• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK - Raden Intan Repository"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Matematika

Oleh Anna Septiana

1411050258

Jurusan : Pendidikan Matematika Pembimbing I : Mujib, M.Pd Pembimbing II : Abi Fadila, M.Pd

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(2)

i SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Dalam Ilmu Matematika

Oleh Anna Septiana

1411050258

Jurusan : Pendidikan Matematika Pembimbing I : Mujib, M.Pd Pembimbing II : Abi Fadila, M.Pd

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(3)

ii

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK Oleh

ANNA SEPTIANA

Kemampuan pemecahan masalah matematika sangat diperlukan dalam mengerjakan soal-soal matematika. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik kelas VII SMP N 7 Pesawaran disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan juga rendahnya tingkat motivasi peserta didik dalam belajar matematika.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik kelas VII SMP N 7 Pesawaran. Jenis Penelitian ini adalah quasi experiment. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP N 7 Pesawaran. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah

ramdom sampling. Sampel pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A

sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII B sebagai kelas kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan sel tak sama.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, terdapat pengaruh antara model pembelajaran investigasi kelompok dan konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Kedua, terdapat pengaruh antara motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Ketiga, tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

(4)

iii

PERSETUJUAN

Judul Skripsi :PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN

INVESTIGASI KELOMPOK DITINJAU DARI

MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK

Nama : Anna Septiana

NPM : 1411050258

Jurusan : Pendidikan Matematika Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

MENYETUJUI

Untuk dimunaqosyahkan dan dipertahankan dalam Sidang Munaqosah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung

Pembimbing I, Pembimbing II,

Mujib, M.Pd Abi Fadila, M.Pd

NIP. 196911082000031001 -

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(5)
(6)

iv









Artinya:

(7)

v

hidayah dan kelancaran, sehingga skripsi ini dapat ku selesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kasihku kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Suroso dan Ibunda Sumiati yang telah memberikan cinta, kasih sayang, pengorbanan, semangat, nasihat, dan do’a yang tiada henti untuk kesuksesanku. Do’a yang tulus penulis persembahkan atas jasa beliau yang telah membesarkan serta mendidikku sehingga penulis menyelesaikan pendidikan S1 di UIN Raden Intan lampung.

2. Kakakku tersayang Johan Fredianto terima kasih atas canda tawa, kasih sayang, dan dukungan selama ini yang telah kau berikan. Semoga kita semua bisa membuat orang tua kita selalu tersenyum bahagia.

3. Keluarga Besar Mbah Masiyem yang telah memberikan motivasi baik moral maupun materil .

(8)

vi

Negerikaton Kabupaten Pesawaran pada tanggal 07 September 1996, anak Ke-dua dari dua saudara dari pasangan Bapak Suroso dan Ibu Sumiati.

Penulis memulai jenjang pendidikannya di SDN 2 Negerikaton Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran dan lulus tahun 2008. Setelah itu penulis melanjutkan ke jenjang menegah pertama di SMPN 1 Negerikaton dan lulus pada tahun 2011. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang menengah atas di SMAN 1 Negerikaton dan lulus pada tahun 2014.

(9)

vii

SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung

2. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc. Selaku ketua Jurusan Pendidikan Matematika.

3. Bapak Mujib, M.Pd selaku pembimbing I, Bapak Abi Fadila, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.

(10)

viii

6. Teman-teman seperjuangan jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2014 khususnya kelas E (Rahma, Eva, Eni, Eka, Dewi, Cici, Devi, Erlailia, Ngah dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu) terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan yang telah terbangun selama ini.

7. Sahabat-sahabat ku di Asrama Ahsanunnadiah (Nisa, Ida, Yeni, Lilis) terima kasih untuk kekeluargaan kita selama ini dan terus semangat untuk kesuksesan kita.

Akhirnya dengan iringan terima kasih penulis memanjatkan do’a

kehadirat Allah SWT, semoga jerih payah dan amal bapak-bapak dan ibu-ibu serta teman-teman sekalian akan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya terutama dalam kaitannya dengan Pengaruh Penerapan Pembelajaran Investigasi Kelompok Ditinjau Dari Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas.

Bandar Lampung, November 2018

(11)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

RIWATAY HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 13

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok ... 13

a. Pengertian pembelajaran Kooperatif ... 13

b. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok ... 15

2. Motivasi Belajar Matematika ... 19

(12)

x

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian... 34

B. Variabel Penelitian ... 36

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 36

D. Teknik pengumpulan Data ... 37

1. Tes ... 37

2. Angket ... 38

3. Wawancara ... 38

4. Observasi ... 38

5. Dokumentasi ... 39

E. Instrumen Penelitian... 39

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 39

a. Uji Validitas ... 41

b. Uji Reliabilitas ... 41

c. Pengujian Tingkat Kesukaran ... 44

d. Uji Daya Beda ... 46

2. Instrumen Angket Motivasi Belajar Peserta Didik ... 47

3. Analisis Data ... 48

a. Uji Prasyarat Analisis ... 48

1) Uji Normalitas ... 49

2) Uji Homogenitas ... 50

b. Uji Hipotesis ... 52

(13)

xi

b. Uji Reliabilitas ... 67

c. Uji Tingkat Kesukaran ... 67

d. Uji Daya Beda ... 68

2. Angket Motivasi Belajar ... 70

a. Uji Validitas Angket ... 71

b. Uji Reliabilitas Angket ... 72

B. Deskripsi Data Amatan ... 72

C. Uji Normalitas Data Amatan ... 74

D. Uji Homogenitas Data Amatan ... 75

E. Uji Hipotesis Penelitian ... 75

1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 75

2. Uji Komparansi Ganda (Scheffe) ... 76

F. Pembahasan ... 79

1. Hipotesis Pertama ... 81

2. Hipotesis Kedua ... 81

3. Hipotesis Ketiga ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

(14)

xii

2. Daftar Nama Peserta Didik Uji Coba Instrumen ... 85

3. Kisi-Kisi Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 86

4. Soal Uji Coba Tes KPMM ... 87

5. Kunci Jawaban Tes KPMM ... 89

6. Angket Motivasi Belajar ... 92

7. Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 95

8. Data Hasil Uji Coba Tes KPPM ... 96

9. Uji Validitas Soal ... 97

10.Uji Tingkat Kesukaran ... 101

11.Uji Daya Pembeda Soal ... 103

12.Uji Reliabilitas Soal... 107

13.Data Hasil Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 111

14.Analisis Validitas Angket ... 112

15.Analisis Reabilitas Angket ... 116

16.Data Nilai Kelas Eksperimen ... 119

17.Data Nilai Kelas Kontrol ... 120

18.Data Induk Penelitian ... 121

(15)

xiii

23.Uji Normalitas Motivasi Belajar Tinggi ... 132

24.Uji Normalitas Motivasi Belajar Sedang... 135

25.Uji Normalitas Motivasi Belajar Rendah ... 138

26.Uji Homogenitas... 141

27.Perhitungan Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 161

28.Uji Komparasi Ganda ... 167

(16)

