SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
Z U L I A N A H
0643010212
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
Z U L I A N A H
0643010212
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
2010
Disusun Oleh
Z U L I A N A H
0643010212
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui Pembimbing
Ir. H. Didiek Tranggano, Msi NIP. 19581225 199001 1 001
Mengetahui DEKAN
Dra. Hj. Suparwati, Msi NIP. 030 175 349
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang karena karuniaNya, penulis bisa mengerjakan Skripsi yang berjudul Pemaknaan Sampul Depan Majalah Tempo yang berjudul "Angkatan Baru Penebar Teror".
Penulis tidak akan mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pemaknaan Sampul Depan Majalah Tempo yang berjudul "Angkatan Baru Penebar Teror" dengan baik, tanpa ada bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:
1. Allah SWT atas Karunia, Kasih Sayang, Nikmat, Anugerah, serta Limpahan Rahmat, Kesehatan, Kelancaran dan Kemudahan yang diberikan-Nya.
2. Ibu H. Suparwati, Msi. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi. 4. Bapak Saifuddin Zuhri. MSi. Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi.
5. Bapak Ir. Didiek Tranggono, Msi. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberi ilmu, saran dan dukungan pada Penulis.
1. Orang tua penulis yang memberikan dorongan semangat bagi penulis baik secara moril dan materiil.
2. Terima kasih buat Maya adik tersayang yang selalu memberi semangat.
3. Terima kasih buat teman seperjuangan kuliah Nur Hasanah (Nyu2n) yang telah membantu dalam segala hal terima kasih atas pengertianya.
4. Terima kasih buat Meyta, Ayu Kartika atas segala bantuan dan dukungan selama ini.
5. Terima kasih buat Mbak Hani atas segala bantuan dan dukungan yang sangat berarti besar bagi penulis, yang telah memberi kesempatan penulis untuk pergi ke kampus disaat jam kerja.
6. Terima kasih buat Pak Sugeng dan Pak Bibit atas bantuan serta dukungannya pada Penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan Skripsi ini.
7. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa Skripsi masih jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya teman-teman di Program Studi Ilmu Komunikasi. Terima Kasih.
Surabaya, Juli 2010 Penulis
Maret Sampai 28 Maret 2010 Yang Berjudul Angkatan Baru Penebar Teror)
Permasalahan dalam Gambar Ssampul Majalah Tempo Edisi 22 Maret sampai 28 Maret 2010 penggambaran seragam TNI (loreng) tetapi tidak bermotif loreng polos dari warna hijau, coklat, hitam dan putih kecoklatan melainkan bermotif sketsa bayangan manusia yang mewakili warna loreng. Pada ilustrasi ini pula terdapat judul Angkatan Baru Penebar Teror. Hal ini berarti sebuah permasalahan penggambaran suatu kelompok tertentu dari sebuah institusi negara yaitu Kesatuan Tentara Nasional Indonesia sebagai Angkatan baru yang siap sebagai penebar teror di Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Edisi 22 Maret - 28 Maret 2010 Yang Berjudul Angkatan Baru Penebar Teror. Dengan mengkaji tanda visual terkait dengan gambar ilustrasi, atribut, dan warna serta tanda verbal (kata-kata pada judul) melalui pendekatan semiotik milik Charles Sanders Pierce. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik Pierce yang membagi tanda berdasarkan objeknya ke dalam ikon, indeks dan simbol yang kemudian dalam pemaknaannya melibatkan kerjasama dari tanda, objek dan interpretan. Metode yang digunakan adalah kualitatif, dan yang menjadi korpusnya adalah keseluruhan gambar ilustrasi sampul depan majalah tempo edisi 22 maret – 28 maret tersebut, sedangkan unit analisisnya adalah tanda-tanda berupa gambar, tulisan yang terdapat pada korpus tersebut yang kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisis semiotik Charles Sanders Pierce.
Tampilan dengan gaya pada ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Edisi 22 Maret-28 Maret 2010 yang menjadi korpus penelitian ini dirancang sedemikian rupa, sehingga menimbulkan makna tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menginterpretasikan Ilustrasi tersebut sebagai gambaran pesan bahwa terorisme masih menghantui masyarakat Indonesia dengan dipersiapkannya penerus atau Angkatan Baru sebagai tentara.
Kesimpulan dari pesan visualisasi pada ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Edisi 22 Maret-28 Maret 2010. Jemaah Islamiyah sudah mempersiapkan orang-orang pilihan, sebagai penerus keyakinan ideologi, serta dengan melatih mereka melalui indoktrinasi keyakinan tentang Tuhan, Jihad, Surga, Kafir, dan lain sebagainya. Sekelompok teroris ini dilatih seperti layaknya TNI menjadi tenaga militer hingga siap menjadi pasukan baru berani mati demi ideologi yang diyakininya untuk menumpas orang-orang yang dianggap kafir sebagai jalan kebenaran Tuhan. Setelah dinyatakan lulus pasukan ini harus mati untuk dapat menang memperjuangkan ideologi dan dapat masuk surga. Pemaknaan Keseluruhan Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Edisi 22 Maret – 28 Maret 2010 Yang Berjudul Angkatan Baru Penebar Teror adalah Pasukan Berani Mati. Kata kunci : Pemaknaan, Semiotik, Sampul Depan, Charles Sanders Pierce
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
ABSTRAKSI ... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah... 9
1.3 Tujuan Penelitian... 9
1.4 Kegunaan penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
2.1 Landasan Teori ... 10
2.1.1 Ilustrasi Cover Majalah... 10
2.1.2 Komunikasi Visual... 11
2.1.3 Konsep Makna ... 13
2.1.4 Font... 15
2.1.4.1. Jenis-Jenis Font ... 17
2.1.4.2. Karakter Jenis Font ... 18
2.1.4.3. Tipografi... 22
2.1.7 Teror... ...30
2.1.8 Teroris dan Terorisme di Indonesia ... ...31
2.1.9 Perbandingan Motif Gambar Seragam Loreng ... 36
2.1.10 Makna Gerak Tubuh ... 37
2.1.11 Makna Acungan Jempol... 38
2.1.12 Pendekatan Semiotik... 40
2.1.13 Tanda Makna... 43
2.1.14 Pierce dan Tanda ... 45
2.1.15 Makna Denotatif dan Konotatif ... 46
2.1.16 Model Semiotik Charles Sanders Pierce ... 50
2.2 Kerangka Berpikir... 52
BAB III METODE PENELITIAN ... 55
3.1 Metode Penelitian... 55
3.2 Kerangka Konseptual ... 57
3.2.1 Corpus Penelitian ... 57
3.2.2 Unit Analisis ... 58
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 58
3.4 Teknik Analisis Data ... 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 60
4.1.1 Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo ... 60
4.3. Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Berdasarkan
Metode Semiotik Charles Sanders Pierce ... 64
4.4. Pemaknaan Terhadap Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Tempo Edisi 22 Maret - 28 Maret 2010 ... 68
4.4.1. Ikon ... 69
4.4.2. Indeks ... 71
4.4.3. Simbol ... 73
4.5. Makna Keseluruhan Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Tempo Edisi 22 Maret - 28 Maret 2010 Dalam Model Triangle of Meaning Pierce ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 80
5.2. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN ... 84
ix
Halaman Lampiran 1. Gambar Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Edisi
22 Maret - 28 Maret 2010 Yang Berjudul Angkatan Baru
1.1. Latar Belakang Masalah
Majalah didefinisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Ada pula yang membatasi pengertian majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. Selain itu, media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu. Bentuknya harus berformat tabloid, atau saku, atau format konvensional sebagaimana format majalah yang kita ada selama ini.
Menurut suatu literatur, majalah pertama terbit di Inggris tahun 1731 yaitu Gentleman Magazine. Majalah ini berisi berbagai topik tentang sastra, politik, biografi, dan kritisisme. Kelak, ia menjadi contoh karakter umum majalah yang biasa dijumpai hingga kini, misalnya berisi humor, esai politik, sastra, musik, teater, hingga kabar orang-orang ternama. Sepuluh tahun sesudahnya, muncul majalah pertama di Amerika Serikat.
