• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN ILUSTRASI COVER MAJALAH GATRA ( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN ILUSTRASI COVER MAJALAH GATRA ( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 )."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKNAAN ILUSTRASI COVER MAJALAH GATRA

( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 )

SKRIPSI

Di susun oleh : RISTIN MONEPA

NPM. 0743010218

YAYASAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Pemaknaan Ilustrasi Cover Majalah Gatra

( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 )

Oleh : RISTIN MONEPA

NPM. 0743010218

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 13 Juni 2011

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. Ketua

Ir.H.Didiek Tranggono,MSi Ir.H.Didiek Tranggono,MSi NIP. 195812251990011001 NIP. 195812251990011001

2. Sekretaris

Dra.Sumardjijati, Msi

NIP. 196203231993092001

3. Anggota

Dra.Herlina Sukmawati,Msi

NIP. 196412251993092001

Mengetahui, DEKAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas kasih dan berkat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pemaknaan Ilustrasi Cover Majalah Gatra dengan judul “Menepis Serangan Wikileaks”. Penulis tidak akan mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” dengan baik, tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak.

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Dekan Fisip Dra.Hj. Suparwati.Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dan juga kepada Ir.H.Didiek Tranggono,MSi selaku Dosen yang telah membimbing dan memberi saran juga dukungan demi kelancaran penulisan Skripsi ini, Serta semua pihak yang terkait dalam kelancaran penulisan Skripsi ini, antara lain :

1. Juwito S.Sos,MSi selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan seluruh Dosen Ilmu Komunikasi serta Staf TU.

(4)

  v

3. Buat ‘Best Frend forever’ dikostan, Emak(veve) teman yang membantuku jikalau sakit, nonton Tv dikamarnya dan berbagi makanan. Malin(marlin) yang selalu memberi dorongan semangat supaya cepat selesai dan menasehatiku, Sapi(wida) trimakasih pinjaman buku serta internetnya guys, aying yang biasanya mentraktir makan dan ngajak jalan makasih, mereka teman “Laugh Every Day”. Tidak lupa juga seluruh penghuni MA 1b no.29a atas dukungan dan doanya.

4. Buat teman kapselku Dhea ndud, Mayong, Firman, Bojes, trimakasih atas kerjasamanya, dan buat seluruh teman seperjuangan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik angkatan ’07 khususnya Ilmu Komunikasi yang saling memotifasi “sucses always guys”.

5. Buat mama tua (bude), Bu Rohani (karokermawa), Bu kantin Fisip, Bu Yanti, Bu Jiban, trimakasih atas nasehat dan menjadi ibu angkatku ketika aku jauh dari orangtuaku.

(5)

angkatan ’07 (Singgoku’rigky’, trio offie “ai dan jofita”, Mario, Gigih, Dika) atas doa, dukungan dan kerjasamanya selama ini “love you guys forever”.

7. Buat penjaga Perpus Fisip dan Perpus Pusat, trimakasih atas bantuannya mencarikan referensi dan buku.

8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis trimakasih doanya.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan laporan ini. Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya teman-teman di Program Studi Ilmu Komunikasi. Terima kasih.

Surabaya, Mei 2011

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vi

ABSTRAKSI ... ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 10

2.1. Landasan Teori ... 10

2.1.1. Media Cetak ... 10

2.1.2. Ilustrasi Cover Majalah ... 13

2.1.3. Ilustrasi Sebagai Proses Komunikasi ... 15

2.1.4. Teori Komunikasi Politik ... 16

2.1.5. Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik ... 18

2.1.6. Sistem Politik ... 18

2.1.7. Korupsi ... 21

(7)

2.1.9. Konsep Makna ... 23

2.1.10. Font ... 25

2.1.11. Tipografi ... 26

2.1.12. Pemaknaan Warna ... 26

2.1.13. Kesatria ... 30

2.1.14. Pedang dan Tameng ... 30

2.1.15. Wikileaks ... 31

2.1.16. Pendekatan Semiotik ... 32

2.1.17. Pierce dan Tanda ... 35

2.1.18. Makna Denotatif dan Konotatif ... 36

2.1.19. Model Semiotik Carles Sanders Pierce ... 38

2.2. Kerangka Berfikir ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Metode Penelitian ... 42

3.2. Kerangka Konseptual ... 43

3.2.1. Korpus ... 43

3.2.2. Unit Analisis ... 44

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.4. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ... 50

4.1.1. Majalah Gatra ... 50

4.1.2. Penyajian Data ... 52

(8)

4.2.1. Pemaknaan Ilustrasi Cover Majalah Gatra

”Menepis Serangan Wikileaks” ... 53

4.2.2. Analisis Ilustrasi Cover Majalah Gatra Berdasarkan Metode Semiotik Carles Sanders Pierce ... 54

4.3. Pemaknaan Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 Berdasarkan Tiga Kategori Pierce ... 58

4.3.1. Ikon ... 58

4.3.2. Indeks ... 61

4.3.3. Simbol ... 63

4.4. Makna Keseluruhan Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 dalam model Triangle Of Meaning……. 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 70

5.1. Kesimpulan ……… 70

5.2. Saran ……….. 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN ... 76

(9)

ABSTRAKSI

RISTIN MONEPA, PEMAKNAAN ILUSTRASI COVER MAJALAH GATRA ( Analisis Semiotik Ilustrasi Cover Majalah Gatra Yang Berjudul Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011 )

Permasalahan dalam Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 – 23 Maret 2011 yaitu mengapa seorang Presiden Republik Indonesia bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) digambarkan atau diilustrasikan sebagai seorang kesatria pedang (swordman) yang berpakaian baju baja lengkap dan menggunakan sepatu sejenis boot, padahal biasanya seorang kepala negara berwibawa dengan menggunakan jas, dasi, serta sepatu pantofel. Terlihat pula dalam ilustrasi tersebut SBY memasang kuda-kuda yang siap untuk menepis serangan dari lawan, serangan tersebut berupa kertas yang menggumpal dan koran yang digumpal diikat dengan kawat,pada ujung kawat digantungkan jam pasir bertuliskan Wikileaks. Apa sebenarnya arti serangan-serangan tersebut yang mengarah kepada SBY.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan Ilustrasi Cover Majalah Gatra yang Berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011. dengan mengkaji tanda visual terkait dengan gambar ilustrasi, warna serta tanda verbal (kata-kata judul).

Metode yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif, dan menjadi korpus pada Cover Majalah Gatra Edisi 17 – 23 Maret adalah sebatas gambar ilustrasi, tulisan judul ”Menepis Serangan Wikileaks serta tulisan gatra yang tidak utuh karena sebagian hurufnya tertutup. Sedangkan unit analisisnya adalah tanda-tanda berupa gambar dan tulisan, yang terdapat pada korpus kemudian dianalasis menggunakan pendekatan semiotik Charles Sanders Pierce (sign, object, interpretan ) dimana objek dibagi menjadi ikon, indeks, simbol.

Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu bahwa ilustrasi cover Majalah Gatra disini menunjukan bahwa Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono mempunyai jiwa kesatria, yang siap menepis serangan yang datang kepadanya melalui gumpalan kertas dan koran tersebut. Dimana gumpalan kertas tersebut merupakan dokumen rahasia wikileaks yang bocor kepada koran ”The Age” yang memberitakan tentang ”Yudhoyono Abused Power” seperti dugaan korupsi oleh keluarga SBY melalui koneksi politik, adanya campur tangan SBY untuk mempengaruhi jaksa dan hakim mengamankan tokoh-tokoh politik yang korup, beliau juga dituduh memanfaatkan Badan Intelejen Negara memata-matai Yusril.I.M,

Kata kunci : Pemaknaan, Semiotik Charles Sanders Pierce, Ilustrasi Cover, Majalah Gatra.