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal penting dari kehidupan dan yang membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain.1 Tiga unsur proses belajar, yaitu pendidik, peserta didik yang belajar, dan konsep-konsep tertentu yang diberikan oleh pengajar. Pendidikan yang berkualitas berhubungan erat dengan proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah.2

“Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3”

Matematika memegang peranan penting di dalam dunia pendidikan dan di dalam kehidupan sehari-hari, pentingnya matematika terlihat dari banyaknya jam pelajaran matematika di sekolah. Pelajaran matematika ada saat dari TK hingga di Perguruan Tinggi, bahkan dijenjang prasekolah pun matematika sudah

1

.Chairul Anwar, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan(Yogyakarta:SUKA-Press,2014), h.62 2

Hery Susanto, Achi Rinaldi, dan Novalia Novalia, “Analisis Validitas Reliabilitas Tingkat Kesukaran Dan Daya Beda Pada Butir Soal Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Matematika

Kelas Xii Ips Di Sma Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015,” Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika 6, no. 2 (18 Desember 2015): 203–18

(17)

mulai diperkenalkan. Namun pelajaran matematika sering dipandang sebagai pelajaran yang kurang diminati. Jika peserta didik menganggap matematika pelajaran yang sulit, kemudian tidak berminat dalam mempelajarinya maka akan berdampak pada nilai matematika yang kurang baik.

Alasan lain yang mempengaruhi pengajaran matematika ialah kurangnya fasilitas yang memadai dalam proses pembelajaran serta peserta didik yang kurang memahami materi yang di sampaikan. Dengan peserta didik menguasai materi maka pembelajaran akan berjalan dengan baik bahkan bisa menumbuhkan motivasi untuk berminat belajar.4

Kesulitan dalam memecahkan masalah dan taraf berpikir yang berbeda, menuntut guru agar dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan target yang akan dicapai.5

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peserta didik SMP N 7 Pesawaran bahwasannya peserta didik mengalami kesulitan saat memecahkan masalah pada soal matematika. Selain itu, kesulitan dalam memecahkan masalah matematika tidak terlepas dari model pembelajaran yang tidak sesuai dengan pembelajaran matematika.6

4Ibid

.

5Fredi Ganda Putra, “Eksperimentasi Pendekatan Konteks

tual Berbantuan Hands On Activity

(HoA) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik,” Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika 8, no. 1 (19 Juni 2017): 73–80.

6

Putri Wulandari, Mujib Mujib, dan Fredi Ganda Putra, “Pengaruh Model Pembelajaran Investigasi Kelompok berbantuan Perangkat Lunak Maple terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

(18)

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bidang studi matematika kelas VII, Ibu Apriyani Ekayanti, S.Pd pada hari kamis 8 Februari 2018, bahwa terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan tidak terlatihnya kemampuan pemecahan masalah yaitu kurangnya pemahaman peserta didik terhadap soal yang akan di kerjakan, terburu-buru dalam mengerjakan soal dan masih menggunakan metode konvensional sehingga membuat peserta didik menganggap matematika sebagai pelajaran sulit, rumit, yang mengakibatkan rendahnya minat dan motivasi dalam belajar matematika.(Lampiran 1)

Mengingat pentingnya peningkatan hasil belajar matematika, maka pelajaran matematika diupayakan mampu membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar. Slavin mengungkapkan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah motivasi.7 Namun kenyatannya ada beberapa peserta didik yang tidak semangat dalam belajar, hal ini disebabkan karena tidak adanya motivasi belajar, masih merasa malu, pasif, dan takut untuk bertanya kepada guru.

Semua ini terlihat pada rendahnya nilai matematika peserta didik semester ganjil kelas VII di SMP N 7 Pesawaran tahun pelajaran 2017/2018.8

7Agus Setiawan, “Hubungan Kausal Penalaran Matemat

is terhadap Prestasi Belajar

Matematika pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa,” Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika 7, no. 1 (10 Juni 2016): 91–100, https://doi.org/10.24042/ajpm.v7i1.133.

(19)

Tabel 1.1

Nilai Matematika Peserta didik SMP N 7 Pesawaran

No. Kelas Hasil Belajar Matematika (X) Jumlah

X<75 X 75

1. VIIA 16 11 27

2. VIIB 18 9 27

3. VIIC 18 10 28

Jumlah 52 30 82

Sumber : Daftar Nilai Semester Ganjil Kelas VII Tahun Pelajaran 2017/2018 SMP N 7 Pesawaran.

Dari tabel diatas menunjukan jumlah dari 82 peserta didik yang sudah mencapai KKM sekitar 30 peserta didik atau 47% dari total peserta didik sedangkan yang memperoleh dibawah KKM sekitar 52 peserta didik atau 63% dari total peserta didik, ini menunjukan bahwa minat belajar matematika peserta didik masih kurang. Rendahnya hasil belajar disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar peserta didik dan penggunaan model pembelajaran konvensional, hal Ini menunjukan bahwa proses belajar selama ini belum mencapai hasil yang memuaskan dan peserta didik masih mendapatkan nilai di bawah KKM.

Kondisi seperti ini jika didiamkan saja membuat peserta didik terlalu sulit dalam memahami materi matematika lebih lanjut. Menurut National Council of

Teachers of Mathematics (NCTM) bahwa fokus utama dari kurikulum

matematika ialah pemecahan masalah.9 Mereka menyarankan bahwa perhatian utama harus diberikan pada:

9

(20)

a. Keikutsertaan murid-murid secara aktif dalam mengkontruksikan dan mengaplikasikan ide-ide dalam matematika.

b. Pemecahan masalah sebagai alat dan juga tujuan pembelajaran. c. Penggunaan bermacam-macam bentuk pengajaran.

Kemampuan dan ketepatan pendidik dalam memilih metode pembelajaran sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. Hal ini tertuang dalam firman Allah SWT. (Q.S.An-Nahl: 125).10























Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Berdasarkan ayat diatas pendidik didalam proses belajar mengajar harus memilih metode yang baik supaya murid mampu merespon materi yang disampaikan dengan baik. Menyusun proses pembelajaran yang dapat meningkatkan peserta didik agar ikut berpartisipasi didalam pembelajaran, dibutuhkan strategi yang sesuai yaitu di mulai dari memilih metode, pendekatan atau hal yang dapat menumbuhkan motivasi belajar.11

Diantara metode tersebut adalah metode pembelajaran investigasi kelompok. Menurut Udin S W yang dikutip Arina menyatakan bahwa metode

10

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemah (Bandung: Diponegoro, 2007)h.224.