Namun sumber lain seperti Encyclopedia Americana menyebutkan, majalah dalam bentuk sebagai sisipan dari surat kabar sudah terbit sejak 1665 di Prancis, yakni Le Journal de savants. Majalah periodik ini berisi berita penting dari
majalah Tatler yang terbit singkat tahun 1709-1711, demikian juga The Spectator (1711-1712). Gentleman’s Magazine sendiri lebih pas disebut sebagai majalah umum pertama yang tampil lebih modern, dan bertahan cukup lama hingga 1901. Pengertian Majalah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca dan menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan sebagainya, serta menurut pengkhususan isinya dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya.
Ditempat penjualan majalah, koran, tabloid, calon pembaca disuguhi banyak pilihan sehingga mata pembaca "ditarik" kesana-kemari oleh penampilan desain yang atraktif dan persuasive. Penampilan majalah yang kurang "ngejreng" akan sulit merebut perhatian calon pembaca. Sebab masyarakat pembaca sudah terbiasa "dimanjakan" matanya oleh desain-desain yang menarik dan menyenangkan. Penerbitan pers, khususnya majalah, dewasa ini tidak cukup hanya mengandalkan kualitas berita atau naskah, kendati aspek verbal ini amat penting. Harus diakui bahwa aspek visual (desain) memiliki peran sangat menentukan untuk menangkap calon pembaca. Betapapun menariknya sebuah artikel, jika tidak di- visualisasikan dengan baik, boleh jadi tidak akan dibaca.
dapat dengan mudah mengenalnya. Untuk menarik perhatian calon pembaca, Sampul harus dapat menghentikan pandangan, terutama jika dipajang di kios penjualan bersama majalah-majalah lain.
Sampul adalah lembaran kertas paling luar bagian depan dan belakang atau sering disebut kulit buku pada media cetak. Sampul atau cover biasanya lebih tebal dari kertas isi, dibuat dengan berwarna-warni dan dirancang sedemikian rupa dengan maksud untuk menarik perhatian pembaca. Gagasan menampilkan tokoh, yang realistis, diharapkan juga membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti dibanding dengan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar atau ilustrasi merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan, dan peran gambar atau ilustrasi dalam sampul sangat besar pengaruhnya karena lebih mudah diingat daripada kata-kata, dan paling cepat untuk pemahaman serta dimengerti maksudnya. Namun, pemilihan judul (teks) juga penting selain harus singkat, juga mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung didalamnya. (Pudjiastuti, 1999:29).
cepat, tepat, serta tegas, dan merupakan terjemahan dari sebuah judul. Ilustrasi sebagai gambaran pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita, berupa gambar dan penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat. Meskipun ilustrasi merupakan attention – getter (penarik perhatian) yang paling efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut juga menunjang pesan yang terkandung. (Kusmiati, 1999:44).
Dari uraian diatas, maka dapat dilihat bahwa ilustrasi merupakan salah satu wujud lambang (symbol) atau bahasa visual, keberadaannya dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non-verbal, dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan ataupun ucapan, dan merupakan ungkapan ide dan pesan dari penulis dan penerbit kepada publik yang dituju melalui simbol berwujud gambar, tulisan, dan lainnya.
Pesan yang disampaikan dalam ilustrasi, disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal dilihat dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannyaapakah secara ikon, indeks maupun simbolis.
Dengan membawa senjata api laras panjang, bersarung tangan warna hitam seperti tentara dan di sebelah kanan terdapat tangan pria menempel bandrol . blankode di kepala pria bertopeng hitam tepatnya diatas dahi. Jika disebut Tentara Nasional Indonesia mengapa seragam loreng dipakai bermotif sketsa manusia? Mengapa tidak warna perpaduan hijau, coklat, hitam dan putih kecoklatan.
Ilustrasi majalah Tempo Edisi 22 Maret – 28 Maret 2010 tersebut jika diatasnamakan seni tidak ada masalah karena seni berbicara tentang keindahan, kreatifitas, dan kebebasan berekspresi dan berimajinasi. Semakin tidak biasa suatu ide sebuah karya seni, semakin unik karya seni tersebut. Namun ilustrasi majalah Tempo Edisi 22 Maret – 28 Maret 2010 tersebut menggambarkan fenomena saat ini.
menyampaikan proses komunikasi secara cepat, tepat dan tegas, serta sedapat mungkin mampu menunjang pesan yang terkandung. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin menggali lebih jauh makna dan tanda dari sampul majalah Tempo Edisi 22 Maret- 28 Maret yang berjudul Angkatan Baru Penebar Teror.
berbeda-majalah, realitas cerita dalam majalah tersebut yang ditangkap oleh illustrator dapat saja berbenturan dengan kerangka pemikirannya sendiri, sebuah tempat yang terdapat di dalam diri seorang illustrator, tempat dimana ilustrasi itu berdiri. Dalam pengertian lain, ilustrasi sangatlah ditentukan oleh siapa yang berdiri di belakangnya, dengan demikian akan sangat dibutuhkan pengetahuan serta wawasan dalam melakukan interpretasi terhadap sebuah tulisan atau cerita sesuai dengan konteksnya.
Dalam bidang perancangan grafis, sebuah desain sampul berkembang menjadi desain komunikasi visual, banyak memanfaatkan daya dukung gambar sebagai lambang visual, guna mengefektifkan pesan komunikasi yang terdapat pada ilustrasi sampul. Upaya mendayagunakan lambang visual, berangkat dari anggapan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik bersifat khas untuk menimbulkan kesan tertentu pada pengamatnya. (http://www.fsrd.itb.ac.id/ thesis-disertasi/magister-desainangkatan-2000).
ilustrasi sampul depan majalah tersebut karena pada ilustrasi sampul depan majalah tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan, gambar dan simbol yang ada pada cover. Menurut Peirce tulisan, gambar maupun simbol-simbol adalah sebuah tanda yang saling berhubungan dalam menghasilkan suatu pemaknaaan dan menjadi landasan bagi teori semiotika komunikasi (Sobur, 2001). Selain itu peneliti juga menggunakan warna sebagai acuan untuk meneliti sampul depan karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.
Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Peirce, maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks dan simbol. Dari interpretasi tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam 'ilustrasi sampul depan majalah Tempo yang berjudul Angkatan Baru Penebar Teror.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah pemaknaan pada ilustrasi sampul majalah Tempo berjudul Angkatan Baru Penebar Teror Edisi 22 Maret-28 Maret 2010 ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Edisi 22 Maret-28 Maret 2010.”
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penelitian kualitatif dari ilmu komunikasi serta memberikan wacana bagi peneliti mengenai studi semiotika.
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Ilustrasi Cover Majalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian ilustrasi adalah
gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan dan dapat
pula berupa gambar, desain atau diagram untuk penghias halaman sampul atau
cover
Sesuai dengan pengertian tersebut maka ilustrasi cover majalah adalah
sebuah gambar atau lukisan dan tulisan-tulisan yang dipergunakan untuk
menghias sebuah majalah, sekaligus sebagai media untuk memperjelas
pandangan dan penilaian akan suatu fenomena kehidupan selain berita yang
terdapat dalam majalah tersebut.
Dengan adanya ilustrasi berupa gambar pada sampul sebuah majalah,
khalayak atau pembaca diharapkan tertarik dan tergugah untuk mengetahui pesan
dari berita yang disampaikan redaksi. Melalui ilustrasi pembaca dapat lebih
mudah mendapatkan pemahaman yang mendalam terhadap isi berita yang
terdapat pada opini atau laporan utama sebuah majalah.
Gambar adalah lambang lain yang digunakan dalam berkomunikasi
non-verbal, gambar dapat digunakan untuk menyatakan suatu pikiran atau perasaan.
Gambar merupakan salah satu wujud
lambang atau bahasa visual yang di dalamnya terkandung struktur rupa
seperti garis, warna dan komposisi. Keberadaannya dikelompokkan dalam
kategori bahasa komunikasi non-verbal, ia dibedakan dengan bahasa verbal yang
berwujud tulisan atau ucapan. Gambar banyak dimanfaatkan sebagai lambang
visual pesan guna mengefektifkan komunikasi (http://puslitpetra.ac.idljournals/
desain, diakses 21/04/10/10:12).
