PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
(EXPLICIT INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENGENAL LAMBANG BILANGAN DAN PENJUMLAHAN PADA
SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
(PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan
Jenjang Strata Satu Jurusan Pendidikan Khusus
DIAJUKAN OLEH :
ALI MURTADHO FUDHOLY
0909526
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
(EXPLICIT INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN DAN PENJUMLAHAN PADA
SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Oleh
Ali Murtadho Fudholy
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ali Murtadho Fudholy 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak cipta dilindungi undang-undang
LEMBAR PENGESAHAN
ALI MURTADHO FUDHOLY 0909526
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG
(EXPLICIT INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN DAN PENJUMLAHAN PADA
SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
(PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Drs. H. Maman Abdurahman Saepulrahman, M.Pd NIP.19570613.198503.1.001
Pembimbing II
Dr. Atang Setiawan, M.Pd NIP.19560412.198301.1.001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GRAFIK ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Sasaran Tindakan ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Hipotesis Tindakan ... 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Anak Tunagrahita ... 7
1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan ... 7
2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 11
B. Pembelajaran Matematika dan Penjumlahan ... 12
1. Konsep Dasar Pembelajaran Matematika dan Penjumlahan... 12
2. Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita Ringan ... 14
3. Konsep Dasar Mengenal Lambang Bilangan 1 sampai 20 ... 15
C. Konsep Dasar Pembelajaran Langsung ... 17
1. Konsep-konsep Pembelajaran ... 17
2. Model Pembelajaran Langsung ... 19
D. Kerangka Berpikir ... 22
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 25
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1. Tahap Perencanaan ... 27
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 28
3. Tahap Pengamatan ... 29
4. Tahap Refleksi ... 29
C. Setting Penelitian ... 30
D. Variabel Penelitian ... 32
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ... 33
G. Teknik Pengolahan Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus ke-1 ... 40
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus ke-2 ... 51
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus ke-3 ... 62
B. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 76
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Konsep Dasar Pembelajaran ... 19
Tabel 2.2 Tahap Pembelajaran Langsung ... 20
Tabel 3.1 Subjek Penerima Tindakan ... 31
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian ... 35
Tabel 3.3 Standarisasi Penguasaan ... 37
Tabel 3.4 Rata-rata Penyerapan Kelas ... 38
Tabel 4.1 Hasil Pre tes ... 40
Tabel 4.2 Hasil Tes Siklus ke-1 ... 42
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus ke-1 ... 43
Tabel 4.4 Hasil Tes Siklus ke-2 ... 53
Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus ke-2 ... 55
Tabel 4.6 Hasil Tes Siklus ke-3 ... 65
Tabel 4.7 Data Peningkatan Penyerapan Selama Penelitian ... 65
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan luar biasa adalah bentuk layanan pendidikan yang
menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunagrahita ringan.
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut anak tunagrahita, namun
semua mengarah pada satu arti, yaitu mereka mempunyai fungsi intelegensi
di bawah rata-rata dengan adanya ketidakmampuan dalam perilaku adaptif
dan terjadi selama masa perkembangan sampai usia 18 tahun. Menurut
Rocyadi dan Alimin (2004:12), bahwa “anak tunagrahita memiliki
kemampuan dalam hal linguistik, logika matematika, musikal, natural,
intrapersonal, interpersonal, tetapi komponen tersebut tidak sebaik mereka yang bukan tunagrahita”. pendidikan luar biasa secara sadar terus menerus meningkatkan mutu pendidikan dengan sebaik-baiknya.
Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dipelajari
oleh siswa adalah matematika, tidak terkecuali bagi orang-orang yang
memiliki kebutuhan khusus. Dengan mempelajari matematika, akan
dirasakan manfaat yang nyata dalam setiap praktek kehidupan. Hal ini
menumbuhkan kesadaran orang tua dan pendidik untuk memberikan bekal
keterampilan matematika kepada anak sedini mungkin.
Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran,
peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu
upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran matematika. Banyak hal yang
dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah
bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui
kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan
berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung, untuk itu
seharusnya guru mencari informasi tentang kondisi mana yang dapat
2
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan masalah yang ditemukan di lapangan, ternyata anak
tunagrahita ringan kelas D3 di SLB Bagian C Budi Nurani Kota Sukabumi
mengalami kesulitan dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1
sampai 20. Adapun kesulitan-kesulitan yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Kesulitan dalam menyebutkan lambang bilangan, mereka hanya dapat
menyebutkan bilangan satu, dua, tiga dan seterusnya tanpa mengetahui
lambang bilangannya.
2. Siswa selalu salah dalam memilih kartu bilangan yang disebutkan guru.
3. Siswa tidak dapat menunjukan bilangan sesuai dengan perintah, mereka
hanya dapat menunjukan bilangan yang ditampilkan secara urut.