11Happy Komike Sari, “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Fisika

(21)

investigasi kelompok memiliki tiga konsep, yaitu: penelitian, pengetahuan, dan dinamika kelompok.12

Para guru umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang dengan karakteristik berbeda-beda. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesamaan minat materi atau kesenangan berteman. Memilih materi yang akan dipelajari, mengikuti investigasi materi yang dipilih, lalu menyajikan laporan di depan kelas.

Berhubungan dengan uraian tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian eksperimen yang berjudul: “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Investigasi Kelompok Ditinjau Dari Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

2. Pembelajaran matematika di sekolah tersebut masih menerapkan pembelajaran konvensional.

3. Kesulitan peserta didik mempelajari matematika.

12

Arina Ulfah, Rachmat Sahputra, and Rahmat Rasmawan, „Pengaruh Model Pembelajaran

(22)

4. Rendahnya tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik.

5. Rendahnya hasil belajar matematika dan motivasi belajar pesera didik. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan hal di atas, maka penulis membatasi penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian dilaksanakan pada kelas VII SMP N 7 Pesawaran.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model investigasi kelompok. 3. Penelitian terpusat pada kemampuan pemecahan masalah matematika. 4. Aspek motivasi belajar peserta didik dilihat dalam level yaitu tinggi, sedang

dan rendah. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara peserta didik yang diberi model investigasi kelompok dengan peserta didik yang diberi pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika?

2. Apakah terdapat pengaruh antara peserta didik yang memiliki motivasi tinggi, motivasi sedang, dan rendah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika?

(23)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara peserta didik yang diberi model investigasi kelompok dengan peserta didik yang diberi pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

2. Untuk mengetahui pengaruh peserta didik yang memiliki motivasi tinggi, motivasi sedang maupun rendah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik, diharapkan lebih tertarik dengan model investigasi kelompok dan bisa menyelesaikan masalah dalam soal.

2. Bagi guru, dapat menggunakan model investigasi kelompok dalam mengajar sehingga menimbulkan kreasi baru dalam proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti, diharapkan memberikan pengalaman langsung dan menambah pengetahuan untuk menjadi seorang pendidik dengan menerapkan model investigasi kelompok ketika pembelajaran matematika dikelas.

G. Ruang Lingkup Penelitian

(24)

1. Objek penelitian

Objek penelitian ini ialah pengaruh penerapan model investigasi kelompok ditinjau dari motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik kelas VII SMP N 7 Pesawaran.

2. Penelitian ini dilakukan kepada peserta didik kelas VII SMP N 7 Pesawaran. 3. Penelitian bersifat kuantitatif.

4. Lokasi penelitiandi SMP N 7 Pesawaran.

5. Waktu penelitian dilakukan pada semester ganjil.

BAB II

(25)

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif mengandung arti bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Melalui model pembelajaran kooperatif peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi dalam memecahkan suatu permasalahan. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk mendorong peserta didik berbagi pengetahuan melalui kegiatan diskusi.

Menurut Hamdani pembelajaran kooperatif terdiri dari dua orang atau lebih dengan strategi belajar lebih menekankan pada sikap untuk bekerjasama.13

Slavin, Johnson, Louisell dan Descamps mendefinisikan bahwa pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran dengan cara peserta didik dikelompokkan dengan tujuan agar mereka dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah.14

MKPBM menyatakan “Cooperative learning ialah peserta didik yang

terbentuk dalam tim yang bekerjasama mengerjakan sesuatu untuk mencapai

13

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: CV Pustaka, 2011)h.165. 14

(26)

tujuan bersama”. Cooperative learning melihat bahwa keberhasilan belajar tidak hanya didapat dari guru, namun bisa juga didapat dari teman.15

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa Cooperatif Learning ialah peserta didik yang dibentuk dalam sebuah kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu tugas dengan tujuan melatih peserta didik dalam bekerjasama.

b. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok

Investigasi ialah kegiatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah melalui sejumlah kegiatan untuk mendapat hasil yang benar sesuai pengembangan yang dilalui.16

Peserta didik dilibatkan sejak awal perencanaan dan cara mempelajarinya melalui kegiatan investigasi sehingga model ini paling kompleks dan sulit digunakan.17

Investigasi kelompok terdiri dari kelompok kecil yang bekerja secara inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok, lalu mempresentasikan hasil di depan kelas.18

Dalam penerapannya model investigasi terdiri dari 5-6 peserta didik yang

15

Erik Santoso, „Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Group

Investigation Terhadap Kemaempuan Pemecahan Masalah Matematik‟1, No.1 (2016), 11. 16

Ike Natalliasari and Eva Mulyani, „Implementasi Pembelajaran Investigasi Berbantuan

Software Cabri 3D Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Kemandirian Belajar

Mahasiswa‟, JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pengajaran Matematika)3, No.1 (2017), 27– 32.

17

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011)h.90. 18

(27)

heterogen, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan.19

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa model investigasi kelompok ialah strategi belajar kooperatif dan dianggap sebagai model yang sulit untuk dilakukan karena model ini melibatkan peserta didik sejak perencanaan. Model ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas peserta didik untuk mencari sendiri informasi pelajaran melalui bahan yang tersedia misalnya dari buku atau internet.

Tahapan-tahapan investigasi kelompok menurut Slavin sebagai berikut:20

Tabel 2.1

Tahapan- tahapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok

Tahap Kegiatan guru dan siswa

Tahap 1:

Mengidentifikasi topik dan mengatur peserta didik ke dalam kelompok-kelompok penelitian

1.Guru menyajikan serangkaian permasalahan.

2.Peserta didik mengidentifikasi permasalahan tersebut dengan meneliti beberapa sumber.

3.Peserta didik bergabung dengan kelompoknya (komposisi kelompok berdasarkan pada ketertarikan peserta didik dan harus bersifat heterogen).

4.Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2:

Merencanakan investigasi

1. Setiap kelompok merumuskan permasalahan yang akan diselidiki,

19

Trianto,Op.Cit, h.128. 20

Erta Nurita, Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dan Curiosity Peserta Didik Kelas VII SMP 6 Bandar Lampung

(28)

dalam kelompok memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber-sumber mana yang akan dibutuhkan untuk melakukan penyelidikan tersebut.

Tahap 3:

Melaksanakan Investigasi

1. Setiap kelompok melaksanakan rencana yang telah disusun pada tahap dua.

2. Para peserta didik mengumpulkan informasi, menganalisis data, mengevaluasi informasi, dan membuat kesimpulan.

3. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. 4. Para peserta didik saling bertukar,

berdiskusi, mengklarifikasi, dan menyimpulkan semua gagasan. Tahap 4:

Menyiapkan laporan akhir

1. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.

2. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

3. Wakil-wakil kelompok melakukan pembagian tugas untuk kegiatan presentasi.

4. Guru berperan sebagai penasehat, membantu kelompok yang kesulitan, dan memastikan bahwa setiap rencana kelompok memungkinkan tiap anggotanya untuk terlibat.

Tahap 5:

Mempresentasikan laporan akhir

1. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

2. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.

(29)

penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Tahap 6:

Evaluasi pencapaian

1. Peserta didik saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, dan mengenai kefektifan pengalaman-pengalaman mereka dalam kegiatan investigasi. 2. Peserta didik dan guru

berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran.

Dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuanya sesuai dengan kemampuannya sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna.

Manfaat dari model pembelajaran ini ialah melatih peserta didik menghargai pendapat orang lain, mendekatkan dengan teman yang berbeda latar belakangnya, memudahkan materi pelajaran, meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah.21

1) Karakteristik Model Investigasi Kelompok

Karakteristik investigasi kelompok menurut Sharan dan Slavin terdiri dari investigasi, interaksi, panafsiran, dan motivasi intrinsik. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

21

I. Ketut Wiratana, Wayan Sadia, and Ketut Suma, „Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation) Terhadap Keterampilan Proses Dan Hasil

(30)

a) Investigasi

Dilakukan saat guru memberikan masalah dan peserta didik mencari informasi yang mereka peroleh untuk mendapatkan hasil. b) Interaksi

Interaksi diantara peserta didik akan memberikan dorongan dan mengembangkan gagasan serta membantu untuk memfokuskan perhatian mereka terhadap tugas.

c) Penafsiran

Disaat menjalankan investigasi peserta didik mengumpulkan informasi dari berbagai sumber berbeda kemudian membuat penafsiran atas hasil penelitian.

d) Motivasi Intrinsik

Motivasi akan tumbuh ketika peserta didik dihubungkan dengan masalah yang mereka selidiki berdasarkan keingintahuan mereka. 22

Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa karakteristik investigasi kelompok ialah model pembelajaran dengan bentuk spesialisasi tugas. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran gagasan, dan bahan-bahan yang mendukung untuk mencari informasi merupakan hal penting untuk mencapai keberhasilan pembelajaran.

22

(31)

2) Kelebihan dan Kelemahan Investigasi Kelompok

Suherman mengungkapkan kelebihan dan kelemahan investigasi kelompok sebagai berikut:

a) Peserta didik menjadi lebih aktif. b) Diskusi menjadi lebih aktif. c) Tugas guru menjadi lebih ringan.

d) Pesera didik yang nilainya tertinggi diberikan penghargan yang dapat mendorong semangat belajar.

Sementara itu kelemahan pembelajaran investigasi kelompok yaitu: a) Membutuhkan waktu yang lama.

b) Peserta didik cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit. c) Biasanya peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil

temuannya kepada temannya. 23 2. Motivasi Belajar Matematika

Motivasi berasal dari bahasa inggris yaitu, motivation yang berarti dorongan.24

Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.25

23 penerapan Model Investigasi Kelompok Dalam Mata Pelajaran IPS SMP‟ <http://massugiyanto.blogspot.com/2011/08/penerapan-model-investigasi-kelompok.html> [accessed 2 May 2018].

24

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet 23 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)h.60.

25

(32)

Mc. Donald mengungkapkan motivasi ialah perubahan pada diri seseorang

yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan adanya tujuan.

Tiga elemen motivasi, yaitu:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling” afeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirancang karena adanya tujuan. 26

Berdasarkan beberapa pengertian motivasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah upaya seseorang untuk mendorong melakukan tindakan atau aktivitas yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Sardiman menjelaskan fungsi motivasi sebagai berikut:

1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini sebagai motor penggerak untuk melakukan suatu kegiatan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan, dengan meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Oemar Hamalik dalam proses belajar motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:27

26

(33)

a) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik ialah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang dan tidak perlu adanya dorongan dari luar untuk melakukan suatu kegiatan.28

Konsep motivasi intrinsik mengidentifikasikan tingkah laku seseorang yang merasa senang terhadap sesuatu maka ia termotivasi untuk melakukan kegiatan tersebut. Peserta didik yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.

b) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tergerak karena adanya dorongan dari luar.29

Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik, bila peserta didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar.

Selanjutnya Sardiman mengemukakan ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu:

a. Memberi angka f. Pujian b. Memberi hadiah g. Hukuman

c. Persaingan/ kompetisi h. Hasrat untuk belajar d. Ego-involvement i. Minat

27

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2013)h.162. 28

Sardiman A.M, Op.Cit,h.89. 29

(34)

e. Memberi ulangan j. Tujuan yang diakui.30

Hal ini berarti untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan maka harus ada motivasi. Motivasi menentukan usaha belajar bagi peserta didik, semakin baik motivasi yang diberikan maka akan berhasil pula proses pembelajaran. Menurut Hewitt tingkatan motivasi tertinggi ialah

achievement atau keberhasilan yang dimana anak itu terdorong atas

kemauannya sendiri dan merasakan kepuasan atas hasil yang didapat dalam menghadapi tugas yang bertambah sulit.

Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi akan bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar dan tidak cepat putus asa dalam menghadapi tugas-tugas yang semakin bertambah.

a. Indikator Motivasi Belajar

Berikut adalah indikator motivasi belajar: 1. Tekun menghadapi tugas

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Lebih suka bekerja mandiri

5. Mudah bosan pada tugas-tugas 6. Bisa mempertahankan pendapatnya

7. Tidak mudah melepaskan hal yang dipercayai

30

(35)

8. Suka mencari dan memecahakan masalah soal-soal.31

Proses belajar akan berhasil jika peserta didik tekun dan ulet dalam mengerjakan serta memecahkan berbagai permasalahan. Jika peserta didik memiliki ciri-ciri seperti hal diatas maka memiliki motivasi yang kuat. Peserta didik yang belajar dengan baik, tidak mudah bosan pada suatu kegiatan yang rutin.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Menurut Turmudi yang dikutip oleh Husna dkk pemecahan masalah adalah proses melibatkan sesuatu yang metode pemecahannya belum diketahui lebih dahulu, untuk mengetahui penyelesaiannya peserta didik hendaknya memetakan pengetahuan mereka, dan melalui proses ini mereka sering mengembangkan pengetahuan baru tentang matematika, sehingga pemecahan masalah merupakan bagian tak terpisahkan dalam semua bagian pembelajaran matematika.32

Pemecahan masalah dianggap sebagai cara untuk menemukan kombinasi dari beberapa aturan yang bisa digunakan dalam mengatasi situasi yang baru. Jika seseorang berhasil mengkombinasikan aturan yang terbukti bisa dioperasikan sesuai situasi yang sedang dihadapai maka dia tidak hanya bisa memecahkan suatu permasalahan, melainkan juga sudah berhasil menemukan hal

31

Ibid, h.83

32 Husna, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (Tps),”

(36)

yang baru, hal yang dimaksud ialah strategi untuk meningkatkan kemandirian dalam berpikir.33

Hal utama yang dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan ialah harus memahami dan mengenali masalah dengan mengklasifikasikan soal untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Langkah terakhir ialah mengevaluasi dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada.

