta referensi