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Majalah didefinisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti semingu sekali, atau sebulan sekali. Adapula yang membatasi pengertian majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan yang terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. Selain itu, media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu. Bentuknya harus berformat tabloid, atau saku, atau format konvensional sebagaimana format majalah yang kita ketahui selama ini.

Menurut suatu literatur, majalah pertama terbit diinggris tahun 1731 yaitu Gentleman Magazine. Majalah ini berisi berbagai topik tentang sastra, politik, biografi, dan kritisisme. Kelak, ia menjadi contoh karakter umum majalah yang biasa dijumpai hingga kini, misalnya berisi humor, esai politik, sastra, musik, teater, hingga berita orang-orang ternama. Sepuluh tahun sesudahnya, muncul majalah pertama di Amerika Serikat.

(11)

sendiri lebih pas disebut sebagai majalah umum pertama yang tampil modern, dan bertahan cukup lama hingga 1901.

Pengertian majalah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulan, mingguan dan sebagainya, serta menurut pengkhususan isinya dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya.

Ditempat penjualan majalah, koran, tabloid, calon pembaca diberikan banyak pilihan sehingga mata pembaca ”ditarik” kesana-kemari oleh penampilan desain yang atraktif dan persuasive. Penampilan majalah yang kurang ngejreng akan sulit mengambil perhatian calon pembaca. Sebab masyarakat pembaca sudah terbiasa ”dimanjakan” matanya oleh desain-desain yang menarik dan menyenangkan. Penerbitan pers, khususnya majalah, dewasa ini tidak cukup hanya mengandalkan kualitas berita atau naskah, kendati aspek verbal amat penting. Harus diakui bahwa aspek visual (desain) memiliki pesan yang sangat menentukan untuk menangkap calon pembaca. Betapapun menariknya sebuah artikel, jika tidak di-visualisasikan dengan baik, boleh jadi tidak akan dibaca.

(12)

pembaca, cover harus dapat menghentikan pandangan, terutama jika dipajang dikios bersama majalah-majalah lain.

Cover adalah lembaran kertas paling luar bagian depan belakang atau sering disebut kulit buku pada media cetak. Cover biasanya lebih tebal dari kertas isi, dibuat dengan warna-warni dan dirancang sedemikian rupa dengan maksud untuk menarik perhatian pembaca oleh sebab itu gagasan menampilkan tokoh, yang realistis, diharapkan juga membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti dibanding tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar atau ilustrasi merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan, dan peran gambar atau ilustrasi dalam sampul sangat besar pengaruhnya karena lebih mudah diingat daripada kata-kata, dan paling cepat untuk pemahaman serta dimengerti maksdunya. Namun, pemilihan judul (teks) juga penting selain harus singkat, juga mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkadandung didalamnya. (Pudiastuti, 1999:29).

(13)

perhatian ) yang paling efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut juga menunjang pesan yang terkandung. (Kusmiati, 1999:44).

Dari uraian diatas, maka dapat dilihat bahwa ilustrasi merupakan salah satu wujud lambang (symbol) atau bahasa visual, keberadaannya dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non-verbal, dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan ataupun ucapan, dan merupakan ungkapan ide dan pesan dari penulis dan penerbit kepada publik yang dituju melalui simbol berwujud gambar, tulisan, dan lainnya.

Pesan yang akan disampaikan dalam ilustrasi, disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal dilihat dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbolis.

(14)

kepada Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian ada gumpalan koran yang diikat dengan kawat dan dibagian ujung kawat digantugkan jam pasir yang bertuliskan wikileaks, dikoran tersebut dituliskan nama Susilo Bambang Yudhoyono.

Ilustrasi Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 tersebut jika diatasnamakan seni tidak ada masalah karena seni berbicara tentang keindahan, kreatifitas, dan kebebasan berekspresi dan berimajinasi. Semakin tidak biasa suatu ide sebuah karya seni, semakin unik karya seni tersebut. Namun ilustrasi majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 tersebut menggambarkan fenomena saat ini.

(15)

Indonesia dengan koran The Age yang memuat berita tentang SBY, berita tentang penyalahgunaan kekuasaan oleh SBY tersebut didapat dari Dokumen yang ada pada Situs Wikileaks yang telah dibocorkan oleh Wikileaks. Itulah berbagai permasalahannya, sehingga peneliti tertarik untuk mengungkapkan makna-makna yang terdapat pada ilustrasi sampul majalah mingguan Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011 yang berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa ilustrasi digunakan untuk menyampaikan proses komunikasi secara cepat, tepat, dan tegas, serta sedapat mungkin mampu menunjang pesan terkandung. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin menggali lebih jauh makna dan tanda dari Ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 – 23 Maret yang berudul Menepis Serangan Wikileaks.

(16)

Artinya penuh dengan tanda tanya atau hal-hal yang harus diungkap maksud dan arti yang terkandung dalam simbolnya.

Cover Majalah tersebut memiliki ilustrasi gambar yang unik dan sulit ditebak apa artinya, karena untuk menguak makna sebuah ilustrasi Ilustrasi Cover depan sebuah Majalah pada kenyataannya bukan sebuah pekerjaan yang mudah, mengingat pandangan setiap orang dalam memaknai sebuah gambar berbeda-beda. Melalui penciptaan sebuah ilustrasi, terutama ilustrasi sampul sebuah majalah, realitas cerita dalam majalah tersebut yang ditangkap oleh ilustrator dapat saja berbenturan dengan kerangka pemikirannya sendiri, sebuah tempat yang terdapat didalam diri seorang ilustrator, tempat dimana ilustrasi itu berdiri. Dalam pengertian lain, ilustrasi sangatlah ditentukan oleh siapa yang berdiri di belakangnya, dengan demikian akan sangat dibutuhkan pengetahuan serta wawasan dalam melakukan interpretasi terhadap sebuah tulisan atau cerita sesuai dengan konteksnya.

Dalam bidang perancangan grafis, sebuah desain Cover berkembang menjadi desain komunikasi visual, banyak memanfaatkan daya dukung gambar sebagai lambang visual, guna mengefektifkan pesan komunikasi yang terdapat pada ilustrasi cover. Upaya mendayagunkan lambang visual, berangkat dari anggapan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik bersifat khas untuk menimbulkan kesan tertentu pada pengamatnya.

(17)

Pierce guna menggali makna dan tanda dari ilustrasi Cover majalah Gatra Edisi 17 – 23 Maret 2011. Pada metode semiotika Peirce ditekankan pada objek tanda yang dibagi ke dalam ikon, indeks, dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat tepat dalam memaknai keseluruhan ilustrasi sampul depan majalah tersebut karena pada ilustrasi Cover majalah tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan, gambar, dan simbol yang ada pada cover. Menurut Pierce tulisan, gambar maupun simbol-simbol adalah sebuah tanda yang saling berhubungan dalam menghasilkan suatu pemaknaan dan menjadi landasan bagi teori semiotika komunikasi (Sobur, 2001). Selain itu peneliti juga menggunakan warna sebagai acuan untuk meneliti sampul depan karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.

Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Peirce, maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang dogolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks, simbol. Dari interpretasi tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi Cover Majalah Gatra yang berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

(18)

9  

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang sudah ditetapkan sebelumnya, yaitu :

” Untuk mengetahui pemaknaan ilustrasi pada Cover Majalah Gatra Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011.”

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis : penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penelitian kulitatif dari ilmu komunikasi serta memberikan wacana bagi peneliti mengenai studi semiotika.

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media Cetak

Secara harfiah pengertian media cetak bisa diartikan sebagai sebuah media penyampai informasi yang memiliki manfaat dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis. Dari pengertian ini, kita bisa melihat bahwa media cetak adalah sebuah media yang didalamnya berisi informasi yang di dalamnya terkait dengan kepentingan masyarakat umum dan bukan terbatas pada kelompok tertentu saja. Media cetak ini merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital. Meski demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen yang menantikan informasi yang dibawanya.

(20)

1. Surat Kabar Harian

Ini adalah jenis media cetak yang terbit setiap hari, kecuali pada hari hari tertentu seperti hari libur nasional. Jenis media cetak ini masih dibagi lagi menjadi surat kabar harian Nasional, Surat Kabar Harian Daerah, dan Surat Kabar Harian Lokal. Berita yang disampaikan adalah jenis berita news atau informasi terkini da disampaikan dengan sistem straight news atau apa adanya.

2. Surat Kabar Mingguan

Jenis media cetak ini lebih banyak dikenal dengan sebutan Tabloid. Biasanya berita yang diangkat adalah berita in depth news atau liputan mendalam. Tulisan dalam media ini lebih banyak bergaya atau deskriptif.

3. Majalah Mingguan

Jenis majalah ini terbit setiap minggu sekali. Berita yang diangkat adalah berita in depth news dengan jenis berita adalah berita news atau tentang sebuah peristiwa. 4. Majalah tengah bulanan

Majalah ini terbit sebulan dua kali. Berita yang ditampilkan lebih bersifat informatif dan biasanya memuat tentang berita life style atau gaya hidup.

5. Majalah bulanan

Majalah bulanan terbit sekali dalam sebulan. Jenis pemberitaan yang disampaikan biasanya termasuk investigatif atau berita yang didapat dari hasil penelitian.

6. Majalah Dwibulanan

(21)

7. Majalah Tribulanan

Majalah ini berkonsep hampir mirip dengan majalah dwinulanan. Yang membedakan hanya masalah waktu terbit, yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. (file:///F:/pengertian-media-cetak.htm) (28 maret 2011)

Media cetak mempunyai karakteristik yang penting. Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut. Lebih jauh lagi media cetak dapat di seleksi oleh pembacanya secara mudah dibandingkan dengan berita melalui radio dan televisi. (Hamundu, 1999 ). sumber: Pengertian Media Cetak http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060387-pengertian-media-cetak/#ixzz1Hr3MLcy1 ( 28 maret 2011).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, informasi yang patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra, dan sebagainya yang menurut kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah tengah bulan, majalah mingguan dan sebagainya.

Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi foto, gambar atau lukisan tetapidapat pula berisi daftar isi atau artikel utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah sebagai salah satu bentuk media massa yang sangat perlu diperhatikan keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa. Majalah adalah terbitan berkala yang beritanya ditujukan untuk umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.

(22)

a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum, komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan seni. b. Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.

2.1.2 Ilustrasi Cover Majalah

Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah majalah, karena pada saat kita akan membeli atau membaca sebuah majalah, yang diperhatikan pertamakali adalah sampul dan ilustrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya pada ilustrasi sampul. Sampul perlu didesain secara indah dan artistik agar mampu menarik perhatian khalayak untuk membacanya.Pemilihan judul atau teks harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung didalamnya. Pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis yang memikat.

(23)

Ilustrasi merupakan suatu cara untuk menciptakan efek atau memperlihatkan suatu objek dengan tujuan :

1. Menggambarkan suatu produk atau ilusi yang belum pernah ada. 2. Mencoba menggambarkan ide abstrak.

3. Menggambarkan kejadian peristiwa yang agak mustahil.

4. Memperjelas komentar, biasanya komentar editorial berbentuk kartun atau karikatur.

5. Menggambarkan sesuatu secara rinci 6. Memperjelas suatu artikel

7. Membuat corak tertentu pada suatu tulisan yang menggambarkan masa atau zaman pada saat tulisan tersebut dibuat (Kusmiati, 1999:45).

Gambar adalah lambang lain yang digunakan dalam berkomunikasi non-verbal, gambar dapat digunakan untuk menyatakan suatu pikiran atau perasaan. Gambar banyak dimanfaatkan sebagai lambang visual pesan guna mengefektifkan komunikasi (http://puslipetra.ac.idljournals/desain, diakses 29 maret 2011 ).

(24)

yang hendak menepis serangan musuh diabstraksikan sedemikian rupa agar mampu menarik perhatian khalayak.

2.1.3 Ilustrasi Sebagai Proses Komunikasi

Ilustrasi merupakan ”symbolic speech”, artinya penyampaian pesan yang terdapat dalam sebuah ilustrasi tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol. Simbol-simbol pada tanda tersebut merupakan symbol yang disertai makna (signal) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima). (Van Zoest, 1999: 3).

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lainnya yang secara langsung mampu ”menterjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat dan warna dalam hal kemampuan ”menterjemahkan” pikiran seseorang. Dengan kata lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas (Effendy, 2003 : 11-12)

(25)

interaksi dengan sesuatu melainkan suatu transaksi yang didalamnya orang menciptakan dan memberikan makna untuk menyadari tujuan.

Berawal dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ilustrasi adalah sebuah proses komunikasi karena terdapat informasi atau pesan yang terkandung dalam ilustrasi tersebut yang sengaja dugunakan oleh komunikator untuk disampaikan atau ditransmisikan kepada komunikan dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan dalam ilustrasi adalah bahasa simbol yang berupa kata-kata, gambar, grafik, dan sebagainya. Selain sebagai hiasan, ilustrasi digunakan media untuk memperjelas pandangan dan penilaian dari penulis akan suatu fenomena kehidupan. Tujuan ilustrasi adalah menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan lebih mudah dicerna. Berikut adalah fungsi ilustrasi :

1. Memberikan bayangan setiap karakter didalam setiap cerita.

2. Memberikan bayangan yang digunakan didalam tulisan ilmiah memberikan bayangan langkah kerja.

3. Menghubungkan tulisan dengan kreatifitas dan individualisme manusia. 4. Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan.

2.1.4 Teori Komunikasi Politik

(26)

(Miriam, 2005: 30). Politik juga seperti halnya dengan komunikasi yaitu merupakan suatu proses, komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan dalam hal ini bukanlah pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan melainkan pembicaraan dalam arti kata yang lebih inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar simbol, kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh dan pakaian.

Komunikasi politik itu lebih bermuara sharring (berbagi) simbol, gagasan, kepentingan dan sebagainya diantara sejumlah pihak. Komunikator dalam proses komunikasi politik memainkan peran sosial, terutama dalam pembentukan opini politik. Mark Roelofs mengemukakan peran komunikator politik sebagai pemimpin publik opinian, karena mereka berhasil membuat bebrapa gagasan yang mula-mula

ditolak, kemudian dipertimbangkan dan akhirnya diterima massa (Ali dalam Marliani, 2004 : 13). Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang ((private goals), lagipula politik menyangkut kegiatan orang seorang (individu).

