• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMANDIRIAN AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMANDIRIAN AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 1 KEMANDIRIAN AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI DENGAN KONSEP DIRI PADA

LANJUT USIA DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO

Maulidia Alfiarista Sari, S.Kep. 1 Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes. 2

ABSTRAK

Kemandirian aktivitas dasar sehari-hari merupakan kemampuan dimana individu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Semakin mandiri lanjut usia dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari semakin positif konsep diri lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia.

Desain penelitian obervasional dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto dengan sampel berjumlah 33 orang yang dipilih secara Probability Sampling yaitu Simple Random Sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi. Instrumen menggunakan lembar observasi Indeks Barthel dan kuesioner konsep diri. Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square (ρ < 0,05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan sangat berat sebanyak 4 orang (12,1%), ketergantungan berat sebanyak 8 orang (24,2%), ketergantungan ringan sebanyak 6 orang (18,2%), mandiri sebanyak 15 orang (45,5%). Sedangkan dengan konsep diri positif sebanyak 13 orang (39,4%) dan konsep diri negatif sebanyak 20 orang (60,6%). Uji statistik Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia ρ = 0,000.

Implikasi penelitian ini adalah perlu adanya pemberian motivasi yang baik dari pihak Panti dan lingkungan agar dapat meningkatkan kemandirian tiap individu, sehingga konsep diri lansia menjadi positif serta meningkatkan rasa percaya diri dan semangat hidup lansia.

Kata Kunci : Kemandirian aktivitas dasar sehari-hari, konsep diri, lanjut usia.

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya 2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya

(2)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 2 RELATIONS BETWEEN INDEPENDENCE OF DAILY ACTIVITIES WITH SELF

CONCEPT ELDERLY IN UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO

Maulidia Alfiarista Sari, S.Kep. 1 Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes. 2

ABSTRACT

Independence of daily activities is the ability which an individual is able to take care of its own interests or cope without relying with others. Elderly more independent in performing basic activities of daily increasingly positive self concept elderly. The purpose research is analyze relation between independence of daily activities with self-concept elderly in UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

Design that being used is observasional, with cross sectional approach. Population in this research is elderly in Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Sample of this research is 33 persons use probability sampling sach simple random sampling approach fit the inclusive criteria. Instrument of this research is using the Barthel Index sheet observational and questionnaires for self-concept. Data analysed using the Chi Square statistic (ρ < 0,05).

The result that independence of daily activities very heavy reliance of 4 people (12.1%), the heavy dependence of 8 people (24.2%), mild dependence as much as 6 people (18.2%), self-contained as many as 15 people (45.5%). While self positive conceptase as many 13 people (39,4%) and self negative conceptase as many 20 people (60,6%). Chi Square statistic test showed the relation between independence of daily activitieswith self-concept elderly ρ = 0,000.. The implication of this research is the need for the provision of a good motivation from Panti and the environment in order to improve the independence of each individual, so that the elderly into a positive self-concept and increase self-confidence and spirit of life of the elderly.

(3)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 3 PENDAHULUAN

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tidak proporsional (Nugroho, 2008). Akibatnya perubahan fisik lansia akan mengalami gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemandirian lansia dalam memenuhi aktivitas sehari-hari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ummi (2013) di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto, didapatkan penyebab yang paling banyak tentang kemandirian aktivitas dasar sehari-hari karena lanjut usia ini mengalami kemunduran fisik, motivasi, serta kurangnya rasa percaya diri dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari.

Konsep diri sebagai keseluruhan ide, pikiran, kepercayaan dan keyakinan yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu tersebut dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk disini adalah persepsi individu terhadap sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan obyek, tujuan serta keinginannya (Stuart & Laraia 2005 dalam Dermawan & Rusdi, 2013). Gangguan konsep diri yang terjadi pada lansia cenderung akibat penurunan kondisi fisik yang di alaminya dan keterbatasan dukungan sosial (Miller, 2004 dalam Zulfitri, 2011). Pada kehidupan lansia, hal ini mempengaruhi aspek psikologis lansia yang lebih menonjol dari aspek materiil (Suardiman, 2007 dalam Zulfitri, 2011). Berbagai masalah yang cenderung ditemukan pada lansia akibat gangguan psikologis adalah harga diri rendah, mudah

tersinggung, kurang percaya diri, kesepian, dan sebagainya (Zulfitri, 2011).

Penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050 (Yuliati, et al, 2014). Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia sebesar kurang lebih 19 juta jiwa (8,9%) dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sbesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India, dan Jepang (Badan Pusat Statistik, 2010 dalam Indraswari, et al, 2012). Pada saat ini, rasio ketergantungan lanjut usia telah meningkat dari 12,12 tahun 2005 menjadi 13,52 tahun 2007 dan 13,57 pada tahun 2009 (SUSENAS, 2009 dalam Suardana, 2013). Hal ini berarti tahun 2005, 12 lanjut usia didukung oleh 100 orang usia muda (15-44 tahun) sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 13 lanjut usia yang didukung oleh 100 orang usia muda (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010 dalam Suardana, 2013). Jumlah warga lansia di Jawa Timur menurut Sensus Penduduk tahun 2010 telah mencapai 2,3 juta jiwa (Yuliati, et al, 2014). Distribusi frekuensi mengenai kemandirian lansia pada umumnya (86,7%) termasuk kategori mandiri, sebagian kecil (11,7%) termasuk kategori ketergantungan ringan, sedangkan yang termasuk kategori ketergantungan berat hanya 1,6% (BPS, 2005 dalam Sari, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 1 Maret 2015, didapatkan data jumlah lansia yang tinggal di panti sebanyak 43 orang. Berdasarkan hasil observasi dengan 10 responden didapatkan 5

(4)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 4 orang lansia mandiri, 3 orang lansia

ketergantungan ringan, 2 orang lansia ketergantungan berat.

Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lansia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari – hari (Maryam et al, 2008). Selain itu menurut Parker dikutip oleh Romadlani (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia adalah tanggung jawab, percaya diri dan mandiri, pengalaman praktis dan akal sehat yang relevan, otonom, kemampuan memecahkan masalah, kebutuhan akan kesehatan yang baik dan support sosial. Menurut Kozier, et al. (2010) ada 6 faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu perkembangan, keluarga dan budaya, stresor, sumber daya, riwayat keberhasilan dan kegagalan serta penyakit. Lansia sering dianggap sebagai orang tua yang sakit-sakitan, lemah, membosankan, buruk rupa, dan julukan-julukan negatif lainnya. Anggapan ini tentu saja akan menurunkan konsep diri pada lansia (Romdlani, 2013). Dari anggapan negatif inilah lansia membatasi kemandirian aktivitas sehari-harinya akibat perubahan fisik, mental maupun emosional (Romadlani, 2013).

Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari yakni dengan memberikan anggapan, pikiran dan dukungan yang positif agar konsep diri lansia menjadi positif dengan mengikuti latihan fisik seperti kegiatan senam lansia atau memberikan reward atau penghargaan pada lansia yang selalu merapikan tempat tidur setelah bangun tidur. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui hubungan kemandirian aktivitas dasar

sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode desain penelitian observasional karena tidak ada intervensi dari peneliti dan melihat hubungan antar variabel dengan pendekatan Cross Sectional. Peneliti melakukan pengukuran atau observasional variabel kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dan variabel konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto hanya satu kali pada satu saat (dalam waktu yang bersamaan) dan tidak ada follow up.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 – 25 Juni 2015 di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang usia >60 tahun berjumlah 36 orang. Sehingga sampel pada penelitian ini adalah lansia yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 33 orang.

HASIL Tabel 1

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 17 – 25 Juni 2015 (n = 33) Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%) Laki- laki 9 27,3 Perempuan 24 72,7 Jumlah 33 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden laki-laki sebanyak 9 orang (27,3%) dan perempuan sebanyak 24 orang (72,7%).

(5)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 5 Tabel 2

Karakteristik responden berdasarkan usia lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 17-25 Juni 2015 (n = 33)

Usia Frekuensi Presentase (%) 45-59 tahun 0 0 60-74 tahun 19 57,6 75-90 tahun 14 42,4 Jumlah 33 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa usia responden 45-59 tahun sebanyak orang (0%), berusia 60-74 tahun sebanyak 19 orang (57,6%), 75-90 tahun sebanyak 14 orang (42,4%).

