DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Asumsi Penelitian ... 10
BAB II KONSEP PROGRAM LAYANAN DASAR DAN KONSEP PENGELOLAAN DIRI DALAM BELAJAR (ACADEMIC SELF MANAGEMENT) ... 12
A. Konsep Pengelolaan Diri dalam Belajar (Academic Self-Management) ... 12
B. Konsep Program Layanan Dasar ... 26
C. Program Layanan Dasar untuk Meningkatkan Pengelolaan Diri dalam Belajar (Academic Self Management) ... 33
D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
A. Metode Penelitian ... 43
B. Populasi dan Sampel ... 50
C. Definisi Operasional ... 51
D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 54
F. Pengelolahan dan Analisis Data Penelitian ... 61
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 68
A. Hasil Penelitian ... 68
B. Pembahasan ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 109
A. Kesimpulan ... 109
B. Rekomendasi ... 110
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Gambaran Populasi dan Sampel Penelitian... 51
3.2 Kriteri Penilaian (Skor) Alternatif jawaban untuk tiap item ... 57
3.3 Kisi-kisi Angket Academic Self Management... 58
4.2 Program Layanan Dasar Semester 1 Kelas VIII
SMP N 1 Punggur tahun ajaran 2010/2011 ... 74
4.3 Program Layanan Dasar Semester 2 Kelas VIII
SMP N 1 Punggur tahun ajaran 2010/2011 ... 75
4.4 Pedoman Observasi Dalam Evaluasi Proses Layanan Dasar ... 89
4.5 Jadwal Program Layanan Dasar untuk Meningkatkan
Academic Self Management ... 90
4.6 Perbandingan Hasil Pretes dan Postest Kelompok Eksperimen ... 95
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Profil Academic Self Management Kelompok Treatmen ... 69
4.2 Profil Academic Self Management Kelompok Treatmen
Berdasarkan Seluruh Aspek ... 70
4.3 Profil Academic Self Management Kelompok Treatmen
Setelah diberi Layanan Dasar ... 92
4.3 Profil Academic Self Management Kelompok Treatmen
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan asumsi penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna menghasilkan output pembelajaran yang berkualitas yakni siswa-siswi yang berprestasi belajar baik. Kualitas prestasi belajar siswa di sekolah, dapat dilihat dari nilai ujian atau nilai raport.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa diantaranya faktor internal dan eksternal (Alex Sobur, 2003: 244). Faktor internal merupakan kondisi dalam diri siswa yang terdiri dari kondisi psikologis dan fisiologisnya, sedangkan faktor eksternal terdiri dari kondisi lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Tiap siswa memiliki kondisi internal dan eksternal yang berbeda-beda. Perbedaan ini sering menimbulkan terjadinya perbedaan respon dan hasil belajar siswa.
2 itu suatu pengetahuan dan keterampilan tentang cara belajar efektif secara umum dapat membantu siswa dalam belajar. Seperti yang disebutkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (1995:652) bahwa metode belajar sebagai “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dan sebagainya)” atau “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud metode belajar, secara singkat adalah cara yang teratur untuk mencapai maksud belajar (Alex sabur, 2003: 252).
Ada beberapa metode belajar yang telah dikembangkan oleh para psikolog dan ahli pendidikan, seperti: metode SQ3R (survey, question, read, recite, dan review) oleh P. Robinson (1970); metode PQRST (preview, question, read, state,
dan test) oleh Thomas F. Staton (1952); atau metode Quantum Learning oleh Bobbi Deporter (1992). Metode-metode ini disusun untuk membantu para siswa agar dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga memperoleh prestasi belajar yang optimal.
Selain itu, ada pula teori-teori lain yang memuat tentang strategi belajar efektif, seperti yang dikembangkan oleh Zimmerman (1987) yaitu teori tentang self-regulated learning yakni kemampuan siswa dalam mengarahkan
tingkah laku, dan c. strategi untuk mengoptimalkan fungsi lingkungan. Strategi untuk mengoptimalkan fungsi personal ini meliputi: (1) kemampuan pengorganisasian dan transformasi yakni menelaah kembali materi-materi pembelajaran, (2) kemampuan menetapkan tujuan dan perencanaan aksi pencapaian tujuan, dan (3) kemampuan melatih dan menghapal materi. Strategi mengoptimalkan fungsi tingkah laku meliputi: (1) evaluasi diri terhadap kualitas kemajuan pekerjaannya, dan (2) membayangkan reward dan punishmen yang dapat ia peroleh bila memperoleh kesuksesan dan kegagalan. Sedangkan strategi untuk mengoptimalkan fungsi lingkungan meliputi: (1) pencarian informasi lebih lengkap dari sumber-sumber non sosial, (2) pembuatan catatan tentang kejadian dan hasil belajar yang diperoleh dalam proses belajar, (3) penyusunan lingkungan fisik, dan (4) pencarian bantuan sosial. Dengan demikian, self regulated learning tidak hanya membantu siswa mengoptimalkan kondisi-kondisi internalnya seperti pribadi dan tingkahlaku, tetapi juga membantu siswa mengoptimalkan pemanfaatan kondisi eksternal seperti kondisi lingkungannya agar mendukung efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar.
Senada dengan self regulated learning, Myron Dembo (2004:4) memperkenalkan suatu model academic self management, yaitu suatu pendekatan untuk membantu siswa memanajemen diri agar dapat belajar secara efektif. Dalam pendekatan academic self management, maksud kata ‘Manajemen’ mengarah pada aktivtas manajemen motivasi, perilaku dan cara belajar.
