Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
Aulia Rachmawati
0713010240/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK ... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 11
1.2. Perumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 13
2.2. Landasan Teori ... 16
2.2.1. Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 17
2.2.2 Laporan Arus Kas ... 18
2.2.2.1. Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas ... 19
2.2.4. Earning Per Share (EPS) ... 27
2.2.4.1. Pengertian Earning Per Share ... 27
2.2.5. Harga Saham ... 28
2.2.5.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi harga saham ... 29
2.2.6. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham ... 31
2.2.7. Pengaruh Arus Kas Investasi Terhadap Harga Saham ... 31
2.2.8. Pengaruh Arus Kas Pendanaan Terhadap Harga Saham ... 32
2.2.9. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham... 33
2.2.10. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas Pendanaan, Earning Per Share Terhadap Harga Saham ... 34
2.3. Rerangka Pikir ... 36
2.4. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.3.1. Jenis Data ... 44
3.3.2. Sumber Data ... 44
3.3.3. Pengumpulan Data ... 45
3.4. Uji Asumsi Klasik ... 45
3.5. Uji Normalitas ... 48
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 49
3.6.1. Teknik Analisis ... 49
3.6.2. Uji Hipotesis ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 52
4.2. Deskripsi Hasil Penelitin ...58
4.3. Uji Asumsi Klasik...66
4.4.1. Pengujian Multikolinieritas...68
4.4.2. Pengujian Autokorelasi ...70
4.4.3. Pengujian Heteroskesdastisitas ...71
4.4. Pengujian Normalitas ...72
4.5. Analisis Regresi Linier Berganda ...73
4.6. Koefisien Determinasi (R square)...75
4.8.1. Analisis Hasil pembahasan ...81
4.8.2. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang...82
4.8.3.. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian ...85
4.8.4. Keterbatasan Penelitian...86
V KESIMPULAN DAN SARAN ...87
5.1. Kesimpulan ...87
5.2. Saran ...88
DAFTAR PUSTAKA
otomotif yang terdaftar di indeks LQ45 BEI tahun 2005-2009 ... 06
1.2. Harga Saham perusahaan otomotif yang terdaftar di indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009... 09
4.2.1. Data Arus Kas dari Aktivitas Operasi Perusahaan Otomotif pada Indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009 ... 59
4.2.2. Data Arus Kas dari Aktivitas Investasi Perusahaan Otomotif pada Indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009 ... 61
4.2.3. Data Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Perusahaan Otomotif pada Indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009 ... 63
4.2.4. Data Earning Per Share Perusahaan Otomotif pada Indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009 ... 65
4.2.5. Data Harga Saham Perusahaan Otomotif pada Indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009 ... 67
4.3.1. Hasil Uji Multikolinieritas (1) ... 69
4.3.1.A. Hasil Uji Multikolinieritas (2) ... 70
4.3.2. Hasil Uji Autokorelasi ... 70
4.3.3. Hasil Uji Heteroskedatisitas... 71
4.4. Hasil Uji Normalitas ... 72
4.4.A. Hasil Uji LN ... 73
Lampiran 2. Arus Kas Investasi (X2)
Lampiran 3. Arus Kas Pendanaan (X3)
Lampiran 4. Earning Per Share (X4)
Lampiran 5. Harga Saham (Y)
Lampiran 7.A. Uji Asumsi Klasik
Lampiran 7.B Uji Normalitas dan Uji Ln
Lampiran 7.C. Persamaan Regresi dan Koefisien Determinan
Aulia Rachmawati ABSTRAK
Perkembangan kondisi perekonomian global yang semakin pesat merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk selalu melakukan penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat menjawab tantangan dan peluang tersebut. Salah satu kebijakan tersebut yaitu berkaitan dengan masalah pendanaan. Sumber informasi yang digunakan untuk mengetahui perkembangan perusahaan masalah pendanaan adalah laporan keuangan. Arus kas merupakan salah satu pelaporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan kas dan setera kas. Penyajian laporan arus kas terbagi menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas, Earning Per Share terhadap Harga Saham, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan dalam menentukan alternatif sebelum menetapkan suatu kebijakan.
Variabel penelitian adalah arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, earning per share dan harga saham. Sampel penelitian ini adalah Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2009 berjumlah 6 perusahaan. Teknik analisis dengan menggunakan persamaan Regresi Linier Berganda dengan uji F dan uji t.
Berdasarkan hasil penelitian secara simultan menyimpulkan komponen arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan dan earning
per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sedangkan secara
parsial menyimpulkan bahwa komponen arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas pendanaan dan earning per share berpengaruh secara signifikan dan arus kas dari aktivitas investasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Keyword : Arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi,
Aulia Rachmawati
ABSTRACT
The development of an increasingly global economy rapidly is a challenge and an opportunity for companies to always make adjustments, especially in terms of policies for the company to meet the challenge and opportunity. One of these policies are related to funding issues. Sources of information used to determine the funding problem is the development of the company financial statements. Cash flow is one of the financial reporting to assess the company's ability to generate cash and cash setera. Presentation of cash flow statement is divided into three namely cash flow from operating activities, cash flows from investing activities and cash flows from financing activities. This study aims to test and prove the influence of Information Content of Cash Flows, Earning Per Share of Stock Market, so this research can be useful as an input in determining the alternatives before settling on a policy.
Research variable is cash flow from operating activities, cash flows from investing activities, cash flows from financing activities, earnings per share and stock price. Samples are Automotive Companies listed in Stock Exchange Index LQ45 in Indonesia in 2005-2009 amounted to 6 companies. Analysis technique using Regression equations with F test and t test
Based on the results of simultaneous studies conclude component of operating cash flow, cash flow investing activities, cash flow financing activities and earnings per share significantly influence stock prices while partially concluded that the components of cash flows from operating activities, cash flows from financing activities and earnings per share is significantly and cash flow from investing activities did not significantly influence stock prices.
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan kondisi perekonomian global yang semakin pesat
merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk selalu
melakukan penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat
menjawab tantangan dan peluang tersebut. Salah satu kebijakan tersebut yaitu
berkaitan dengan masalah pendanaan. Pendanaan digunakan oleh perusahaan
untuk membiayai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non
operasional. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat berasal dari dalam
perusahaan (modal sendiri) maupun luar perusahaan (modal asing) (Tarigan dan
Siregar: 2009).
Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk memperoleh sumber
pendanaan adalah pasar modal. Bagi investor pasar modal merupakan sarana
untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya. Tujuan investasi tersebut adalah
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan. Seseorang akan
berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau
setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang
yang digunakan investor untuk menentukan investasinya adalah laporan
keuangan (Tandelilin, 2010 : 8).
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang paling
murah dan mudah didapat dibandingkan informasi lainnya. Informasi laporan
keuangan sudah cukup menggambarkan perkembangan perusahaan dan berbagai
hal yang telah dicapainya (Tandelilin, 2001 : 233).
Tujuan laporan keuangan di Indonesia dalam Pernyataan Standart
Akuntansi Indonesia (PSAK) paragraf 12 (IAI,2009) yaitu menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar penggunaan
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu kualitas informasi keuangan
adalah predict value, yaitu kemampuan informasi keuangan untuk meningkatkan
keyakinan atas prediksi masa depan (SFAC No.2). Jadi kemampuan prediktif
sangat berpengaruh terhadap kualitas informasi yang ada dan untuk memenuhi
syarat informasi yang relevan informasi haruslah memiliki predict value.
Dalam pelaporan keuangan, arus kas merupakan salah satu sumber
informasi keuangan yang lebih lengkap dan berguna bagi pemakai untuk
melakukan analisis secara mendalam sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan menghasilkan kas dan setara kas, memprediksi kegagalan, pemberian
pinjaman, penaksiran resiko, manfaat investasi dan informasi tambahan relevan
Laporan arus kas juga menyediakan informasi mengenai penerimaan dan
pembayaran selama periode tertentu. Untuk mengetahui informasi tersebut,
laporan arus kas melaporkan: (1) kas yang mempengaruh operasi selama satu
periode, (2) transaksi investasi perusahaan, (3) transaksi pembiayaan dan (4)
kenaikan atau penurunan bersih dalam kas selama satu periode. Dalam
penyajianya, laporan arus kas terbagi menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas
operasi, arus kas dari aktivitas investasi arus kas dari aktivitas pendanaan. Salah
satu dari aktivitas pendanaan berguna untuk penerimaan kas dari emisi saham
atau instrument modal lainnya (Weygant, 1995 :237).
Menurut Sunariyah (2004: 127) ada beberapa instrumen pada pasar modal
yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mengumpulkan dana dari penerbitan
surat-surat berharganya. Instrumen pasar modal yang umum adalah saham.
Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaaan atau pemilikan individu
maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas.
Pasar modal dalam hal ini memberikan alternatif yang dibutuhkan untuk
masyarakat. Informasi laba, nilai buku dan laba perlembar saham (earning per
share) merupakan informasi yang dibutuhkan oleh para investor di pasar modal.
Informasi laba perlembar saham suatu perusahaan menunjukan besarnya laba
bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan
EPS (Earning Per Share) merupakan informasi yang dianggap paling
mendasar dan berguna karena bisa menggambarkan prospek earning dimasa
depan. Dikatakan bisa menggambarkan prospek earning dimasa depan karena
EPS dapat digunakan investor untuk mengetahui perbandingan antara nilai
intrinsik saham perusahaan dibanding harga pasar saham perusahaan
bersangkutan dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa membuat
keputusan apakah membeli dan menjual saham bersangkutan (Andriani dan
Kusumastuti: 2008).
Beberapa penelitian yang meneliti tentang kandungan informasi arus kas
dan EPS yaitu dilakukan oleh Soesetio (2005) pada penelitian Bernad & Stroper
(1998), Livant & Zerowin (1990) tentang kandungan informasi arus kas
menghasilkan temuan bahwa secara signifikan pelaporan cash flow memiliki
kandungan informasi bagi investor. Ali (1994) bahwa tidak adanya kandungan
informasi pada laporan arus kas secara signifikan disebabkan fokus pelaporan
keuangan adalah pendapatan bukan cash flow. Pada tahun 2008 Hadianto
meneliti tentang pengaruh EPS dan PER terhadap harga saham sektor
perdagangan besar dan ritel menyimpulkan bahwa EPS berpengaruh positif
Penulis dalam penelitian ingin memilih perusahaan LQ45 yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Pemilihan perusahaan LQ45
dikarenakan perusahaan ini mempunyai kinerja keuangan dan prospek
perusahaan yang bagus serta saham-saham yang menjadi anggota indeks LQ45
adalah saham pilihan, selain memiliki kapitalisasi pasar besar yang masuk 45
saham tertinggi saham-saham tersebut merupakan saham yang paling liquid dan
merupakan sorotan bagi para investor (www.kontanonline.com) 09/03/2011.
Adapun penulis menggunakan objek perusahaan otomotif dikarenakan tingginya
persaingan perusahaan otomotif, penjualan suku cadang dan diimbangi
melambungnya harga BBM yang semakin naik.