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka ilustrasi sampul majalah sangat
berperan dalam mengefektifkan komunikasi, karena ilustrasi merupakan sebuah
proses komunikasi, dimana terdapat informasi atau pesan yang sengaja digunakan
oleh komunikator (pengarang atau ilustrator) untuk disampaikan atau
ditransmisikan kepada komunikan (khalayak atau pembaca) dengan menggunakan
bahasa. Namun, dalam cover majalah Tempo edisi 22 Maret - 28 Maret 2010
yang berjudul Angkatan Baru Penebar Teror ini, bahasa yang digunakan dalam
ilustrasi adalah bahasa yang berupa gambar atau lukisan yang menampilkan
sekelompok pria berpakaian tentara bermotif gambar manusia, membawa senjata
api, berkalung sorban dan bertopeng kain hitam serta terdapat gambar tangan
seorang pria menempelkan “bandrol/blankod” seperti layaknya seorang teroris
diabstraksikan sedemikian rupa agar mampu menarik perhatian khalayak.
2.1.2. Komunikasi visual
Sejak awal sejarah terciptanya manusia di alam raya ini, komunikasi antar
manusia adalah bagian yang paling penting dalam berkomunikasi tersebut.
dengan suara, pada hakikatnya adalah suatu bahasa. Tugas utamanya
membawakan pesan dari seseorang, lembaga atau kelompok masyarakat tertentu
kepada yang lain (Pirous dalam Tinaburko, 2003: 31-32).
Sebagai bahasa, maka efektifitas penyampaian pesan tersebut menjadi
pemikiran utama seorang pendesain komunikasi visual. Komunikasi visual
sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di bidang informasi visual
melalui lambang-lambang kasat mata, dewasa ini mengalami perkembangan
pesat. Hampir di segala sektor kegiatan, lambang-lambang atau simbol-simbol
visual hadir dalam bentuk gambar, sistem tanda, corporate identity, sampai
berbagai display produk di pusat pertokoan dengan aneka daya tarik.
Gambar merupakan salah satu wujud lambang atau bahasa visual yang di
dalamnya terkandung struktur rupa seperti: garis, warna dan komposisi.
Keberadaannya dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non-verbal, ia
dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan ataupun ucapan.
Di dalam rancangan grafis yang kemudian berkembang menjadi desain
komunikasi visual banyak memanfaatkan daya dukung gambar sebagai lambang
visual pesan guna mengefektifkan komunikasi. Upaya mendayagunakan
lambang-lambang visual berangkat dari premis (dasar pemikiran) bahwa bahasa visual
memiliki karakteristik yang bersifat khas.
bahkan sangat istimewa untuk menimbulkan efek tertentu pada
pengamatannya. Hal demikian ada kalanya sulit dicapai bila diungkapkan dengan
Maka dalam berkomunikasi diperlukan sejumlah pengetahuan yang
memadai seputar siapa publik yang dituju dan bagaimana cara sebaik-baiknya
berkomunikasi dengan mereka. Semakin baik dan lengkap pemahaman kita
terhadap hal-hal tersebut maka akan semakin mudah untuk menciptakan bahasa
yang komunikatif (Hadi dalam Tinaburko, 2003:32-33).
2.1.3. Konsep Makna
Makna hubungan antara suatu objek dengan lambangnya (Littlejohn, 1996
: 64). Makna pada dasarnya terbentuk berdasarkan hubungan antara lambang
komunikasi (simbol) dengan penggunaan akal budi manusia (objek).
Dalam penjelasan Umberto Eco (Budiman, 1999 : 7), makna dari sebuah
wacana tanda (sign-vechicle) adalah satuan kultural yang diperagakan oleh
wahana-wahana tanda yang lainnya, serta dengan begitu, sematik
mempertunjukkan pula ketidaktergantungannya pada wahana tanda yang
sebelumnya (Sobur, 2004: 55).
Pemaknaan lebih menuntut pada kemampuan integratif manusia, seperti
indrawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Materi disajikan, seperti juga
ekstrapolasi dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator.
bagi sesuatu yang lebih jauh. Hanya saja ekstrapolasi terbatas, dalam arti
empirik, logic, sedangkan dalam pemaknaan dapat menjangkau yang etik ataupun
transedental (Sobur, 2004 : 256).
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna.
1. Makna ada dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata melainkan
pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang
ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempuma dan
lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah
proses yang kita gunakan untuk memproduksi, dibenak pendengar, apa yang
ada dalam benak kita, reproduksi ini hanyalah sebuah proses parsial dan selalu
bisa salah.
2. Makna berubah. Kata kata relatif statis. Banyak dari kata-kata yang kita
gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makan dari kata-kata ini terus
berubah dan hal ini khususnya terjadi pada dimensi emosional dari makna.
3. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu
pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal, bilamana ia mempunyai
kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.
4. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan
gagasan bahwa makna yang membutuhkan acuan adalah masalah komunikasi
yang timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkannya dengan
acuan yang konkrit dan dapat diamati.
Bila kita berbicara tentang cinta, persahabatan, kebahagiaan, kebaikan,
kejahatan dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan
sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan
bicara.
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam
kata mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila sebuah
kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.
6. Makna komunikasi hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu
kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja
dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna
tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita. Karenanya, pemahaman yang
merupakan tujuan yang ingin kita capai, tetapi tidak pernah tercapai (Sobur,
2004: 258-259).
2.1.4. Font
Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata
Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam penggunaannya
senantiasa diperhatikan kaidah-kaidah estetika, kenyamanan keterbacaannya, serta
interaksi huruf terhadap ruang dan elemen-elemen visual di sekitarnya.
Huruf atau biasa juga dikenal dengan istilah “Font” atau “Typeface” adalah
salah satu elemen terpenting dalam Desain Grafis karena huruf merupakan sebuah
bentuk yang universal untuk menghantarkan bentuk visual menjadi sebuah bentuk
bahasa. Huruf (Tipo/Typeface/Type/Font) adalah bentuk visual yang dibunyikan
sebagai kebutuhan komunikasi verbal . Lewat kandungan nilai fungsional dan
nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir
yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi
Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang
menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’
dengan ‘Q’. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun
1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini
berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Salah satu hukum
persepsi dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’
sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut
dengan figure dan ruang negative yang disebut dengan ground.
Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis
(strokes) yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan
guratan garis sekunder (secondary stroke). Apabila ditinjau dari sudut geometri,
maka garis dasar yang mendominasi struktur huruf dalam alfabet dapat dibagi
menjadi 4 kelompok besar, yaitu:
1. kelompok garis tegak-datar; EFHIL
2. kelompok garis tegak-miring; AKMNVZXYW
3. kelompok garis tegak-lengkung; BDGJPRU
4. kelompok garis lengkung; COQS
Huruf memiliki dua ruang dasar bila ditinjau dalam hukum persepsi dari teori
Gestalt, yaitu figure dan ground. Apabila kita menelaah keberadaan ruang negatif
dari seluruh huruf maka secara garis besar dapat dipecah menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1. Ruang negatif bersudut lengkung; BCDGOPQRSU
3. Ruang negatif bersudut persegi-tiga, AKMNVWXYZ
4. Perhitungan tinggi fisik huruf memiliki azas optikal-matematis, dalam
pengertian bahwa dalam perhitungan angka, beberapa huruf dalam alfabet
memiliki tinggi yang berbeda-beda, namun secara optis keseluruhan huruf
tersebut terlihat sama tinggi. Huruf yang memiliki bentuk lengkung dan segitiga
lancip pada bagian teratas atau terbawah dari badan huruf akan memiliki bidang
lebih dibandingkan dengan huruf yang memiliki bentuk datar. Apabila beberapa
huruf tersebut dicetak secara berdampingan akan tercapai kesamaan tinggi secara
optis.
