• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi pada Karyawan di PT "X".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi pada Karyawan di PT "X"."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil komitmen organisasi pada karyawan di PT “X” kota Cimahi dilihat melalui derajat komponen-komponen komitmen organisasi yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi deskriptif dengan teknik survei yang dilakukan pada 29 orang karyawan.

Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur komitmen organisasi yang diadaptasi serta dimodifikasi dari Oganizational Commitment Questionare (OCQ) oleh Allen dan Meyer (1997). Uji validitas dilakukan dengan korelasi Rank Spearman, dengan 38 item diterima dan rentang validitas antara 0,302 sampai 0,760. Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Split half, yaitu sebesar 0,876.

Hasil pengukuran data menunjukkan 34,5% responden memiliki profil komitmen organisasi dengan affective commitment lemah, continuance commitment lemah, dan normative commitment lemah.

(2)

ii

Universitas Kristen Maranatha This research is conducted to determine the organizational commitment profile on personal employees PT “X” Cimahi. Organizational commitment consists of affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. This research used a descriptive methods with a survey methods. Data collection was conducted on 29 respondens.

This research used the organizational commitment theory of Mayer and Allen (1997). Measuring instruments used in this research is a modification of Organizational Commitment Questionare (OCQ) that was constructed by Mayer and Allen (1997). Validity test processed with Spearman’s Rank Correlation obtained 38 acceptable items with range 0,302 to 0,760. Reliability test processed with Spilt Half technique scored 0,876.

Data processing results showed that 34,5% respondens have an organizational commitment profile with weak affective commitment, weak continuance commitment, and weak normative commitment.

(3)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Bagan ... viii

Daftar Tabel ... ix

BAB I – PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Maksud Penelitian ... 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7

1.5 Kerangka Pikir ... 8

1.6 Asumsi ... 19

(4)

vi

Universitas Kristen Maranatha

2.1.3 Konsekuensi Komitmen ... 27

2.1.4 Pengukuran Komitmen Organisasi ... 30

2.1.5 Perkembangan Dewasa Awal ... 31

2.1.6 Perkembangan Dewasa Madya ... 32

BAB III – METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Dan Prosedur Penelitian ... 34

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 34

3.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 35

3.3.1 Variabel Penelitian ... 35

3.3.2 Definisi Operasional ... 35

3.4 Alat Ukur ... 36

3.4.1 Alat Ukur Komitmen Organisasi ... 36

3.4.2 Prosedur Pengisian ... 38

3.4.3 Sistem Penilaian ... 38

3.4.4 Data Pribadi Dan Data Penunjang ... 39

3.4.5 Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ... 40

3.4.5.1 Validitas Alat Ukur ... 40

3.4.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 41

3.5 Populasi Dan Teknik Penarikan Sampel ... 42

3.5.1 Populasi Sasaran ... 42

3.5.2 Teknik Penarikan Sampel ... 42

(5)

BAB IV – HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden ... 45

4.2 Hasil Penelitian ... 48

4.3 Pembahasan ... 50

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

5.2.1 Saran Teoritis ... 60

5.2.2 Saran Praktis ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(6)

viii

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Kisi-Kisi Alat Ukur ... 38

Tabel 3.2 Tabel Sistem Penilaian Alat Ukur Komitmen Organisasi ... 40

Tabel 4.1 Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin ... 46

Tabel 4.2 Gambaran responden berdasarkan usia ... 46

Tabel 4.3 Gambaran responden berdasarkan status marital ... 47

Tabel 4.4 Gambaran responden berdasarkan pendidikan ... 47

Tabel 4.5 Gambaran responden berdasarkan masa kerja ... 48

Tabel 4.6 Gambaran responden berdasarkan divisi pekerjaan ... 48

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan perusahaan atau organisasi di Indonesia semakin lama semakin pesat, terutama pada era globalisasi saat ini. Hal ini menuntut setiap perusahaan untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya saing di pasaran. Kata organisasi sendiri mempunyai pengertian sebagai koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab (Schein Edgar, 1991). Pada pengertian di atas, dapat dilihat bahwa setiap perusahaan mempunyai tujuan atau target-target yang harus dicapai dalam jangka waktu tertentu. Perusahaan akan mencari cara agar mereka dapat mencapai target yang sudah ditetapkan, salah satunya adalah dengan merekrut karyawan atau dengan kata lain mencari sumber daya manusia (SDM). SDM sangat penting untuk sebuah perusahaan atau organisasi karena kinerja dari SDM akan menentukan kemajuan atau kemunduran dari perusahaan tersebut. Salah satu faktor yang harus dimiliki oleh setiap SDM di perusahaan atau organisasi adalah komitmen organisasi.

