• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN MELAKSANAKAN AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI PADA LANJUT USIA DI PSTW SABAI NAN ALUIH SICINCIN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN MELAKSANAKAN AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI PADA LANJUT USIA DI PSTW SABAI NAN ALUIH SICINCIN."

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN MELAKSANAKAN AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI PADA

LANJUT USIA DI PSTW SABAI NAN ALUIH SICINCIN

Penelitian Keperawatan Gerontik

RIZKA AUSRIANTI

BP. 0810325119

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia lanjut adalah proses yang tidak dapat dihindari. Memasuki masa usia lanjut sangat

diperlukan peran dari keperawatan untuk mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia

pada taraf yang setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan sehingga

lansia tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan dengan mandiri (Mubarak, Santoso,

Rozikin & Patonah, 2006).

Pertumbuhan jumlah penduduk lansia di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia.

Pada tahun 2000, Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling

banyak sesudah Cina, India dan USA. Berdasarkan sensus penduduk yang diperoleh bahwa

pada tahun 2000 jumlah lansia mencapai 15.8 juta jiwa atau 7.6 %. Pada tahun 2005

diperkirakan jumlah lansia menjadi 18,2 juta jiwa atau 8,2 % dan pada tahun 2015 menjadi

24,4 juta jiwa atau 10 %. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2008 sekitar 241,97 juta

jiwa dengan usia harapan hidup 69,57 tahun. Untuk laki-laki 67,3 tahun dan wanita 72,13

tahun (Badan Pusat Statistik[BPS], 2008). Sedangkan jumlah penduduk Sumatra Barat pada

tahun 2008 sekitar 4,6 juta jiwa dengan jumlah penduduk lanjut usia sekitar 22,6 % (Dinas

Kesehatan Sumatra Barat [DinKes Sumbar], 2008).

Lansia merupakan kelompok yang rentan masalah, baik masalah fisik, ekonomi, sosial,

budaya, kesehatan maupun psikologis (Nugroho, 1999). Banyak kelainan atau penyakit

yang prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia. Makin panjangnya umur harapan

(3)

menimbulkan gangguan yang selanjutnya cendrung menimbulkan masalah kesehatan jiwa

secara khususnya (Kuntjoro, 2002).

Masalah kesehatan jiwa adalah masalah paling banyak dihadapi oleh kelompok lansia,

terbesar adalah gangguan depresi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia[DepKes RI],

2004). Prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8 %-15% dan hasil meta analisis dari

laporan negara-negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah

13,5%

(Kompas, 2008).

Depresi adalah gangguan afek yang sering terjadi pada lansia dan merupakan salah

satu gangguan emosi. Gejala depresi pada lansia dapat terlihat seperti lansia mejadi kurang

bersemangat dalam menjalani hidupnya, mudah putus asa, aktivitas menurun, kurang nafsu

makan, cepat lelah dan susah tidur di malam hari (Nugroho, 1999). Lansia yang mengalami

depresi akan mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-harinya

(Palestin, 2006). Depresi merupakan gangguan mental yang paling banyak menimbulkan

beban disabilitas, meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan resiko bunuh diri.

Berdasarkan studi WHO pada tahun 2000, cit. Sosromihardjo (2006) gangguan mental

menempati urutan keempat penyebab disabilitas/ketidakmampuan. Ketergantungan lanjut

usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun

psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang

mengarah pada perubahan yang negatif. Hal tersebut berdampak pada peningkatan ratio

ketergantungan usia lanjut (old age ratiodependency). Wirakartakusuma, cit Suhartini (2000)

menyatakan angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015

(4)

menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas dan diperkirakan pada tahun

2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur

65 tahun ke atas.

Menurut penelitian Ausril (2008) bahwa depresi mempunyai urutan ketiga

pengaruhnya terhadap disabilitas fisik setelah stressor demensia dan umur. Disabilitas fisik

yang disajikan meliputi gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan mobilisasi,

kesulitan berpakaian, berjalan terganggu, kesulitan toileting, kesulitan mandi, kesulitan

merapikan diri, pola tidur terganggu, kelemahan otot ekstremitas bawah, dan kelemahan otot

ekstremitas atas. Sedangkan menurut Kuntjoro (2002), gejala fisik umum dari depresi antara

lain menurunnya tingkat aktivitas dan produktivitas kerja. Dengan demikian menurunnya

aktivitas sebagai akibat dari terjadinya depresi.

