DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK………... i
KATA PENGANTAR……… ii
DAFTAR ISI………... v
DAFTAR TABEL………... viii
DAFTAR GAMBAR……….. ix
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang……… 1
B. Rumusan Masalah………... 6
C. Pertanyaan Penelitian…...……….. 6
D. Batasan Masalah ……….... 7
E. AsumsiPenelitian..……….. 8
F. Hipotesis Penelitian ………... 8
G. Tujuan Penelitian ………... 8
H. Manfaat Penelitian ………. 9
BAB II MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER, PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN MEMBUAT PETA KONSEP, RETENSI, DAN KONSEP SISTEM SARAF ………... 11
A. Model Pembelajaran Advance Organizer…..………... 11
B. Penguasaan Konsep .………... 16
D. Retensi………...….………... 18
E. Konsep Sistem Saraf …………...………... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…….……… 34
A.Definisi Operasional………..……… 34
B.Metode dan Desain Penelitian ……….. 35
C.Populasi dan Sampel Penelitian..……….. 36
D.Lokasi Penelitian……….………... 37
E.Instrumen Penelitian ………. 37
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….. G.Uji Coba Instrumen ……….. 39 42 H.Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ………. 47
I. Alur Penelitian ……….. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 55
A.Hasil Penelitian ………... 55
1) Peningkatan Penguasaan Konsep dan Retensi Pengetahuan Siswa ………. 55
2) Kemampuan Membuat Peta Konsep Sistem Saraf Manusia ………. 59
3) Hasil Analisis Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Menggunakan Model Advance Organizer pada Materi Sistem Saraf ……….. 63
B.Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian ……….…… 65
1) Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa ………. 65
2) Kemampuan Membuat Peta Konsep Sistem Saraf Manusia ……… 71
3) Kemampuan Retensi Siswa ………. 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...
DAFTAR PUSTAKA………... LAMPIRAN……….... RIWAYAT HIDUP………....
83
87
91
DAFTAR TABEL Interpretasi Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal …………... Interpretasi Daya Pembeda (DP) Butir Soal …………...
Hasil Analisis Uji Coba Soal Tes Penguasaan Konsep Materi
Sistem Saraf ………...
Kategori Nilai N-Gain ………...
Predikat Skor Peta Konsep ……….. Predikat Skor Retensi ………..
Rekapitulasi Rerata Nilai Kemampuan Penguasaan Konsep
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1. Proses-proses Mengingat ……… 19
2.2. Sel Saraf ….….………...... 22
2.3. 2.4. 2.5. Saraf Sensoris yang Menerima Rangsang dari Indera…………... Perbedaan Konsentrasi Ion Antar Membran Plasma……….. Proses Sinapsis Kimiawi dalam Transfer Ca2+………... 25 28 31 3.1. Alur Penelitian ………... 54
4.1 Perbandingan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest serta N-Gain Kemampuan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Sistem Saraf di Kelas Perlakuan……….………. 56
4.2. Perbandingan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep dan Nilai Retest 1 dan Retest 2 Siswa pada Materi Sistem Saraf di Kelas Perlakuan ……….. 58
4.3. Perbandingan Persentase Skor Peta Konsep pada Tes Awal dan Tes Akhir ………... 62
4.4. Grafik Sebaran Nilai Pretest……….. 68
4.5. Grafik Sebaran Nilai Posttest………. 69
4.6. Grafik Sebaran Nilai Retest 1………. 77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep sistem saraf dalam mata pelajaran Biologi SMA merupakan materi
yang kompleks dan memiliki banyak keterkaitan dalam informasi didalamnya.
Materi sistem saraf merupakan materi yang proses didalamnya sulit diamati dan
merupakan salah satu materi yang penting untuk dapat memahami konsep biologi
selanjutnya terutama fisiologi hewan (Mulyani, 2009). Berdasarkan hasil
observasi di lapangan dengan menggunakan angket pengetahuan awal materi
sistem saraf dan proses wawancara langsung, siswa banyak mengalami kesulitan
dalam memahami keterkaitan antar konsep sistem saraf. Guru tidak banyak
memberikan penjelasan berupa contoh ataupun gambar proses sistem saraf
sehingga siswa kesulitan dalam membayangkannya. Hal tersebut menyebabkan
pencapaian nilai menjadi rendah dan harus dibantu dengan penambahan kegiatan
remedial. Peneliti telah melakukan pengukuran pengetahuan awal siswa SMA
mengenai konsep sistem saraf dengan menggunakan angket dan dilakukan
sebelum penelitian dimulai. Hasil angket pengetahuan awal menyatakan bahwa
mayoritas siswa belum memahami dan hanya sebatas menghafal. Perlu adanya
pembelajaran materi sistem saraf yang lebih bermakna agar siswa paham dan
mampu mengaplikasikan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti dalam teori Ausubel dalam Dahar (1996) bahwa belajar harus lebih
dalam struktur kognitif seseorang. Adanya pembelajaran bermakna diharapkan
peneliti mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa terkait dengan mata
pelajaran Biologi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, guru sebaiknya banyak mencari metode atau model pembelajaran yang sesuai
untuk membuat siswa mengerti, mengetahui keterkaitan antar konsep dan mampu
mengaplikasikan konsep sistem saraf dalam kehidupan nyata.
