• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

4

Secara umum ada tiga ras sapi yaitu Bos Taurus (berasal dari Inggris dan Eropa), Bos Indicus (berasal dari benua dan Afrika) serta Bos Sondaicus (terdapat di semenanjung Malaya dan Indonesia). Beberapa jenis sapi yang termasukk Bosa Sondaicus antara lain sapi Bali, sapi Madura. Bangsa sapi Bos Indicus yaitu sapi Peranakan Ongol (PO), Brahman. Bangsa sapi yang termasuk Bos Taurus yaitu sapi Simental, Limousin, peranakan Friesian Holsten (PFH), Angus dan Brangus (Rianto dan Purbowati, 2010).

Sapi Simental merupakan sapi yang berasal dari Switzerland. Tipe sapi ini merupakan tipe potong, perah, dan kerja. Ciri-ciri sapi simental adalah tubuh berukuran besar, tubuh berbentuk kotak pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak dibawah kulit rendah. Warna bulupada umumnya cream agak coklat atau sedikit merah, sedangkan bagian muka berwarna putih, dan keempat kaki mulai dari lutut dan ujung ekor berwarna putih, serta ukuran tanduk kecil. Bobot sapi betina mencapai 800 kg dan sapi jantan lebih besar bobot badannya dengan bobot 1150 kg (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

Sapi Limousin merupakan sapi tipe potong yang berasal dari Perancis. Ciri-ciri dari sapi limousin adalah warna bulu merah coklat, tetapi mulai dari sekeliling mata kaki mulai ndari lutut ke bawah agak terang. Ukuran tubuh besar, tubuh berbentuk kotak dan panjang, pertumbuhan bagus, Tanduk pada jantan tumbuh keluar dan agak melengkung. Pertambahan bobot badan sapi jenis ini termasuk cepat. Bias sampai 1,1-1,4 kg/hari saat masa pertmbuhannya. Sapi betina biasa dapat mencapai bobot 575 kg, sedangkan sapi jantan dewasa mencapai bobot 1100 kg (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

Bangsa sapi Brahman semula berkembang di Amerika Serikat (tahun 1854 -1926). Sapi brahaman mempunyai punuk yang besar diatas bahu depan dan mempunyai kulit longgar serta berlebih pada bagian leher dan gelambir serta berlipat-lipat. Telinga besar dan menggantung.

(2)

Mempunyai suara yang besar. Warna bulu putih sedang pada yang jantan terdapat warna delap pada punuk, leher, kepala dan kadang kala pantat serta paha belakang terdapat yang berwarna putih, abu-abu merah (Pane, 1993).

Sapi madura merupakan keturunan perkawinan silang antara Bos Sondaicus dan Bos Indicus. Sapi ini memiliki ciri warisan dari kedua golongan sapi tersebut. Dalam perkembangannya di Indonesia, sejak tahun 1990 sapi jenis madura ini sudah di usahakan kebakuannya sehingga keturunannya memiliki karakteristik yang seragam dengan ciri-ciri Sapi Madura. Ciri-ciri sapi Madura yaitu baik jantan maupun betina berwarna merah bata (warisan Bos Sondaicus), paha bagian belakang berwarna putih, tetapi kaki depan berwarna merah muda, tanduk pendek, ada yang melengkung seperti bulan sabit, tetapi ada yang lurus ke samping kemudian ke atas atau mengarah ke depan, tubuh sapi jantan memiliki bagian depan yang lebih kuat dari pada bagian belakang, berponok kecil (warisan dari Bos Indicus) (AAK, 1990).

Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi yang berdarah murni karena merupakan hasil domestikasi (penjinakan) langsung dari banteng liar. Banteng liar masih dapat ditemui di hutan ujung kulon (Jabar), Ujung Waten (Jatim), dan Taman Nasional Bali Barat. Sapi Bali merupakan ras atau bangsa sapi asli berasal dari negara Indonesia dan memiliki ciri-ciri pada jantan yaitu berwarna bulu badan hitam (kecuali kaki dan pantat), tanduk bagian luar kepala mengarah latera dorsal dan membelok dorso cranial, tubuhnya relatif besar dibanding dengan sapi betina, berat sapi dewasa rata-rata 350 – 450 kg dan tinggi badan 130 – 140 cm. Ciri-ciri Sapi Bali betina yaitu berwarna bulu badan merah bata (kecuali kaki dan pantat), tanduk agak dibagian dalam dari kepala, mengarah latero dorsal dan membelok dorso medial, tubuh relatif lebih kecil dibandingkan dengan sapi jantan dan berat sapi dewasa 250 – 350 kg (Guntoro, 2002).

