• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL BRAIN BASED LEARNING (BBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN (Kuasi eksperimen di MA Negeri Cikarang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL BRAIN BASED LEARNING (BBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN (Kuasi eksperimen di MA Negeri Cikarang)"

Copied!
219
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Mariam Nurfadilah NIM 1110016100016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model brain based learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jaringan tumbuhan. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Cikarang pada bulan agustus tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Sampel penelitian berjumlah 68 siswa, 34 siswa untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model brain based learning dan 34 siswa untuk kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan tes hasil belajar berupa tes objektif pilihan ganda sebanyak 30 butir soal yang tealah diuji keabsahannya. Pengujian statistika dari kedua kelas menggunakan uji-t, diperoleh hasil thitung sebesar 1,87 dan ttabel

sebesar 1,66 hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel sehingga H0 diterima pada

taraf signifikan α = 0,05. Hal penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model brain based learning terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jaringan tumbuhan.

Kata kunci: model pembelajaran, model brain based learning, hasil belajar biologi.

(7)

iii

Learning Model to Improve The Outcome Of the Biology Student’s Learning In Jaringan Tumbuhan Concept”. A quasi experiment research in MAN Cikarang. Undergraduate Thesis of Biology Education, Departement of Science Education, Faculty of Tarbiya and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This research aimed is to know the influence of brain based learning model to improve the outcome of the biology students’ learning in jaringan tumbuhan concept. This research was conducted at MAN Cikarang on August 2015/2016 academic year. This research used quasi experiment method. The subject of this research 68 students were 34 students for experiment class by using brain based learning model and 34 students for the control class by using conventional learning model. The research instrument used was the achievement test in the form of multiple choice objective test of 30 questions thas has tested its validity. Statistical testing t-test, obtained the value of t- calculate is equal to 1,87 while t-table is equal to 1,66, this is suggest that t-calculate > t-table (1,87 > 166) so H0 is accepted at alfa significant scale α = 0,05. The result of this research inicated brain based learning model to improve the outcome of the biology student’s learning in jaringan tumbuhan concept.

(8)

iv

yang Maha pengasih dan Maha penyayang atas segala karuniaNya. Shalawat dan salam tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, juga kepada para dosen terutama dosen pembimbing, keluarga, dan sahabat yang senantiasa selalu dalam lindungan Allah SWT.

Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, bukan semata-mata atas kemampuan peneliti saja. Atas ridho Allah SWT yang memberikan segalanya membuat penulis mendapatkan ide untuk menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Brain Based Learning (BBL) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Jaringan Tumbuhan”

Rasa syukur dan terimakasih yang sedalam-dalamnya, penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan memberikan dukungan dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang baik. Secara khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Ketua Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd, dosen pembimbing I dan Ibu Yuke Mardiati, M.Si, dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya, memberikan arahan, bimbingan, masukan dan motivasi dalam penyusunan dan penulisan skripsi.

5. Para dosen di jurusan pendidikan IPA yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis.

(9)

v

7. Bapak H. Badru Tamam, M.Pd, Kepala MAN Cikarang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Bapak Rukmana S.Pd, Guru Biolgi kelas XI MAN Cikarang yang telah membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan kegiatan penelitian.

9. Siswa kelas XI 1 dan XI 2 MAN Cikarang yang telah berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian.

10. Kepada orang tua, suami serta seluruh keluarga yang selalu mendo’akan, membimbing, dan memberikan kasih sayang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11. Teman-teman Prodi Biologi 2010 yang telah memberikan semangat, saran-saran, motivasi, bantuan, dan kebersamaan selama ini baik dalam keadaan suka maupun duka. Semoga kesuksesan selalu bersama kita.

12. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa terimakasih penulis.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan untuk penulis dengan pahala yang berlipat ganda. Akhir kata teriring do’a semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan bahan rujukan guru IPA maupun mahasiswa lainnya untuk melakukan penelitian selanjutnya

Jakarta, Maret 2017

(10)

vi

ABSTRACT ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Identifikasi Masalah ...4 C. Pembatasan Masalah ...4 D. Perumusan Masalah ...5 E. Tujuan Penelitian ...5 F. Manfaat Penelitian ...5

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretis ...6

1. Model Brain Based Learning ...6

a. Pengertian Model Brain Based Learning ...6

b. Prinsip dan Strategi Brain Based Learning ...11

c. Langkah-Langkah Model Brain Based Learning ...13

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Brain Based Learning ...17

2. Belajar...17

3. Hasil Belajar ...21

a. Deskripsi Hasil Belajar...21

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...23

(11)

vii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...35

B. Metode dan Desain Penelitian ...35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...36

D. Teknik Pengumpulan Data ...37

1. Variabel Penelitian ...37

2. Instrumen Penelitian ...37

a. Tes Hasil Belajar ...37

b. Lembar Kerja Siswa ...39

c. Lembar Observasi ...39

3. Validitas ...42

4. Reliabilitas ...43

5. Taraf Kesukaran ...44

6. Daya Pembeda Soal ...44

E. Teknik Analisis Data ...45

1. Uji Normalitas ...45

2. Uji Homogenitas ...47

3. Teknik Analisis Data Penilaian Kinerja ...47

4. Uji Hipotesis ...48

F. Hipotesis Statistik ...49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Brand Based Learning ...50

B. Hasil Belajar Siswa ...57

C. Pengaruh Model Brain Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa ...61

(12)

viii

DAFTAR PUSTAKA ...65 LAMPIRAN ...69

(13)

xi Daftar Tabel

Tabel Halaman

2.1 Tahapan-Tahapan Model Brain Based Learning 13

3.1 Desain Penelitian 36

3.2 Kisi-Kisi Instrumen 38

3.3 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa 40

3.4 Skala Likert Angket 40

3.5 Skala Likert Angket Butir Positif dan Butir Negatif 41

3.6 Presentase Respon Siswa 41

3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r 43

3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran 44

3.9 Kategori Daya Beda 45

3.10 Katagori Keterlaksanaan pembelajaran 48 4.1 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 50 4.2 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 52

4.3 Angket Respon Siswa 53

4.4 Data Hasil Pretest Kelas Ekperimen Dan Kelas Kontrol 57 4.5 Data Hasil Posttest Kelas Ekperimen Dan Kelas Kontrol 58

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman 1 RPP Kelas Eksperimen 1 69 2. RPP Kelas Eksperimen 2 79 3. RPP Kelas Kontrol 1 88 4. RPP Kelas Kontrol 2 98

5. Lembar Kerja Siswa (LKS) 108

6. Instrumen Tes Hasil Belajar 117

7. Kisi-kisi Instrumen 124

8. Angket Respon Siswa 141

9. Rekapitulasi Analisi Butir Soal 144

10. Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol 145

a. Uji Normalitas 145

b. Uji Homogenitas 151

11. Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 152

a. Uji Normalitas 152

b. Uji Homogenitas 163

12. Hasil Uji Hipotesis 164

a. Hipotesis Pretest 164

b. Hipotesis Posttest 165

13. Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen 166 14. Lembar Observasi Siswa Kelas Kontrol 172 15. Rekapitulasi Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen 178 16. Rekapitulasi Lembar Observasi Siswa Kelas Kontrol 179 17. Hasil Perhitungan Angket Respon Siswa 180

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi siswa. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang disebut tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut tentunya mengarah pada keberhasilan dalam dunia pendidikan. Keberhasilan dalam pendidikan ditentukan oleh Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) yang diatur oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) merumuskan bahwa Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada setiap satuan pendidikan yang terdiri dari satuan pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/Mts/SMPLB/Paket B), dan satuan pendidikan menengah (SMA/MA/ SMALB/Paket C, SMK/MAK).1

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bersifat formal sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan maju. Belajar merupakan proses yang terjadi dengan adanya perubahan atau penambahan informasi maupun keterampilan yang telah dimiliki. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang merupakan hasil yang diperoleh melaluibelajar.

Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam pendidikan, karena hasil belajar yang dicapai siswa merupakan alat untuk mengukur sejauh mana hasil belajar siswa menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Keberhasilan proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan pendekatan belajar.2 Faktor internal atau faktor dari dalam siswa, yaitu keadaan atau

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 8, h. 72.

2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung, PT Remaja

(16)

kondisi jasmani dan rohani siswa mempanguruhi hasil belajarnya. Siswa yang memiliki kondisi sehat secara jasmani dan rohani dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga hasil belajar yang didapatkan diharapkan juga dapat maksimal. Faktor eksternal atau faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki lingkungan keluarga maupun masyarakat yang baik akan mampu berkonsentrasi dalam belajarnya. Faktor yang ketiga yaitu pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Strategi, metode maupun model yang tepat dapat diterapkan dalam proses pembelajaran agar materi yang diajarkan dapat tersampaikan sesuai dengan harapan.

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak terdapat metode dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Metode dan model pembelajaran memiliki peranan yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa, akan ditentukan oleh penggunaan metode atau model yang digunakan. Penerapan metode dan model yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa sangat dibutuhkan pada pelajaran IPA khususnya pada bidang biologi. Dalam hal ini penerapan model pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar biologi siswa disebabkan oleh ketidaktepatan penggunaan strategi atau model pembelajaran yang digunakan guru dikelas. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan guru biologi di MA Negeri Cikarang. Model dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru sudah baik, tidak hanya metode ceramah yang dipakai tetapi metode pembelajaran yang lain yaitu metode diskusi, demonstrasi dan tanya jawab.3 Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya metode tersebut kurang dikemas secara baik dan kurang bervariasi, sehingga siswa merasa bosan dan kurang tertarik mengikuti pelajaran. Akibatnya materi pelajaran

(17)

kurang dapat dipahami siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa masih kurang memenuhi atau belum mencapai KKM yang ditetapkan.4 “Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%”.5 Rendahnya hasil belajar IPA berdasarkan hasil kompetensi sains, Indonesia berada pada urutan ketiga terbawah dengan total skor 395,04 dari sepuluh negara yang berpartisipasi dalam uji kompetensi sains.6

Mengatasi permasalahan tersebut, guru diharapakan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru merupakan ujung tombak dari peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memilih model maupun metode yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model Brain Based Learning (BBL).

Model brain based learning berorientasi pada sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Menggunakan model BBL dapat memenuhi gaya belajar siswa yang berbeda-beda, dengan cara belajar multijalur. Otak manusia adalah unik dan multiprosesor, otak belajar dengan banyak cara, biasanya pada saat yang sama.7 Sehingga dalam satu waktu yang sama otak dapat mempelajari beberapa gaya belajar yang berbeda dari gaya belajar sebelumnya.

Penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Model BBL pada dasarnya lebih mendorong siswa untuk aktif dalam memperoleh pengetahuan, melalui berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh

4 Wawancara dengan Guru Biologi, pada tangal 25 Juni 2015, Lampiran 10, h. 182. 5

Departemen Pendidikan Nasional, Badan Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: 2006), h. 12.

6 Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2014), Cet. XIV, h. 24.

(18)

siswa, seperti mata yang digunakan untuk membaca dan mengamati, memindahkan tangan untuk menulis, kaki bergerak untuk mengikuti permainan dalam belajar, mulut aktif bertanya dan berdiskusi, dan kegiatan lainya seperti senam otak.8 Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran diharapkan dapat menimbulkan antusias siswa dalam belajar, memberikan ruang kepada siswa untuk melakukan kegiatannya sendiri dan melatih siswa memecahkan masalah sendiri.

Peneliti ingin menerapkan model BBL untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar biologi siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut penerapan model BBL pada konsep jaringan tumbuhan dalam pembelajaran biologi diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terkait permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Brain Based Learning terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Jaringan Tumbuhan”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu kurangnya model pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa belum mampu berpikir secara menyeluruh dan belum mampu memahami pelajaran secara mendalam yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model brain based learning.

2. Konsep penelitain yang diberikan selama penelitian adalah konsep jaringan

tumbuhan pada kelas XI semester ganjil.

3. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah pada aspek kognitif.

8 Ahmad Nahdliyyin. N & Muchlis, The Implementation Of Brain Based Learning To

Improve Student Learning Outcomes In The Matter Of Salt Hydrolisis, Unesa Journal Of Chemical

(19)

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh penerapan model brain based learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep jaringan tumbuhan?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model brain based learning terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi pada konsep jaringan tumbuhan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang terkait langsung, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru bidang studi khususnya biologi, dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dengan pengetahuan yang dimilikinya melalui model brain based learning.

2. Bagi siswa, diharapkan melalui penelitian ini, siswa dapat belajar lebih mudah dan terlibat aktif dalam pembelajaran serta tertarik dengan mata pelajaran biologi khususnya dan mata pelajaran lain umumnya.

3. Bagi peneliti, dapat membantu dalam mengembangkan model pembelajaran yang sudah ada menjadi model pembelajaran yang lebih bervariatif dan berkualitas bagi kemajuan pendidikan.

(20)

6 A. Deskripsi Teoretis

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.1

Model pembelajaran merupakan salah satu bagian penting yang harus disusun oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model brain based learning (BBL) pembelajaran berbasis otak. Penerapan model BBL bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep jaringan tumbuhan.

1. Model Brain Based Learning

a. Pengertian Model Brain Based Learning

Brain Based Learning (BBL) adalah model pembelajaran berbasis otak, yaitu sebuah model yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara ilmiah untuk belajar.2 Diharapkan pembelajaran dapat diserap oleh otak secara optimal. Semua proses pembelajaran berhubungan dengan otak, sehingga secara umum otak digunakan untuk berpikir.3 Ketika belajar dengan cara yang alami bagi otak akan sangat membantu proses pembelajaran.4 BBL mempertimbangkan fungsi alami otak sebagai pusat berpikir, serta bagaimana otak dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman.

1 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010). h. 51.

2Andrea Spear And Lelsie. “Brain Based Learning,” P. 1. Diakses Dari

Http://www.uwsp.edu/education, Diakses 20 Februari 2016.

3Hartono Sangkanparan, Otak Tengah Memang Dahsyat: Bukti-Bukti Dahsyatnya Otak Tengah, (Jakarta: Visimedia, 2010), h. 179.

4Eric Jensen, Brain Based Learning: Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak. Terj.

Dari Brain Based Learning Oleh N.Yusron, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Edisi Revisi, h. 40.

(21)

Menurut teori otak Triune, otak manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu otak reptil, sistem limbik, dan neokorteks.5

1. Otak reptil adalah otak paling sederhana, tugas utama otak ini adalah mempertahankan diri. Disinilah pusat perilaku naluriah yang cenderung mengikuti contoh rutinitas secara membuta. Otak reptil diyakini sebagai otak hewan yang berfungsi untuk mengejar kekuasaan, demi mencapai tujuan yang diinginkannya termasuk untuk mempertahankan diri.

2. Sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan emosi. Fungsi otak ini bersifat sosial dan emosional. Otak ini juga terkandung sarana untuk mengingat jangka panjang.

3. Neokorteks adalah otak yang paling tinggi tingkatannya. Otak ini memiliki fungsi tingkat tinggi, misalnya mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan, dan berkreasi.

Proses pembelajaran seharusnya mengembangkan semua bagian otak, jika proses pembelajaran mampu mencapai otak neokorteks, maka sudah barang tentu otak reptil dan sistem limbik akan berkembang, namun demikian pembelajaran yang hanya menyentuh otak limbik apalagi otak reptil belum tentu neokorteks akan berkembang.6 Neokorteks dari otak manusia dirancang untuk bekerja dalam cara yang aktif dan investigatif, neokorteks berada diluar kendali sewaktu neokorteks tersebut secara refleks mencari jawaban terbaik terhadap pertanyaan yang diminatinya, dan terus menerus memindai untuk memecahkan masalah yang belum selesai.7 Neokorteks adalah bagian otak yang sangat penting, karena mampu mengingat hal-hal yang sulit diingat oleh bagian otak lain, jika pembelajaran mampu mencapai fungsi dari neokorteks maka pembelajaran tersebut dapat diterima oleh siswa secara optimal.

Model brain based learning berlandaskan pada teori belajar konstruktivisme, yaitu belajar adalah sebuah proses pembentukkan pengetahuan

5Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2010), Cet. 7, h. 109.

6

Ibid., h. 110.

7 Paul Ginnis, Trik & Taktik Mengajar: Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran Di

Kelas. Terj. Dari Raise Classroom Achievement With Strategies For Every Learner Oleh Wasi Dewanto, ( Jakarta: Indeks, 2008), Edisi Revisi, h. 26.

(22)

atau pengalaman baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru. Siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya.8 Dalam proses pembelajaran siswa yang harus lebih aktif, kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu siswa untuk lebih mandiri.9 Konstruktivisme berpegang bahwa belajar pada dasarnya membuat siswa aktif, merupakan proses dan struktur yang sangat subjektif dan pribadi yang secara terus menerus dan dimodifikasi dengan mempertimbangkan pengalaman baru.10

Model brain based learning merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki ciri kelas yang rileks, pembelajaran yang konstruktivisme. Model BBL cenderung penuh kegembiraan, sehingga memunculkan motivasi dalam diri siswa. Pembelajaran yang menekankan aspek kerjasama antar siswa, adanya waktu yang cukup bagi siswa untuk merefleksikan materi yang telah diterimanya, pembelajaran yang bermakna dan kontekstual, dapat menghindari kejenuhan selama proses belajar berlangsung. Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendapatkan hasil. 11 Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila siswa telah kehilangan motivasi.

Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model BBL membantu siswa terlibat secara aktif di dalam proses pembelajaran, secara serempak melibatkan akal, kreativitas, dan ilmu psikologi. Hasil yang harus dicari adalah keterlibatan yang tinggi dengan tugas-tugas dan pelajaran yang tepat. Proses pembelajaran harus menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif supaya pembelajaran di sekolah berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.12 Hal tersebut dapat mendorong kemampuan otak untuk mengintegrasikan sejumlah informasi yang luas. Bekerja dengan “grain of the brain” mengajar melalui pertanyaan, tantangan, masalah yang membangkitkan minat, serta aktifitas yang

8 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: UIN

Press, 2009), h. 119.

9 Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial, ( Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2013), h. 24.

10

op.cit., h. 23.

11 Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 162.

12Suyono & Hariyanto, M.S. Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Rosda Karya, 2011),

(23)

kreatif bermanfaat bagi semuanya, siswa menjadi lebih terlibat dan mencapai tingkat pemahaman yang lebih dalam.13

Model BBL erat kaitannya dengan memberdayakan potensi otak dan kesiapan siswa dalam proses pembelajaran. Kesiapan siswa perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dengan otak, karena otak merupakan organ yang utama dalam pembelajaran.

Pembelajaran bepikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memiliki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu. Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, otak mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, konetik serta simbolis.14

Proses pembelajaran harus mengoptimalkan cara kerja otak kiri dan otak kanan. Kedua belahan otak perlu dikembangkan secara optimal dan seimbang. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa siswa untuk berpikir logis dan rasional akan membuat siswa dalam posisi tertekan dan bosan. Karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan semangat.15 Menciptakan suasana kelas yang menarik siswa untuk belajar.16 Untuk menjamin pembelajaran dapat dipahami dan disimpan dalam ingatan siswa, berikan kesempatan ganda kepada siswa untuk aktif memproses konsep-konsep baru.17 Model BBL atau sistem pembelajaran alamiah otak diperkenalkan oleh dua pakar pendidikan dan neurosains. Memberikan konsep terbaru dalam dunia pendidikan tentang cara kerja otak siswa

13Paul Ginnis, loc. cit.

14 Wina Sanjaya. op. cit., h. 108. 15 Ibid., h. 109.

16

Ronald L. Partin. Kiat Nyaman Belajar Di Dalam Kelas. Terj. Dari The Classroom Teacher’s Survival Guide, Oleh Sri Mahyuni (Jakarta: Indeks, 2012), h. 171.

17 Martha Kaudfeldt, Wahai Para Guru Ubahlah Cara Mengajarmu: Perintah Pengajaran

(24)

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.18 Lima kunci pengayaan otak, yaitu sebagai berikut:19

1. Stimulus yang ada haruslah baru

2. Stimulus haruslah sesuatu yang bersifat menantang 3. Stimulus harus koheren dan bermakna

4. Pembelajaran harus terjadi sepanjang waktu

5. Harus ada sebuah cara bagi otak untuk belajar dari stimulus yang baru dan menantang hal, yang berarti umpan balik.

Pembelajaran berbasis otak merupakan sebuah cara berfikir tentang proses pembelajaran. Model BBL hanyalah serangkaian prinsip yang berguna untuk mempertimbangkan sifat alamiah otak dalam membuat keputusan-keputusan yang lebih baik tentang proses pembelajaran. Pada dasarnya otak selalu mencari pola atau makna, karena pada kenyataannya otak ingin selalu belajar mencari informasi baru.20 Kerja alami otak lebih cenderung berupa gambar dibandingkan bahasa, namun di sekitar, hampir semua bentuknya verbal baik lisan maupun tertulis, mulai dari koran, buku, majalah, berita internet, laporan kerja, percakapan, dan sebagainya. Penggunaan otak yang tidak sesuai dengan cara kerja alaminya akan berakibat menurunnya daya ingat, motivasi belajar yang rendah, otak yang cepat lelah dan tidak kreatif dalam berfikir. Membuktikan hal tersebut, bahwa orang pada umumnya dapat mengingat tentang:21

1. 10% dari apa yang dibaca. 2. 20% dari apa yang didengar. 3. 30% dari apa yang dilihat.

4. 50% dari apa yang dilihat dan didengarkan. 5. 70% dari apa yang mereka ucapkan.

6. 90% dari apa yang mereka ucapkan dan lakukan bersama-sama.

18 Harian Analisa. “Brain Based Learning,” Diakses Dari www.Analisadaily.Com.,

Diakses 4 Juni 2016.

