• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Eksplorasi Data Praktikum 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis dan Eksplorasi Data Praktikum 2"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Deret Waktu

Wahyu Dwi Lesmono

(2)

Pengertian Deret Waktu

Deret waktu merupakan rangkaian data

yang diukur berdasarkan waktu dengan

selang interval yang sama. Dalam hal ini,

variabel waktu selalu ada dalam analisis

deret waktu.

Dalam analisa statistik, data dengan

variabel waktu selalu dikaitkan dengan

(3)

Peramalan

Peramalan (forecast) merupakan suatu

usaha untuk melakukan prediksi suatu

objek tertentu di masa yang akan

(4)

Jenis-Jenis Peramalan

1. Peramalan Kualitatif

Peramalan yang didasari pada fakta subjek dan

objek yang ada pada masa lalu.

Contoh: pemilihan keputusan, survey pasar,

identifikasi seseorang, jajak pendapat.

2. Peramalan Kuantitatif

Peramalan yang didasari pada fakta nilai yang telah

ada pada masa lalu.

Contoh: kurs uang, cuaca esok hari, rencana

(5)

Pola Data Stasioner pada Deret

Waktu

a. Stasioner pada rata-rata dan ragam

(6)

Metode Peramalan

Kuantitatif

1. Data historis: -Metode Naive -Trend Analysis -Semi Average -Moving Average

-Single Exponential Smoothing

-Double Exponential Smoothing (Holt Method)

-Triple Exponential Smoothing (Holt-Winter Method) -Dekomposisi

2. Kausalitas: -Regresi

(7)

Trend Analysis

Trend Analysis merupakan metode peramalan

berdasarkan data historis berpola

trend

dengan

menggunakan model regresi. Ada empat

penggunaan model yang sering digunakan

dalam trend analysis.

1. Model Linear

2. Model Kuadratik

(8)

Moving Average

Moving Average merupakan metode peramalan berdasarkan data

historis berpola stasioner dengan menghitung rata-rata observasi

data aktual secara berturut-turut sesuai dengan periode bergerak

yang diinginkan. Moving Average cocok digunakan apabila data tidak

mengandung komponen trend dan musiman. Rumus umum Moving

Average didefinisikan sebagai berikut:

 

t t 1 t n

F

t

(n) = Nilai peramalan pada periode ke-t dengan

Moving Average n periode

(9)

Single Exponential

Smoothing

Single Exponential Smoothing merupakan metode peramalan

berdasarkan data historis berpola stasioner dengan

menggunakan bobot pemulusan dengan taraf (tingkat)

tertentu. Rumus umum Single Exponential Smoothing

didefinisikan sebagai berikut:

Ft = Nilai peramalan pada periode ke-t dengan Moving Average n periode

At = Nilai aktual pada periode ke-t

α = Bobot pemulusan taraf (tingkat)

(10)

Double Exponential

Smoothing

Double Exponential Smoothing atau (Holt Method)

merupakan metode peramalan berdasarkan data historis

berpola

trend

dengan menggunakan bobot pemulusan

dengan taraf (tingkat) dan

trend

tertentu. Rumus umum

Double Exponential Smoothing didefinisikan sebagai berikut:

1 1

t t t

F

L

T

Dengan:

Ft = Nilai peramalan pada periode ke-t dengan Moving Average n periode

At = Nilai aktual pada periode ke-t

Lt = Nilai penduga taraf pada periode ke-t dengan rumus

Tt = Nilai penduga trend pada periode ke-t dengan rumus

α = Bobot pemulusan taraf (tingkat)

1

 

1 1

(11)

Triple Exponential

Smoothing

Triple Exponential Smoothing atau (Holt-Winter Method) merupakan metode peramalan berdasarkan data historis berpola trend dan musiman dengan menggunakan bobot pemulusan dengan taraf (tingkat), trend, dan musiman tertentu. Model Triple Exponential Smoothing dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Model Multiplikatif 2. Model Aditif

