• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintah.net Rancangan PP PPPK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemerintah.net Rancangan PP PPPK"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

 

RANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN …

MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa   untuk   melaksanakan   ketentuan   Pasal  107  Undang­ Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat   (2) Undang­Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang­Undang  Nomor  5   Tahun  2014   tentang  Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014   Nomor   6,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik Indonesia Nomor 5494);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN   PEMERINTAH   TENTANG  MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Aparatur   Sipil   Negara   yang   selanjutnya   disingkat

ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah   dengan   perjanjian   kerja   yang   bekerja   pada instansi pemerintah.

2. Pegawai   Aparatur   Sipil   Negara   yang   selanjutnya disebut   Pegawai   ASN   adalah   pegawai   negeri   sipil   dan pegawai   pemerintah   dengan   perjanjian   kerja   yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas  negara lainnya  dan digaji  berdasarkan  peraturan perundang­undangan.

(2)

tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

4. Pegawai  Pemerintah   dengan   Perjanjian   Kerja   yang selanjutnya   disingkat   PPPK   adalah  warga   negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan   perjanjian   kerja   untuk   jangka   waktu tertentu   dalam   rangka   melaksanakan   tugas pemerintahan.

5. Instansi   Pemerintah   adalah   instansi   Pusat   dan Instansi Daerah.

6. Instansi   Pusat   adalah   kementerian,   lembaga pemerintah   nonkementerian,   kesekretariatan   lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga nonstruktural yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang­undangan. 7. Instansi   Daerah   adalah   perangkat   daerah   provinsi

dan   perangkat   daerah   kabupaten/kota   yang   meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. 

8. Menteri   adalah   menteri   yang   menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.

9. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah  pejabat yang mempunyai   kewenangan   menetapkan   pengangkatan, pemindahan,   dan   pemberhentian   Pegawai   ASN   dan pembinaan   Manajemen   ASN   di   instansi   pemerintah sesuai   dengan   ketentuan   peraturan   perundang­ undangan.

10. Pejabat Yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan   melaksanakan   proses  pengangkatan, pemindahan,   dan   pemberhentian  Pegawai   ASN   sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.

BAB II

STATUS DAN KEDUDUKAN PPPK Pasal 2

(1) PPPK   merupakan   Pegawai   ASN   yang   diangkat sebagai   pegawai   dengan   perjanjian   kerja   oleh  Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah   dan   peraturan   perundang­undangan   di bidang aparatur sipil negara.

(3)

menimbulkan   hubungan   hukum   publik   antara   kedua belah pihak.

Pasal 3

(1) PPPK berkedudukan sebagai unsur aparatur negara. (2) Dalam   statusnya   sebagai   unsur   aparatur   Negara, PPPK   dilarang   melakukan  tindakan  mogok   kerja   dan demonstrasi kepada Pemerintah.

Pasal 4

(1) PPPK melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah. 

(2) PPPK   harus   bebas   dari   pengaruh   dan  intervensi semua golongan dan partai politik. 

BAB III

MANAJEMEN PPPK Bagian Kesatu

Umum Pasal 5

Manajemen   PPPK   merupakan   pengelolaan   PPPK   dengan menerapkan   sistem   merit   untuk   menghasilkan   PPPK   yang profesional,   melaksanakan   nilai   dasar   dan   etika   profesi, bebas   dari   intervensi   politik,   bersih   dari   praktik   korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Pasal 6

(1) Manajemen   PPPK  sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 5, meliputi:

a. penetapan kebutuhan; b. pengadaan;

c. penilaian kinerja; 

d. penggajian dan tunjangan; e. pengembangan kompetensi; f. pemberian penghargaan; g. disiplin;

h. pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan i. perlindungan.

(4)

(3) Pelaksanaan  Manajemen   PPPK   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada Instansi Pusat dan Instansi Daerah   dilaksanakan   oleh  Pejabat   Yang   Bersangkutan sesuai   dengan   ketentuan   peraturan   perundang­ undangan.