(27)

2.1.5 Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik

Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah berkembang. Ada yang menyangkut pembicaraan mereka yang melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum, konstitusi, dan sebagainya. Namun sebagian besar lambang tersebut adalah pembicaraan pengaruh yakni, mimbar, slogan, pidato, editorial dan lain sebagainya (Mrliani, 2004 : 27 ). Sebagai pengguna dan penafsir lambang, manusia terkadang irasional dengan menganggap seolah olah ada hubungan antara suatu lambang dengan apa yang dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam konteks perpolitikan dapat dianggap sebagai lambang tertentu yang dipersepsi sebagai sebagai sesuatu yang memiliki daya atau kekuatan tertentu sehingga pihak-pihak yang yang berkepentingan merasa perlu melakukan perang dengan mengadakan warna atau meniadakan warna tersebut. Akhirnya politik kita menjadi sekedar adu warna dan bukan menjadi adu program politik hal ini sekali lagi membuktikan bahwa sebuah proses simbolik itu manusiawi dan tidak terhindarkan (Mulyana, 1999 : 80).

2.1.6. Sistem Politik

(28)

untuk melakukan suatu maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugasnya, maka maksud yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi, atau setidak-tidaknya sistem yang telah terwujud akan mendapat gangguan. Jadi sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian, yang kait mengait satu sama lain.

Suatu sistem selalu terkait dengan keadaan dimana bagian-bagiannya satu sama lain bergantung secara fungsional, yang mempunyai batas-batas tertentu tapi merupakan komponen daripada suatu keutuhan yang bulat. Sistem dapat pula diartikan sebagai kumpulan fakta-fakta, pendapat-pendapat, kepercayaan-kepercayaan dan lain-lain yang disusun dalam suatu cara yang teratur. Suatu sistem politik terdiri dari interaksi peranan warga negara. Jadi sistem dianggap pula sebagai ”pola yang relatif tetap” dari hubungan antara manusia yang melibatkan makna yang luas dari kekuasaan, aturan-aturan kesewenangan. Definisi kekuasaan yang diberikan oleh Robert M. Macvler dalam (Budiardjo, 2005:35 ) adalah kekuasaan sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain, baik secara langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia. Kekuasaan sosial terdapat dalam semua hubungan sosial dan dalam semua organisasi sosial.

Kata politik berasal dari kata yunani ”polis” adalah kota yang berstatus negara/negara kota, seperti dalam Webster’s New Collegiate Dictionary, berasal dari kata polis yang berarti ”city state” negara kota. Segala aktivitas yang dijalanka oleh polis untuk kelestarian dan perkembangannya disebut ”politike techne” (politika).

(29)

dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Untuk itu, politik sebagian besar menyangkut kegiatan partai politik, ABRI dan organisasi kemasyarakatan, walaupun tidak menutup kemungkinan bagi kegiatan yang bersifat perseorangan.

Robert Dahl memberikan pengertian sistem politik sebagai berikut ; A political system is any persistent of power realtionship that involves the significant

extent, power, rules or authority. Dengan demikian sistem politik menurut Robert

Dahl, Mencakup dua hal sebagai berikut :

1. Pola yang tetap dari pada hubungan antar manusia.

2. Melibatkan sesuatu yang luas dan berarti tentang kekuasaan, aturan-aturan dan kewenangan.

(30)

2.1.7. Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa Latin Corruptio dari kata kerja corrumpere yang memiliki arti busuk, rusak, menyogok, menggoyahkan, memutarbalik. Secara Harfiah, Korupsi berarti kebusukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang memfitnah. Pengertian Korupsi dalam arti modern baru terjadi kalau ada pengaturan pemisahan keuangan pribadi dan sebagian pejabat sangat penting, sebab seorang raja tradisional tidak dianggap sebagai koruptor jika menggunakan uang negara, karena raja adalah negara itu sendiri.

Andi Hamzah, (2005) menjelaskan bahwa korupsi berawa dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti inggris yaitu corruption, corrupt, dari bahasa Belanda yaitu corruptie,korruptie. Dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke Bahasa Indonesia yaitu korupsi. Definis Korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorang administrator yang memanfaatkan kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor (domestik maupun asing ), memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status, atau kewenangannya yang resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan melakukan tindak korupsi.

(31)

2.1.8. Teori Desain Komunikasi Visual

Keberadaan desain komunikasi visual sangat lekat dengan hidup dan kehidupan kita. Ia tidak bisa lepas dari sejarah manusia. Karena ia merupakan salah satu usaha manusia untuk meningkatkan kualitas hidup. Desain komunikasi visual sangat akrab dengan kehidupan manusia, menurut Widagdo (1993:31) desain komunikasi visual dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan dari rasionalitas. Dilandasi pengetahuan, bersifat rasional, dan pragmatis. Jagat desain komunikasi visual senantiasa dinamis, penuh gerak, dan perubahan. Hal itu karena peradaban dan ilmu pengetahuan modern memungkinkan lahirnya industrialisasi. T. Sutanto (2005: 15-16) menyatakan, desain komunikasi visual senantiasa berhubungan dengan penampilan rupa yang dapat diserap orang banyak dengan pikiran maupun perasaannya. Rupa yang mengandung pengertian makna, karakter serta suasana yang mampu dipahami (diraba dan disarankan) oleh khalayak umum atau terbatas dalam pandangan Sanyoto (2006:8) desain komunikasi visual memiliki pengertian secara menyeluruh, yaitu rancangan sarana komunikasi yang bersifat kasat mata.

(32)

2.1.9. Konsep Makna

Dari mana datangnya makna? ”makna ada dalam diri manusia”, makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia, kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan (De Vito dalam Sobur 2006: 20). Makna hubungan antara suatu objek dengan lambangnya(Litteljohn, 1996:64). Makna pada dasarnya terbentuk berdasarkan hubungan antara lambang komunikasi dengan penggunaan akal budi manusia (objek). Semua ahli komunikasi, seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat (1996), sepakat bahwa makna kata sangat subjektif.

Dalam penjelasaan Umberto Eco (Budiman, 1999: 7), makna dari sebuah wacana tanda (sign-vechicle) adalah satuan kultural yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lainnya, serta dengan begitu, sematik mempertunjukan pula ketidaktergantungannya pada wahana tanda yang sebelumnya (Sobur, 2004: 55). Pemaknaan lebih menuntut pada kemampuan integratif manusia, seperti indrawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Materi disajikan, seperti juga ekstrapolasi dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator. Bagi sesuatu yang lebih jauh. Hanya saja ekstrapolasi terbatas, dalam arti empirik, logic, sedangkan dalam pemaknaan dapat menjangkau yang etik ataupun transedental (Sobur, 2004:256).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model proses makna Jhonson dalam De Vito, 1997: 123-125, antaralain :

(33)

gunakan untuk memproduksi, dibenak pendengar, apa yang ada dalam benak kita, reproduksi ini hanyalah sebuah proses parsial dan selalu bisa salah.

2. Makna berubah. Kata kata relatif statis. Banyak dari kata-kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makan dari kata-kata ini terus berubah dan hal ini khususnya terjadi pada dimensi emosional dari makna.

3. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal, bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa makna yang membutuhkan acuan adalah masalah komunikasi yang timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkannya dengan acuan yang konkrit dan dapat diamati. Bila kita berbicara tentang cinta, persahabatan, kebahagiaan, kebaikan, kejahatan dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu, kebanyakan kata mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

(34)

2.1.10. Font

Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam penggunaannya senantiasa diperhatikan kaidah-kaidah estetika, kenyamanan keterbacaannya, serta interaksi huruf terhadap ruang dan elemen-elemen visual disekitarnya.