Model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana mengajar yang
memperlihatkan pembelajaran tertentu di kelas. Model pembelajaran
sesungguhnya disusun untuk mengarahkan proses belajar dimana guru membantu
siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, dan
mengekspresikan dirinya (Rusman, 2010). Terdapat empat kelompok
model-model pembelajaran yang dikemukakan oleh Joyce, Weil & Calhoun (2009), salah
satunya yaitu Model Pengajaran Memproses Informasi yang penekanannya pada
berpikir produktif dengan menggunakan keterampilan intelektual umum yang
semuanya berasal dari struktur kognitif seseorang. Model pembelajaran dalam
kelompok ini diantaranya concept attainment, inductive thinking, inquiry training,
memory model dan Advance Organizer. Rumpun model pemrosesan informasi ini
membantu mengembangkan kecakapan berpikir seseorang dan banyak digunakan
dalam pembelajaran IPA karena lebih menekankan bagaimana seseorang berpikir
dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi (Indrawati,
2005). Salah satu model pembelajaran dalam rumpun pemrosesan informasi
adalah model Advance Organizer, dimana guru melakukan sebuah pengaturan
sebaik mungkin yang dihubungkan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
siswa.
Ausubel dalam Dahar (1996) memperkenalkan model Advance Organizer
dimana guru mengarahkan siswa pada materi yang akan mereka pelajari dan
menolong mereka untuk mengingat kembali materi yang berhubungan yang dapat
digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Guru menyajikan
kerangka konsep yang umum dan menyeluruh untuk materi baru dengan
sebelumnya membantu siswa mengingat kembali materi relevan yang dimilikinya.
Selanjutnya guru melakukan penyajian materi yang lebih spesifik dengan
memancing dan mendorong pengetahuan dan pengalaman dari siswa (Indrawati,
2005). Model Advance Organizer memiliki tahapan pembelajaran yang sederhana
seperti yang telah dikemukakan di atas, sehingga diharapkan guru biologi SMA
akan mudah menerapkannya dalam pembelajaran sehari-hari (Indrawati, 2005).
Penggunaan Model Advance Organizer pernah dilakukan oleh Coffey dan
Canas (2002) untuk menarik minat siswa terhadap pelajaran komputer dan
teknologi, dimana penyajian model Advance Organizer menggunakan multimedia
interkatif berupa peta konsep. Selain itu, penggunaan Advance Organizer yang
pernah dilakukan oleh Shihusa dan Keraro (2009), dapat membuktikan bahwa
model tersebut meningkatkan motivasi siswa SMP terhadap pelajaran Biologi
terutama dalam mempelajari materi polusi. Model Advance Organizer juga
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan retensi pengetahuan siswa SMP
secara signifikan dalam mata pelajaran Kimia (Oloyede, 2011). Pembelajaran
untuk materi siklus energi dan hasilnya membuktikan bahwa siswa laki-laki
maupun perempuan menyukai cara pembelajaran tersebut (Oloyede, 2011).
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, diketahui bahwa peningkatan penguasaan
konsep, motivasi dan hasil belajar siswa banyak dijadikan acuan untuk
menganalisis efektifitas penggunaan model pembelajaran Advance Organizer.
Salah satu evaluasi alternatif yang bisa dilakukan dalam penelitian untuk
mengukur penguasaan konsep siswa mengenai materi pembelajaran adalah
dengan membuat peta konsep (Ali, 2004). Dahar (1996) menyebutkan bahwa peta
konsep dapat menghubungkan antar konsep dalam bentuk penjelasan
proposisi-proposisi materi dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa agar belajar
menjadi lebih bermakna. Siswa yang sudah mempelajari materi tertentu dapat
diukur pemetaan pemahamannya melalui pembuatan peta konsep (Dahar, 1996).
Adanya pemetaan pemahaman siswa diharapkan dapat membantu guru untuk
selanjutnya mengembangkan materi yang belum dikuasai oleh siswa dan
melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Model Advance Organizer
dapat dianggap semacam pertolongan mental awal yang disajikan sebelum materi
baru. Model pembelajaran ini memberikan sebuah pengaturan awal yang
terorganisir dan dapat mengembangkan pengetahuan siswa dengan memanfaatkan
pengetahuan sebelumnya yang sudah didapatkan (Joyce, Weil & Calhoun, 2009).
Adanya perkembangan pengetahuan siswa diharapkan dapat membantu
penguasaan konsep siswa yang diukur melalui pembuatan peta konsep dan hasil
Retensi pengetahuan merupakan salah satu fase penerimaan pengetahuan
seseorang dimana terjadi pemindahan informasi dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang. Kemampuan retensi pengetahuan seseorang yang tinggi
terhadap suatu informasi akan mempermudah penggunaan informasi tersebut pada
kehidupan nyata (Custers, 2010). Pembelajaran yang bermakna dan disajikan
dengan adanya keterkaitan antar konsep akan mampu meningkatkan retensi
pengetahuan (Dahar, 1996). Materi sistem saraf yang memiliki keterkaitan antar
konsep yang disajikan dengan proses belajar bermakna dan aktif melalui model
Advance Organizer diharapkan peneliti dapat meningkatkan retensi pengetahuan
siswa. Retensi pengetahuan yang tinggi membantu siswa memahami materi untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Indrawati, 2005).
Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya penguasaan konsep siswa,
kemampuan membuat peta konsep dan retensi pengetahuan siswa dengan
pembelajaran menggunakan model Advance Organizer. Salah satu tahapan dalam
model Advance Organizer yaitu adanya pengulangan materi awal yang telah
dipelajari siswa yang dihubungkan dengan materi baru yang akan dipelajari
kemudian disajikan dari yang bersifat umum menuju spesifik (Indrawati, 2005).
Model Advance Organizer terdiri atas dua jenis yaitu ekspositori dan komparatif.
Jenis ekspositori akan mengungkap materi yang berada pada tingkat abstraksi
tinggi dengan mempresentasikan informasi baru secara keseluruhan. Jenis
komparatif membantu membedakan konsep baru dengan konsep lama dan melihat
keterkaitan antar konsep (Joyce, Weil & Calhoun, 2009). Berdasarkan hal
untuk menunjang pembelajaran Sistem Regulasi secara keseluruhan. Berdasarkan
uraian permasalahan diatas, maka dilakukan penelitian yaitu “Penerapan Model
Advance Organizer dalam Pembelajaran Sistem Saraf untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep, Kemampuan Membuat Peta Konsep dan Retensi
Pengetahuan Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan diatas dan latar belakang yang telah
dikemukakan, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah
peningkatan penguasaan konsep, kemampuan membuat peta konsep dan retensi
pengetahuan siswa setelah penerapan model Advance Organizer pada
pembelajaran sistem saraf?”.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran
sistem saraf melalui penerapan model advance organizer ?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan membuat peta konsep siswa pada
pembelajaran sistem saraf melalui penerapan model advance organizer ?
3. Bagaimanakah retensi pengetahuan siswa pada pembelajaran sistem saraf
melalui penerapan model advance organizer ?
4. Bagaimanakah faktor pendorong dan penghambat yang muncul saat
5. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan model advance organizer
dalam pembelajaran sistem saraf?
D. Batasan Masalah
Pada penelitian yang akan dilakukan, terdapat beberapa pembatasan ruang
lingkup masalah, yaitu:
1. Model pembelajaran Advanced Organizer yang digunakan adalah tipe
Ekpositori dan Komparatif Advanced Organizer yang akan memperluas
dan mempertajam penguasaan konsep siswa dengan mengintegrasikan
konsep baru dengan konsep lama yang telah dimiliki oleh siswa. Langkah
pembelajaran model ini dimulai dari mengidentifikasi atribut konsep,
memberi contoh, mengulang konsep, memancing dan mendorong
pengetahuan serta pengalaman dari siswa (Joyce, Weil & Calhoun, 2009).
2. Materi pelajaran pada penelitian ini adalah konsep Sistem Regulasi yang
dibatasi pada sub konsep sistem saraf pada manusia, kelainan dan
penyakit yang dapat terjadi pada sistem saraf manusia.
3. Penguasaan konsep siswa yang diukur mengacu pada tingkatan kognitif
Taksonomi Bloom Revisi.
4. Peta konsep digunakan sebagai instrumen pembelajaran untuk penyajian
materi dalam tahapan model Advance Organizer dan sebagai instrumen
E. Asumsi Penelitian
Asumsi yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan model Advanced Organizer berada pada tingkat
observasi yang tertinggi, sehingga dapat menjelaskan, mengintegrasikan dan
menghubungkan materi baru dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya
dalam struktur kognitif siswa (Ausubel, 1964 dalam Dahar, 1996)
2. Proses penyusunan peta konsep merupakan strategi belajar yang memaksa
siswa untuk secara aktif memikirkan hubungan-hubungan di antara
konsep-konsep atau faktor-faktor sains (Iskandar, 2004).
3. Retensi pengetahuan akan maksimal saat menggunakan pembelajaran aktif
yang berulang secara simultan (Kolb & Fry, 1975).
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka
hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah:
“ Terdapat peningkatan penguasaan konsep, kemampuan membuat peta konsep
dan retensi pengetahuan siswa setelah penerapan model Advance Organizer pada
pembelajaran sistem saraf “
G. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, yang menjadi
tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis efektifitas penggunaan model
penguasaan konsep, kemampuan membuat peta konsep dan retensi pengetahuan
siswa.
H. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu diantaranya:
1. Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini mampu menerapkan model
pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran biologi khususnya dalam
mempelajari konsep sistem saraf dimana memerlukan cara yang terorganisir
dan terususun dengan terperinci.
2. Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
beberapa pihak, yaitu:
a. Bagi Peneliti, akan memperoleh pengalaman dalam melakukan model
pembelajaran tertentu yang sesuai untuk pembelajaran konsep sistem
saraf. Selain itu, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya kepada siswa untuk membuat proses pembelajaran biologi
lebih baik lagi.
b. Bagi Guru Biologi SMA, akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan
model pembelajaran di kelas terutama saat akan meningkatkan ranah
kognitif dan pemetaan pengetahuan.
c. Bagi Siswa, akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
pembelajaran terutama materi sistem saraf dan meningkatkan minat siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Untuk lebih memahami makna dari penelitian yang dilakukan maka
digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:
1. Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah skor kemampuan siswa
dalam mengingat, memahami dan mengaplikasikan pengetahuan sesuai
dengan tingkatan kognitif Taksonomi Bloom Revisi. Penguasaan konsep
diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda yang dikembangkan oleh
penulis sendiri dengan nilai reliabilitas 0,73 yang termasuk kriteria tinggi.