Pasal 7

(1) Jabatan yang dapat diisi oleh PPPK yaitu: 

a. jabatan  yang  mensyaratkan   kompetensi   keahlian dan keterampilan tertentu; atau

b. jabatan  yang  kompetensinya   tidak   tersedia   atau terbatas   di   kalangan   PNS  dan   diperlukan   untuk peningkatan kapasitas organisasi.

(2)    Ketentuan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dikecualikan untuk jabatan yang harus diduduki oleh PNS.

(3) Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   jenis   jabatan   yang dapat diisi oleh PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.

Bagian Kedua  Penetapan Kebutuhan

Pasal 8

(1) Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK dilakukan   secara   terintegrasi  dalam  penyusunan kebutuhan Pegawai ASN di setiap Instansi Pemerintah. (2) Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK

sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   dilakukan berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. (3) Penyusunan   kebutuhan   jumlah   PPPK   sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk jangka waktu 5   (lima)   tahun   yang   diperinci   per   1   (satu)   tahun berdasarkan prioritas kebutuhan sesuai dengan siklus anggaran. 

(4) Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

(5) Dalam menetapkan Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Menteri memperhatikan pendapat menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan pertimbangan teknis dari Kepala  Badan Kepegawaian Negara. 

(5)

Paragraf 1 Umum Pasal 9

Setiap warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan kualifikasi,   kompetensi,   dan   persyaratan   lain   yang ditetapkan   mempunyai   kesempatan   yang   sama   untuk melamar menjadi PPPK.

Pasal 10

(1) Pengadaan   merupakan   kegiatan  untuk  memenuhi kebutuhan PPPK dalam rangka mengisi jabatan tertentu yang   lowong  pada   Instansi   Pemerintah  pada   setiap jenjang jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (2) Pengadaan   calon   PPPK   sebagaimana   dimaksud   pada

ayat (1), dilakukan melalui tahapan: a. perencanaan;

b. pengumuman lowongan; c. pelamaran;

d. seleksi; 

e. pengumuman hasil seleksi; dan f. pengangkatan menjadi PPPK.

(3) Proses   pengadaan   calon   PPPK   dilakukan   pada   tahun anggaran berjalan setelah ada penetapan kebutuhan.

Pasal 11

Penerimaan   calon   PPPK   dilaksanakan   oleh   Instansi Pemerintah   melalui   penilaian   secara   obyektif   berdasarkan kompetensi,   kualifikasi,   kebutuhan,   dan   persyaratan   lain yang dibutuhkan dalam jabatan.

Paragraf 2

Perencanaan Pengadaan Pasal 12

Perencanaan pengadaan PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal  10  ayat (2)  huruf  a  dilakukan oleh  Pejabat Pembina Kepegawaian  setelah   kebutuhan   PPPK   ditetapkan   oleh Menteri.

Pasal 13

Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengangkat Pegawai nonPNS sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan. 

Paragraf 3

(6)

Pasal 14

(1)   Pengumuman   lowongan   sebagaimana   dimaksud dalam Pasal  10 ayat (2) huruf b dilakukan oleh  Pejabat Pembina   Kepegawaian  kepada   masyarakat   luas   melalui media cetak dan elektronik

(2) Pengumuman   lowongan   jabatan   dilakukan   paling lambat   15   (lima   belas)   hari   kalender   sebelum   tanggal penerimaan lamaran.

(3) Dalam   pengumuman   lowongan   sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling sedikit memuat:

a. jumlah dan jenis jabatan yang lowong;

b. kualifikasi, kompetensi, dan deskripsi tugas setiap  jabatan yang lowong;

c. syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar; d. alamat dan tempat lamaran ditujukan; 

e. cara menyampaikan lamaran; dan f. batas waktu pengajuan lamaran.

Paragraf 4 Pelamaran Pasal 15

(1) Setiap   pelamar   PPPK   yang   mengajukan   pelamaran sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   10   ayat   (2)   huruf   c harus memenuhi persyaratan administrasi.

