• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Korelasional Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas "X" Yang Mengontrak Usulan Penelitian di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Korelasional Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas "X" Yang Mengontrak Usulan Penelitian di Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dengan prokrastinasi akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas “X” yang Mengontrak Usulan Penelitian di Bandung. Pemilihan sampel

menggunakan metode purposive sampling. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan peneltian korelasional.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur pola asuh disusun oleh peneliti berdasarkan teori dimensi pola asuh oleh Baumrind (1979), yang terdiri dari 20 item dengan realibilitas dimensi kontrol 0,702 dan dimensi afeksi 0,809. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek prokrastinasi teori Ferrari (1995), yaitu penundaan, kelambanan, kesenjangan waktu, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan dibanding pengerjaan dan penyelesaian UP. Kuosiener terdiri dari 31 item dengan realibilitas 0,876. Validitas alat ukur berkisar dari 0,327 sampai 0,834.

Berdasarkan pengambilan data terhadap 90 responden, didapati bahwa 65,6% mahasiswa memiliki derajat prokrastinasi tinggi, sedangkan 34,4% mahasiswa memiliki derajat prokrastinasi rendah. Berdasarkan pengolahan data menggunakan uji analisis Chi Square dengan program SPSS 17.00, diperoleh koefisien korelasi untuk pola asuh dan prokrastinasi akademik sebesar 0,288 dengan taraf kekeliruan sebesar 5%. Kesimpulan yang diperoleh adalah semakin sering

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” menghayati menerima kontrol dan

afeksi dari orangtua maka kecenderungan derajat prokrastinasi akademik pun semakin tinggi. Sebaliknya, semakin jarang menghayati mendapatkan kontrol dan afeksi dari orangtua, maka derajat prokrastinasi akademik terkait pengerjaan dan penyelesaian UP pun semakin rendah

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui faktor yang memengaruhi derajat prokrastinasi akademik adalah kecemasan dan time-management. Oleh karena itu, peneliti mengajukan saran agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan kecemasan dan time-management dengan prokrastinasi akademik terhadap

(2)

Abstract

This research is an correlation studies concerning the patterns of parenting and academic procrastination. The purpose of this research is to give an overview of patterns of parenting and academic procrastination on Faculty of Psychology at the University "X". The selection of the sample using purposive sampling method. The design used in this study is correlational design of other research.

Measuring instrument used to measure the pattern of care is made by the researcher based on theoretical dimensions of parenting by Baumrind (1979), which consists of 20 items with reliability of the control dimension is 0.702 and the dimension affection is 0.809. Measuring instrument used to measure academic procrastination compiled by researchers based on aspects of the theory of procrastination Ferrari (1995), those are delay, inaction, gap time, and doing fun activities than work and completion of UP. Measuring instrument consists of of 31 items.

Based on 90 respondents, founded that 65.6% of students have a high degree of procrastination, and 34.4% of students have a low degree of procrastination. Based on analysis of data processing using Chi Square test with SPSS 17.00, the correlation coefficient obtained for parenting and academic procrastination of 0,288 with a standard error of 5%. The conclusion is that the more often students of Faculty of Psychology, University "X" live up to receive parental control and affection from the tendency of the degree of academic procrastination even higher. Conversely, the less appreciate the gain control and affection from parents, the degree of academic procrastination related completion of UP was lower.

(3)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman Judul……….………i

Halaman Lembar Pengesahan……...……….………..………..…...ii

Pernyataan Orisinalitas Laporan ………...iii

Lembar Persetujuan Publikasi……….….iv

Abstrak……….…………..………. v

Abstract………...……… vi

Kata Pengantar ……….…...…..……...vii

Daftar Isi ………..………...……...x

Daftar Tabel……….….……xiv

Daftar Bagan……….…….……..xv

Daftar Lampiran………..….……xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………...….………..1

1.2Identifikasi Masalah ……….….………..….…….11

1.3Maksud dan Tujuan Maksud Penelitian………...………..……..11

Tujuan Penelitian………..………...……….11

(4)

1.4.2 Kegunaan Praktis………..………....….……..12

1.5Kerangka Pemikiran ……….…...13

1.6Asumsi Penelitian ………..…………...….…….23

1.7Hipotesis………..23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pola Asuh Orangtua………....24

2.1.1 Dimensi Pola Asuh Orangtua ………...……….…..…..25

2.1.2 Tipe Pola Asuh Orangtua ………..…...31

2.1.3 Perkembangan Pola Asuh Orangtua……..……….….……...37

2.2 Prokrastinasi ……….……....39

2.2.1 Definisi Prokrastinasi Akademik……….…...…….…....…...39

2.2.2 Aspek-Aspek Prokrastinasi Akademik………...…….……...………....45

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik….…….48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ……….,.……,…...….,,…..…..51

3.2 Prosedur Penelitian ………....…,…….……,.…..…,,.…..…..51

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3. Variabel Penelitian ………..………..……..……….…………..52

3.3.2 Definisi Konseptual ……….….………..52

(5)

xii

Universitas Kristen Maranatha

3.3.3.1 Pola Asuh Orangtua………...….…….53

3.3.3.2 Prokrastinasi Akademik……….……...……..54

3.4 Alat Ukur 3.4.1 Alat Ukur Pola Asuh Orangtua ……….………...55

3.4.2 Alat Ukur Prokrastinasi Akademik………..…….……….56

3.4.3 Prosedur Pengisian Kuesioner ………..…...……...58

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ……….……...….………...59

3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ………...….……….…….……….60

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ……….……….……….….…...…....61

3.5Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.5.1 Populasi sasaran ……… .………...62

3.5.2 Karakteristik Populasi ……….……. ……….…..63

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ………... …….….…..63

3.6Teknik Analisis Data ………. ..…..…….…..63

3.7Hipotesis Statistik……… ….……...….…64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian……….66

4.2 Gambaran Hasil Penelitian………69

4.2.1 Gambaran Hasil Korelasi Pola Asuh dengan Prokrastinasi Akademik..69

(6)