Branca (Krulik dan Reys) mengungkapkan pemecahan masalah mempunyai 3 interprestasi, yaitu:

a. Sebagai suatu tujuan utama. b. Sebagai sebuah proses. c. Sebagai ketrampilan dasar. 34

Dari tiga hal ini memiliki tujuan masing-masing dalam pembelajaran matematika. Pertama, bila pemecahan masalah adalah suatu tujuan maka yang terpenting ialah bagaimana cara memecahkan masalah sampai berhasil. Kedua, bila pemecahan masalah dianggap sebagai suatu proses maka penekanannya tidak pada hasil, melainkan bagaimana cara atau langkah yang dikembangkan untuk memecahkan permasalahan. Ketiga, pemecahan masalah sebagai ketrampilan dasar, karena setiap orang harus mampu menyelesaikan masalahnya sendiri jadi peserta didik harus mempunyai ketrampilan dasar tersebut.

33

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontempores (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)h.52.

34

(37)

Sumarmo mengungkapkan indikator untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur. b. Membuat model matematika.

c. Menerapkan strategi menyelesaikan masalah dalam matematika. d. Menjelaskan/menginterprestasikan hasil.

e. Menyelesaikan model matematika dan masalah nyata. f. Menggunakan matematika secara bermakna. 35

Holmes mengatakan strategi umum pemecahan masalah yang dikenal adalah strategi Polya yaitu empat langkah rencana. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Memahami Masalah

Langkah ini sangat menentukan kesuksesan memperoleh solusi masalah. Langkah ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilihan fakta-fakta, menentukan hubungan diantara fakta-fakta dan membuat pertanyan masalah.

b. Membuat Rencana Pemecahan Masalah

Hal ini dilakukan untuk mempermudah suatu persoalan dalam memecahkan masalah. Rencana disusun dengan mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyan yang harus dijawab.

35

(38)

c. Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah

Agar jawaban tepat rencana yang telah disusun harus dikerjakan dengan teliti. Jika muncul ketidaktepatan ketika melakukan rencana, proses harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitan.

d. Membuat Review Atas Pelaksanaan Rencana Pemecahan Masalah Jawaban harus dipertimbangkan dan perhitungan harus dicek ulang. 36

Dari hal tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa soal pemecahan masalah matematika ialah soal yang menentang pikiran dan tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya. Hal ini karena dalam penyelesaiannya melibatkan pemilihan langkah-langkah untuk memecahkan masalah tersebut. Selain itu kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu kemampuan peserta didik dalam:

a. Memahami masalah, yaitu dengan mengetahui maksud dari soal.

b. Memilih strategi penyelesaian masalah yang akan digunakan dalam memecahkan masalah.

c. Menyelesaikan masalah dengan benar, lengkap, sistematis, dan teliti.

d. Kemampuan menafsirkan solusinya, yaitu menjawab apa yang ditanyakan dan menarik kesimpulan.

36

(39)

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Wulandari, dengan judul “Pengaruh

Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Berbantuan Perangkat Lunak

Maple Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis”. Hasil

penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan metode kooperatif tipe investigasi kelompok dan berbantuan Maple lebih baik dari pada peserta didik yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Erik Susanto, dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik dengan metode kooperatif tipe group investigation lebih baik dari pada peserta didik yang mendapat pembelajaran konvensional.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ike Natalliasari & Eva Mulyani dengan judul

“Implementasi Pembelajaran Investigasi Berbantuan Software Cabri 3D

terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian

Belajar Mahasiswa”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan

(40)

C. Kerangka Berfikir

Matematika adalah salah satu pelajaran yang dianggap sulit. Banyak berbagai faktor yang menjadi penyebab sulitnya palajaran matematika, diantaranya adalah metode pembelajaran yang kurang tepat, buku yang tidak lengkap maupun motivasi peserta didik yang rendah.

Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, baik itu yang berasal dari luar individu adalah motivasi, yaitu motivasi untuk belajar matematika. Motivasi perlu di tumbuh kembangkan di dalam proses pembelajaran, karena dengan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, maka ia bersungguh-sungguh untuk belajar tanpa merasa terpaksa dan hasil yang diperoleh akan lebih optimal.

Tipe investigasi kelompok memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses pembelajaran secara aktif, sebab peserta didik akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan, penciptaan, dan pemecahan masalah. Kerja dalam kelompok dapat berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.

(41)

cermat. Penggunaan model pembelajaran konvensional mengarah pada tersampainya isi pelajaran pesera didik secara langsung.

Motivasi ialah tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan. Hasil yang didapat masing-masing individu berbeda-beda, seseorang dengan motivasi tinggi akan lebih gigih dalam mencapai tujuan yang diinginkan, dengan demikian hasil yang didapat akan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang motivasinya sedang maupun rendah.

Dalam kegiatan pembelajaran model investigasi kelompok, peserta didik akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan, penciptaan, dan pemecahan masalah. Sehingga diharapkan adanya peningkatan hasil belajar. Dimungkinkan peserta didik dengan motivasi tinggi dan sedang akan cenderung lebih aktif, dibandingkan pesera didik dengan motivasi rendah. Sedangkan model pembelajaran konvensional peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan perintah guru. Peserta didik dengan motivasi tinggi, sedang dan rendah melakukan kegiatan yang sama.

(42)

modeM

Gambar 2.1

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan yang perlu dibuktikan kebenarannya. Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Teoritis

a. Terdapat pengaruh antara peserta didik yang diberi model pembelajaran investigasi kelompok dengan peserta didik yang diberi pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

Model Pembelajaran : 1. Investigasi Kelompok 2. konvensional

Motivasi Belajar : 1. Tinggi

2. Sedang 3. Rendah

Kemampuan Pemecahan Masalah

(43)

b. Terdapat pengaruh antara peserta didik yang memiliki motivasi tinggi dengan peserta didik yang memiliki motivasi sedang dan rendah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

c. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika

2. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. HOA : = 0, untuk i = 1,2

(tidak ada pengaruh antara model pembelajaran investigasi kelompok dengan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika)

H1A : 0, paling sedikit ada satu

(ada pengaruh antara model pembelajaran investigasi kelompok dengan pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika)

Keterangan :

i = 1,2 yaitu 1 = pembelajaran dengan model pembelajaran investigasi kelompok.