2. Kemampuan Membuat Peta Konsep
Kemampuan siswa dalam membuat peta konsep diukur setelah
sebelumnya dilakukan pengenalan, latihan dan penugasan membuat peta
konsep pada materi sistem respirasi dan ekskresi. Penilaian peta konsep yang
digunakan berdasarkan aturan Novak dan Gowin (1985). Nilai peta konsep
yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan nilai peta konsep rujukan
dan dipersentasekan sehingga didapatkan predikat skor peta konsep (Syah,
2010).
3. Retensi Pengetahuan
Retensi sebagai bagian dari ingatan dapat terlihat kuat dengan menilai
siswa. Retensi pengetahuan siswa diukur menggunakan tes penguasaan
konsep yang diberikan 2 dan 4 minggu setelah tes akhir (Haynie, 1997).
Pengukuran hasil retensi pengetahuan siswa diukur dengan menggunakan
recognition method (Syah, 2010).
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Weak
experiment (Fraenkel & Wallen, 2006). Metode ini merupakan metode penelitian
eksperimen tetapi tanpa penggunaan kelompok kontrol. Perlakuan hanya
difokuskan pada satu kelompok saja.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan bentuk rancangan penelitian dengan
One Group pre-post-re test Design (Perluasan dari One Group Pre-Post Design)
(Fraenkel & Wallen, 2006). Desain penelitian ini melaksanakan tes sebelum dan
sesudah perlakuan serta pengukuran retensi. Pengukuran retensi sebanyak dua kali
yaitu dalam 2 dan 4 minggu setelah posttest (Haynie, 1997). Rancangan
penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian One Group pre-post-re test Design
Pretest Perlakuan Posttest Retest 1 Retest 2
Keterangan:
X : perlakuan pembelajaran menggunakan model Advanced Organizer T1 : tes awal sebelum perlakuan (pretest)
T2 : tes akhir setelah perlakuan (posttest) T3 : tes 1 setelah posttest (Retest 1) T4 : tes 2 setelah posttest (Retest 2 )
Adanya perbedaan nilai T2 dan T1 dijadikan pengukuran akibat dari perlakuan
pembelajaran, sedangkan nilai T3 dan T4 untuk melihat retensi pengetahuan
siswa.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi sasaran untuk mengukur penguasaan konsep, kemampuan
membuat peta konsep dan retensi pengetahuan adalah peserta didik kelas
XI IPA SMAN E Tasikmalaya yang akan mempelajari materi sistem
regulasi.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dengan teknik convenience sampling
yaitu cara pengambilan sampel yang sudah tersedia (Fraenkel & Wallen,
2006). Pertimbangan pengambilan sampel yaitu adanya keterbatasan
perizinan dari kepala sekolah, guru biologi yang mengajar dan
keterbatasan waktu. Kelas XI IPA 4 SMAN E Tasikmalaya tahun ajaran
2011-2012 yang dijadikan sampel penelitian untuk mengukur penerapan
Advance Organizer pada materi Sistem Saraf dalam meningkatkan
penguasaan konsep, kemampuan membuat peta konsep dan retensi
memiliki karakter siswa yang aktif, bermotivasi sedang dalam belajar
biologi dan nilai mata pelajaran Biologi rendah.
D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMAN E Tasikmalaya.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan terdiri atas :
a) Silabus dan RPP
b) Video transport aktif dan video penghantaran impuls (sumber:
youtube).
c) Peta konsep keseluruhan Sistem Saraf tingkatan SMP disertai contoh
gambar dan kasus serta peta konsep khusus materi Organisasi Sistem
Saraf tingkatan SMA disertai contoh gambar (Sumber: dibuat oleh
peneliti).
d) LKS (Lembar Kegiatan Siswa) (Sumber: dibuat oleh peneliti).
e) Handout 1 mengenai materi struktur, fungsi dan bagian-bagian sistem
saraf serta handout 2 berisi macam-macam kelainan dan penyakit
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a) Tes Penguasaan Konsep
Tes Penguasaan Konsep mencakup ranah kognitif Taksonomi
Bloom revisi mulai dari aspek C1-C3 dalam bentuk tes pilihan ganda
dan diberikan saat pretest dan posttest. Langkah pembuatan tes
penguasaan konsep adalah dengan membuat kisi-kisi soal yang
dibimbingkan pada dosen ahli dan dua orang teman sejawat guru
Biologi SMA yang telah menempuh pendidikan S2 dan berpengalaman
mengajar lebih dari 15 tahun. Soal kemudian diuji coba dan dianalisis
kelayakan melalui uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan
indeks daya beda soal. Soal awal yang dibuat sebanyak 30 soal dan
diujicobakan kepada siswa kelas XII IPA 4 SMAN E Tasikmalaya
yang telah sebelumnya mempelajari materi sistem saraf.
b) Peta Konsep Hasil Siswa
Siswa telah ditugaskan untuk membuat peta konsep sistem saraf
sebelum dan sesudah pembelajaran untuk mendapatkan skor tes awal
dan tes akhir. Peta konsep hasil siswa diberi skor dan dibandingkan
dengan peta konsep rujukan yang dibuat oleh peneliti.