(3)

B. Manajemen Perkandangan

Kandang merupakan tempat ternak melakukan segala aktivitas hidupnya. Kandang yang baik adalah sesuai dengan persyaratan kondisi kebutuhan dan kesehatan sapi. Persyaratan umum perkandangan adalah sinar matahari harus cukup sehingga kandang tidak lembab, sinar matahari pada pagi hari tidak terlalu panas dan mengandung sinar UV yang berfungsi sebagai desinfektan, dan pembentukan vitamin D, lantai kandang selalu kering karena kandang yang lantainya basah apabila berbaring maka tubuhnya akan basah yang dapat mengaggu pernapasan, dan memerlukan tempat pakan yang lebar sehingga sapi mudah untuk mengkonsumsi pakan (Sasono, 2009).

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Biasanya dibuat jalur di antara kedua jajaran tersebut untuk jalan (Sugeng, 2002).

Menurut Soeprapto dan Abidin (2006), untuk memenuhi standar kegunaan, kandang harus dibuat dengan beberapa persyaratan teknis sebagai berikut yaitu terbuat dari bahan-bahan berkualitas, tahan lama dan tidak mudah rusak, apabila hendak membuat kandang koloni, luas kandang harus sesuai dengan jumlah sapi sehingga sapi bisa bergerak leluasa, biaya pembuatan tidak terlalu mahal. Konstruksi lantai kandang dibuat dengan kemiringan 5-100, sehingga tidak ada air yang menggenang. Selain itu, bahan lantai kandang dibuat dari bahan yang tidak menyebabkan becek. Harus dibuat sistem sirkulasi udara yang memungkinkan lancarnya keluar masuk udara, sinar matahari sebaiknya bisa masuk secara keseluruhan tanpa dihambat oleh keberadaan pohon atau dinding kandang, angin yang bertiup sebaiknya tidak menerpa ternak secara langsung, dan atap kandang dibuat dari bahan yang murah, awet, ringan serta mampu memberikan kehangatan saat malam hari.

Lokasi kandang sebaiknya jauh dari pemukimanpenduduk agarbau dan libahpeternakan tidak mengganggu penghuni pemukiman. Jarak kandang

(4)

dengan pemukiman minimal 50 meter. Apabilajaraknya terlalu dekat, sebaiknya dibangun barrier (tembok pembatas) (Abidin, 2008).

Bahan atap yang biasa digunakan adalah genting, seng, asbes, rumbai, alang- alang (ijuk). Bahan lantai kandang dibuat dari beton kasar dengan kemiringan 50. Bahan genting biasanya menggunakan bahan yang mudah didapat dan harganya lebih efisien. Beberapa macam bahan yang bayak digunakan adalah genting, karena terdapat celah-celah sehingga sirkulasi udara cukup baik, apabila menggunakan bahan seng untuk atap dibuat tiang yang tinggi agar panasnya tidak begitu berpengaruh terhadap ternak yang ada dikandang (Suranto, 2003).

Beberapa perlengkapan kandang untuk sapi meliputi, palungan yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran drainase, tempat penampungan kotoran, gudang pakan dan peralatan kandang. Selain itu harus dilengkapi dengan tempat penampungan air yang terletak diatas (tangki air) yang dihubungkan dengan pipa ke seluruh kandang. Kandang diperlukan untuk melindungi ternak sapi dari keadaan lingkungan yang merugikan dengan adanya kandang ini ternak akan memperoleh kenyamanan. Kandang sapi salah satunya dapat kandang barak. kepadatan kandang diperhitungkan tidak lebih kurang dari 2 m per ekor (Santosa, 2001).

C. Manajemen Pakan

Pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung nutrien untuk ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tampa tambahan substabsi lain kecuali air (Hartadi et al., 2005). Semua bahan pakan tersebut, baik pakan kasar maupun konsentrat dicampur secara homogen menjadi satu. Pembuatan pakan komplit sebaiknya menggunakan pakan lokal. Hal ini sangat diperlukan mengingat ketangguhan agribisnis peternakan adalah mengutamakan menggunakan bahan baku lokal yang tersedia di dalam negeri dan sedikit mungkin menggunakan komponen impor (Saragih, 2000).

(5)

Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Bahan pakan terdiri dari tanaman, hasil tanaman yang berasal dari ternak serta hewan yang hidup dilaut juga (Tilman et. al., 1991). Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh hewan yang mampu menyajikan hara atau nutrient yang penting untuk perawatan tubuhnya, pertumbuhan, penggemukan dan reproduksi itu sendri (Blakely dan Bade, 1998).

Pakan sapi potong merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang produktivitas ternak. Bahan pakan ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu bahan pakn hijauan dan konsentrat (Wiliamson dan Payne, 1993). Sapi memerlukan sebanyak 10% berat basah atau 3% berat kering pakan dari bobot badan sapi pada setiap perharinya (Fikar dan Ruhyadi, 2010).

Semakin baik kualitas hijauan maka semakin sedikit presentase konsentrat yang digunakan. Jenis pakan pertama yang diberikan adalah konsentrat untuk menyuplai makanan bagi mikroba rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk kedalam rumen, mikroba rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan (Abidin, 2008). Pemberian konsentrat yang tinggi merupakan salah satu upaya untuk mempercepat proses pertumbuhan, produksi karkas dan daging dengan kualitas tinggi serta meningkatkan nilai ekonominya sehingga pemberian pakan hijauan dan konsentrat untuk penggemukan sapi secara komersial antara 30% : 70% atau maksimal 20% : 80% (Nuschati,2003).

Hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan yang berupa daun-dunan (Sugeng, 1998). Konsentrat merupakan bahan pakan yang mengandung serat kasarkurang dari 18%. Konsentrat ini meliputi bahan makanan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung gilng, menir, bulgur, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, katul, bungkil kelapa, tetes, dan berbagai umbi (Darmono, 1999). Fungsi dari konsentrat adalah meningkatkan dan memperkaya nutrisi bahan pakan lain yang nutrisisnya lebih rendah (Sugeng, 1998). Rasio pemberian hijauan dan

(6)

konsentrat tergantung dari ketersediaan hijauan dilokasi pemeliharaan (Abidin, 2008).

D. Kesehatan, Penanganan dan Pencegahan Penyakit

Manajemen sanitasi adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yag dilakukan untuk mencapai tujuan yang direncanakan, yaitu menjaga kesehatan melalui kebersihan agar ternak bebas dari suatu inveksi penyakit (Sugeng, 1998). Sanitasi dilakukan terhadap ternak, kandang, lingkugan, kandang, perlengkapan dan peralatan kandang serta peternak (Murtidjo, 1990).

feedlot adalah pemeliharaan dan penggemukan dilakukan secara

intensif dengan waktu tertentu yang telah ditetapkan, misalkan 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 9 bulan. Peluang terkena penyakit kemungkinan sangat kecil dikarenakan pemeliharaan dalam waktu singkat. Penyakit yang paling umum menyerang yaitu pincang, pneumonia, flu, dan lain-lain. Cara penanganannya yaitu dengan memisahkan ternak dari ternak yang sehat dan kemudian diberikan obat (Lestari, 2014).

Pengendalian penyakit sangat diperlukan, karena akan menurunkan produktivitas ternak, terutama penyakit yang dapat menimbulkan gangguan reproduksi. Penyakit yang dapat menimbulkan gangguan reproduksi dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, antara lain bakteri (Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis), virus (Bovine Viral Diarrhea atau BVD), infeksi Protozoa (Trichomoniasis) dan infeksi Jamur (Aspergillosis) pada ternak (Hardjopranjoto, 1995).

Penjagaan kesehatan ternak dari serangan eksternal parasit biasanya dilakukan dengan pencelupan atau spraying menggunakan zat kimia. Pencelupan merupakan tindakan menyelamatkan ternak sapi secara mekanis ataupun manual. Tujuan pencelupan atau spraying adalah membunuh eksternal parasit yang terdapat pada badan sapi tersebut (Sugeng, 1999).

Bila suatu penyakit infeksi menyerang hewan, tubuh dapat mengembangkan kemampuan untuk bertahan. Daya kebal hewan terhadap

(7)

penyakit sangat bervariasi Apabila hewan dapat menahan penyakit tanpa vaksin terhadap penayakit tersebut, kekebalanya disebut vaksin terhadap penyakit tersebut, kekebalannya disebut kekebalan alami. Tetapi apabila hewan telah diberikan vaksin terhadap penyakit tertentu maka kekebalannya disebut kekebalan buatan (Akoso, 1996).

Manjemen pemeliharaan ternak yang tidak baik seperti penempatan hewan selamanya dalam kandang saja, tempat yang lembab dan berdebu, ventilasi udara yang tidak baik, penempatan berbagai umur pedet dalam stu kandang, penempatan ternak terlalu banyak dalam satu kandang dan pedet yang tidak mendapat banyak kolostrum merupakan factor-faktor yang mendukung terjadinya radang paru-paru dalam suatu peternakan. Penyakit ini muncul karna adanya bakteri, virus, jamur, dan parasit (Yusmichad et al,.

1995).

Tindakan pencegahan penyakit pada ternak sapi potong yaitu dengan menghindari kontak dengan ternak sakit, kandang selalu bersih, isolasi sapi yang diduga sakit agar tidak menular ke sapi lain, mengadakan tes kesehatan terutama penyakit brucellosis dan tubercollosis, desinfeksi kandang dan peralatan dan vaksinasi teratur. Kerugian yang ditimbulkan akibat terserang penyakit yaitu recovery ternak akan lama sehingga panen yang diperoleh juga lama (Syukur, 2010).

E. Limbah Ternak

Limbah merupakan komponen penyebab pencemaran yang terdiri dari zat yang tidak mempunyai manfaat lagi bagi masyarakat. Untuk mencegah pencemaran atau untuk memanfaatkan kembali diperlukan biaya dan teknologi. Dengan demikian diperlukan suatu penanganan yang serius terhadap limbah itu sendiri agar dapat dimanfaatkan. Penangan limbah tersebut misalnya diolah menjadi pupuk atau biogas (Mahida, 1993).

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan. Limbah ternak tersebut limbah padat (feses) dan limbah Cair (urine) (Sarwono dan Arianto, 2002). Limbah tersebut meliputi limbah padat

(8)

dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen (Sihombing, 2000).

Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan cairan, gas ataupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair (air seni atau urine, air pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas (Soehadji, 1992).

F. Analisis Finensial

Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis. Analisis finansial mengkaji beberapa analisis kelayakan finansial yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback

Period of credit (PPC), break even point (BEP), laba rugi dan Analisis

Sensitivitas. Selain itu akan lebih baik jika dilengkapi dengan perhitungan net

present value (NPV), internal rate return (IRR),dan return on insvestment

(ROI) (Suswarsono, 2000).

Tujuan menganalisis aspek keuangan dari satu studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi dari perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan bisnis untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang teah ditentukan dan menilai apakah bisnis dapat berkembang terus (Umar, 2003).

Kelayakan suatu proyek dapat dinilai mnggunakan beberapa kriteia. Ada tiga cara yang paling banyak digunakan, yaitu: Net Present Value (NPV),

Bnefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR), Payback Periode

(9)

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalahselisih antara

total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersihtambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Nurmalina et al., 2010).

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) Metode ini digunakan untuk mencari

tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa yang akan datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2003).

3. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio adalah perbandingan antara present value manfaat

dengan present value biaya. Dengan demikian, BCR menunjukan manfaat yang diperoleh setiap penambahan stu rupiah pengeluaran. BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai nilai BCR > 1. Apabila BCR = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tudak rugi, sehingga terserah kepada penilai pengambil keputusan atau tidak. Apabila BCR > 1 maka usha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gitinger, 1996).

4. Payback Periode (PPC)

Payback Periode adalah cara untung mengetahui kapan atau berapa

lama modal yang ditanam akan kembali atau kapan masa pembayaran kembali dilakukan yaitu pada saat kas netto dapat menutup kembali seluruh ongkos proyek atau ongkos investasi pada perusahaan. Tingkat bunga tidak dihitung bila menghitung masa pembayaran kembali (Prawirokusumo, 1990).

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan sesuatu serta bagaimana cara untuk menemukan sesuatu tersebut dengan menggunakan metode atau teori ilmiah

Pencapaian periode fertil sperma ayam Pelung yang lebih lama dibandingkan dengan dua strain ayam Jawa Barat lainnya merupakan manifestasi dari kualitas semen ayam Pelung yang

ing Road Selatan yang dihasilkan lebih tinggi, bukan berarti model dikatakan terbaik mengingat data yang dimiliki Ring Road Selatan lebih sedikit. Jumlah data yang dimiliki

Hasil penelitian ini adalah struktur yang terdapat dalam Hasehawaka Manu Kakae mencakup diksi atau pilihan kata, larik atau baris, bait atau kuplet, bunyi yang terdiri dari

Tujuan penelitian ini ada lima: 1) mendiskripsikan penguasaan pribadi kepemimpinan program studi bahasa inggris di STKIP PGRI Ngawi, 2) mendiskripsikan pola

Dengan kata lain, yang dimaksud dengan standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari oleh

Hambatan dalam penyelesaian Kasus Minyak Montara, antara lain : belum adanya aturan hukum internasional yang khusus mengatur pencemaran akibat kegiatan eksploitasi

kemampuan peserta didik sehingga dapat memenuhi syarat heterogen dalam pembentukan kelompok dan test dilakukan pada akhir pelaksanaan dalam setiap siklus digunakan