4. Siswa cenderung main tebak-tebakan dalam mencocokan jumlah benda
dengan lambang bilangan atau sebaliknya mencocokan lambang bilangan
dengan jumlah obyek benda.
5. Siswa belum lancar dalam menulis lambang bilangan, siswa suka tertukar
antara angka dengan huruf seperti angka 2 dengan huruf S, 9 dengan g
dan 6 dengan b.
Rendahnya tingkat berpikir siswa tunagrahita menjadi sebuah tantangan
besar bagi para pendidik. Siswa tunagrahita ringan mengalami kesulitan
dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20, disebabkan
karena metode dalam mengajar yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi
siswa, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep angka,
untuk membantu mempelajari materi tentang mengenal lambang bilangan dan
penjumlahan tersebut diperlukan model pembelajaran yang dapat
memperjelas materi pelajaran serta dapat menunjang kegiatan belajar anak.
Oleh karena itu, peran model pembelajaran sangat penting keberadaannya
bagi anak tunagrahita dan guru dituntut harus merancang dan melaksanakan
program pengalaman belajar dengan tepat agar siswa tunagrahita memperoleh
pengetahuan secara utuh sehingga pembelajaran lebih bermakna. Bermakna
disini berarti bahwa siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
Dalam memahami persoalan pengenalan lambang bilangan dan
penjumlahan pada anak tunagrahita ringan sebelum pada simbol (+,
angka-angka) perlu diperagakan dulu dengan konkrit atau melalui gambar,
kemudian ke angka yang tujuannya agar siswa dapat memahami kalimat
matematika dengan simbol terhadap soal yang diberikan secara langkah demi
langkah dan bertahap. Oleh karena itu, salah satu model pembelajaran yang
diperlukan untuk memberikan pelajaran matematika diantaranya model
pembelajaran langsung agar dapat membantu siswa untuk memahami konsep
penjumlahan secara bertahap dengan pola selangkah demi selangkah.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran
langsung (Exsplicit Instruction), karena model pembelajaran ini cocok untuk
menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural langkah demi
langkah bertahap. Tahapan pembelajarannya adalah: pada tahap orientasi
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa dalam
suasana siap belajar, tahap presentasi guru mendemontasikan pengetahuan
pembelajaran tahap demi tahap sehingga anak mengerti akan materi yang
disampaikan guru, tahap latihan terstruktur guru memberikan latihan-latihan
guna mengecek pemahaman siswa, tahap latihan terbimbing yaitu guru
memberikan latihan keterampilan dengan menggunakan berbagai media
sehingga memudahkan anak mengerti tentang materi yang diberikan guru,
dan tahap latihan mandiri guru mempersiapkan latihan untuk siswa dengan
memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan pembelajaran
yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari
Peneliti merasa penting untuk berupaya menciptakan kondisi
pembelajaran yang dapat menstimulasi anak untuk terdorong ke arah
kemajuan perkembangan fisik dan mental yang ideal, karena melalui unsur
kebebasan yang menyenangkan, menggembirakan, dan aktivitas yang
seolah-olah tidak didasarkan atas tuntutan pemenuhan kewajiban, akan membantu
memperingan beban psikis mereka menghadapi berbagai pemecahan masalah
4
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Melalui penerapan model pembelajaran langsung (Explicit Instruction)
diharapkan akan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan memungkinkan terjadinya peningkatan perhatian,
kesiapsediaan, keterlibatan serta partisipasi anak dalam belajar yang akan
menjembatani tercapainya tujuan penelitian yaitu meningkatnya kemampuan
anak dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20.
B. Sasaran Tindakan
Sasaran dalam penelitian tindakan ini adalah anak tunagrahita ringan
kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi sebanyak 3 orang yang
mengalami kesulitan dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1
sampai 20 yang tercermin pada rendahnya ketercapaian nilai hasil belajar
siswa pada materi bilangan.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah penggunaan
model pembelajaran langsung dalam upaya meningkatkan kemampuan
mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20. Untuk membantu
melaksanakan penelitian, rumusan masalahnya diperinci menjadi beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
langsung (explicit Instruction) pada siswa kelas III SLB C Budi Nurani
Kota Sukabumi dalam mata pelajaran matematika?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran langsung (explicit Instruction)
dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dan
penjumlahan 1 sampai 20 pada siswa kelas III SLB C Budi Nurani Kota
Sukabumi
3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam mengenal lambang bilangan dan
penjumlahan melalui penggunaan model pembelajaran langsung (explicit
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Penggunaan Model
Pembelajaran langsung (Explicit Instruction) dapat meningkatkan
kemampuan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 pada
siswa tunagrahita ringan kelas III SB C Budi Nurani Kota Sukabumi
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dalam penelitian akan sangat membantu terhadap pencapaian
hasil yang optimal dan dapat memberikan arah terhadap kegiatan yang
dijalankan dalam penelitian itu. Tujuan dari penelitian tindakan kelas yang
dilakukan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa tunagrahita
khususnya pada mata pelajaran matematika dengan sub bahasan mengenal
lambang bilangan dan penjumlahan bilangan 1 sampai 20. Berdasarkan tujuan
dalam penelitian tersebut, maka PTK memiliki tujuan umum dan khusus.