19

Jensen, BBL. op. cit., h. 238.

20 Marilee Sprenger, Brain Based Teaching: In Digital Age, (Amerika: ASCD, 2010), p.

31.

(25)

b. Prinsip dan Strategi Brain Based Learning (BBL)

Fungsi-fungsi bagian otak dan cara kerjanya merupakan hal yang penting untuk diketahui seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Setiap otak adalah unik, mempelajari berbagai hal yang berbeda, menuntut pendekatan yang berbeda untuk orang-orang yang berbeda.22 Dengan mengerti bagaimana otak dapat bekerja dengan baik, guru dapat merancang rencana pembelajaran yang sesuai. Dengan menerapkan metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan intelektual siswa, siswa dapat diajarkan konsep-konsep seperti “set theory” atau teori set dari ilmu pengetahuan alam.23 Sehingga siswa dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya, meningkatkan motivasi belajar, memperoleh hasil belajar yang lebih lama diingat, meningkatkan keaktifan dalam belajar serta senang dan menikmati saat-saat pembelajaran. oleh karena itu, untuk memaksimalkan pembelajaran, buat pembelajaran aktif dan episodik.24

Model brain based learning menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Hal ini menciptakan unsur-unsur fungsional yang artinya melekat dalam situasi yang dihadapi siswa, semua hal berikut harus ada supaya dapat menciptakan lingkungan optimal.25

1 Lingkungan pembelajaran harus berupa tempat yang pembelajarannya dapat meraih sasaran personalnya sendiri.

Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya guru memberikan soal-soal materi pelajaran yang memfasilitasi kemampuan berfikir siswa. Soal-soal pelajaran dikemas seaktraktif dan semenarik mungkin, misalnya melalui teka-teki, simulasi games, dan sebagainya supaya siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa. Belajar yang menyenangkan akan terasa mudah, belajar yang menyenangkan akan membuat otak kanan aktif karena emosi positif akan

22 Jensen, BBL. op. cit., h. 483. 23

Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 9.

24 Paul Ginnis, op. cit., h. 29. 25 Jensen, BBL. op. cit., h. 185.

(26)

timbul. Otak kanan akan seimbang dengan otak kiri. Akhirnya kedua belah otak aktif dan dapat berguna untuk belajar yang lebih sulit.

2. Lingkungan tersebut haruslah sesuai dengan gaya bio-sosial dan kognitif siswa. Hindarkan situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terlibat di dalamnya. Lakukan pembelajaran di luar kelas pada saat-saat tertentu, lakukan kegiatan pembelajaran dengan diskusi kelompok yang diselingi dengan permainan-permainan menarik dan upaya-upaya lainnya yang menghilangkan rasa tidak nyaman pada diri siswa.

3. Lingkungan tersebut harus dapat menawarkan kepada siswa sumber-sumber yang dibutuhkan.

Siswa sebagai pembelajar distimulus melalui kegiatan pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui proses belajar aktif yang dilakukan sendiri. Bangun situasi pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa beraktifitas secara optimal, misalnya mata siswa digunakan untuk membaca dan mengamati, tangan siswa untuk bergerak atau menulis, kaki siswa bergerak untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa aktif bertanya berdiskusi dan aktifitas produktif anggota badan lainnya.Merujuk pada konstruktivisme pendidikan, keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh kemampuan siswa membangun pengetahuan dan pemahaman tentang suatu materi pelajaran berdasarkan pengalaman belajar yang telah dialami siswa sendiri.

4. Lingkungan tersebut harus memberikan iklim emosional yang positif dan supportif. Rasa percaya, kehangatan, keamanan, penerimaan teman juga sangat penting.

(27)

c. Langkah-langkah Model Brain Based Learning (BBL)

Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada model BBL tujuh tahapan yang harus dilaksanakan. Adapun tahapan-tahapan dalam model BBL dapat dilihat pada Tabel 2.1.26

Tabel 2.1. Tahapan-tahapan model Brain Based Learning (BBL) Tahapan Aktivitas guru Aktivitas siswa

Pra-pemaparan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

Mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru

Persiapan Menggali pengetahuan siswa, prapemaparan konten materi

1. Bertanya

tentang konten materi kepada siswa

2. Guru menciptakan

keingintahuan atau kesenangan.

Hal ini bertujuan supaya siswa terhubung dengan pembelajaran. Menemukan pengetahuan sebelumnya Menjelaskan konten materi yang dijelaskan guru

Menjawab pertanyaan guru

Mendiskusikan konten materi

Inisiasi dan akuisisi Guru menampilkan suatu kasus atau proyek dengan berbagai pilihan pembelajaran (visual, kinestetik, dan audio) membimbing siswa untuk menemukan konten materi Menyotir, menyelidiki, menganalisis, untuk menemukan konten materi. Mengambil potongan dan garis besar konten materi

Elaborasi Membimbing siswa

untuk menyortir, menyelidiki Menganalisis, menguji dan memperdalam materi. Menyortir, menyelidiki, menganalisis, menguji dan memperdalam konten materi

(28)

Tahapan Aktivitas guru Aktivitas siswa Inkubasi dan memasukka n memori Memberikan fasilitas untuk refleksi, dan membimbing siswa melakukan kegiatan umpan balik.

Melakukan refleksi diri, baik refleksi materi maupun refleksi fisik dan umpan balik.

Verifikasi dan pengecekan keyakinan Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Menyimpulkan materi pelajaran hari ini

Mengerjakan kuis

Perayaan Membimbing dan

memberikan fasilitas kepada siswa untuk melakukan perayaan atas apa yang telah

dicapai pada pembelajaran, dan memberikan pelajaran baru untuk pertemuan selanjutnya.

Melakukan perayaan atas kerja keras yang telah dicapai.

1. Pra-pemaparan

Tahap ini memberikan ulasan kepada otak tentang pembelajaran baru. Pra-pemaparan membantu otak membangun peta konseptual yang lebih baik. Dalam fase ini, hendaknya guru membantu siswa untuk mengintegrasikan emosinya dalam pembelajaran. Pembelajaran yang melibatkan emosional akan mudah diserap dan mudah untuk diingat. Emosi membangkitkan semangat atas sistem kimia otak, dan noradrenalin melepaskan tindakan-tindakan seperti penetapan memori, penguncian memori atas peristiwa-peristiwa yang menyenangkan dan traumatik.27 Bagian dari emosional adalah motivasi, ketekunan, tanggung jawab dan struktur.28

Siswa melakukan persiapan otak dalam belajar dengan cara visualisasi atau relaksasi. Kemudian guru menyampaikan pengantar atau pra-pemaparan tentang materi yang akan dipelajari sehingga membuat pelaksanaan pembelajaran

27 Eric Jensen, Guru Super & Super Teaching. Terj. Dari Super Teaching, oleh Benyamin

Molan, (Jakarta: Indeks, 2010), h. 17.