4 perilaku dikenal dengan strategi perilaku, yakni strategi yang ditujukan untuk membantu siswa memanajemen perilakunya agar mendukung kegiatan belajar. Dan manajemen cara belajar dikenal dengan strategi belajar yang ditujukan untuk membantu siswa melaksanakan kegiatan belajar secara efektif, meliputi cara belajar di buku teks, cara belajar efektif di kelas, cara belajar mempersiapkan ujian, dan cara mengerjakan ujian yang efektif. Ketiga strategi (strategi motivasi, strategi perilaku dan strategi belajar) tersebut marupakan strategi-strategi yang dikembangkan dalam pendekatan academic self management. Strategi-strategi itu ditujukan untuk membantu siswa memanajemen faktor-faktor yang mempengaruhi belajar mereka, sehingga mereka dapat membangun kondisi optimum dalam belajar dan menghapus gangguan-gangguan dalam belajar. Oleh karena itu, keterampilan academic self management didrasa dapat digunakan untuk mendukung terciptanya performa belajar yang efektif dan mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pengembangan keterampilan academic self management atau pengelolaan diri dalam belajar begitu penting
dikembangkan kepada para siswa, dapat mendukung kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran bagi siswa dan sekolah. Salah satu syarat untuk mengembangkan keterampilan academic self management ini ialah siswa perlu memiliki sifat kemandirian.
Masa remaja sebagai usia bermasalah, di mana masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh laki-laki maupun perempuan. Ada dua alasan berkaitan dengan kesulitan belajar tersebut yaitu: pertama, sepanjang masa kanak-kanak masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga sebagian remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, dan menolak bantuan orang tua atau gurunya.
Pada dasarnya remaja masih belum mampu memandirikan dirinya, termasuk dalam belajar. Maka peranan guru pembimbing sebagai orang dewasa turut bertanggungjawab membantu remaja agar memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan dan bertanggungjawab. Dan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang tepat untuk mengembangkan kemandirian siswa melalui pengembangan keterampilan academic self management ialah layanan dasar.
6 penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian, layanan dasar dapat dilaksanakan untuk mengajarkan dan melatih keterampilan academic self management kepada para siswa, sebagai salah satu upaya mengoptimalkan
perkembangan belajar siswa.
Beberapa fakta di sekolah banyak memperlihatkan tentang kebutuhan pengembangan keterampilan academic self management siswa, misalnya seperti fenomena perilaku-perilaku belajar yang kurang efektif yang dilakukan oleh para siswa. Hasil tanya jawab dengan siswa kelas VIII.2 di SMP Negeri 1 Punggur diketahui bahwa siswa masih belum melaksanakan cara belajar yang efektif secara maksimal, terbukti dengan adanya gejala-gejala perilaku sebagai berikut: tidak semangat belajar di kelas, tidak memiliki jadwal belajar yang teratur, sulit konsentrasi, sering tidak mengerjakan tugas atau PR, tidak mau atau tidak berani menjawab pertanyaan guru dan sering tidak masuk sekolah. Perilaku tersebut merupakan perilaku belajar yang negatif yang tidak menunjukan keterampilan academic self management yang baik.
memperlihatkan adanya korelasi antara perilaku belajar siswa dengan hasil belajar yang diperoleh.
Berdasarkan pengukuran tingkat academic self management siswa kelas VIII.2 di SMP Negeri 1 Punggur diperoleh keterangan bahwa sejumlah 31 orang, diperoleh 15 orang (48.39%) memiliki keterampilan academic self management
berkategori tinggi, 9 orang (29.03%) berkategori sedang, dan 7 orang (22.6%)
berkategori rendah.
Data tersebut, menunjukan masih ada siswa yang memiliki tingkat academic self management berkategori rendah dan juga sedang. Berkaitan dengan itu, maka
penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar atau academic self management siswa melalui pengujian efektivitas program layanan
dasar.
B. Rumusan Masalah
Beranjak dari kebutuhan pengembangan keterampilan pengelolaan diri dalam belajar atau academic self management. Maka permasalahannya ialah bagaimana program layanan dasar yang efektif untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa?
8 ini dipusatkan pada “Program layanan dasar untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII SMP”, dengan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana profil pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012?
2. Bagaimana program layanan dasar yang telah dilaksanakan oleh guru pembimbing di SMP Negeri 1 Punggur?
3. Bagaiamana rumusan program layanan dasar untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012?
4. Apakah program layanan dasar tersebut efektif dalam meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan program layanan dasar untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur. Sedangkan secara khusus tujuannya:
2. Memperoleh gambaran empirik mengenai program layanan dasar yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Punggur.
3. Merumuskan program layanan dasar yang sesuai untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012.
4. Memperoleh gambaran keefektifan program layanan dasar dalam
meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau menjadi salah satu informasi dan bahan kajian untuk kemajuan dunia pendidikan, khususnya bidang keilmuan bimbingan dan konseling. Diharapkan pula dapat bermanfaat dalam rangka pengembangan program layanan dasar yang dapat dipergunakan di Sekolah Menengah Pertama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan untuk meningkatkan keterampilan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management), yang dapat mendukung performa dan prestasi belajar yang
10 b. Bagi guru bimbingan dan konseling, rumusan program layanan dasar ini diharapkan dapat diimplementasikan kepada para siswa disekolah, terutama untuk mendukung menyukseskan proses pembelajaran di sekolah.
c. Bagi dewan guru dan staf tata usaha, perumusan program layanan dasar ini diharapkan dapat mendukung kerjasama yang lebih baik lagi dengan guru bimbingan dan konseling dalam rangka mensukseskan kegiatan pembelajaran di sekolah.
d. Bagi kepala sekolah, program layanan dasar ini hendaknya dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa.