(9)

2

memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih dapat bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan dengan karyawan yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasi. Menurut Allen dan Meyer, komponen terbentuknya komitmen terhadap organisasi pada karyawan suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu affective commitment adalah adanya kelekatan atau keterlibatan emosional seseorang terhadap organisasi, continuance commitment adalah persepsi adanya kerugian apabila meninggalkan organisasi,

dan normative commitment adalah kesadaran akan tanggung jawab dan merasa wajib untuk tetap bertahan dalam organisasi (Allen dan Meyer, 1997).

(10)

Universitas Kristen Maranatha Komitmen yang kuat dapat mendorong karyawan untuk memperlihatkan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugasnya serta berusaha untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan agar tetap berkembang. Sebaliknya, komitmen karyawan yang lemah dapat mendorong karyawan untuk meninggalkan perusahaan atau tidak bertahan di dalam perusahaan sehingga pada akhirnya hal tersebut dapat menyebabkan kemunduran terhadap perusahaan. Komitmen organisasi juga dibutuhkan di dalam PT “X” Cimahi.

PT “X” merupakan suatu organisasi atau perusahaan yang memproduksi

plastik. PT “X” mempunyai fasilitas bagi karyawan-karyawannya, yaitu

perusahaan menyediakan bus-bus untuk mengantar dan menjemput karyawan yang tidak memiliki transportasi. PT “X” juga menyediakan asuransi jaminan

sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK), asuransi ini digunakan untuk karyawan yang mengalami kecelakaan kerja. Semua biaya pengobatan karyawan akan ditanggung oleh perusahaan. Fasilitas yang lain adalah uang tunjangan bagi karyawan yang mengundurkan diri. Uang tunjangan akan diberikan kepada karyawan yang sudah bekerja di perusahaan minimal selama tiga tahun. Uang tunjangan yang diberikan akan disesuaikan dengan ketentuan yang sudah ada di dalam undang-undang serikat buruh. PT “X” juga memberikan makan siang kepada karyawan-karyawan,

serta menyediakan koperasi yang menjual makanan dan minuman bagi karyawan-karyawannya.

Sebagai sebuah perusahaan, PT “X” sangat membutuhkan sumber daya

manusia. Seperti halnya organisasi atau perusahaan lainnya, PT “X” juga pernah

(11)

4

masalah pada tahun 2012, dimana saat itu pemerintah pusat memutuskan untuk menaikkan upah minimum regional (UMR). Untuk daerah Cimahi, UMR naik dari Rp 1.224.442 menjadi Rp 1.333.888. Hal ini cukup menjadi beban bagi PT “X”, oleh karena itu pemilik PT “X” mencari cara untuk mengatasi masalah

tersebut. Direktur PT “X” mengatakan bahwa perusahaan tidak mungkin

menaikkan harga barang karena jika perusahaan melakukan hal tersebut maka penjualan akan menurun. Oleh karena itu, PT “X” memutuskan untuk mengubah

peraturan mengenai upah karyawan. Sebelum pemerintah pusat menaikkan UMR, PT “X” menerapkan peraturan bahwa perusahaan akan memberikan upah pada

saat jam istirahat, yaitu sebanyak Rp 7.000 per jam dan jam istirahat adalah satu jam. Saat UMR dinaikkan oleh pemerintah, maka PT “X” mengubah peraturan

tersebut yaitu PT “X” tidak akan memberikan upah lagi saat jam istirahat.