c) Retensi
Pengukuran retensi menggunakan instrumen yang sama untuk tes
soal dan diberikan 2 dan 4 minggu setelah pembelajaran. Skor predikat
retensi diukur dengan rumus Recognition Methods (Syah, 2010).
d) Angket
Angket yang digunakan adalah angket tertutup untuk melihat
respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model Advance
organizer.
e) Lembar observasi terhadap aktivitas guru dan siswa saat penerapan
model pembelajaran Advance organizer.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian penerapan model Advance Organizer adalah
sebagai berikut:
1. Siswa diberi tugas untuk membuat peta konsep (tes awal) mengenai
keseluruhan materi sistem saraf sesuai dengan pengetahuan mereka
2. Siswa melaksanakan pretest penguasaan konsep materi sistem saraf
3. Pelaksanaan proses belajar mengajar menggunakan model Advance
Organizer dengan langkah-langkah ( modifikasi dari Joyce, Weil &
Calhoun, 2009):
a) Kegiatan Instruksional
Dilakukan pengenalan model pembelajaran Advance Organizer oleh
guru kepada siswa dengan menjelaskan tahapan dan pengaturan
b) Presentasi Advance Organizer
1) Guru menarik perhatian siswa dan menjelaskan tujuan
pembelajaran dengan beberapa peragaan yang melibatkan siswa
sehingga siswa dapat menemukan sendiri tujuan pembelajarannya
2) Siswa disajikan perangkat Advance Organizer seperti handout
(materi penyusun sistem saraf pada manusia dan kelainan pada
sistem saraf), video (transport aktif dan penghantaran impuls) dan
peta konsep (organisasi sistem saraf)
3) Guru menjelaskan penyajian Advance Organizer dengan
menunjukkan materi sebelumnya yang pernah dipelajari siswa
seperti sel saraf, sel hewan, proses transport aktif, struktur neuron
dan proses terjadinya gerak refleks dengan menghubungkannya
dengan materi baru yang akan dipelajari
4) Selama penyajian perangkat Advance organizer seperti penjelasan
handout, peta konsep dan pemutaran video, siswa dibimbing dan
diberikan pertanyaan mengenai pemahamannya terhadap materi
yang diberikan
5) Guru memberikan LKS untuk setiap pokok bahasan sebagai
pemandu dan Siswa melakukan diskusi untuk menjawab LKS dan
perwakilan siswa ditunjuk untuk menjelaskan di depan kelas
c) Mengorganisasikan konsep baru dan penyajian tugas
1) Guru menanyakan pemahaman siswa mengenai gambar dan
keterangan pada handout, peta konsep atau video dengan
mengajukan pertanyaan
2) Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan membuat
organisasi materi baru, misalnya membuat rangkuman
3) Guru mengarahkan siswa untuk menemukan kesimpulan
mengenai materi baru yang didapatkan dan menghubungkan
secara eksplisit dengan konsep yang mendasari materi tersebut
d) Penguatan struktur kognitif
1) Siswa melakukan diskusi kelas untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru
2) Guru menunjuk siswa untuk menjelaskan materi yang telah
dipahaminya, misalnya menggambarkan sel saraf di depan kelas
dan dibimbing siswa lainnya
3) Guru mengklarifikasi materi agar siswa paham secara keseluruhan
mengenai konsep yang disampaikan dan membimbing siswa
menyusun kesimpulan materi
4. Siswa melaksanakan posttest penguasaan konsep materi sistem saraf
5. Siswa diberi tugas membuat peta konsep (tes akhir) keseluruhan materi
sistem saraf setelah selesai pembelajaran
6. Siswa melaksanakan retest 1 dan 2 dalam waktu 2 dan 4 minggu setelah
G. Uji Coba Instrumen
Telah dilakukan analisis instrumen untuk mengetahui baik atau tidaknya
instrumen pengambilan data. Analisis intrumen dilakukan dengan menguji
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen. Berikut
merupakan hasil analisis instrumen:
1. Analisis Validitas Instrumen
Adapun cara perhitungan uji validitas faktor adalah dengan
mengorelasikan skor tiap faktor dengan skor total faktor item-item yang valid.
Untuk menghitung analisis item dan korelasi antar faktor digunakan rumus
koefisien korelasi product moment dan perhitungannya dibantu dengan
program Anates Version 4. Taraf signifikansi untuk validitas instrumen
adalah P=0,05 dengan df= N-2.
rxy = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y.
xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y. x = jumlah nilai setiap item.
Tabel 3.2.
2. Analisis Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Formula
Alpha Cronbach dan dengan menggunakan program program Anates
Version 4. Rumus :
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item
Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total
Tabel 3.3.
Interpretasi Reliabilitas:
Koefisien Reliabilitas Kriteria Reliabilitas
0,81 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,61 ≤ r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 ≤ r ≤ 0,60 Cukup
3. Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen
Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui sukar atau
mudahnya suatu soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran adalah:
P
=B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.4.
Interpretasi Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal : Nilai TK Butir Soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 1999)
4. Analisis Daya Pembeda Instrumen
Analisis daya beda soal dilakukan untuk dapat membedakan
kemampuan siswa. Untuk menghitung Daya Pembeda (DP) adalah:
Keterangan:
D = Daya Pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Interpretasi daya pembeda adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5.