[IMG]http://i21.photobucket.com/albums/b266/ritchienedhansel/Untitled1.png
2.1.4.1 Jenis-Jenis Font
Font terbagi dalam 4 jenis, yaitu Serif, Sans Serif, Script dan Decorative.
Masing-masing font memiliki karakteristik tersendiri dan kegunaannya Masing-masing-Masing-masing
juga berbeda.
1. Serif : huruf yang memiliki kait/serif (sedikit menjorok keluar) pada
bagian ujung atas atau bawahnya. Huruf Sanserif (tanpa kait), Tidak
memiliki kait/ hook, hanya terdiri dari batang dan tangkai. contoh Times,
Souvenir, Palatino
2. Sans Serif : huruf yang tidak memiliki kait/serif pada ujung atas maupun
bawahnya. Jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya
dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang
ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
3. Script: huruf yang bentuknya menyerupai tulisan tangan manusia. Huruf
Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau
pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya
adalah sifast pribadi dan akrab. . Contoh : Commercial Script, Sheley
Volante, English Vivance, Brush Script.
4. Decorative: huruf yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi di atas. Huruf
jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada.
Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang
dimiliki adalah dekoratif dan ornamental. Huruf Dekoratif Setiap huruf
dibuat secara detail, komplek dan rumit, contoh canteburry, Augsburger
Dalam pemilihan jenis huruf atau karakter huruf, yang senantiasa harus
diperhatikan adalah karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter
segmen pasarnya, agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan diterima oleh
masyarakat.
2.1.4.2 Karakter Jenis Font 1. Times New Roman
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx
Yy Zz
Nama lengkap: Times New Roman (dari perusahaan Monotype) atau Times
Roman (nama dari Linotype).
Jenis: serif, transisional.
Perancang: Stanley Morison.
Karakter jenis Times New Roman cenderung menciptakan kesan yang lebih
serius, paling mudah dibaca untuk volume type yang besar, kecepatan dan
keakuratan membaca akan jauh lebih tinggi, terbukti kebanyakan buku dan surat
kabar menggunakan type ini karena lebih jelas dan paling umum untuk digunakan
sebagai headline dan judul.
Latar belakang dan sejarah bersama Arial, Times barangkali adalah keluarga
tipe yang paling banyak Anda jumpai di halaman-halaman web maupun di materi
cetak—sampai-sampai beberapa desainer bosan setengah mati melihatnya. Ini
karena font TTF Times New Roman termasuk yang pertama-tama dikemas
Microsoft di sistem operasinya (Windows 3.1) sehingga menjadi tipe serif default.
Nama “Times” berasal dari nama surat kabar terkenal di Inggris, The Times, dan
memang dibuat khusus untuk media tersebut. Dirancang pada tahun 1931 oleh
desainer yang terkenal sebagai pakar tipografi, Stanley Morison, dan digambar
oleh Victor Lardent dari Monotype Corporation. Menurut Stanley, “Ketebalan,
karakteristik, dan pengaturan lebar/ukuran Times disesuaikan dengan kebutuhan
editorial surat kabarnya.” Stanley bersama Monotype menyusun beberapa anggota
keluarga Times, antara lain Italic, Condensed, dan Headline. Times diinspirasi
oleh tipe huruf yang telah popular sebelumnya yaitu Plantin.
Karakteristik Times termasuk tipe transisional, tingkat kontrasnya perbedaan
ketebalan antara stroke yang tebal dan tipis cukup tinggi. Serifnya pun
tajam-tajam. Ascender dan descendernya pendek. Times new roman adalah jenis huruf
serif yang sering Anda lihat ada surat kabar atau majalah. Font ini didesain untuk
pengguna Windows, font ini adalah default. Pada pengguna Mac dan Linux
(Times) huruf ini dapat ditampilkan pula dengan baik. Namun, pada penggunaan
ukuran yang kecil 9/10px huruf ini mulai sulit untuk dibaca. Pertimbangan
pemakaian Times banyak dipakai untuk teks bodi majalah dan koran.
Pertimbangan kombinasi Times cocok dikombinasikan dengan tipe-tipe sans serif
seperti Arial, Futura, Gill Sans, atau Impact. Karena formal, Times tidak cocok
dipadankan dengan Comic Sans misalnya. Font ini biasanya digunakan untuk
tulisan-tulisan resmi. Times new Roman sudah umum digunakan untuk membuat
tulisan resmi ketik computer. Hurufnya jelas, tidak ribet dan jelas dibaca.
2. Arial
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx
Yy Zz.
Arial dipasarkan sebagai Arial MT, adalah jenis huruf sans serif dan dikemas
font komputer dengan Microsoft Windows, aplikasi perangkat lunak Microsoft
lainnya, Apple Mac OS X, Openoffice.org, dan banyak komputer PostScript
printer. The tipografi ini dirancang pada tahun 1982 oleh Robin Nicholas dan
Patricia Typography Saunders untuk jenis yang satu saja. Saat ini adalah jenis yg
satu saja pemilik hak cipta untuk program perangkat lunak font Arial. Arial juga
merupakan standar yang terdiri dari keluarga jenis huruf Arial (Arial Std) dan
varian, termasuk Arial Black, Bold, Extra Bold, Condensed, Italic, Light,
Medium, monospace, Sempit, dan Rounded.
Arial adalah huruf Sans-serif yang sering dipergunakan dalam Web. Terlihat
operasi Linux, tidak terdapat huruf Arial, namun digantikan oleh Helvetica yag
memiliki karakteristik yang kurang lebih sama.
Ada beberapa kekurangan pada font jenis arial. Salah satunya adalah
sulitnya membedakan antara huruf i capital dan L kecil (I dan l). Arial biasanya
digunakan untuk menulis dokumen-dokumen resmi dan surat kabar. Font ini
bersifat resmi dan ukurannya besar dan jelas.
Sumber http://en.wikipedia.org/wiki/Arial
3. Verdana
Verdana dibuat khusus agar sebuah teks dapat dibaca dengan mudah dan jelas
walaupun dengan ukuran yang cukup kecil. Hal ini dapat terjadi karena font
Verdana di desain mempunyai jarak antara huruf yang melebihi font Sans Serif,
sehingga lebih mudah dibaca. Verdana juga seringkali dipilih oleh web designers
yang ingin menuliskan teks dengan jumlah yang cukup banyak di dalam space
yang cukup kecil. Verdana memang jauh lebih mudah dibaca dari pada font
sejenisnya dengan ukuran yang sama, dan beberapa orang mengatakan agar
pembuat web tidak memasangnya sebagai body text dari sebuah web page, agar
Verdana dapat digunakan pada penulisan teks yang lain, disaat font sejenisnya
tidak mudah dibaca karena persoalan ukuran font.
4. Snap ITC
Jenis huruf ini mempunyai nilai seni yang tinggi, karena jenis huruf ini sering
digunakan dalam pembuatan stiker, pamflet ataupun brosur yang lainnya. Bentuk
huruf yang ini sangatlah bagus dan cocok untuk keperluan hiburan misalnya saja
Snap ITC mempunyai ukuran yang lumayan besar apabila dibandingkan dengan
huruf yang lainnya dengan ukuran yang sama, huruf ini otomatis sudah tebal
sendiri tanpa mengubahnya ke bold. Jenis huruf yang tidak formal ini cocok
digunkan un tuk mendesain berbagai keperluan.
5. Comic Sans
Huruf ini mempunyai karakteristik informal sehingga terkesan bersahabat, namun
jarang dipergunakan di web karena di anggap kurang profesional dan tidak
formal.
Pemakaian jenis font yang tepat dapat membantu desain menjadi lebih
menyatu dan lebih cepat mengkomunikasikan maksud dari desain. Misalnya, pada
desain brosur kecantikan, kita tidak mungkin menggunakan font yang ‘keras’,
berbentuk kaku dan tebal. Akan lebih tepat jika kita menggunakan font yang tipis
dan luwes, sesuai dengan kepribadian target market yang di tuju, yaitu wanita.
Jenis font bisa di ibaratkan jenis ’suara’ yang berbicara pada desain. Font
dengan gaya tebal akan terasa seperti suara laki-laki dan bersuara berat. Font
berbentuk kaku dan kotak-kotak, akan terasa seperti robot atau mesin yang
berbicara, dan seterusnya. Masing-masing jenis font mempunyai jenis suara
tersendiri.
Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Huruf_Digital_(Font)
2.1.4.3 Tipografi
Tipografi adalah Ilmu yang mempelajari tentang Huruf dan penggunaan
Huruf dalam aplikasi desain komunikasi visual, tipografi merupakan representasi
pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah media terpan visual
merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi
visual lain seperti lukisan. Langkah awal untuk mempelajari tipografi adalah
mengenali atau memahami anatomi huruf. Gabungan seluruh komponen dari
suatu huruf merupakan identifikasi visual yang dapat membedakan antar huruf
yang satu dengan yang lain. Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara
baik, dengan mudah kita dapat mengenal sifat dan karakteristik dari setiap jenis
huruf. Berikut adalah terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap
komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf. Setiap individu huruf, angka,
dan tanda baca dalam tipografi disebut sebagai character. Seluruh character secara
optis rata dengan baseline. Tinggi dari badan huruf kecil secara optis rata dengan
x-height. Setiap character apakah huruf besar atau kecil memiliki batang (stem)
yang pada bagian ujung-ujungnya dapat ditemukan beberapa garis akhir sebagai
penutup yang disebut terminal. Sumber http://www.precisionintermedia.com
2.1.5 Fisiologi dan Psikologi Warna
Alam semesta telah mengkaruniai warna-warna untuk keperluan fisikal
dan rohani kita. Kita secara aktif atau pasif bertindak balas terhadap warna. Warna
dapat mempengaruhi perasaan hati, kita dapati ada warna yang dapat menaikkan
semangat, mengembangkan rangsangan dan menekan perasaan. Kita biasa
gunakan istilah seperti “feeling blue,” “yellow bellied,” “green with envy,” dan
Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek
tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur tentang
warna sbb:
“Warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda (Mofit, 2004: 28).”
Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna, selain hanya dapat
dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi perilaku seseorang,
menampilkan identitas, menyampaikan pesan, mempengaruhi penilaian estetis dan
turut menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda.
Dengan memahami maksud dan kesan-kesan fisiologi dan psikologi yang
dibawa oleh warna, maka kita akan mengetahui apa yang hendak
dikomunikasikan oleh warna. Warna-warna memiliki karakter potensi yang
mampu memberikan kesan pada seseorang dapat diartikan sebagai berikut:
a. Putih ‘white’
Merupakan warna yang paling terang, memiliki sifat suci, agung, bersih,
perlindungan, cocok dengan semua warna. Walau bagaimanapun, terlalu
banyak putih membawa kepada sejuk dan terasing, karena putih membedakan
kita antara satu sama lain (Mofit, 2003: 29).
b. Merah ‘red’
Bersifat hangat, kuat dan manusiawi. Perasaan yang meluap-luap, keberanian,
kegairahan, pertentangan, penuh semangat, pendirian yang teguh, kasih
adalah warna yang berpengaruh tinggi dan dihubungkaitkan dengan daya
hidup dan cita-cita. Dapat membantu mengatasi pikiran negatif. Namun juga
dihubungkan dengan kemarahan (Mofit, 2003 : 29).
c. Merah muda ‘pink’
Kasih sayang dan romantis, belas kasihan, persahabatan, kelembutan dan
kewanitaan. Warna ini dapat memberikan kelegaan, ketenangan, kemesraan
dan “nurturing” pemeliharaan atau pengasuhan. la menggurangkan rasa lekas
marah dan agresif. Warna merah muda akan memberikan kita rasa dicintai dan
dilindungi. la juga mengatasi kesunyian, kekecewaan, “oversensitivity’ mudah
tersinggung.
d. Oranye ‘Orange’
Melambangkan harga diri, hangat, kelincahan, ramah, kepekaan, kreativitas
kematangan. la membebaskan dan melepaskan perasaan dan meringankan rasa
mengkasihani diri sendiri, rendah diri. Warna ini memperbaharui minat
terhadap hidup, berkesan sebagai “anridepressan” anti-depresi dan
merangsangkan semangat, melambangkan kesegaran, kesehatan dan
kecantikan (www.bahasawarna.com, diakses 11/06/07/11:25).
e. Nila ‘Indigo’
Kuasa, penyembuhan, magic, “combating” perlawanan, jangkitan dan
penyakit, kerohanian, penyembuhan , secara psikis, pengadilan, perayaan.
Indigo atau nila merupakan warna yang dianggap berkuasa dan dikaitkan
f. Ungu ‘violet’
Ungu mempunyai kesan yang mendalam kepada jiwa bersifat agung, wibawa
dikaitkan dengan perlindungan jiwa dan pengendalian perasaan, emosi, obsesi,
kebimbangan. Wama ini juga dikaitkan dengan seni dan musik, misted dan
kepekaan kepada kecantikan serta keunggulan, mendorong kreativitas,
inspirasi, kejiwaan dan belas kasihan.
g. Kuning ‘yellow’
Riang gembira, bercahaya, mengandung harapan, kuat, kesan luas. Warna
kuning adalah warna yang dikaitkan dengan kecerahan dan menaikkan
semangat, dan “celebration of sunny days” merayakan had yang cerah.
Membuat keputusan dan pernilaian yang baik, penyerapan ide baru, dan
kebolehan melihat pelbagai pendapat. la melahirkan kepercayaan kepada did
sendiri dan menggalakkan sikap yang optimis. Namun begitu, warna kuning
pudar adalah warna ketakutan.
h. Hijau ‘green’
Tenang, menghibur atau gembira, nyaman, alami. Mempunyai sifat
keseimbangan dan selaras, membangkitkan ketenangan pengurangan tekanan,
menyeimbangkan dan melegakan perasaan dan tempat mengumpulkan
daya-daya baru. Kekayaan, penyembuhan, pertumbuhan, kesuburan, kejayaan,
kesehatan, harmoni, permulaan yang baru, pembaharuan (pikirkan tentang
i. Biru ‘blue’
Sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu (dediepte).
Menggambarkan perasaan tenteram, ketenangan dan nyaman. Berperan dalam
pengawalan mental, “clarity dan creativity’ kejernihan dan kreativitas. Biru
tua mempunyai kesan yang menenanqkan, membenarkan kita untuk
berhubung dengan kata hati dan sifat kewanitaan. Walau bagaimanapun, biru
yang terlalu gelap cenderung membawa kepada tekanan (Mofit, 2003: 29).
j. Coklat ‘brown’
Kokoh, mantap, pasti, dapat dipercaya, kewanitaan. Warna coklat ialah warna
semula jadi (warna tanah). Coklat bermaksud kemantapan meringankan rasa
ketidakselamatan. Bagaimanapun, ini juga berhubungan untuk
menyembunyikan emosi, mengelakkan dari segi ketakutan terhadap dunia luar
dan juga kesempitan pikiran, ini adalah kesan daripada kekurangan
penghargaan diri sendiri.
k. Hitam ‘black’
Berkuasa, kuat, sangat sedih, murung. Warna ini adalah bersifat selesa,
perlindungan dan penuh misted. Ini adalah sekutu dengan sunyi, “infinity” tak
terbatas, dan sifat wanita dalam kehidupan yang tertekan-pasif, tidak bercarta
dan penuh misted. Warna hitam boleh juga melarang kita dari segi
pertumbuhan dan perubahan. Kita senantiasa menyembunyikan diri sendiri
2.1.6 Senjata Api Laras Panjang
Senjata api (bahasa Inggris: firearm) adalah senjata yang melepaskan satu
atau lebih proyektil yang didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas yang
dihasilkan oleh pembakaran suatu propelan. Proses pembakaran cepat ini secara
teknis disebut deflagrasi. Senjata api dahulu umumnya menggunakan bubuk hitam
sebagai propelan, sedangkan senjata api modern kini menggunakan bubuk nirasap,
cordite, atau propelan lainnya. Kebanyakan senjata api modern menggunakan
laras melingkar untuk memberikan efek putaran pada proyektil untuk menambah
kestabilan lintasan. Menurut Wikipedia pengertian senjata api adalah senjata yang
melepaskan satu atau lebih proyektil yang didorong dengan kecepatan tinggi oleh
gas yang dihasilkan oleh pembakaran suatu propelan). Propelan adalah bahan
peledak yang digunakan untuk mendorong suatu objek. Propelan tidak hanya
digunakan pada senjata api saja, tetapi bisa dipakaikan pada roket sebagai
pendorong. Senjata api dahulu umumnya menggunakan bubuk hitam sebagai
propelan, sedangkan senjata modern saat ini menggunakan bubuk nirasap. Untuk
menambah kestabilan senjata modern saat kini menggunakan laras melingkar
untuk memberikan efek putaran dan hal ini sangat berbahaya.