E. Asumsi Penelitian
Berikut ini penjelasan tentang asumsi penelitian ini:
1. Ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar individu yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal meliputi intelegensi dan kepribadian, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian, maka reaksi siswa dalam menerima pelajaran pun dapat terjadi berbeda-beda.
pembelajaran merupakan tanggungjawab semua pihak baik kepala sekolah, guru, guru bimbingan dan konseling, siswa, orang tua maupun masyarakat. 3. Beberapa fenomena perilaku belajar yang kurang efektif, seperti membolos,
tidak mengerjakan PR, tidak memperhatikan ketika guru menerangkan, mengantuk di kelas dan sebagainya merupakan suatu bentuk masalah belajar yang sangat mempengaruhi output pembelajaran dan perlu diatasi.
4. Salah satu cara untuk mengembangkan perilaku belajar yang efektif siswa ialah melalui pengembangan keterampilan pengelolaan diri dalam belajar atau academic self management. Keterampilan academic self management ialah
suatu keterampilan atau kemampuan siswa dalam memanajemen dirinya agar menghasilkan perilaku yang efektif untuk belajar, ‘manajemen’ ini meliputi manajemen terhadap strategi motivasi, strategi perilaku dan strategi belajar. 5. Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu mengoptimalkan
perkembangan siswa, baik perkembangan pribadi, sosial, karier dan belajar. 6. Kurikulum bimbingan atau layanan dasar merupakan salah satu layanan dalam
program bimbingan dan konseling yang mempromosikan pengetahuan, tingkahlaku dan keterampilan melalui pengajaran tiga konten area berikut ini: prestasi akademik, pengembangan karier, dan pertumbuhan pribadi/sosial. 7. Dengan demikian, maka guru pembimbing dapat menggunakan program
43 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini di uraikan tentang Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik
Pengumpulan Data Penelitian, Proses Pengumpulan Data, Pengolahan dan
Analisis Data Penelitian.
A. Metodologi Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment. Penelitian
eksperimen merupakan penelitian percobaan, yakni penelitian yang
membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok diberi
perlakuan tertentu dan satu kelompok (kelompok kontrol) lagi dikendalikan pada
suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Selisih tanggap
antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh
perlakuan yang diberikan kepada kelompok perlakuan itu (Margono, 2007:110).
John W. Creswall (2008:299) menyebutkan “in an experiment, you test an
idea (or practice or procedure) to determine whether it influences an outcome or
dependent variable.” Artinya bahwa penelitian eksperiman bermaksud meneliti
ide (suatu praktek atau prosedur) untuk melihat apakah memiliki pengaruh
terhadap hasil atau variable dependen. Maka, langkah pertama dalam penelitian
ekperimen ini ialah menentukan ide (praktek atau prosedur) yang akan
mengalami pengalaman (praktek atau prosedur) tersebut dan selanjutnya melihat
dan menentukan apakah ide (praktek atau prosedur) yang dialami oleh individu
atau kelompok tersebut menunjukan hasil yang lebih baik dari pada individu atau
kelompok yang tidak diberi perlakuan (praktek atau prosedur) tersebut.
Penelitian ekperimen ini dilakukan ketika peneliti ingin melihat
kemungkinan sebab dan akibat antara variabel independent dengan variabel
dependen. Oleh karena itu peneliti perlu berusaha mengontrol semua variabel
yang mempengaruhi hasil kecuali pada variabel independent. Selanjutnya ketika
variabel independen mempengaruhi variabel dependen, dapatlah dikatakan
variabel independen menyebabkan variabel dependen.
Ada beberapa jenis desain pada penelitian eksperiment ini, diantaranya ialah
desain antar kelompok dan desain dalam kelompok. Desain antar kelompok ini
terdiri dari beberapa desain lagi, diantarannya: true-experiment desaign,
quasi-experiment desaign, dan factorial desaign. Sedangkan desain dalam kelompok
terdiri dari beberapa desain, yaitu: time series experiment, repeated measure
experiments, dan single-subjek experiment.
Desain eksperiment yang digunakan dalam penelitian “Program layanan
dasar untuk mengembangkan academic self management” ini adalah quasi
experiments desaign. Cresswel (2008: 560) menyebutkan: “Quasi-experiment
include assignment, but not random assignment of participant to groups. This is
45 Pendapat tersebut menjelaskan bahwa ciri metode penelitian
quasi-experiment ini ialah pemilihan kelompok eksperiment yang tidak dilakukan secara
random, melainkan ditentukan oleh peneliti sendiri berdasarkan variabel-variabel
tertentu. Dalam kaitannya dengan pemilihan subjek penelitian, peneliti tidak
selalu dapat melakukan pemilihan subjek secara random. Dalam penetapan
random, peneliti tidak memungkinkan memilih dan memilah subjek sesuai dengan
rancangannya. Akan tetapi, bisa jadi peneliti terpaksa harus menerima kelas atau
kelompok subjek yang telah ditentukan oleh sekolah, sesuai dengan kebijakan
sekolah, penelitian eksperiment ini yang dimaksudkan oleh Stanley dan Campbell
(Asher & Vockel, 1995) sebagai penelitian eksperiman kuasi. Walaupun
demikian, apabila penelitian ini dirancang dengan cermat dan tepat tetap akan
memberikan hasil yang bermanfaat.