Huruf atau biasa disebut ”font” atau ”Typeface” adalah salah satu elemen terpenting dalam desain Grafis karena huruf merupakan sebuah bentuk yang universal untuk menghantarkan bentuk visual menjadi sebuah bentuk bahasa. Huruf (Tipo/Typeface/Type/Font) adalah bentuk visual yang dibunyikan sebagai kebutuhan komunikasi verbal. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetikanya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual.

(35)

2.1.11. Tipografi

Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tentang huruf dan penggunaannya dalam aplikasi desain komunikasi visual, tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah media terpaan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Langakah awal untuk mempelajari tipografi adalah mengenali atau memahami anatomi huruf. Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf merupakan identifikasi visual yang dapat membedakan antar huruf yang satu dengan yang lain. Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara baik, dengan mudah kita dapat mengenal sifat dan karakteristik dari setiap jenis huruf. Berikut adalah terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf. Setiap individu huruf, angka, dan tanda baca dalam tipografi disebut sebagai character. Seluruh character secara optis rata dengan baseline. Tinggi dari badan huruf kecil secara secara optis rata dengan x-height. Setiap character apakah huruf besar atau kecil memilki batang yang pada bagian ujungnya dapat ditemukan beberapa garis akhir sebagai penutup yang disebut terminal. Sumber http:/www.precisionintermedia.com.

2.1.12. Pemaknaan Warna

(36)

Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003: 260-261), terdapat kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna warni seperti warna hitam abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangakan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi kata hitam umumnya berkonotasi negative dan warna putih positif (Sobur, 2011: 25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya warna merah, bisa berarti api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun dibeberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung situasi.

Oleh sebab itu warna mempunyai kemampuan untuk menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur tentang warna sbb :

(37)

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya ”periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunujang kegiatan periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :

1. Merah.

Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi atau debaran jantung.

2. Oranye

Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan dan indepedent.

3. Kuning

Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini anatara lain riang, dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan optimis, dan termasuk pada golongan warna yang mudah menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk menaikkan metabolisme.

4. Biru

(38)

empati, dingin, konservatisme, persahabatan, dan harmoni serta kasih sayang, kalem, ketenangan, menenangkan nemun juga dapat berarti dingin dan depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi.

5. Abu-abu

Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius, kedewasaan, konservatif, praktis, bosan, profesional, kualitas, diam dan tenang.

6. Putih

Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan, steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri, spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan, lugu, murni, ringan, netral dan fleksibel.

7. Hitam

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan.

8. Ungu/jingga

(39)

9. Cokelat

Warna coklat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasadekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan.

2.1.13. Kesatria

Kesatria atau ksatria, adalah golongan karya atau warna dalam agama hindu. Golongan karya ini memiliki tugas atau profesi sebagai bangsawan, tokoh masyrakat, penegak keamanan, penegak keadilan, pemimpin, pemimpin masyarakat, pembela kaum tertindas atau lemah karena ketidak-adilan dan ketidak-benaran. Bakat dasar seorang ksatria adalah berani, bertanggung jawab, lugas, cekatan, prilaku pelopor, memperhatikan keselamatan dan keamanan, adil, dan selalu siap berkorban untuk tegaknya kebenaran dan keadilan. Dizaman dahulu ksatria merujuk pada klas masyrakat kasta bangsawan atau tentara, hingga raja.

Zaman sekarang, ksatria merujuk pada profesi seorang yang mengabdi pada penegakkan hukum, kebenaran dan keadilan prajurit, bisa pula berarti perwira yang gagah berani atau pemberani. Kelompok ini termasuk pemimpin negara, pimpinan lembaga atau tokoh masyarakat karena tugasnya untuk menjamin terciptanya kebenaran, kebaikan, keadilan, dan keamanan di masyarakat, bangsa dan negara.

2.1.14. Pedang dan Tameng

(40)

jika dibandingkan senjata lainnya pedang biasanya memiliki prestise lebih atau paling tinggi. Pedang biasanya dibuat dari logam keras seperti besi atau baja. Selain itu terdapat juga pedang yang terbuat dari emas yang biasanya digunakan sebagai hiasan saja, biasanya pedang yang terbuat dari kayu digunakan untuk latian padahal sebenarnya pedang dari kayu meskipun keras masih berbahaya. Senjata serupa pedang menggunakan bilah obsidian digunakan oleh suku-suku asli amerika tengah dan selatan yang pada saat kolonialisasi eropa belum mengenal logam. Bilah pedang adalah bagian penting pedang yang dapat digunakan untuk menyerang. Jenis serangan yang bisa dilakukan dengan bilah itu sendiri, menghantamkannya, menusuk, dan menebas. Oleh karena masing-masing jenis serangan tersebut mensyaratkan bentuk yang berbeda untuk hasil optimal maka bentuk bilah pedang bergantung pada gaya penggunanya. Gagang pedang adalah bagian untuk memegang pedang. Pada beberapa jenis pedang gagangnya memiliki penahan diatas dan dibagian bawahnya, penahan bagian atas biasanya untuk menahan tangan ketika melakukan serangan. Tameng adalah suatu perisai yang terbuat dari emas dan besi yang digunakan dalam upacara penobatan sultan atau orang yang mempunyai kekuasaan lebih tinggi atau dengan kata lain yaitu seorang raja. Bentuk tameng menyerupai suatu bentuk mandala atau cakra (roda kehidupan alam semesta).

2.1.15. Wikileaks

(41)

sumber-sumbernya. Situs tersebut diluncurkan pada tahun 2006. saat ini alamat situs telah dialihkan ke www.wikileaks.ch untuk alasan keamanan. Organisasi ini didirikan oleh disiden politik cina, dan juga jurnalis, matematikawan dan teknolog dari amerika serikat, taiwan, eropa, australia, dan afrika selatan. Artikel koran dan majalah The New Yorker mendeskripsikan Julian Assange, seorang jurnalis dan aktivis internet Australia sebagai direktur Wikileaks. Wikileaks menjadi perbincangan hangat kalangan internasional karena Konon wikileaks mengumbar data rahasia negara-negara adidaya termasuk negeri Paman Sam yaitu USA. Situs yang mendedikasikan dirinya sebagai ember ini, lagi-lagi merilis sejumlah dokumen rahasia. Sejak wikileaks merilis kawat-kawat rahasia itu, media sedunia berpesta pore memberitakannya, berita heboh bertaburan, selain berita tentang SBY yang dimuat pada koran The Age dan Sydney Morning Herald edisi 11 Maret, misalnya soal belanda yang menyimpan nuklir titipan Amerika Serikat, dan raja Arab meminta Amerika Serikat untuk menyerang Iran. Ketika Indonesia diserang dengan Tuduhan dari pers Australia barulah Indonesia bereaksi dan menaruh perhatian khusus. Pers Australia dinilai cenderung menyerang Indonesia. Perlu kesadaran untuk menangkal segala campur tangan asing.

2.1.16. Pendekatan Semiotika

(42)

semiotika khusus, diantaranya adalah semiotka binatang (zoo semiotics), semiotik kedokteran (medical semiotics), semiotika arsitektur, semiotika seni, semiotika fashion, semiotika sastra, semiotika televisi, termasuk semiotika desain.

Semiotika berasal dari kata Yunani : semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktek sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri (piliang, 1998:262).