(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud  pada ayat (1) meliputi:

a. warga negara Indonesia;

b. berusia paling rendah 19 (sembilan belas) tahun pada saat melamar;

c. tidak   pernah  dipidana   dengan   pidana  penjara   atau pidana  kurungan   karena   melakukan   suatu   tindak pidana   kejahatan  jabatan,   tindak   pidana   yang   ada hubungannya dengan jabatan, dan/atau tindak pidana umum;

d. tidak   pernah   diberhentikan   dengan   hormat   tidak   atas permintaan   sendiri   atau  tidak   dengan   hormat   sebagai PNS, atau diberhentikan   tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;

e. mempunyai  pendidikan   formal,   kecakapan,   keahlian, dan keterampilan sesuai dengan jabatan yang dilamar; f. tidak menjadi anggota/pengurus partai politik dan/atau

terlibat politik praktis;

g. sehat jasmani dan  rohani; dan

(7)

Seleksi Pasal 16

(1) Pelamar PPPK yang memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana   dimaksud   dalam  Pasal   15  berhak mengikuti  seleksi   sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal 10 ayat (2) huruf d.

(2) Seleksi  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat  (1) dilaksanakan   oleh   tim   seleksi   yang   dibentuk   oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.

(3) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Instansi Pemerintah berdasarkan prinsip merit.

Pasal 17

Calon  PPPK   untuk   mengisi   jabatan   pelaksana,   fungsional keterampilan   pemula,   fungsional   ahli   pertama,   dan fungsional   ahli   muda   harus   mengikuti   seleksi  yang  terdiri atas:

a. tes   kompetensi   dasar   yang   terdiri   atas  tes   wawasan kebangsaan, tes karakter pribadi, dan tes intelegensia; b. tes kompetensi bidang; dan

c. wawancara.

Pasal 18

(1) Seleksi   calon   PPPK   untuk   mengisi   Jabatan  fungsional jenjang ahli Madya dan ahli Utama, dilakukan melalui:

a. penilaian   atas   sertifikasi   kompetensi   yang   dimiliki; atau 

b. penilaian keahlian calon;

yang dilakukan oleh tim penilai Instansi Pemerintah. (2) Instansi  Pemerintah  pembina   jabatan   fungsional

menetapkan kriteria, syarat, prosedur, dan pengawasan penilaian keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Ketentuan mengenai tata cara penetapan kriteria, syarat,

prosedur, dan pengawasan  sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

 

Pasal 19

Seleksi calon PPPK untuk mengisi Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Madya dari kalangan  bukan PNS  dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.

(8)

(1) Materi tes kompetensi dasar sebagaimana dimaksud dalam   Pasal   17   huruf   a  disusun   mengikuti  pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

(2) Pengolahan hasil tes kompetensi dasar sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (1)   dilakukan   oleh   Instansi Pemerintah   dengan   mengacu   pada   Peraturan   Menteri yang mengatur mengenai pengadaan PPPK.

(3) Materi  tes  kompetensi  bidang  sebagaimana dimaksud   dalam   Pasal   17   huruf   b  ditetapkan   oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan materi yang disusun oleh instansi pembina jabatan fungsional.

(4) Dalam   hal   instansi   pembina   jabatan   fungsional belum dapat menyusun materi  tes  kompetensi  bidang, penyusunannya   dilakukan   oleh  Pejabat   Pembina Kepegawaian.

(5) Materi   tes   kompetensi   bidang   untuk   jabatan pelaksana disusun oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.

Paragraf 6

Pengumuman Hasil Seleksi Pasal 21

(1) Pejabat   Pembina   Kepegawaian  menetapkan   dan mengumumkan   pelamar  PPPK  yang   dinyatakan   lulus seleksi.

(2) Kelulusan seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan nilai ambang batas kelulusan yang ditetapkan oleh Menteri.