Pada saat karyawan mendengar perubahan tersebut, banyak diantara mereka yang tidak menyetujui hal tersebut. Sebagai langkah untuk mengatasinya, PT “X”

mengadakan perundingan dengan para karyawan. PT “X” memutuskan untuk memberi pilihan kepada karyawan, yaitu apabila karyawan masih tetap ingin bekerja di perusahaan maka mereka harus menerima keputusan tersebut, namun karyawan lebih memilih mengundurkan diri dari PT “X. Kebanyakan para

karyawan yang tidak setuju adalah karyawan yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun di PT “X”. Pada akhirnya, direktur PT “X” memutuskan untuk melakukan

(12)

Universitas Kristen Maranatha dari jumlah karyawan tersebut yaitu 43 orang adalah karyawan yang sudah bekerja dengan perusahaan lebih dari 10 tahun.

Kebanyakan dari karyawan yang memutuskan untuk mengundurkan diri adalah karyawan dari bagian produksi. Sebanyak 72 karyawan dari bagian produksi memutuskan untuk mengundurkan diri dan sebanyak 14 orang karyawan mengajukan pensiun dini. Karyawan yang pensiun dini adalah karyawan yang sudah bekerja di PT “X” selama lebih dari 20 tahun. Mereka menginginkan

pensiun dini karena mereka membutuhkan uang tunjangan yang akan mereka dapatkan dari perusahaan. Dari kejadian tersebut, PT “X” harus mengeluarkan

biaya kurang lebih sebesar Rp 2,6 miliyar. Setelah menyetujui pengunduran diri karyawan-karyawannya, PT “X” mulai mencari karyawan baru untuk dipekerjakan karena selama 10 hari perusahaan tidak dapat memproduksi barang dikarenakan semua karyawan produksi sudah tidak bekerja. Tersisa 29 karyawan yang tersebar di beberapa divisi dan sudah bekerja selama lebih dari 4 tahun tetapi mereka memutuskan untuk tetap bekerja di PT “X”.

Menurut hasil wawancara kepada sepuluh karyawan yang masih bertahan di PT “X” Cimahi, sebanyak empat karyawan (40%) mengatakan bahwa mereka bertahan bekerja di PT “X” karena kebutuhan ekonomi. Tuntutan ekonomi yang

(13)

6

mengatakan bahwa usia mereka sebentar lagi akan memasuki usia pensiun, oleh karena itu mereka lebih memilih untuk bertahan di perusahaan supaya mereka bisa mendapatkan uang pensiun. Kemudian tiga karyawan (30%) yang lain mengatakan bahwa mereka merasa nyaman di perusahaan karena mereka merasa mempunyai kedekatan dengan lingkungan sekitar perusahaan serta merasa memiliki tanggung jawab kepada perusahaan untuk bekerja dengan semaksimal mungkin. Mereka ingin memajukan perusahaan dan mereka juga ingin membantu pemilik perusahaan.

Berdasarkan hal-hal di atas, komitmen yang dimiliki oleh karyawan di PT “X” berbeda-beda. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai komitmen organisasi pada karyawan di PT “X” Cimahi.

1.2Identifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran mengenai profil komitmen organisasi pada karyawan di PT “X” Cimahi.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud

(14)

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran komitmen organisasi pada karyawan di PT “X” Cimahi yang dilihat melalui komponen affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment serta faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu usia, jenis kelamin,

status marital dan tingkat pendidikan, masa kerja, kebijakan organisasi, penjelasan tentang kebijakan, kepuasan, motivasi, pengertian mengenai peran, dan hubungan dengan atasan.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Sebagai bahan referensi bagi ilmu psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai komitmen organisasi pada karyawan di PT “X” Cimahi berdasarkan komponen affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai profile komitmen organisasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada pemilik PT “X” tentang profil komitmen

organisasi karyawan di PT “X” Cimahi agar dapat menjaga atau

(15)

8

2. Memberikan informasi kepada karyawan di PT “X” Cimahi mengenai profil komitmen organisasi yang mereka miliki agar dapat memajukan PT “X”

sehingga dapat terus berkembang.