Mengingat sangat berbahaya senjata api maka pihak berwenang melarang
kepemilikan senjata api oleh warga sipil. Larangan tersebut lahir karena kuatnya
kecenderungan penyalahgunaan senjata api di kalangan masyarakat sipil.
Sekarang ini, dengan mudah ditemukan kasus-kasus pembunuhan, perampokan,
bentuk-bentuk teror yang menggunakan senjata api dalam berbagai jenis. Di Jawa
perampokan yang disertai pembunuhan dengan senjata api. Sementara korban
berjatuhan, para pelaku belum juga ditemukan. Dengan larangan itu diharapkan
akan mampu menekan angka kriminalitas, sekaligus menciptakan rasa aman dan
nyaman di kalangan masyarakat. Meski pun tidak bisa dijamin bahwa penarikan
senjata api itu akan serta merta menghadirkan keadaan zero kriminalitas. Masih
banyak bentuk-bentuk senjata yang bisa digunakan untuk melakukan
tindakan-tindakan kekerasan, di samping pasar ilegal senjata api sendiri belumlah mungkin
dihabiskan sama sekali oleh aparat keamanan. Artinya, meski sudah ditarik tetapi
itu yang resmi terdaftar, sedangkan yang tidak terdaftar/ilegal mungkin jumlahnya
lebih banyak. Yang tidak resmi mudah sekali didapat dengan harga pasar yang
relatif miring.
Jika kita runut ke belakang, maraknya permohonan izin kepemilikan senjata
api terjadi saat awal masa reformasi tahun 1997/1998. Keadaan saat itu telah
menyebabkan banyak warga dari kalangan tertentu seperti pengusaha dan politisi
merasa tidak aman, sehingga merasa perlu untuk mempersenjatai diri. Koridor
perizinan pun akhirnya dibuka, dan tentu saja kran impor langsung mengalir
deras. Maka, dengan mudahnya setiap orang bisa mengoleksi senjata api dengan
syarat mereka punya uang dan mengerti di mana mendapatkannya, atau
setidaknya tahu jaringan untuk mendapatkan harga miring. Tetapi, seringkali
kepemilikan tidak disertai dengan mentalitas tanggungjawab, sehingga mudah
Memiliki senjata apa pun bentuknya membutuhkan daya tahan mental
yang baik. Pemilik harus mengerti benar kapan digunakan atau tidak digunakan.
Mereka yang bermental cengeng, emosi tidak stabil, mau menang sendiri, suka
pamer, sebaiknya menjauhkan diri atas kepemilikan karena senjata api hanya akan
mendatangkan bahaya bagi orang lain. Merasa diri terancam, tersinggung atau
merasa tidak aman akan mudah sekali memicu penggunaan di luar akal sehat.
Inilah yang berulang-ulang kali terjadi di masyarakat sekarang ini. Jangankan
warga sipil, aparat saja banyak yang lalai sehingga jatuh korban yang mestinya
tidak perlu. Kenyataan-kenyataan seperti itulah yang selama ini terjadi. Senjata
api yang telah resmi terdaftar pastilah lebih mudah. Yang menjadi tantangan
aparat kepolisian adalah justru menekan peredaran senjata api dari pasar gelap.
Dengan perairan seluas ini, Indonesia mudah sekali dijejali berbagai jenis
barang selundupan, termasuk senjata api dalam berbagai jenis dan tipe. Memutus
jaringan para penyelundup juga bukan pekerjaan mudah, apalagi jika ada oknum
aparat yang mudah sekali diajak bekerja sama dan bekerja bersama-sama.
2.1.7 Teror
Teror menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002 adalah kekacauan, tindak
kesewenang wenangan untuk menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Ada
yang menerjemahkan teror sebuah kekerasan untuk menimbulkan rasa takut. Ada
juga yang mendefinisikan, teror sebagai aksi brutal dengan korban harta dan jiwa
yang menimpa masyarakat sipil. Teror juga diartikan sebagai aksi menguasai
perasaan orang lain dengan cara-cara yang tidak wajar. Memang generik teror
menarik simpul besar dari teror adalah tindakan radikal, kalau dia menjelma
menjadi sebuah keyakinan jadilah ia radikalisme.
Pelaku teror bisa orang per orang, sekelompok orang, sipil, militer bahkan
negara dan kumpulan negara. Sehingga jika makin banyak melibatkan korban
manusia, terutama rakyat sipil, maka makin mudah mengidentifikasinya bahwa itu
adalah tindakan teror. Tapi ada padanan kata lain yang cenderung diperlakukan
sama dengan terorisme, yakni fundamentalisme atau militan.
2.1.8.Teroris Dan Terorisme di Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Teroris adalah Pengacau,orang yang
melakukan teror atau pelaku teror. Terorisme adalah serangan-serangan
terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok
masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara
peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa
yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. (Sumber
http://hminews.com/news/teror-vs-jihad/).
Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para
pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak
menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung
makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan
dan tidak memiliki justifikasi, Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh
perkataan "teroris" dan "terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka
sebagai separatis, pejuang pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin,
dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang
penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang".
Terorisme di Indonesia merupakan terorisme di Indonesia yang dilakukan
oleh kelompok militan Jemaah Islamiyah yang berhubungan dengan al-Qaeda
ataupun kelompok militan yang menggunakan ideologi serupa dengan mereka.
Sejak tahun 2002, beberapa "target negara Barat" telah diserang. Korban yang
jatuh adalah turis Barat dan juga penduduk Indonesia. Terorisme di Indonesia
dimulai tahun 2000 dengan terjadinya Bom Bursa Efek Jakarta, diikuti dengan
empat serangan besar lainnya, dan yang paling mematikan adalah Bom Bali 2002.
(Sumber Kompas.com)
Berikut adalah beberapa kejadian terorisme yang telah terjadi di Indonesia dan
instansi Indonesia di luar negeri:
1981 : Garuda Indonesia Penerbangan 206, 28 Maret 1981. Sebuah penerbangan
maskapai Garuda Indonesia dari Palembang ke Medan. pada Penerbangan dengan
pesawat DC-9 Woyla berangkat dari Jakarta pada pukul 8 pagi, transit di
Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul
10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut dibajak oleh 5 orang teroris yang
menyamar sebagai penumpang. Mereka bersenjata senapan mesin dan granat, dan
mengaku sebagai anggota Komando Jihad; 1 kru pesawat tewas; 1 tentara
komando tewas; 3 teroris tewas.
2000 : Bom Kedubes Filipina, 1 Agustus 2000. Bom meledak dari sebuah mobil
orang tewas dan 21 orang lainnya luka-luka, termasuk Duta Besar Filipina
Leonides T Caday.
Bom Kedubes Malaysia, 27 Agustus 2000. Granat meledak di kompleks
Kedutaan Besar Malaysia di Kuningan, Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
Bom Bursa Efek Jakarta, 13 September 2000. Ledakan mengguncang lantai
parkir P2 Gedung Bursa Efek Jakarta. 10 orang tewas, 90 orang lainnya luka-luka.
104 mobil rusak berat, 57 rusak ringan.
Bom malam Natal, 24 Desember 2000. Serangkaian ledakan bom pada
malam Natal di beberapa kota di Indonesia, merenggut nyawa 16 jiwa dan
melukai 96 lainnya serta mengakibatkan 37 mobil rusak.
