BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo (2002 : 132), ”Pendapatan Asli Daerah
adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”.
Menurut Halim (2004 : 67):
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah.
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh
dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh
pemerintah daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain
Pendapatan. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari:
c. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
d. lain-lain PAD yang sah.
2.1.2 Pajak Daerah
A. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Siahaan (2005:7):
Pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Menurut Prakosa (2003 : 1):
Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena undang-undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Provinsi, Kabupaten, Kotamadya) yang diatur berdasarkan masing-masing Peraturan Daerah dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya.
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah, yang
selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
B. Jenis – Jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Undang - Undang No. 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi
atas pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Jenis pajak
berdasarkan undang– undang tersebut terdiri dari 16 jenis pajak,
yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota.
Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan;
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
C. Jenis Pajak Kabupaten/Kota
a) Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahat
an termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,
serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
b) Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau
minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah
makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk
jasa boga/katering.
c) Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan,
dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
d) Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk
dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk
badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau
dinikmati oleh umum.
e) Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari
sumber lain.
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari
sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral
bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam
peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.
g) Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah
keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara.
h) Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam
lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
i) Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung
j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak
atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi
tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau
laut.
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak
pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.
D. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota
Berdasarkan terminologi yang digunakan dalam pajak
daerah, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat
dikenakan pajak daerah. Sementara itu, wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan
pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak
tertentu. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota
berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah:
1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan
yang mengusahakan Hotel. Wajib Pajak Hotel adalah orang
pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
2) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang
membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran. Wajib
Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang
mengusahakan Restoran.
3) Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang
menikmati Hiburan. Wajib Pajak Hiburan adalah orang
pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.
4) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan Reklame. Wajib Pajak Reklame adalah orang
pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame.
5) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau
Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Wajib Pajak
Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan tenaga listrik. Dalam hal tenaga listrik
disediakan oleh sumber lain, Wajib Pajak Penerangan Jalan
6) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang
pribadi atau Badan yang dapat mengambil Mineral Bukan
Logam dan Batuan. Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil
Mineral Bukan Logam dan Batuan.
7) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang
melakukan parkir kendaraan bermotor. Wajib Pajak Parkir
adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan
tempat Parkir.
8) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan
yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air
Tanah. Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau
Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan
Air Tanah.
9) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau
Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan
Sarang Burung Walet. Wajib Pajak Sarang Burung Walet
adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.
10)Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh
memperoleh manfaat atas Bangunan. Wajib Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau
Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,
menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
11)Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan. Wajib Pajak Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan
yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
E. Objek Pajak Kabupaten/Kota
Menurut Siahaan (2005 : 55). ”Untuk dapat mengenakan
pajak, satu syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah adanya
objek pajak yang dimiliki atau dinikmati oleh wajib pajak. Pada
dasarnya objek pajak merupakan manifestasi dari taatbestand
(keadaan yang nyata).”
Objek pajak kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang
No. 28 Tahun 2009 adalah:
1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh
Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai
kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
2) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
Restoran.
3) Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan
dengan dipungut bayaran.
4) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame.
Objek Pajak sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya
;
b. Reklame kain;
c. Reklame melekat, stiker;
d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara;
g. Reklame apung;
h. Reklame suara;
i. Reklame film/slide; dan
j. Reklame peragaan.
5) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh
dari sumber lain.
6) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan
7) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
8) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah.
9) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan
dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.
10)Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.
11)Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.
F. Tarif Pajak Kabupaten/Kota
Menurut Prakosa (2003:8),” Tarif pajak merupakan alat
ukur untuk menilai tingkatan besarnya pajak yang harus dibayar
oleh wajib pajak. Secara Teoritis terdapat empat macam tarif
pajak,yaitu: tarif proporsional, tarif progresif, tarif degresif, dan
Tarif pajak kabupaten/kota menurut UU No. 28 Tahun
2009 ditetapkan paling tinggi masing-masing sebesar:
a. Tarif Pajak Hotel 10%
b. Tarif Pajak Restoran 10%
c. Tarif Pajak Hiburan 35%
d. Tarif Pajak Reklame 25%
e. Tarif Pajak Penerangan Jalan 10%
f. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 25%
g. Tarif Pajak Parkir 30%
h. Tarif Pajak Air Tanah 20%
i. Tarif Pajak Sarang Burung Walet 10%
j. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
0,3%
k. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5%
2.1.3 Retribusi Daerah
A. Pengertian Retribusi Daerah
Menurut Siahaan (2005 : 5), ”Retribusi Daerah adalah
Pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa
tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara
perorangan”.