(43)

Sebenarnya banyak sekali definisi-definisi mengenai semiotik, seperti semiotik menurut Van Zoest, yaitu ; ” komunikasi melukiskan evolusi makna, makna adalah sesuatu yang diciptakan, ditentukan, diberikan, dan bukan sesuatu yang diterima, jadi komunikasi bukanlah sesuatu, juga bukan interaksi dengan sesuatu, melainkan sesuatu transaksi yang didalamnya orang menciptakan dan memberikan makna untuk menyadari tujuan-tujuan orang itu”.

(44)

mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Pierce disebut obyek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretan ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya, tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan pierce terkenal dengan nama segitiga semiotik. Selanjutnya dikatakan tanda dalam hubungan dengan acuannya dibedakan menjadi tanda yang dikenal dengan ikon, indeks, dan simbol.

2.1.17. Pierce dan tanda

Merujuk teorinya Pierce (Noth, 1995:45), maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Diantaranya : ikon, indeks, dan simbol, ketiganya bisa dimodelkan kedalam segitiga. Peirce merasakan bahwa ini merupakan model yang sangat bermanfaat dan fundamental mengenai sifat tanda. Setiap tanda menurutnya ditentukan oleh objeknya,pertama-tama dengan mengambil bagian dalam karakter objek, Pierce menyebut tanda sebuah ikon, kedua dengan menjadi nyata dan dalam eksistensi individualnya terkait dengan objek individual, kemudian menyebutnya sebagai sebuah indeks, ketiga dengan kurang lebih mendekati kepastian bahwa tanda itu akan ditafsirkan sebagai mendenotasikan objek sebagai konsekuensi kebiasaan, dan menyebutnya tanda sebuah simbol.

(45)

Misalnya foto adalah sebuah ikon, sebuah peta adalah ikon, cap jempol adalah ikon. Ikonpun bisa berupa tanda-tanda verbal.

Indeks merupakan tanda yang kehadirannya menunjukan adanya hubungan dengan yang ditandai, atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya asap adalah indeks api, tanda tangan adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan, jejak telapak kaki ditanah index dari orang yang melewati tempat itu.

Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Contohnya, burung garuda adalah simbol bagi bangsa indonesia, palang merah adalah simbol, angka adalah simbol.

Berdasarkan pengelompokan tanda menjadi tiga jenis oleh Charles Sanders Pierce, yaitu indeks, ikon, dan simbol. Indeks (index) adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petanda di dalamnya bersifat kasual, misalnya: hubungan antara asap dan api. Ikon (icon) adalah tanda yang hubungan antara penanda dengan petandanya bersifat keserupaan (similitude). Sementara, simbol adalah tanda yang hubungan penanda dan petandanya bersifat arbiter (Piliang, 2003:271).

Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian ini, telah terdapat tanda-tanda pada Cover Majalah Gatra yang berjudul Menepis Serangan Wikileaks Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011, yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian dengan penggunaan pendekatan semiotik.

2.1.18. Makna Denotatif dan konotatif

(46)

menyampaikan pengalaman sebagian besar umat manusia disemua masyarakat. Salah satu cara yang digunakan para ahli untuk membahas lingkup makna yang lebih besar ini adalah dengan membedakan antara makna denotatif dengan makna konotatif. Makna denotatif pada dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (yang disebut sebagai makna referensial ).

Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol mengacu pendapat Spardley (1997:121) adalah objek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur : pertama, simbol itu sendiri. Kedua, satu rujukan atau lebih. Ketiga, hubungan antar simbol dengan rujukan. Semuanya itu merupakan dasar bagi keseluruhan makna simbolik. Sementara itu, simbol sendiri meliputi apapun yang dapat kita rasakan atau alami. Menggigil bisa diartikan dan dapat pula menjadi simbol ketakutan, kegembiraan atau yang lainnya. Mencengkram gigi, mengerdipkan mata, menganggukan kepala, menundukan tubuh, atau melakukan gerakan lain yang memungkinkan, semuanya dapat merupakan simbol.

Salah satu cara yang digunakan para pakar untuk membahas lingkup makna yang lebih besar adalah dengan membedakan makna denotatif dengan makna konotatif. Spradley (1997:122)menjabarkan makna denotatif meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (makna referensial). Piliang (1998:14) mengartikan makna denotatif adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif. Misalnya juga dicatat seperti merah, kuing, biru, putih, dan sebagainnya. Pada tahapan ini hanya informasi data yang disampaikan.

(47)

(piliang, 1998: 17), makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi, contohnya gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagiaan.

2.1.19. Model Semiotik Charles Sanders Pierce

Menurut Charles Sanders Pierce, semiotik adalah suatu tindakan, pengaruh atau kerjasamanya antara tiga elemen (triangle of meaning) yang terdiri dari tanda (sign), acuan tanda (object) dan pengguna tanda (interpretan). (Fiske, 1990 & Litle John, 1998). Salah satu bentuk dari tanda adalah kata (Sobur, 2004 : 115).

Pierce melihat tanda (sign) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (interpretan), tanda menurut pandangan Pierce adalah ”...something whicl stands to somebody for some thing in some repect or capacity” tampak pada definisi Pierce ini peran subjek (somebody) sebagai bagian tak terpisahkan dari pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi (Piliang, 2003 : 266).

Hubungan segitiga makna pierce lazimnya ditampilkan dalam gambar berikut ini : (Fieske dalam Sobur, 2001 : 85).

Sign

Interpretan Object

(48)

Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, dan simbol. Ketiga kategori tersebut digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut.

Icon

Indeks Simbol

Gambar.2.2 Model Kategori Tanda Oleh Pierce 2.2. Kerangka Berpikir

(49)

lurus. Kemudian barcode yang ada dipojok kiri dibawahnya SBY, dekat bayangan SBY berwarna hitam. Pada bagian tengah terdapat tulisan Menepis Serangan Wikileaks yang mengandung unsur penekanan pada Cover Majalah Gatra itu sendiri. Berdasarkan pengetahuan secara personal, peneliti memaknai tanda dan lambang yang ada pada objek. Pada penelitian ini peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk gambar yang terdapat pada Cover Majalah Gatra yang berjudul Menepis Serangan Wikleaks Edisi 17 – 21 Maret 2011 menggunakan metode Charles Sanders Pierce untuk memperoleh hasil dari interpretasi dta mengenai pemaknaan ilustrasi Cover Majalah Tersebut.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode semiotik Pierce dikarenakan dalam ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 -23 Maret 2011 yang berjudul Menepis Serangan Wikileaks, terangkum berbagai makna tanda maka digunkan ikon,indek, dan simbol untuk mengklasifikasikan sebuah tanda secara spesifik.

(50)

41  

Berikut adalah gambar kerangka berfikir penelitian pada ilustrasi Cover Majalah Gatra Edisi 17 – 23 Maret 2011 yang berjudul Menepis Serangan Wikileaks :

Ilustrasi Cover majalah

Gatra yang berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011

Analasis semiotik Charles Sanders Pierce Melalui : indeks, ikon, dan simbol

Interpretasi

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan digunakannya metode ini karena adanya banyak pertimbangan, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek yang diteliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Pada umumnya alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena, permasalahan yang dibahas penuh makna.

(52)

dikemas secara aktual dan organisasi secara bersama, serta pembentukan secara bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi (makna yang kita peroleh dari tanda ).