Menurut penelitian yang dilakukan pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia,

mengungkapkan 70 % dari lansia yang berusia di atas 60 tahun mengalami ketergantungan

dengan orang lain. Sedangkan dari analisis primer penelitian ini hasilnya menunjukan bahwa

ada keterkaitan signifikan antara tingkat depresi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.

Banyaknya lansia yang depresi dan tidak bahagia bergantung pada orang lain dalam

melakukan aktivitas sehari-hari karena kesehatan fisik dan mental sangat signifikan berperan

dalam mewujudkan menua secara aktif dan sehat (Palestin, 2006).

Hasil studi pendahuluan penulis pada tanggal 26 oktober 2009 didapatkan jumlah lansia

yang terdapat di PSTW Sabai Nan Aluih yaitu 110 orang yang terdapat di 14 Wisma.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2004) di peroleh sebesar 21,74 % lansia

di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin terindikasi mengalami depresi. Sedangkan menurut

(5)

depresi di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. Upaya yang disarankan peneliti sebelumnya

untuk prevensi depresi diakui pengelola belum maksimal.Beberapa program bimbingan

masih kurang optimal pelaksanaanya. Studi awal yang dilakukan penulis pada salah satu

wisma yaitu Wisma Selasih yang dihuni oleh 5 orang lansia, dengan menggunakanGeriatric

Depression Scale (GDS) dilakukan penapisan/skrining terhadap populasi tersebut. Didapatkan data bahwa dari 5 orang lansia tersebut terdapat 3 orang mengalami depresi dan

mengalami gangguan dalam aktivitas dasar sehari-harinya, seperti berjalan menggunakan

tongkat, berjalan dengan dituntun, mengompol, makan minta disuapin dan bahkan dalam hal

mandi masih meminta bantuan.

Berdasarkan masalah diatas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang

hubungan antara tingkat depresi dengan tingkat kemampuan melaksanakan aktivitas dasar

sehari-hari pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan bahwa

penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara tingkat depresi dengan tingkat kemampuan

melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin.

C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan kemampuan

melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih

(6)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat depresi pada lansia di PSTW Sabai nan

Aluih Sicincin.

b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat kemampuan melaksanakan aktivitas dasar

sehari-hari pada lansia di PSTW Sabai nan Aluih Sicincin.

c. Menganalisa hubungan antara tingkat depresi dengan tingkat kemampuan

melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih

Sicincin.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pengelola atau institusi Panti Sosial Tresna Werda.

Memberikan informasi data tentang lansia yang depresi dan tingkat kemampuan

melaksanakan aktivitas sehari-harinya sehingga dapat digunakan sebagai bahan literatur

dan dapat melakukan intervensi dalam menanggani masalah lansia yang depresi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Memberi sumbangan informasi ilmiah bagi Institusi Keperawatan Universitas Andalas

tentang hubungan antara tingkat depresi dengan tingkat kemampuan melaksanakan

aktivitas dasar sehari-hari pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin.

b. Mendapatkan intervensi keperawatan terhadap lansia yang mengalami depresi dan

(7)

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Sebagai data awal dan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

b. Sebagai bahan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis selama menjalani pendidikan

(8)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat depresi lansia di Panti Sosial Tresna Wreda Sabai Nan Aluih Sicincin sebagian

besar masuk dalam kemungkinan besar depresi yaitu 50 %.

2. Kemampuan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari lansia di Panti Sosial Tresna

Wreda Sabai nan Aluih Sicincin termasuk dalam kategori ketergantungan sedang yaitu 60

%.

3. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat depresi dengan kemampuan melaksanakan

aktivitas dasar sehari-hari lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai nan Aluih, dengan

kekuatan korelasi lemah, dan arah korelasi negatif yaitu semakin tinggi tingkat depresi

maka responden akan memiliki kemampuan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari

(9)

B. Saran

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Perlu pengembangan program pendidikan berkelanjutan dengan penambahan

literatur dari berbagai sumber sebagai bahan diskusi untuk meningkatkan

profesionalitas peserta didik

2. Bagi Pengelola PSTW Sabai nan Aluih Sicincin

Diharapkan perlunya peningkatan pendekatan-pendekatan dari pengelola

terhadap lansia yang tinggal di panti dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas

bimbingan rekreasi, keterampilan komunikasi, pemberian motivasi, dan psikoterapi

untuk memulihkan depresinya. Dengan menurunnya tingkat depresi diharapkan

mampu untuk menurunkan tingkat ketergantungan lansia dalam pemenuhan

kebutuhan dasar sehari-hari.