Tabel 3

Karakteristik responden berdasarkan riwayat pekerjaan lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 17 – 25 Juni 2015 (n = 33) Riwayat Pekerjaan Frekuensi Presentase (%) Wiraswasta 11 33,3 Ibu rumah tangga 6 18,2 Petani 15 45,5 Baby sister 1 3,0 Jumlah 33 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa riwayat pekerjaan lanjut usia wiaraswasta sebanyak 11 orang (33,3%), ibu rumah tangga sebanyak 6 orang (18,2%), petani sebanyak 15 orang (45,5%), baby sister sebanyak 1 orang (3,0%).

Tabel 4

Karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 17 – 25 Juni 2015 (n = 33) Riwayat Penyakit Frekuensi Presentase (%) Hipertensi 3 9,1 Stroke 3 9,1 Rematik 11 33,3 Asam urat 5 15,2 Diabetes 4 12,1 Katarak 4 12,1 Ca cervix 1 3,0 Hernia 1 3,0 Fraktur kaki 1 3,0 Jumlah 33 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa responden mempunyai riawayat penyakit hipertensi sebanyak 3 orang (9,1%), stroke sebanyak 3 orang (9,1%), rematik sebanyak 11 orang (33,3%), asam urat 5 orang (15,2%), diabetes sebanyak 4 orang (12,1%), katarak sebanyak 4 orang (12,1%), Ca cervix sebanyak 1 orang (3,0%), hernia sebanyak 1 orang (3,0%), fraktur kaki sebanyak 1 orang (3,0%).

Tabel 5

Karakteristik responden berdasarkan masalah fisik sehari-hari yang sering dialami lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 17 – 25 Juni 2015 (n = 33) Masalah fisik sehari-hari yang sering dialami Frekuensi Presentase (%) Mudah jatuh 11 33,3 Mudah lelah 7 21,2 Susah menahan BAK 1 3,0 Susah BAB 1 3,0 Gangguan ketajaman penglihatan 8 24,2 Pendengaran berkurang 1 3,0 Gangguan tidur 3 9,1 Sakit kepala 1 3,0 Jumlah 33 100

(6)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 6 Tabel 5 menunjukkan bahwa

responden yang mengalami masalah fisik sehari-hari mudah jatuh sebanyak 11 orang (33,3%), mudah lelah sebanyak 7 orang (21,4%), susah menahan BAK sebanyak 1 orang (3,0%), susah BAB sebanyak 1 orang (3,0%), gangguan ketajaman penglihatan sebanyak 8 orang (24,2%), pendengaran berkurang sebanyak 1 orang (3,0%), gangguan tidur sebanyak 3 orang (9,1%), sakit kepala sebanyak 1 orang (3,0%). Tabel 6

Karakteristik responden berdasarkan aktif dalam mengikuti kegiatan lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 17 – 25 Juni 2015 (n = 33) Aktif dalam mengikuti kegiatan Panti Frekuensi Presentase (%) Ya 23 69,7 Tidak 10 30,3 Jumlah 33 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden aktif mengikuti kegiatan sebanyak 23 orang (69,7%), dan tidak aktif sebanyak 10 orang (30,3%). Tabel 7

Karakteristik responden berdasarkan kegiatan yang paling disukai lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 17 – 25 Juni 2015 (n = 33) Kegiatan Panti yang paling disukai Frekuensi Presentase (%) Senam pagi 13 39,4 Bimbingan agama 11 33,3 Pemeriksaan kesehatan 5 15,2 Kegiatan terapi dan hiburan lansia 4 12,1 Jumlah 33 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa responden menyukai kegiatan senam pagi sebanyak 13 orang (39,4%), bimbingan agama sebanyak 11 orang (33,3%), pemeriksaan kesehatan sebanyak 5 orang (15,2%), kegiatan terapi dan hiburan lansia sebanyak 4 orang (12,1%).

Tabel 8

Frekuensi kemandirian aktivitas sehari-hari pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 17 – 25 Juni 2015 (n=33) Kemandirian aktivitas dasar sehari-hari pada lanjut usia Frekuensi Presentase (%) Ketergantungan total 0 0 Ketergantungan sangat berat 4 12,1 Ketergantungan berat 8 24,2 Ketergantungan ringan 6 18,2 Mandiri 15 45,5 Jumlah 33 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang kemandirian aktivitas dasar sehari-hari ketergantungan total sebanyak 0 orang (0%), kemandirian aktivitas dasar sehari-hari ketergantungan sangat berat sebanyak 4 orang (12,1%), ketergantungan berat sebanyak 8 orang (24,2%), ketergantungan ringan sebanyak 6 orang (18,2%), mandiri sebanyak 15 orang (45,5%).

Tabel 9

Konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 17 – 25 Juni 2015 (n=33)

(7)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 7 Konsep Diri Frekuensi Presentase (%) Positif 13 39,4 Negatif 20 60,6 Jumlah 33 100

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki konsep diri positif sebanyak 13 orang (39,4%) dan konsep diri negatif sebanyak 20 orang (60,6%).

Tabel 10

Hubungan kemandirian kativitas dasar sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto tanggal 17 – 25 Juni 2015 (n = 33)

Kemandirian Aktivitas Dasar

Sehari-hari

Konsep Diri

Positif Negatif Total N (%) N (%) N (%) Ketergantungan total 0 0 0 0 0 0 Ketergantungan sangat berat 0 0 4 100 4 100 Ketergantungan berat 0 0 8 100 8 100 Ketergantungan ringan 1 16,7 5 83,3 6 100 Mandiri 12 39,4 3 20,0 15 100 Total 13 39,4 20 60,6 33 100 Hasil Uji Statistik Chi Square ρ = 0,000 (ρ <

0,05)

Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 33 orang responden tidak mengalami ketergantungan total, sedangkan yang mempunyai kemandirian aktivitas dasar sehari-hari ketergantungan sangat berat sebanyak 4 orang yang memiliki konsep diri negatif (100%) dan tidak ada responden yang memiliki konsep diri positif, memiliki kemandirian aktivitas dasar sehari-hari ketergantungan berat sebanyak 8 orang yang memiliki konsep diri negatif (100%) dan

tidak ada responden yang memiliki konsep diri positif. Responden yang kemandirian aktivitas dasar sehari-hari ketergantungan ringan sebanyak 6 orang memiliki konsep diri negatif sebanyak 5 orang (83,3%), memiliki konsep diri positif sebanyak 1 orang (16,7%). Responden yang kemandirian aktivitas dasar sehari-hari mandiri sebanyak 15 orang memiliki konsep diri negatif sebanyak 3 orang (20,0%), memiliki konsep diri positif sebanyak 12 orang (80,0%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui apakah ada hubungan diantara dua variabel yaitu kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto didapatkan ρ = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ρ < 0,05 berarti H1

diterima yang berarti terdapat hubungan antara kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. PEMBAHASAN

Kemandirian aktivitas dasar sehari-hari lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto

Dari hasil penelitian 33 responden di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto diatas, maka dapat dilihat sebagian besar lansia aktivitasnya mandiri 15 orang (45,5%) sedangkan ketergantungan ringan, ketergantungan berat, dan ketergantungan sangat berat dengan masing-masing presentase 6 orang (18,2%), 8 orang (24,2%), 4 orang (12,1%). Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar lansia 15 orang (45,5%) di Panti aktivitasnya mandiri. Hal tersebut dapat terlihat dari observasi bahwa banyak lansia yang aktivitasnya seperti makan, transfer (berpindah), kebersihan diri, aktivitas toilet, mandi, mobilitas (berjalan yang datar), naik

(8)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 8 turun tangga, berpakaian, mengontrol

defekasi, dan mengontrol berkemih mampu dilakukannya secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Peneliti berasumsi bahwa lanjut usia yang mandiri dikarenakan lanjut usia yang tinggal di Panti dituntut untuk dapat mandiri melakukan aktivitasnya masing-masing meski dengan keterbatasan dan kelemahannya. Lansia yang memiliki riwayat pekerjaan sebagai petani dan wiraswasta memiliki kesehatan fisik dan tanggung jawab yang besar dan keras sehingga lansia tersebut menjadi mandiri. Menurut Parker dikutip oleh Romadlani (2013), faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian lansia adalah memiliki rasa tanggung jawab, mandiri, pengalaman praktis dan akal sehat yang relevan, otonom, kebutuhan kesehatan yang baik, dan support sosial.

Dari hasil penelitian didapatkan lansia yang mengalami ketergantungan ringan sebanyak 6 orang (18,2%), hal tersebut dapat terlihat dari observasi bahwa sebagian besar lansia yang aktivitasnya seperti naik turun tangga memerlukan bantuan minimal. Peneliti berasumsi bahwa lansia tersebut pernah mengalami riwayat penyakit seperti rematik, fraktur kaki, diabetes dan hipertensi sehingga lansia tersebut mudah jatuh dan mudah lelah karena kelelahan dan otot-otot motorik penderita tidak kuat dalam melakukan aktivitas naik turun tangga. . Menurut Azizah (2011) lansia yang mudah jatuh dan mengalami gangguan ketajaman penglihatan akan mengalami depresi, perasaan bosan dan bahkan dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.

Dari hasil penelitian didapatkan lansia mengalami ketergantungan berat sebanyak 8 orang (24,2%), hal ini dapat dilihat dari observasi bahwa sebagian besar lansia yang aktivitasnya seperti naik turun tangga tidak mampu melakukan sendiri dan

sebagian lansia aktivitasnya memerlukan bantuan minimal seperti transfer, mobilitas, mengontrol berkemih dan mengontrol defekasi. Peneliti berasumsi bahwa kondisi fisik lansia yang kesehatannya sudah tidak sesehat dulu dan kekuatan otot dan tulang lansia mengalami kemunduran menyebabkan lansia menghindari aktivitas yang sudah tidak mungkin dilakukan lagi saat ini. Menurut Setiati (2000, dalam Sari, 2013) bahwa kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan sehingga dapat melakukan aktivitas dasar sehari-hari.

Dari hasil penelitian didapatkan lansia mengalami ketergantungan sangat berat sebanyak 4 orang (12,1%), hal ini dapat dilihat dari observasi bahwa banyak lansia yang aktivitasnya seperti kebersihan diri, dan naik turun tangga tidak mampu dilakukannya sendri, sedangkan aktivitas transfer, kebersihan diri, aktivitas toilet, mobilitas, mengontrol berkemih, dan mengontrol defekasi memerlukan bantuan minimal. Peneliti berasumsi bahwa dari sebagian besar aktivitas tersebut memerlukan energi yang cukup untuk melakukannya, sedangkan 3 dari 4 lansia tersebut sudah berumur diatas 75 tahun dan memiliki riwayat penyakit stroke, katarak, asam urat dan rematik. Menurut Sari (2013) mengatakan bahwa kondisi kesehatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian.

Dari hasil tabulasi silang kemandirian aktivitas dasar sehari-hari jika dilihat dari usia sebagian lansia yang berumur antara 60-74 tahun mengalami mandiri sebanyak 12 orang (63,2%). Menurut asumsi peneliti, usia dapat mempengaruhi kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari karena lansia memerlukan energi yang cukup untuk melakukan aktivitasnya. Menurut WHO usia antara 60-74 tahun tergolong lanjut usia

(9)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 9 (elderly) dan usia antara 75-90 tahun

tergolong lanjut usia tua (old) (Nugroho, 2008).

Berdasarkan hasil tabulasi silang kemandirian aktivitas dasar sehari-hari jika dilihat dari riwayat penyakit rematik sebagian lansia mengalami ketergantungan berat sebanyak 4 orang (36,4%). Menurut asumsi peneliti, riwayat penyakit rematik pada lansia dipengaruhi oleh penurunan kepadatan tulang sehingga lansia mengalami keterbatasan aktivitas. Menurut Sari (2013) mengatakan bahwa kondisi kesehatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian.

Berdasarkan hasil tabulasi silang kemandirian aktivitas dasar sehari-hari jika dilihat berdasarkan masalah fisik sehari-hari mudah jatuh didapatkan sebagian besar lansia mengalami ketergantungan berat sebanyak 5 orang (45,5%). Menurut asumsi peneliti, lansia yang mudah jatuh dapat menjadi ketergantungan kepada orang lain karena timbul perasaan takut akan cidera. Menurut Azizah (2011) lansia yang mudah jatuh akan mengalami depresi, perasaan bosan dan bahkan dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.

Berdasarkan hasil tabulasi silang kemandirian aktivitas dasar sehari jika dilihat dari aktif mengikuti kegiatan Panti sebagian besar lansia mengalami mandiri sebanyak 13 orang (56,5%). Peneliti berasumsi bahwa lanjut usia yang aktif dalam mengikuti kegiatan yang ada maka lansia tersebut merasa harga dirinya berharga dan masih bermanfaat di lingkungan sekitar yang membuat lansia menjadi mandiri. Menurut Sari (2013) kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga da teman-teman.

Konsep diri lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto

Hasil penelitian yang diambil dari 33 responden didapatkan bahwa 20 orang (60,6%) mengalami konsep diri negatif dan 13 orang (39,4%) mengalami konsep diri positif. Dari hasil penelitian didapatkan lansia yang mengalami konsep diri negatif sebanyak 20 orang (60,6%). Hal ini dapat dilihat dari kuesioner bahwa banyak lansia yang memilih pernyataan tidak setuju mempunyai penilaian positif pada perubahan bentuk tubuhnya, sangat tidak setuju untuk masih ada harapan menjadi cantik atau tampan, merasa gagal karena perubahan bentuk tubuhnya, dan merasa susah dalam mengambil keputusan dengan keadaannya. Menurut asumsi peneliti, lansia yang berada di Panti kurang memiliki harapan dan cita-cita berdasarkan norma sosial yang ada. Para lansia cenderung menerima dirinya sebagaimana apa yang telah terjadi saat ini. Menurut Nugroho (2008) memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, seperti kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional..

Dari hasil penelitian didapatkan 13 orang (39,4%) mengalami konsep diri positif. Hal tersebut dapat dilihat dari kuesioner bahwa banyak lansia yang memilih pernyataan masih percaya diri dan menerima perubahan fungsi tubuhnya, tidak merasa putus asa dengan perubahan pada tubuhnya, masih dibutuhkan dalam kegiatan Panti, tetap berpenampilan sesuai dengan jenis kelamin, dan peran di dalam kegiatan Panti masih bisa dilakukan. Menurut asumsi peneliti para lansia cenderung menerima dirinya sebagaimana apa yang telah terjadi saat ini dan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sendiri serta mendapatkan

(10)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 10 motivasi dari petugas Panti. Menurut Saam

dan Wahyuni (2012) konsep diri sebagai gambaran seseorang mengenal dirinya sendiri, yang merupakan gabungan dari keyakinan terhadap fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi yang mereka capai.

Berdasarkan hasil tabulasi konsep diri lansia dilihat dari usia, sebagian besar lansia yang mengalami konsep diri negatif berusia 75-90 tahun sebanyak 13 orang (92,9%).Menurut Nugroho (2008) memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, seperti kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional. Menurut WHO usia antara 60-74 tahun tergolong lanjut usia (elderly) dan usia antara 75-90 tahun tergolong lanjut usia tua (old) (Nugroho, 2008).

Berdasarkan hasil tabulasi konsep diri lansia jika dilihat dari jenis kelamin sebagian besar lansia yang mengalami konsep diri negatif berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (75%). Menurut asumsi peneliti, perempuan lebih sering mengalami depresi, hal ini karena perempuan sering terpajan dengan stressor lingkungan dan memiliki tingkatan ambang stressor lebih rendah dibanding dengan laki - laki. Konsep diri negatif umumnya terjadi pada perempuan, karena lansia perempuan umumnya kurang begitu memperhatikan ideal dirinya dan kebanyakan mereka dulu tidak bekerja atau ibu rumah tangga, sehingga lansia selalu berada dirumah setiap hari.

Berdasarkan hasil tabulasi konsep diri jika dilihat dari riwayat penyakit sebagian besar lansia mengalami konsep diri negatif dengan riwayat penyakit rematik sebanyak 8 orang (72,7%). Menurut asumsi

peneliti, lansia yang memiliki riwayat rematik tersebut membutuhkan bantuan minimal dan kekuatan otot dan tulang untuk beraktivitas berkurang sehingga lansia menutup diri didalam kamarnya. Menurut Kozier (2010), salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah riwayat penyakit, penyakit dan trauma juga dapat mempengaruhi konsep diri.

Berdasarkan hasil tabulasi konsep diri jika dilihat dari masalah fisik sehari-hari sebagian besar lansia mengalami konsep diri negatif dengan masalah mudah jatuh sebanyak 9 orang (81,8%). Menurut asumsi peneliti, lansia yang mudah jatuh dapat menjadi ketergantungan kepada orang lain karena timbul perasaan takut akan cidera sehingga membuat lansia menghindari aktivitas yang tidak dapat dilakukannya dan membuat kurangnya berhubungan sosial di lingkungan Panti. Menurut Kozier (2010), salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah riwayat kegagalan dan sumber daya. Individu yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri mereka sebagai orang yang gagal. Individu memiliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh sumber daya internal adalah rasa percaya diri dan nilai diri.

Berdasarkan hasil tabulasi konsep diri jika dilihat dari aktif mengikuti kegiatan di Panti sebagian besar lansia mengalami konsep diri positif dengan aktif mengikuri kegiatan di Panti sebanyak 12 orang (52,2%). Menurut asumsi peneliti, ini terjadi faktor dukungan atau motivasi yang diberikan oleh petugas Panti kepada lansia untuk aktif mengikuti kegiatan, sehingga aktif mengikuti kegiatan di Panti dapat membuat konsep dirinya berubah menjadi positif. Menurut Kozier (2010), konsep diri yang positif penting untuk kesehatan mental dan fisik individu. Individu yang memiliki konsep diri yang positif lebih mampu mengembangkan dan mempertahankan

(11)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 11 hubungan interpersonal dan lebih tahan

terhadap penyakit fisiologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep diri yang kuat seharusnya lebih mampu menerima dan beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya.

Hubungan kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto

Hasil analisa data dengan uji statistik Chi Square didapatkan ρ = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ρ < 0,05 berarti bahwa H1 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

Hal ini membuktikan bahwa semakin mandiri lanjut usia dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari semakin positif konsep diri lanjut usia. Kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto didapatkan data bahwa 33 orang responden yang memiliki kemandirian aktivitas dasar sehari-hari mandiri sebanyak 15 orang dengan konsep diri positif sebanyak 12 orang (80%) dan konsep diri negatif sebanyak 3 orang (20%). Kemandirian aktivitas dasar sehari-hari ketergantungan ringan sebanyak 6 orang dengan konsep diri positif sebanyak 1 orang (16,7%) dan konsep diri negatif sebanyak 5 orang (83,3%). Kemandirian aktivitas dasar sehari-hari ketergantungan berat sebanyak 8 orang dengan konsep diri negatif sebanyak 8 orang (100%). Kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dengan ketergantungan sangat berat sebanyak 4 orang dengan konsep diri negatif 4 orang (100%). Selain itu berdasarkan data diatas membuktikan bahwa kemandirian aktivitas dasar sehari-hari yang mandiri mempunyai konsep diri yang positif

pula, namun dari beberapa lanjut usia yang ketergantungan mempunyai konsep diri yang positif.

Menurut pendapat Maryam dkk (2008) kemandirian adalah kemampuan atau keadaan dimana individu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Lansia yang mampu melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain adalah lansia yang memiliki kepercayaan tinggi dan konsep diri yang positif. Konsep diri sebagai gambaran seseorang mengenal dirinya sendiri, yang merupakan gabungan dari keyakinan terhadap fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi yang mereka capai (Saam dan Wahyuni, 2012). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa apabila semakin mandiri lanjut usia dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari semakin positif pula konsep diri lanjut usia begitu pula sebaliknya. Lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto sebagian besar lansia mengalami mandiri dalam hal aktivitas dasar sehari-hari dan mengalami konsep diri positif yang di pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan serta tanggung jawab dan pengalaman disekitar Panti tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Kemandirian aktivitas dasar sehari-hari lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto sebagian besar mandiri.

2. Konsep diri pada lanjut usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto sebagian besar memiliki konsep diri positif.

3. Ada hubungan antara kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dengan

(12)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 12 konsep diri pada lanjut usia di UPT

Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. SARAN

1. Bagi Responden

Bagi responden (lanjut usia) dapat memberikan informasi bahwa kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dapat berdampak pada konsep dirinya. Dapat menjadi motivasi bagi lanjut usia untuk tetap mempertahankan kemampuan yang ada sehingga dapat mencapai konsep diri yang positif.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan tentang hubungan kemandirian aktivitas sehari-hari dengan konsep diri pada lanjut usia / memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia dengan ketergantungan atau keterbatasan aktivitas dan dapat mencapai konsep diri yang positif yang dimiliki lanjut usia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan atau sumber data bagi penelitian selanjutnya. Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

4. Bagi UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan perawat-perawat panti sebagai pertimbangan dalam meningkatkan kemandirian aktivitas dasar sehari-hari dan memberikan

motivasi serta bimbingan agar lansia tetap mandiri dan dapat mencapai konsep diri yang positif yang dimiliki lanjut usia.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hidayat, A.A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Indraswari, W., et al. (2012). Pola Pengasuhan Gizi Dan Status Gizi Lanjut Usia Di Puskesmas Lau Kabupaten Maros Tahun 2012,

http://www.pasca.unhas.ac.id/jurnal/f iles.pdf, ¶ 2, diunduh tanggal 23 Januari 2015 jam 10.30 WIB.