Masing-masing model memiliki formulasi untuk menghitung penduga taraf, trend, dan musiman secara berturut-turut dirumuskan sebagai berikut:

1 1

(12)

Contoh Kasus 1

Berikut adalah data harga saham dari Color Vision Company selama

tiga puluh bulan. Dengan menggunakan data pada slide berikut,

lakukan analisis sebagai berikut:

a. Buatlah grafik peramalan, lakukan peramalan selama periode

tersebut dan 5 periode mendatang dengan metode:

Trend Linear

Moving Average 3 Periode

Simple Exponential Smoothing dengan bobot pemulusan tingkat 0.5

Double Exponential Smoothing dengan bobot pemulusan tingkat 0.5

dan trend 0.5

Metode Holt-Winter multiplikatif dengan panjang musiman 12 dan

bobot pemulusan tingkat 0.5, trend 0.3, dan musiman 0.6

(13)

Bulan Harga Saham

(14)

Jawaban A

Garis observasi berwarna biru menunjukkan nilai aktual harga saham. Garis observasi berwarna merah menunjukkan nilai peramalan harga saham berdasarkan periode yang bersesuaian dengan nilai aktual. Garis observasi berwarna berwarna hijau merupakan nilai

peramalan untuk periode yang akan mendatang. Sementara garis

observasi berwarna ungu

(15)

Jawaban A

(16)

Bulan Harga Saham Linear Trend AverageMoving Exponential Single

1 71 68.3204   71.0000 68.3204 69.2566

2 70 68.8110   71.0000 70.8207 69.9088

3 69 69.3015 70.0000 70.5000 71.3656 70.0264

4 68 69.7921 69.0000 69.7500 70.5467 72.2139

5 64 70.2826 67.0000 68.8750 69.0005 71.2251

6 65 70.7732 65.6667 66.4375 64.9773 65.3463

7 72 71.2637 67.0000 65.7188 63.4714 61.8438

8 78 71.7542 71.6667 68.8594 68.3506 69.1738

9 75 72.2448 75.0000 73.4297 76.2025 73.2851

10 75 72.7353 76.0000 74.2148 78.3279 76.5608

11 75 73.2259 75.0000 74.6074 78.5586 76.9430

12 70 73.7164 73.3333 74.8037 77.7843 77.2883

13 75 74.2070 73.3333 72.4019 72.9511 78.1625

14 75 74.6975 73.3333 73.7009 73.5467 74.8835

15 74 75.1881 74.6667 74.3505 74.2078 73.7625

16 78 75.6786 75.6667 74.1752 73.9864 74.9998

17 86 76.1692 79.3333 76.0876 76.8791 77.0171

18 82 76.6597 82.0000 81.0438 84.6057 84.3468

19 75 77.1502 81.0000 81.5219 85.8176 85.5164

20 73 77.6408 76.6667 78.2610 80.2191 81.5126

21 72 78.1313 73.3333 75.6305 74.6151 71.6809

22 73 78.6219 72.6667 73.8152 70.6593 70.0325

23 72 79.1124 72.3333 73.4076 69.7666 70.0365

24 77 79.6030 74.0000 72.7038 69.3786 68.8054

25 83 80.0935 77.3333 74.8519 73.5899 79.1378

26 81 80.5841 80.3333 78.9260 81.0481 81.7322

27 81 81.0746 81.6667 79.9630 83.7652 81.4064

28 85 81.5651 82.3333 80.4815 84.4324 84.5334

29 85 82.0557 83.6667 82.7407 86.9079 87.9359

30 84 82.5462 84.6667 83.8704 87.6687 84.8745

Hasil peramalan

pada setiap

bulan

(17)

Jawaban A

(18)

Jawaban A

Bulan

Linear

Trend

31

83.03678

84.66667

83.93519

86.63192

83.35601

32

83.52733

84.66667

83.93519

87.42948

86.02491

33

84.01787

84.66667

83.93519

88.22704

84.84783

34

84.50842

84.66667

83.93519

89.0246

85.80862

35

84.99896

84.66667

83.93519

89.82217

85.31591

(19)

