• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA STANDAR KOMPETENSI MEMUPUK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA STANDAR KOMPETENSI MEMUPUK."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

STANDAR KOMPETENSI MEMUPUK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program StudiPendidikan Teknologi Agroindustri

oleh : Rani Nuraini

0811692

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

(2)

Penerapan Contextual Teaching and

Learning (CTL) untuk meningkatkan

Hasil Belajar pada Standar

Kompetensi Memupuk

Oleh Rani Nuraini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Agroindustri Fakultas Pendidikan Teknologi

Kejuruan

© Rani Nuraini 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

RANI NURAINI 0811692

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR

KOMPETENSI MEMUPUK

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I,

Dr. H. Kamin Sumardi, MPd NIP. 196709261997021001

Pembimbing II,

Erna Krisnanto, ST. MT NIP. 19720607199801002

Mengetahui: Ketua Program Studi

Pendidikan Teknologi Agroindustri FPTK UPI

(4)

ABSTRAK

Nuraini, R. (2013). “Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan Prestasi Belajar pada Standar Kompetensi Memupuk”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan Contextual

Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar siswa pada standar

kompetensi memupuk yang dilaksanakan di SMK Pertanian Pembangunan Negeri Cianjur (SMK-PP N Cianjur). Latar belakang dilaksanakannnya penelitian ini adalah pembelajaran disekolah yang masih kurang efektif dan efisien. Hasil belajar yang sangat rendah menyebabkan masalah tersebut sangat penting dan mendesak untuk dipecahkan. CTL dirasa tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek Penelitian dalam penelitian ini adalah Siswa SMK-PP N Cianjur Kelas Xb tahun ajaran 2012-2013. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan test. Instrument yang digunakan adalah Lembar Observasi berupa lembar observasi kinerja guru dan lembar observasi aktivitas siswa, soal test berupa pre-test dan post-test. Nilai hasil observasi kinerja guru tiap siklus berturut-turut adalah 81,25, 85, dan 91. Nilai hasil observasi siswa tiap siklus berturut-turut adalah 65,45, 72,52, dan 90,9. Hasil belajar siswa tiap siklus dilihat dari post test adalah 61,76, 68,56, 76,52. Hasil belajar siswa tiap siklus dilihat dari N-gain berturut-turut adalah 0,29, 0,52, 0,71. Hasil belajar siswa dilihat dari pencapaian KKM adalah 25,47%, 45,45%, 78,78%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pembelajaran CTL berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya.

Kata kunci: Contextual Teaching and Learning (CTL), Hasil Belajar, Standar

(5)

vii

C. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 12

D. Standar Kompetensi Memupuk ... 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

(6)

viii

D. Prosedur Penelitian... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 27

G. Analisis Data ... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 47

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Rekomendasi ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Sudjana (2002:28) menyatakan “Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar”. Usman (2005:4) mengemukakan tentang proses belajar mengajar “Proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas yang belangsung dalam situasi edukatif”. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.

(8)

Pembelajaran memupuk menyangkut materi-materi yang berhubungan dengan lapangan kerja tentu tidak hanya sekedar teori yang disampaikan saja, melainkan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Pembelajaran ini diperlukan model pembelajaran yang menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah. Oleh karena itu pembelajaran memupuk menekankan pada pemberian pelajaran secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Akan tetapi pada kenyataanya jarang sekali guru yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikirnya, bersikap ilmiah, serta mengkomunikasikannya dengan memberikan pengalaman pembelajaran secara langsung melalui pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran memupuk di SMK-PP Negeri Cianjur masih bersifat konvensional, dimana pada saat pembelajaran berlangsung siswa hanya mendengarkan materi yang disampaikan guru dan mencatat apa yang dipelajari. Pengetahuan siswa hanya meliputi apa yang disampaikan guru saja. Hal ini menyebabkan kejenuhan pada siswa, siswa cenderung tidak memperhatikan guru dan mengobrol saat di kelas.

(9)

menjawab. Hal ini diakui siswa bahwa mereka tidak terbiasa untuk mengungkapkan pendapat mereka, mereka malu untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri. Selain itu, siswa hanya menghafal konsep-konsep dalam materi sehingga kurang memahami makna dari materi tersebut.

Materi pemupukan dari segi prestasi menunjukan bahwa sebagian besar nilai hasil belajar siswa masih sangat rendah, sebagian besar belum memenuhi kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Untuk memenuhi nilai KKM tersebut siswa harus mengikuti remedial terlebih dahulu. Data prestasi belajar siswa bisa dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1. Data prestasi siswa kelas x SMK-PP N Cianjur tahun ajaran 2011-2012 yang pada standar kompetensi memupuk

No Kelas Jumlah siswa Banyak siswa

(10)

Sementara dalam proses pendidikan, untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien perlu dikembangkannya standar proses. Standar proses adalah standar pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Sebagaimana amanat yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 19 mengenai standar proses yaitu:

(1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2) Dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. (3) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien”.