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Retribusi
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
B. Jenis-Jenis Retribusi Daerah
Jenis-jenis retribusi daerah dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 adalah:
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang
disediakan atau diberikanoleh pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum adalah retribusi pelayanan
kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi
penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil,
retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar,
retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat
pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi
penyediaan dan/atau penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah
cair, retribusi pelayanan tera/tera ulang, retribusi pelayanan
b. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada
dasarnya jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta,meliputi
pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah
yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi pemakaian
kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan, retribusi
tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir,
retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi rumah
potong hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi tempat
rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air dan retribusi
penjualan produksi usaha daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan
tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian,dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi izin
beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi izin trayek dan retribusi
izin usaha perikanan.
C. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, subjek
retribusi daerah danwajib retribusi daerah adalah:
a. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau
Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum
yang bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang
pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Jasa Umum.
b. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang
bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Usaha adalah orang
pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Jasa Usaha.
c. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau
Badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah
Daerah. Wajib Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang
perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Perizinan Tertentu.
D. Objek Retribusi Daerah
Ada tiga objek retribusi daerah menurut Undang-Undang No.
28 Tahun 2009,yaitu:
1. Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang
disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau Badan.
2. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip
komersial yang meliputi:
- pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan
Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal;
dan/atau
- pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum
disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
3. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan
perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang
pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
E. Besarnya Retribusi Yang Terutang dan Tarif Retribusi Daerah
Besarnya Retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung
berdasarkan perkalian antara tarif retribusi dengan tingkat
penggunaan jasa.
Dalam Siahaan (2005:448), “tingkat penggunaan jasa dapat
dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa sebagai dasar alokasi
beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan jasa yang
bersangkutan,misalna berapa kali masuk tempat rekreasi, berapa
kali/berapa jam parkir kendaraan, dan sebagainya.
Menurut Siahaan (2005:449),”Tarif retribusi adalah nilai
rupiah atau persentase tertentu yang diterapkan untuk menghitung
besarnya retribusi daerah yang terutang”.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Prinsip
dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi ditentukan sebagai berikut:
a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa
Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian
b. Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif
Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang layak.
c. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi
Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian
izin yang bersangkutan.
2.1.4 Belanja
A. Pengertian Belanja Daerah
Menurut PSAP No.2, “Belanja adalah semua pengeluaran
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana yang telah diubah dengan Permendagri No 59 tahun
2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 tahun 2011, Belanja Daerah didefenisikan
sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
B. Klasifikasi Belanja
Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor
71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan untuk
tujuan pelaporan keuangan dikelompokkan menjadi:
1. Belanja operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka
pendek.
Belanja operasi meliputi:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang
c. Bunga
d. Subsidi
e. Hibah
f. Bantuan sosial
2. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan
asset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Nilai asset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar
harga beli/ bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait
dengan pengadaan/pembangunan asset sampai asset tersebut siap
Belanja modal terdiri dari:
a. Belanja modal tanah
b. Belanja modal peralatan dan mesin
c. Belanja modal gedung dan bangunan
d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan
e. Belanja modal asset tetap lainnya
f. Belanja asset lainnya (asset tak berwujud)
3. Belanja lain-lain/belanja tak terduga
Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran
anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam,
bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah
pusat/daerah.
4. Belanja transfer
Belanja transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas
pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah
seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat ke
pemerintah daerah dan dana bagi hasil oleh pemerintah provinsi
kekabupaten/kota serta dana bagi hasildari kabupaten/kota ke desa.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua,
belanja dikelompokkan menjadi:
1. Belanja langsung
Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung
terdiri dari belanja:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja modal
2. Belanja tidak langsung
Belanja tidak langsung merpakan belanja yang dianggarkan
tidakterkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis
belanja yang terdiri dari:
a. Belanja pegawai
b. Belanja bunga
c. Belanja subsidi
d. Belanja hibah
e. Belanja bantuan sosial
f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan
terhadap
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
1. Sampel penelitian pada penelitian ini yakni pada sembilan kabupaten di
Provinsi Aceh.
2. Tahun Penelitian pada penelitian ini adalah enam tahun anggaran, mulai
2.3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan
dua variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah, serta satu
variabel dependen yaitu belanja modal.
Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:
H1
H3
H2
Gambar 2.1: Kerangka Konseptual Pajak Daerah
(X1)
Retribusi Daerah
(X2)
Belanja Modal
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2011 : 42) “Hipotesis adalah proporsi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Proposisi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,disangkal atau
diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena-fenomena.
Hipotesis dalan penelitian kuantitatif bertujuan untuk:
1. Menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya secara rasional
2. Menyatakan variabel-variabel penelitian
3. Sebagai pedoman untuk memilih metode pengujian data
4. Menjadi dasar untuk membuat kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Pajak Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja
Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh
H2 : Retribusi Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja
Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh
H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara bersama-sama
berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal pada