Jawaban B

MAPE

4.2223

2.8409

4.0541

5.2070

4.7131

MAD

3.1592

2.1667

3.0859

3.9384

3.5244

MSD

15.6847

8.8333

16.8541

25.5719

23.6989

Berdasarkan ukuran peramalan dengan menggunakan MAPE, MAD,

dan MSD didapat bahwa metode Moving Average merupakan

(20)

Model ARIMA

Model ARIMA (

A

uto

R

egressive

I

ntegrated

M

oving

A

verage)

merupakan metode peramalan kausal untuk

memprediksikan data deret waktu yang memiliki pola yang

cukup kompleks. Peramalan dengan model ARIMA hanya

dapat digunakan untuk periode waktu yang pendek (Short

Period) tergantung data yang ada pada periode sebelumnya.

Dalam praktek statistik, peramalan dengan model ARIMA

dikategorikan sebagai pemodelan interatif. Sehingga lebih

mudah digunakan dengan cara komputasi karena pemodelan

dengan ARIMA lebih sering bersifat Trial and Error untuk

(21)

Tahapan dari Model ARIMA

1. Identifikasi Model dengan menggunakan korelogram

fungsi Autokorelasi (ACF) dan fungsi Autokorelasi

Parsial) (PACF)

2. Estimasi penduga parameter model berdasarkan hasil

identifikasi model dengan metode penduga tertentu.

3. Diagnosa kelayakan model dengan menggunakan

(22)

Aturan Pemodelan dalam

ARIMA

1. Jika data deret waktu memiliki autokorelasi positif lebih banyak, maka diperlukan differencing lebih banyak

2. Jika pada lag-1 autokorelasinya bernilai 0 atau negatif, atau

autokorelasinya kecil dan tidak berpola, maka data deret waktu tidak memerlukan differencing. Jika pada lag-1 autokorelasinya bernilai -0.5

atau kurang, maka data deret waktu mengalami overdifferenced.

3. Differencing yang optimal yaitu differencing yang memiliki nilai simpangan baku terkecil

4. Model tanpa differencing diasumsikan bahwa data deret waktu nilai

aktualnya bersifat stasioner . Model dengan differencing pertama

diasumsikan bahwa data deret waktu memiliki rata-rata trend yang

konstan. Model dengan differencing kedua diasumsikan bahwa

data deret waktu memiliki trend waktu yang berbeda.

5. Model tanpa differencing biasanya mengikutsertakan parameter

konstan. Model dengan differencing kedua biasanya tidak

mengikutsertakan parameter konstan. Model dengan differencing

(23)

Aturan Pemodelan dalam

ARIMA

6. Jika PACF pada deret waktu yang sudah di-differencing menggambarkan perpotongan dan/atau autokorelasi pada lag-1 bernilai positif, jjka deret terlihat sedikit “underdifferenced”, maka pertimbangkan untuk

menambahkan 1 atau lebih bentuk AR pada model. Lag diluar

perpotongan mengindinkasikan banyaknya bentuk AR yang dimasukkan dalam model.

7. Jika ACF pada deret waktu yang sudah di-differencing menggambarkan perpotongan dan/atau autokorelasi pada lag-1 bernilai negatif, jjka deret terlihat sedikit “overdifferenced”, maka pertimbangkan untuk

menambahkan bentuk MA pada model. Lag diluar perpotongan

mengindinkasikan banyaknya bentuk MA yang dimasukkan dalam model. 8. Ada kemungkinan bentuk AR dan MA untuk tidak mempengaruhi bentuk

yang lainnya. Jika campuran model AR dan MA fit pada data, cobalah

(24)

Aturan Pemodelan dalam (S)ARIMA

9. Jika data deret waktu memiliki pola musiman yang kuat dan konsisten, maka

harus gunakan differencing musiman (Jika model diasumsikan pola musiman akan memudar sepanjang waktu). Oleh karena itu, jangan gunakan lebih dari satu differencing musiman atau lebih dari dua total differencing

(nonmusiman+musiman)

10. Jika autokorelasi pada data deret waktu yang sudah di-differencing-kan

bernilai positif pada lag ke-S (S nilai periode musiman), maka pertimbangkan

untuk menambahkan bentuk SAR dalam model. Jika autokorelasi pada data

deret waktu yang sudah di-differencing-kan bernilai negatif pada lag ke-S,

maka pertimbangkan untuk menambahkan bentuk SMA dalam model.