(11)

Untuk itu peneliti berasumsi bahwa model pembelajaran yang relevan untuk diterapkan dalam pelajaran ini adalah Contextual Teaching and Learning (CTL). Adapun alasan penulis memilih model pembelajaran ini adalah melalui model ini guru dibantu untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa sehingga proses pembelajaran berlangsung secara ilmiah, dan siswa dapat mengalaminya sendiri. Siswa mempelajari dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sebagai hasil dari pengalamannya dalam upaya itu siswa memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Selain itu mencoba memanfaatkan lahan pertanian yang ada di SMK-PP N Cianjur yang dirasa tepat dalam menghubungkan materi pelajaran dengan lapangan, dan keterkaitan antara materi pemupukan dengan pelajaran produktif lainnya, untuk itu CTL diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami makna belajar dan mendorong siswa dalam motivasi belajar sehingga prestasi belajarpun dapat meningkat.

Adapun menurut Suprijono (2011:79-80) “Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara

(12)

mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Consextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Standar

Kompetensi Memupuk”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran masih berfokus pada guru. 2. Motivasi dan konsentrasi belajar siswa kurang.

3. Siswa hanya mendengar dan mencatat, cenderung tidak mengajukan pertanyaan saat belajar, dan tidak mengajukan pendapat.

4. Nilai hasil belajar siswa sebagian besar masih dibawah Kriteria KKM, untuk mencapai KKM tersebut sebagian siswa harus mengikuti remedial.

C.Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, mendalam dan tidak terlalu luas, maka penelitian ini difokuskan pada:

(13)

2. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Pemupukan terkait materi idendifikasi pupuk organik dan anorganik, unsur hara tanaman, dan menghitung kebutuhan pupuk.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan penerapan CTL pada standar kompetensi memupuk di kelas Xb SMK-PP N Cianjur?

2. Apakah penerapan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompensi memupuk di kelas Xb SMK-PP N Cianjur?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini memberikan sebuah alternatif model pembelajaran yang relevan di terapkan oleh guru di SMK Pertanian. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan CTL pada standar kompetensi memupuk di SMK-PP N Cianjur kelas Xb.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran CTL di SMK-PP N Cianjur kelas Xb.

(14)

1. Bagi siswa, Dapat meningkatkan Hasil belajar siswa sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

2. Bagi guru, Sebagai alternatif atau variasi dalam menggunakan metode

pembelajaran.

3. Bagi sekolah, Memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka

meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, sehingga menjadi lembaga yang bermutu.

G. Penjelasan Judul Penelitian

1. Pembelajaran Contextual Teaching and Leaning (CTL): merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. (Heriawan, dkk. 2012:19-20).

2. Belajar: suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang yang terjadi seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti (Warsita 2008:62).

(15)

yang dilihat peningkatan nilai yang diperoleh siswa setelah diterapkannya CTL.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Cianjur (SMK-PP N Cianjur) mulai Januari-Februari 2013. Penetapan tempat ini didasarkan pada pengalaman peneliti dalam program Pengalaman Lapangan (PPL).

B. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah siswa-siswi SMK-PP N Cianjur kelas Xb tahun ajaran 2012-2013 dengan jumlah siswa 35 orang.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hopkins (1993) dalam Muslish (2012:8) mendefinisikan PTK yaitu:

“PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif,yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannnya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktek pembelajaran”.

Metode PTK dipilih untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sebagaimana Sanjaya (2013:150) menjelaskan tujuan PTK yaitu “memperbaiki kinerja guru, menumpuhkan sikap profesional guru, dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung.

(17)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan yang dilakukan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa kegiatan perencanaan, di antaranya yaitu: a. Menentukan tempat pelaksanaan penelitian,

b. Merundingkan mitra, dalam hal ini kolaborator untuk penelitian,

(18)

c. Menyusun silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) setiap siklusnya,

d. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas pada setiap siklusnya,

e. Menyusun format observasi untuk memantau berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas dari setiap siklusnya,

f. Menganalisis data yang diperoleh selama melakukan tindakan, serta g. Merencanakan bagaimana langkah atau tindakan perbaikan yang akan

dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang sebelumnya. 2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan dalam setiap siklusnya. Peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap siklusnya yang menyangkut komponen pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

3. Observasi Tindakan

(19)

tindakan, peneliti dengan mitra peneliti melakukan diskusi balikan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki, ditingkatkan, ditambah, atau dikurangi bahkan dihilangkan dalam tindakan berikutnya untuk memperoleh data yang diinginkan. Hasil diskusi balikan tersebut kemudian oleh peneliti dijadikan acuan untuk tindakan berikutnya yang akan dilakukan.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir tiap tindakan. Pada kegiatan ini peneliti dan teman sejawat atau observer mendiskusikan hasil pengamatan tindakan yang dilaksanakan. Dalam tahap ini, peneliti akan menganalisa dan menginterpretasikan data dari hasil observasi dan evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai target yang telah ditentukan atau belum, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyempurnakan tindakan berikutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

a. Observasi siswa oleh peneliti

Observasi siswa dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai

participant observation (observasi berperan serta). Peneliti mengamati

langsung peran serta siswa dalam mengikuti pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran CTL.

(20)

Observasi guru dilakukan oleh teman sejawat, atau observer. Teman sejawat atau observer mengamati peneliti sebagai guru dalam menerapkan model pembelajaran CTL.

2. Tes

Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran CTL. Tes yang dimaksud adalah berupa pre-test dan post test. Tes yang digunakan adalah tes buatan guru yang diuji cobakan terlebih dahulu.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah: 1. Lembar Observasi

Lembar observasi berisi tentang ceklist pengamatan selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini akan divalidasi terlebih dahulu dengan menggunakan judgement expert (validasi pakar). Validasi pakar adalah validasi kepada para ahli (ekpert judgement) mengenai instrumen yang akan diujikan. Lembar observasi yang digunakan ada dua yaitu :

(21)

Soal tes berisi tentang soal-soal terkait standar kompetensi memupuk. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada standar kompetensi tersebut. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda berjumlah 35 soal untuk semua siklus. Soal ini diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa SMK-PP N Cianjur kelas XIc tahun ajaran 2012-2013 untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

a. Uji validitas

Uji validitas alat evaluasi bertujuan untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen tes. Suatu tes dikatakan valid apabila test itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.Validitas instrumen, dihitung melalui koefisien korelasi. Korelasi dihitung dengan menggunakan rumus produk momen dari Pearson sebagai berikut:

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y N = banyaknya peserta tes

X = nilai hasil ujicoba

Y = nilai rata-rata ulangan harian

(22)

0,800 ≤ rxy ≤ 1,00 korelasi sangat tinggi 0,600 ≤ rxy< 0,800 korelasi tinggi 0,400 ≤ rxy< 0,600 korelasi sedang 0,200 ≤ rxy< 0,400 korelasi rendah

0,00 ≤ rxy ≤ 0,200 korelasi sangat rendah. b. Reliabilitas

Suatu tes dikatakan reliabel apabila hasil tes tersebut tetap apabila diteskan berkali-kali. Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen atau alat evaluasi dilakukan dengan cara menghitung koefisien reliabilitas instrumen. Perhitungan koefisien reliablitas ini dihitung dengan menggunakan rumus Spearman-Brown (Arikunto,2009:93) berikut:

r11 = koefisien reliabilitas

2 1 2 1

r = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guliford (Erman, 2003 : 139) sebagai berikut:

r11< 0,20 derajat reliablitas sangat rendah 0,20 ≤ r11< 0,40 derajat reliablitas rendah

0,40 ≤ r11< 0,70 derajat reliablitas sedang 0,70 ≤ r11< 0,90 derajat reliablitas tinggi

(23)

Indeks kesukaran menyatakan sukar atau mudahnya sebuah soal. Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal adalah sebagai berikut (Arikunto, 2009:208):

Keterangan:

P = indeks kesukaran butir soal

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk mengetahui interpretasi indeks kesukaran tiap butir soal yang digunakan adalah sebagai berikut (Arikunto,2009:210):

1,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 soal mudah d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut :

Pb

Ja = banyaknya peserta kelompok atas Jb = banyaknya peserta kelompok bawah

(24)

Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar. Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan adalah sebagai berikut (Arikunto,2009:218) :

0,00 < DP ≤ 0,20 jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 baik

0,70 < DP ≤ 1,00 sangat baik

G. Analisis Data

Teknik analisis data untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang diperoleh melalui pengamatan dengan cara memilih data sesuai dengan kebutuhan penelitian. Berdasarkan data tersebut, kemudian dipaparkan lebih sederhana menjadi paparan yang berurutan berupa paparan data dan akhirnya ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas (Muslich,2012:52).

Proses penyederhanaan data atau reduksi data diambil dari analisis data observasi peneliti sebagai guru, observasi siswa dan data prestasi siswa. 1. Analisis observasi guru dan observasi siswa

(25)

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Langkah pemaparan data untuk aktivitas siswa adalah sebagai berikut: a. Pemberian Skor, Skor observasi guru dan observasi siswa yang

digunakan dalam skala likert adalah sebagai berikut: 1) Sangat baik = 5

2) Baik = 4 3) Cukup baik = 3 4) Kurang baik = 2 5) Tidak baik = 1

b. Perhitungan Pressentase, Data yang diperoleh dari pemberian skor akan dihitung dengan rumus (Sudjana,2006:78):

N =

Hasil yang diperoleh kemudian dikonfersikan pada tabel dibawah: Tabel 4. Konversi Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran

Nilai Keterangan

10-29 Sangat kurang

30-49 Kurang

50-69 Cukup

70-89 Baik

90-100 Baik sekali

Sumber: (Sudjana, 2006)

(26)

Data hasil belajar diambil dari pre-test dan post-test siswa, nilai ini diolah dengan pemberian skor. kemudian diambil presentase nilai yang melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), yaitu dengan rumus sebagai berikut:

Presentase

Hasil yang diperoleh menunjukan tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah diberikan. Sedangkan untuk mengetahui efektifitas peningkatan hasil belajar yaitu dihitung menggunakan teknik Normalized Gain.

Normalized Gain dihitung dengan rumus:

N-Gain =

Skala nilai yang digunakan pada data N-gain terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Kriteria Normalized Gain

Skor N-gain Kriteria N-gain

0,70 < N-gain Tinggi 0,30 ≤ N-gain < 0,70 Sedang

N-gain , 0,30 Rendah

(27)
(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Dilihat refleksi tindakan, observasi kinerja peneliti dan aktivitas belajar

siswa yang semakin baik tiap siklus, Penerapan Contextual Teaching and

Learning (CTL) pada standar kompetensi memupuk di SMK-PP N 1

Cianjur berlangsung dengan baik.

2. Dilihat dari test hasil belajar yang meningkat dari tiap siklus, Penerapan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan Hasil

belajar siswa pada standar kompetensi memupuk di SMK-PP N 1 Cianjur kelas Xb tahun ajaran 2012-2013.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajian terhadap penerapan Contextual Teaching and

Learning (CTL), maka dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi guru direkomendasikan untuk menerapkan Contextual Teaching and

Learning (CTL) sebagai alternatif pembelajaran pada standar kompetensi

memupuk.

(29)
(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aritmaxx. (2010). Pembelajaran Contextual Teaching and Learning.[Online] Tersedia:http/aritmaxx.wordpress.com/2010/11/15/sintaks-pembelajaran-

contekstual-teaching –and-learning/. (2 Januari 2013)

Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Erman, S. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hake. (1998). Interactive Engagement Methods in Introductory Mechanic

Cours. [Online]. Tersedia: http://www.Physics.indana/edu/IEM_2bfdf. (7

Juni 2012).

Hamalik, O.(2008). Dasar-Dasar Pengembangan kurikulum.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, O. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Heriawan, dkk. (2012).Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis. Banten: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru (LP3G).

Jufri, W. (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Rineka Cipta.

Johnson, E. B. (2012). CTL Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa. Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama. Muslish, M. (2012). Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah

Clasroom Action Research. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional

(31)

Sadirman, A.M.(2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sagala, S.(2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan. Kencana: Prenada Media Group, Sudjana, N.(2002). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Sudjana, N. (2006). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta. Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. (2012). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Usman, M.U. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1. Data prestasi siswa kelas x SMK-PP N Cianjur tahun ajaran 2011-2012 yang pada standar kompetensi memupuk
Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel 4. Konversi Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran
Tabel 5. Kriteria Normalized Gain

Referensi

Dokumen terkait

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Diperiksa

Ukuran bisa disetting dengan cara klik kanan di ruler area gambar maka akan muncul satuan ukuran yang akan digunakan. Seperti pixel, cm ,

Freight bill factoring accelerates payment for your freight bills and provides you the money you need to pay fuel, expenses and drivers.. It gives you the cash flow you need to take

[r]

Pengajuan/Usulan dari Kopertais untuk Dosen Swasta, sedangkan Dosen Negeri diusulkan oleh Lembaga PTKIN terkait. • Data Dosen (yang mengajukan KP) dapat diinput sendiri oleh Dosen

Blok Barat, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara.Kawasan penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki potensi kemenyan terbesar pada kawasan Batang Toru.Adiankoting

menyelesaikan studi Pascasarjana S2 di Program Magister Ilmu Lingkungan di. Universitas Diponegoro

PERPUSTAKAAN KOTA YOGYAKARTA PADA TAHUN 2010 INI / MEMPUNYAI PROGRAM KERJA. PEMBINAAN