Menurut Punanji Setyosari (2010:156) ada dua rancangan penelitian, terkait
dengan eksperiment kuasi ini, yaitu: (1) kelompok berhubungan (intact group
comparation), dan (2) rancangan kelompok control yang tidak sama
(non-equivalent control group design). Perbedaan kedua rancanngan penetian tersebut
ialah bila pada rancangan kelompok berhubungan sekelompok subjek yang
diambil dari populasi dikelompokan secara rambang menjadi dua, yaitu kelompok
eksperiment dan kelompok kontrol. Sedangkan pada rancangan kelompok
nonekuivalen kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih langsung dari
populasi secara tidak acak atau random. Dan penelitian ini menggunakan desain
eksperimen kuasi dengan rancangan kelompok non-ekuivalen. Berikut gambaran
Gambar 3.1 Desain eksperimen kuasi dengan rancangan non-equivalent control group design
Ada dua kelompok yang dipilih secara tidak acak (random) yaitu kelompok
perlakuan (eksperimen) dan kelompok kontrol. Keduanya memperoleh pretest dan
posttest. Perbedaan hasil atau variabel dependen pada kelompok eksperiment dan
kelompok kontrol dapat menunjukan efektif atau tidaknya perlakuan (layanan
dasar) yang diberikan kepada kelompok eksperimen.
1. Tahapan Dalam Penelitian Eksperimen
Ada beberapa tahap dalam menyusun penelitian ekperimen, diantaranya:
a. Menentukan ide yang akan di ekperimenkan dari suatu masalah penelitian
Tahap ini merupakan tahap awal yakni mempertimbangkan apakah suatu ide
dalam masalah penelitian tersebut tepat bila mengunakan penelitian eksperimen.
Hal penting yang menjadi pertimbangan dalam penelitian eksperimen ialah
peneliti harus dapat mengontrol pengaturan eksperimen sebagaimana
memanipulasi satu tingkat pada sebuah variabel independen. Eksperimen
bukanlah pilihan terbaik bila suatu masalah dapat digeneralisasi kedalam populasi
atau ketika peneliti tidak dapat memanipulasi kondisi eksperimen.
O1 X O2 (eksperiment)
47 b. Bentuk hipotesis pada hubungan sebab-akibat
Tahap selanjutnya ialah menyusun suatu prediksi, dan selanjutnya mengumpulkan
data untuk menguji hipotesis. Hipotesis merupakan jenis yang sering digunakan
dalam penelitian eksperimen dibanding bentuk pertanyaan penelitian. Mekipun
keduanya dapat juga digunakan semuanya. Berikut arahan dalam membuat
pernyataan hipotesis:
1) Variabel independen terdiri sekurang-kurangnya satu variabel dengan banyak
level. Dan peneliti perlu memanipulasi satu dari beberapa level. Variabel
independen adalah hasil, dan peneliti sering meneliti banyak hasil (seperti:
siswa dan perilaku).
2) Variabel terukur dalam suatu instrument atau catatan observasi. dan keduanya
perlu memiliki skor validitas dan reliabilitas. Peneliti perlu memilih
instrument dengan hasil skor validitas konstruk yang tinggi.
c. Memilih unit eksperimen dan mengidentifikasi studi partisipan
Salah satu tahap pertama dalam penyusunan eksperimen adalah menentukan unit
eksperimen. Analisis unit eksperimen adalah unit terkecil yang dituntaskan
peneliti selama eksperimen. Peneliti mengumpulkan data dari individu, dan cara
penuntasan unit eksperimen dapat berbeda-beda antara unit eksperimen satu
dengan yang lainnya. Suatu unit eksperimen dapat menangani seseorang individu,
d. Memilih perlakuan atau treatmen eksperimen dan mengenalinya
Suatu kunci desain eksperimen ialah mengatur level perlakuan dan
mengaplikasikan suatu level pada masing-masing kelompok, seperti satu tingkat
pada kelompok eksperimen, dan tingkat lain pada kelompok control. Selanjutnya
membandingkan hasil dari masing-masing kelompok. Intervensi dapat berupa
program atau aktivitas yang diorganisasikan oleh peneliti.
e. Memilih jenis desain eksperimen
Suatu aspek persiapan untuk eksperimen ialah memilih desain dan menyediakan
diagram visualnya. Peneliti perlu menentukan beberapa dasar untuk kegiatan
eksperimen, ketersediaan partisipan, dan bagaimana kecakapan peneliti dalam
memperlakukan control dari pengaruh asing.
f. Menyusun eksperimen
Menyusun eksperimen meliputi tahapan prosedur yang tepat dengan pemilihan
desain. Yang terdiri dari:
1) Mengadministrasi pretes, bila berencana menggunakannya.
2) Mengenali perlakuan eksperimen untuk kelompok eksperimen.
3) Memonitori proses sehingga ancaman terhadap validitas internal
diminimalisir.
49 5) Penggunakan etika praktek dengan wawancara partisipan, menginformasikan
mereka tentang tujuan dan alasan untuk eksperimen, menanyakan gagasan
mereka tentang kejadian yang terjadi.
g. Mengorganisasi dan menganalisis data
Tiga aktivitas utama yang diperlukan dalam menyimpulkan eksperimen:
pengkodean data, analisis data, dan penulisan hasil eksperimen. Pengkodean data
berarti peneliti perlu memperoleh informasi dari alat ukur dan mengatur file
computer untuk analisis data. Prosedur ini dimulai dengan membersihkan data
untuk meyakinkan bahwa jawaban instrument tidak termasuk sebagai data yang
tak biasa di file computer yang melalui tombol eror atau kekeliruan. Peneliti dapat
menjelajahi database untuk mengatasi eror tersebut dengan melaksanakan analisis
deskriptif pada penggunaan program analisis statistik dan meniadakan variabel
untuk keberadaan data yang tak biasa. Analisis deskriptif ini dapat menyediakan
pandangan pertama dari hasil penelitian dan manyaring hasil yang terbaca untuk
sebuah hasil pengukuran. Tahap ini ialah tahap pertama dalam analisis data.