Paragraf 7 Pengangkatan PPPK

Pasal 22

(1) Pelamar  PPPK  yang   dinyatakan   lulus  seleksi sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   21  wajib menyerahkan   kelengkapan   administrasi   kepada  Pejabat Yang   Berwenang   untuk   ditetapkan   pengangkatannya sebagai PPPK.

(2) Pejabat   Yang   Berwenang  menyampaikan kelengkapan   administrasi   sebagaimana   dimaksud   pada ayat (1) kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk dimasukkan dalam sistem informasi ASN.

(9)

(4) Calon PPPK yang sudah mendapatkan nomor induk PPPK  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3),   diangkat sebagai PPPK pada tingkat jabatan yang dilamar.

(5) Pengangkatan   PPPK   pada   jabatan   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (4),   ditetapkan   dengan   keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian.

(6) Pejabat Pembina Kepegawaian wajib menyampaikan tembusan Keputusan pengangkatan PPPK  kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara.

Pasal 23

(1) PPPK   yang   telah   diangkat  sebagaimana   dimaksud dalam   Pasal   22  wajib   menandatangani   perjanjian   kerja dengan Pejabat Pembina Kepegawaian.

(2) Perjanjian  kerja   sebagaimana   dimaksud   pada  ayat (1)   dilakukan   dalam   tahun   anggaran   berjalan   dan penetapan berlakunya tidak berlaku surut.

(3) Masa perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat   (2)   paling   singkat   1   (satu)   tahun   dan   dapat diperpanjang   sesuai   kebutuhan   dan   berdasarkan penilaian kinerja.

(4) Dalam   hal   perjanjian   kerja   PPPK   diperpanjang sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3),  Pejabat   Pembina Kepegawaian  wajib   menyampaikan   tembusan   surat keputusan  perpanjangan perjanjian kerja  kepada Kepala Badan   Kepegawaian   Negara  untuk   pemutakhiran   data dalam sistem informasi ASN.

Pasal 24

(1) PPPK   tidak   dapat   diangkat   secara   otomatis   menjadi calon PNS.

(2) Untuk   diangkat   menjadi  calon   PNS,   PPPK   harus mengikuti semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi calon  PNS  sesuai   dengan   ketentuan  peraturan perundang­undangan.

Bagian Kelima Penilaian Kinerja

Pasal 25

Penilaian   kinerja   PPPK   bertujuan   menjamin   objektivitas prestasi kerja yang sudah disepakati berdasarkan perjanjian kerja   antara   Pejabat   Pembina   Kepegawaian  dengan  PPPK yang bersangkutan.

(10)

(1)Penilaian   kinerja   PPPK   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 25  dilakukan berdasarkan perjanjian kerja  dengan memperhatikan   target,   capaian,   hasil,   manfaat   yang dicapai, dan perilaku PPPK.

(2)Penilaian   kinerja   PPPK   dilaksanakan   sesuai   dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.

Pasal 27

(1) Penilaian   kinerja   PPPK   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 26, dilakukan secara obyektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan. 

(2) Penilaian kinerja PPPK dilakukan pada akhir tahun  dan dievaluasi setiap 6 (enam) bulan.

Pasal 28

Penilaian kinerja PPPK berada di bawah kewenangan Pejabat Yang Berwenang pada setiap Instansi Pemerintah.

Pasal 29

Penilaian   kinerja   PPPK   didelegasikan   secara   berjenjang kepada atasan langsung dari PPPK.

Pasal 30

Hasil penilaian kinerja PPPK  sebagaimana dimaksud dalam Pasal   26  digunakan   sebagai   bahan   pertimbangan   untuk perpanjangan   perjanjian   kerja,   pemberian   tunjangan,   dan pengembangan kompetensi yang obyektif.

