• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORITIS 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORITIS 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1TINJAUAN TEORITIS

2.1.1 Pendapatan Asli Daerah

Menurut Mardiasmo (2002 : 132), ”Pendapatan Asli Daerah

adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”.

Menurut Halim (2004 : 67):

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah.

Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh

dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh

pemerintah daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari

Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain

Pendapatan. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari:

(2)

c. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan

d. lain-lain PAD yang sah.

2.1.2 Pajak Daerah

A. Pengertian Pajak Daerah

Menurut Siahaan (2005:7):

Pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Menurut Prakosa (2003 : 1):

Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Provinsi, Kabupaten, Kotamadya) yang diatur berdasarkan masing-masing Peraturan Daerah dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya.

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah, yang

selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada

Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

(3)

B. Jenis – Jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Undang - Undang No. 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi

atas pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Jenis pajak

berdasarkan undang– undang tersebut terdiri dari 16 jenis pajak,

yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.

Jenis Pajak provinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan; dan

e. Pajak Rokok.

Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

(4)

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan;

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

C. Jenis Pajak Kabupaten/Kota

a) Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh

hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahat

an termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang

mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma

pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,

serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

b) Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh

restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau

minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah

makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk

jasa boga/katering.

c) Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.

Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,

dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

d) Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk

dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial

memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk

(5)

badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau

dinikmati oleh umum.

e) Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga

listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari

sumber lain.

f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas

kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari

sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk

dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral

bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam

peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.

g) Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di

luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk

penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah

keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

sementara.

h) Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau

pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam

lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

i) Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan

pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung

(6)

j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak

atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan

yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,

dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi

tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan

secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau

laut.

k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas

perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa

hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah

dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak

pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.

D. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota

Berdasarkan terminologi yang digunakan dalam pajak

daerah, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat

dikenakan pajak daerah. Sementara itu, wajib pajak adalah orang

pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan

(7)

pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak

tertentu. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota

berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah:

1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang

melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan

yang mengusahakan Hotel. Wajib Pajak Hotel adalah orang

pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.

2) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang

membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran. Wajib

Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang

mengusahakan Restoran.

3) Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang

menikmati Hiburan. Wajib Pajak Hiburan adalah orang

pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.

4) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang

menggunakan Reklame. Wajib Pajak Reklame adalah orang

pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame.

5) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau

Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Wajib Pajak

Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang

menggunakan tenaga listrik. Dalam hal tenaga listrik

disediakan oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan

(8)

6) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang

pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan

Logam dan Batuan. Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan

Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil

Mineral Bukan Logam dan Batuan.

7) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang

melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib Pajak Parkir

adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan

tempat Parkir.

8) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan

yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air

Tanah. Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau

Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan

Air Tanah.

9) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau

Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan

Sarang Burung Walet. Wajib Pajak Sarang Burung Walet

adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan

pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.

10)Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh

(9)

memperoleh manfaat atas Bangunan. Wajib Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau

Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi

dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,

menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

11)Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan. Wajib Pajak Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan

yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

E. Objek Pajak Kabupaten/Kota

Menurut Siahaan (2005 : 55). ”Untuk dapat mengenakan

pajak, satu syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah adanya

objek pajak yang dimiliki atau dinikmati oleh wajib pajak. Pada

dasarnya objek pajak merupakan manifestasi dari taatbestand

(keadaan yang nyata).”

Objek pajak kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang

No. 28 Tahun 2009 adalah:

1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh

Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai

kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan

(10)

2) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh

Restoran.

3) Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan

dengan dipungut bayaran.

4) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame.

Objek Pajak sebagaimana dimaksud meliputi:

a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya

;

b. Reklame kain;

c. Reklame melekat, stiker;

d. Reklame selebaran;

e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;

f. Reklame udara;

g. Reklame apung;

h. Reklame suara;

i. Reklame film/slide; dan

j. Reklame peragaan.

5) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga

listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh

dari sumber lain.

6) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan

(11)

7) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di

luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk

penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

8) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau

pemanfaatan Air Tanah.

9) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan

dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.

10)Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai,

dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali

kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan.

11)Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

F. Tarif Pajak Kabupaten/Kota

Menurut Prakosa (2003:8),” Tarif pajak merupakan alat

ukur untuk menilai tingkatan besarnya pajak yang harus dibayar

oleh wajib pajak. Secara Teoritis terdapat empat macam tarif

pajak,yaitu: tarif proporsional, tarif progresif, tarif degresif, dan

(12)

Tarif pajak kabupaten/kota menurut UU No. 28 Tahun

2009 ditetapkan paling tinggi masing-masing sebesar:

a. Tarif Pajak Hotel 10%

b. Tarif Pajak Restoran 10%

c. Tarif Pajak Hiburan 35%

d. Tarif Pajak Reklame 25%

e. Tarif Pajak Penerangan Jalan 10%

f. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 25%

g. Tarif Pajak Parkir 30%

h. Tarif Pajak Air Tanah 20%

i. Tarif Pajak Sarang Burung Walet 10%

j. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

0,3%

k. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5%

2.1.3 Retribusi Daerah

A. Pengertian Retribusi Daerah

Menurut Siahaan (2005 : 5), ”Retribusi Daerah adalah

Pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa

tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara

perorangan”.

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Retribusi

(13)

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau Badan.

B. Jenis-Jenis Retribusi Daerah

Jenis-jenis retribusi daerah dalam Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 adalah:

a. Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang

disediakan atau diberikanoleh pemerintah daerah untuk tujuan

kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau badan.

Jenis Retribusi Jasa Umum adalah retribusi pelayanan

kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi

penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil,

retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi

pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar,

retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat

pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi

penyediaan dan/atau penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah

cair, retribusi pelayanan tera/tera ulang, retribusi pelayanan

(14)

b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada

dasarnya jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta,meliputi

pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah

yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi pemakaian

kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan, retribusi

tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir,

retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi rumah

potong hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi tempat

rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air dan retribusi

penjualan produksi usaha daerah.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan

tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada

orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,

pengaturan, pengendalian,dan pengawasan atas kegiatan

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan

umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi izin

(15)

beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi izin trayek dan retribusi

izin usaha perikanan.

C. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, subjek

retribusi daerah danwajib retribusi daerah adalah:

a. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau

Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum

yang bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang

pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan

perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

Retribusi Jasa Umum.

b. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan

yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang

bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Usaha adalah orang

pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan

perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

Retribusi Jasa Usaha.

c. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau

Badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah

Daerah. Wajib Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang

(16)

perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

Retribusi Perizinan Tertentu.

D. Objek Retribusi Daerah

Ada tiga objek retribusi daerah menurut Undang-Undang No.

28 Tahun 2009,yaitu:

1. Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang

disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan

kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau Badan.

2. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip

komersial yang meliputi:

- pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan

Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal;

dan/atau

- pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum

disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

3. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan

perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang

pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan

pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan

(17)

tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga

kelestarian lingkungan.

E. Besarnya Retribusi Yang Terutang dan Tarif Retribusi Daerah

Besarnya Retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung

berdasarkan perkalian antara tarif retribusi dengan tingkat

penggunaan jasa.

Dalam Siahaan (2005:448), “tingkat penggunaan jasa dapat

dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa sebagai dasar alokasi

beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan jasa yang

bersangkutan,misalna berapa kali masuk tempat rekreasi, berapa

kali/berapa jam parkir kendaraan, dan sebagainya.

Menurut Siahaan (2005:449),”Tarif retribusi adalah nilai

rupiah atau persentase tertentu yang diterapkan untuk menghitung

besarnya retribusi daerah yang terutang”.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Prinsip

dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi ditentukan sebagai berikut:

a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa

Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya

penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan

masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian

(18)

b. Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif

Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk

memperoleh keuntungan yang layak.

c. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi

Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup

sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian

izin yang bersangkutan.