Selanjutnya peneliti mulai menganalisis perbandingan kelompok tentang hasil
pengukuran. Dan menyediakan informasi yang berguna untuk menjawab hipotesis
atau pertanyaan penelitian.
h. Pengembangan laporan penelitian eksperimen
Laporan ekperimen disesuaikan dengan standar format. Pada “metode atau
prosedur” eksperimen, peneliti cenderung memasukan informasi tentang:
2) Desain eksperimen.
3) Intervensi dan material.
4) Mengontrol seluruh variabel asing.
5) Pengukuran terhadap variabel dependen dan observasi.
Berdasarkan pada focus masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikann
dalam Bab 1 peneliti mempunyai keyakinan penggunaan metode di atas akan
lebih sesuai untuk menguji efektivitas program layanan dasar dalam
mengembangkan academic self management siswa.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
Punggur. Maka sampel penelitian ini juga siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
Punggur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik kelompok
atau rumpun (cluster). Yaitu sampel yang diambil dari kelompok-kelompok yang
telah tersedia dalam populasi dan pengambilan sampelnya tidak dilaksanakan
secara random atau acak (Punanji Setyosari, 2010: 172). Dalam penelitian ini
sampel mengambil dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Masing-masing kelompok diambil dua kelas dari tujuh kelas VIII di SMP
Negeri 1 Punggur. Dua kelas tersebut ialah kelompok treatmen untuk kelas VIII.2
dengan jumlah 31 dan kelompok kontrol untuk kelas VIII.1 dengan jumlah 31.
51 Tabel 3.1 Gambaran Populasi dan Sampel Penelitian
No. Kelompok Sampel Populasi
1. Treatmen 31 222
2. Kontrol 31
C. Definisi Operasional
Penelitian program layanan dasar untuk meningkatkan academic self
management terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas terletak pada program layanan dasar, sedangkan variabel terikat
terletak pada pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa.
1. Program layanan dasar adalah proses pemberian bantuan oleh konselor
sekolah SMP N 1 Punggur kepada semua siswa melalui kegiatan-kegiatan
secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
membantu perkembangan akademik, khususnya keterampilan pengelolaan diri
dalam belajar (academic self management).
Adapun struktur-struktur dalam program layanan dasar untuk meningkatkan
pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa adalah
sebagai berikut:
a. Rasionalisasi
b. Visi
c. Misi
e. Asumsi
f. Strategi
g. Action plan
h. Evaluasi
2. Academic self management adalah suatu kemampuan/keterampilan siswa SMP
Negeri 1 Punggur dalam mengelola atau memanajemen diri dalam belajar.
Kata ‘manajemen’ meliputi manajemen diri siswa terhadap motivasi, perilaku
dan belajarnya. Oleh karena itu tingkat academic self management siswa dapat
diukur dari gambaran strategi motivasi, strategi perilaku dan strategi belajar
siswa bersangkutan. Ketiga stragei tersebut memiliki beberapa cara
pendekatan, diantaranya: pengaturan tujuan, mannajemen emosi, manajemen
waktu, manajemen perilaku, strategi belajar di buku, strategi belajar di kelas,
strategi belajar untuk ujian, dan strategi mengerjakan ujian.
Maka indikator-indikator academic self management ialah:
a. Pengaturan tujuan
b. Mannajemen emosi
c. Manajemen waktu
d. Manajemen perilaku
e. Strategi belajar di buku
f. Strategi belajar di kelas
g. Strategi belajar untuk ujian
53 Kedelapan indikator digunakan dalam penyusunan angket academic self
management, yang akan di ujikan pada sebelum dan sesudah pelaksnaan
layanan dasar. Sehingga data yang diperoleh ialah berupa data angka atau data
kuantitatif. Dari data tersebut akan terlihat bagaimana gambaran peningkatan
academic self management siswa.
Disamping itu, untuk menguji efektivitas program layanan dasar untuk
meningkatkan academic self management, peneliti menggunakan evaluasi
proses melalui pedoman observasi, adapun beberapa aspek yang diobservasi
diantaranya:
a. Respon siswa
b. Materi yang diberikan
c. Strategi yang digunakan
d. Penggunaan media
e. Penggunaan waktu
Evaluasi proses juga dilaksanakan menggunakan jurnal kegiatan harian,
adapun aspek-aspek jurnal harian kegiatan diantaranya:
a. Eksperimentasi
b. Identifikasi
c. Analisis
d. Generalisasi
D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
1. Analisa Uji Coba Instrumen
a. Analisa Rasional
Intrumen academic self management meruapakan variabel yang digunakan
untuk mengumpulkan data ditelaah oleh dosen pembimbing guna melakukan
koreksi terhadap bentuk dan isi instrument.
b. Analisa Empiris
Dalam tahap analisis empiris, peneliti melakukan uji coba untuk mengetahui
validitas pernyataan dan reliabilitas instrument. Setelah dilakukan oleh 3 orang
dosen ahli, serta dikoreksi oleh dosen pembimbing, selanjutnya
pernyataan-pernyataan dalam instrument academic self management diujicobakan kepada 19
siswa kelas VIII di SMP Laboratorium UPI guna mendapatkan validitas
pernyataan dan reliabilitas instrumen.
Untuk analisis empiris, peneliti menggunakan bantuan program komputer
statistik SPPS (Statistical Package for Social Sciences) versi 12.0.
Untuk menguji validitas pernyataan dengan teknik korelasi product moment.
Rumus teknik korelasi Product Moment adalah sebagai berikut (Furqon, 2009:
103):
= ∑ ∑∑ ∑ ∑∑
∑
Ket:
55 X = Skor subyek pada pernyataan
Y = Skor total subyek pada skala Rxy = Korelasi antara X dan Y
Selanjutnya untuk perhitungan reliabilitas digunakan teknik koefisien Alpha,
dengan rumus sebagai berikut:
=
− 1×
−
Ket:
Rtt = Koefisien reliabilitas alat ukur
SDi = Varian dari skor individu pada tiap pernyataan N/n = Jumlah pernyataan
SDt = Standar deviasi skor total subyek
2. Analisis Data Penelitian
Pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson
Product Moment dengan bantuan program komputer SPPS (Statistical Package
for Social Sciences) versi 12.0 untuk melihat tingkat academic self management
siswa.