Berikut ini adalah rekapitulasi data untuk laporan arus kas dan nilai harga
saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar dari indeks LQ45 di Bursa Efek
Tabel.1.1. Laporan komponen arus kas dan earning per share pada perusahaan
otomotif yang terdaftar di indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009
perusahaan tahun arus kas operasi arus kas investasi arus kas pendanaan EPS
PT.Astra international Tbk 2005 2.482.997.000.000 (2.744.693.000.000) (1.181.334.000.000) 1.348 2006 9.020.067.000.000 (3.105.837.000.000) (5.039.623.000.000) 917 2007 11.244.269.000.000 (3.030.042.000.000) (6.817.284.000.000) 1.610 2008 10.585.000.000.000 (7.195.000.000.000) (1.238.000.000.000) 1.174 2009 11.335.000.000.000 (4.771.000.000.000) (5.994.000.000.000) 2.480
PT.Astra Otopart Tbk 2005 189.883.000.000 (213.387.000.000) 98.234.000.000 362 2006 268.303.000.000 (59.151.000.000) (183.271.000.000) 366 2007 262.780.000.000 (32.986.000.000) (96.212.000.000) 590 2008 490.003.000.000 (32.402.000.000) (276.625.000.000) 552 2009 595.745.000.000 (34.323.000.000) (300.776.000.000) 996
PT.Goodyear indo Tbk 2005 42.331.593.000 (17.862.510.000) (9.139.556.000) (163) 2006 61.168.900.000 (30.409.201.000) (20.059.933.000) 619 2007 90.984.858.000 (79.084.336.000) (24.071.672.000) 1.034 2008 44.561.723.000 (198.711.672.000) 325.979.007.000 20 2009 389.391.836.000 (355.958.264.000) (103.033.405.000) 2.953
PT.Indo kordsa Tbk 2005 136.744.732.000 7.407.313.000 (193.748.830.000) 266 2006 189.593.663.000 2.262.331.000 (138.764.708.000) 41 2007 143.925.576.000 (874.580.000) (49.677.479.000) 87 2008 199.208.756.000 (91.523.934.000) (83.867.749.000) 211 2009 213.151.329.000 (66.107.833.000) (282.347.211.000) 160
PT.indo spring Tbk 2005 6.407.378.329 (21.251.714.158) 24.018.545.812 (156) 2006 (64.566.964.967) (16.256.328.209) 76.534.536.747 58 2007 8.827.010.549 (1.572.125.633) (1.624.792.574) 264 2008 (120.016.752.077) (17.923.252.046) 139.435.949.050 849 2009 122.838.213.571 (6.170.667.295) (99.516.975.244) 1.567
Berdasarkan pada tabel 1.1. diatas menunjukan bahwa : Arus kas tertinggi
dari aktivitas operasi adalah PT. Astra International Tbk pada tahun 2009 senilai
Rp 11.335.000.000.000,- yang disebabkan oleh kenaikan laba / penghasilan
bunga setiap periode sehingga mengakibatkan nilai pada arus kas aktivitas
operasi meningkat. Arus kas terendah dari aktivitas operasi adalah PT. Indo
Spring Tbk pada tahun 2008 senilai (Rp 120.016.752.077,-) yang disebabkan
oleh peningkatan pembayaran kas kepada pemasok dan pembayaran pajak
perusahaan sehingga mengakibatkan nilai arus kas aktivitas operasi menurun.
Arus kas tertinggi dari aktivitas investasi adalah PT Indo kordsa Tbk pada
tahun 2005 senilai Rp 7.407.313.000,- yang disebabkan oleh penjualan aktiva
tetap dan penerimaan dari penjualan aktiva dari surat-surat berharga sehingga
mengakibatkan nilai dari aktivitas investasi meningkat. Arus kas terendah dari
aktivitas investasi adalah PT Astra International Tbk pada tahun 2008 senilai
(Rp. 7.195.000.000.000,-) yang disebabkan oleh perolehan asset tetap sehingga
mengakibatkan nilai arus kas dari aktivitas investasi menurun.
Arus kas tertinggi dari aktivitas pendanaan adalah PT GoodYear Tbk
pada tahun 2008 senilai 325.979.007.000,- yang disebabkan oleh penerimaan
pinjaman bank dan pembayaran deviden sehingga mengakibatkan nilai arus kas
aktivitas pendanaan meningkat. Arus kas terendah dari aktivitas pendanaan
adalah PT Astra International Tbk pada tahun 2007 senilai (Rp 6.817.284.000,-)
yang disebabkan oleh pembayaran hutang jangka panjang dan pembayaran
EPS tertinggi dan terendah adalah PT GoodYear Tbk pada 2009 nilai tertinggi
senilai Rp 2953,- yang disebabkan perusahaan GoodYear Tbk pada periode
tersebut mencapai earning sebesar Rp 121.085.749.000 dengan jumlah saham
yang beredar sebesar 41.000.000 sehingga mengakibatkan nilai EPS tinggi dan
nilai terendah 2005 senilai (Rp 163,-) yang disebabkan perusahaan pada periode
tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 7.249.294 dengan jumlah saham yang
beredar sebesar 41.000.000 lembar sehingga mengakibatkan nilai EPS rendah.
Kenaikan dan penurunan diatas kemudian direspon investor yang
tercermin dalam harga saham, sehingga mengakibatkan harga saham mengalami
Tabel 1.2. Harga Saham Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar pada indeks LQ45
di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009 (closing price bulan Desember 2009)
Nama perusahaan Tahun Harga saham selisih ∆%
PT.Astra International Tbk 2005 10.200 0 0
2006 15.700 5.500 35%
2007 27.300 11.600 42%
2008 10.550 (16.750) ‐159%
2009 34.700 24.150 70%
PT.Astra Otopart Tbk 2005 2.800 0 0
2006 2.925 125 4%
2007 3.325 400 12%
2008 3.500 175 5%
2009 5.750 2.250 39%
PT.Goodyear Tbk 2005 8.000 0 0
2006 6.600 (1.400) ‐21%
2007 13.000 6.400 49%
2008 5.000 (8.000) ‐160%
2009 9.600 4.600 48%
PT.Indo Kordsa Tbk 2005 940 0 0
2006 1.900 960 51%
2007 1.900 0 0%
2008 1.800 (100) ‐6%
2009 1.450 (350) ‐24%
PT.Indo Spring Tbk 2005 500 0 0
2006 480 (20) ‐4%
2007 1.450 970 67%
2008 1.200 (250) ‐21%
2009 1.250 50 4%
PT.Selamat Sempurna Tbk 2005 305 0 0
2006 350 45 13%
2007 430 80 19%
2008 650 220 34%
2009 750 100 13%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui harga saham mengalami
fluktuatif dari tahun 2005-2009 yang menunjukan bahwa perusahaan yang
memiliki harga saham tertinggi adalah pada PT. Astra International Tbk yaitu
sebesar Rp.34.700,- pada tahun 2009 sedangkan perusahaan yang memiliki harga
saham terendah adalah PT. Selamat Sempurna Tbk sebesar Rp 305,- pada tahun
2005.
PT. Astra International Tbk memiliki harga saham tertinggi dikarenakan
(1). Nilai laba persaham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan
pengembalian yang cukup baik. Ini mendorong investor untuk melakukan
investasi yang lebih besar sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. (2).