(29)

lebih cepat. Pemahaman atau tinjauan ulang yang sederhana dari modalitas pembelajaran adalah tempat yang sangat bagus untuk memulai pembelajaran.29 2. Persiapan

Tahap ini Merupakan tahap bagi guru menciptakan keingintahuan dan kegembiraan bagi siswa untuk belajar. Hal ini mirip dengan mengatur kondisi antisipatif, tetapi sedikit lebih jauh dalam mempersiapkan siswa. Pada tahap ini, guru menjelaskan terlebih dahulu gambaran keseluruhan mengenai materi yang akan dipelajari. Siswa diharapkan termotivasi dan semakin siap untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Memberikan siswa motivasi supaya dapat berguna untuk hal-hal biologis, seperti makan, hobi, dan untuk motivasi mengejar sesuatu tujuan tertentu.30

3. Inisiasi dan Akuisisi

Tahap ini memberikan pembenaman, dipenuhi dengan muatan pembelajaran, salah satunya dengan memberikan fakta awal yang penuh ide, rincian, kompleksitas, dan makna. Biarkan siswa terbebani sementara menyergap dalam diri siswa. Hal ini akan diikuti dengan antisipasi, keingintahuan, dan pencarian untuk menemukan bagi diri siswa. Contoh kegiatan meliputi diskusi, stimulasi lingkungan, pengalaman praktis, video, refleksi, proyek kelompok dan aktifitas berpasangan (kelompok).

Tahap ini pembelajaran dilakukan dengan baik melalui sarana langsung (penyediaan lembar kerja) maupun sarana tidak langsung. Siswa diberikan lembar kerja, supaya dapat membangun pengetahuannya. Dalam proses pembelajaran siswa turut terlibat, dengan memberi kesempatan kepadanya untuk menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Dengan cara ini siswa akan lebih bereksperimen, mencari, dan berkreasi.31 Beberapa perubahan lebih banyak terjadi bagaimanapun juga tidak terlepas dari pengalaman siswa.32

4. Elaborasi

29 Martha Kaudfeldt, op. cit., h. 33. 30

Hartono. op. cit., h. 59.

31 Ronald L. Partin, loc. cit.

32 Eric Jensen, Enriching The Brain: How To Maximize Every Learner’s Potential,

(30)

Tahap ini merupakan tahap pemrosesan. Tahap ini membutuhkan kemampuan berpikir yang murni dari para siswa. Hal ini merupakan saatnya untuk membuat kesan intelektual tentang pembelajaran, sehingga menjadikan pembelajaran menjadi bermakna. Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyortir, menyelidiki, menganalisis, menguji dan memperdalam pembelajaran. Kelebihan dari tahap ini adalah siswa belajar untuk meninjau dan mengevaluasi hasil karya sendiri dan temannya. Siswa melakukan diskusi dan tanya jawab terbuka tentang materi sebelumnya.

5. Inkubasi dan memasukkan memori

Tahap ini menekankan pentingnya waktu istirahat dan waktu untuk mengulang kembali. Otak belajar paling efektif dari waktu ke waktu, bukan langsung pada suatu saat. Contoh kegiatan pada fase ini misalnya dengan penulisan jurnal pembelajaran, atau merangkum materi pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah belajar, diberikan permainan supaya siswa merasa rileks. 6. Verifikasi dan pengecekan keyakinan

Tahap ini bukan hanya untuk kepentingan guru, para siswa juga perlu mengkonfirmasikan pembelajaran untuk diri sendiri. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi apa yang sudah dipelajari berupa laporan, jurnal dan artikel tentang apa yang sudah dipelajari.

7. Perayaan

Tahap perayaan sangat penting untuk melibatkan emosi. Buatlah fase ini mengasyikkan, ceria, dan menyenangkan. Pada tahapan ini menanamkan semua arti penting dan kesenangan terhadap pembelajaran. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah belajar dengan baik, misalnya memberikan hadiah kepada kelompok terbaik dan bersorak bersama.33 Hal tersebut dapat menumbuhkan kecintaan siswa dalam belajar.

(31)

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Brain Based Learning (BBL)34

Model brain based learnimg memiliki kelebihan, diantaranya adalah dapat menciptakan suasana belajar yang rileks dan menyenangkan tetapi tetap kondusif, mendorong terbentuknya berpikir kreatif, mendorong siswa untuk melihat sesuatu hal dari perspektif yang berbeda dan meningkatkan motivasi belajar. Memberikan motivasi dan stimulasi baru supaya siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya. Model BBL membuat siswa lebih mandiri dan tidak tergantung kepada guru sebagai pusat pembelajaran, dan membuat siswa lebih percaya dengan kemampuan berpikir sendiri. Membuat siswa lebih bertanggung jawab dalam belajar, dan dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menggunakan otak kanan dan otak kiri.

Model brain based learning juga memiliki kekurangan yaitu waktu yang relatif lebih lama untuk menciptakan konsep baru dengan tahapan pembelajaran BBL. Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung. Siswa yang tidak aktif akan merugikan dirinya sendiri dalam proses belajar.

2. Belajar

1) Pengertian Belajar

Belajar dalam arti luas adalah semua persentuhan pribadi dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan perilaku.35 Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan menguatkan kepribadian.36 Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi dalam diri yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku.37 Perubahan perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi.

Partisipasi aktif dari tiap siswa penting dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang terlibat secara aktif dalam proses belajar akan menunjukkan

34 Jensen, BBL. op. cit., h. 400.

35 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 47. 36 Suyono, op. cit., h. 9.

(32)

perbedaan kemampuannya. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses belajar, yaitu perlu lingkungan yang mendukung siswa untuk melakukan eksplorasi, serta menemukan penemuan-penemuan baru yang belum dikenal. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.38 Setiap lingkungan memiliki bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan, dan hambatan yang dihadapi oleh siswa berbeda-beda, disesuaikan dengan usianya.

Hasil pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan yang menetap pada tingkah laku merupakan faktor yang penting dalam belajar. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

Pengalaman dan latihan dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati berupa gejala mental, maupun yang tidak dapat diamati berupa proses mental. Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap.39 Belajar dapat terjadi akibat interaksi secara terus menerus antara siswa dan lingkungannya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.40 Berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik saat siswa berada di sekolah maupun di lingkungan sosial lain, khususnya saat bersama keluarganya. Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik di dalam kelas maupun dalam lingkungan alamiah.41

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum mengalami situasi ke waktu sesudah mengalami situasi tadi. Perubahan

38Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2003. h. 2.

39 Purwanto, op. cit., h. 39. 40 Slameto, op. cit., h. 4.

(33)

dalam belajar dapat berupa suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan yang telah ada, penambahan dari informasi pengetahuan atau keterampilan yang telah ada, dan menghilangkan sifat atau prilaku tertentu yang tidak dikehendaki.

Belajar merupakan proses yang terjadi dengan adanya perubahan atau penambahan informasi maupun keterampilan yang telah dimiliki. Unsur yang penting dalam belajar meliputi perubahan-perubahan dalam diri individu seperti perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman dan relatif menetap pada diri individu tersebut. Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.42 Belajar merupakan proses yang berkesinambungan sehingga memerlukan waktu supaya tujuan dari belajar tersebut dapat tercapai. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.43

Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat dan mengucapkan. Belajar yang dimaksud merupakan koordinasi dari beberapa fungsi yang ada dalam diri manusia seperti pada ranah kognitif, psikomotor dan afektif, sehingga fungsi-fungsi tersebut saling berkoordinasi dan bekerjasama dalam melakukan proses belajar dalam diri seseorang. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.44

Pengertian tentang belajar yang telah dipaparkan di atas, dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman, latihan, dan interaksi dengan lingkungan secara berkelanjutan.

2) Prinsip-prinsip Belajar

Proses pembelajaran perlu adanya perhatian tentang prinsip-prinsip pembelajaran untuk proses pembelajaran dan pengembangan yang lebih optimal. Prinsip-prinsip pembelajaran dibangun oleh teori psikologi dan hasil-hasil

42

Ibid., h. 235.