Interpretasi Daya Pembeda (DP) Butir Soal : Nilai DP Butir Soal
Negatif Soal Dibuang
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 1999)
Hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda soal tes penguasaan konsep yang digunakan dalam penelitian ini
selengkapnya disajikan pada lampiran. Berdasarkan hasil analisis instrumen tes
penguasaan konsep, dari sejumlah 30 soal yang diuji cobakan terdapat 20 soal
yang dapat digunakan untuk pretest, posttest dan retest. Taraf soal dianggap valid
adalah dengan taraf signifikansi P=0,05 dengan nilai r tabel = 0,349 (df=36). Hasil
uji instrumen memiliki nilai reliabilitas yaitu 0,73 yang berarti 30 soal yang
Berikut hasil rangkuman analisis butir soal yang telah dilakukan:
Tabel 3.6.
Hasil Analisis Uji Coba Soal Tes Penguasaan Konsep Materi Sistem Saraf
No.
Soal yang digunakan untuk pretest, posttest dan retest yaitu nomor 1, 3, 4,
6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 27 dan 29. Semua soal yang
digunakan valid, dengan tingkat kesukaran sedang dan mudah serta nilai daya
pembeda cukup dan baik. Terdapat pula pertimbangan berdasarkan hasil
judgement soal dengan teman sejawat yang berpengalaman dalam pembuatan
soal-soal ujian Biologi. Soal yang digunakan dapat dilihat lebih jelas dan
terperinci pada lampiran B.
H. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Data utama meliputi penguasaan konsep yang dijaring melalui tes
pilihan ganda (pretest dan posttest) dan kemampuan membuat peta
konsep dengan melihat peta konsep sistem saraf hasil siswa sebelum
b. Kemampuan retensi pengetahuan siswa yang diukur 2 dan 4 minggu
setelah posttest dengan tes pilihan ganda melalui pengacakan urutan
soal.
c. Pemberian angket siswa untuk melihat respon siswa terhadap
pembelajaran dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa saat
pembelajaran berlangsung yang diobservasi oleh guru sekolah
setempat.
2. Teknik Pengolahan Data
Data pretest dan posttest diolah secara statistik dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Objektif
Berdasarkan data yang terjaring dari hasil pre-post test dan retest
dengan soal pilihan ganda sebanyak jumlah soal yang sudah valid dan
masing-masing diberi skor 1 untuk jawaban benar. Jumlah jawaban
benar kemudian dibagi jumlah soal dan dikali 100 sehingga diperoleh
nilai maksimum adalah 100.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengolahan
data tes objektif ini adalah sebagai berikut :
1) Menghitung skor dari setiap jawaban benar
2) Menghitung nilai total. Nilai akan dibandingkan dengan nilai
3) Menghitung rata-rata (mean) dengan rumus:
�
=
��
4) Menghitung gain :
Perhitungan N-Gain digunakan untuk mengetahui peningkatan
penguasaan konsep siswa (hasil pretest dan posttest). Rumus nya
yaitu:
Skor Posttest- Skor Pretest Skor Maks. - Skor Pretest
(Meltzer, 2002)
Dengan kriteria nilai N-Gain:
Tabel 3.7. Kategori nilai N-Gain
Kategori Perolehan N-Gain Keterangan
g ≤ 0,20 Sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Sedang
0,61 – 0,80 Tinggi
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
(Meltzer, 2002)
b. Uji Normalitas
Pada pengolahan data penelitian ini dilakukan uji normalitas dalam
terhadap hasil pretest dan posttest kemampuan penguasaan konsep
dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan One Sample
didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan normal
jika hasil perhitungan probabilitas (Sig. (2-tailed) lebih besar dari
taraf nyata yaitu dengan signifikansi 0,05.
c. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor pretest dan
posttest dari hasil penelitian yang dilakukan homogen atau tidak
untuk signifikansi 0,05. Uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 17.0 menggunakan Uji Levene. Data
dikatakan homogen jika nilai probabilitas (Sig.) > 0,05.
d. Penilaian Peta Konsep
Peta konsep dinilai menggunakan standar penilaian Novak & Gowin
(1985), dengan kriteria:
1. Proposisi, menunjukkan hubungan yang bermakna diantara
konsep dengan menggunakan kata penghubung. Proposisi yang
benar mendapatkan skor satu,
2. Hirarki, menggambarkan urutan konsep dari yang umum ke yang
khusus. Urutan yang benar mendapatkan skor lima.
3. Hubungan silang, untuk melihat hubungan yang bermakna antar
konsep dan untuk hubungan silang yang bermakna. Hubungan
4. Contoh kasus yang spesifik sesuai dengan urutan konsep diberi
skor satu.
Skor yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus:
Skor Peta Konsep Skor Peta Konsep Rujukan
(Syah, 2010)
Peta konsep Sistem Saraf rujukan sudah sebelumnya dibuat, di
judgement oleh teman sejawat dan diberi skor total . Skor total
untuk peta konsep rujukan yaitu :
Skor Proposisi : 42
Skor Hirarki : 20
Skor Hubungan Silang : 20 Skor Contoh : 10 +
Skor Total : 92
(Peta Konsep rujukan terdapat pada lampiran A)
Hasil persentase :
Tabel 3.8.