Bagian Keenam Hak dan Kewajiban

Pasal 31 PPPK berhak memperoleh:

a. gaji dan tunjangan; b. cuti;

c. perlindungan; dan

d. pengembangan kompetensi. Pasal 32 PPPK wajib:

(11)

b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; 

c. melaksanakan   kebijakan   yang   dirumuskan   pejabat pemerintah yang berwenang; 

d. menaati ketentuan peraturan perundang­undangan; 

e. melaksanakan   tugas   kedinasan   dengan   penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;  f. menunjukkan   integritas   dan   keteladanan   dalam   sikap,

perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; 

g. menyimpan   rahasia   jabatan   dan   hanya   dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan; dan

h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Bagian Ketujuh Penggajian dan Tunjangan

Pasal 33

(1) Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PPPK.

(2) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko pekerjaan.

(3) Gaji   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dibebankan   pada   anggaran   pendapatan   dan   belanja negara   untuk   PPPK   di   Instansi   Pusat   dan   anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk PPPK di Instansi Daerah. 

(4) Selain   gaji   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1), PPPK   dapat   menerima   tunjangan   sesuai   dengan ketentuan peraturan perundang­undangan.

(5) Gaji   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) dibayarkan   sesuai   dengan   ketentuan   peraturan perundang­undangan 

Pasal 34

(1) Gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dibayarkan terhitung   mulai   tanggal   yang   bersangkutan   secara nyata   melaksanakan   tugas   yang   dinyatakan   dengan surat   pernyataan   oleh   Pejabat   Yang   Berwenang   atau pejabat yang ditunjuk.

(12)

Bagian Kedelapan Pengembangan Kompetensi

Pasal 35

(1) PPPK   diberikan   kesempatan   untuk  mengembangkan kompetensi. 

(2) Kesempatan   untuk  mengembangkan   kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direncanakan setiap tahun oleh Instansi Pemerintah.

(3) Pengembangan  kompetensi  sebagaimana dimaksud  pada ayat   (1)   harus   dievaluasi   oleh   Pejabat   Yang   Berwenang dan   dipergunakan   sebagai   salah   satu  dasar   untuk perjanjian kerja selanjutnya. 

Pasal 36

(1) Pengembangan   kompetensi   bagi   PPPK   dapat dilakukan  melalui  pendidikan   dan  pelatihan,   seminar, kursus, dan penataran.

(2) Pelaksanaan   pengembangan   kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 5 (lima hari) dalam 1 (satu) tahun masa perjanjian kerja.

(3) Dalam   hal   perjanjian   kerja   diperpanjang, pelaksanaan   pengembangan   kompetensi   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan paling lama 10 (sepuluh) hari tiap tahun.

Bagian Kesembilan Pemberian Penghargaan 

Pasal 37

(1) PPPK   yang   telah   menunjukkan   kesetiaan, pengabdian,   kecakapan,   kejujuran,   kedisiplinan,  dan prestasi   kerja   dalam   melaksanakan   tugasnya  dapat diberikan penghargaan. 

(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pemberian: 

a. tanda kehormatan;

b. kesempatan   prioritas   untuk   pengembangan kompetensi; dan/atau

(13)

(3) Pemberian   penghargaan   sebagaimana   dimaksud pada   ayat   (2)   diberikan   sesuai   dengan   ketentuan peraturan perundang­undangan.

(4) PPPK   yang   dijatuhi   sanksi   administratif   tingkat berat berupa pemutusan hubungan perjanjian kerja tidak dengan   hormat   dicabut   haknya   untuk   memakai   tanda kehormatan   sesuai   dengan   ketentuan  peraturan perundang­undangan. 

Bagian Kesepuluh Disiplin Pasal 38

(1)Untuk   menjamin   terpeliharanya   tata   tertib   dalam kelancaran  pelaksanaan   tugas,   PPPK   wajib  mematuhi disiplin PPPK. 

(2)Instansi   Pemerintah   wajib   melaksanakan   penegakan disiplin   terhadap   PPPK   serta   melaksanakan   berbagai upaya peningkatan disiplin.

(3)PPPK   yang   melakukan   pelanggaran   disiplin   dijatuhi hukuman disiplin.

(4)Disiplin   PPPK   diatur   lebih   lanjut   oleh  Pejabat   Pembina Kepegawaian setiap Instansi Pemerintah.