2001: Bom Gereja Santa Anna dan HKBP, 22 Juli 2001. di Kawasan Kalimalang,
Jakarta Timur, 5 orang tewas.
Bom Plaza Atrium Senen Jakarta, 23 September 2001. Bom meledak di
kawasan Plaza Atrium, Senen, Jakarta. 6 orang cedera.
Bom restoran KFC, Makassar, 12 Oktober 2001. Ledakan bom
mengakibatkan kaca, langit-langit, dan neon sign KFC pecah. Tidak ada korban
jiwa. Sebuah bom lainnya yang dipasang di kantor MLC Life cabang Makassar
tidak meledak.
Bom sekolah Australia, Jakarta, 6 November 2001. Bom rakitan meledak
di halaman Australian International School (AIS), Pejaten, Jakarta.
2002 : Bom Tahun Baru, 1 Januari 2002. Granat manggis meledak di depan
luka-luka. Di Palu, Sulawesi Tengah, terjadi empat ledakan bom di berbagai
gereja. Tidak ada korban jiwa.
Bom Bali, 12 Oktober 2002. Tiga ledakan mengguncang Bali. 202 korban
yang mayoritas warga negara Australia tewas dan 300 orang lainnya luka-luka.
Saat bersamaan, di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan juga meledak di kantor
Konjen Filipina, tidak ada korban jiwa.
Bom restoran McDonald's, Makassar, 5 Desember 2002. Bom rakitan yang
dibungkus wadah pelat baja meledak di restoran McDonald's Makassar. 3 orang
tewas dan 11 luka-luka.
2003 : Bom Kompleks Mabes Polri, Jakarta, 3 Februari 2003, Bom rakitan
meledak di lobi Wisma Bhayangkari, Mabes Polri Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
Bom Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, 27 April 2003. Bom meledak dii
area publik di terminal 2F, bandar udara internasional Soekarno-Hatta,
Cengkareng, Jakarta. 2 orang luka berat dan 8 lainnya luka sedang dan ringan.
Bom JW Marriott, 5 Agustus 2003. Bom menghancurkan sebagian Hotel
JW Marriott. Sebanyak 11 orang meninggal, dan 152 orang lainnya mengalami
luka-luka.
2004 : Bom Palopo, 10 Januari 2004. Menewaskan empat orang. (BBC)
Bom Kedubes Australia, 9 September 2004. Ledakan besar terjadi di depan
Kedutaan Besar Australia. 5 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Ledakan
juga mengakibatkan kerusakan beberapa gedung di sekitarnya seperti Menara
Ledakan bom di Gereja Immanuel, Palu, Sulawesi Tengah pada 12 Desember
2004.
2005 : Dua Bom meledak di Ambon pada 21 Maret 2005
Bom Tentena, 28 Mei 2005. 22 orang tewas.
Bom Pamulang, Tangerang, 8 Juni 2005. Bom meledak di halaman rumah
Ahli Dewan Pemutus Kebijakan Majelis Mujahidin Indonesia Abu Jibril alias M
Iqbal di Pamulang Barat. Tidak ada korban jiwa.
Bom Bali, 1 Oktober 2005. Bom kembali meledak di Bali.
Sekurang-kurangnya 22 orang tewas dan 102 lainnya luka-luka akibat ledakan yang terjadi
di R.AJA's Bar dan Restaurant, Kuta Square, daerah Pantai Kuta dan di Nyoman
Café Jimbaran.
Bom Pasar Palu, 31 Desember 2005. Bom meledak di sebuah pasar di Palu,
Sulawesi Tengah yang menewaskan 8 orang dan melukai sedikitnya 45 orang.[1]
2009: Bom Jakarta, 17 Juli 2009. Dua ledakan dahsyat terjadi di Hotel JW
Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta. Ledakan terjadi hampir bersamaan, sekitar
pukul 07.50 WIB.
2010 : Penembakan warga sipil di Aceh Januari 2010
2.1.9. Perbandingan Motif Gambar Seragam Loreng
Gambar 1 ilustrasi majalah tempo Gambar 2 Seragam Resmi TNI Pada desain ilustrasi majalah Tempo edisi 22 Maret – 28 Maret 2010
digambarkan sekelompok pria berpakaian loreng (yaitu seragam resmi yang
merupakan identitas dari Tentara Nasional Indonesia). Tetapi tidak bermotif
perpaduan semburat warna hijau, coklat, hitam dan putih kecoklatan, melainkan
dengan motif gambar sketsa manusia (yang sedang melakukan aktivitas),ada yang
berjalan, tertunduk, bersepeda, mengangkat kedua tangan ungkapan kegembiraan
serta dilukiskan dengan posisi terbalik tidak beraturan dan masing-masing sketsa
mewakili warna hijau, coklat, hitam dan putih kecoklatan atau yang biasa disebut
Pada gambar 2 adalah Seragam Resmi Tentara Nasional Indonesia, bermotif
perpaduan semburat warna Hijau coklat, hitam dan putih kecoklatan. Sepintas
terlihat sama namun berbeda.
2.1.10 Makna Gerak Tubuh
Gerak-gerik tubuh merupakan ekspresi non verbal yang disebut body
language atau bahasa tubuh. Dalam pergaulan, kita atau lawan bicara kita sering
melakukan gerak-gerik tertentu yang tidak kita sadari/spontan. Secara tidak
langsung hal itu meyiratkan makna tertentu.
Menurut psikolog, ada empat jenis bahasa tubuh yang secara umum
menyiratkan pikiran dan perasaan seseorang.
1. Bahasa tubuh terbuka yaitu postur hadap depan (foward looking), posisi tubuh
dan wajah menghadap lawan bicara. Bahasa tubuh ini menyiratkan kesiapan
memberi perhatian dan kehangatan. Umumnya bahasa tubuh ini mencerminkan
respon positif terhadap lawan bicara. Biasanya sikap posisi seperti ini ada dalam
kelompok pembicaraan yang suasananya akrab dan saling mengenal satu sama
lain.
2. bahasa tubuh tertutup. Sikap tubuh tertarik ke belakang, tetapi bukan
memunggungi lawan bicara. Misalnya menoleh ke arah lain ketika lawan tengah
berbicara. Sikap ini mencerminkan rasa malu dan bosan. Bagi lawan bicara, sikap
Jika kalian mendapati pada situasi ini sebaiknya segera akhiri pembicaraan,
karena lawan bicara tidak merasa nyaman atau tidak mengingnkan kehadiran kita
lebih lama.
3. bahasa tubuh ekspansif. Sikap tubuh tampak dalam postur siaga, misalnya
berdiri tegak dengan dagu sedikit mendongak. Sikap ini mencerminkan rasa
bangga dan arogansi. Umumnya, sikap ini dimiliki oleh orang yang rasa percaya
dirinya cukup tinggi. Orang-orang seperti ini kurang bisa menghargai lawan
bicaranya.
4. bahasa tubuh tegang. Ini terlihat dari postur tubuh yang mengkerut, seolah-olah
tubuh ditarik kedalam. Misalnya wajah menunduk, tangan dilipat, dan mata tidak
berani menatap. Sikap ini mencerminkan rasa kecewa, sedih, atau
frustasi.(Sumber:http://donsoe.wordpress.com/2009/12/19/mengetahui-makna-bahasa-tubuh/)
2.1.11 Makna Acungan Jempol
Acungan jempol adalah gerak isyarat dan seperti menggelengkan kepala dan
gerakan isyarat tangan adalah jenis dari bahasa isyarat, bahasa non verbal.
Beberapa gerakan isyarat dilakukan anak-anak yang masih kecil, dibawah satu
tahun. Beberapa gerakan isyarat sangat membantu di dalam perjalanan, kecuali
Anda berada di negara yang menganggap gerakan isyarat tersebut sebagai simbol
yang tidak sopan. Hal ini dapat menimbulkan masalah besar bagi Anda.