Predikat Skor Peta Konsep Skor Predikat
0%-20% Sangat rendah
21%-40% rendah
41%-60% Sedang
61%-80% Tinggi
81%-100% Sangat Tinggi
(Syah, 2010)
X 100%
Pengukuran persentase tiap kemampuan membuat peta konsep
menggunakan rumus:
Skor Kemampuan Peta Konsep Skor Kemampuan Peta Konsep Rujukan
(Syah, 2010)
e. Pengujian predikat skor retensi menggunakan rumus Recognition
Methods yaitu:
Hasil tes 2 Hasil tes 1
(Syah, 2010)
Skor retensi yang diperoleh selanjutnya dikategorikan dalam
beberapa predikat, yaitu:
f. Perhitungan Angket Respon Siswa
Data dari angket akan diolah sebagai berikut (Mulyani, 2009):
Selanjutnya penilaian angket didukung dengan deskripsi alasan yang
digunakan siswa untuk mendukung jawaban angket. Dilakukan
pengukuran kualitatif alasan yang diberikan oleh siswa.
g. Terdapat pengolahan data kualitatif yang akan langsung
dideskripsikan yaitu hasil observasi aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran menggunakan model Advance Organizer
berlangsung.
I. Alur Penelitian
Tahap Persiapan Penyusunan Proposal
Penyusunan Instrumen
Judgement dan perbaikan instrumen
Uji Coba Instrumen Observasi Awal
Analisis Butir Soal dan Pernaikan Instrumen
Tahap Pelaksanaan Pretest dan tugas membuat
peta konsep
Penerapan Model Advance Organizer pada konsep sistem saraf
Postest, tugas peta konsep dan angket respon siswa
3 x pertemuan
Retest 1
Retest 2
2 minggu setelah postest
4 minggu setelah postest
Tahap Akhir
Pengolahan Data
Pembahasan Bimbingan
dosen Observasi guru
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada siswa kelas XI SMA
dengan menerapkan model pembelajaran Advance Organizer pada materi sistem saraf
dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep siswa yang
signifikan, terbukti dengan meningkatnya rata-rata nilai siswa dari hasil pretest
(37,14) dan posttest (57,02) dengan N-Gain 0,53 atau termasuk kategori sedang.
Walaupun terdapat peningkatan penguasaan konsep, tetapi rata-rata nilainya belum
mencapai KKM sistem saraf yaitu 75. Kemampuan membuat peta konsep siswa
mengalami peningkatan dengan rata-rata skor peta konsep sebelum dan sesudah
pembelajaran dari 16 menjadi 47. Selain itu, dalam pembuatan peta konsep, siswa
sudah mampu membuat komponen proposisi, hirarki dan contoh. Retensi
pengetahuan siswa juga meningkat dengan rata-rata nilai hasil retest 1 dan retest 2
berturut-turut 58,33 dan 63,33, dengan predikat skor retensi sangat baik (104% dan
114%), walaupun tetap masih belum mencapai skor KKM yang ditentukan.
Respon siswa terhadap penerapan model advance organizer dalam
pembelajaran sistem saraf baik. Terbukti sebanyak 62% siswa merasakan manfaat
dari model pembelajaran ini karena membuat mereka lebih termotivasi dalam
belajar yang bervariasi dan pengulangan materi dasar pun cukup disukai siswa,
terbukti sebanyak 74% siswa menyukai adanya cara tersebut. Siswa pun berharap
penggunaan model advance organizer ini dapat diterapkan pada materi biologi
lainnya agar mereka menjadi menyukai biologi dan merasakan manfaat ilmu biologi
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penguraian diatas mengenai hasil penelitian dan respon siswa,
menunjukkan bahwa penerapan model Advance Organizer belum cukup efektif
dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa. Kemampuan membuat peta konsep
dan retensi pengetahuan siswa sudah meningkat cukup efektif setelah penerapan
model pembelajaran ini pada materi sistem saraf. Masih diperlukan beberapa program
remedial dan pengembangan proses pembelajaran agar model ini lebih efektif lagi
terutama dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan sebagai berikut:
1) Kepada Guru
a) Pembelajaran menggunakan model Advance Organizer masih jarang
dilakukan di SMA terutama dalam pelajaran Biologi, mengingat guru harus
mampu mengungkapkan pengetahuan awal siswa dan materi dasar yang tepat
untuk menunjang materi baru yang akan diberikan. Oleh karena itu,
diterapkan menggunakan model pembelajaran ini. Kemungkinan minat dan
motivasi siswa terhadap biologi dapat lebih meningkat lagi jika model
pembelajaran ini banyak digunakan.
b) Guru sebaiknya mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
bervariasi. Terbukti dalam penelitian yang dilakukan siswa terlalu sering
mendapatkan cara belajar yang konvensional sehingga membuat kebiasaan
belajarnya tidak berkembang. Guru diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuannya baik dalam penguasaan materi maupun berbagai model dan
teknik pembelajaran untuk membuat biologi semakin menarik lagi.
c) Guru sebaiknya melakukan beberapa aktifitas pembelajaran lain untuk
meningkatkan nilai agar mencapai KKM diantaranya melakukan kegiatan
remedial, meningkatkan kualitas pembelajaran, pemberian umpan balik tugas
sebelum melakukan pengukuran retensi siswa.
d) Guru memberikan lebih banyak pelatihan dan pengenalan mengenai
pembuatan peta konsep terhadap materi Biologi lainnya agar siswa menjadi
lebih terbiasa dan baik lagi dalam menyusun peta konsep. Selain itu, adanya
arahan kepada siswa mengenai penentuan proposisi yang tepat, penentuan
hirarki dan hubungan silang yang bisa diberikan tambahan warna atau kode
dalam peta konsep sangat diperlukan agar peta konsep yang dibuat siswa
2) Kepada Peneliti Selanjutnya
Perlu adanya pengembangan pemilihan materi dalam kompetensi dasar
biologi lainnya yang tepat digunakan untuk model Advance Organizer dan
juga penggunaan media lain yang lebih bervariasi. Selain itu, peneliti lain
dapat mencoba menggabungkan model Advance Organizer dengan model
pembelajaran lain yang mampu membuat siswa dapat lebih mengaitkan antar
konsep, misalnya dengan Connected Model atau Contextual Teaching
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2004). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Algesindo.