(5) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi disiplin bagi PPPK diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kesebelas

Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja Pasal 39

(1) Pemutusan   hubungan   perjanjian   kerja   PPPK dilakukan dengan hormat karena: 

a. jangka waktu perjanjian kerja berakhir; b. meninggal dunia;

c. atas permintaan sendiri;

d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pengurangan PPPK; atau 

(14)

(2) Pemutusan   hubungan   perjanjian   kerja   PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena: 

a. dihukum   penjara   berdasarkan   putusan  pengadilan yang   telah  memperoleh   kekuatan  hukum   tetap karena   melakukan   tindak   pidana  dengan   pidana penjara   paling   singkat   2   (dua)  tahun   dan   tindak pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana;  b. melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat;

atau

c. tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai dengan perjanjian kerja. 

(3) Pemutusan   hubungan   perjanjian   kerja   PPPK dilakukan tidak dengan hormat karena: 

a. melakukan   penyelewengan   terhadap   Pancasila  dan Undang­Undang   Dasar   Negara   Republik  Indonesia Tahun 1945; 

b. dihukum   penjara   atau   kurungan   berdasarkan putusan   pengadilan   yang   telah   memiliki  kekuatan 14okum   tetap   karena   melakukan   tindak  pidana kejahatan   jabatan   atau   tindak   pidana  kejahatan yang   ada   hubungannya   dengan  jabatan   dan/atau pidana umum; 

c. menjadi   anggota  dan/atau  pengurus  partai  politik; atau 

d. dihukum  penjara   berdasarkan   putusan  pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan   tindak   pidana   yang  diancam  dengan pidana   penjara   paling   singkat  2   (dua)   tahun   atau lebih dan tindak pidana  tersebut dilakukan dengan berencana. 

Pasal 40

(1) Pemutusan   hubungan   kerja   PPPK   sebagaimana dimaksud   dalam   Pasal   39   ditetapkan  Pejabat   Pembina Kepegawaian.

(2) Pejabat Pembina Kepegawaian wajib menyampaikan tembusan   surat   keputusan  pemutusan   hubungan   kerja PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Badan   Kepegawaian   Negara  untuk   dihapuskan   datanya dalam sistem informasi ASN.

Pasal 41

(15)

a. tidak   masuk   kerja   tanpa   alasan   yang   sah   selama paling   sedikit   6   (enam)   hari   kerja   dalam   1   (satu) tahun dihitung secara kumulatif.

b. tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah berturut­ turut selama 3 (tiga) hari kerja.

(2) Tahapan   pemutusan   hubungan   perjanjian   kerja karena   pelanggaran   disiplin   berat   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa:

a. surat   Peringatan   Pertama   diberikan   apabila   tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari pertama;

b. surat   Peringatan   Kedua   diberikan   apabila   tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari kedua; dan

c. pemutusan hubungan kerja diberikan apabila tidak masuk kerja selama 2 (dua) hari ketiga.

Bagian Kedua belas Perlindungan

Pasal 42

(1) Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: a. jaminan hari tua;

b. jaminan kesehatan;

c. jaminan kecelakaan kerja; d. jaminan kematian; dan e. bantuan hukum.

(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf   a,  huruf   b,  huruf  c,   dan  huruf   d   dilaksanakan sesuai dengan sistem jaminan sosial nasional.

(3) Bantuan  hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, berupa  pemberian bantuan  hukum dalam perkara   yang   dihadapi   di   pengadilan   terkait pelaksanaan tugasnya.

BAB V PENGAWASAN 

Pasal 43

(1) Menteri   melakukan   pengawasan   terhadap pelaksanaan Manajemen PPPK.

(2) KASN   melakukan   penelusuran   data   dan   informasi terhadap pelaksanaan sistem merit dalam kebijakan dan Manajemen PPPK.