Instrument tentang academic self management siswa dilihat dari gejala
performa belajar siswa yang menunjukan motivasi, perilaku dan strategi
belajarnya. Aspek-aspek yang diukur dengan instrument academic self
management adalah dari gambaran strategi motivasi, strategi perilaku dan strategi
a. Pernyataan (+), diberi skor nilai 4 jika jawaban selalu, skor 3 jika jawaban
sering, skor 2 jika jawaban kadang-kadang, dan sekor 1 jika jawaban tidak
pernah.
b. Pernyataan (−) diberi skor nilai 1 jika jawaban selalu, skor 2 jika jawaban
sering, skor 3 jika jawaban kadang-kadang, dan skor 4 jika jawaban tidak
pernah.
Pengumpulan data merupakan cara-cara atau langkah-langkah yang
ditempuh untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian.
Dalam pengumpulan data diperlukan teknik-teknik tertentu sehingga data yang
diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan permasalahan yang
hendak dipecahkan.
Sejalan dengan penjelasan di atas, Subino (1982: 162) mengemukakan
bahwa “Teknik-teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan
alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya”.
Alat pengumpul data diperlukan untuk mengumpulkan informasi atau
keterangan-keterangan tentang objek penelitian. Alat pengumpul data dalam
penelitian ini yaitu menggunakan angket (kuesioner).
Angket (kuesioner) merupakan alat mengumpul data dalam bentuk formulir
yang disebar untuk mengumpulkan informasi mengenai sesuatu yang terdiri dari
pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner ini
berbentuk forced choice yaitu subyek dimohon untuk memberikan pilihan
57 pernyataan sesuai dengan kesan, perasaan, atau pengalaman subjek. Butir-butir
kuesioner diskor sesuai dengan pernyataan positif atau negative.
Dalam menetapkan cara penyekoran, intrumen angket yang dipergunakan
dalam penelitian memiliki nilai dengan skor berkisar dari 4, 3, 2, atau 1. Perincian
[image:30.595.113.518.236.602.2]kriteria skor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Kriteria penilaian (Skor) alternatif jawaban untuk tiap item
No. OPTION SKOR
+ −
1. Selalu 4 1
2. Sering 3 2
3. Kadang-kadang 2 3
4. Tidak Pernah 1 4
Dalam menyusun alat pengumpulan data, peneliti berpedoman pada ruang
lingkup data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun indikator-indikator dari variabel penelitian yang akan ditanyakan
pada responden berdasarkan pada teori yang telah dikemukakan dalam Bab II.
b. Menetapkan bentuk alat pengumpul data.
c. Membuat kisi-kisi dalam bentuk matriks yang sesuai dengan indicator variabel
d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan disertai alternatif jawaban yang
akan dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket
yang telah dibuat.
e. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban serta bobot
penilaiannya.
f. Membuat petunjuk pengisian angket, responden membubuhkan tanda
checklist (√) pada jawaban yang sesuai.
[image:31.595.117.507.244.757.2]Berikut ini kisi-kisi angket academic self management:
Tabel 3.3 Kisi-kisi alat pengumpulan data Academic Self Management Siswa SMP
ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR NO.ITEM
Strategi Motivasi Strategi 1. Pengaturan Tujuan 2. Manajemen Emosi 3. Manajemen
1.a Merumuskan tujuan
1.b Mendefinisi dan
mengidentifikasikan
tujuan
1.c Mengimplementasikan
strategi
1.d Evaluasi tujuan
2.a Gangguan emosi
2.b Usaha mengatasi gangguan
emosi
3.a Pengaturan Manajemen
59 Perilaku Strategi Belajar waktu 4. Manajemen lingkungan fisik dan sosial 5. Strategi Belajar di Buku Teks 6. Strategi Belajar di Kelas 7. Strategi Belajar mempersiap-kan ujian 8. Strategi Mengerja-kan ujian 3.b Mengimple-mentasikan manajemen waktu.
4.a Manajemen lingkungan
fisik
4.b Manajemen lingkungan
sosial
5.a Aktivitas sebelum
membaca
5.b Aktivitas selama membaca
5.c Aktivitas setelah membaca
6.a Aktivitas sebelum belajar
di kelas
6.b Aktivitas selama belajar di
kelas
6.c Aktivitas setelah belajar di
kelas
7.a Mengembangkan rencana
belajar untuk menghadapi
ujian
8.a Mengerjakan ujian pilihan
ganda
8.b Mengerjakan ujian essay
Setelah kisi-kisi dibuat, kemudian dikembangkan beberapa butir pertanyaan.
Butir-butir pertanyaan itu berimbang berdasarkan jumlah komponen dan aspek
penelitian dalam kisi-kisi.
E. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data menyangkut prosedur dan tahapan kegiatan yang
ditempuh dalam upaya pengumpulan data.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti mulai dengan melakukan observasi data ke sekolah
untuk mempperoleh berbagai informasi mengenai keadaan lapangan yang
berhubungan dengan penelitian, terutama keadaan performa belajar siswa kelas
VIII di SMP Negeri 1 Punggur. Selanjutnya melakukan studi pendahuluan
berkaitan dengan pelaksanaan program layanan dasar untuk kelas VIII di SMP
Negeri 1 Punggur. Setelah data dan keterangan yang diperlukan telah terkumpul,
selanjutnya mengurus berbagai perizinan kepada pihak yang terkait.