Bagaimana pun, acungan jempol merupakan gerak isyarat yang sangat populer.
setuju tidak kurang dari empat ratus tahun, atau lebih lama lagi. Gerak isyarat ini
diterima karena fakta "Jempol yang berdiri tegak" berati BAIK dan "Jempol yang
mengarah ke bawah" berarti TIDAK BAIK. Ini mungkin ada kaitannya dengan
peribahasa : "Disinilah jempol saya", dari bahasa Inggris kuno yang mengatakan
bahwa digunakan sebagai akhir dari kontrak atau persetujuan.
Isyarat acungan jempol mungkin dihubungkan dengan pertarungan gladiator
romawi kuno. Penonton akan menutup jempol mereka jika mereka ingin
membiarkan gladiator yang kalah tetap hidup karena gladiator tersebut dianggap
telah bertarung dengan sangat berani. Itulah apa yang dikatakan Desmond Morris
dalam bukunya Body Talk. Melalui "Salah menerjemahkan atau salah kaprah",
seperti yang dikatakannya, "gerak isyarat ini secara bertahap berubah dari
'acungan jempol yang ditutupi' menjadi "Acungan Jempol."
Isyarat tangan lainnya yang digunakan dengan makna yang sama adalah apa yang
Morris dan rekannya menuliskan pada buku Gesture, sebut "lingkaran." Gerakan
ini terbentuk jika Anda menyentuhkan ujung jempol Anda pada ujung jari kaki
telunjuk sehingga membentuk "O" yang dalam banyak budaya diartikan sebagai
AllCorect. Ada juga gerakan isyarat lainnya yang terkenal di seluruh dunia.
"Meletakkan jempol pada hidung Anda" adalah ketika ujung jempol Anda
menyentuh ujung hidung Anda dan jari-jari tangan merentang dan menunjuk (dan
kadangkala mengejek). Kebanyakan murid sekolah akan mengenali gerak isyarat
ini sebagai gerakan menggoda atau menghina. Gerakan ini juga sering disebut
"Salam Lima Jari."
2.1.12 Pendekatan Semiotik
Semiotika (semiotics) didefinisikan oleh Ferdinand de Sausure di dalam
Course in General Linguistics, sebagai “ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai
bagian dari kehidupan sosial.” Implisit dalam definisi Sausure adalah prinsip,
bahwa semiotika sangat menyadarkan dirinya pada aturan main (rule) atau kode
sosial (social code) yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat
dipahami maknanya secara kolektif. Keberadaanya mampu menggantikan sesuatu
yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan.
Semiotika adalah sebuah cabang keilmuan yang memperlihatkan pengaruh
semakin penting sejak empat dekade yang lalu, tidak saja sebagai metode kajian
(decoding), akan tetapi juga sebagai metode penciptaan (encoding). Semiotika
telah berkembang menjadi sebuah model atau paradigma bagi berbagai bidang
keilmuan yang sangat tuas, yang menciptakan cabang-cabang semiotika khusus,
diantaranya adalah semiotika binatang (zoo semiotics), semiotika kedokteran
(medical semiotics), semiotika arsitektur, semiotika seni, semiotika fashion,
semiotika film, semiotika sastra, semiotika televisi, termasuk semiotika desain
(Piliang, 2003: 256).
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu
yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan
semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata
Yunani semeion yang berarti `tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah
Sebenamya banyak sekali definisi-definisi mengenai semiotik, seperti
semiotik menurut Van Zoest, yaitu :
“Komunikasi melukiskan evolusi makna, makna adalah sesuatu yang
diciptakan, ditentukan, diberikan, dan bukan sesuatu yang diterima, jadi
komunikasi bukanlah sesuatu, juga bukan interaksi dengan sesuatu,
melainkan sesuatu transaksi yang di dalamnya orang menciptakan dan
memberikan makna untuk menyadari tujuan-tujuan orang itu”.
Menurut Dick Hartoko, semiotika adalah bagaimana suatu karya tersebut
ditafsirkan oleh pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau
lambang-lambang (Sobur, 2004 : 96). Sedangkan semiotik menurut semiotisan murni,
Charles Sanders Pierce, yaitu merupakan suatu tindakan, pengaruh atau kerja
sama antara tiga elemen tanda (sign) objek (Rahmat, 2006 : 2064).
Berdasarkan definisi semiotik dari para ahli maka secara umum, semiotik
didefinisikan sebagai berikut :
Semiotics is usually defined as a general philosophical theory dealing with the production of signs and symbols as part of code systems which are used to communicate information. Semiotics includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs (all signs or signals which are accessible to and can be perceived by all our senses) as they form code systems which systematically communicate information or massages in literary every field of human behaviour and ehterprise.
(Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang
berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari
sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotik
atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita
miliki] ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis
menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis disetiap kegiatan dan perilaku
manusia (http://id.wikipedia.orQ/wiki/semiotika, diakses 23/04/10/08:11).
Dari definisi semiotik secara umum tersebut berarti pada dasarnya pusat
perhatian dari pendekatan Semiotika adalah tanda (sign). Pokok perhatiannya di
sini adalah tanda. Studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja dinamakan
semiotika atau semiologi. Menurut John fiske Mempunyai tiga bidang studi
utama yaitu :
1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang
berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan
cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda
adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia
yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara
berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat
atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia
untuk mentransmisikannya.
3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung
pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan
bentuknya sendiri..
Dalam semiotika, penerima atau pembaca, dipandang memainkan peran
Gerbner). Semiotika lebih suka memilih istilah “pembaca” (bahkan untuk foto
sebuah lukisan) untuk “penerima” karena hal tersebut secara tak langsung
menunjukkan derajat aktivitas yang lebih besar dan juga pembacaan merupakan
sesuatu yang kita pelajari untuk melakukannya; karena itu pembacaan tersebut
ditentukan oleh pengalaman kultural pembacanya. Pembaca membantu
menciptakan makna teks dengan membawa pengalaman, sikap, dan emosinya
terhadap teks tersebut.
2.1.13 Tanda dan makna
Semua model makna memiliki bentuk yang secara luas mirip.
Masing-masing memperhatikan tiga unsur yang mesti ada dalam setiap studi tentang
makna. Ketiga unsur itu adalah (a) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda.
Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita;
tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri; dan bergantung pada
pengenalan oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda.
Peirce melihat tanda, acuannva dan penggunanya sebagai tiga titik dalam
segi tiga. Masing-masingterkait erat pada dua yang lainnya
Peirce sampai pada model yang serupa tentang cara tanda ditandai.
Mengindentifikasi relasi segitiga antara tanda, pengguna dan realitas eksternal
sebagai suatu keharusan model untuk mengkaji makna. Peirce, yang biasanya
dipandang sebagai pendiri tradisi semiotika Amerika, menjelaskan modelnya
Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam
beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan
di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang
lebih berkembang, Tanda yang diciptakannya saya namakan interpretant dari
tanda pertama. Tanda itu menunjukkan sesuatu, yakni objeknya. (dalam
Fiske,2004 (Zeman, 1977)).
Ketiga istilah Peirce dapat dimodelkan seperti pada. Panah dua arah
menekankan bahwa masing-masing istilah dapat dipahami hanya dalam relasinya
dengan yang lain. Sebuah tanda mengacu pada sesuatu di luar dirinya
sendiri-objek, dan ini dipahami oleh seseorang: dan ini memiliki efek di benak
penggunanya-interpretant. Efek pertandaan yang tepat”: yaitu konsep mental yang
dihasilkan baik oleh tanda maupun pengalaman pengguna terhadap objek.
Model semiotika tidak membuat perbedaan antara decorder dan encoder.
Interpretant adalah konsep mental pengguna tanda, baik dia sebagai pembicara
maupun pendengar, penulis atau pembaca, pelukis atau penikmat lukisan.
Decoding merupakan tindakan aktif dan kreatif, begitu juga halnya dengan
encoding.
Peirce membuat tiga kategori tanda yang masing-masing menunjukkan
hubungan yang berbeda diantara tanda dan objeknya, atau apa yang diacunya.
Dalam sebuah ikon, dalam beberapa hal tanda menyerupai. objeknya;
tanda itu kelihatan atau kedengarannya menyerupai objeknya. Dalam indeks ada
hubungan langsung antara tanda dan objeknya: keduanya benar-benar terkait.