3. Bagi Perawat Gerontik

1. Perlu pengembangan program pendidikan berkelanjutan dengan penambahan

literatur dari berbagai sumber sebagai bahan diskusi untuk meningkatkan

profesionalitas peserta didik

2. Diharapkan perawat dalam melakukan intervensi keperawatan terhadap lansia

yaitu dengan menggunakan proses keperawatan baik pada tataran pelayanan

individu, keluarga, kelompok khusus maupun komunitas.

(10)

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, tidak hanya sebatas di lingkungan Panti

Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih melainkan di masyarakat, mengenai

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aktivitas dasar sehari-hari pada lansia serta dapat

memberikan gambaran mengenai perbandingan aktivitas dasar sehari-hari antara

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Adi. (2004).Tentang tua. Diakses tanggal 12 Agustus, 2009 dari

http://www.klinikpria.com/datatopik/geriatri/tentang tua.html

Ausril, R. (2008). Pengaruh umur, depresi dan demensia terhadap disabilitas fungsional lansia (adaptasi model sistem neuman).Diakses tanggal 12 Agustus, 2009 dari

http://ina-ppni.or.id/index.php

Arikunto, S. (2002).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2005).Lanjut usia.Jakarta

Badan Pusat Statistik. (2008). Diakses tanggal 12 Agustus, 2009 dari

http://www.depsoso.go.id/modules. php?name=news&file

Dahlan, S. (2008).Statistik untuk kedokteran dan kesehatan.Jakarta: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Pedoman kesehatan jiwa usia lanjut (psikogeriatrik).Jakarta: Puskesmas Direktorat Jendral Pelayanan Medik.

Dinas Kesehatan Sumatera Barat. (2008).Profil sumatera barat.Padang

Hawari. (1997).Al quran ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. Yogyakarta: PT Dna Bhakti

Prima Yasa.

Kaplan, H.I & Saddock, B.J. (1998). Sinoposis psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid 1. Alih bahasa Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.

(12)

Kuntjoro. (2002).Mengenal gangguan jiwa pada lansia. Diakses tanggal 12 Agustus, 2009 dari http//www.e-psikologi.com/usia/140502.htm .

Kuntjoro. (2002). Pendekatan-pendekatan dalam pelayanan psikogeriatri. Diakses tanggal 12 Agustus, 2009 dari

http://www.dilibrary.net/images/topics/Pendekatan. pdf.

Martina. (2002).Lansia depresi rawan aksi bunuh diri. Diakses tanggal 12 Agustus, 2009 dari

http://www.pdpersi.co.id.

Mubarak, Santoso, Rozikin & Patonah. (2006). Ilmu keperawatan komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto

Notoatmodjo, S. (2005).Methodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, W. (1999).Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan, edisi 2. Jakarta: Salemba medika

Palestin. (2006).Ranah penelitian keperawatan gerontik. Diakses tanggal 12 Agustus, 2009 dari

http://ina-ppni.or.id/index.php.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik,vol.1, ed.4. Alih Bahasa Yasmin.Jakarta: EGC.

Rustika. (1997).Determinan aktivitas kehidupan sehari-hari (adl) penduduk usia lanjut (analisis

data susenas 1995),Badan Litbang Kesehatan, DepKes.

Setiabudhi. (1999). Panduan gerontologi (tinjauan dari berbagai aspek). Diakses tanggal 12 Agustus, 2009 dari

(13)

Suhartini. (2000).Pengaruh faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan kondisi sosial terhadap kemandirian orang lanjut usia. Diakses tanggal 12 Agustus, 2009 dari

http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunair.pdf.

Syamsuddin. (2006).Depresi pada lansia. Diakses tanggal 12 Agustus, 2009 dari

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari kelompok lansia pada UPT Pelayanan Lanjut Usia

Skripsi ini yang berjudul “ Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari pada lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember Tahun 2011 ”. Telah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) melaporkan kebutuhan aktivitas sehari-hari dari aktivitas primer para lanjut usia di Panti Werda Tresna

Sejalan juga dengan penelitian Kiesswetter et al pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa separuh usia lanjut di rumah tempat perawatan usia lanjut memiliki status gizi

Life review therapy belum pernah diberikan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin baik secara individu maupun kelompok, padahal terapi ini

Hubungan antara tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di karawang werdha Semeru Jaya.. Hubungan Sleep Hygiene dengan Kualitas Tidur pada Lanjut

Kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto didapatkan data bahwa 33 orang responden yang

Rata-rata tingkat depresi responden sebelum diberi terapi musik pada usia lanjut di PSTW Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta didapatkan rata-rata sebesar 6,25 yang