Jumlah laba yang terdapat dalam perusahaan, pada umumnya investor melakukan
investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena
menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk invertasi yang
akhirnya akan mempengaruhi nilai tingginya pada harga saham
PT. Selamat Sempurna memiliki harga saham terendah dikarenakan pada
tingkat bunga yaitu dengan cara mempengaruhi persaingan di pasar modal antara
saham dengan obligasi apabila suku bunga naik maka investor akan menjual
sahamnya untuk ditukar dengan obligasi hal ini dapat menurunkan nilai harga
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan suatu
penelitian yang berjudul ” Pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas,
Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif
Pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia ”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
”Apakah kandungan informasi arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas
pendanaan dan earning per share berpengaruh secara signifikan positif terhadap
harga saham perusahaan otomotif pada indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)? ”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
” Untuk menguji dan membuktikan pengaruh kandungan informasi arus kas
operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan earning per share
berpengaruh secara signifikan positif terhadap harga saham perusahaan otomotif
1.2. Manfaat Penelitian
Peneliti ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan sumbangan
kepada perusahaan yang bersangkutan, dunia keilmuan dan pengetahuan maupun
informasi bagi individu sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan perusahaan untuk lebih memperhatikan komponen arus kas
dan earning per share dalam menduga harga saham terhadap perusahaan
otomotif yang terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Peneliti
Peneliti lebih memahami dan dapat memberikan manfaat tambahan
khususnya mengenai analisis pengaruh kandungan informasi arus kas dan
laba perlembar saham dalam menduga harga saham pada perusahaan
otomotif yang terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia serta
mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik tentang pengaruh
kandungan informasi arus kas dan laba perlembar saham (earning per
share) dalam menduga harga saham pada perusahaan otomotif yang
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini
telah dilakukan oleh Bandi dan Rahmawati (2005) dengan judul Relevansi
Kandungan Informasi Komponen Arus Kas dan Laba dalam Memprediksi
Arus Kas Masa Depan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang
terdaftar di BEJ dan terdaftar pada ICMD 2003. Model analisis yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah menggunakan uji t, koefisien
regresi, dan uji F dengan tingkat signifikansi 5%. Penelitian ini
berkesimpulan bahwa hasil koefisien regresi menunjukan bahwa prediktor
earnings tidak secara mutlak memiliki kemampuan prediksi yang lebih baik
daripada prediktor komponen arus kas. Hal ini menunjukan bahwa prediktor
komponen arus kas khususnya operesi merupakan prediktor yang lebih baik
dalam memprediksi arus kas masa depan dibangingkan prediktor earnings.
Penelitian lainya dilakukan oleh Soesetio (2005) dengan judul
Analisis Tambahan Kandungan Informasi Laporan Arus Kas. Penelitian ini
mengambil sampel perusahaan yang tergabung dalam LQ45 yang tidak
menggunakan regresi linier, uji t dan uji F. Penelitian ini berkesimpulan
bahwa komponen total arus kas dari aktivitas investasi, total arus kas dari
aktivitas pendanaan serta perubahan total arus kas secara signifikan memiliki
kandungan informasi, dengan kata lain informasi tersebut menjadi referensi
investor untuk memutuskan membeli, menahan atau menjual saham.
Andriani dan Kusumastuti (2008) dengan judul Pengaruh Earning
Per Share (EPS) Terhadap Harga Pasar Saham. Penelitian ini mengambil
sampel perusahaan manufaktur yang listing di BEI. Model analisis yang
digunakan menguji hipotesis adalah menggunakan uji T dan analisis regresi.
Penelitian ini berkesimpulan bahwa hasil earning per share mempunyai
korelasi positif dan berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham.
Artinya bila nilai EPS naik, maka akan berdampak pada naiknya harga pasar
saham.
Suwito (2008) denga judul Pengaruh Kandungan Informasi Arus
Kas dan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif
Yang Go Publik Di BEI. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan
otomotif yang terdaftar di BEI periode 2000-2005. Model analisis ini
menggunakan analisis regresi linier, Uji F dan Uji t. Penelitian ini
berkesimpulan bahwa variabel yang mempengaruhi harga saham pada
perusahaan otomotif hanya arus kas investasi dan laba akuntansi karena
perusahaan untuk kepentingan investasi baik jangka pendek maupun jangka
panjang, serta nilai laba akuntansi yang merupakan laba sebelum pajak lebih
menunjukan baik tidaknya pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang khususnya perusahaan otomotif.
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, terdapat persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini. Adapun
persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang sama-sama
menggunakan harga saham sebagai variabel terikat, alat uji hipotesis yang
digunakan (uji F) dan (uji t) serta menggunakan sampel penelitian
perusahaan yang masih aktif dalam perdagangan saham di Bursa Efek
Indonesia. Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan sekarang yaitu
variabel bebas pada penelitian terdahulu menggunakan laba akuntansi
sedangkan penelitian sekarang menggunakan earning per share, sampel
yang digunakan penelitian terdahulu adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan penelitian sekarang
menggunakan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: 1-2) yaitu ”Laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti
sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan, disamping itu juga termasuk juga skedul dan informasi yang
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan, segmen
industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK No. 1 dalam Standart Akuntansi Keuangan 2009
paragraf 2, laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga
laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam
dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan
Selain dalam paragrapf 2, dijelaskan juga dalam paragraf 5 bahwa
laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship) manajemen atas pengguna sumber- sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka, terdapat dalam (SAK, 2009).
2.2.1.3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2008: 58), jenis-jenis laporan keuangan
dikelompokkan menjadi lima laporan, antara lain sebagai berikut:
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta),
kewajiban (utang), dan modal (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan kondisi usaha
dalam suatu periode tertentu yang tergambar dari jumlah pendapatan
yang diterima dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat
diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menggambarkan jumlah
modal yang dimiliki perusahaan saat ini serta sebab-sebab berubahnya
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan arus kas masuk
(pendapatan) dan arus kas keluar (biaya).
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang dibuat berkaitan
dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan
informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan
yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.
2.2.2. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan
yang memperlihatkan pengaruh dari aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu
dalam suatu cara yang merekonsiliasikan saldo awal dan akhir kas
(Simamora, 2000: 488)
Menurut Niswonger (1996: 44), pelaporan arus kas melaporkan arus kas
melalui tiga jenis aktivitas yaitu :
1.Arus kas dari aktivitas operasi (cash flows from operating activities) adalah
arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. Contoh-contoh
transaksi semacam ini mencakup pembelian dan penjualan barang dagang
2.Arus kas dari aktivitas investasi (cash flows from investing activities) adalah
arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dalam aktiva tidak
lancar. Contoh-contoh transaksi semacam itu meliputi penjualan dan
pembelian aktiva tetap, serta peralatan dan bangunan.
3.Arus kas dari aktivitas pendanaan (cash flows from financing activities)
adalah arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan utang
perusahaan. Contoh transaksi seperti itu meliputi penerbitan atau penarikan
sekuritas ekuitas dan utang.