(16)

BAB VI

KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 44

Ketentuan   mengenai   teknis   pelaksanaan  Manajemen   PPPK dalam Peraturan Pemerintah diatur dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 45

Pegawai nonPNS yang telah diangkat oleh  Pejabat Pembina Kepegawaian  atau   pejabat   lainnya   sebelum   ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini harus diberhentikan paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 46

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, peraturan perundang­undangan   yang   mengatur   mengenai  Pegawai nonPNS   yang   bekerja   di   lingkungan   instansi   pemerintah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 

Pasal 47

Pada   saat   Peraturan   Pemerintah   ini  mulai   berlaku,   sistem manajemen   sumber   daya   manusia   yang   dibentuk   atas perintah  Undang­Undang  di  luar  ketentuan  Undang­Undang Nomor   5   Tahun   2014   tentang  Aparatur   Sipil   Negara  (Lembaran Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2014   Nomor   6,   Tambahan Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Nomor   5494),   dinyatakan tetap berlaku.

Pasal 48

Peraturan   Pemerintah   ini   mulai  berlaku   pada   tanggal diundangkan.

(17)

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

       AMIR SYAMSUDIN

(18)

PENJELASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN …

MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

I. UMUM

Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN.  Pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan  publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik dilakukan   dengan   memberikan   pelayanan   atas  barang,   jasa,   dan/atau pelayanan administratif yang disediakan Pegawai ASN.

Pegawai  ASN   terdiri   dari   PNS   dan   PPPK.   PPPK   adalah   warga   negara indonesia   yang   memenuhi   syarat   tertentu   yang   diangkat   berdasarkan perjanjian   kerja   dalam   jangka   waktu   tertentu   dalam   rangka melaksanakan tugas pemerintah.

Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas  pemerintahan, dan   tugas   pembangunan   tertentu,  PPPK  harus  memiliki   profesi   dan Manajemen PPPK yang berdasarkan pada Sistem Merit atau perbandingan antara kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang dibutuhkan oleh jabatan dengan   kualifikasi,   kompetensi,   dan  kinerja   yang   dimiliki   oleh   calon dalam   rekrutmen,   pengangkatan,dan  penempatan  sejalan   dengan   tata kelola pemerintahan yang baik.

Manajemen   PPPK   perlu   diatur   secara   menyeluruh   dengan   menerapkan norma,   standar,   dan   prosedur.   Manajemen   PPPK   meliputi  penetapan kebutuhan,   pengadaan,   penilaian   kinerja,  hak   dan   kewajiban,  gaji dantunjangan,   pengembangan   kompetensi,   pemberian   penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.

Ruang   lingkup   peraturan   pemerintah   ini   meliputi   kriteria   dan   jabatan PPPK,   penetapan   kebutuhan,  pengadaan,   penilaian   kinerja,  penggajian dantunjangan,   pengembangan   kompetensi,   pemberian   penghargaan, disiplin,  hak dan kewajiban,  pemutusan hubungan perjanjian kerja, dan perlindungan.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Ayat (1)

(19)

Ayat (2)

Yang   dimaksud  dengan  “hukum   publik”   adalah   hukum administrasi negara.

Pasal 3

Cukup jelas. Pasal 4

Cukup jelas. Pasal 5

Cukup jelas. Pasal 6

Cukup jelas. Pasal 7

Ayat (1) 

Huruf a

Yang dimaksud dengan “keahlian dan keterampilan tertentu”   adalah   keahlian   dan   keterampilan   yang dibuktikan   dengan   sertifikasi   keahlian   dan keterampilan. 

Jabatan   yang   dimaksud   ini   antara   lain   jabatan fungsional   tertentu   dan   jabatan   pelaksana   yang membutuhkan keahlian dan keterampilan tertentu.  Huruf b

Peningkatan   kapasitas   organisasi   adalah kemampuan   manajerial   yang   dibutuhkan   untuk melakukan   perubahan   dan   pengembangan organisasi   dalam   rangka     peningkatan   kinerja pemerintahan  dan pembangunan.