N.B: Pada situasi nantinya akan terjadi jika differencing musiman digunakan harus dilakukan jika data telah stabil dan memiliki pola musiman yang logis. Stiuasi sebelumnya pun akan terjadi jika differencing musiman tidak digunakan hanya jika pola musiman tidak stabil sepanjang waktu. Cobalah untuk

menghindari penggunaan lebih dari satu atau dua parameter musiman

(25)
(26)

Contoh Kasus 2

Data slide berikut merupakan data IHSG dari hari pertama hingga hari ke-48: a. Lakukan analisis deskriptif dengan menggambarkan plot data deret waktu

untuk menjelaskan pergerakan nilai IHSG dari hari ke-1 hingga hari ke-48. b. Lakukan pembentukan model ARIMA dan ramalkan untuk nilai IHSG untuk

12 hari mendatang!

Hari IHSG Hari IHSG Hari IHSG Hari IHSG

(27)

Jawaban A

Berdasarkan plot data deret waktu menunjukkan bahwa pada nilai IHSG dari hari ke-1 ke hari ke-2 mengalami kenaikan. Perubahan nilai hari ke-2 hingga hari ke-6 mengalami penurunan nilai IHSG. Kemudian nilai IHSG kembali naik hingga hari ke-9. Penurunan terjadi kembali

antara hari ke-9 hingga ke-12, hari ke-15 hingga hari ke-21, blablabla……. Kenaikan nilai IHSG terjadi antara hari ke-12 hingga ke-15, hari ke-22 hingga hari ke-24, blablablabla….. Kenaikan nilai IHSG tertinggi terjadi pada hari ke-40 dan penurunan nilai IHSG terendah terjadi pada hari ke-37…. Blablabla dan seterusnya. Berdasarkan pola pergerakan nilai IHSG dari waktu ke

(28)

Jawaban B (Tahapan Identifikasi

Model)

Karena tidak memerlukan differencing dan transformasi maka dapat dilakukan identifikasi model dengan melihat plot korelogram. Pada plot korelogram PACF terlihat bahwa jarum pada lag-1 signifikan sehingga model AR(1) dimasukkan dalam model. Pada plot korelogram ACF terlihat bahwa jarum pada lag-1

(29)

Jawaban B (Estimasi Parameter dan

Diagnosis Model)

ARIMA(1,0,0

)

ARIMA(1,0,1)

ARIMA(0,0,1)

Konstan

117.960***

137.877***

238.481***

AR(1)

0.5069***

0.4231

MA(1)

-0.1181

-0.3877***

Ljung-Box 12

P-Value

0.156

0.123

0.118

Ljung-Box 24

P-Value

0.366

0.360

0.257

Ljung-Box 36

P-Value

0.039**

0.027**

0.014**

Ljung-Box 48

P-Value

-

-

-RMSE

47.5289

47.8330

49.0510

Berdasarkan hasil estimasi parameter terlihat bahwa model

ARIMA(1,0,0) dan ARIMA(0,0,1) merupakan model yang layak

(30)

Jawaban B (Peramalan)

Dengan menggunakan model ARIMA(1,0,0) atau:

1

117.960 0.5069

t t

Y

Y

(31)

Namun….

Karena uji White Noise pada lag 36

signifikan untuk seluruh model ARIMA

(terlihat berdasarkan plot korelogram

residual ACF dan PACF pada lag-3 yang

signifikan), maka

tidak ada model

yang layak

. Sehingga perlu dilakukan

Trial and Error dalam mencari model

ARIMA yang layak digunakan serta

(32)

Hasil Trial and Error yang

Pasti

Setelah dilakukan Trial and Error, didapat model yang layak digunakan

sebagai model peramalan berdasarkan hasil uji diagnosa Ljung-Box adalah model ARIMA(2,0,2). Walaupun model AR(1) tidak signifikan, namun dapat digunakan sebagai model peramalan nilai IHSG di waktu yang akan datang. Persamaan model ARIMA(2,0,2) dari hasil penduga parameter yaitu:

1 2 1 2

337.31 0.0243

0.3938

0.6335

0.9196

t t t t t t

(33)

Pertanyaan Tugas Besar

Individu

1. Kerjakan Contoh Kasus Modul ANEDA halaman 69

dengan menyertakan langkah-langkah identifikasi

model, estimasi parameter dan diagnosis

parameter, buat model persamaan ARIMA dan

peramalan untuk periode 12 bulan mendatang!

N.B: ARIMA(2,2,1) pada jawaban modul halaman 69

menyebabkan model ARIMA menjadi tidak layak

digunakan walaupun semua parameternya

(34)

Kisi-Kisi UAS

-Take Home (Waktu pengerjaan 2 setengah hari)

-Hanya terdiri dari 1 soal mencangkup bahasan

mengenai analisis model (Model Statistika, Model

Linear Umum, dan Model Deret Waktu).

-Isi subsoal berupa, analisis gambaran umum,

pembentukan model, analisis asumsi serta strategi

penanggulangannya, analisis kasus soal, dan analisis

statistika lainnya.

-Penilaian yang dinilai pada UAS antara lain:

-Ketepatan analisis penyelesaian soal

(35)

Kisi-Kisi UAS

-Hanya dapat dikerjakan apabila Tugas Besar Individu DAN Tugas Besar

Kelompok sudah dikumpulkan. Deadline pengumpulan kedua tugas besar paling terakhir tanggal 16 Januari 2016 jam 08:00 dikumpulkan via:

E-mail: DSMLMD@yahoo.co.id

Subject E-mail dan Nama File:

* Untuk TUGAS BESAR INDIVIDU: ANEDA INDIVIDU [NAMA LENGKAP] [NPM]

* Untuk TUGAS BESAR KELOMPOK: ANEDA [NOMORKELOMPOK] ([NPM MASING-MASING ANGGOTA])

Contoh:

* Untuk Tugas Besar Individu: ANEDA INDIVIDU NUR SYAMSYUDIN 064113999 * Untuk Tugas Besar Kelompok: ANEDA KELOMPOK 9 (064113001 (Ketua),

064113002 (Wakil Ketua), 064113003, 064113004, 064113005)

-Format file Tugas Besar Individu dan Kelompok HARUS format PDF

Referensi

Dokumen terkait

NAMA PERUSAHAAN Jumlah Dividen Delta Ket.. Jumlah Dividen Delta

[r]

Berdasarkan hasil penelitian mesofauna tanah pada beberapa habitat vegetasi di Kawasan Taman Nasional Kelimutu menunjukkan perbedaan keragaman dan kemerataan

Dari segi penguasaan, besarnya arus gangguan beban lebih di tiap titik di dalam jaringan juga diperlukan, diantaranya untuk menghitung penyetelan relai proteksi3. Untuk

Mengetahui persepsi anak tentang kesehatan individu terhadap sikap dan perilaku hidup sehat yang dapat menjadi pendorong untuk melakukan gaya hidup sehat..

Pada tahap penyisihan ini, akan dilakukan penilaian Dokumen Penawaran (DP) yang meliputi dokumen administrasi, dokumen teknis, dan dokumen harga.. Detail bobot dokumen teknis

mortar dengan berbahan tambah polimer untuk perbaikan beton khususnya ditinjau dari nilai rangkak (creep) dan untuk mengetahui data prediksi beserta nilai

Ini merupakan tahapan learned (L). Sumber pembelajaran harus disiapkan pada tahap perencanaan sebagai referensi yang digunakan guru dan peneliti dalam proses belajar