4.2.3 Gambaran Hasil Penelitian Prokrasinasi Akademik……….……..……71

4.2.4Gambaran Tabulasi Silang Tipe Pola Asuh Orangtua Dengan Prokrastinasi Akademik………...73

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………..…….….….73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..….….…77

5.2 Saran 5.2.1 Saran Teoritis………..……78

5.2.2 Saran Praktis……….………..78

DAFTAR PUSTAKA ………....…...…….... 80

DAFTAR RUJUKAN………...……..…..81

(7)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Pola Asuh Orangtua

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Alat Ukur Prokrastinasi Akademik

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan usia

Tabel 4.3 Gambaran Responden berdasarkan Angkatan

Tabel 4.4 Gambaran Responden berdasarkan Frekuensi mengontrak UP

Tabel 4.5 Gambaran Korelasi Pola Asuh Orangtua dengan Prokrastinasi

Akademik

Tabel 4.6 Hasil Tipe Pola Asuh Orangtua

Tabel 4.7 Gambaran Derajat Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas

Psikologi Universitas “X”

Tabel 4.8 Gambaran Tabulasi Silang Tipe Pola Asuh Orangtua dengan

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5 Bagan Kerangka Pikir……….….. 21

(9)

xvi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 :

Kuesioner Pola Asuh Orangtua

Kuesioner Prokrastinasi Akademik

LAMPIRAN 2 :

Validitas alat ukur

Realibilitas alat ukur

LAMPIRAN 3 :

Hasil tabulasi silang prokrastinasi akademik dengan data pribadi

(10)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap manusia mempunyai potensi di dalam diri yang dapat dikembangkan

dan dimaksimalkan melalui bimbingan dan tuntunan yang terarah, teratur, dan

berkesinambungan. Salah satu sarana untuk dapat mengoptimalkan potensi yang

dimiliki oleh individu adalah melalui pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk

mengajarkan mengenai ilmu pengetahuan, keterampilan, dan tata cara berperilaku

yang baik sehingga dapat menghasilkan individu yang dapat menggunakan

kompetensi yang dimilikinya secara optimal (M.Glassman, 2001). Begitu pula

dengan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi

mempunyai potensi untuk mengembangkan diri secara maksimal.

Pendidikan mempunyai jenjang dimana untuk dapat melangkah ke tingkat

selanjutnya, seorang peserta didik harus memenuhi standar yang telah ditentukan.

Seorang mahasiswa strata satu dinyatakan lulus apabila telah membuat karya ilmiah

atau yang biasa disebut skripsi untuk kemudian hasil penelitian tersebut dibuat jurnal

ilmiah (www.dikti.go.id, diakses pada 8 Maret 2012). Skripsi adalah karya ilmiah

yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan akademis di Perguruan Tinggi.

Di Fakultas Psikologi Universitas “X”, proses penyusunan skripsi dibagi

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha dituntut untuk menyelesaikan penelitian ilmiah dari bab 1 sampai bab 3 untuk

melakukan seminar. Tahap kedua adalah Skripsi, dimana mahasiswa dituntut

menyelesaikan bab 4 dan bab 5 yang kemudian diuji hasilnya pada Sidang Sarjana.

Di Fakultas Psikologi Universitas “X”, seorang mahasiswa dinyatakan lulus apabila

telah menempuh 146 sks, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2.00 dengan

syarat nilai D tidak lebih dari 6 SKS, lulus Sidang Sarjana dengan nilai minimal C,

dan telah mengumpulkan jurnal ilmiah berdasarkan hasil penelitian skripsi (Tata

Usaha Fakultas Psikologi Universitas “X”, Februari 2012).

Apabila mengacu pada kurikulum yang disusun oleh fakultas, diharapkan

mahasiswa psikologi Universitas “X” dapat menyelesaikan program studi dalam

jangka waktu 4 tahun. Pada kenyataannya banyak mahasiswa yang membutuhkan

waktu lebih dari 4 tahun untuk lulus. Berdasarkan data yang diperoleh dari Tata

Usaha Fakultas Psikologi Universitas “X”, dari 153 mahasiswa yang lulus pada

periode April 2010 - April 2011, hanya terdapat 27 orang yang mampu lulus tepat

waktu yaitu empat tahun, sementara 126 mahasiswa lainnya berasal dari

angkatan-angkatan sebelumnya yang sudah lebih dari 4 tahun menjalani studi di Fakultas

Psikologi Universitas “X”.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Tata Usaha Fakultas Psikologi

Universitas ‘X’ pada angkatan 2007, sebanyak 79% mahasiswa mengontrak mata

kuliah Usulan Penelitian (UP) lebih dari satu kali dan hanya 21% mahasiswa yang

berhasil menyelesaikan UP dalam satu semester. Syarat mahasiswa untuk dapat

(12)

Apabila mahasiswa belum lulus UP, mahasiswa tidak bisa mengontrak mata kuliah

skripsi dan harus mengontrak kembali mata kuliah UP di semester berikutnya. Hal ini

cenderung mengakibatkan keterlambatan kelulusan mahasiswa bersangkutan, karena

apabila UP terhambat maka skripsi dan sidang juga akan terhambat. Oleh karena itu,

UP menjadi salah satu mata kuliah penting karena menentukan kelulusan mahasiswa

tepat waktu.

Kriteria kelulusan mata kuliah UP yaitu, mahasiswa telah menyelesaikan bab

1 sampai dengan 3, dan juga baik dosen pembimbing utama maupun dosen

pendamping bersedia menandatangani lembar pengesahan untuk kemudian UP

tesebut diajukan untuk mengikuti seminar. Banyak kegiatan yang harus dilakukan

oleh seorang mahasiswa untuk dapat menyelesaikan UP. Mahasiswa harus melakukan

bimbingan rutin, baik dengan dosen pembimbing utama maupun dosen pendamping.

Mahasiswa juga harus menentukan topik penelitian, memilih dan mencari teori yang

sesuai dengan penelitian yang diteliti, mengerjakan revisi UP, menghubungi dan

membuat janji bimbingan dengan dosen, mencari atau membuat alat ukur yang sesuai

dengan usulan penelitian, membaca referensi atau text book mengenai teori yang akan

digunakan dalam penelitian UP.