2. Tahap Penyebaran dan Pengumpulan Instrumen
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian yang bertujuan untuk
memperoleh data penelitian.
Kegiatan yang dilakukan peneliti sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah guna meperoleh data yang akurat tentang tingkat
61 kepada sampel penelitian, yaitu kelompok treatmen dan kelompok kontrol.
Sehingga data yang terkumpul tersebut layak untuk dilakukan pengolahan
selanjutnya.
F. Pengelolaan dan Analisis Data Penelitian
Ukuran bagi memadai atau tidaknya instrument sebagai alat pengumpul data
dan sebagai alat pengukur variabel penelitian, harus memenuhi syarat utama, yaitu
syarat validitas atau kesahihan dan syarat reliabilitas atau keajegan.
Sanafiah Faisal dan G.W Mulyadi (1882: 24) menjelaskan maksud dari
validitas dan reliabilitas sebagai berikut:
Validitas pengukuran berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan
fungsi ukur dan alat yang digunakan. Suatu alat pengukur dikatakan valid jika
benar-benar sesuai dengan dan menjawab secara cermat tentang variable yang
mau diukur. Sedangkan reliabilitas pengukuran, berhubungan dengan daya
konstan alat pengukur di dalam melahirkan ukuran-ukuran yang sebenarnya dari
apa yang diukur. Alat pengukur yang reliable kecil kemungkinannya melahirkan
ukuran yang berbeda-beda bila kenyataan objeknya memang sama, walaupun
dilakukan oleh lain petugas dan/atau lain kesempatan.
Menurut Sugiyono (1999: 267) bahwa “valid berarti instrument tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur”, sedangkan
“instrument yang reliable berarti instrument yang bila digunakan beberapa kali
Saifuddin Azwar (2009:4-5) menyebutkan alat ukur yang valid tidak hanya
mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan
hasil yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran
mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya
diantara subjek yang satu dengan yang lain. Dan hasil ukur yang reliabel hanya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek
yang sama diperoleh hasil yang relative sama, salama aspek yang diukur dalam
diri subjek memang belum berubah. Relatif sama berarti tetap ada toleransi
terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Bila
perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak
reliabel.
Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas suatu instrument pengumpul
data, peneliti perlu melakukan uji terhadap instrument tersebut, dalam hal ini uji
terhadap angket yang telah disusun. Tujuan dari uji instrumen ialah untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi terutama
pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat peneliti.
Untuk keperluan uji validitas dan uji reliabilitas instrument pengumpul data
disebar angket kepada siswa kelas VIII di SMP Laboratorium UPI, sebanyak 19
siswa sebagai responden. Adapun pelaksanaannya dilaksanakan pada tanggal 14
Juli 2011.
Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instrument dalam penelitian ini,
63 1. Uji Validitas Instrumen
Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data yang
diteliti secara tepat. Suharsimi Arikunto (1998: 136) mengungkapkan bahwa
tinggi rendahnya validitas instrument menunjukan sejauh mana variabel data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kesahihan
atau kevalidan suatu instrument.
Uji validitas terhadap angket, diamksudkan sebagai upaya untuk mengetahui
apakah angket yang telah disusun tepat untuk dipergunakan sebagai alat
pengumpul data atau tidak. Dalam uji validitas ini penulis menggunakan
pengujian validitas tiap butir item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir item
dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program SPSS for windows
versi 12.0, diperoleh hasil untuk uji validitas. Dari hasil uji validitas tersebut
dilakukan seleksi angket dan membuang pernyataan/item yang tidak valid dan
item-item yang valid digunakan selanjutnya untuk pengolahan data.
Dari hasil pengujian dengan bantuan komputer program SPSS for windows
versi 12.0, dengan analisis korelasi dapat diketahui dari jumlah subyek sebanyak
19 siswa, dan 57 item pernyataan dapat diperoleh 44 item pernyataan yang
dinyatakan valid, sedangkan 13 item pertanyaan dinyatakan tidak valid, yaitu
pernyataan langsung bisa dipakai dan ke 13 item pernyataan langsung dibuang.
Oleh karena itu, item alat pengungkap data stress yang dipergunakan dalam
penelitian ini 44 item pernyataan. Hasil perhitungan validitas selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran.
2. Uji Reliabilitas Angket
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian derajat konsistensi (keajegan)
instrument pengumpul data. Uji reliabitas ini dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat ketetapan setiap item yang digunakan. Pengujian reliabilitas instrument
dalam penelitian ini dengan menggunakan internal consistency sehingga
pengujian tingkat reliabilitas instrument dilakukan dengan menggunakan belah
dua (split half method) dari Spearmean Brown, yaitu dilakukan dengan membelah
dua instrument menjadi kelompok ganjil dan kelompok genap. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Ri =
Ket:
Ri = relibilitas internal seluruh instrument
Rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Setelah koefisien korelasi dan reliabilitas diperoleh, kemudian
dikonsultasikan dengan menggunakan table r dari product moment. Jika r hitung >
dari r tabel pada tarap kepercayaan tertentu maka instrument tersebut reliabel, dan
65 Dari hasil perhitungan untuk angket academic self management, diperoleh
harga koefisien korelasi sebesar 0.87 dengan tingkat kepercayaan 95%. Kemudian
dari hasil tersebut dimasukan ke dalam rumus koefisien reliabilitas total (rtt).
= × . !. !
= .!"
. ! = 0.93
Hasil perhitungan menunjukan bahwa rtt sebesar 0.93 dengan tingkat
kepercayaan 95%. Hal ini berarti bahwa angket academic self management
memiliki tingkat ketapatan yang sangat signifikan. Tentunya dengan begitu alat
ini dapat digunakan untuk penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat di lampiran.