43 Nurochim, op. cit., h. 7.

44 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. 12.

(34)

penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip-prinsip belajar yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.45 Prinsip-prinsip pembelajaran yaitu adanya respon baik dari guru dan siswa. Ketika siswa belajar, harus diminta responnya supaya tidak hanya duduk diam. Ketika siswa benar, harus diberi umpan balik positif. Kemudian, perlunya menyatakan tujuan pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai supaya siswa dapat belajar lebih baik.

Pemberian isi pelajaran yang berguna bagi siswa di luar ruang kelas dan pemberian tes pengetahuan untuk memunculkan sikap baru setelah pembelajaran. Pemberian kegiatan pembelajaran di kelas yang mirip kondisinya dengan di luar kelas. Sehingga pembelajaran membutuhkan media pembelajaran seperti gambar, video, rekaman, dan lain sebagainya. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan mana yang positif dan negatif dalam satu pemecahan masalah, menarik perhatian siswa untuk mempelajari isi pembelajaran.

Guru harus memahami bagaimana siswa mengalami proses belajar dengan kegiatan-kegiatan kecil disertai latihan dan umpan balik. Kegiatan-kegiatan kecil untuk mempelajari satu materi kompleks yang dapat diwujudkan dalam satu model dan metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang operasional. Urutan pembelajaran harus dimulai dari materi yang sederhana sampai materi kompleks. Pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasyarat sebelum menuju materi selanjutnya. Memungkinkan siswa untuk belajar menggunakan sumber, cara, dan waktu selain yang telah ditentukan untuk mencapai tujuanpembelajaran.

Perubahan yang terjadi akibat kegiatan belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu proses belajar. Hasil belajar tersebut diperoleh dengan adanya pengaruh-pengaruh dari dalam individu maupun dari luar individu. Proses belajar yang terjadi secara psikis pada individu hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapannya.

(35)

Belajar terjadi akibat adanya unsur-unsur lain yang terlibat langsung di dalamnya. Masukan mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman tertentu yang dimiliki seseorang sebagai bekal dalam proses belajar mengajar (learning teaching process). Proses tersebut diharapkan dapat berubah menjadi keluaran (output) dengan perubahan-perubahan yang diinginkan atau kualifikasi tertentu.

3. Hasil Belajar

a. Deskripsi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy (Taksonomi Bloom).

“Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finishing goods)”.46 Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.47 Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Jadi hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalamanbelajarnya.

Peneliti hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja. Hasil belajar pada aspek kognitif merupakan suatu kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Hasil belajar pada aspek kognitif dibagi ke dalam enam jenjang, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun aspek kognitif secara lengkapnya diuraikan sebagai berikut:

1) Mengingat – remember

46 Purwanto, op. cit., h. 44. 47 Oemar Hamalik, op. cit., h. 36.

(36)

Mengingat di sini mengandung pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota, dan sebagainya. Tipe hasil belajar pengetahuan adalah tingkat kognitif paling rendah.

2) Memahami – understand

Pemahaman lebih tinggi daripada mengingat. Pemahaman dapat dibagi menjadi tiga kategori. Tingkat yang paling rendah adalah pemahamam terjemahan, baik terjemahan alih bahasa, mengartikan simbol, dan istilah-istilah lainnya. Kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya. Ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi yaitu dapat melihat apa yang ada dibalik tulisan, memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. 3) Mengaplikasikan – apply

Penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Penerapan mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan.

4) Menganalisis – analyze

Analisis merupakan kemampuan kompleks yang memanfaatkan ketiga kemampuan sebelumnya. Analisis adalah usaha untuk menguraikan informasi yang reintegrasi menjadi komponen-komponen yang jelas susunannya.

5) Evaluasi – evaluate

Kemampuan evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan keputusan tentang nilai sesuatu yang dapat dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan masalah, dan metode yang digunakan.

6) Membuat - create

Membuat merupakan pengggabungan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong pada kategori ini yaitu merencanakan, membuat dan memproduksi.

(37)

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks. Suksesnya belajar tergantung pada banyak faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 2 macam:48

1) Faktor- faktor intern

Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruhpada proses belajar sebagai berikut: sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya didi siswa, inteligensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, cita-cita siswa.

2) Faktor ekstern

Proses belajar didorong oleh motivasi instrinsik siswa. Di samping proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila di dorong oleh lingkungan siswa. Ditinjau dari segi siswa maka ditemukan beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor- faktor ekstern tersebut adalah sebagai berikut: guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa d sekolah, kurikulum sekolah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa telah disebutkan di atas, dan ada faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh siswa, sejumlah tokoh pendidikan yakin bahwa sebagaian terbesar atau bahkan semua siswa sanggup menguasai bahan pelajaran tertentu sepenuhnya dengan syarat-syarat tertentu yaitu: bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, waktu yang tersedia untuk belajar.49

Belajar merupakan kegiatan yang membawa siswa pada perkembangan pribadi yang seutuhnya, meliputi perkembangan kognitif, afektif, dan

48 Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.

236-253.

(38)

psikomotorik. Terdapat berbagai pendapat tentang belajar, peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar merupakan proses siswa membangun pemahaman sendiri untuk berfikir, berbuat dan berinteraksi secara lancar sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Faktor-faktor yang disebutkan di atas dapat menyebabkan munculnya siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Karena itu, seorang guru harus kompeten dan profesional dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar siswa. Guru profesional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil.50

4. Konsep Jaringan Tumbuhan

Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Pada awal perkembangan tumbuhan, semua sel melakukan pembelahan diri. Namun, pada perkembangan lebih lanjut, pembelahan sel hanya terbatas pada jaringan yang bersifat embrionik. Jaringan yang bersifat embrionik adalah jaringan meristem yang selalu membelah diri. Pada korteks batang terjadi pembelahan tetapi pembelahannya sangat terbatas. Sel meristem tumbuh dan mengalami spesialisasi membentuk berbagai macam jaringan. Jaringan yang terbentuk tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk membelah diri lagi. Jaringan ini disebut jaringan dewasa. Macam-macam Jaringan Pada Tumbuhan diantaranya:

1. Jaringan Meristem

Jaringan meristem adalah jaringan yang terus-menerus membelah. Berdasarkan asal usulnya, jaringan meristem dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a. Jaringan Meristem Primer

Jaringan meristem primer merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan embrio. Contohnya ujung batang dan ujung akar. Meristem yang di

(39)

ujung batang dan ujung akar disebut meristem apikal. Aktivitas jaringan meristem primer mengakibatkan batang dan akar bertambang panjang. Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer.

b. Jaringan Meristem Skunder

Jaringan meristem ini berasal dari jaringan dewasa, yaitu kambium dan gabus. Pertumbuhan jaringan meristem sekunder disebut pertumbuhan sekunder. Kegiatan jaringan meristem menimbulkan pertambahan besar tubuh tumbuhan. Berdasarkan posisi/letak dalam tubuh tumbuhan, meristem dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Meristem apikal; terdapat di ujung pucuk utama, pucuk lateral, serta ujung akar.

b. Meristem interkalar; terdapat di antara jaringan dewasa, contoh pada pangkal ruas suku rumput-rumputan.

c. Meristem lateral; terletak sejajar dengan permukaan organ tempat ditemukannya. Contohnya kambiumdan kambium gabus (felogen).