1.5Kerangka Pikir

PT “X” adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang barang yaitu dengan memproduksi berbagai macam plastik. PT “X” selalu berusaha untuk

mengatur proses produksi agar barang dapat dikirim tepat pada waktunya kepada konsumen. Selain membeli alat-alat produksi yang memiliki kualitas yang bagus, PT “X” juga mencari karyawan yang mempunyai kelebihan untuk ditempatkan

pada divisi-divisi yang sesuai. Karyawan-karyawan yang bekerja di PT “X” mempunyai usia yang berbeda-beda. Sebagai karyawan, perusahaan menuntut agar karyawan dapat mengatur pekerjaan mereka sesuai dengan divisi yang sudah ditempatkan.

Agar dapat memenuhi semua tuntutan dari perusahaan, karyawan PT “X”

perlu memiliki komitmen dalam bekerja sehingga mereka dapat menunjukkan kinerja yang baik kepada PT “X”. Komitmen organisasi didefinisikan sebagai suatu keadaan psikologis yang mengkarakteristikkan hubungan antara karyawan dan organisasi, serta memiliki implikasi dalam keputusan untuk melanjutkan keanggotaan dalam organisasi (Allen & Meyer, 1997). Para karyawan yang bekerja di PT “X” diharapkan mempunyai komitmen organisasi agar tidak banyak

(16)

Universitas Kristen Maranatha pada karyawan dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.

Affective commitment adalah adanya kelekatan atau keterlibatan emosional

karyawan terhadap PT “X”. Karyawan PT “X” dengan affective commitment yang

kuat akan terus melakukan pekerjaan yang ada di PT “X” karena mereka

menginginkan hal tersebut (want to). Karyawan akan berusaha untuk mempertahankan absensi atau kehadiran karena karyawan memang menyukai pekerjaan mereka. Karyawan PT “X” juga akan memilih untuk tetap bekerja pada PT “X” karena mereka merasa nyaman bekerja di perusahaan, selain itu mereka

juga akan bekerja lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang mempunyai affective commitment yang lemah. Karyawan juga akan memiliki organizational citizenship behaviour (OCB), yaitu dengan membantu pekerjaan karyawan lain

yang bukan menjadi bagiannya dan hal tersebut didasari oleh diri karyawan tersebut. Sedangkan jika karyawan PT “X” dengan affective commitment yang lemah, maka karyawan PT “X” tidak mempunyai kemauan untuk mengusulkan kemajuan (voice), tidak mau menerima berbagai hal apa adanya (loyalty), dan memiliki kecenderungan untuk menarik diri atau menolak situasi yang tidak menyenangkan (neglect).

Continuance commitment adalah kesadaran mengenai kerugian yang akan

didapatkan oleh karyawan apabila mereka meninggalkan PT “X”. Karyawan PT

“X” yang memiliki continuance commitment yang kuat akan terus melakukan pekerjaan di PT “X” karena mereka membutuhkan (need to) pekerjaan tersebut

(17)

10

perusahaan, misalnya kehilangan penghasilan atau karyawan tidak memiliki pilihan pekerjaan lain jika meninggalkan PT “X”. Karyawan PT “X” akan

bertahan di perusahaan tetapi karyawan tidak berusaha untuk bekerja diatas tuntutan yang diberikan perusahaan. Jika mereka bekerja sesuai tuntutan perusahaan maka mereka akan dapat tetap bertahan di perusahaan. Hal ini bertujuan agar mereka terhindar dari kerugian yang akan karyawan dapatkan jika keluar dari perusahaan. Karyawan PT “X” yang memiliki continuance commitment yang lemah akan bertahan di PT “X” hanya untuk menambah wawasan mengenai bidang pekerjaan atau hanya untuk mencari pengalaman, sehingga karyawan merasa bahwa mereka tidak akan memperoleh kerugian jika meninggalkan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari perilaku karyawan yang tidak berusaha mencapai target yang ditentukan atau karyawan tidak mempedulikan kehadiran mereka karena mereka tidak merasa rugi jika dikeluarkan oleh PT “X”.

Normative commitment adalah kesadaran tanggung jawab karyawan di PT “X”

untuk tetap bekerja di PT “X”. Karyawan PT “X” yang memiliki normative

commitment yang kuat maka akan merasakan bahwa mereka harus (ought to) dan sudah kewajiban mereka untuk melakukan pekerjaan mereka di PT “X” sesuai dengan ketentuan yang sudah diberikan oleh perusahaan. Karyawan PT “X” juga

(18)

Universitas Kristen Maranatha Ketiga komponen komitmen organisasi tersebut dimiliki oleh setiap orang, tetapi yang membedakan adalah derajat yang dimiliki setiap orang dapat berbeda pada masing-masing komponen. Oleh karena itu, diketahui adanya profil komitmen organisasi untuk memahami komitmen organisasi pada masing-masing individu. Profil komitmen organisasi ini terdiri dari delapan gambaran mengenai kuat lemahnya komponen-komponen yang membentuk komitmen pada individu. Profil komitmen organisasi dengan affective commitment kuat, continuance commitment kuat, serta normative commitment kuat akan terlihat dari perilaku karyawan yang memilih untuk bertahan di PT “X” karena ia menyukai pekerjaannya, dan ia merasa menjadi bagian dari PT “X”. Karyawan juga enggan

untuk meninggalkan PT “X”, serta akan berusaha untuk memberikan hasil

pekerjaan yang baik bagi PT “X” karena mereka merasa bertanggung jawab

terhadap PT “X”. Selain itu, karyawan juga menyadari akan adanya kerugian yang

mereka dapatkan jika meninggalkan PT “X”, dimana hal tersebut semakin

memperkuat mereka untuk tetap bertahan dalam perusahaan.

Profil komitmen organisasi dengan affective commitment kuat, continuance commitment kuat, dan normative commitment lemah pada karyawan PT “X” akan

terlihat dari tingkah laku yang menikmati waktu bekerja mereka di PT “X”,

(19)

12

bekerja di PT “X”, tetapi karyawan kurang merasa memiliki tanggung jawab

terhadap PT “X”.

Profil komitmen selanjutnya adalah affective commitment kuat, continuance commitment lemah dan normative commitment kuat, hal ini dapat terlihat dari perilaku karyawan yang merasa nyaman dalam bekerja dan menikmati suasana bekerja di PT “X”, memiliki keinginan untuk terus bekerja di PT “X”. Karyawan

juga merasa bahwa mereka harus bekerja dengan baik dan memenuhi target yang ditetapkan PT “X” karena hal tersebut merupakan tanggung jawab mereka.

Karyawan bekerja tanpa memikirkan kerugian apa yang akan didapatkan jika mereka meninggalkan PT “X” sehingga karyawan tidak merasa terpaksa untuk

bekerja di PT “X”.

Profil komitmen organisasi berikutnya adalah affective commitment kuat, continuance commitment lemah dan normative commitment lemah dapat terlihat dari perilaku karyawan yang bertahan di PT “X” hanya karena mereka menyukai

pekerjaan dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Karyawan menyukai suasana bekerja di PT “X”. Karyawan merasa senang dan nyaman dalam bekerja, dan juga

tidak mempedulikan adanya kerugian yang akan didapat jika mereka meninggalkan PT “X” seperti kehilangan lingkungan pekerjaan yang nyaman.

Mereka juga cenderung mengabaikan tanggung jawab mereka terhadap PT “X”.

Profil komitmen organisasi berikutnya adalah affective commitment lemah, continuance commitment kuat dan normative commitment kuat pada karyawan PT

(20)

Universitas Kristen Maranatha “X”. Karyawan merasa bahwa mereka harus dapat memenuhi target yang

ditetapkan oleh perusahaan karena mereka telah mendapatkan penghasilan dan fasilitas lainnya dari PT “X”. Mereka juga menyadari bahwa jika mereka

meninggalkan PT “X” maka mereka akan kehilangan penghasilan, serta

menyadari bahwa belum tentu mereka akan mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik. Karyawan berusaha untuk mendapatkan penilaian yang baik dari PT “X” agar mereka dapat terus bekerja di PT “X”, namun karyawan tidak memiliki

keikatan emosional dengan pekerjaannya. Mereka tidak menikmati pekerjaannya di PT “X”.

Berikutnya adalah profil komitmen organisasi dengan affective commitment lemah, continuance commitment kuat dan normative commitment lemah. Hal ini dapat terlihat dari perilaku karyawan yang bertahan dalam organisasi karena mereka membutuhkan penghasilan yang diperoleh dengan bekerja di PT “X”,

tetapi karyawan kurang menyukai pekerjaannya dan suasana bekerjanya di PT “X” serta karyawan cenderung mengabaikan tanggung jawab dan

kewajiban-kewajibannya terhadap PT “X”. Karyawan menganggap bahwa jika mereka tidak

mencapai target yang sudah ditetapkan atau terlambat dalam bekerja adalah hal yang wajar.

Profil komitmen organisasi selanjutnya adalah affective commitment lemah, continuance commitment lemah dan normative commitment kuat akan terlihat dari

perilaku karyawan yang bertahan dalam PT “X” karena mereka merasa memiliki

kewajiban untuk tetap bertahan dan melakukan pekerjaannya di PT “X” serta

(21)

14

yang ditetapkan oleh PT “X”. Mereka juga bekerja tanpa memikirkan kerugian

yang akan diterimanya jika mereka meninggalkan PT “X”, namun mereka kurang

memiliki ikatan emosional dengan pekerjaan mereka. Karyawan kurang menikmati suasana bekerja di PT “X” sehingga mereka kurang merasa nyaman saat bekerja di perusahaan.

Profil komitmen organisasi berikutnya adalah affective commitment lemah, continuance commitment lemah dan normative commitment lemah yang dapat terlihat pada perilaku karyawan yang kurang menyukai pekerjaannya dan suasana bekerja di PT “X” dan kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap PT “X”.

Karyawan menganggap bahwa keterlambatan dan kegagalan mencapai target yang sudah ditetapkan adalah hal yang wajar. Karyawan juga cenderung merasa bahwa tidak ada kerugian yang akan mereka terima jika meninggalkan PT “X” atau mereka menyadari bahwa masih ada pilihan pekerjaan lain jika mereka memutuskan untuk meninggalkan PT “X” sehingga mereka tidak berusaha untuk

bekerja dengan baik dan tidak berusaha untuk mencapai target yang sudah ditetapkan oleh PT “X”.

(22)

Universitas Kristen Maranatha mencapai tahap mempertahankan pekerjaannya dan mencapai prestasi yang memuaskan. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara bertahan di satu perusahaan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Usia juga memiliki hubungan positif dengan affective commitment. Semakin dewasa usia karyawan di PT “X”, maka semakin kuat affective commitment yang

dimilikinya (Mathieu dan Zajac, dalam Meyer dan Allen, 1997). Hal yang tercakup ke dalam variabel demografis lainnya adalah masa kerja. Semakin lama masa kerja karyawan PT “X” maka semakin meningkat kemungkinan karyawan

menerima tugas-tugas yang lebih menantang, memperoleh kekuasaan bekerja lebih besar, dan posisi atau jabatan yang lebih diinginkan. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi derajat komitmen karyawan tersebut. Karyawan dapat lebih merasa nyaman dalam bekerja sehingga akan semakin meningkatkan ikatan emosional karyawan dengan pekerjaannya di PT “X”. Karyawan PT “X” memiliki

pengalaman bekerja yang beragam. Karyawan PT “X” yang memiliki masa kerja yang belum lama cenderung belum merasa cukup terlibat dalam PT “X” sehingga

mereka dapat lebih mudah meninggalkan PT “X” dibandingkan dengan karyawan

PT “X” yang memiliki masa kerja lebih lama. Variabel disposisional lain yang

mempengaruhi komitmen organisasi adalah kebutuhan untuk berprestasi dan etos kerja.

(23)

16

memiliki keinginan kuat untuk menunjukkan hasil yang memuaskan dalam bekerja, karyawan PT “X” tidak mudah putus asa dalam menghadapi

permasalahan di dalam pekerjaannya, dan karyawan akan lebih semangat dalam bekerja sehingga dapat berpengaruh pada kuatnya komitmen terhadap perusahaan. Selain itu, persepsi orang mengenai kompetensi mereka juga mempengaruhi peranan penting dalam perkembangan affective commitment (Mathieu dan Zajac, 1990 dalam Meyer dan Allen, 1997). Semakin tinggi perceived competence seseorang maka semakin kuat affective commitment. Karyawan PT “X” yang merasa memiliki kemampuan yang baik dalam bidang pekerjaannya maka akan lebih menyukai pekerjaannya sebagai karyawan PT “X”.

Karakteristik organisasi mencakup persepsi karyawan mengenai keadilan dan kebijaksanaan dalam organisasi, dan bagaimana kebijakan organisasi tersebut disosialisasikan. Kedua hal ini berhubungan positif dengan affective commitment. Karyawan PT “X” yang merasa puas dengan kebijakan yang sudah ditetapkan perusahaan maka akan merasa nyaman untuk bekerja di PT “X”, tetapi jika

karyawan PT “X” merasa kurang puas dengan kebijakan yang ada maka mereka akan cenderung tidak akan bertahan lama bekerja di PT “X”. Cara

mengkomunikasikan kebijakan tersebut juga mempengaruhi affective commitment seseorang. Jika kebijakan yang berlaku di perusahaan dapat dikomunikasikan secara lengkap dan jelas, maka hal ini dapat meningkatkan affective commitment karyawan.

(24)

Universitas Kristen Maranatha hubungan antara anggota perusahaan dengan pemimpinnya (Meyer & Allen, 1997). Hal-hal tersebut memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan affective commitment karyawan. Karyawan PT “X” yang merasa terlibat dan

memiliki peran dalam PT “X” pada umumnya lebih merasa menjadi bagian dari perusahaan, dan lebih merasa bahwa mereka ikut ambil bagian dalam PT “X”.

Sedangkan karyawan PT “X” yang kurang memiliki keterlibatan dalam PT “X”

akan cenderung kurang termotivasi dan kurang menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab terhadap PT “X”. Misalnya, karyawan merasa bahwa tidak

menjadi masalah jika mereka tidak mencapai target yang sudah ditetapkan oleh PT “X” atau karyawan merasa tidak masalah jika mereka tidak masuk kerja jika

memberikan alasan. Selain itu, karyawan yang mengetahui perannya dalam bekerja dan juga mengetahui apa yang diharapkan oleh perusahaan maka karyawan akan lebih memiliki affective commitment yang lebih kuat. Sedangkan karyawan PT “X” yang tidak mengetahui tentang apa yang diharapkan oleh

perusahaan maka akan memiliki affective commitment yang lebih rendah. Hubungan yang baik dengan pimpinan juga dapat meningkatkan affective commitment karyawan. Semakin baik hubungan karyawan dengan pimpinannya

(25)

18

Karyawan PT “X” Komitmen Organisasi

Komponen-komponen komitmen organisasi:

- Affective commitment - Continuance commitment - Normative commitment

Profil Komitmen Organisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

- Variabel personal - Variabel organisasi - Variabel work experience

Affective kuat, continuance kuat, dan normative kuat

Affective kuat, continuance kuat, dan normative lemah

Affective kuat, continuance lemah, dan normative kuat

Affective kuat, continuance lemah, dan normative lemah

Affective lemah, continuance kuat, dan normative kuat

Affective lemah, continuance kuat, dan normative lemah

Affective lemah, continuance lemah, dan normative kuat

(26)

59 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Profil komitmen organisasi yang paling dominan dimiliki oleh karyawan di PT “X” adalah affective commitment lemah, continuance commitment lemah dan

normative commitment lemah.

2. Profil komitmen organisasi yang paling sedikit dimiliki oleh karyawan di PT “X” adalah affective commitment kuat, continuance kuat dan normative

commitment lemah.

3. Pada karyawan PT “X”, komponen affective commitment yang paling kuat adalah masalah sering tidak masuk kerja karena karyawan merasa jenuh dengan pekerjaan di perusahaan.

4. Pada karyawan PT “X”, komponen continuance commitment yang paling kuat

adalah masalah mengenai karyawan akan meninggalkan PT “X” walaupun belum ada tawaran pekerjaan yang lain.

(27)

60

yaitu perasaan karyawan apabila seorang karyawan sudah keluar dari kantor sebelum jam bekerja selesai.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan:

5.2.1 Saran Teoritis

1. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mempertimbangkan faktor teknis dalam pengumpulan data, seperti menjaga kerahasiaan data yang diperoleh karena hal ini dapat berpengaruh terhadap kejujuran responden dalam memberikan data penelitian.

2. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk membuat kuesioner yang terstruktur dan di validasi yang dapat mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi.

3. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan karyawan yang mempengaruhi pekerjaannya, seperti misalnya kesulitan di dalam keluarga ataupun kesulitan di dalam perusahaan.

4. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk membaca jurnal-jurnal mengenai komitmen organisasi sehingga penjelasan yang di dapat akan lebih lengkap dan mendalam.

(28)

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Saran Praktis

1. Disarankan kepada karyawan PT “X” Cimahi untuk mengembangkan rasa

cinta dan tanggung jawab terhadap PT “X” Cimahi, dengan cara membangun

hubungan yang akrab dengan rekan kerja maupun atasan. Dengan demikian karyawan dapat mengembangkan perasaan senang dan nyaman untuk bekerja

di PT “X” Cimahi dan juga mengutamakan tanggung jawab terhadap

pekerjaan, sehingga karyawan akan dapat tetap bertahan di PT “X” Cimahi

tanpa mempertimbangkan kerugian dan keuntungan yang di dapat dari PT “X”

Cimahi.

2. Disarankan kepada direktur PT “X” Cimahi sebagai atasan langsung dari karyawan untuk membuat struktur organisasi yang jelas, supaya karyawan dapat mengetahui peran serta tanggung jawab di dalam pekerjaannya dengan lebih jelas.

3. Disarankan bagi direktur PT “X” Cimahi untuk memperhatikan karyawan khususnya karyawan yang memiliki affective commitment lemah dengan cara mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kebersamaan antara karyawan dengan rekan kerja maupun dengan atasan.

4. Disarankan bagi direktur PT “X” Cimahi untukmemperhatikan karyawan yang

(29)

62

(30)

64 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Edgar, H. Schein, 1991. Organizational Culture and Leadership, Oxford Jossey Bass Publisher, San Fransisco

Meyer, John P& Natalie J. Allen. 1997. Commitment in the Workplace. London : Sage Publications

John, W. Santrock. 1995. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo

(31)

DAFTAR RUJUKAN

http://www.kamusbesar.com/50377/etos-kerja

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/liche/material/arisan86-komitmenorganisasi-liche.pdf

Sebastian, Alyssa. 2013. Profil Komitmen Organisasi Pada Karyawan Tetap Bagian Produksi Divisi Sewing Pabrik Dua Di PT “X” Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Dherista, Fatrah Fathaha. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Profil Komitmen Organisasi Pada Guru SMA Negri “X” Yang Sudah

Bersertifikasi Di Kota Sukabumi. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa enzim hBD-2 yang berasal dari serum darah memiliki konsentrasi yang tinggi pada OMSK dibandingkan orang

Nova Kusuma Putri (2011) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada kesembuhan pasien penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) di rumah sakit Siti Khodijah

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan

Beberapa tanda-tanda awal NIHL (Walsh 2000); a) Tinitus (dengingan di dalam telinga). b) Sulit mendengar pembicaraan (berdiskusi) saat berada di pesta atau restoran yang sibuk,

Prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan adalah dengan anggapan berlaku hukum Aksi Reaksi (persamaan 10), seperti yang digunakan untuk perhitungan nilai perlawanan

[r]

Volume bola terbesar yang dapat dimasukkan ke dalam dus berbentuk kubus dengan panjang rusuk 12 cm adalah ….. Perhatikan bangun

Akan tetapi dalam pelaksanaannya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menduga ketiganya talah melakukan pelanggaran terhadap hukum persaingan usaha karena