3. Analisis Data Penelitian
Kegiatan menganalisis merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
penelitian terutama untuk memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan.
Untuk mengatur, mengolah dan mengorganisasikan data diperlukan
ketekunan dengan penuh kesungguhan dalam memberikan makna. Berkaitan
dengan analisis data, Patton dan Nasution (1992) menjelaskan bahwa analisa data
adalah proses mengatur data mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori,
dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan
arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola urutan, dan mencari
Jhon W. Cresswell (2008: 56) menyebutkan ada beberapa karakteristik
analisis data dalam penelitian kuantitatif, diantaranya: (1) analisis statistik, (2)
Melukiskan kecemdrungan, membandingkan kelompok yang berbeda, dan
menghubungkan variable, dan (3) interpretasi cenderung merupakan hasil
perbandingan antara prediksi terdahulu dengan penelitian yang telah dilakukan.
Jhon W. Creswell (2008: 327-328) juga menjelaskan bahwa “ada tiga tahap
menyimpulkan hasil eksperimen yaitu mengkodekan data, analisis data dan
menulis laporan”. Mengkodekan data artinya peneliti perlu memperoleh informasi
dari alat ukur dan mangatur file komputer untuk analisis data. Prosedur ini dimulai
membersihkan data dan memastikan bahwa data terhindar dari kekeliruan.
Selanjutnya peneliti dapat menggunakan database untuk mengatasi eror ini dengan
melakukan analisis deskriptif pada penggunaan program analisis statistik dan
mentiadakan variabel pada data yang tak biasa. Setelah melakukan analisis
deskriptif seluruh partisipan, peneliti mulai analisis perbandingan hasil kelompok.
Ini merupakan inti dari analisis eksperimen. Hasil perbandingan tersebut
merupakan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis atau
pertanyaan penelitian.
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari hasil pretest dan postes pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, di analisis statistik dengan
menghitungnya secara keseluruhan maupun per aspek yang di ungkap kemudian
dihitung presentasenya. Prosedur perhitungan yang digunakan yakni berdasarkan
67 Tinggi = > (rata-rata + 0.5 x standar deviasi)
Sedang = > (rata-rata – standar deviasi) Rendah = < (rata-rata – standar deviasi)
Selanjutnya dilakukan perbandingan antara hasil pretest dan postest. Dan
terlihat apakah program layanan dasar efektif untuk mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan pengelolaan diri dalam belajar (academic self
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Profil pengelolaan diri dalam belajar (academic self management) siswa SMP
Negeri 1 Punggur terutama kelas VIII.2 (kelompok eksperimen) sebagian
besar berada pada kategori tinggi terutama pada aspek pengaturan tujuan.
2. Program layanan dasar di SMP N 1 Punggur telah dilaksanakan tetapi belum
berjalan maksimal, dikarenakan tidak adanya jam bimbingan dan konseling
untuk masuk ke kelas
3. Rumusan Program layanan dasar untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam
belajar (academic self management) baik dalam hal materi maupun strateginya
telah disesuaikan dengan model academic self management yang
dikembangkan oleh Myron dembo (2004).
4. Program layanan dasar efektif untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam
110
B. Rekomendasi
Program layanan dasar terbukti efekitf dalam meningkatkan pengelolaan diri
dalam belajar (academic self management) siswa, maka peneliti rekomendasikan
program layanan dasar ini kepada:
1. Guru Bimbingan dan konseling, seyogyanya dapat mengimplementasikan
program layanan dasar ini lebih lanjut kepada seluruh siswa SMP pada
kegiatan klasikal dan bimbingan kelompok.
2. Bagi Kepala sekolah, hendaknya dapat mendukung penyelenggaraan program
layanan dasar ini di sekolah, mengingat manfaatnya bagi efektivitas proses
pembelajaran.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menguji cobakan penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu & Uhbiyatu, Nur.(2001). Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.
Azwar, Saifuddin. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Putaka pelajar: Yogyakarta.
Bahri Djamarah, Syaiful. (2008). Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Bower, Judy. L. et.al. (2002). The national model for school counselling programs. Amerika: American school counsellor association.
Dirgagunasa, Singgih. (1996). Pengantar Psikologi. Mutiara Sumber Widya: Jakarta.
Duckworth, et al. (2009). Self-regulated learning: a literature review. London: Centre for research on the wider benefit of learning institude of education.
Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.
Gysbers, G. Norman & Henderson, Patricia. (2005). Developing and Managing Your Guidance and Counseling Program. America Counseling Association: America.
Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mangajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Herlina, Uray. (2010). Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPU: Bandung.
H. Dembo, Myron. (2004). Motivational and Learning Strategies For College Success: a Self Manajemen Approach. London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
Kartini, Rini. (2010). Kontribusi strategi self-regulated learning terhadap perilaku menyontek siswa. Skripsi pada UPI: Bandung.
Margono. (2007). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.
Rumana, Kadar. (2010). Program Bimbingan Kelompok untuk Mengatasi Stress Anak Didik di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pria Tanggerang. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI: Bandung.
Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah. Bandung: Rizqi press.
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.
Setyosari, Punanji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Kencana: Jakarta.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.
Sularti. (2008). Program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar siswa. Tesis pada sekolah pascasarjana UPI: Bandung.
W. Creswell, Jhon. (2008). Education Research: Planning, conducting, and
evaluating quantitative and qualitative research. Person Prentice Hall: America.
Yusuf, Syamsu.(2008). Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi press.
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Rosdakarya: Bandung.
Zimmerman, B.J., Bonner,S., & Kovich, R. (1996). Developing self regulated learning: Beyond achievement to self-efficacy. Woshington, DC: America Psicological Assosiation.