(40)

2. Jaringan Dewasa/Permanen

Jaringan dewasa adalah jaringan yang telah mengalami diferensiasi. Secara umum, jaringan ini tidak mengalami pembelahan lagi. Berdasarkan bentuk dan fungsinya, jaringan dewasa dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu jaringan epidermis, parenkim, kolenkim, sklerenkim, pengangkut, dan gabus. a. Jaringan Epidermis

Jaringan epidermis adalah jaringan paling luar yang menutupi seluruh permukaan tubuh tumbuhan. Contohnya, permukaan akar, batang, daun, buah, maupun biji. Jaringan epidermis biasanya terdiri atas selapis sel yang pipih dan rapat. Jaringan ini berfungsi untuk melindungi jaringan di dalamnya dan sebagai tempat pertukaran zat. tidak berklorofil kecuali pada sel penjaga (guard cell) stomata b. Derivat Epidermis

Derivat epidermis adalah suatu suatu bangunan atau alat tambahan pada epidermis yang berasal dari epidermis, tapi memiliki struktur dan fungsi yang berlainan dengan epidermis itu sendiri. Macam-macam derivat epidermis antara lain:

1. Stomata

Stomata adalah suatu celah pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup yang berisi kloroplas dan mempunyai bentuk serta fungsi yang berl;ainan dengan epidermis.

Fungsi stomata:

1. Sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada proses fotosintesis

2. Sebagai jalan penguapan (transpirasi)\ 3. Sebagai jalan pernafasan (respirasi)

Sel yang mengelilingi stomata atau biasa disebut dengan sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup. Sel

(41)

penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih tinggi atau lebih rendah dari sel epidermis lainnya. Bila sama tinggi dengan permukaan epidermis lainnya disebut faneropor, sedangkan jika menonjol atau tenggelam di bawah permukaan disebut kriptopor. Setiap sel penutup mengandung inti yang jelas dan kloroplas yang secara berkala menghasilkan pati. Dinding sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis lignin.

2. Trikoma

Trikoma adalah alat tambahan pada epidermis yang berupa tonjolan/rambut. Dijumpai pada seluruh organ: daun, batang, bunga, buah, akar; terutama terdapat pada daun, disebut rambut daun.

3. Sel Silika dan Sel Gabus

Pada Gramineae, di antara sel-sel epidermis yang memanjang, di sebelah atas tulang daun, terdapat sel pendek yang terdiri dari dua tipe sel, yaitu sel silika dan sel gabus. Sel silika dan sel gabus sering kali secara berturut-turut dibentuk dalam pasangan di sepanjang daun.

4. Sel Kipas (buliform cell)

Sel-sel ini berukuran lebih besar dibandingkan dengan sel epidermis, berbentuk seperti kipas, berdinding tipis dan mempunyai vakuola yang besar. Dindingnya

(42)

terdiri dari bahan-bahan selulosa dan pektin, dinding paling luar mengandung kutin dan diselubungi kutikula. Plasma sel berupa selaput yang melekat pada dinding sel dan berfungsi menyimpan air. Jika udara panas, air dalam sel kipas akan menguap, sel kipas akan mengerut sehingga luas permukaan atas daun akan lebih kecil dari luas permukaan bawah. Oleh karenanya daun akan menggulung dan akan mengurangi penguapan lebih lanjut.

5. Lenti Sel

Pada beberapa tumbuhan di permukaan batangnya ada bintik-bintik yang disebut lenti sel. Terjadinya lenti sel adalah apabila pada permukaan batang dulu dijumpai stoma, setelah stoma tidak berfungsi lagi maka stoma akan berubah fungsi menjadi lenti sel (pori gabus). Karena lubang stoma diisi oleh sel koripeloid, yaitu sel-sel yang dindingnya mengandung zat gabus. Sel gabus tersebut berasal dari kambium gabus yang tidak membentuk felem ke arah luar tetapi membentuk koripeloid. Semakin lama semakin banyak sehingga dan dapat tersembur keluar, sehingga dari luar tampak sebagai bintik-bintik.

6. Velamen

Pada akar tumbuhan epifit, tumbuhan yang menempel pada benda lain / tumbuhan lain, jaringan epidermis akarnya berfungsi untuk menangkap dan menimbun air yang diperolehnya. Modifikasi jaringan epidermis ini disebut velamen. Velamen ditemukan umumnya pada tumbuhan keluarga anggrek. Fungsinya: mengikat oksigen dan menangkap air yang diperolehnya

(43)

b. Jaringan Parenkim (jaringan dasar/jaringan pengisi)

Jaringan parenkim sering disebut jaringan dasar karena terbentuk dari meristem dasar. Jaringan ini terletak di sebelah dalam jaringan epidermis. Parenkim terdiri atas selsel bersegi banyak dan memiliki bentuk bermacam-macam, seperti berbentuk bulat atau berbentuk seperti bintang. Sel parenkim berfungsi untuk menyimpan air dan cadangan makanan. Cadangan makanan ini disimpan di dalam vakuola dalam bentuk larutan. Selain itu, ada juga jaringan sel-sel parenkim yang memiliki klorofil sehingga mampu melakukan proses fotosintesis. Sel parenkim ini disebut klorenkim.

Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim dibedakan menjadi beberapa macam; 1). Parenkim asimilasi (klorenkim)

adalah sel parenkim yang mengandung klorofil dan berfungsi untuk fotosintesis. 2). Parenkim penimbun

adalah sel parenkim ini dapat menyimpan cadangan makanan yang berbeda sebagai larutan di dalam vakuola, bentuk partikel padat, atau cairan di dalam sitoplasma.

3). Parenkim air

adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air. Umumnya terdapat pada tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen.

4). Parenkim udara (aerenkim)

adalah jaringan parenkim yang mampu menyimpan udara karena mempunyai ruang antar sel yang besar. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan hidrofit.

c. Jaringan penyokong (jaringan penunjang)

Untuk penunjang tanaman agar dapat berdiri dengan kokoh dan kuat, di dalam tumbuhan terdapat jaringan yang disebut jaringan penyokong. Jaringan penyokong terdiri dari:

(44)

1) Jaringan kolenkim

Merupakan jaringan yang dindingnya mengalami penebalan dari selulosa dan pektin terutama di bagian sudut-sudutnya. Banyak terdapat pada tumbuhan yang masih muda, yang belum berkayu, merupakan sel hidup.

2) Jaringan sklerenkim

Merupakan jaringan yang sel-selnya mengalami penebalan dari lignin (zat kayu), sel-selnya sudah mati. Menurut bentuknya, sklerenkim dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

c. Skelereid (sel batu):

selnya mati, bentuk bulat, dan berdinding keras sehingga tahan tekanan. Contoh: sel-sel tempurung kenari dan tempurung kelapa.

d. Serabut-serabut sklerenkim (serat):

selnya dengan bentuk panjang, umumnya terdapat pada permukaan batang. d. Jaringan pengangkut

Untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan serta mengangkut air dan garam-garam mineral dari akar ke daun, tumbuhan menggunakan jaringan pengangkut. Jaringan pengangkut terdiri dari:

1) Xilem (pembuluh kayu)

Xilem disusun oleh trakeid, trakea, pembuluh xilem (pembuluh kayu), parenkim kayu, dan sklerenkim kayu (serabut kayu). Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan garam mineral dan dari dalam tanah menuju ke daun.