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran yang jelas tentang penerapan model
pembelajaran langsung (explicit instruction) dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa tunagrahita ringan kelas III SDLB C
Budi Nurani Kota Sukabumi.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk meningkatkan hasil belajar dalam mengenal lambang
bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 pada siswa tunagrahita
ringan kelas III SDLB C Budi Nurani Kota Sukabumi
2) Untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan oleh
guru/peneliti, baik secara bertahap maupun terus menerus pada
6
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memiliki kontribusi bagi hasil
belajar siswa tunagrahita, peningkatan dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru dan sebagai salah satu acuan atau alternatif pilihan dalam
mengatasi masalah yang dihadapi guru.
a. Kegunaan PTK bagi guru/peneliti :
1) Peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran lambang bilangan dan
penjumlahan 1 sampai 20 dengan penerapan model pembelajaran
langsung (explicit instruction).
2) Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang penggunaan model
pembelajaran langsung (explicit instruction) untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan.
3) Memberikan solusi atas kesulitan dalam pembelajaran mengenal
lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20
4) Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika khususnya materi
mengenal lambang bilangan dan penjumlahan
b. Kegunaan penelitian bagi siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa tentang pemahaman konsep
lambang bilangan dan penjumlahan.
2) Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar penjumlahan.
3) Terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
c. Kegunaan penelitian bagi sekolah
1) Dapat meningkatkan mutu pembelajaran keseluruhan dalam upaya
meningkatkan mutu sekolah.
2) Dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kepercayaan masyarakat
terhadap sekolah.
3) Sebagai masukan dalam rangka pembinaan dan peningkatan
profesionalisme guru.
4) Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memecahkan permasalahan
pokok, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika dengan memperbaiki efisiensi dan efektivitas pembelajaran
melalui penggunaan model pembelajaran langsung (explicit instruction)
dalam aktivitas belajarnya. Melalui penelitian ini diharapkan ada solusi
terbaik untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran.
Maka, penelitian ini menggunakan metode penelitian Classroom Action
Research atau penelitian tindakan kelas (PTK).
Rustam dan Mundilarto (2004:1), menjelaskan bahwa penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru
dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan parsitipatif dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
atau dosen dikelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat (Wardani& Julaeha, 2002:5).
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami peneliti bahwa intinya
penelitian tindakan kelas adalah suatu aktivitas merefleksi diri untuk
mencermati proses pembelajaran dengan melakukan tindakan rencana yang
baru, bertujuan memperbaiki kualitas dan kinerja para praktisi pendidikan,
dilakukan oleh siswa dan guru di dalam suatu kelas untuk memperoleh data
dan informasi.
Penggunaan metode penelitian tindakan kelas ini didasarkan
pemikiran bahwa melalui metode ini maka guru yang lebih mengenal keadaan
26
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
meningkatkan kualitas pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan yang
ada.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk adanya perbaikan dan
meningkatkan layanan guru dalam proses pembelajaran kepada siswa. Oleh
karena itu fokus penelitian tindakan kelas ini tindakan-tindakan alternatif
yang direncanakan guru, kemudian dicobakan, dan dievaluasi apakah
tindakan-tindakan alternative itu dapat memecahkan persoalan yang terjadi
dalam proses pembelajaran yang dihadapi guru.
Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian
tindakan kelas, terutama dalam pendidikan atau pembelajaran di kelas
(Hermawan, dkk 2007:80), antara lain mencakup: (1) inovasi pembelajaran;
(2) pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat kelas; (3)
peningkatan profesionalisme guru.
Penggunaan metode penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini
dilakukan dalam siklus yang terdiri dari empat langkah penting yang harus
dilakukan adalah pengembangan perencanaan (plan), tindakan (act),
pengamatan (observe), dan perenungan (reflect). Keempat langkah ini
dilakukan secara intensif dan sistematis.