2.2.2.1. Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas
Tujuan laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang
relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan
selama satu periode (Keiso dan Weygandts, 2007: 237). Sedangkan menurut
Horngern (1999: 715), laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan
berikut :
1. Memperkirakan arus kas masa mendatang. Kas dan bukan laba
akuntansi yang digunakan untuk pembayaran tahunan. Penerimaan
dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk
memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dimasa datang.
2. Mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Laporan arus
memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk
mengevaluasi keputusan manajer.
3. Menentukan kemampuan perusahaan membayar deviden kepada
pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada
kreditor.
4. Menunjukan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas
perusahaan. Tingginya tingkat laba cenderung menyebabkan
peningkatan kas dan sebaliknya.
Menurut PSAK No.2 paragraf 3-4 (IAI, 2009) kegunaan laporan
arus kas disebutkan sebagai berikut :
1. Memberikan informasi yang menunjukan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur
keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas ) dan kemampuan
untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka
adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
2. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan
setara kas dan kemungkinan para pemakai mengembangkan model
untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas
masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan.
3. Meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai
perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa
yang sama.
4. Digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan keputusan
arus kas masa depan.
5. Berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa
depan yang telah dibuat sebelumya dan dalam menentukan
hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak
perubahan harga.
2.2.3. Komponen Laporan Arus Kas
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Dalam
PSAK No.2 paragraf 10 (IAI, 2009) dinyatakan bahwa :
“ Perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan
tersebut. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas
tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan
setara kas. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
2.2.3.1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi meliputi pengaruh dari transaksi
yang digunakan laba bersih. (Kieso dkk, 2007: 238).
Menurut PSAK No.2 paragraf 13 (IAI, 2009) arus kas tersebut pada
umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi
penetapan laba dan rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas
operasi adalah :
a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.
b. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain.
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
d. Pembayaran kas kepada karyawan.
e. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi
lainnya.
f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak
penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus
sebagai dari aktivitas pendanaan dan investasi.
g. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk
Menurut PSAK No.2 paragraf 17-18 (IAI, 2009) perusahaan harus
melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu
dari metode berikut :
a. Metode Langsung
Metode ini mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto. Kelompok utama penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh dari catatan
akuntansi perusahaan dan dengan menyesuaikan dengan penjualan,
beban pokok penjualan, dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi
untuk (1) perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha
dalam periode berjalan (2) pos bukan kas lainnya (3) pos lain yang
berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
b. Metode Tidak Langsung
Motede ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi
pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau (deferral)
atau aktual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di
masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang
berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Dalam metode
tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan
dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :
a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha
b. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak
ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang
belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum
dibagikan, serta hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi
dan
c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi
atau pendanaan.
PSAK No.2 paragraf 18 (IAI, 2009) menganjurkan perusahaan
untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan
metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam
mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan
metode tidak langsung.
2.2.3.2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi mencakup pemberian dan penagihan pinjaman
serta perolehan dan pelepasan investasi (baik hutang maupun ekuitas) serta
property, pabrik, dan peralatan (Kieso dkk,2007: 238).
Menurut PSAK No.2 paragraf 15 (IAI, 2009) aktivitas investasi
adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain
yang tidak masuk setara kas. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber
daya manusia yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas
masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
adalah :
a. Pembayaran kas untuk membeli aktivitas tetap, aktiva tak
berwujud, dan aktiva jangka panjang, termasuk biaya
pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang
dibangun sendiri.
b. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan,
aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang lain.
c. Perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan lain.
d. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain
serta pelunasan (kecuali yang dilakukan oleh lembaga
keuangan).
e. Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forward
contract, option contracts dan swap contracts kecuali apabila
kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (deadling
or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan
2.2.3.3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas
pemilik dan mencakup (1) perolehan modal dari pemilik dan kompensasinya
kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasi mereka dan (2)
Pinjaman uang dari kreditor dan pembayaran kembali hutang yang dipinjam
(Kieso dkk, 2007:191).
Menurut PSAK No.2 paragraf 16 (IAI,2009) aktivitas pendanaan
adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Pengungkapan terpisah arus kas
yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk
memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal
perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan
adalah :
a. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrument modal
lainya.
b. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk
menarik atau menebus saham perusahaan.
c. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel,
d. Pelunasan pinjaman.
e. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk
mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa
guna usaha pembiayaan (finance lease)
2.2.4. Earning Per Share (EPS)
2.2.4.1. Pengertian Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah jumlah
yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar
(Baridwan, 2000: 448). Menurut Sutrisno (2003: 255) EPS merupakan
ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar
saham. EPS dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Laba Bersih EPS =
Jumlah Lembar Saham
(Tandelilin, 2010: 374)
Menurut Baridwan (2000: 448) pendapatan perlembar saham adalah
jumlah pendapatan yang diperoleh dalam 1 periode untuk tiap lembar saham
yang beredar. Informasi mengenai pendapatan perlembar saham dapat
digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan deviden yang akan
di bagikan informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui
perkembangan perusahaan. Apabila deviden yang di bayarkan pada setiap
lembar saham dibandingkan dengan pendapatan perlembar saham dalam
Pembayaran bersih
Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
saham adalah tingkat harga saham tersebut. Harga saham merupakan suatu
ukuran indeks prestasi perusahaan, yang mengukur sebeberapa jauh pihak
manajemen telah berhasil mengelola perusahaan atas nama pemegang saham
(Horne, 2005: 167)
Menurut Sartono (2001: 9), harga saham yang terjadi di pasar bursa
pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Harga
saham terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti
laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per
lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas risiko yang
diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi
perusahaan.
Menurut Jogiyanto (2000: 91) pada penelitian Andriani dan
Kusumastuti (2008), penilaian atas harga pasar saham juga tidak lepas dari
dasarnya kenaikan atau penurunan permintaan saham tidak terlepas dari
berbagai informasi. Informasi tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 jenis,
yaitu (1) Informasi yang bersifat fundamental, informasi ini berkaitan
dengan perusahaan, kondisi umum industri sejenis dan faktor lain yang
mempengaruhi kondisi dan prospek perusahaan tersebut dimasa yang akan
datang (2) Informasi yang bersifat teknis, imformasi ini mencerminkan
kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs dan volume transaksi, volume
dan frekuensi transaksi serta kekutan pasar, dan (3) Informasi yang berkaitan
dengan lingkungan, informasi ini berkaitan dengan lingkungan, informasi ini
berkaitan dengan kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara, tingkat
inflasi, dan kegiatan moneter (Usman dkk, 1990: 166).