(44)

(tidak ada pengaruh antara pesera didik yang memiliki motivasi tinggi dengan yang memiliki motivasi sedang dan rendah, terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika)

H1B : 0, paling sedikit ada satu

(ada pengaruh antara peserta didik yang memiliki motivasi tinggi dengan yang memiliki motivasi sedang dan rendah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika)

Keterangan :

j = 1,2,3 yaitu 1 = motivasi belajar matematika tinggi. 2 = motivasi belajar matematika sedang. 3 = motivasi belajar matematika rendah. c. H0AB : = 0, untuk setiap i = 1,2 dan j = 1,2,3

(tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

H1AB : 0 paling sedikit ada satu

(ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.37

37

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Experimental Design dengan menggunakan model investigasi kelompok setelah itu dianalisis bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika ditinjau dari motivasi belajar.

Quasy Experimental Design ialah desain untuk mengontrol variabel luar yang

mempengaruhi penelitian eksperimen namun kelompok kontrol tidak berfungsi sepenuhnya .38 Penelitian eksperimen ini bersifat kuantitatif karena dalam pengambilan data berupa angka dan proses pengujian hipotesis menggunakan analisis statistik.

Saat proses belajar mengajar peneliti memberikan perlakuan yang berbeda . Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menerapkan model investigasi kelompok, sedangkan kelas pembanding diberikan pembelajaran konvensional. Variabel bebas yang lain yaitu motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah dijadikan variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Design yang dipakai berupa posttest-only control design dengan desain faktorial 2x3 sebagai berikut:

38

(46)

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Motivasi (Bj)

Model (Ai)

Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3)

Investigasi Kelompok

(A1) A1B1 A1B2 A1B3

Konvensional (A2)

A2B1 A2B2 A2B3

Sumber : Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta. Hal 76

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: 1. Variabel Bebas

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas ialah model Investigasi Kelompok(X1) dan Motivasi belajar matematika(X2).

2. Variabel Terikat

Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat ialah kemampuan pemecahan masalah matematika(Y).

C. Populasi,Sampel dan Teknik Sampling

Populasi merupakan seluruh subjek dalam penelitian sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut.39 Dalam hal ini populasi yang di ambil sebagai objek penelitian ialah kelas VII SMP N 7 Pesawaran tahun ajaran 2018/2019.

39

(47)

Tabel 3.2

Jumlah Peserta didik Kelas VII SMP N 7 Pesawaran

No Kelas Jumlah

1 VIIA 30

2 VIIB 30

Jumlah 60

Dalam pengambilan kelas eksperimen dan kontrol, teknik yang dilakukan ialah teknik acak kelas dengan teknik undian. Teknik ini dilakukan kerena mengingat bahwa populasi dalam kondisi homogen atau masing masing kelas relatif mempunyai kemampuan rata-rata yang sama. Cara untuk mengambil kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan mengundi seluruh kelas VII yang terdiri dari 2 kelas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik tes, angket, wawancara, observasi dan dokumentasi.

1. Tes

(48)

2. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.40 Angket yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai motivasi belajar peserta didik kelas.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

4. Dokumentasi

Digunakan untuk mengetahui jumlah peserta didik, jumlah pendidik, tata usaha dan sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ialah fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya sistematis sehingga lebih mudah diolah.41 Instrumen ini dilakukan dengan instrumen tes (tes kemampuan pemecahan masalah matematika) dan instrumen angket (motivasi belajar).

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Tes yang dimaksud disini adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematika dalam bentuk uraian. Kemampuan yang diharapkan dalam tes ini adalah peserta didik dituntut dapat memberi penjelasan sederhana sesuai

40

Ibid, h. 142. 41

(49)

dengan bahasanya sendiri, membangun keterampilan dasar untuk menyelesaikan soal tersebut, menyimpulkan konsep-konsep matematika yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut, dan memberikan penjelasan lebih lanjut strategi dan teknik dalam menyelesaikan soal-soal matematika.

Pada awal penelitian, peneliti membuat kisi-kisi tes yang mencakup aspek kemampuan yang diukur, pokok bahasan, indikator dan banyaknya soal. Kemudian menyusun soal beserta kunci jawaban skor tes hasil belajar matematika disajikan pada table berikut ini:

Tabel 3.3

Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

No Indikator

Pemecahan Masalah Respon peserta didik terhadap soal Skor

1

Memahami masalah Tidak memberikan jawaban 0

Tidak memahami masalah atau salah interprestasi

1 Memahami sebagian masalah atau

interprestasi soal kurang lengkap

2 Memahami masalah dalam soal dengan

lengkap

3

2

Menyusun rencana pemecahan masalah

Tidak memberikan masalah 0

Tidak ada rencana penyelesaian atau rencana yang dibuat salah

1 Rencana benar berrdasarkan sebagian

masalah yang diinterprestasikan dengan benar

2

Rencana benar dan lengkap mengarah kepada penyelesaian yang benar

3

3

Melaksanakan rencana pemecahan masalah

Tidak memberikan jawaban 0

Jawaban salah berdasarkan rencana yang tidak tepat

1 Melaksanakan prosedur benar tetapi ada

sebagian salah

(50)

Melaksaakan prosedur benar dengan jawaban benar

3 4 Melaksanakan review

atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah

Tidak memberikan jawaban 0

Tidak ada pengecekan terhadap hasil atau pemekrisaan salah

1 Pengecekan kebenaran hasil tidak

lengkap

2 Pengecekan kebenaran hasil secara

lengkap

3

Sumber : Schoen dan Ochmke (Wardani, 2002:16)42

a. Uji Validitas

Validitas merupakan ukuran untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, dan instrumen yang tidak valid maka memiliki validitas rendah. Uji validitas ini menggunakan product moment:43

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan :

Rxy : Angka indeks korelasi pada product moment

: Jumlah perkalian antara ∑ : Jumlah skor soal ( )

: Jumlah skor total ( ) n : Jumlah seluruh sampel

42

Erik Santoso, Op.Cit. 43

(51)

b. Uji Reliabilitas

Tes dianggap memiliki tingkat kepercayaan tinggi bila tes tersebut mampu memberikan hasil yang konsisten. Rumus yang dipakai ialah

Cronbach Alpha:44

[ ] * ∑ +

Keterangan:

: Koefisien reliabilitas tes

: Jumlah butir item yang dikeluarkan dalam tes ∑ : Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir soal : Varians total.