Ayat (2) 

Jabatan yang harus diduduki oleh PNS antara lain jabatan fungsional Agen, jabatan fungsional Sandiman, jaksa, dan Pengelola Keuangan Negara.

Ayat (3) 

Cukup jelas. Pasal 8

(20)

Cukup jelas. Pasal 10

Ayat (1)

Yang   dimaksud   dengan   “pada   setiap   jenjang   jabatan”   adalah pengisian   PPPK   yang   bersifat  multi  entry  dari   jenjang   jabatan pertama, menengah, dan atas.

Ayat (2)

Yang   dimaksud   dengan  “calon   PPPK”  adalah   seseorang   yang melamar PPPK.

Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 11

Yang dimaksud dengan “jabatan”  adalah jabatan yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenai jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK.

Pasal 12

Yang   dimaksud   dengan  “kebutuhan   PPPK   yang   ditetapkan   oleh Menteri”  adalah jumlah dan jenis jabatan yang dibutuhkan oleh masing­masing instansi.

Pasal 13

Cukup jelas. Pasal 14

Cukup jelas. Pasal 15

Cukup jelas. Pasal 16

Cukup jelas. Pasal 17

Cukup jelas. Pasal 18

Cukup jelas. Pasal 19

(21)

Cukup jelas.

Pasal 21 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Nilai   ambang   batas   kelulusan   hanya   diberlakukan   pada   Tes Kemampuan Dasar.

Pasal 22 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Penyampaian tembusan surat keputusan pengangkatan kepada Kepala   Badan   Kepegawaian   Negara   dimaksudkan   untuk membangun data kepegawaian PPPK secara nasional.

Pasal 23

Cukup jelas. Pasal 24

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

(22)

dimaksudkan   untuk   membangun   data   kepegawaian   PPPK secara nasional.

Pasal 25

Cukup jelas. Pasal 26

Penilaian kinerja PPPK dilakukan di tingkat individu, di tingkat unit, atau di tingkat organisasi. 

Pasal 27 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Penilaian   kinerja   PPPK   dilakukan   untuk   kinerja   PPPK   mulai bulan Januari sampai dengan Desember.

Evaluasi   setiap   6   (enam)   bulan   dimaksudkan   untuk meningkatkan kinerja. 

Pasal 28

Cukup jelas. Pasal 29

Cukup jelas. Pasal 30

Cukup jelas. Pasal 31

Cukup jelas. Pasal 32

Cukup jelas. Pasal 33

Cukup jelas. Pasal 34

Cukup jelas. Pasal 35

Cukup jelas. Pasal 36

(23)

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas. Pasal 39

Cukup jelas. Pasal 40

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Penyampaian tembusan surat keputusan pemutusan hubungan kerja  kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara dimaksudkan untuk membangun data kepegawaian PPPK secara nasional. Pasal 41

Cukup jelas. Pasal 42

Cukup jelas. Pasal 43

Cukup jelas. Pasal 44

Cukup jelas. Pasal 45

Cukup jelas. Pasal 46

Cukup jelas. Pasal 47

Cukup jelas. Pasal 48

Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau

Hasil pembahasan secara keseluruhan dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai hal berikut: Uji sensitivitas antibiotika memperlihatkan ke-5 pasangan isolat

Proses membangun instalasi Oksigen Jawa berlangsung hampir serupa dengan cara Hanafi menulis prosa dan melukis, yaitu dengan mengandalkan ingatan biografisnya

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh siswa pada pretest, maka peneliti melakukan peningkatan hasil belajar akhlak pada materi dosa besar dengan menggunakan

(1) Tata tempat bagi Walikota, Ketua DPRD dan Muspida dalam acara kenegaraan, acara resmi dan atau upacara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dihadiri

Sebagaimana layaknya sebuah badan usaha, modal bank harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian sebagai akibat dari pergerakan aktiva bank

Tata Upacara Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disebut dengan Tata Upacara BNN adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa ada pengaruh motivasi belajar matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dan berdasarkan hasil uji scheff e‟,