2.2.5.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Usman dkk (1990: 167). Faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah :
1. Faktor Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor yang menggambarkan
keadaan suatu perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi kondisi perusahaan tersebut, antara lain: kemampuan
manajemen perusahaan, prospek perusahaan, prospek pemasaran,
perkembangan teknologi, kemampuan menghasilkan keuntungan,
manfaat terhadap perekonomian sosial, kebijakan pemerintah, hak
2. Faktor Teknis
Faktor teknis adalah faktor yang menggambarkan pasaran
suatu efek baik secara individu maupun kelompok, antara lain:
perkembangan kurs, keadaan pasar, volume dan frekuensi transaksi,
kekuatan pasar.
3. Faktor-faktor Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik
Faktor ini adalah faktor diluar fundamental dan teknis
diantaranya adalah tingkat inflasi, kebijakan moneter, musim, neraca
pembayaran dan APBN, kondisi ekonomi, serta keadaan politik.
Menurut Arifin (2000: 116) menyatakan ada beberapa faktor
penggerak harga saham,yaitu:
a. Kondisi fundamental emiten
b. Hukum permintaan dan penawaran
c. Tingkat suku bunga
d. Valuta asing
e. Dana asing di bursa
f. Indeks harga saham gabungan
2.2.6. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Harga Saham
Menurut PSAK No.2 (IAI,2009) arus kas dari aktivitas operasi
merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden, dan melakukan
investasi baru tanpa mengandalakan sumber pendanaan dari luar. Menurut
Livnat dan Zerowin (1990) dalam Triyono dan Jogiyanto (2000) menyatakan
bahwa unexpected cash inflows or outflows dari operasi dalam periode
tertentu akan mempengaruhi harga saham melalui pengaruhnya pada arus
kas, sehinnga diharapkan komponen arus kas dari operasi mempunyai
hubungan yang segnifikan dengan return saham. Menurut (Soesetio:2005)
dengan pengujian secara persial dengan menggunakan uji t dapat dinyatakan
bahwa arus kas dari aktivitas operasi tidak mempunyai pengaruh yang
segnifikan terhadap cumulative abnormal return, sehingga dapat dikatakan
bahwa arus kas dari aktivitas operasi tidak mempunyai kandungan informasi
bagi investor.
2.2.7. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Harga Saham
Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009) arus kas dari aktivitas investasi
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber
daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa
depan. Pembelian atau penjualan aktiva tetap seperti tanah, gedung atau
investasi tersebut dimungkinkan juga mempengaruhi harga saham. Menurut
Miller dan Rock (1985) dalam Triyono dan Jogianto (2000) melakukan
pengujian mengenai pengaruh investasi pada return saham. Hasil studi ini
menemukan bahwa peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan
arus kas dan mempunyai pengaruh positif dengan return saham pada saat
pengumuman investasi baru, tetapi menurut analisis penelitian Triyono dan
Jogiyanto (2000) dan Soesetio (2005) menyatakan bahwa arus kas dari
aktivitas investasi memiliki kandungan informasi dan hubungan yang
segnifikan dengan harga saham.
2.2.8. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Harga Saham
Menurut PSAK No.2 (IAI: 2009), arus kas dari aktivitas pendanaan
berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para
pemasok modal perusahaan. Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan
biasanya berasal dari penerbitan sekuritas yaitu harga saham atau obligasi.
Penerbitan sekuritas seperti obligasi biasanya merupakan sinyal yang baik
untuk menaksir arus kas karena dapat mempertahankan posisi kepemilikan
dibanding dengan penerbitan saham, sehingga pasar akan bereaksi positif
dengan mempengaruhi harga saham. Hubungan arus kas dan aktivitas
pendanaan dengan harga dan return saham umumnya dijelaskan di penelitian
sebelumnya dengan menggunakan signaling theory. Dalam signaling theory
terdapat hubungan antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan harga dan
kas karena pemilik dapat mempertahankan proporsi kepemilikanya daripada
penerbitan saham. Dari teori ini dapat dijelaskan bahwa pasar akan bereaksi
positif terhadap pengumuman penerbitan hutang (Triyono dan Hartono,
2000). Miller dan Rock (1985) dalam penelitian (Triyono dan Hartono,
2000) menjelaskan bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap
pengumuman pendanaan dari kas karena akan berpengaruh terhadap arus kas
dari operasi yang lebih rendah untuk masa yang akan datang, selain itu juga
mengindikasikan adanya sinyal lain yang berpengaruh terhadap arus kas dari
pendanaan yaitu perubahan dividen yang sangat erat hubungannya dengan
return saham. Menurut Soesetio (2005) pada sisi variabel arus kas dari
aktivitas pendanaan juga terbukti secara segnifikan mempunyai hubungan
kandungan informasi.
2.2.9. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham
EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan per lembar saham (Sutrisno, 2003: 255). Rasio ini
sangat disukai oleh investor dan pemegang saham untuk menilai kinerja
perusahaan terutama untuk memaksimalisasi kekayaan pemegang saham dan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan earning tiap
lembar sahamnya.
Menurut Tuanakotta (1986: 213), Salah satu sebab EPS sangat
populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi
dikemudian hari dan tingkat harga saham di masa yang akan datang. EPS
juga dianngap relevan dalam menilai efektivitas manajemen dan pembagian
deviden.
Menurut Andriani dan Kusumastuti (2008), Earning Per Share
(EPS) dapat dihitung berdasarkan laporan keungan yang disajikan, dapat
digunakan sebagai alat bagi investor dan pihak pengguna laporan keuangan
lain sebagai alat bagi investor dan pihak pengguna laporan keuangan ini
sebagai salah satu analisis fundamental yang didalamnya terdapat informasi
tentang laba yang diperoleh emiten. Bagi emiten, EPS ini dapat digunakan
dalam penentuan keputusan investasi yang menyangkut minat jual dan beli
saham di pasar modal. Dalam penelitian ini EPS mempunyai korelasi positif
dan berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham. Artinya bila nilai
EPS naik, maka akan berdampak pada naiknya harga saham.