Rumus mencari varian butir ke-i :

= ∑

Untuk mencari varian total digunakan rumus sebagai berikut:

= ∑

Keterangan:

: Jumlah kuadrat butir soal ke-i

44

Hery Susanto, Achi Rinaldi, dan Novalia Novalia, “ANALISIS VALIDITAS

(52)

: Jumlah butir soal ke-i kuadrat

: Jumlah kuadrat total

: Jumlah total kuadrat

: Jumlah sampel

Tes dikatakan baik jika memiliki reliabilitas lebih dari 0,70.45 Dalam memberikan interprestasi koefisien reliabilitas tes digunakan patokan sebagai berikut:

a) Apabila r11 0,70 soal dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi

(=reliabel).

b) Apabila r11 < 0,70 soal dikatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi

(=un-reliabel).

c. Pengujian Tingkat Kesukaran

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran dari tiap item soal apakah mudah, sedang, dan sukar. Anas Sudijono mengatakan,

“bermutu atau tidaknya butir-butir tes hasil belajar diketahui dari derajat kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut”. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir tes digunakan rumus sebagai berikut:

45

(53)

Keterangan :

P : Tingkat kesukaran item.

∑ : Banyaknya peserta didik yang dapat menjawab benar. : Skor Maksimum.

N : Jumlah peserta didik yang mengikuti tes.

: Jumlah peserta didik kelompok atas dan kelompok bawah.

Tabel 3.446

Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes

Indeks Kesukaran (P) Interpretasi

P < 0,30 Terlalu sukar

Cukup (sedang)

P > 0,70 Terlalu mudah

d. Uji Daya Beda

Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dengan peserta didik yang mempunyai kemampuan rendah. Uji daya beda dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kriteria soal. Daya beda dalam setiap butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

46

(54)

Keterangan :

DP : Daya Pembeda

: Banyaknya skor total kelompok atas menjawab benar : Banyaknya skor total kelompok bawah menjawab benar : Jumlah skor total yang termasuk kelompok atas

: Jumlah skor total yang termasuk kelompok bawah.

Daya pembeda yang diperoleh diinterprestasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Klasifikasi Daya Pembeda47

Daya Pembeda (DP) Keterangan

Jelek (Poor)

Cukup (Satisfactory)

Baik (good)

Baik Sekali (Excellent)

2. Instrumen Angket Motivasi Belajar Peserta Didik

Peneliti menggunakan skala likert untuk mengetahui motivasi belajar. Peneliti memberikan angket pada peserta didik dengan 4 pilihan jawaban

“sangat setuju (SS)”, “setuju (S)”, “tidak setuju (TS)”, “sangat tidak setuju (STS)” dengan menceklist salah satu jawaban yang tersedia. Pernyataan terdiri dari item positif dan item negatif:

47

(55)

a. Item positif

Pernyataan SS S TS STS

Skor 4 3 2 1

b. Item negatif

Pernyataan SS S TS STS

Skor 1 2 3 4

Tabel 3.6

Kriteria Pengelompokan Motivasi Belajar48

Kriteria Motivasi Belajar

̅ Tinggi

̅ ̅ Sedang

̅ Rendah

Keterangan: = Nilai ̅ = Rata-rata

= Standar deviasi atau simpangan baku

Setelah data diperoleh, selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan yaitu: a. Uji Prasyarat Analisis

Prasyarat analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Analisis data tes

48

(56)

ini diuji dengan memakai uji statistik. Uji prasyarat yang dipakai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau bukan maka dilakukan uji normalitas menggunakan uji Liliefors dengan langkah berikut:

a) Hipotesis

= Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal = Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal b) Taraf signifikansi: = 0.05

c) Uji statistik :

L = maks | |, dimana = ̅

Dengan :

= P ( Z ) untuk Z N (0,1)

= proporsi cacah z terhadap seluruh cacah Xi = skor responden

d) Daerah Kritik : DK = { | }Nilai bisa dilihat di table nilai kritik uji liliefors.

e) Kesimpulan

Jika Lhitung Ltabel, maka diterima 49

49

(57)

2) Uji Homogenitas

Untuk mengetahui apakah sejumlah populasi sama atau tidak maka dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Barlett dengan menggunakan rumus:

a) Hipotesis

= = = = (populasi yang homogen)

= ada varaiansi yang tidak sama (populasi yang tidak sama) b) Tingkat signifikasi, = 0,05

c) Statistik uji

= ( ∑ ) Dengan

(

K = banyaknya sampel N = banyaknya seluruh nilai

= banyaknya nilai (ukuran) sampai ke-j = ukuran sampai ke-j = = derajat kebebasan untuk ; j = 1, 2, 3, . . ., k F = k = ∑ = derajat kebebasan untuk RKG C = 1 +

= ∑

RKG = rerata kuadrat galat = ∑

(58)

d) Daerah kritik

DK = { | } jumlah dan nilai , bisa diketahui pada tabel dengan derajat kebebasan .

e) Keputusan uji

= ditolak jika harga statistik , yakni maka variansi dari populasi tidak homogen.50

b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini memakai analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan model sebagai berikut:

Xijk =

Keterangan :

Xijk= data nilai ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j.

= rerata dari seluruh data amatan = efek baris ke-i pada variabel terikat = efek kolom ke-j pada variabel terikat

= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat

= deviasi data Xijk terhadap rataan populasi ) yang berdistribusi

normal dengan ratan 0, deviasi amatan terhadap rataan populasi disebut galat.

i = 1,2 yaitu 1 = model investigasi kelompok.

50

(59)

2 = model konvensional. j = 1,2,3 yaitu 1 =motivasi belajar tinggi

2 =motivasi belajar sedang. 3 =motivasi belajar rendah.51 Cara uji anava, yaitu:

a. Hipotesis

a) H0A: = 0 untuk i = 1,2 (tidak ada perbedaan efek antara baris

terhadap variabel terikat).

H1A : 0 paling sedikit ada satu harga i (ada perbedaan efek

antar baris terhadap variabel terikat).

b) H0B : = 0 untuk j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar kolom

terhadap variabel terikat).

H1B : 0 paling sedikit ada satu harga j(ada perbedaan efek

antar kolom terhadap variabel terikat)

c) H0AB : = 0 untuk semua pasangan ij dengan ij dengan i = 1, 2

dan j = 1, 2, 3 (tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)

H1AB : 0 paling sedikit ada satu pasang (ij)

(ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat).