B. Siklus Tindakan
Siklus tindakan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini,
peneliti menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang
dikembangkan pada tahun 1988 Wiriatmodjo, R. (2005 : 66) dimana
penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa siklus, satu siklus yang terdiri
dari 1 tindakan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini direncanakan menggunakan tiga
siklus, akan tetapi hal ini bersifat sementara yang mana tidak berpatok
terhadap tiga siklus yang direncanakan, yaitu bisa saja bertambah menjadi
empat siklus. Maka penelitian ini akan dilanjutkan dan apabila sudah
maksimal yang diambil oleh peneliti yaitu tiga siklus hal ini dengan maksud
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Kemmis danTaggart
Wiriatmodjo, R. (2005 : 66)
Sejalan dengan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas seperti yang
dijelaskan sebelumnya, secara operasional keempat fase tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini, peneliti dan teman sejawat bersama-sama
menyusun rencana perbaikan berdasarkan permasalahan yang ditemukan
dilapangan yaitu:
a. Anak kesulitan dalam mengingat angka
b. Belum mengerti berapa hasil penjumlahan dua bilangan
c. Belum tahu simbol penjumlahan
d. Kesulitan dalam menulis angka/ lambang bilangan
Sebelum penelitian tindakan ini dilaksanakan, terlebih dahulu disusun
28
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dalam pelaksanaan tindakan. Adapun perencanaan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam
setiap siklus
b. Mengadakan tes awal untuk mendapatkan gambaran awal mengenai
kondisi pembelajaran mengenal lambang bilangan penjumlahan 1-20
c. Menyiapkan alat peraga yang dianggap relevan dalam menciptakan
kondisi belajar serta mendukung terhadap ketercapaian hasil belajar
siswa
d. Menyiapkan instrument observasi, tentang materi lambang bilangan dan
penjumlahan 1-20
e. Membuat alat tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengenal
lambang bilangan dan penjumlahan 1-20
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yaitu melakukan
proses pembelajaran berdasarkan materi yang telah disusun dalam model
pembelajaran yang telah dilengkapi untuk diuji. Peneliti bisa mengamati
dan mengetahui kelemahan yang terjadi, dalam melakukan
perubahan-perubahan atau perbaikan-perbaikan tersebut dan apa yang terjadi dapat
dikembangkan bersama guru, sehingga model pembelajaran langsung ini
menjadi epektif.
Dalam tahapan ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti
sedangkan teman sejawat sebagai pengamat (observer), sehingga dalam
penelitian ini teman sejawat sebagai pengamat dapat lansung secara
obyektif mengamati proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh
peneliti sebagai guru yang memberi tindakan. Pelaksanaan tindakan kelas
menggunakan alat pengumpul data sebagai alat bantu dalam pengamatan.
Disepakati pula bahwa selama kegiatan penelitian siswa
diupayakan belajar seperti biasa dan kehadiran tim (observer) tidak
Adapun fokus utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan dan
penjumlahan pada siswa tunagrahita kelas III SDLB C Budi Nurani Kota
Sukabumi dengan menggunakan model pembelajaran langsung (Expilit
Instruction).
Penelitian mengupayakan suatu tindakan yang dilaksanakan agar
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mengenal lambang
bilangan dan penjumlahan dengan menggunakan model pembelajaran
langsung (Expilit Instruction) yang dilaksanakan dalam tiga siklus.
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Kegiatan observasi merupakan upaya mengamati dan dilakukan
pada saat pelaksanaan/selama tindakan dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dipersiapkan. Pengamat (observer)
mengobservasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran
Matematika dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan melalui
model pembelajaran langsung.
Hasil observasi merupakan catatan-catatan tentang keseluruhan
kegiatan proses belajar mengajar dari awal hingga akhir guna
menghasilkan temuan selama kegiatan observasi berlangsung dalam
upaya untuk merencanakan tindakan-tindakan selanjutnya agar tercapai
tujuan yang diharapkan peneliti.
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Tahap ini dilakukan setelah satu tindakan dilaksanakan. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap refleksi adalah melakukan pengkajian dan
evaluasi diri secara menyeluruh terhadap tindakan yang sudah
dilakukan. Pada setiap akhir tindakan, peneliti dan observer
mendeskripsikan hasil pelaksanaan pada tindakan selanjutnya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari
30
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
b. Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi
selama pelaksanaan tindakan.
c. Memprediksi solusi pengembangan tindakan atas munculnya
keluhan
d. Mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi
e. Melakukan rencana pengembangan tindakan untuk siklus
berikutnya.
Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut
dalam upaya mencapai tujuan PTK. Berdasarkan pengamatan observer
selama penelitian tindakan.
C. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas secara langsung dengan berhadapan
langsung dengan anak, ada mitra / guru lain untuk membantu, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) atau di singkat dengan PTK, peneliti melakukan suatu
tindakan sekaligus mengamati proses belajar mengajar aritmatika (berhitung).
Metode ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar dan keefektipan kegiatan yang dilakukan guru di dalam
kelas ketika mereka memperbaiki cara mengajar, Zainal Aqib (2007 : 19).