2) Floem (pembuluh tapis)

Floem disusun oleh sel ayakan atau tapis, pembuluh tapis, sel pengiring, sel parenkim kulit kayu, dan serabut kulit kayu (sel sklerenkim). Floem berfungsi untuk mengangkut zat-zat hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh. Xilem dan floem bersatu membentuk suatu ikatan pembuluh angkut. Macam-macam ikatan pembuluh angkut.

1. Ikatan pembuluh kolateral, xilem dan floem yang letaknya bersebelahan di dalam suatu jari-jari (xilem di sebelah dalam dan floem di sebelah luar). 2. Kolateral terbuka, antara xilem dan floem terdapat kambium. Misalnya

(45)

3. Kolateral tertutup, antara xilem dan floem tidak terdapat kambium. Misalnya pada batang tumbuhan monokotil.

4. Ikatan pembuluh bikolateral, xilem diapit floem, terletak pada radius yang sama.

5. Ikatan pembuluh radial, xilem dan floem letaknya bersebelahan, tetapi tidak berada di dalam jari-jari yang sama, misalnya pada akar.

6. Ikatan pembuluh konsentris, xilem dan floem berbentuk cincin silindris.

Ikatan pembuluh konsentris: (a) amfivasal, (b) amfikribal

keterangan:

Amfikribal, letak xilem di tengah dan dikelilingi floem. Amfivasal, letak floem di tengah dan dikelilingi xilem.

B. Kajian Pustaka yang Relevan

Kajian Pustaka yang Relevan dengan judul “Pengaruh Model Brain Based

Learning terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Jaringan Tumbuhan”

dijelaskan sebagai berikut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ayu Wulandari (2013), yang

berjudul “Penerapan Desain Pembelajaran Kimia Berbasis Brain Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa”. 51 Menunjukan Berdasarkan hasil uji t peningkatan hasil belajar siswa, diperoleh t hitung (3,38) > t tabel (1,67), artinya peningkatan hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Hasil uji t peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa juga menunjukkan bahwa t hitung (2,55) > t

51 Dyah Ayu Wulandari “Penerapan Desain Pembelajaran Kimia Berbasis Brain Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa”, Skripsi

(46)

tabel (1,67), sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.

Penelitian yang dilakukan oleh Riska Saparina, Slamet Santosa, Maridi, dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Model Brain Based Learning (BBL) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”.52 Menunjukkan sig.<0,05 pada ranah kognitif, sehingga H0 ditolak pada ranah kognitif, hal ini berarti penerapan model

BBL berpengaruh nyata terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif. Nilai rata-rata tes kognitif siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan model BBL memperoleh rata-rata 73,71. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan praktikum dengan nilai rata-rata 65,36.

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Atika Fitriningtyas, Suranto, Mohammad Na’im, dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Brain Based Learning untuk Meningkatkan Kemampun Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah Indonesia”53. Hasil penelitian menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa secara klasikal pada siklus 1 memperoleh presentase sebesar 61,59% dengan kategori rendah, pada siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 16,43% menjadi71,71% dengan kategori sedang, pada siklus 3 mengalami peningkatan sebesar 11,25 menjadi 79,78% dengan kategori tinggi. Ketuntasan hasil belajar dari siklus 1 sebesar 63,63%, pada siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 14,28% menjadi 72,72%, kemudian pada siklus 3 meningkat sebesar 12,5% menjadi 81,81%.

Muhammet Odzen dan Mehmet Gultekin dalam jurnal yang berjudul “The Effects of Brain-Based Learning on Academic Achievement and Retention of knowledge in Science Course” mengungkapkan bahwa BBL merupakan cara yang

52 Riska Saparina, Slamet Santosa, Maridi, “Pengaruh Model Brain Based Learning

(BBL) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”. Jurnal Bio Pedagogi, Vol. 4 (1), 2015, h. 60.

53 Dwi Atika Fitriningtyas, Suranto, Mohammad Na’im, “Penerapan Model Brain Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampun Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran

(47)

efektif dalam meningkatkan prestasi akademik dan retensi pengetahuan sains dibandingkan pembelajaran tradisional. 54

Mary George Varghese dan Shefali Pandya dalam jurnal yang berjudul ”A Study on the Effectiveness of Brain-Based-Learning of Student of Secondary Level on their Academic Achievement in Biology Study Habits and Stress” penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis otak efektif dalam meningkatkan akademik pelajaran biologi, mengurangi tingkat stres siswa dan kebiasaan belajar menjadi aktif. 55

C. Kerangka Berpikir

Model konstruktivisme yang memberikan pengaruh pada tingkat kognitif siswa. Salah satu model pembelajaran yang berada dibawah naungan konstruktivisme adalah model brain based learning. Model brain based learning membantu siswa mampu menyerap materi yang diberikan dengan optimal, serta pembelajaran menjadi lebih bermakna karena otak manusia secara lahiriah selalu mencari makna dan menemukan hubungan dari sekelilingnya. Adapun skema kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir

54 Muhammet Odzen dan Mehmet Gultekin, “The Effects of Brain-Based Learning on

Academic Achievement And Retention of Knowledge in Science Course” Elektronic Journal of

Science Education. Vol.12, (1), 2008, h. 5. 55

Mary George Varghese dan Shefali Pandya, “A Study on The Effectiveness of Brain-Based-Learning of Student of Secondary Level on their Academic Achievement in Biology, Study Habits and Stress” International Journal of Humanities and Social Science (IJHSS) ISSN. Vol. 5, (2), 2016, h. 119.

Guru memfasilitasi Siswa

Untuk Pembelajaran Mandiri Menggunakan Model Brain Based Learning Pembelajaran Lebih Bermakna

(48)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah model brain based learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jaringan tumbuhan.

Gambar

Tabel        Halaman
Tabel 2.1. Tahapan-tahapan model Brain Based Learning (BBL)  Tahapan  Aktivitas guru  Aktivitas siswa
Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir
Tabel 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan literasi sekolah diterapkan dalam pembelajaran bahasa sesuai dengan tahap ketiga dalam implementasi gerakan literasi sekolah yaitu tahap pembelajaran (kegiatan

Diisi dengan memilih kode Propinsi dan nama Propinsi dari alamat pelaku transaksi transaksi sesuai dengan daftar yang diberikan PPATK (field ini wajib

Pada penelitian ini, model SWAT dengan input data CRU digunakan untuk memprediksi debit bulanan jangka panjang periode 1901-2016.. Berdasarkan analisis time series dari

Perlakuan media tanam dan interaksinya dengan tingkat naungan belum memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap persentase pecah mata tunas sampai umur 8 MST dan terhadap

Terdapat diantaranya beberapa indikator sikap siswa yang dikembangkan oleh Rio Darmawangsa (2018) yaitu implikasi sosial belajar fisika, adopsi dari sikap

Secara umum, masalah yang dirasakan meliputi terlambatnya identifikasi, perkembangan anak yang tidak optimal akibat terjadinya bullyilng , kurangnya kemampuan untuk

Melalui wacana yang dibentuk teks-teksnya, Kartini mengkonstruksikan perempuan dalam bidang politik khususnya yang duduk di kursi DPR sebagai wakil rakyat yang

Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk berakhlak mulia dengan Rasulullah SAW sebagai teladan utama (uswatun hasanah). Konsep Pendidikan karakter dalam Islam