Banyak faktor yang memengaruhi proses penyelesaian UP. Faktor di luar diri

mahasiswa seperti dosen yang sulit ditemui dan sulit mendapatkan text book yang

lengkap bisa menjadi penghalang untuk menyelesaikan UP tepat waktu. Faktor dari

dalam diri mahasiswa seperti rasa malas, tidak berusaha menghubungi dosen untuk

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha membagi waktu dengan kegiatan lain juga bisa menjadi alasan keterlambatan

tersebut. Salah satu perilaku yang biasanya dilakukan mahasiswa yang bisa

menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian UP adalah perilaku menunda

mengerjakan UP atau yang biasa disebut dengan prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi akademik adalah suatu kebiasaan atau pola perilaku berupa

penundaan, dimana penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon tetap yang

selalu dilakukan seseorang dalam menghadapi tugas akademis (Ferrari dkk, 1995).

Ferarri (1995) membedakan prokrastinasi menjadi prokrastinasi fungsional dan

prokrastinasi disfungsional. Prokrastinasi fungsional merupakan penundaan

mengerjakan tugas dengan tujuan memperoleh informasi yang lengkap dan akurat.

Sebaliknya, prokrastinasi disfungsional merupakan penundaan menyelesaian tugas

yang penting dan mendesak karena alasan atau kegiatan yang tidak membantu

penyelesaian tugas tersebut. Dalam penelitian ini, yang dimaksud sebagai

prokrastinasi adalah prokrastinasi disfungsional.

Prokrastinasi akademik sehubungan dengan penyelesaian tugas UP bisa

dilakukan mahasiswa dalam berbagai bentuk. Mahasiswa bisa menunda memulai

mempersiapkan langkah awal penelitian, seperti menunda mencari fenomena,

menunda mengumpulkan fakta-fakta yang mendukung penelitian, menunda

menghubungi dosen pembimbing untuk mengatur jadwal bimbingan, ataupun

menunda mencari teori. Bentuk penundaan yang lainnya adalah mahasiswa lamban

dalam mengerjakan UP, seperti menunda mengambil keputusan tentang topik

(14)

dalam penelitian, tidak segera mengerjakan revisi setelah bimbingan dengan dosen,

bisa juga dengan mengulur-ngulur waktu untuk bertemu dosen. Mahasiswa juga bisa

disebut menunda mengerjakan UP ketika melanggar jadwal yang telah direncanakan

sebelumnya untuk mengerjakan UP, cenderung terlambat dari target menyelesaikan

UP, baik target yang ditentukan oleh diri sendiri maupun target batas waktu

pengumpulan yang ditentukan Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas “X”.

Penundaan yang dilakukan mahasiswa bisa juga seperti memprioritaskan kegiatan

lain yang hanya bersifat hiburan seperti berjalan-jalan, menonton, mengobrol, dan

melakukan aktivitas yang tidak mendukung penyelesaian UP.

Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya perilaku prokrastinasi akademik.

Ada 2 faktor yang memengaruhi prokrastinasi akademik, yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal yaitu kondisi fisik seperti kelelahan dan kondisi psikis yaitu

self regulasi, tingkat kecemasan, motivasi, dan kontrol diri. Faktor eksternal yaitu

gaya pengasuhan orangtua dan kondisi lingkungan rendah pengawasan turut

memengaruhi seseorang untuk melakukan prokrastinasi (Ferrari,1995).

Selain sebagai peserta didik, mahasiswa juga mempunyai peran sebagai

seorang anak dalam keluarga. Ferrari (1995) menjelaskan bahwa prokrastinasi

muncul tidak terlepas dari pengalaman masa kanak-kanak dan kesalahan dalam

pengasuhan anak. Dapat dikatakan juga bahwa perlakuan orangtua terhadap anak,

terutama masa kanak-kanak, dapat memengaruhi prokrastinasi yang dilakukan kelak.

Prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa tidak lepas dari peran

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha dapat modeling tingkah laku orangtua. Perlakuan orangtua berupa cara atau sistem

tertentu sebagai usaha untuk membantu tumbuh dan berkembang dengan merawat,

membimbing, dan mendidik anak agar mampu menggunakan potensi yang

dimilikinya yang disebut sebagai pola asuh (Baumrind, 1980). Pola asuh merupakan

gambaran tentang sikap dan perilaku orangtua dalam berinteraksi dan berkomunikasi

dengan anak sehari-hari. Penghayatan anak terhadap perlakuan orangtua

memengaruhi pembentukan kepribadian, tingkah laku, serta kebiasaan anak.

Kebiasaan yang dapat terbentuk salah satunya adalah perilaku mahasiswa dalam

menunda mengerjakan dan menyelesaikan UP.

Pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anak tidak terlepas dari adanya

pemberian kontrol dan afeksi (Baumrind,1980). Kontrol muncul dalam bentuk

kendali orangtua di dalam kehidupan anak. Sementara afeksi muncul dalam bentuk

kasih sayang dan perhatian orangtua pada anak. Variasi dari derajat kontrol dan afeksi

menghasilkan tipe-tipe pola asuh orangtua.

Baumrind (Santrock, 2003) membagi tipe dalam gaya pengasuhan, yaitu

authoritarian (autoritarian) adalah gaya pengasuhan yang mengutamakan disiplin, banyak tuntutan, komunikasi kurang hangat, bersifat membatasi, dan menghukum.

Kemudian ada authoritative (autoritatif) yaitu gaya pengasuhan yang mendorong dan

membebaskan anak namun tetap memberikan batasan untuk mengendalikan tindakan

anak. Kemudian ada tipe permissive. Permissive dibagi menjadi 2, permissive

(16)

yaitu orangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, sangat jarang memberi

perhatian maupun batasan untuk mengendalikan tingkah laku anak. Perlakuan yang

berbeda ini dapat menyebabkan perbedaan cara anak dalam mengerjakan tugas yang

diberikan, dalam konteks ini mahasiswa yang sedang menyusun UP.

Berdasarkan survei awal terhadap sepuluh orang mahasiswa psikologi yang

sedang mengontrak mata kuliah UP di Universitas “X”, dua orang dari sepuluh orang

mahasiswa menyatakan bahwa selama ini orangtuanya banyak menerapkan kontrol,

namun jarang memberi afeksi. Orangtua selalu menuntut agar mereka berprestasi,

namun jarang bertanya dan berdiskusi mengenai pelajaran maupun

kesulitan-kesulitan yang mereka alami. Orangtua dirasakan seringkali memaksakan kehendak

mereka, mereka jarang bisa mengkomunikasikan keinginan mereka kepada orangtua

karena takut orangtua marah. Tindakan orangtua yang demikian dihayati sering

membuat mereka cemas karena takut mengecewakan orangtua apabila tidak bisa

melakukan sesuai dengan tuntutan dari orangtua mereka. Tuntutan yang demikian

besar dari orangtua dihayati membuat mereka takut melakukan kesalahan ketika

membuat tugas, begitu pula dengan pengerjaan UP. Satu orang menyatakan bahwa

dia sengaja menghindar untuk menemui dosen atau menunda mengumpulkan revisi

karena merasa apa yang dia kerjakan belum sesuai dengan keinginan dosen sehingga

akhirnya UP tidak bisa selesai dalam satu semester. Sementara seorang lagi

menyatakan, karena ia terbiasa oleh tuntutan yang dirasakan tinggi dari orangtua,

menjadikannya tidak mengalami kesulitan dalam pengerjaan UP. Ia memenuhi jadwal

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha mengalami kesulitan mencari text book yang lengkap yang membuatnya terhambat

untuk menyelesaikan UP dalam jangka waktu satu semester.

Sebanyak lima orang mahasiswa menyatakan bahwa selama ini orangtua

mereka sering menerapkan aturan namun juga sering memberi perhatian kepada

mereka. Orangtua memberi masukan mengenai berbagai macam permasalahan dalam

hidup mereka, baik akademis maupun non-akademis. Mereka juga menghayati bahwa

orangtua telah memberi semangat untuk mengerjakan UP, contohnya mereka

diingatkan orangtua apabila dinilai terlalu banyak bermain dibandingkan

mengerjakan UP. Orangtua mengijinkan mereka untuk mengemukakan pendapat atau

membebaskan mereka untuk memilih hal yang mereka sukai, namun orangtua tetap

memberi batasan seperti mengingatkan untuk memprioritaskan tugas akademik.

Perhatian dan dukungan dari orangtua yang dirasakan membuat dua dari lima orang

mahasiswa merasa dipercaya oleh orangtua mereka. Mereka tidak mau

mengecewakan orangtua mereka dengan cara berusaha untuk melakukan apa yang

disarankan oleh orangtua. Dalam pengerjaan UP, mereka mengatakan selalu berusaha

menyicil dan berusaha bimbingan dengan dosen agar UP mereka cepat selesai,

mereka juga mengatakan mendahulukan pengerjaan UP dibandingkan bermain

dengan teman-teman. Sementara dua orang lainnya dari lima orang mahasiswa ini

mengaku bahwa dukungan dan perhatian dari orangtua membuat mereka termotivasi

untuk mengerjakan UP sehingga mereka menjadi lebih bersemangat untuk

menyelesaikan UP sesuai dengan target yang ditetapkan. Satu orang dari lima orang

(18)

beban. Ia merasa khawatir akan mengecewakan orangtuanya. Ia berusaha

menghilangkan kekhawatiran tersebut dengan menghabiskan waktu untuk bermain

dengan teman-temannya. Akibatnya, pengerjaan dan penyelesaian UP pun tertunda.

Dua orang dari sepuluh orang mahasiswa mengatakan bahwa orangtua mereka

sering memberi afeksi namun jarang menerapkan disiplin dalam kehidupan mereka.

Orangtua selalu berusaha memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka tanpa banyak

menetapkan aturan. Orangtua jarang menuntut prestasi baik akademik maupun

non-akademik dari mereka. Orangtua juga mengijinkan mereka pergi bermain kapan saja.

Terkait pengerjaan dan penyelesaian UP, orangtua memberi kebebasan pada mereka

untuk selesaikan kuliah kapan saja, tanpa menetapkan target kelulusan. Mereka

menghayati tidak merasa ada tekanan untuk segera menyelesaikan UP. Mereka

mengatakan lebih mendahulukan bermain bersama teman-teman dibandingkan

mengerjakan UP. Mereka merasa tidak terpacu untuk segera mengerjakan dan

menyelesaikan UP tepat waktu.

Sementara satu orang mahasiswa menghayati bahwa dari kecil ia tidak

terbiasa untuk berdiskusi dengan orangtua. Orangtua dihayati jarang memberi

perhatian maupun batasan untuk bertingkah laku. Ia merasa tidak dekat secara

emosional dengan orangtua. Orangtua tidak bisa dijadikan tempat untuk berkeluh

kesah dan ia pun merasa kurang mendapatkan kasih sayang sebab orangtua terlalu

sibuk bekerja. Selain itu, ia jarang berinteraksi dengan orangtua. Dalam hal

akademik, ia merasa orangtua sangat jarang bertanya mengenai prestasi ataupun

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha pernah bertanya apalagi memberikan saran. Keadaan tersebut dihayati mahasiswa

sebagai keadaan yang membuatnya merasa malas dan tidak termotivasi untuk segera

mengerjakan UP. Ia merasa apapun yang dilakukan tidak akan mendapat perhatian

dari orangtuanya. Ia sengaja menunda untuk mengerjakan dan menyelesaikan UP,

dan lebih memilih untuk menyibukan diri bersama teman-teman dengan kegiatan lain.

Berdasarkan survei awal, sepuluh orang mahasiswa mempunyai penghayatan

yang berbeda-beda terkait pola asuh dari orangtua. Ada yang menghayati bahwa

orangtua menuntut, membebaskan, memanjakan, ataupun cenderung tidak peduli.

Semua perlakuan tersebut dihayati membawa pengaruh yang berbeda terhadap

perilaku prokrastinasi mahasiswa terkait pengerjaan dan penyelesaian UP. Perbedaan

ini membuat peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara pola asuh orangtua

dengan perilaku prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X”

Bandung yang sedang mengontrak mata kuliah UP.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang akan diteliti yaitu seberapa besar hubungan antara pola asuh

orangtua dengan perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi

(20)

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini diadakan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan pola

asuh orangtua dengan perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi

yang mengontrak UP di Universitas “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara

pola asuh orangtua dengan perilaku prokrastinasi akademik dan faktor-faktor lain

yang memengaruhi prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha 1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai

hubungan antara pola asuh orangtua dengan perilaku prokrastinasi akademik

mahasiswa ke dalam bidang ilmu Psikologi Pendidikan.

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti lain

yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara pola

asuh orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

1.4.2 Kegunaan Praktis

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada Fakultas

Psikologi Universitas “X” mengenai peran pola asuh orangtua mahasiswa

yang sedang menyusun UP dan kaitannya dengan perilaku prokrastinasi

akademik yang terjadi. Informasi ini dapat digunakan sebagai data tambahan

perihal permasalahan prokrastinasi akademik di fakultas.

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada dosen

pembimbing UP di Fakultas Psikologi Universitas “X” perihal perilaku

prokrastinasi akademik mahasiswa untuk menjadi bahan pertimbangan dalam

(22)

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada mahasiswa

yang sedang menyusun UP sehingga dapat memahami peran pola asuh

orangtua terhadap prokrastinasi akademik.

1.5Kerangka Pikir

Di Fakultas Psikologi Universitas “X”, UP merupakan mata kuliah prasyarat

untuk dapat mengontrak Skripsi. Waktu yang ditentukan oleh fakultas untuk

menyelesaikan mata kuliah UP adalah satu semester. Namun berbagai kesulitan yang

dihadapi oleh mahasiswa dapat menyebabkan UP tidak selesai dalam satu semester

sehingga mahasiswa harus mengontrak kembali mata kuliah UP di semester

berikutnya.

Kesulitan yang seringkali dialami oleh para mahasiswa tersebut diantaranya

adalah kesulitan mencari topik penelitian, mencari literatur dan bahan bacaan yang

berhubungan dengan topik penelitian, menemui dosen pembimbing, membagi waktu

dengan kegiatan lain, dan sebagainya. Sebagian mahasiswa berhasil mengatasi

tantangan maupun kesulitan yang ada sehingga dapat mengerjakan dan

menyelesaikan UP tepat waktu. Tidak semua mahasiswa berhasil mengatasi kesulitan

dan hambatan pengerjaan dan penyelesaian UP sehingga harus mengontrak UP lebih

dari satu semester. Cara mahasiswa mengerjakan UP berbeda-beda. Sebagian

mahasiswa mengerjakan secara berkesinambungan dan intensif baik dalam

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha sebagian mahasiswa lainnya menunda-nunda dalam penyelesaian UP. Perilaku

menunda-nunda mengerjakan tugas akademik disebut dengan prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi memiliki 4 aspek (Ferrari, 1995), yaitu penundaan dalam

memulai dan menyelesaikan tugas, kelambanan dalam mengerjakan tugas,

kesenjangan waktu antara rencana dengan kinerja aktual dalam mengerjakan tugas,

dan kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih

mendatangkan hiburan dan kesenangan. Seorang mahasiswa yang menunda dalam

memulai dan menyelesaikan UP, menyadari bahwa UP harus diselesaikan namun

cenderung menunda untuk memulai dan apabila sudah memulai cenderung tidak

menyelesaikan tanpa alasan yang jelas. Mahasiswa menunda atau sengaja

mengulur-ulur waktu baik dalam menyusun UP, mencari dan membaca teori, maupun

bimbingan dengan dosen sehingga tidak bisa memenuhi jadwal mengerjakan UP atau

bimbingan yang sudah direncanakan.

Ferrari (1995) membagi faktor yang memengaruhi prokrastinasi menjadi 2

kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi

yang berada di dalam individu, meliputi kondisi fisik dan psikologis individu

(self-regulation, motivation, tingkat-kecemasan, dan self-control). Faktor eksternal adalah lingkungan di luar individu yaitu berupa gaya pengasuhan orangtua dan lingkungan

yang kondusif, yaitu lingkungan yang rendah pengawasan (Ellis & Knaus, 1977,

dalam Ferari dkk.,1995). Faktor-faktor diatas sedikit banyak memengaruhi perilaku

(24)

Seorang anak dalam tumbuh kembangnya tidak bisa lepas dari pengaruh

lingkungan sekitarnya, terutama dari keluarga dan peran orangtua. Menurut Erikson,

tingkah laku anak pada tahap perkembangan sebelumnya memengaruhi tingkah laku

anak pada tahap perkembangan selanjutnya. Tahap perkembangan merupakan proses

yang berkesinambungan, dengan demikian, pola asuh yang diterapkan orangtua sejak

kecil memberi pengaruh dalam perilaku anak, baik dalam pembentukan karakter dan

kepribadian, seperti self-esteem, motivasi, kecemasan, maupun self-regulation-nya.

Selama kegiatan pengasuhan, orangtua akan memberi batasan, peraturan,

disiplin, hadiah dan hukuman, perhatian,serta tanggapan terhadap keinginan anaknya.

Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru anak yang

kemudian secara sadar atau tidak sadar akan memengaruhi aspek-aspek kepribadian

dalam diri anak dan perilaku anak sehari-hari. Meskipun telah beranjak dewasa,

mahasiswa tidak terlepas dari pengaruh orangtua. Orangtua tetap berpengaruh dalam

kehidupan anak, seperti adanya pemberian dukungan, nasehat, aturan, dan

sebagainya.

Pola asuh yang diterapkan orangtua merupakan kombinasi dari pemberian

kontrol dan afeksi. Pemberian kontrol dan afeksi orangtua terhadap mahasiswa

berbeda-beda derajatnya. Ada orangtua yang sering memberikan kontrol dan sering

pula memberi afeksi kepada mahasiswa, ada orangtua yang memberikan jarang

memberi kontrol namun sering memberi afeksi, ada pula orangtua yang jarang

memberikan kontrol maupun afeksi, dan ada juga orangtua yang sering memberi

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Baumrind (Santrock, 2003) membagi tipe pola asuh, yaitu authoritarian,

authoritative, permissive indulgent dan permissive neglected. Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan authoritarian merupakan orangtua yang dominan.

Orangtua banyak menuntut tanpa memberi kesempatan pada mahasiswa untuk

mengemukakan pendapatnya, komunikasi cenderung satu arah, selain itu mahasiswa

kurang mendapatkan respon dan kurang mendapatkan perhatian dari orangtua.

Tingkah laku orangtua tersebut dapat membuat mahasiswa merasa cemas, stress, dan

tertekan sebab banyaknya tuntutan, namun mahasiswa tidak dapat mengemukakan

keinginannya. Orangtua menuntut kepatuhan total dari mahasiswa. Keadaan ini dapat

menjadikan anak tumbuh menjadi anak yang mudah gelisah, penakut, mudah putus

asa, tidak pandai mengambil keputusan, termasuk dalam pengerjaan tugas UP.

Mahasiswa terbiasa untuk mengikuti tuntutan dan keinginan orangtua. Adanya

kontrol yang kuat dapat membuat mahasiswa menjadi dependen karena tidak terbiasa

untuk mengambil keputusan sendiri. Sebagai mahasiswa yang dituntut untuk dapat

mandiri, mahasiswa menjadi kesulitan untuk mengatur waktu dan memprioritaskan

kegiatan yang semestinya dilakukan karena terbiasa diatur oleh orangtua. Mahasiswa

tidak terbiasa berinisiatif. Hal tersebut dapat memengaruhi motivasi, seperti

mahasiswa menjadi terbiasa dimotivasi secara ekstrinsik, tidak ada motivasi intrinsik

dari diri sendiri dalam mengerjakan tugas.

Mahasiswa takut gagal dalam memenuhi tuntutan yang diberikan, cemas akan

hasil pengerjaan UP, cemas akan melakukan banyak kesalahan dan takut dimarahi

(26)

menunda-nunda pengerjaan UP untuk menghindari pertemuan dengan dosen dari

jadwal yang sudah ditentukan. Penundaan ini dapat mengakibatkan mahasiswa tidak

menyelesaikan UP dalam jangka waktu yang ditentukan oleh fakultas, yaitu satu

semester dan akibatnya harus mengontrak kembali mata kuliah UP lagi di semester

berikutnya.

Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan authoritative biasanya bersikap

terbuka, memberikan kontrol dan tuntutan kepada mahasiswa, namun disertai dengan

komunikasi dua arah sehingga mahasiswa bisa mengutarakan keinginannya. Orangtua

juga memberi afeksi, misalnya dalam bentuk perhatian dan pemberian semangat pada

mahasiswa. Orangtua memberi tuntutan namun tetap merespon keinginan anak, mau

mendengarkan, dan mau berdiskusi dengan mahasiswa. Orangtua memberikan

nasehat dan pandangan secara terbuka, mau mendengarkan pendapat dari mahasiswa.

Mahasiswa diberi kebebasan untuk menentukan pilihan dalam hidupnya. Keadaan

yang demikian membuat mahasiswa merasa dihargai dan diberi kepercayaan oleh

orangtua. Mahasiswa memiliki rasa percaya diri, terbiasa untuk berkomunikasi dan

bersosialisasi dengan orang lain, mampu mengutarakan pendapat, dan pandai

berinisiatif. Mahasiswa terbiasa untuk mengambil keputusan, namun tetap

mendapatkan arahan dari orangtua. Dalam hal pengerjaan UP, orangtua memberi

nasehat, pendapat, mau meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah anak

mengenai kesulitan dan masalah dalam pengerjaan UP. Ketika mahasiswa tidak

bersemangat, orangtua memberikan dukungan semangat dalam pengerjaan UP.

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha sadar bahwa hal tersebut berguna bagi dirinya. Mahasiswa dapat menilai keuntungan

dan kerugian apabila tidak segera menyelesaikan tugas UP. Pertimbangan tersebut

dapat membuat mahasiswa menyadari bahwa lebih baik untuk lulus cepat waktu. Hal

ini dapat meningkatkan motivasi dalam diri dan membuat mahasiswa merasa

bersemangat untuk segera menyelesaikan UP sehingga tidak menunda mengerjakan

dan menyelesaikan UP. Kemampuan komunikasi yang baik juga dapat mendukung

proses bimbingan dengan dosen, mahasiswa terbiasa untuk mengemukakan

pendapatnya dan melakukan diskusi sehingga dapat menunjang pengerjaan dan

penyelesaian UP.

Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan permissive indulgent biasanya

memanjakan anaknya. Orangtua terlalu membebaskan mahasiswa dalam segala hal

tanpa adanya tuntutan ataupun kontrol, mahasiswa dibolehkan untuk melakukan apa

saja yang diinginkannya. Orangtua memberi kasih sayang pada anaknya, namun

kurang disertai batasan dalam bertingkah laku. Hal ini mengakibatkan mahasiswa

menjadi kurang dapat mengandalkan diri sendiri, suka mendominasi orang lain,

ataupun suka melawan. Tingkah laku yang demikian dapat berpengaruh pada

pengerjaan UP. Mahasiswa terbiasa untuk diikuti semua keinginannya, dimanjakan,

tidak terbiasa dengan adanya tuntutan dan disiplin. Dalam mengerjakan UP,

mahasiswa merasa tanpa perlu berusaha, orangtua sudah menyediakan semua fasilitas

dan kebutuhan untuk dirinya. Mahasiswa tidak dituntut untuk menyelesaikan

tanggung jawabnya untuk segera lulus, orangtua sekedar memenuhi kebutuhan anak.

(28)

ia kehendaki. Self-control yang dimiliki mahasiswa cenderung kurang karena tidak

terbiasa mengikuti aturan. Mahasiswa tidak memenuhi jadwal yang sudah

ditetapkan, misalnya dalam mengerjakan revisi atau bimbingan dengan dosen.

Mahasiswa kurang bisa memprioritaskan kegiatan, misalnya dengan mendahulukan

bermain dibandingkan mengerjakan UP. Tidak adanya tuntutan namun tetap diberi

perhatian menyebabkan mahasiswa kurang dapat bertanggung jawab, begitu pula

ketika mengerjakan dan menyelesaikan UP. Mahasiswa tidak merasa diberi beban,

tidak ada kecemasan dalam diri yang mendorong mahasiswa untuk segera

mengerjakan dan menyelesaikan UP, sehingga mahasiswa kurang termotivasi dan

terpacu untuk segera menyelesaikan UP, dan akhirnya melakukan penundaan. Tidak

terbiasa mengatur waktu pun menyebabkan mahasiswa kurang mampu meregulasi

dirinya sendiri, sehingga jadwal bimbingan pun tidak dipenuhi dan akibatnya UP

tidak selesai dalam satu semester.

Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan permissive neglectfull biasanya

cenderung kurang peduli akan kebutuhan mahasiswa, mengabaikan keinginan

mahasiswa. Orangtua tidak menuntut, jarang berkomunikasi secara terbuka dengan

mahasiswa. Kondisi demikian dapat dikatakan lenient atau rendah pengawasan.

Kondisi lenient akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik,

karena tidak adanya pengawasan akan mendorong seseorang untuk berperilaku tidak

tepat waktu (Dossett, dkk, Bijou, dkk, dalam Ferrari, dkk., 1995). Dalam pengerjaan

UP, mahasiswa merasa tidak diawasi dan tidak diberi batasan waktu dalam

(29)

20

Universitas Kristen Maranatha terpacu karena tidak adanya target untuk segera dicapai. Mahasiswa tidak termotivasi

baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Mahasiswa cenderung tidak merasa cemas

apabila tidak mampu memenuhi target dari fakultas karena orangtua tidak memberi

sanksi apapun. Tidak adanya perhatian maupun aturan ini dapat menyebabkan

mahasiswa cenderung berlambat-lambat dalam mengerjakan dan menyelesaikan UP,

baik itu menyusun lay-out UP, mencari ataupun membaca teori, maupun menyusun

metodologi penelitian sehingga tidak bisa selesai tepat waktu yaitu dalam satu

semester.

Faktor–faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku prokrastinasi yang

dilakukan oleh mahasiswa adalah kondisi fisik dan psikis. Keadaan fisik dan kondisi

kesehatan yang lemah dapat mengakibatkan mahasiswa menunda mengerjakan UP.

Misalnya faktor kelelahan atau fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan

memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada

yang tidak (Bruno, 1998; Millgram, dalam Ferrari, dkk, 1995). Mahasiswa yang

mempunyai jadwal yang padat atau sambil bekerja paruh waktu atau aktif dalam

organisasi sehingga waktunya habis digunakan untuk kegiatan-kegiatan di luar UP

dan kegiatan tersebut menyebabkan mahasiswa lelah dapat pula menyebabkan

perilaku prokrastinasi semakin sering dilakukan dalam pengerjaan UP.

Kondisi psikis mahasiswa juga dapat memengaruhi terjadinya

prokrastinasi. Menurut Millgram., dkk.(dalam Rizvi,1998), trait kepribadian

individu yang turut memengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya self

(30)

merencanakan, mengatur, dan melaksanakan rencana, misalnya dalam time

management. Dalam hal mengerjaan tugas UP, mahasiswa yang mampu mengatur dan membagi waktu dalam menyusun jadwal bimbingan dan jadwal kegiatan lain

mempunyai resiko lebih kecil untuk menunda pengerjaan UP.

Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan memengaruhi

prokrastinasi, dimana semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika

menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk prokrastinasi

akademik (Briordy, dalam Ferrari, dkk, 1995). Rendahnya self-control pun akan

memengaruhi perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Mahasiswa yang

kurang bisa mengontrol dirinya dalam bermain, mengerjakan UP, maupun melakukan

kegiatan lain dapat mengakibatkan prokrastinasi semakin sering dilakukan.

Tingkat kecemasan yang dimiliki juga dapat memengaruhi prokrastinasi

akademik. Kecemasan akan kemampuan bersosialisasi, takut gagal dalam

mengerjakan tugas karena merasa tidak mampu, dapat membuat mahasiswa menunda

mengerjakan dan memilih melakukan aktivitas lain yang dihayati lebih

menyenangkan untuk meredakan kecemasannya, seperti melakukan hobi atau

relaksasi. Pengalihan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pengerjaan dan

penyelesaian UP sangat merugikan mahasiswa karena dapat mengakibatkan adanya

kesenjangan waktu dari target yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan UP.

Berdasarkan uraian dapat dilihat bahwa pola asuh yang diterapkan orangtua

kepada mahasiswa berhubungan dengan prokrastinasi akademik yang dilakukan

(31)

22

1.penundaan dalam memulai dan menyelesaikan menyusun laporan UP

2. kelambanan dalam menyusun laporan UP

3.kesenjangan waktu antara rencana dengan kinerja aktual dalam

menyusun laporan UP

4. kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih

(32)

1.6Asumsi

 Pola Asuh orangtua merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingkah

laku mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung.

Pola Asuh orangtua dibagi menjadi 4 yaitu tipe authoritarian, authoritative,

dan permissive neglectfull dan permissive indulgent.

 Prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa dapat berupa

penundaan dalam memulai dan menyelesaikan UP, kelambanan dalam

mengerjakan UP, kesenjangan waktu antara rencana dan kenyataan dalam

mengerjakan UP, dan kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang

dihayati lebih menyenangkan dibandingkan mengerjakan UP.

 Pola Asuh orangtua merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X”

Bandung.

1.7Hipotesis

Terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dengan prokrastinasi akademik

pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” yang mengontrak UP di

(33)

77

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pembahasan hasil penelitian, maka

dapat diketahui gambaran umum mengenai hubungan pola asuh orangtua dengan

prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang mengontrak UP di

Universitas “X”, dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pola asuh yang diterima dari orangtua mempunyai hubungan yang kurang erat

dengan prokrastinasi akademik mahasiswa. Artinya semakin sering

mahasiswa menghayati mendapatkan kontrol dan afeksi dari orangtua belum

tentu semakin sering melakukan prokrastinasi. Sebaliknya, semakin jarang

mahasiswa menghayati mendapatkan kontrol dan afeksi dari orangtuanya

belum tentu semakin jarang melakukan prokrastinasi akademik terkait

pengerjaaan dan penyelesaian Usulan Penelitian.

2. Faktor dalam diri mahasiswa yang memengaruhi prokrastinasi akademik

adalah kecemasan dan time-management. Sebagian besar mahasiswa (75%)

yang menghayati sering merasa cemas dan sebagian besar mahasiswa (71.4%)

yang menghayati mampu mengatur dan membagi waktu dalam melakukan

(34)

yaitu cacat secara fisik, mudah lelah, mudah sakit dan faktor psikis yaitu

motivasi internal dan eksternal serta kemampuan self-control diketahui tidak

memengaruhi prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian sejenis,

disarankan agar meneliti faktor eksternal yang dapat memengaruhi mahasiswa

dalam melakukan prokrastinasi akademik, yaitu penelitian mengenai

hubungan antara kecemasan dan time-management dengan prokrastinasi

akademik pada mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP.

5.2.2 Saran Praktis

1) Bagi pihak fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung, hasil penelitian

ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengumumkan

deadline yang pasti terkait pengumpulan UP jauh-jauh hari sebelumnya agar mahasiswa dapat memperhitungkan waktu dan persiapan untuk

mengumpulkan UP tepat waktu.

2) Bagi pihak dosen pembimbing UP Fakultas Psikologi Universitas “X”,

(35)

79

Universitas Kristen Maranatha membuat jadwal bimbingan teratur dan berkesinambungan dengan mahasiswa

bimbingannya, misalnya dengan menerapkan aturan minimal tatap muka

seminggu sekali dan menerapkan sanksi apabila mahasiswa melanggar

peraturan tersebut.

2) Bagi mahasiswa fakultas psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah

Usulan Penelitian, disarankan untuk meningkatkan pengetahuan dan

penguasaan mengenai teori penelitian UP, dan disarankan juga untuk

mengatur waktu dengan efektif dalam mengerjakan UP, misalnya dengan

(36)

Baumrind, D. 1991. The influence of parenting style on adolescent competence and

substance use. Journal of Early Adolescence, 11(1), 56-95.

Becker (1964)., Wijk, H., and Molander, H. 2009 “Family and friend provide most social support for the bereaved” Palliative Medicine vol 23 pp 141-149.

Burka dan Yuen, 1983; dalam Solomon dan Rothblum.1984. Procrastination in College Student Is a Marker for Unhealthy Behaviors, Study Indicates. The Chronicle of Higher Education.

Ferrari, J.R. Johnson, J.L. & Mc Cown, W.G. 1995. Procrastination and task Avoidance, Theory, Research and Treathment. New York: Plenum Press

Fuhrmann, B.S. 1990 Adolescence. 2nd ed. Glenview, Illionis: A Devision of Scott,Foresman and Company

Hurlock, E.B. (1989). Developmental Psychology. A Life-Span Approach. India: Tata McGraw- Hill Pub. Company Ltd.. 8th ed (reprinted)

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology : A step-by-step Guide For Beginners. London : SAGE Publications Ltd.

Maccoby, E., and C.N. Jacklin .1980. Psychology of Sex Differences. Stanford ;

Stanford University Press.

Santrock, J.W, 1985, Adult Development and Aging, Iowa : Wm, C. Brown.

Sumadi Suryasubrata.1983. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara.

Sutrisno Hadi.1987. Pengantar Statistika. Jakarta : Bumi Aksara.

(37)

81

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

 (Darling & Steinberg, 1993 (diterbitkan 2007). The Relationship among

Parenting Styles Experienced during Childhood, Anxiety, Motivation, and

Academic Success in College Students. [Versi Elektronik]. Journal college

student retention, 9, 149-167.

 (http://www.carleton.ca/tpychyl/, diakses 11 Agustus 2011

 http://www.mwsc.edu/psychology/research/ psy302, diakses pada 5

September 2011

 http://www.rusmanmalili.com/pdf/prokrastinasi-akademik-pdf.html, diakses

pada 8 Desember 2011

www.dikti.go.id, diakses pada 8 Maret 2012

 Glassman., M. (2001). Power through appointment [Electronic version]. Social Science Research, 29, 535-555.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan survey yang disebar, diperoleh angka kepuasan sebesar 78.2% yang berarti dibuatnya sistem ini akan mempermudah orangtua dalam hal memonitor bayinya, yang mana dengan

X XI XII XIII TOTAL ATAS NAMA NOMOR REKENING KANTOR CABANG/ UNIT SISWA PER 6..

Dosen: Menjelaskan tujuan uji chi-kuadrat untuk uji keselarasan fungsi, langkah-langkah yang diperlukan untuk uji keselarasan fungsi, penggunaan prosedur uji hipotesis chi-kuadrat

dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut SNP sebagaimana yang

Trotoar berfungsi untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki baik dari segi keamanan maupun kenyamanan. Konstruksi Trotoar direncanakan sebagai pelat beton

[r]

Dengan demikian, untuk mengantisipasi dampak signifikan yang ditimbulkan dari ancaman tersebut maka organisasi perlu menerapkan suatu rencana pemulihan yang

Keterpenuhan unsur hara yang berasal dari pemberian pupuk kandang dan pupuk kimia dan atau perpaduan keduanya baik dalam bentuk pupuk padat maupun cair pada tanaman