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SLB C Budi Nurani
Kelurahan Sudajaya Hilir Kecamatan Baros Kota Sukabumi pada semester II
tahun pelajaran 2012-2013. Penelitian ini dilakukan di kelas secara langsung
dengan kolaborasi antara penulis dengan teman sejawat (guru kelas, guru
PNS golongan IV/a), seorang tenaga tata usaha, subjek penerima tindakan
yaitu 3 orang siswa kelas III SDLB C yang terdiri dari 2 orang siswa laki-laki
Tabel 3.1
Subjek Penerima Tindakan
No Nama Umur Keterangan
1 JS 14 Tahun L
2 S 12 Tahun L
3 ACP 13 Tahun P
Dari hasil observasi awal yang dilakukan terhadap siswa kelas III
SDLB C Budi Nurani Kota Sukabumi sebanyak tiga orang yang dilakukan
oleh peneliti mendapat hasil kemampuan awal tiap siswa, diantaranya:
a. Kemampuan awal (JS)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap JS yang berusia 14 tahun
dapat dikemukakan bahwa JS dalam penilaian penjumlahan kesamping
cukup, simbol penjumlahan sudah tahu, nilai dan tempat belum paham,
berhitung 1-10 sudah baik tetapi kalau di acak JS kesulitan dalam
mengingat angka, membilang bisa, menulis lambang bilangan 1-20
cukup kecuali penulisan angka dua suka tertukar dengan hurup S.
b. Kemampan awal (S)
Berdasarkan hasil pengamatan tehadap S yang berusia 12 tahun dapat
dikemukakan bahwa dalam penilaian penjumlahan kesamping cukup,
belum tahu simbol penjumlahan, belum tahu nilai dan tempat, menulis
lambang bilangan 1-20 masih banyak yang tertukar terutama angka 6-9,
2-4, kesulitan menulis angka 8, membilang 1-20 sudah cukup meskipun
dalam membilangnya selalu tidak berurutan seperti 15 langsung ke 19.
c. Kemampuan awal (ACP)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ACP yang berusia 13 tahun
dapat dikemukakan bahwa dalam penilaian penjumlahan ke samping
cukup, belum tahu simbol penjumlahan dan tempat serta nilai, mengenal
lambang bilangan 1-20 cukup, dan membilang 1-20 cukup meskipun
dalam membilangnya selalu tidak berurutan dari 9 langsung ke 15 dan
32
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri,
sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian
tentang suatu konsep pengertian tertentu, sebagai titik perhatian dari
suatu penelitian.
Variable terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Dalam hal ini kemampuan mengenal lambang bilangan dan
penjumlahan merupakan variabel bebas, yang melatarbelakangi
suatu perlakuan berpengaruh terhadap hasil dan merupakan cerminan
terhadap sesuatu yang diinginkan atau dituju.
2. Variable terikat
Variabel terikat merupakan dampak yang ditimbulkan akibat
variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran langsung merupakan
variabel terikat.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument tes yang disusun adalah berupa butir-butir penjumlahan
lambang bilangan 1 sampai 20, yang merupakan indikator soal
menyebutkan, menunjukan, memilih, mengambil, mencocokan,
menempel, menyusun, menghitung, menghubungkan serta menuliskan.
Instrument non tes di buat dalam bentuk lembar pengamatan sikap
anak dalam mengikuti pembelajaran, perhatian, kerjasama, minat belajar,
serta etika anak dalam mengungkapkan keinginan.
Teknik pengumpulan data untuk melihat seberapa besar pengaruh
intervensi model pembelajaran langsung terhadap peningkatan hasil
belajar dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20
bagi anak tunagrahita ringan SDLB C kelas III SLB C Budi Nurani Kota
perubahan proses pembelajaran dilaksanakan dengan non tes, yaitu
melakukan pengamatan terhadap sikap anak ketika anak mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Tes hasil belajar disusun dalam bentuk lisan dan peragaan yang
berjumlah 5 item. Isi tes mencakup penjumlahan 1 sampai 20.
Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh maka dapat ditentukan tingkat
hasil belajar siswa sesuai dengan yang diuraikan diatas.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan tes dan non tes.
Pengumpulan data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tes sebagai alat pengumpul data
Pengumpulan data dengan tes diambil dengan cara memberikan tes
kepada siswa. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar siswa dalam penggunaan model pembelajaran langsung
(explicit instruction) untuk meningkatkan kemampuan mengenal
lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20.
2. Non-tes sebagai alat pengumpul data
Pengumpulan data dengan non-tes diperoleh melalui:
a. Lembar observasi, digunakan untuk mengetahui aktivitas guru
dan siswa atau situasi pembelajaran pada saat dilaksanakannya
tindakan
b. Catatan lapangan, digunakan untuk merekam berbagai aspek
pembelajaran di kelas saat pelaksanaan tindakan. Seperti suasana
kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa
dengan siswa. Catatan ini bisa menjadi bahan diskusi untuk
membandingkan catatan peneliti mengenai pelaksanaan tindakan
34
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan untuk
memperoleh data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan
pelaksanaan tindakan.
Setiap hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan sesuai dengan
butir-butir yang tercantum pada alat pengumpul data. Dalam pelaksanaan
pengamatan, pemantauan dilakukan dengan cara komptehensif agar
gejala-gejala yang direncanakan dapat terlaksana dengan lengkap baik itu
yang bersifat mendukung maupun menghambat efektifitas tindakan.
Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas (Suyanto, 1996). Pada
penelitian ini tahap pengumpulan data dilakukan pada saat:
a. Observasi awal dan identifikasi awal permasalahan
b. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus I
c. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus II
d. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus III
e. Evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, siklus II, dan siklus
III
f. Menganalisis peningkatan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah
siswa
G. Teknik Pengolahan Data
1. Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang
menunjukan proses peningkatan keterampilan mengenal lambang
bilangan dan penjumlahan siswa dan pencapaian nilai mata pelajaran
matematika. Data diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan,
hasil LKS dan hasil tes siswa yang diberikan. Pengumpulan data yang
akan peneliti lakukan yaitu dengan cara mengumpulkan seluruh data
hasil dari instrumen/alat pengumpul data yang sudah dirancang
2. Penyekoran
Tes yang diberikan berbentuk kinerja, setiap jawaban diberi skor dan
bobot tertentu, untuk jawaban yang lebih komplek diberi skor
bervariasi berdasarkan tingkat kesulitan. Hasil presentasi tersebut
diinterprestasikan berdasarkan tabel dibawah ini
Tabel 3.2 Pedoman penilaian
No Aspek Tugas Pedoman penskoran Skor
Anak
1
Menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara
urut
Skor 10 = dapat menyebutkan 10 lambang bilangan dengan benar
Skor 9 = dapat menyebutkan 9 lambang bilangan dengan benar
Skor 8 = dapat menyebutkan 8 lambang bilangan dengan benar
Skor 7 = dapat menyebutkan 7 lambang bilangan dengan benar
Skor 6 = dapat menyebutkan 6 lambang bilangan dengan benar Skor 5 = dapat menyebutkan 5 lambang bilangan dengan benar Skor 4 = dapat menyebutkan 4 lambang bilangan dengan benar Skor 3 = dapat menyebutkan 3 lambang bilangan dengan benar Skor 2 = dapat menyebutkan 2 lambang bilangan dengan benar Skor 1 = dapat menyebutkan 1 lambang bilangan dengan benar
2 Menunjukan lambang
bilangan sesuai perintah
Skor 10 = dapat menunjukan 10 lambang bilangan dengan benar
36
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu bilangan dengan benar Skor 3 = dapat menunjukan 3 lambang bilangan dengan benar Skor 2 = dapat menunjukan 2 lambang bilangan dengan benar Skor 1 = dapat menunjukan 1 lambang bilangan dengan benar
3
Menuliskan lambang bilangan (1-10) dengan cara
menebalkan
Skor 10 = dapat menuliskan 10 lambang bilangan dengan benar
Skor 9 = dapat menuliskan 9 lambang bilangan dengan benar Skor 8 = dapat menuliskan 8 lambang bilangan dengan benar Skor 7 = dapat menuliskan 7 lambang bilangan dengan benar Skor 6 = dapat menuliskan 6 lambang bilangan dengan benar Skor 5 = dapat menuliskan 5 lambang bilangan dengan benar Skor 4 = dapat menuliskan 4 lambang bilangan dengan benar Skor 3 = dapat menuliskan 3 lambang bilangan dengan benar Skor 2 = dapat menuliskan 2 lambang bilangan dengan benar Skor 1 = dapat menuliskan 1 lambang bilangan dengan benar
4
Memasangkan angka yang ada dengan angka yang sama
di pola burung kakak tua
Skor 10 = dapat memasangkankan 10 angka yang sama dengan benar Skor 9 = dapat memasangkankan 9 angka yang sama dengan benar Skor 8 = dapat memasangkan 8
angka yang sama dengan benar Skor 7 = dapat memasangkan 7
angka yang sama dengan benar Skor 6 = dapat memasangkan 6
angka yang sama dengan benar Skor 5 = dapat memasangkan 5
angka yang sama dengan benar Skor 4 = dapat memasangkan 4
angka yang sama dengan benar Skor 3 = dapat memasangka 3
angka yang sama dengan benar Skor 2 = dapat memasangkan 2
angka yang sama dengan benar Skor 1 = dapat memasangkan 1
5 Menjumlahkan benda konkrit dan menuliskan angkanya
Skor 4 = dapat menyelesaikan 4 soal dengan benar
Skor 3 = dapat menyelesaikan 3 soal dengan benar
Skor 2 = dapat menyelesaikan 2 soal dengan benar
Skor 1 = dapat menyelesaikan 1 soal dengan benar
6
Menjumlahkan benda semi konkrit dan menuliskan
angkanya
Skor 6 = dapat menyelesaikan 6 soal dengan benar
Skor 5 = dapat menyelesaikan 5 soal dengan benar
Skor 4 = dapat menyelesaikan 4 soal dengan benar
Skor 3 = dapat menyelesaikan 3 soal dengan benar
Skor 2 = dapat menyelesaikan 2 soal dengan benar
Skor 1 = dapat menyelesaikan 1 soal dengan benar
3. Menghitung rata-rata
Rata-rata hitung hasil siswa dapat dihitung dengan pensekoran
menggunakan kriteria mutlak sebagai berikut:
Skor perolehan
Skor ideal/ maksimum X 100
Penghitungan rata-rata dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.3
Standarisasi penguasaan
No Aspek kemampuan yang dinilai skor Penilaian JS S ACP
1 Menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara urut
10
2 Menunjukan lambang bilangan sesuai perintah 10
3 Menuliskan lambang bilangan (1-10) dengan cara menebalkan
38
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 4 Memasangkan angka yang ada dengan angka
yang sama di pola burung kakak tua
10
5 Menjumlahkan benda konkrit dan menuliskan angkanya
4
6 Menjumlahkan benda semi konkrit dan menuliskan angkanya
6
Skor perolehan 50
Skor maksimum 50
Skor perolehan
Skor maksimum X 100
Menghitung presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah
disajikan. Rumus yang digunakan menghitung tingkat penyerapan kelas
terhadap materi mengenal lambang bilangan dan penjumalahan 1 sampai 20
adalah sebagai berikut:
Jumlah presentase jawaban yang benar yang dicapai
Setiap siswa dalam tes keseluruhan
Jumlah siswa yang mengikuti tes X 100
Tabel 3.4
Rata-rata penyerapan kelas
No Nama Nilai Siklus 1 Rata-rata
1 JS 40 13,3
2 S 34 11,3
3 ACP 44 14,6
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada rentang waktu dari
awal bulan Februari sampai Juni 2013 dengan judul “Penggunaan Model
Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan dan Penjumalahan Pada Siswa
Tunagrahita Ringan” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi
Nurani Kota Sukabumi), secara umum ternyata mampu memperoleh
gambaran peningkatan kemampuan anak dalam mengenal lambang
bilangan dan penjumlahan serta secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa melalui tahapan model pembelajaran langsung siswa dibimbing
untuk lebih mengenal lambang bilangan dan penjumlahan, pada tahap
orientasi guru mempersiapkan dan menjelaskan materi yang akan
diberikan pada siswa, kemudian tahap presentasi guru mendemontrasikan
tentang pengenalan lambang bilangan dan penjumlahan dengan
menggunakan media puzzle angka, pada tahap latihan terstruktur siswa
dibimbing oleh guru menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 20 secara
berulang-ulang supaya siswa hapal, pada tahap latihan terbimbing guru
membimbing siswa mengenal lambang bilangan dengan menggunakan
media dan benda konkrit yang ada di dalam kelas bertujuan agar siswa
lebih paham dengan konsep pembelajaran mengenai lambang bilangan dan
penjumlahan yang diberikan oleh guru, dengan latihan mandiri guru
memberikan LKS pada siswa untuk dikerjakan bertujuan untuk menilai
sejauhmana pemahaman siswa akan pembelajaran mengenal lambang
bilangan dan penjumlahan yang telah dikuasai siswa.
Adapun hasil dari pelaksanaan pembelajaran pada siswa, secara
khusus ternyata mampu:
1. Meningkatkan hasil belajar dalam mengenal lambang bilangan dan
penjumlahan pada siswa tunagrahita ringan kelas D3 di SLB Bagian C
77
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2. Memperbaiki pembelajaran yang dilakukan guru/peneliti baik secara
bertahap maupun terus menerus pada materi penjumlahan
Hal itu dapat dilihat dari taraf kemampuan siswa berdasarkan hasil
refleksi dari setiap siklus:
Siklus kesatu belum mencapai peningkatan, kekurangannya adalah
materi pembelajaran lambang bilangan dan penjumlahan yang dijelaskan
guru dengan menggunakan model pembelajaran langsung belum dipahami
siswa, guru kurang memberikan motivasi dan pertanyaan sehingga siswa
kurang merespon, semangat kerja guru juga perlu ditingkatkan supaya
situasi kelas menjadi hidup, bimbingan terhadap siswa yang mendapat
kesulitan dalam pembelajaran masih kurang sehingga guru perlu
memberikan bimbingan dan arahan yang lebih baik lagi pada siklus kedua
supaya dipahami oleh siswa. Sedangkan pada siklus kedua sudah mulai ada
peningkatan, dimana satu orang siswa sudah cukup memahami lambang
bilangan dan penjumlahan yang dijelaskan guru sehingga anak mampu
menyelesaikan soal penjumlahan pada lks yang diberikan namun dua orang
masih perlu bimbingan lagi karena dari hasil tes yang diberikan guru
nilainya belum mencapai optimal, motivasi yang diberikan pada siswa
sudah cukup sehingga siswa mau belajar tetapi siswa masih belum bisa
menghubungkan lambang bilangan dengan jumlah gambar dan dalam
memasangkan lambang bilangan pada puzzle pola burung kakak tua anak
belum baik sehingga guru perlu memberikan arahan dan bimbingan supaya
siswa lebih mengerti dan lebih paham, adapun semangat kerja guru pada
siklus kedua sudah cukup baik. Pada siklus ketiga materi yang dijelaskan
guru sudah cukup baik terbukti penguasaan siswa terhadap lambang
bilangan dan penjumlahan sudah meningkat dibanding dengan siklus
sebelumnya, proses pembelajaran secara umum sudah cukup baik ada
peningkatan, dalam aspek perencanaan mulai dari kegiatan sampai evaluasi
sudah cukup baik, atat atau media, strategi, metode dan tahap-tahap dari
model pembelajaran langsung yang digunakan cukup mendukung pada hasil
Dengan demikian nilai yang ditunjukan dengan pencapaian KKM
melebihi standar yang ditetapkan sekolah dan ada peningkatan/kemajuan
sehingga dengan menggunakan tahapan model pembelajaran langsung dapat
meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam mengenal
lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 di SLB bagian C Budi
Nurani Kota Sukabumi.
B. Saran
Dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dan
penjumlahan bagi siswa tunagrahita ringan harus memperhatikan beberapa
hal dan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Untuk itu perlu
diperhatikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal lambang
bilangan dan penjumlahan, perlu dilakukan asesmen terlebih dahulu
yang berkaitan dengan kemampuan membilang anak tunagrahita ringan.
Guru dapat mengembangkan alat asesmen sendiri, yaitu dengan cara
membuat sejumlah soal yang dapat menggambarkan kemampuan awal
berhitung/membilang anak tunagrahita ringan disesuaikan dengan
kemampuan anak. melalui penggunakan alat/benda konkrit yang ada
disekitar anak yang dijadikan alat asessmen diharapkan lebih mudah di
pahami dan cepat dimengerti oleh anak.
2. Pihak Sekolah
Saran bagi sekolah agar menyediakan alat-alat atau sumber-sumber
pembelajaran berhitung, khususnya membilang dan menjumlahkan agar
anak tunagrahita ringan dapat belajar mengenal lambang bilangan dan
penjumlahan. Untuk menyediakan alat atau sumber pembelajaran itu,
sekolah dapat meminta bantuan dengan pengajuan proposal kepada
instansi terkait atau melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM),
79
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
anak berkebutuhan khusus. Sekolah dapat pula bekerjasama dengan
orangtua siswa untuk pengadaan alat/sumber belajar ini.
3. Orangtua
Orang tua di rumah dapat mengulang dan melanjutkan program
pembelajaran membilang dan menjumlahkan yang sudah dilakukan
guru di sekolah. Caranya, orangtua harus menjalin komunikasi dengan
guru mengenai perkembangan anaknya bertanya cara belajar di sekolah
agar sejalan dengan cara belajar di rumah
4. Peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa dengan penggunaan
model pembelajaran langsung (explicit instruction), siswa dengan
mudah mengenal lambang bilangan dan penjumlahan atau kemampuan
siswa dapat meningkat dengan lambang bilangan oleh karena itu untuk
peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti dengan menggunakan
model pembelajaran lain misalnya Picture And Picture dengan
langkah-langkah pembelajaran:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Menyajikan materi sebagai pengantar
c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi
d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
g. Kesimpulan/rangkuman
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Aqib. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: CV Yrama Widya
Asrori. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima
Arsyad. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Alimin. (2003). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan Pada Anak Tunagrahita. Bandung: Pasca Sarjana UPI
Baihaqi, Sunardi, Nurahmi, Akhlan, Heryati. (2005) Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: Refika Aditama
Delphie. (2005). Matematika untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
Depdikbud. (2010). Model-Model Pembelajaran PAKEM Anak Berkebutuhan Khusus. Bogor: PLPG Rayon 35 Pakuan Bogor
Eggen, Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks
Khafid. (2006). Pelajaran Matematika. Jakarta: Penerbit Erlangga
Muhardjito. (2005). Model-Model PTK. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa
Prawiladilaga. (2009). Prisip Desain Pembelajaran Intructional Design Principles. Jakarta: Kencana Prenada Media group
81
Ali Murtadho Fudholy, 2013
Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sutjihati. (1996). Diktat Ilmu Kesehatan Anak untuk Calon Guru/ Guru SLB. Bandung: IKIP
Sapriya, Susilawati, Sadjarudin, Nurdin. (2007) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI Perss
Somantri. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama
Wiriatmadja. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya