Analisis Deret Waktu*
Wahyu Dwi Lesmono, S.Si
Pengertian Deret Waktu
Deret waktu merupakan rangkaian data
yang diukur berdasarkan waktu dengan
selang interval yang sama. Dalam hal ini,
variabel waktu selalu ada dalam analisis
deret waktu.
Dalam analisa statistik, data dengan
variabel waktu selalu dikaitkan dengan
Peramalan
Peramalan (forecast) merupakan suatu
usaha untuk melakukan prediksi suatu
objek tertentu di masa yang akan
Jenis-Jenis Peramalan
1. Peramalan Kualitatif
Peramalan yang didasari pada fakta subjek dan
objek yang ada pada masa lalu.
Contoh: pemilihan keputusan, survey pasar,
identifikasi seseorang, jajak pendapat.
2. Peramalan Kuantitatif
Peramalan yang didasari pada fakta nilai yang telah
ada pada masa lalu.
Contoh: kurs uang, cuaca esok hari, rencana
Lag dan Lead
Lag merupakan waktu permulaan suatu data
yang dimulai pada sebelum waktu tertentu. Lead
merupakan waktu permulaan suatu data yang
Differencing
Differencing merupakan pembeda atau
selisih antara waktu yang satu dengan
waktu yang lainnya. Contoh:
Waktu
Xt
ΔX
tΔ
2X
tΔ
3X
t1
10
2
12
2
3
32
20
22
4
19
-13
7
9
5
8
-11
-24
-4
Nilai ΔX
2dihitung dengan cara:
X
2– X
1= 12 – 10 = 2
Niali Δ
2X
3
dihitung dengan cara:
X
3– X
1= 32 – 10 = 22
Stasioneritas
Stasioneritas merupakan kondisi pola pergerakan antar observasi atau
waktu yang stabil, tidak mengalami kenaikan maupun penurunan yang
cukup signifikan. Pola data dikatakan stasioner apabila pola
pergerakan antar observasi atau waktu stabil pada nilai tengah
(rata-rata) dan ragam.
Apabila
pola data tidak stasioner pada
rata-rata
, maka
penanggulangan dapat dilakukan dengan cara
differencing
. Jika
pola data tidak stasioner pada
ragam
, maka penanggulangan
dapat dilakukan dengan cara
transformasi variabel ke fungsi
yang lain
(pada umumnya menggunakan fungsi logaritma natural).
Pola Data Stasioner pada Deret
Waktu
a. Stasioner pada rata-rata dan ragam
Metode Peramalan
Kuantitatif
1. Data historis: -Metode Naive -Trend Analysis -Semi Average -Moving Average
-Single Exponential Smoothing
-Double Exponential Smoothing (Holt Method)
-Triple Exponential Smoothing (Holt-Winter Method) -Dekomposisi
2. Kausalitas: -Regresi
Model ARIMA
Model ARIMA (AutoRegressive Integrated Moving Average) merupakan metode peramalan kausal untuk memprediksikan data deret waktu yang memiliki pola yang cukup kompleks. Peramalan dengan model ARIMA hanya dapat digunakan untuk periode waktu yang pendek (Short Period) tergantung data yang ada pada periode sebelumnya.
Dalam praktek statistik, peramalan dengan model ARIMA dikategorikan sebagai pemodelan interatif. Sehingga lebih mudah digunakan dengan cara komputasi karena pemodelan dengan ARIMA lebih sering bersifat Trial and Error untuk mencari model yang terbaik dalam penggunaan model ARIMA yang layak digunakan.
Model ARIMA dibagi menjadi 2:
1. Model ARIMA tanpa pengaruh musiman (Model ARIMA)
Model Umum ARIMA
Model Umum ARIMA didefinisikan sebagai notasi
backshift berikut:
q Moving Average
q
B Operator Backshift
Parameter
ke-p
Parameter
ke-q
data aktual pada waktu
galat pada waktu
Model Umum SARIMA
Model Umum SARIMA didefinisikan sebagai notasi
backshift berikut:
P Seasonal Autoregressive
P
D Seasonal Differencing
D
Penjabaran Struktur Backshift pada
Model ARIMA
Model ARIMA berdasarkan notasi fungsi backshift
dapat dijabarkan sebagai berikut:
 
 
Model Autoregressive orde ke-1 atau
ARIMA(1,0,0) atau AR(1) dapat dijabarkan
Contoh Penjabaran Strukstur
Bagaimana cara menjabarkan struktur notasi backshift model ARIMA ke model Regresi berikut? a. ARIMA(2,1,2)
Penjabaran Struktur Backshift pada
Model SARIMA
Model SARIMA berdasarkan notasi fungsi backshift
dapat dijabarkan sebagai berikut:
 
 
 
 
Model Seasonal Autoregressive orde ke-1 atau
ARIMA(0,0,0)(1,0,0) atau SAR(1) dapat
Contoh Penjabaran Strukstur
Bagaimana cara menjabarkan struktur notasi backshift model SARIMA ke model Regresi berikut? a. ARIMA(1,1,1)(1,1,1)
Parameter Konstanta dan Rata-Rata
Data Aktual
Dalam
model
peramalan,
parameter
konstanta
memberikan pengaruh bagi hasil penduga model. Apabila
identifikasi model awal sudah stasioner pada
rata-rata
maka
PERLU
ditambahkannya parameter konstanta
pada model. Namun apabila
identifikasi model awal
tidak stasioner pada rata-rata
maka
TIDAK PERLU
ditambahkannya parameter konstanta. Hal tersebut
dikarenakan parameter konstanta memberikan pengaruh
pergeseran (
drift
) linear trend pada model peramalan.
Sehingga model yang tidak stasioner pada rata-rata akan
memberikan hasil peramalan yang menyimpang dan diluar
kendali.
Tahapan dari Model
(S)ARIMA
1.
Identifikasi Model dengan menggunakan korelogram
fungsi Autokorelasi (ACF) dan fungsi Autokorelasi
Parsial) (PACF)
2.
Estimasi penduga parameter model berdasarkan hasil
identifikasi model dengan metode penduga tertentu.
3.
Diagnosa kelayakan model dengan menggunakan
“L-Jung-Box Method” atau “Q Box and Pierce Test”, apabila
nilai
P-Value lebih kecil dibandingkan nilai taraf
nyata untuk setiap lag-nya maka model tidak
layak sehingga kembali ke langkah 1
. Jika
sebaliknya (untuk setiap lag P-Value > Taraf Nyata),
maka model dikatakan layak digunakan sebagai model
peramalan.
Penentuan Orde MA pada Plot ACF
dan PACF
MA(1) atau ARIMA(0,0,1)
MA(2) atau ARIMA(0,0,2):
Penentuan Orde AR pada Plot ACF
dan PACF
AR(1) atau ARIMA(1,0,0):
AR(2) atau ARIMA(2,0,0):
Penentuan Orde ARMA pada Plot
ACF dan PACF
ARMA(1,1) atau ARIMA(1,0,1):
Plot Deret
Waktu
Korelogra
m ACF
Korelogra
m PACF
Contoh Kasus 1
Berikut adalah data harga saham dari Color Vision Company selama tiga puluh bulan. Dengan menggunakan data pada slide berikut, lakukan analisis sebagai berikut:
a. Buatlah grafik peramalan, lakukan peramalan selama periode tersebut dan 5 periode mendatang dengan metode:
• Trend Linear
• Moving Average 3 Periode
• Simple Exponential Smoothing dengan bobot pemulusan tingkat 0.5
• Double Exponential Smoothing dengan bobot pemulusan tingkat 0.5 dan trend 0.5
• Metode Holt-Winter multiplikatif dengan panjang musiman 12 dan bobot pemulusan tingkat 0.5, trend 0.3, dan musiman 0.6
b. Dengan menggunakan kriteria ukuran galat peramalan, metode manakah yang terbaik untuk meramalkan harga saham dari Color Vision Company pada periode bulan yang akan datang?
Cara Ramalan dengan Metode
Trend Linear
Stat > Time Series > Trend Linear
Variable masukkan “Harga Saham” > Model Type pilih Linear > Ceklis Generate Forecasts > Number of forecasts diisi 5 > Starting from origin diisi 30
Storage > ceklis Fits dan Forecasts > OK
Cara Ramalan dengan Metode
Moving Average
Stat > Time Series > Moving Average
Variable masukkan “Harga Saham” > MA length pilih 3 > Ceklis Generate Forecasts > Number of forecasts diisi 5 > Starting from origin diisi 30
Storage > ceklis Fits dan Forecasts > OK
Cara Ramalan dengan Single
Exponential Smoothing
Stat > Time Series > Single Exponential Smoothing
Variable masukkan “Harga Saham” > Weight to Use in Smoothing pilih Use diisi 0.5 > Ceklis Generate Forecasts > Number of forecasts diisi 5 > Starting from origin diisi 30 Storage > ceklis Fits dan Forecasts > OK
Cara Ramalan dengan Double
Exponential Smoothing
Stat > Time Series > Double Exponential Smoothing
Variable masukkan “Harga Saham” > Weight to Use in Smoothing pilih Specified
weights dengan for Level diisi 0.5 dan For trend diisi 0.5 > Ceklis Generate Forecasts > Number of forecasts diisi 5 > Starting from origin diisi 30
Storage > ceklis Fits dan Forecasts > OK
Cara Ramalan dengan Holt-Winter
(Triple Exponential Smoothing)
Stat > Time Series > Holt-Winter
Variable masukkan “Harga Saham” > Seasonal length diisi 12 > Method Type pilih
Multiplicative > Weights to Use in Smoothing diisi pada Level 0.5, Trend 0.2, dan Seasonal 0.6, Ceklis Generate Forecasts > Number of forecasts diisi 5 > Starting from origin diisi 30 Storage > ceklis Fits dan Forecasts > OK
Jawaban A
Garis observasi berwarna biru menunjukkan nilai aktual harga saham. Garis observasi berwarna merah menunjukkan nilai peramalan harga saham berdasarkan periode yang bersesuaian dengan nilai aktual. Garis observasi berwarna berwarna hijau merupakan nilai
peramalan untuk periode yang akan mendatang. Sementara garis
observasi berwarna ungu
Jawaban A
Bulan Harga Saham Linear Trend AverageMoving Exponential Single
1 71 68.3204 71.0000 68.3204 69.2566
2 70 68.8110 71.0000 70.8207 69.9088 3 69 69.3015 70.0000 70.5000 71.3656 70.0264
4 68 69.7921 69.0000 69.7500 70.5467 72.2139
5 64 70.2826 67.0000 68.8750 69.0005 71.2251
6 65 70.7732 65.6667 66.4375 64.9773 65.3463 7 72 71.2637 67.0000 65.7188 63.4714 61.8438
8 78 71.7542 71.6667 68.8594 68.3506 69.1738
9 75 72.2448 75.0000 73.4297 76.2025 73.2851
10 75 72.7353 76.0000 74.2148 78.3279 76.5608
11 75 73.2259 75.0000 74.6074 78.5586 76.9430 12 70 73.7164 73.3333 74.8037 77.7843 77.2883
13 75 74.2070 73.3333 72.4019 72.9511 78.1625
14 75 74.6975 73.3333 73.7009 73.5467 74.8835
15 74 75.1881 74.6667 74.3505 74.2078 73.7625
16 78 75.6786 75.6667 74.1752 73.9864 74.9998 17 86 76.1692 79.3333 76.0876 76.8791 77.0171
18 82 76.6597 82.0000 81.0438 84.6057 84.3468
19 75 77.1502 81.0000 81.5219 85.8176 85.5164
20 73 77.6408 76.6667 78.2610 80.2191 81.5126
21 72 78.1313 73.3333 75.6305 74.6151 71.6809 22 73 78.6219 72.6667 73.8152 70.6593 70.0325
23 72 79.1124 72.3333 73.4076 69.7666 70.0365
24 77 79.6030 74.0000 72.7038 69.3786 68.8054
25 83 80.0935 77.3333 74.8519 73.5899 79.1378
26 81 80.5841 80.3333 78.9260 81.0481 81.7322 27 81 81.0746 81.6667 79.9630 83.7652 81.4064
28 85 81.5651 82.3333 80.4815 84.4324 84.5334
29 85 82.0557 83.6667 82.7407 86.9079 87.9359
30 84 82.5462 84.6667 83.8704 87.6687 84.8745
Menampilkan Plot Deret Waktu
dengan Peramalannya
Stat > Time Series > Time Series Plot
ATAU Graph > Time Series Plot
Pilih Multiple > OK
Jawaban A
Jawaban A
31 83.03678
84.66667
83.93519
86.63192
83.35601
32 83.52733
84.66667
83.93519
87.42948
86.02491
33 84.01787
84.66667
83.93519
88.22704
84.84783
34 84.50842
84.66667
83.93519
89.0246
85.80862
35 84.99896
84.66667
83.93519
89.82217
85.31591
Jawaban B
MAPE
4.2223
4.9038
4.0541
5.2070
4.7131
MAD
3.1592
3.7407
3.0859
3.9384
3.5244
MSD
15.6847
23.4280
16.8541
25.5719
23.6989
Berdasarkan ukuran peramalan dengan menggunakan MAPE, MAD,
dan MSD didapat bahwa metode Single Exponential Smoothing
Jawaban C
Hasil analisis signifikansi model menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas yaitu harga saham satu bulan sebelumnya mempengaruhi harga saham pada bulan saat ini berdasarkan uji F. Pada uji t, penambahan harga saham pada satu bulan sebelumnya secara signifikan mempengaruhi harga saham pada bulan saat ini sebesar 0.820 namun pada saat tidak dipengaruhi oleh faktor tersebut, tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap harga saham pada bulan saat ini walaupun harga saham pada bulan saat ini meningkat menjadi 14.01. Hasil koefisien determinasi menunjukkan bahwa harga saham pada satu bulan sebelumnya memberikan pengaruh bagi harga saham pada bulan saat ini sebesar 63.40%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hasil koefisien determinasi prediksi menunjukkan bahwa harga saham pada bulan saat ini dapat diprediksi oleh harga saham pada satu bulan sebelumnya dengan tingkat keakuratan sebesar 58.12%, sementara itu sisanya diprediksi oleh faktor yang lain.
Hasil analisis asumsi model diperoleh bahwa model penduga dengan metode OLS tidak mengalami masalah variabel multikolinearitas dan autokorelasi (buktikan!). Terdapat pencilan pada bulan ke-17. Untuk menguji normalitas pada hasil model penduga dengan metode penduga OLS dapat dilakukan uji normalitas pada galat. Hasil sumber keragaman Lack-of-Fit menunjukkan bahwa hasil penduga berdasarkan harga saham pada bulan sebelumnya yang mempengaruhi harga saham pada bulan saat ini berbentuk linear.
Jawaban C
(Uji Normalitas)
Jawaban C
(Uji Heteroskedastisitas)
Berdasarkan hasil uji Glejser dan uji Park diperoleh bahwa
seluruh variabel bebas tidak berpotensi mengalami masalah
heteroskedastisitas pada hasil model penduga dengan metode
penduga OLS. Hasil tersebut terlihat dari nilai P-Value variabel
bebas yang lebih besar dari taraf nyata.
Contoh Kasus 2
Data berikut merupakan data record mengenai jumlah produksi sirup ABC yang cacat tiap
tahunnya selama 42 tahun. Lakukan analisis deret waktu dengan model ARIMA disertai dengan analisis signifikansi dan asumsi modelnya! Lakukan peramalan 14 tahun mendatang!
Tahun Cacat Tahun Cacat Tahun Cacat
Statistika Deskriptif untuk Grafik
Deret Waktu
Identifikasi Stasioneritas Data
dengan Grafik I-MR
Assitant > Control Chart > Pilih I-MR Chart
Masukkan Cacat ke kotak Data Coloumn > How will you determine
the control limits and center line pilih Estimate from the data > OK
Berdasarkan hasil disamping diperoleh bahwa data kecacatan mengalami pergeseran pada rata-rata diantara titik data
Identifikasi Model
(Uji Stasioneritas Data dengan
Grafik I-MR)
Berdasarkan hasil laporan kecacatan produk pada grafik I-MR Chart diperoleh bahwa pola data berdistribusi normal serta tidak terdapat korelasi antar waktu (observasi). Namun pola data tidak stabil karena terdapat data yang di luar kendali dan mengalami pergeseran pada rata-rata (shift in mean) sehingga dapat dikatakan bahwa data tidak stasioner pada rata-rata namun stasioner para ragam sehingga harus dilakukan differencing agar data menjadi stasioner
Cara Melakukan
Differencing
Stat > Time Series > Differences
Masukkan Series sebagai Cacat > Store Differences in ketik D1Cacat > Lag diketik 1 > OK
Nantinya akan muncul kolom baru bernama D1Cacat. Tampilkan ulang plot
Grafik Data Deret Waktu setelah
Differencing Pertama
Berdasarkan plot data deret waktu produksi cacat setelah dilakukan
differencing pertama diperoleh bahwa sudah stasioner pada rata-rata dan ragam. Terlihat dari perubahan naik dan turun yang tidak terlalu jauh serta tidak ada jumlah cacat yang berada di luar rata-rata dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, dapat dilakukan identifikasi model ARIMA dengan menggunakan korelogram autokorelasi dan korelogram
Grafik I-MR setelah Differencing
Pertama
Berdasarkan hasil laporan kecacatan produk setelah dilakukan differencing pertama pada grafik I-MR Chart diperoleh bahwa pola data berdistribusi normal, tidak terdapat korelasi antar waktu (observasi), serta pola data sudah stabil. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa data produk cacat setelah dilakukan differencing pertama sudah stasioner pada rata-rata dan ragam. Oleh karena itu, dapat dilakukan identifikasi model ARIMA dengan menggunakan korelogram autokorelasi dan korelogram autokorelasi parsial.
Sudah tidak ada lagi gejala diluar kendali, baik berdasarkan grafik
Cara Menampilkan Korelogram
Autokorelasi Parsial
Stat > Time Series > Partial Autocorrelation
Identifikasi Model
(Menentukan orde Autoregressive
(AR))
Cara Menampilkan Korelogram
Autokorelasi
Stat > Time Series > Autocorrelation
Identifikasi Model
(Menentukan orde Moving Average
(MA))
Berdasarkan korelogram autokorelasi diperoleh bahwa terdapat 1 jarum (lag) bernilai negatif yang terpotong digaris signifikan (garis warna merah) pada lag 1. Korelogram autokorelasi mulai meningkat secara perlahan setelah lag 1 dan
Identifikasi Model
(Menentukan Model ARIMA yang
Mungkin)
Identifikasi model ARMA dilakukan pada
differencing pertama dan diperoleh AR(3) dan
MA(1). Sehingga diperoleh model penduga
ARIMA yang mungkin dapat dilakukan:
1. ARIMA(3,1,0)
2. ARIMA(0,1,1)
3. ARIMA(3,1,1)
Cara Melakukan Estimasi Parameter
Model Penduga ARIMA
Stat > Time Series > ARIMA
Series Masukan “Cacat” (bukan hasil differencing) > Kotak Nonseasonal masukkan sesuai dengan model penduga yang diperoleh sebelumnya
Graphs > Ceklis Time Series Plot, ACF dan PACF Residuals > Pilih Four in One > OK
Forecasts > Lead masukan 14 > Storage Forecasts agar mudah membedakan masukan FORpdq dengan p, d, dan q nilai orde dari model penduga ARIMA yang diperoleh sebelumnya > OK Storage > Ceklis Residuals dan Fit > OK
Hasil Estimasi Parameter dan
MSE
238.33
235.17
244.80
Hasil diagnosis model menunjukkan bahwa nilai Ljung-Box untuk seluruh lag tidak signifikan untuk semua model ARIMA. Hal tersebut menyebabkan residual sudah white noise (rata-rata nol dan ragam konstan) sehingga ketiga model ARIMA layak digunakan sebagai peramalan. Namun nilai MSE terkecil dari ketiga model ARIMA yang diduga adalah ARIMA(0,1,1) sehingga model penduga ARIMA(0,1,1)
merupakan model yang terbaik untuk meramalkan jumlah produksi yang cacat.
Keterangan:
*** : Signifikan pada taraf 1%
** : Signifikan pada taraf 5%
Pembentukan Model ARIMA
Model ARIMA(0,1,1) berdasarkan estimasi parameter sebelumnya
dapat dibentuk dengan menggunakan operator backshift sebagai
berikut:
  
 
Hasil persamaan model ARIMA diatas menunjukkan bahwa jumlah produksi cacat pada tahun saat ini disebabkan karena jumlah produksi cacat pada satu tahun yang lalu, residual pada tahun saat ini, dan perubahan residual pada satu tahun yang lalu. Penambahan satu jumlah produksi cacat pada satu
tahun yang lalu meningkatkan jumlah produksi cacat di tahun saat ini sebesar satu jumlah produksi cacat. Penambahan satu residual jumlah produksi cacat pada tahun saat ini akan meningkatkan satu jumlah produksi cacat pada
Uji Normalitas Model ARIMA
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan scatter plot antara nilai penduga dengan nilai residual terlihat bahwa penyebaran titik tidak membentuk pola tertentu sehingga data
tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
Menampilkan Plot Gabungan
Peramalan Deret Waktu
Untuk menampilkan hasil gabungan peramalan pada periode aktual
dengan periode di masa mendatang. Hasil pada kolom FOR011
dipindahkan dibawah baris terakhir
pada FITS1. Kemudian lakukan
proses yang sama untuk menampilkan plot deret waktu dengan
menggunakan grafik Multiple!
Untuk model ARIMA, batas atas dan batas bawah peramalan
dimasukkan dalam plot deret waktu. Sehingga jika belum ada kolom
batas atas dan batas bawah peramalan ARIMA, pada bagian Stat >
Time Series > ARIMA > Storage > Masukkan Lower Limit dengan nama
LFLpdq dan Upper Limit dengan nama UFLpdq dengan p, d, dan q
adalah orde ARIMA yang terbaik berdasarkan hasil diagnosis model.
Kemudian,
pindahkan
hasil
LFLpdq
dan
UFLpdq
dibawah
observasi/waktu yang terakhir
pada data agar bisa bersesuai
Plot Deret Waktu
Contoh Kasus 3
Berikut adalah data jumlah penumpang pesawat terbang di suatu penerbangan
internasional di negara Indonesia. Lakukan analisis peramalan dengan menggunakan model ARIMA untuk meramalkan jumlah penumpang pesawat terbang di suatu
penerbangan internasional di negara Indonesia selama 12 bulan mendatang disertai dengan analisis signifikansi dan analisis modelnya!
Bulan
Tahun
194
9
195
0
195
1
195
2
195
3
195
4
195
5
195
6
195
7
195
8
195
9
196
0
January
112 115 145 171 196 204 242 284 315 340 360 417
Februari
118 126 150 180 196 188 233 277 301 318 342 391
Maret
132 141 178 193 236 235 267 317 356 362 406 419
April
129 135 163 181 235 227 269 313 348 348 396 461
Mei
121 125 172 183 229 234 270 318 355 363 420 472
Juni
135 149 178 218 243 264 315 374 422 435 472 535
Juli
148 170 199 230 264 302 364 413 465 491 548 622
Agustus
148 170 199 242 272 293 347 405 467 505 559 606
Septembe
r
136 158 184 209 237 259 312 355 404 404 463 508
Oktober
119 133 162 191 211 229 274 306 347 359 407 461
Novembe
r
104 114 146 172 180 203 237 271 305 310 362 390
Desembe
Identifikasi Model
(Gambaran Umum Pola Deret Waktu)
Gambar pola deret waktu jumlah penumpang pesawat menunjukkan bahwa jumlah penumpang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah penumpang tertinggi berada pada pertengahan bulan dan jumlah penumpang
Identifikasi Model
(Uji Stasioneritas Data dengan
Grafik I-MR)
Berdasarkan hasil laporan jumlah penumpang pesawat pada grafik I-MR Chart diperoleh bahwa pola data tidak stabil pada rata-rata dan ragam sehingga perlu dilakukan penanggulangan berupa differencing dan transformasi pada data. Selain itu, pola data yang tidak berdistribusi normal menunjukkan perlu adanya transformasi dengan menggunakan fungsi terbaik agar data menjadi normal selain menggunakan transformasi box-cox. Fungsi logaritma natural digunakan untuk mentransformasikan data deret waktu sesuai teori analisis deret waktu. Pola data antar waktu berkorelasi kuat yang mengindikasikan terjadinya masalah autokorelasi pada data.
Cara Transformasi Logaritma Natural dengan
Minitab
Identifikasi Model
(Gambaran Umum Pola Deret Waktu
Setelah Transformasi Logaritma
Natural)
Setelah data jumlah penumpang pesawat ditransformasikan ke fungsi logaritma natural diperoleh bahwa pola data deret waktu memiliki pergerakan pola yang sama setiap tahunnya pada setiap 12 bulan dan tidak terdapat perbedaan naik turun yang signifikan di setiap bulannya untuk
setiap tahunnya. Sehingga data jumlah penumpang pesawat sudah stasioner pada ragam namun karena setiap tahunnya mengalami kenaikan setiap tahunnya maka data tidak stasioner pada rata-rata sehingga perlu dilakukan dengan differencing musiman (seasonal differencing)
Identifikasi Model
(Uji Stasioneritas Data dengan
Grafik I-MR)
Berdasarkan hasil laporan jumlah penumpang pesawat pada grafik I-MR Chart diperoleh bahwa pola sudah stabil pada ragam namun tidak stabil pada rata-rata sehingga perlu dilakukan penanggulangan berupa differencing pada data. Selain itu, hasil transformasi data tidak membuat pola data berdistribusi normal sehingga perlu dilakukan penambahan fungsi transformasi yang lain atau dilakukan transformasi yang lain agar data menjadi normal selain menggunakan transformasi Box-Cox. Pola data yang berkorelasi antar waktu berkorelasi kuat yang mengindikasikan terjadinya masalah autokorelasi pada data. Titik data yang lebih dari 100 memberikan hasil kontrol limit yang lebih akurat dan presisi. Hasil tersebut dapat memberikan kesimpulan yang lebih baik untuk menentukan titik data mana saja yang diluar kendali. Fungsi transformasi apa yang terbaik agar pola data menjadi normal?
Cara Melakukan Differencing
Musiman
Stat > Time Series > Differences
Identifikasi Model
(Gambaran Umum Plot Data Deret Waktu)
Hasil differencing musiman memberikan plot data deret waktu yang sudah stasioner pada ragam namun tidak stasioner pada rata-rata.
Identifikasi Model
(Uji Stasioneritas Data dengan
Grafik I-MR)
Berdasarkan hasil laporan jumlah penumpang pesawat pada grafik I-MR Chart diperoleh bahwa pola sudah berdistribusi normal namun tidak stabil pada rata-rata dan ragam serta masih terjadi autokorelasi antar waktu. Walaupun data sudah berdistribusi normal, pola data secara signifikan sudah stabil pada ragam. Pola data yang tidak stabil pada rata-rata menunjukkan bahwa data perlu dilakukan differencing.
Cara Differencing Nonseasonal pada
Hasil Differencing Seasonal
Stat > Time Series > Differences
Masukkan Series sebagai D12PENUMPANG > Store
Identifikasi Model
(Gambaran Umum Plot Data Deret Waktu)
Hasil differencing pertama dari differencing musiman memberikan pola data deret waktu horizontal serta tidak banyak mengalami kenaikan maupun penurunan yang cukup tajam. Pergerakan deret waktu tersebut menunjukkan bahwa data jumlah penumpang yang sudah ditransformasikan dengan logaritma natural, dilakukan difference musiman satu kali dan difference non musiman dari
Identifikasi Model
(Uji Stasioneritas Data dengan
Grafik I-MR)
Identifikasi Model
(Menentukan orde Autoregressive)
Identifikasi Model
(Menentukan orde Moving Average)
Identifikasi Model
(Menentukan Model SARIMA yang
Mungkin)
Identifikasi model dengan transformasi fungsi logaritma natural, differencing
seasonal pertama, serta differencing nonseasonal pertama dari differencing seasonal diperoleh model ARMA yang mungkin yaitu AR(1), SAR(1), MA(1), dan SMA(1).
Sehingga diperoleh model penduga Seasonal ARIMA yang mungkin dapat dilakukan: 1. ARIMA(1,1,0)(0,1,0)12
Tahapan berikutnya yaitu estimasi parameter dan diagnosis model.
11. ARIMA(1,1,1)(1,1,0)
1212. ARIMA(1,1,1)(0,1,1)
1213. ARIMA(1,1,0)(1,1,1)
1214. ARIMA(0,1,1)(1,1,1)
1215. ARIMA(1,1,1)(1,1,1)
12Cara Melakukan Estimasi Parameter
Model Penduga SARIMA
Stat > Time Series > ARIMA
Series Masukan “LN(PENUMPANG)” (bukan hasil differencing) namun hasil transformasi > Ceklis Fit Seasonal Model > Period diketik 12 > Kotak Nonseasonal dan Seasonal masukkan sesuai dengan model penduga yang diperoleh sebelumnya Graphs > Ceklis Time Series Plot, ACF dan PACF Residuals > Pilih Four in One > OK
Forecasts > Lead masukan 12 > Storage Forecasts agar
mudah membedakan masukan FORpdqPDQs dengan p, d, q, P, D, Q, dan s nilai orde dari model penduga ARIMA yang
diperoleh sebelumnya > Optional untuk Lower Limit dan Upper Limit jika ingin melihat batas peramalan diisi
LFLpdqPDQs untuk batas bawah dan UFLpdqPDQs untuk batas atas > OK
Estimasi dan Diagnosis Model
Penduga SARIMA
Model Parameter Ljung-Box Lag MSE
AR(1) SAR(1) MA(1) SMA(1) 12 24 36 48
ARIMA(1,1,0)(0,1,0)12 -0.3431*** - - - 39.8*** 56.9*** 72.5*** 80.0*** 0.001855
ARIMA(0,1,1)(0,1,0)12 - - 0.3906*** - 38.1*** 53.6*** 67.4*** 74.6*** 0.001840
ARIMA(0,1,0)(1,1,0)12 - -0.4544*** - - 31.7*** 63.1*** 82.9*** 91.8*** 0.001710
ARIMA(0,1,0)(0,1,1)12 - - - 0.6833*** 24.9*** 43.1*** 58.0*** 64.9** 0.001502
ARIMA(1,1,1)(0,1,0)12 0.1471 - 0.5420*** - 36.4*** 51.3*** 64.8*** 72.2*** 0.001850
ARIMA(1,1,0)(1,1,0)12 -0.3724*** -0.4754*** - - 13.9 35.0** 50.4** 57.4 0.001472
ARIMA(1,1,0)(0,1,1)12 -0.3333*** - - 0.6225*** 12.5 29.8 40.2 48.7 0.001354
ARIMA(0,1,1)(1,1,0)12 - -0.4856*** 0.4403*** - 9.5 27.8 41.4 48.3 0.001439
ARIMA(0,1,1)(0,1,1)12 - - 0.3958*** 0.6136*** 9.4 25.5 35.6 44.3 0.001333
ARIMA(0,1,0)(1,1,1)12 - 0.0257 - 0.6983*** 24.5*** 42.5*** 57.1*** 63.8** 0.001513
ARIMA(1,1,1)(1,1,0)12 0.0603 -0.4845*** 0.4914*** - 9.4 27.9 41.7 48.7 0.001449
ARIMA(1,1,1)(0,1,1)12 0.2624 - 0.6361*** 0.6285*** 8.4 24.2 35.7 43.6 0.001330
ARIMA(1,1,0)(1,1,1)12 -0.3378*** -0.0701 - 0.5752*** 13.0 30.1* 41.4 50.1 0.001360
ARIMA(0,1,1)(1,1,1)12 - -0.1179 0.4071*** 0.5089*** 9.1 24.7 35.9 46.1 0.001368
ARIMA(1,1,1)(1,1,1)12 0.2224 -0.0994 0.6067*** 0.5628*** 8.8 24.4 36.7 45.0 0.001335
Hasil Analisis Diagnosis
Model
Berdasarkan hasil estimasi model dan diagnosis model diperoleh model
ARIMA(1,1,0)(0,1,1)12, ARIMA(0,1,1)(1,1,0)12, ARIMA(0,1,1)(0,1,1)12, ARIMA(1,1,1)
(1,1,0)12, ARIMA(1,1,1)(0,1,1)12, ARIMA(0,1,1)(1,1,1)12, dan ARIMA(1,1,1)(1,1,1)12
merupakan model-model yang sudah white noise sehingga model-model tersebut layak digunakan sebagai model peramalan.
Untuk mencari model peramalan dapat ditinjau dengan melihat keseluruhan parameter SARIMA yang signifikan serta nilai MSE yang terkecil. Pada tabel slide sebelumnya, model penduga SARIMA dengan nilai MSE paling kecil diantara model yang lainnya adalah ARIMA(1,1,1)(0,1,1)12. Karena terdapat 1
parameter yang tidak signifikan yaitu parameter AR(1), maka dicari kembali model SARIMA dengan MSE terkecil kedua serta keseluruhan parameter SARIMA yang signifikan. Model ARIMA(0,1,1)(0,1,1)12 merupakan model
penduga SARIMA dengan signifikansi di seluruh parameter model SARIMA serta memiliki nilai MSE terkecil setelah model ARIMA(1,1,1)(0,1,1)12. Oleh karena itu,
dapat diperoleh kesimpulan bahwa model ARIMA ARIMA(0,1,1)(0,1,1)12
Pembentukan Model SARIMA
Model ARIMA(0,1,1)(0,1,1)
12berdasarkan estimasi parameter dan
diagnosis sebelumnya dapat dibentuk dengan menggunakan operator
backshift sebagai berikut:
1 ln 1 0.6136 0.3958 0.2429
ln ln ln ln 0.6136
ln ln ln ln 0.6136 0.3958 0.2429
ˆ
Intepretasi Model ARIMA(0,1,1)
(0,1,1)
12
Berdasarkan model
ln
y
ˆ
t
ln
y
t1
ln
y
t12
ln
y
t13 
t0.3958
t1
0.6136
t12
0.2429
t13Uji Normalitas
Uji Heteroskedastisitas
Hasil Peramalan
Karena hasil peramalan dalam bentuk fungsi logaritma natural, maka
untuk mendapatkan nilai peramalan yang sesuai dengan nilai data aktual maka hasil peramalan dapat ditransformasikan ke bentuk eksponensial. Dapat dilakukan untuk hasil batas peramalan pada periode mendatang (batas atas maupun batas bawah peramalan).