Anderson, L.W & Krathwhol, D.R.(2001). A taxonomy for learning, teaching and assessing: A revision of Bloom's Taxonomy of educational objectives: Tersedia: http://www.celt.iastate.edu/teaching/RevisedBlooms1.html (10 Desember 2012)
Arikunto, S. (1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bency, P.B.B & Nagarajan, W.E. (2010). How Does Advance Organizer Model Affect The Learning Outcomes and Comparison to Inquiry Training
Model. Tersedia:
http://www.mierjs.in/ojs/index.php/mjestp/article/download/63/44 (10 Desember 2012)
Bhinnety, M. (2008). Struktur dan Proses Memori. Yogyakarta: Buletin Psikologi UGM.Vol.16, No.2, 74-88.
Buntting, C., Coll, R.K., & Campbell, A. (2005). Student Views of Concept Mapping Use in Introductory Tertiary Biology Classes. Taiwan: Int. Journal of Math and Sci. Ed. National Sci. Council.
Campbell, N.A., Reece, J.B. & Mitchell, L.G. (2002). Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Coffey, J.W. & Canas, A.J. (2002). An Advance Organizer Approachto Distance Learning Course Presentation. Dept. of Compt.Sci. Univ. of West Florida
Custers, E. J. F. M. (2010). Long Term Retention of asic Science Knowledge: A Review Study. Adv. In Health Sci. Educ. 15: 109-128.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar , Jakarta:Erlangga.
Deese, J. (1959). The Psychology of Learning. New York: McGraw-hill, Book
Franco, R., Bortner, CD., Cidlowski, J.A. 2006. Potential roles of electrogenic ion transport and plasma membrane depolarization in apoptosis. J. Membr. Biol. 209 (1): 43–58.
Gunarya, A. (2006). Model Perilaku Belajar. Tersedia: http://www.unhas.ac.id/maba/bss2009/manajemen%20diri/Modul%20M D01-Model%20Perilaku%20Belajar.pdf (10 Desember 2012)
Haynie,W.J. (1997). Effects of Anticipation of Tests on Delayed Retention Learning. Journal of Technology Education. Vol. 9 No. 1, 20-30.
Indrawati. (2005). Model Pembelajaran Pemrosesan Infromasi. Bandung: PPPG IPA Depdiknas.
Iskandar, S.M. (2004). Meningkatkan Hasil Pembelajaran Kimia Organik Dengan Menggunakan Peta Konsep, Tugas Berumpan Balik, Dan Musik Mozart. FMIPA.UNM. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 2. ISSN 0215 - 8250
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching Second Edition. New Jersey:Prentice-Hall.Inc,Englewood Cliffs Company, Inc.
Kandel, E.R. et al. (2000). Nerve cells and Behavior.Principle of Natural Learning. Addendum To: The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible
“Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores. Iowa Univesity: Dept. of Physics and Astronomy.
Novak, J.D. & and Gowin, D.B. (1985). Learning How to Learn. London: Cambride Univ. Press.
Oloyede, O.I. (2011). A Meta-analysis of Effects of the Advance Organizers on Acknowledgment and Retention of Senior Secondary School
(SSS) Chemistry. Int J Edu Sci, 3(2): 129-135. Kamla-Raj.
Pattrick, A.O. (2011). Concept Mapping as a Studdy Skill: Effect on Student Achievement in Biology. Nigeria: Int. J. Edu. Sci. 3(1). 49-57. Kamla-Raj.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20. 2007. Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal.
Rusman, L. (2010). Model-Model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Press.
Santyasa, I.W. (2003). Pembelajaran Fisika Berbasis Keterampilan Berpikir Sebagai Alternatif Implementasi KBK. Makalah Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran.
Shihusa, H & Keraro, F.N. (2009). Using Advance Organizers to Enhance
Students’ Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, 2009, 5(4), 413-420. ISSN: 1305-8223
Simons, P. R. J. (1997). Definitions and theories of active learning and Active learning for students and teachers In D. Stern, & G. L. Huber (Eds.), (pp. 19-39). Frankfurt: Peter Lang.
Sudjana, N. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suhendri, H. (2009). Pemahaman Konsep Dasar Belajar Mengajar. Tersedia: [Online] http:/har-stkip.blogspot.com/2009/02-pemahaman-konsep-dasar-belajar-mengajar.htlmv. (diakses 3 Februari 2012)
Sukmadinata, S.N. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda karya
Syah, M. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Willerman, M. & Mac-Harg, R.A. 1991. The Concept Map as an Advance
Organizer. Tersedia:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/tea.366028080 (10 Desember 2012)
Winkel, W.S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia