• Tidak ada hasil yang ditemukan

"Pengaruh Pemberian Kortikosteroid Oral Dosis Tinggi dan Jangka Panjang Terhadap Diameter Serabut Otot dan Gambaran Histopatologis Otot Rangka Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) Jantan ".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ""Pengaruh Pemberian Kortikosteroid Oral Dosis Tinggi dan Jangka Panjang Terhadap Diameter Serabut Otot dan Gambaran Histopatologis Otot Rangka Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) Jantan "."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN KORTIKOSTEROID ORAL DOSIS TINGGI DAN JANGKA PANJANG TERHADAP DIAMETER SERABUT OTOT

DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIS OTOT RANGKA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) JANTAN

Samuel Partogi Harianja, 1210138, Pembimbing I: Teresa Lucretia, dr., M. Kes Pembimbing II: Sylvia Soeng, dr., M. Kes. PA (K)

Latar Belakang : Penggunaan kortikosteroid eksogen pada dosis tinggi dan

jangka panjang merupakan penyebab tersering Glucocorticoid induced myopathy seperti yang terjadi pada Sindroma Cushing, 60 % penderitanya akan mengalami kelemahan otot yang akan menyebabkan atrofi otot.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perubahan diameter serabut otot dan gambaran

histopatologi otot rangka tikus wistar jantan setelah diberi kortikosteroid oral dosis tinggi dan jangka panjang.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium sungguhan

dengan rancangan acak lengkap. Subjek penelitian adalah 12 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi dalam 2 kelompok (n = 6). Kelompok kontrol diberikan akuades 5 mL dari hari ke-1 sampai hari ke-14. Kelompok perlakuan diberi prednison 0,36 mg dari hari ke 1 sampai hari ke-14. Data yang diukur adalah diameter serabut otot diuji menggunakan uji T-test tidak berpasangan dan skor kerusakan otot berdasarkan modifikasi Schaaf secara deskriptif.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan diameter serabut otot kelompok prednison

lebih kecil secara signifikan daripada kelompok kontrol (p = 0,039). Kerusakan otot menurut modifikasi Schaaf terdapat 1 tikus memberikan gambaran nekrosis serabut otot (skor 1), 2 tikus memberikan gambaran nekrosis serabut otot dan sel lemak (skor 2), 3 tikus memberikan gambaran nekrosis serabut otot, sel lemak dan sel inflamasi (skor 3).

Simpulan: Kortikosteroid dosis tinggi dan jangka panjang menyebabkan

perubahan gambaran histopatologi otot.

(2)

v

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

THE EFFECT OF HIGH DOSE AND LONG TERM USED ORAL CORTICOSTEROID TOWARD THE DIAMETER OF MUSCLE FIBERS AND HISTOPATHOLOGY PATTERN OF SKELET MUSCLE IN WISTAR

MALE RAT

Samuel Partogi Harianja, 1210138, Tutor 1st : Teresa Lucretia, dr., M. Kes Tutor 2nd: Sylvia Soeng, dr., M. Kes. PA (K)

Background: Glucocorticoid-induced myopathy can be caused by the high dose

and long term used of exogenous corticosteroids, as happens in Cushing Syndrome, who 60% of patients will experience muscle weakness lead to muscle atrophy.

Objective: To identify change the diameter of muscle and histopathology pattern

of skeletal muscle in wistar male rat after high dose and long term exogenous

corticosteroid consumption.

Methods: This study was a real experimental laboratory with complete

randomized design. The subjects were 12 wistar male rat divided into 2 groups (n = 6). The control group was showed 5 mL distilled water from day 1 to day 14. The treatment group was showed prednisone 0,36 mg from day 1 to day 14. the data was measured the diameter of muscle fibers and analyzed using unpaired t-test. The muscle damage was described based on Modified Schaaf score.

Result: The result of the diameter muscle fibers in treatment group was

significantly smaller than control group (p = 0.039). there is 1 rat showed necrosis of muscle fibers pattern (score 1), 2 rats showed necrosis of muscle fibers and fat cells pattern (score 2) and 3 rats showed necrosis of muscle fibers, fat cells and inflammatory cells pattern (score 3).

Conclusion: High-dose and long-term used of corticosteroid made changes in

muscle fibers and histopathology pattern of wistar male rat.

(3)

vi

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis………3

1.5.1 Kerangka Penelitian………...3

1.5.2 Hipotesis………4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………5

2.1 Struktur Anatomi Otot………5

2.1.1 Struktur Anatomi Otot Rangka………..5

2.1.2 Struktur Histologi Otot Rangka……….7

2.1.3 Fisiologi Otot Rangka………..11

2.2 Kortikosteroid………..14

2.2.1 Pembagian Kortikosteroid………15

(4)

vii

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat dan Subjek Penelitian………...24

3.1.2 Bahan Penelitian………...24

3.2.2.1 Variabel Perlakuan……….….25

3.2.2.2 Variabel Respon……….….25

3.2.2.3 Definisi Operasional Variabel……….25

3.2.3 Perhitungan Besar Sampel………26

3.2.5.2 Pembuatan Preparat Histopatologis Otot Tikus………28

3.2.5.3 Pengamatan Sediaan Histopatologis Otot Tikus………...29

3.2.6 Metode Analisis Statistik………..29

3.2.6.1 Hipotesis Statistik……….29

3.2.6.2 Kriteria Uji………30

(5)

viii

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………31

4.1 Hasil Penelitian………31

4.1.1 Diameter Serabut Otot Rangka………31

4.1.2 Kerusakan otot rangka menurut modifikasi Schaaf……….32

4.2 Pembahasan………..33

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian……….34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….35

5.1 Simpulan………..35

5.1.1 Simpulan Umum………..35

5.1.2 Simpulan Khusus……….35

5.2 Saran………35

DAFTAR PUSTAKA...………36

LAMPIRAN………..37

(6)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pembagian Kortikosteroid……… 16

Tabel 2.2. Sediaan Kortikosteroid………... 21

Tabel 3.1. Skor kerusakan otot menurut modifikasi Schaaf………. 26

Tabel 4.1 Rerata diameter otot rangka secara histopatologis……..……... 31

Tabel 4.2 Hasil perubahan histopatologi otot rangka menurut skor

kerusakan modifikasi Schaaf………

(7)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bentuk-bentuk otot……….….. 7

Gambar 2.2. Sarkoplasma, Sarkolemma, Myofibril dan Sel Satelit….…. 8

Gambar 2.3. Perimisium, Epimisium, Endomisium……….. 8

Gambar 2.4. Skematis Struktur Myofibril…..……… 10

Gambar 2.5.

Struktur Tropomiosin, Troponin T, Troponin C dan

Troponin I……… 11

Gambar 2.6. Mekanisme Kontraksi Otot ………….……….……….……. 13

Gambar 2.7. Inti Siklopentanoperhidrofenatren……….. 15

Gambar 2.8 Mekanisme Kortikosteroid………. 17

Gambar 2.9 Struktur dan tata nama produk kortikosteroid dan derivat….. 18

(8)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1.

GAMBAR HISTOPATOLOGI DIAMETER

SERABUT OTOT KONTROL DAN PERLAKUAN… 38

LAMPIRAN 2.

GAMBAR HISTOPATOLOGI BERDASARKAN

SKOR KERUSAKAN OTOT MODIFIKASI

SCHAAF……….

39

LAMPIRAN 3.

HASIL ANALISIS STATISTIK PENGUKURAN DIAMETER SERABUT OTOT MENGGUNAKAN UJI T-TEST TIDAK BERPASANGAN ….………..…

40

LAMPIRAN 4. KONVERSI DOSIS PREDNISON……… 42

LAMPIRAN 5. SKOR KERUSAKAN OTOT MODIFIKASI

SCHAAF………. 43

(9)

1

inflamasi dan autoimun karena memiliki efek antiinflamasi. Kortikosteroid dapat

menimbulkan efek pada sistem organ pada penggunaan klinis dan penghentian

penggunaan kortikosteroid menjadi sulit karena berpotensi menimbulkan berbagai

efek samping serius yang beberapa di antaranya mengancam jiwa. Oleh sebab itu,

penggunaan kortikosteroid dalam suatu terapi selalu membutuhkan pertimbangan

yang hati-hati mengenai risiko dan manfaat yang akan diterima pasien (Goodman,

2014).

Sekresi kortikosteroid endogen diatur oleh hipotalamus yang akan

mengeluarkan CRH (Corticotropin-releasing hormon) dan mengatur hipofisis

anterior untuk mengeluarkan ACTH (Adrenocorticotropin Hormon) yang akan

memengaruhi korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol (Sherwood, 2012).

Penggunaan kortikosteroid eksogen dalam jangka panjang merupakan

penyebab tersering Glucocorticoid induced myopathy seperti yang terjadi pada

Sindroma Cushing, 60 % penderitanya akan mengalami kelemahan otot (Gupta,

2013).

Glucocorticoid induced myopathy dapat akut dan kronis. Miopati akut ditandai

dengan kelemahan otot proksimal dan distal yang cepat dan progesif, biasanya

terjadi pada pasien unit pelayanan intensif yang disebabkan oleh immobilisasi,

defisiensi nutrisi, sepsis, dan pemberian kortikosteroid dosis tinggi. Miopati

kronis ditandai dengan terjadinya kelemahan otot yang perlahan-lahan dan tidak

nyeri, terutama pada otot proksimal dan menyebabkan atrofi otot dalam beberapa

minggu sampai bulan (Gupta, 2013).

Pada Glucocorticoid induced myopathy, kortikosteroid dapat dijelaskan

menggunakan tiga hipotesis. Hipotesis pertama, inhibisi sintesis protein; Hipotesis

(10)

2

Universitas Kristen Maranatha

proteasome-pathway; Hipotesis ketiga terjadi peningkatan jumlah reseptor 3H-deksametason binding di sitosol otot gastrocnemius (Gupta, 2013).

Melalui penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui efek kortikosteroid

jangka panjang terhadap perubahan kerusakan otot secara histopatologi.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah terjadi perubahan diameter serabut otot rangka tikus wistar

setelah pemberian kortikosteroid oral dosis tinggi dan jangka panjang.

2. Apakah terjadi perubahan gambaran histopatologi otot rangka tikus

wistar jantan setelah pemberian kortikosteroid oral dosis tinggi dan

jangka panjang.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian adalah untuk mengetahui efek kortikosteroid oral dosis

tinggi dan jangka panjang terhadap otot rangka.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kerusakan otot rangka tikus wistar

jantan baik diameter serabut otot maupun gambaran histopatologi setelah diberi

kortikosteroid oral dosis tinggi dan jangka panjang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Untuk menambah pengetahuan tentang efek samping kortikosteroid oral dosis

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Manfaat Praktis

Untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang efek samping

kortikosteroid oral dosis tinggi dan jangka panjang terhadap otot rangka.

1.5 Kerangka Penelitian dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Penelitian

Patogenesis atrofi otot akibat pemberian kortikosteroid berdasarkan jenis otot

yang terjadi pada type II muscle fibers dapat dijelaskan menggunakan tiga

hipotesis (Gupta, 2013). Hipotesis pertama, inhibisi sintesis protein yang meliputi:

inhibisi transportasi asam amino yang mengakibatkan defosforilasi dari 4E-BP1

dan 40S protein ribosom S6 kinase di dalam otot dan inhibisi stimulasi insulin-like

growth factor-I. Faktor tersebut menginhibisi sintesis protein dengan cara inisiasi

dan translasi mRNA. Selain itu, terjadi juga peningkatan MyoD1, myf-5, dan

MRF4 mRNA sehingga terjadi inhibisi myogenesis dengan cara down regulation

myogenin yang akan mengurangi differensiasi sel mioblas C2C12 dan sel satelit.

(Shah OJ et all., 2000).

Hipotesis kedua dijelaskan berdasarkan mekanisme proteolisis otot

menggunakan Ubiquitin proteasome-pathway. Ubiquitin proteasome-pathway

(UPP) adalah mekanisme utama untuk katabolisme protein dalam sitosol dan inti

yang terdiri dari konjugasi dan deubiquitinasi (Boston Biochem, 2016).

Konjugasi adalah ubiquitin yang menjadi rantai kovalen yang terkait dengan

ubiquitin dan atau protein lain, baik sebagai molekul tunggal atau sebagai rantai

poli-ubiquitin. Penempelan ubiquitin ke ε-amina residu lisin protein target

memerlukan serangkaian langkah enzimatik ATP-dependent oleh enzim E1

(mengaktifkan ubiquitin), enzim E2 (konjugasi ubiquitin) dan enzim E3 (pengikat

ubiquitin). Enzim E3 mengikat substrat protein dan enzim E2 untuk membentuk

(12)

4

Universitas Kristen Maranatha

cascade konjugasi. C-terminal residu Gly75-Gly76 dari ubiquitin adalah residu

kunci yang berfungsi dalam reaksi kimia ubiquitin (Boston Biochem, 2016).

Deubiquitinasi adalah ikatan kovalen ubiquitin (isopeptide hubungan) antara

ubiquitin dan protein target serta antara molekul ubiquitin dengan

Deubiquitinating Enzym (DUBs). Deubiquitinating Enzym (DUBs) diperlukan

untuk memroses kumpulan beragam monoubiquitin dan polyubiquitin, mengatur

aktivitas kedua ligase dan substrat. (Boston, Biochem, 2016).

Hipotesis ketiga terjadi peningkatan jumlah reseptor 3H-deksametason binding

di sitosol otot gastrocnemius (Schakman O et al., 2008, DuBois DC et al., 1980).

1.5.2 Hipotesis

(13)

35

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Kortikosteroid memperkecil diameter serabut otot setelah pemberian oral

dosis tinggi dan jangka panjang.

2. Kortikosteroid mengubah gambaran histopatologi otot setelah pemberian oral

dosis tinggi dan jangka panjang.

5.2 Saran

1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan pewarnaan histopatologi yang

berbeda.

2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan penelitian efek samping prednison

(14)

PENGARUH PEMBERIAN KORTIKOSTEROID ORAL DOSIS

TINGGI DAN JANGKA PANJANG TERHADAP DIAMETER

SERABUT OTOT DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIS OTOT

RANGKA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) JANTAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SAMUEL PARTOGI HARIANJA

1210138

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(15)

vi

Universitas Kristen Maranatha KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus karena hanya dengan

berkat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penelitiannya dengan baik

dan menyusun karya tulis ilmiah ini dengan baik dan tepat waktu. Karya tulis ilmiah

ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas

Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Karya tulis ini terselesaikan dengan baik tentu dengan bantuan, bimbingan, serta

dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih kepada:

1. Teresa Lucretia, dr., M. Kes selaku pembimbing utama yang telah memberi

waktu, motivasi, tenaga serta pikiran dalam membantu, memberi nasihat,

saran, dan solusi permasalahan selama pembuatan karya tulis ini.

2. Sylvia Soeng, dr., M. Kes., PA (K) selaku pembimbing pendamping yang

telah memberi waktu, motivasi, tenaga serta pikiran dalam membantu,

memberi nasihat, saran, dan solusi permasalahan selama pembuatan karya

tulis ini.

3. Laella K. Liana, dr., Sp.PA., M. Kes yang telah membantu dalam pembacaan

preparat histopatologi untuk penyelesaian karya tulis ini.

4. Kepala Laboratorium Farmakologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

5. Rumah Sakit Advent Bandung dalam pembuatan preparat histologi.

6. Kedua orang tua saya Bapak Kharlison Harianja S.H., M.H dan Ibu Posma

Rohani Sihombing, dr yang selalu memberikan dukungan materi maupun

dukungan mental serta turut membantu jalannya penelitian, dan tak lupa doa

yang selalu menyertai penulis sehingga penelitian dapat berjalan dengan

lancar dan karya tulis dapat terselesaikan dengan baik.

7. Sahabat penulis, Alfred Tri Susanto, Andreas Krisnata, Yalsin Hericson,

(16)

vii

Universitas Kristen Maranatha

Edward Timotius, Malvin Oven Hardicar, Andreas Jovianto, Jericho

Immanuela, Yemima Dwika Divinadia, Jessica Purnomo, Orarensya Lestari

Sitorus, Komang Soni, Sasya, Sabrina Ruth, Ricky Bonatio Hutagalung, Indra

Bayu, Kevin Kenny, Adisurya Nugraha, Angela Azalia, Hans Ariel Satyana,

Andrew Joshua Megawe, Irene Elysia Gunawan, Iie Tanang, Caecilia Arlene,

Calvin Erdison, Yosia Kristanto, Pak Daniel, Bu Icha yang senantiasa

memberikan dukungan kepada penulis.

8. Serta semua sahabat dan kerabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu

yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis, baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan karya tulis ini.

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

dan bagi pengembangan ilmu kedokteran di kemudian hari.

Bandung, Desember 2016

(17)

36 3. Carroll B [et al]. Greenspan Endokrinologi Dasar dan Klinik [Buku]. Gardner

DG, Shoback D [Editor]. McGraw-Hill / Lange. (Access-Medicine), 2011 - 9th.

4. DuBois DC [et al]. Disuse atrophy of skeletal muscle is associated with an increase in number of glucocorticoid receptors : A Rivew [Jurnal] // Endocrinology, 1980.

5. Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995 - 4th . 6. Festing MFW [et al]. Guidelines for the design and statistical analysis of

experiments using laboratory animals [Buku], 2002.

7. Ganiswarna Sulistia [et al]. Farmakologi dan Terapi [Buku] - Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2011 - 5th

8. Gupta Anu [et al]. Glucocorticoid-induced myopathy: Pathophysiology, diagnosis, and treatment : A Rivew [Jurnal] // Indian J Endocrinol Metab, 2013.

9. Hardman, J.G [et al]. Goodman & Gillman Dasar Farmakologi Terapi [Buku] / penerj Amalia Hanif, 2008 - Jakarta : EGC, 2014..

15. Rosana Herminia Scola [et al]. Toxic myopathies: muscle biopsy features : A Rivew [Jurnal] // Neuromuscular/Neurology Division, Internal Medicine Department, Hospital de Clínicas da Universidade Federal do Paraná (UFPR) - Curitiba PR, Brasil, 2006.

16. Schaaf [et al]. Lack of robust satellite cell activation and muscle regeneration during the progression of Pompe disease : A Rivew [Jurnal] // Acta Neuropathologica Communications, 2015.

(18)

37

18. Shah OJ [et al]. Acute attenuation of translation initiation and protein synthesis by glucocorticoids in skeletal muscle : A Rivew [Jurnal] // Am J Physiol Endocrinol Metab, 2000.

19. Shah OJ [et al] Among translational effectors, p70S6k is uniquely sensitive to inhibition by glucocorticoids : A Rivew [Jurnal] // Biochem J, 2000.

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.1.
GAMBAR HISTOPATOLOGI DIAMETER

Referensi

Dokumen terkait

Perairan Sumber Beceng tercemar dibuktikan dengan rata-rata indeks keanekaragaman plankton antara 1,0 - 1,5 yaitu sebesar 1,24 serta kondisi fisika-kimia perairan Sumber

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka akan diberikan pengetahuan melalui pelatihan cara memproduksi dan mengemas produk kripik berbasis sayuran yang higienis

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chayati (2011) bahwa variasi pencampuran ubi jalar kuning pada pembuatan roti manis mempengaruhi tingk at kesukaan serta

Atas perjuangan dan kerja keras para pemimpin nasional tersebut, disertai dukungan sepenuh hati dari seluruh rakyat Indonesia, hari ini di saat kita memperingati

penyusunan program kerja Balai Pengembangan TATA USAHA kepegawaian, pengelolaan barang, kerumah Teknologi Perikanan Budidaya;.. tanggaan, kehumasan, kepustakaan,

Deskripsi Singkat : Mata diklat ini membekali peserta dengan kemampuan mengidentifikasi permasalahan pada pengelolaan program instansinya dalam mencapai organisasi

Isi Tugas : Untuk mempelajari kelayakan abu vulkanik sebagai bahan dasar untuk membuat material geopolimer untuk aplikasi bahan bangunan dan menganalisis pengaruh

[r]