Gunakan fasilitas Calc > Calculator untuk melakukan transformasi hasil peramalan dan batas peramalan ke fungsi eksponensial!
Plot Deret Waktu
Plot Deret Waktu diatas merupakan data jumlah penumpang pesawat terbang di suatu penerbangan internasional di Indonesia setiap bulannya disertai dengan hasil peramalan periode aktual dan periode 12 bulan mendatang dengan model penduga ARIMA(0,1,1)(0,1,1)12, batas bawah
Pertanyaan Tugas Besar Individu
(B)
PERTANYAAN WAJIB:
1.
Kerjakan Modul ANEDA halaman 69 dengan menyertakan
langkah-langkah identifikasi model, estimasi parameter dan
diagnosis parameter, buat model persamaan ARIMA dan
peramalan untuk periode 12 bulan mendatang!
2.
Jika menggunakan transformasi Johnson pada contoh kasus 3,
lakukan analisis deret waktu dengan menggunakan Model ARIMA
disertai dengan peramalan 12 tahun mendatang, analisis
signifikansi model, dan analisis asumsi modelnya!
3.
Lakukan analisis model ARIMA pada contoh kasus 1 disertai
dengan peramalan 5 bulan mendatang, analisis signifikansi
model, dan analisis asumsi modelnya!
PERTANYAAN BONUS UNTUK PERBAIKAN DAN PENAMBAHAN NILAI:
4.
Jawablah pertanyaan yang ada pada slide halaman 15, 20, 22,
41, 44, 47 (disertai bukti perhitungan autokorelasi), 66, 74, dan
83!
Pertanyaan Tugas Besar Individu
(A)
PERTANYAAN WAJIB:
1.
Kerjakan Modul ANEDA halaman 69 dengan menyertakan
langkah-langkah identifikasi model, estimasi parameter dan
diagnosis parameter, buat model persamaan ARIMA dan
peramalan untuk periode 12 bulan mendatang!
2.
Jika dipaksakan menggunakan transformasi Box-Cox sebanyak
dua kali pada contoh kasus 3, lakukan analisis deret waktu
dengan menggunakan model ARIMA disertai dengan peramalan
12 tahun mendatang, analisis signifikansi model, dan analisis
asumsi modelnya!
3.
Lakukan analisis model ARIMA pada contoh kasus 1 disertai
dengan peramalan 5 bulan mendatang, analisis signifikansi
model, dan analisis asumsi modelnya!
PERTANYAAN BONUS UNTUK PERBAIKAN DAN PENAMBAHAN NILAI:
4.
Jawablah pertanyaan yang ada pada slide halaman 15, 20, 22,
41, 44, 47 (disertai bukti perhitungan autokorelasi), 66, 74, dan
83!
Kisi-Kisi UAS
-Take Home (Waktu pengerjaan seperti biasa)
-Hanya terdiri dari 1 soal mencangkup bahasan
mengenai analisis model (Model Regresi, Model Linear
Umum, dan Model Deret Waktu).
-Isi subsoal berupa, analisis gambaran umum,
pembentukan model, analisis asumsi serta strategi
penanggulangannya, analisis kasus soal, dan analisis
statistika lainnya.
-Penilaian yang dinilai pada UAS antara lain:
-Ketepatan analisis penyelesaian soal
Kisi-Kisi UAS
-Hanya dapat dikerjakan apabila Tugas Besar Individu DAN Slide Presentasi + Mini Jurnal Tugas Besar Kelompok yang direvisi sudah dikumpulkan.
Deadline pengumpulan kedua tugas besar paling terakhir tanggal 24 Juni 2016 jam 23:59 dikumpulkan via:
E-mail: [email protected]
Subject E-mail dan Nama File:
* Untuk TUGAS BESAR INDIVIDU: ANEDA INDIVIDU [NAMA LENGKAP] [NPM] * Untuk TUGAS BESAR KELOMPOK: ANEDA [NOMORKELOMPOK] ([NPM
MASING-MASING ANGGOTA]) Contoh:
* Untuk Tugas Besar Individu: ANEDA INDIVIDU NINA DAMAYANTI 064114999
* Untuk Tugas Besar Kelompok: ANEDA KELOMPOK 9 (064114997 (Ketua), 064114998 (Wakil Ketua), 064114999)
-Format file Tugas Besar Individu dan Kelompok HARUS format PDF