Dalam penelitian ini menggunakan metode semiotik. Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotik atau dalam istilah barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana memaknai hal-hal, memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya memberi informasi, dalam hal mana objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi simbol-simbol dan tanda-tanda yang ditampilkan sepanjang gambar dalam cover. Pendekatan semiotik termasuk dalam metode kulitatif, tipe penelitian ini adalah deskriptif dimana peneliti berusaha untuk mengetahui Pemaknaan Ilustrasi Pada Cover Majalah Gatra dengan Judul “ Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011.

3.2. Kerangka Konseptual 3.2.1. Korpus ( corpus )

(53)

2001:70). Dalam studi semiotik informan atau subjek penelitian dikenal dengan korpus.

Korpus merupakan sample terbatas pada penelitian kualitatif yang bersifat homogen. Tetapi sebagai analisa, korpus bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam, sehingga memungkinkan memahami berbagai aspek dari sebuah teks pesan. Korpus bertujuan khusus digunakan untuk analisa semiotik dan analisa wacana. Pada penelitian kualitatif memberikan peluang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatif. Sedangkan korpus untuk penelitian ini adalah sebatas tulisan Judul utama serta Gambar atau Ilustrasi pada Cover Majalah Gatra yang berjudul “ Menepis Serangan Wikileaks “ Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011.

3.2.2. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah keseluruhan tanda dan lambang berupa gambar, tulisan dan warna yang menjadi latar belakang dalam ilustrasi sampul depan Majalah Gatra, kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan metode Charles Sanders Pierce yang terdiri dari Ikon, Indeks, dan Simbol.

3.3.1. Ikon (ikon)

Ikon adalah tanda yang mirip dengan obyek yang diwakilinya. Dan dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Apabila pada Cover Majalah Gatra yang Berjudul Menepis Serangan Wikileaks ditunjukan pada :

1. Ilustrasi Gambar Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang berpakaian baja

(54)

3. Koran dan kertas yang menggumpal dengan ukuran yang berbeda 3.3.2. Indeks (index)

Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan yang diwakilinya. Atau juga tanda sebagai bukti. Pada cover majalah Gatra yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” ditunjukan pada :

1. Tulisan judul majalah “Menepis Serangan Wikileaks” 2. kabut atau asap berbentuk garis lurus

3.3.3. simbol (Symbol)

Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati. Simbol pada Majalah Gatra yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” ditunjukan pada :

1. Warna yang terdapat pada background serta tulisan “Menepis Serangan wikileaks”.

2. Barcode pada Cover Majalah Gatra yang berada dibawah pojok kiri 3. Baju baja, tameng, dan pedang khusus swordman

4. Tanda non verbal (kerutan diwajah, mulut monyong, dan mata sipit ). Penempatan sebuah tanda menjadi ikon, indeks, simbol tergantung dari kebutuhan dan sudut pandang khalayak (point of interest) yang memaknainya. Sehingga penempatan tanda dalam cover majalah Gatra “Menepis Serangan Wikileaks” dapat dilihat mana sebagai ikon mana sebagai indeks, dan mana sebagai simbol.

(55)

Teknik pengumpulan data pada penelitian kali ini dilakukan pengamatan secara langsung Ilustrasi pada Cover Majalah Gatra yang berjudul “ Menepis Serangan Wikileks “ Edisi 17 – 23 Maret 2011.

Pengumpulan data dalam penelitian ini, melalui bahan dokumenter berupa media cetak yaitu Majalah, Studi keperpustakaan, bahan-bahan yang dapat dijadikan referensi serta penggunaan internet. Selanjutnya data-data akan dianalisis berdasarkan landasan teori semiotik Pierce dan data dari penelitian ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui penafsiran makna Ilustrasi Pada Cover Majalah Gatra yang Berjdul “Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011.

3.4. Tenik Analisis Data

(56)

Untuk mengetahui antara tanda, penggunaan tanda dan realitas eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan model semiotik dari Cahrles Sanders Pierce. Sistem tanda (gambar, warna, perilaku non verbal dan atribut pendukung ). Yang digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian kualitatif dengan menggunkan metode deskriptif. Terkait dalam penelitian ini, untuk mengetahui isi pesan dalam gambar atau foto pada Majalah Gatra yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” edisi 17 – 23 Maret 2011, peneliti mengamati signs atau sistem tanda yang tampak dalam majalah, kemudian memaknai dan menginterpretasikannya dengan menggunakan metode semiotik Pierce, yang dimisalkan menjadi teori segitiga makna (triangle meaning) terdiri dari :

1. Objek

Adalah gambar atau ilustrasi itu sendiri. Obyek dalam penelitian ini adalah gambar atau ilustrasi pada cover Majalah Gatra yang berjudul “Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 – 23 Maret 2011.

2. Sign

(57)

tersebut adalah koran yang diikat menggunakan kawat dan diujungnya digantungkan jampasir bertuliskan wikileaks, dan ada sedikit kabut/asap.

3. Interpretan

Adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretan dalam penelitian ini adalah hasil interpretasi dari peneliti.

Berdasarkan obyeknya Pierce membagi tanda atas ikon, indeks, simbol. Ketiga kategori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Ikon

Ikon adalah tanda yang mirip dengan obyek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya pada Cover Majalah Gatra yaitu gambar Presiden Republik Indonesia yang berpakaian baja lengkap,dengan membawa tameng dan pedang adalah ikon dari Susilo Bambang Yudhoyono, jam pasir yang bertuliskan wikileaks adalah ikon dari organisasi internasional yang bermarkas di swedia merupakan Situs yang menerbitkan dokumen-dokumen rahasia,tapi tetap menjaga kerahasiaan sumber-sumbernya. Koran adalah ikon dari koran The Age, yaitu koran yang menurunkan berita tentang bocoran kawat diplomatik versi wikileaks. Kertas yang menggumpal merupakan ikon dari Dokumen-dokumen Wikileaks yang rahasia.

(58)

49  

Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. Atau juga tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dalam Ilustrasi Cover Majalah Gatra ini adalah Tulisan judul majalah yaitu “Menepis Serangan Wikileaks” tulisan untuk mempertegas makna dari gambar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang seolah-olah menepis serangan kertas dan koran yang terlempar kepadanya, asap atau kabut berbentuk garis lurus menandakan adanya lemparan yang kuat dan mengarah lurus tepat didepan SBY.

3. Simbol

(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1. Majalah Gatra

Majalah Gatra adalah sebuah majalah berita mingguan yang diterbitkan diindonesia sejak 1994. Banyak anggota majalah Tempo yang baru saja dibredel saat itu kemudian menjadi anggota pendiri majalah ini. Majalah ini didirikan oleh orang yang dekat dengan rezim orde baru, Bob Hasan. Majalah ini dikenal propemerintah saat pemerintah orde baru masih berkuasa. Majalah Gatra terbit mingguan dan dikenal sebagai majalah yang berbau politik. Meski berbau politik isi Majalah Gatra beraneka ragam, mulai dari ekonomi, kisah nyata, musik hingga peristiwa-peristiwa terbaru.

Berikut ini adalah susunan dari majalah gatra : 1. Laporan Utama

Tentang peristiwa terkini dan dijadikan pokok bahasan utama 2. Laporan Khusus

Tentang berita yang diliputi secara khusus atau investigasi. 3. Surat Pembaca

Surat yang ditujukan kepada redaksi gatra dari pembaca. 4. Ekonomi

(60)

Membahas hukum yang berlaku dimasa sekarang atau permasalahan yang sedang terjadi dikaitkan dengan hukum yang berlaku.