Jaya, K. (2015). Keperawatan Jiwa. Tangerang Selatan: Bina Rupa Aksara.

Kozier, B., et al. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 7. Alih Bahasa : Esty Wahyuningsih, et al. Jakarta: EGC.

Maryam, R.S., et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

(2010). Buku Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: CV. Trans Info Media.

(13)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 13 Mubarak, W.I., et al. (2009). Ilmu

Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi, Buku 2. Jakarta : Salemba Medika.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis, Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 2. Alih Bahasa: Adrina Ferderika Nggie dan Marina Albar. Jakarta : Salemba Medika.

Primadayanti, S. (2011). Perbedaan Tingkat Kemandirian Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember : Skripsi dipublikasikan.

Romadlani, R., et al. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kemandirian Lansia Dengan Konsep Diri Lansia Di Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang: Skripsi dipublikasikan.

Saam, Z., dan Wahyuni, S. (2012). Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sari, D.U. (2013). “Hubungan Kemandirian Aktivitas Dasar Sehari-hari dengan Pencapaian Aktualisasi Diri pada Lanjut Usia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto”. Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya: Skripsi tidak dipublikasikan.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setiahardja, A.S. (2005). Penilaian Keseimbangan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari pada Lansia di Panti Werdha Pelkris Elim Semarang dengan Menggunakan Berg Balance Scale dan Indeks Barthel. Program Studi Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang : Laporan penelitian dipublikasikan. Suardana, I.W., dan Ariesta, Y. (2013).

Karakteristik Lansia Dengan Kemandirian Aktifitas Sehari-Hari,

http://www.jurnalkeperawatanbali.co m/attachments/article/132/ARTIKEL

WAYANSUARDANA.doc, ¶ 2,

diunduh tanggal 27 Januari 2015 jam 01.35 WIB.

Suliswati, et al. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Syurandari, D.W. (2014). Analisis Kualitas Hidup Lansia Panti Dan Non Panti Di Kabupaten Mojokerto. Tesis Doktor, Universitas Airlangga, Surabaya.

(14)

Skripsi – Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya, Juli 2015| 14 Wati, M.P. (2012). “Hubungan Dukungan

Sosial Keluarga Terhadap Konsep Diri Lansia di RT 02 RW 12 Kelurahan Bendul Merisi Kecamatan Wonocolo Surabaya”. Program Studi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya: Skripsi Tidak Dipublikasikan.

Yuliati, et al. (2014). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di

Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1) Januari 2014.

Zulfitri, R. (2011). Konsep Diri dan Gaya Hidup Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Kotimah Pekanbaru Maret 2011; Vol. 1, No. 2. Jurnal Ners Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi pendapatan usaha peternakan kambing terhadap tingkat pendapatan petani, skala usaha minimal yang memberikan

Teknik analisis data dilakukan berdasarkan teknik oleh Miles and Huberman.Hasil penelitian inovasi Layanan Bolam: (1) Kepemimpinan, pemimpin memiliki peran,

0.05 hal ini berarti tidak ada interaksi antara efek utama A (Pengetahuan bencana alam di Indonesia dan perilaku cinta lingkungan) dengan efek utama B (pembelajaran dengan

1) Digital Library (Digilib) yang dibuat untuk menampilkan katalog buku, pencarian buku dan download lampiran buku. 2) Buku-buku yang dapat di download hanya

Overcurrent relay dan rele gangguan ketanah sebagai pengaman cadangan. PT PLN terus berupaya menyediakan tenaga listrik yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan

Tujuan penelitian untuk mengetahui sebaran keluhan utama dan kejadian keterlambatan area perkembangan yang ditemukan seperti motorik kasar, motorik halus,

Untuk mempermudah proses desain jenis permainan ditentukan berdasarkan lokasi yang memungkinkan permainan tersebut dapat dilaksanakan (di dalam ruangan, di area terbuka ataupun

Sebaliknya, dengan suku bunga ZDMDU WDGL QLODL LQYHVWDVL OHELK EHVDU FRED ODJL GHQ- gan suku bunga yang lebih rendah sampai mendapat nilai investasi yang sama besar dengan