2.1.4 Belanja

A. Pengertian Belanja Daerah

Menurut PSAP No.2, “Belanja adalah semua pengeluaran

dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo

Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang

tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana yang telah diubah dengan Permendagri No 59 tahun

2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 21 tahun 2011, Belanja Daerah didefenisikan

sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai

(19)

B. Klasifikasi Belanja

Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor

71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan untuk

tujuan pelaporan keuangan dikelompokkan menjadi:

1. Belanja operasi

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan

sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka

pendek.

Belanja operasi meliputi:

a. Belanja pegawai

b. Belanja barang

c. Bunga

d. Subsidi

e. Hibah

f. Bantuan sosial

2. Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan

asset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode

akuntansi. Nilai asset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar

harga beli/ bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait

dengan pengadaan/pembangunan asset sampai asset tersebut siap

(20)

Belanja modal terdiri dari:

a. Belanja modal tanah

b. Belanja modal peralatan dan mesin

c. Belanja modal gedung dan bangunan

d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan

e. Belanja modal asset tetap lainnya

f. Belanja asset lainnya (asset tak berwujud)

3. Belanja lain-lain/belanja tak terduga

Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran

anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak

diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam,

bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat

diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah

pusat/daerah.

4. Belanja transfer

Belanja transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas

pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah

seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat ke

pemerintah daerah dan dana bagi hasil oleh pemerintah provinsi

kekabupaten/kota serta dana bagi hasildari kabupaten/kota ke desa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

(21)

Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua,

belanja dikelompokkan menjadi:

1. Belanja langsung

Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung

terdiri dari belanja:

a. Belanja pegawai

b. Belanja barang dan jasa

c. Belanja modal

2. Belanja tidak langsung

Belanja tidak langsung merpakan belanja yang dianggarkan

tidakterkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan

kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis

belanja yang terdiri dari:

a. Belanja pegawai

b. Belanja bunga

c. Belanja subsidi

d. Belanja hibah

e. Belanja bantuan sosial

f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan

(22)
(23)
(24)

terhadap

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:

1. Sampel penelitian pada penelitian ini yakni pada sembilan kabupaten di

Provinsi Aceh.

2. Tahun Penelitian pada penelitian ini adalah enam tahun anggaran, mulai

(25)

2.3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan

bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang

telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan

dua variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah, serta satu

variabel dependen yaitu belanja modal.

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:

H1

H3

H2

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual Pajak Daerah

(X1)

Retribusi Daerah

(X2)

Belanja Modal

(26)

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2011 : 42) “Hipotesis adalah proporsi yang

dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Proposisi

merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,disangkal atau

diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau

memprediksi fenomena-fenomena.

Hipotesis dalan penelitian kuantitatif bertujuan untuk:

1. Menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya secara rasional

2. Menyatakan variabel-variabel penelitian

3. Sebagai pedoman untuk memilih metode pengujian data

4. Menjadi dasar untuk membuat kesimpulan

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Pajak Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja

Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh

H2 : Retribusi Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja

Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh

H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara bersama-sama

berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal pada

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Masih banyak hambatan bank syariah untuk bisa berkembang, baik hambatan berupa kurangnya instrumen likuiditas, hambatan ketidak samaan tujuan perbankan syariah, motivasi para

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui jenis dan komposisi substrat di ekosistem mangrove kampung nipah, rata-rata persentase jenis

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis akan meneliti pengaruh dari penerapan PSAK 24 khususnya mengenai imbalan pascakerja terhadap risiko perusahaan dan

Jadi dapat disimpulkan bahwa Unified Modeling Language (UML) adalah kumpulan dari beberapa model diagram yang digunakan untuk menentukan dan menggambarkan suatu

Apabila Akun Klien mencapai saldo negatif dan telah menggunakan sembilan puluh persen (90%) Bonus, semua posisi terbuka akan otomatis dihentikan. FXTM akan

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan

Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis awal terhadap Zn – tersedia tanah, dan pada penelitian ini juga dilakukan pemupukan Zn dengan dosis maksimal (10 kg/ha),

Dimana apabila menunjukan status tersedia dari sebuah sarana pada suatu tanggal tertentu itu artinya sarana tersebut masih bisa untuk dilakukan pemesanan karena