6. Film

Memuat tentang ulasan-ulasan film terbaru atau new release. 7. Kesehatan

Membahas tentang medis dan berita yang menyangkut tentang kesehatan. 8. Media

Infotainment, hiburan, gossip selebriti. 9. Buku

Memuat tentang ulasan buku terbaru, terlaris, serta judul buku. 10. International

Membahas tentang peristiwa yang terjadi di luar negeri. 11. Nasional

Membahas tentang peristiwa yang terjadi di dalam negeri. 12. Agama

Membahas permasalahan yang beredar mengenai keagamaan, seperti arah kiblat yang bergeser, dan lain sebagainya.

13. Olahraga

Memuat tentang berita para atlit juga info tentang komunitas pecinta olahraga.

14. Musik

(61)

Selain itu, Gatra memiliki situs www.gatra.com, yang memudahkan pembaca mengakses isi berita Gatra. Web adalah rumah nyata bagi perusahaan dan sebagai tempat open house untuk khalayak jika ingin mengetahui secara mendalam tentang perusahaan dan merk atau produk yang sudah dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Kantor Gatra berada di Jakarta, dengan adanya web atau situs tersebut akan memudahkan Gatra berkomunikasi dengan khalayak dimanapun berada.

4.1.2. Penyajian Data

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada ilustrasi Cover Majalah Gatra yang berjudul ”Menepis Serangan Wikileaks” Edisi 17 Maret – 23 Maret 2011, maka dapat disajikan hasil pengamatan berupa data-data dari gambar, tulisan, warna, serta atribut pendukung dan digunakan sebagai indikator pengamatan dalam penelitian.

(62)

mulut monyong atau maju seolah-olah mengucapkan kata ”wuush..” kata yang biasanya diucapkan orang untuk menepis atau mengelak dari serangan yang dilemparkan. Terlihat mata SBY yang sipit dan beberapa kerutan diwajah. Kemudian ada beberapa kertas menggumpal berwarna putih dan berterbangan, diantara kertas yang menggumpal terdapat satu kertas koran, koran tersebut diikat dengan kawat dan pada ujung kawat digantungkan jam pasir. Terdapat pula sejenis asap atau kabut yang berbentuk garis lurus mengarah tepat kedepan SBY, asap atau kabut itu berada disetiap ujung kertas.

Sedangkan pesan verbal yang terdapat pada ilustrasi Cover depan Majalah Gatra ini adalah tulisan ”Menepis Serangan Wikileaks” yang berada tepat dibawah tulisan Gatra dengan tampilan warna berbeda. Kata Menepis Serangan Wikileaks berwarna Merah, sedangkan tulisan Gatra sendiri berwarna Hitam. Kemudian koran yang bertuliskan ”The Age” dengan sub judul ’Yudhoyono Abused Power’ tulisan itu diberi warna hitam. Serta tulisan pada jam pasir yaitu wikileaks di beri warna putih dengan background biru.

4.2. Pemaknaan dan Analisis Cover Majalah Gatra

4.2.1. Pemaknaan Cover Majalah Gatra “Menepis Serangan Wikileaks”

(63)

kemudian sepatu yang berbahan baja, adanya gumpalan kertas yang berterbangan,salah satu kertasnya yaitu koran yang diikat dengan kawat atau dalam istilah wikileaks “kawat diplomatik” kemudian diujung kawat digantungkan jam pasir yang bertuliskan wikileaks (situs organisasi yang menyimpan dokumen rahasia seluruh negara didunia), terlihat juga ada asap atau kabut membentuk garis lurus yang berada disetiap ujung kertas atau benda yang mengarah kepada SBY, terdapat juga bayangan hitam dibawah SBY berdekatan dengan barcode majalah, warna latar belakang dari background ilustrasi ini berwarna biru, putih dan keabu-abuan seperti menunjukan kesan kesucian, kedamaian, ketenangan, namun dalam keadaan galau.

Sedangkan pesan verbal yang terdapat pada Ilustrasi Cover Majalah Gatra ini adalah tulisan “Menepis Serangan Wikileaks” yang berada dibawah tulisan Gatra disamping kanan kepala SBY. Kemudian tulisan “The Age” serta Yudhoyono Abused Power yang berada pada koran yang menggumpal.

4.2.2. Analisis Ilustrasi Cover Majalah Gatra berdasarkan Metode Semiotik Charles Sanders Pierce

(64)

 

terdapat dalam hubungan Triangle of Meaning Pierce. Di dalam semiotika komunikasi, tanda atau sign ditempatkan didalam rantai komunikasi, sehingga mempunyai peran yang penting dalam komunikasi. Model Triangle of Meaning Pierce memperlihatkan tiga elemen utama pembentuk tanda, yaitu Sign (sesuatu yang merepresentasikan sesuatu yang lain ), Object (sesuatu yang diinterpretasikan ) dan Interpretan (Interpretasi seseorang tentang tanda). Tanda dalam pandangan Pierce selalu berada di dalam proses perubahan tanpa henti, yang disebut proses semiosis tak terbatas (unlimited semiosis), yaitu proses penciptaan rangkaian interpretan yang tanpa akhir. Apabila ketiga elemen tersebut berinteraksi dalam benak seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut, sehingga apabila digambarkan hubungan antara Sign, Object, dan Interpretan ini adalah sebagai berikut :

Sign

Setiap bentuk pemaknaan yang bisa ditimbulkan Oleh ilustrasi Cover depan Majalah Gatra

Interpretan Objek

Hasil Interpretasi dari peneliti Keseluruhan dari Ilustrasi Cover Dalam memaknai corpus dalam Depan Majalah Gatra Edisi Penelitian secara keseluruhan 17 Maret – 23 Maret 2011 Berdasarkan kategori tanda Pierce

(ikon, indeks, simbol)

(65)

Hubungan ketiga Elemen Pierce pada Ilustrasi Cover Majalah Gatra dalam menganalisis hubungan antara tanda dan acuannya dengan metode semiotik dari Charles Sarles Sanders Pierce, maka berdasarkan objeknya tanda-tanda pada ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks, simbol karena itulah selanjutnya peneliti menginterpretasikan makna dari ilustrasi ini berdasarkan unsur-unsur tersebut :

1. Ikon

Ikon adalah tanda yang menunjukan kemiripan dengan objeknya, dengan kata lain ikon merupakan representasi langsung dari suatu objek karena memiliki sifat-sifat serupa dengan apa yang dimaksudkan, yang menjadi ikon pada ilustrasi Cover depan Majalah Gatra adalah yaitu gambar Presiden Republik Indonesia yang berpakaian baja lengkap,dengan membawa tameng dan pedang adalah ikon dari Susilo Bambang Yudhoyono, jam pasir yang bertuliskan wikileaks adalah ikon dari organisasi internasional yang bermarkas di swedia merupakan Situs yang menerbitkan dokumen-dokumen rahasia sambil menjaga kerahasiaan sumber-sumbernya. Koran adalah ikon dari koran The Age yang menurunkan berita tentang bocoran kawat diplomatik versi wikileaks. Kertas adalah ikon dari Dokumen-dokumen Wikileaks yang rahasia.kawat ikon dari kawat rahasia yang dirilis wikileaks.

2. Indeks

Gambar

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir Ilustrasi Cover Majalah Gatra yang
Gambar 1. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Gambar Ilustrasi SBY, Jam pasir yang digantungkan

Referensi

Dokumen terkait