2.2.10. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas
Pendanaan, Earning Per Share Terhadap Harga Saham.
Menurut SAK (2007 : 2.3) perusahaan sekuritas dapat memiliki
sekuritas untuk diperdagangkan sehingga sama dengan persediaan yang
dibeli untuk dijual kembali. Karenanya, arus kas yang berasal dari transaksi
pembelian dan penjualan atau perdagangan sekuritas tersebut sebagai
aktivitas operasi. Menurut (Soesetio:2005) dengan pengujian secara persial
dengan menggunakan uji t dapat dinyatakan bahwa arus kas dari aktivitas
` Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan
menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Menurut analisis
penelitian Triyono dan Jogiyanto (2000) dan Soesetio (2005) menyatakan
bahwa arus kas dari aktivitas investasi memiliki kandungan informasi dan
hubungan yang segnifikan dengan harga saham.
Arus kas dari aktivitas pendanaan sangat berguna untuk
memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal
perusahaan (investor) dan menurut Soesetio (2005) pada sisi variabel arus
kas dari aktivitas pendanaan juga terbukti secara segnifikan mempunyai
hubungan kandungan informasi.
EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan per lembar saham (Sutrisno, 2003: 255). Bagi
emiten, EPS ini dapat digunakan dalam penentuan keputusan investasi yang
menyangkut minat jual dan beli saham di pasar modal. Dalam penelitian ini
EPS mempunyai korelasi positif dan berpengaruh signifikan terhadap harga
pasar saham. Artinya bila nilai EPS naik, maka akan berdampak pada
naiknya harga saham (Andriani dan Kusumastuti, 2008).
Teori Dow ini pertama kali dikemukakan oleh Charles Henry Dow
pada tahun 1800-an. Teori ini merupakan teori yang paling pertama dalam
analisis teknikal yang bertujuan untuk mengidentifikasi trend harga pasar
masa lalu (Tandelilin, 2001 : 252). Teori Efficiency Market Hypothesis
(EMH) atau Capital Market Efficiency menyebutkan bahwa laporan
keuangan dapat mempengaruhi pasar saham. Ini berarti menunjukkan betapa
pentingnya peranan laporan keuangan (Harahap, 2002 : 65)
2.3. Rerangka Pikir
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dibuat
premis-premis yang berfungsi untuk membuat kerangka pikir penelitian.
Berikut ini adalah premis-premis yang disusun dari penelitian terdahulu dan
teori-teori yang dikemukakan sebelumnya :
Premis 1 : Terdapat pengaruh komponen total arus kas dari aktivitas
investasi, total arus kas dari aktivitas pendanaan serta
perubahan total arus kas secara segnifikan memiliki
kandungan informasi (Sosetio, 2005)
Premis 2 : Hasil earning per share mempunyai korelasi positif dan
berpengaruh segnifikan terhadap harga pasar saham.
Artinya bila nilai EPS naik, maka akan berdampak pada
naiknya harga pasar saham (Andriani dan Kusumastuti,
2008)
Premis 3 : Total komponen arus kas mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham (Triyono dan Jogianto,
Premis 4 : Penerbitan sekuritas merupakan sinyal yang baik untuk
menaksir arus kas karena dapat mempertahankan posisi
kepemilikan dibanding dengan penerbitan saham, sehingga
pasar akan bereaksi positif dengan mempengaruhi harga
saham.
Berikut ini kerangka pikir penelitian yang dibuat berdasarkan premis diatas :
Rerangka Pikir
Uji regresi linier berganda
Gambar 2.1.
Arus kas aktivitas pendanaan (X3)
Harga Saham
(Y) Arus kas aktivitas investasi (X2)
Arus kas aktivitas operasi (X1)
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan penjelasan
sebelumnya serta landasan teori yang mendukung penelitian ini, maka
disusun hipotesis dalam penelitian ini :
” Bahwa kandungan informasi arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas
pendanaan dan earning per share berpengaruh secara signifikan positif
terhadap harga saham perusahaan otomotif pada indeks LQ45 yang terdaftar
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu variabel yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut (Nazir, 2005: 126).
Berdasarkan uraian diatas, maka variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari empat variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y)
antara lain sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
perubahanya variabel terikat. Variabel bebas yang berupa arus kas terdiri
dari 3 (tiga) komponen, yaitu :
a. Arus kas dari aktivitas operasi (X1)
Adalah Arus kas yang diperoleh dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi
bersih (SAK, 2007 : 2.3). Arus kas yang dimaksud yaitu selisih (net) arus
. Aktivitas-aktivitas operasi melibatkan transaksi-transaksi pembelian
atau produksi barang dan jasa serta penjualan dan distribusi barang
dan jasa tersebut kepada para pelanggan. Skala pengukuran variabel
operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).
b. Arus kas dari aktivitas Investasi (X2)
Adalah Arus kas yang berasal dari penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan (SAK, 2009 : 2.3). Arus kas yang
dimaksud yaitu selisih (net) arus kas dari aktivitas investasi.
Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan
satuan pengukuran rupiah (Rp).
c. Arus kas dari aktivitas pendanaan (X3)
Adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah serta
komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas dari
aktivitas-aktivitas pendanaan lazimnya muncul dari penerbitan utang atau surat
berharga ekuitas. Arus kas yang dimaksud yaitu selisih (net) arus kas
dari aktivitas pendanaan.
Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan
d. Earning Per Share (X4)
Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah jumlah
rupiah yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham
yang beredar (Baridwan, 2000: 448). Menurut Sutrisno (2003: 255),
EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan per lembar saham. Skala pengukuran variabel operasional
adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).
Rumus penghitungan EPS yaitu laba bersih dibagi jumlah lembar
saham beredar:
(Tandelilin, 2010: 374)
2. Variabel Terikat (dependent variabel)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat dari variabel bebas. Variabel terikat(Y) dalam penelitian ini adalah
harga saham.
Harga Saham (Y)
Harga Saham adalah harga saham yang terbentuk dari mekanisme
antara penjual dan pembeli atau harga yang berlaku dalam pasar bursa
saat terjadi transakasi saham. Dalam penelitian ini, harga saham yang Laba Bersih
EPS =
digunakan adalah harga saham penutupan (closing price) rata-rata
bulanan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan dalam
satuan rupiah.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan
keuangan perusahaan otomotif indeks LQ45 yang telah terdaftar pada PT.
Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2009 sebanyak 13 perusahaan.
Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan populasi dalam
penelitian ini yaitu :
1. PT. Albond Makmur Usaha Tbk
2. PT. Astra International Tbk
3. PT. Astra Otopart Tbk
4. PT. Gajah Tunggal Tbk
5. PT. Goodyear Indonesia Tbk
6. PT. Indo Kordsa Tbk
7. PT. Indomobil Sukses International Tbk
8. PT. Indospring Tbk
9. PT. Multi Prima Sejahtera Tbk
11.PT. Nispres Tbk
12.PT. Prima Allow Steel Tbk
13.PT. Selamat Sempurna Tbk
3.2.2. Sampel
Menurut Soemarsono (2004: 44), sampel adalah bagian dari
populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi
tersebut. Kriteria sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah
populasi.
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang digunakan
non probabilitas untuk menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri
atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut (Soemarsono, 2004: 54).
Berikut ini adalah kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini :
1. Perusahaan Otomotif yang sahamnya selalu terdaftar indeks LQ45 di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009.
2. Perusahaan Otomotif yang masih aktif dalam melakukan perdagangan
saham di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009.
3. PerusahaanOtomotif yang masuk dalam daftar deviden payment company
Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 6 perusahaan manufaktur dari 13
perusahaan otomotif indeks LQ45 terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini:
1. PT. Astra International Tbk
2. PT. Astra Otopart Tbk
3. PT. Goodyear Indonesia Tbk
4. PT. Indo Kordsa Tbk
5. PT. Indo Spring Tbk
6. PT. Selamat Sempurna Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2009 dan ISMD
(Indonesia Sekurities Market Database) Fakultas Ekonomi UPN Veteran.
Ditinjau dari sifatnya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan
dikumpulkan melalui situs resmi BEI di (www.idx.co.id) dan ISMD
(Indonesia Sekurities Market Database) Fakultas Ekonomi UPN Veteran
yang diolah dari laporan keuangan perusahaan otomotif indeks LQ45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2009.
3.3.3. Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan
teknik dokumentasi, yaitu dengan cara melihat, mempelajari dan mengutip
catatan-catatan yang diperoleh berupa laporan keuangan khususnya arus kas
dari aktivitas operasional, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan serta
laba perlembar saham (earning per share).
3.4. Uji Asumsi Klasik
Ghozali (2009: 159) menyatakan bahwa teknik estimasi variabel
dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Square
(OLS) atau pangkat terkecil biasa. Regresi dengan model estimasi OLS akan
memberikan hasil yang Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) jika
memenuhi semua asumsi klasik. Hasil asumsi klasik tersebut adalah sebagai
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Alat uji yang
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam penelitian
ini dengan melihat besarnya nilai variance inflation factor (VIF).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai variance inflation
factor (VIF) < 10, dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 maka hal
ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditentukan adanya kolerasi antar
variabel bebas atau bebas multikolinieritas (Ghozali, 2009: 96).
Jika multikolinieritas terjadi pada sebagaian variabel bebas, maka
varian beberapa koefisien regresi menjadi sangat besar dan cenderung tidak
stabil dan seringkali persamaan regresi menjadi menyesatkan (misleading).
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai pendekatan telah dikembangkan.
Suatu pendekatan yang mungkin dilakukan adalah dengan hanya melibatkan
sebagaian saja (subset) variabel bebas, dimana subset yang dipilih tidak
mengandung multikolinier. Beberapa metode berkenaan dengan pendekatan
ini antara lain regresi bertatar atau yang lebih dikenal dengan stepwise
(Draper & Smith, 1981 : 293-299).
2. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi
atau tidak, digunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Suatu observasi
dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai Durbin Watson terletak antara
batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) (Ghozali, 2009: 99).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu:
Menurut Santoso (2002 : 219) pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi, yaitu digunakan uji Durbin-Watson (Dw-Test), dengan
ketentuan sebagai berikut:
Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi.
Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
3. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamat ke
pengamat yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model
yang bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
Menurut Santoso (2002:301) deteksi adanya heteroskedastisitas adalah:
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedasitas.
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.
Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan menghitung korelasi Rank Spearman (Gujarati,
1995 : 188)
rs = 1 – 6
Keterangan :
d1 = Perbedaan dalam rank spearman antara residual dengan
variabel bebas
N = Banyaknya data
(Gujarati, 1995: 188)
3.5. Uji Normalitas
Uji normalitas diperlukan untuk memastikan bahwa sebaran data
yang digunakan bersifat normal. Untuk mengetahui apakah data tersebut
mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode
diantaranya adalah Metode Kolmogorov dan metode Shapiro Wilk
merupakan pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distibusi
data mengikuti distribusi normal, berikut ini adalah pedomannya :
a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%
b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari
5% maka distibusi adalah normal (Sumarsono, 2004 : 43).
Apabila data tersebut setelah dilakukan uji normalitas, ternyata tidak
normal maka dapat dilakukan pengujian dengan melakukan transformasi
data yaitu dengan cara mengubah data ke dalam bentuk logaritma atau ke
bentuk log natural (LN) dan kemudian baru dilakukan pengujian ulang
(Santoso,2002 : 38).
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1. Teknik Analisis
Berdasarkan variabel-variabel yang telah diuraikan dimuka, maka model
regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut :
Y =
α
+
β
1X
1+
β
2X
2+
β
3X
3+
β
4X
4+
ε
(Hasan, 2002: 117)
Dimana:
Y = Harga Saham
X = Arus Kas Operasi
X = Arus Kas Investasi
X = Arus Kas Pendanaan
X4 = Earning Per Share
β, β , β , β4 = Koefisien Regresi X1,X2,X3,X4
e = Faktor pengganggu/variabel error
3.6.2. Uji Hipotesis
1. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan antara
variabel X1, X2, X3, X4 terhadap Y. Adapun prosedur Uji F adalah sebagai
berikut:
a. H0 : β1= β2 = β3 = 0 (tidak terdapat pengaruh secara simultan
antara variabel X terhadap Y)
H1 : β1=β2 = β3 ≠ 0 (terdapat pengaruh secara simultan antara
variabel X terhadap Y)
b. Level signifikan (βo) = 0,05 atau 5%
c. Kriteria pengujian :
Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai probabilitas (P value ) / signifikan < 0,05 maka H0