51

(60)

b. Komputasi a) Notasi

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut:

nij = banyaknya data amatan pada sel ij

̅

= rataan harmonik frekuensi seluruh sel =

= ∑ banyaknya seluruh data amatan

= ∑ ∑ = jumlah kuadrat deviasi data amatan

pada sel ke-ij

̅̅̅̅̅̅ = rataan pada sel ij

Ai = ∑ ̅̅̅̅̅̅ = jumlah rataan baris ke-i

Bj = ∑ ̅̅̅̅̅̅ = jumlah rataan kolom ke-j

G = ∑ ̅̅̅̅̅̅ = jumlah rataan sel b) Komponen Jumlah Kuadrat

Didefinisikan besaran (1), (2), (3), (4), (5) sebagai berikut: (1) =

; (2) = ∑ ; (3) = ∑ ; (4) = ∑ ; (5) = ∑ ̅̅̅̅̅̅

Definisi beberapa jumlah kuadrat yaitu: JKA = ̅̅̅ {(3) – (1)}

JKB = ̅̅̅ {(4) – (1)}

(61)

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG c) Derajat Kebebasan (dk)

Derajat kebebasan untuk masing- masing kuadrat adalah: dkA = p – 1

dkB = q – 1

dkAB = (p – 1) (q – 1) dkT = N – 1

dkG = N – pq

d) Rataan Kuadrat (RK)

Daritotal kuadrat dan derajat kebebasan maka diperoleh rataan kuadrat yaitu:

RKA =

; RKB =

; RKAB =

; RKG =

c. Satatistik Uji

a) Untuk H0A adalah Fa = adalah nilai dari variabel random yang

berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) dan N – pq

b) Untuk H0B adalah Fb = adalah nilai dari varibel random yang

berdistribusi F dengan derajat kebebasan (q – 1) dan N – pq

c) Untuk H0AB adalah Fab = adalah nilai dari variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) (q – 1) dan N

(62)

d. Daerah Kritik

Untuk masing-masing nilai F, daerah kritiknya sebagai berikut: a) Untuk Fa adalah DK = { | }

b) Untuk Fb adalah DK = { | }

c) Untuk Fab adalah DK = { | }

e. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan. Tabel 3.7

Rangkuman analisis variansi dua jalan

Sumber JK Dk RK Fabs Fa

Baris (A) Kolom (B) Interaksi (AB) Galat JKA JKB JKAB JKG

p – 1 q – 1 (p – 1) (q – 1)

N – 1

RKA RKB RKAB RKG Fa Fb Fab - -

Total JKT R – 1 - - -

Keterangan : F merupakan nilai F yang diperoleh dari tabel. f. Keputusan Uji

a) H0A ditolak jika Fa DK

b) H0B ditolak jika Fb DK

c) H0AB ditolak jika Fab DK52

52

(63)

c. Uji Komparasi Ganda Dengan Metode Scheffe’

Metode scheffe‟ adalah tindakan lanjut dari analisis variansi dua

jalan, untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, kolom, dan sel.

Adapun penggunaan metode scheffe‟ sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata. b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian.

c. Menentukan tingkat signifikasi.

d. Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut: 1) Komparasi rataan antar kolom

Uji scheffe‟ untuk komparasi antar kolom adalah:

= ̅ ̅

Keterangan :

= nilai pada perbandingan kolom ke-i dan baris ke-j

̅ = rataan pada kolom ke –i

̅ = rataan pada kolom ke –j

= rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

= ukuran sampel kolom ke-i = ukuran sampel kolom ke-j

(64)

Uji komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama sebagai berikut :

= ̅ ̅

Keterangan :

= nilai pada perbandingan rataan sel ij dan rataan sel

kj

̅ = rataan sel ij

̅ = rataan sel kj

= rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

= ukuran sel ij = ukuran sel kj

3) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama

Uji komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama sebagai berikut :

= ( ̅ ̅ ) (

)

Keterangan:

= nilai perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada

(65)

̅ = rataan sel ij

̅ = rataan sel ik

= rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

= ukuran sel ij = ukuran sel ik

e. Menentukan Daerah Kritik (DK). Dengan daerah kritik : DK = { | }

DK = { | } DK = { | }

f. Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda. g. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.53

53

(66)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Uji Coba Data 1. Instrumen Tes

Hasil data tes dilakukan melalui uji coba soal kemampuan pemecahan masalah matematika dengan memberikan 8 butir soal essay pada materi operasi aljabar diluar populasi penelitian. Tes dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2018 yang dikuti 24 orang peserta didik kelas IX B SMP N 7 Pesawaran.

a. Uji Validitas

(67)

Setelah itu, dilanjutkan uji validitas menggunakan rumus Product

Moment. Dari hasil tes menggunakan rumus product moment soal yang

dinyatakan valid berjumlah 5 butir dari total soal 8 butir. Data hasil penelitian tes validitas soal dapat dilihat pada (Lampiran 10). Adapun hasil analisis validitas item soal pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Validitas Soal Tes

No. Butir

Soal

Rxy Rtabel Kriteria

1 0,745 0,404 Valid

2 0,654 0,404 Valid

3 0,749 0,404 Valid

4 0,685 0,404 Valid

5 0,047 0,404 Tidak Valid

6 0,283 0,404 Tidak Valid

7 0,090 0,404 Tidak Valid

8 0,754 0,404 Valid

Dari tabel diatas soal yang dinyatakan valid ialah nomor 1, 2, 3, 4, dan 8 maka soal tersebu

Gambar

Tabel 1.1 Nilai  Matematika  Peserta didik SMP N 7 Pesawaran
Tabel 2.1 Tahapan- tahapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
D.Gambar 2.1  Hipotesis Penelitian
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang

Pengujian sistem dilakukan dengan cara membuka Iklan Sosialisasi Gerakan Zadar Zakat Kota Bengkulu menggunakan komputer (Sampel) untuk mengetahui apakah

Berdasarkan penjelasan bapak MY mengenai permasalahan dalam arisan ini, juga diperkuat oleh ke 4 (empat) subjek peneliti NR, HS, MH dan AY. Mereka sependapat

a. Terdapat perbedaan antara individu yang berada dalam kondisi terdapat elemen Pengendalian Internal maupun tidak terdapat elemen Pengendalian Internal dalam

Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kadar glukosa tertinggi dari kombinasi perlakuan konsentrasi ragi

Dengan adanya penggunaan teknologi informasi berupa aplikasi website pelayanan online di Mapolresta Bandung, sangat banyak membantu terlebih untuk masyarakat yang

'LVDWXVLVLSHPEHQWXNDQ%3+/:LQLPHQXQMXNNDQDGDQ\DSHQ\LPSDQJDQGDODP KLHUDUNL SHUDWXUDQ SHUXQGDQJDQ .HZHQDQJDQ SHQJHORODDQ PDVLK EHUDGD SDGD SHPHULQWDK SXVDW IXQJVL KXWDQ PDVLK VHEDJDL

Dari data yang dihasilkan pada proses interpretasi pengujian magnetic particle testing visible wet method dengan AC yoke dapat terlihat tidak adanya indikasi tambahan yang