• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Toleransi Antar Umat Beragama Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Cilegon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sikap Toleransi Antar Umat Beragama Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Cilegon"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

Sikap Toleransi Antar Umat Beragama Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Cilegon

Reni Oktaviani1), Dendy Setyadi2) Program Studi Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Corresponding Author:

Reeoktav1010@gmail.com1 dendysetyadi.usd.ac.id2

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui sejauh mana sikap toleransi antar umat beragama pada siswa; (2) mengetahui butir item sikap toleransi antar umat beragama pada keseharian siswa yang teridentifikasi capaian skor nya rendah; (3) mengidentifikasi item rendah sebagai usulan topik bimbingan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Cilegon yang berjumlah 84 siswa. Pengumpulan data menggunakan Skala Sikap Toleransi Antar Umat Beragama dengan 51 item valid dan memiliki indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,940 skala disusun berdasarkan aspek-aspek sikap toleransi, yaitu (1) sosial, (2) kognitif, (3) afektif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) sikap toleransi antar umat beragama terdapat 41 (49%) siswa pada kategori sangat tinggi, 40 (48%) siswa pada kategori tinggi, dan 3 (3%) siswa pada kategori sedang; (2) teridentifikasi 31 (61%) item dengan capaian skor sangat tinggi, 18 (35%) pada kategori tinggi, dan 2 (4%) item pada kategori sedang.

Kata Kunci : Sikap, toleransi.

PENDAHULUAN

Toleransi perlu dibangun dan dibina pada setiap individu agar keharmonisan dalam lingkup bermasyarakat dapat terwujud. Toleransi diperlukan pada kehidupan karena luas dan besarnya keberagaman yang ada di Indonesia.

Penelitian ini berfokus pada sikap toleransi antar umat beragama. Menurut Badan Pusat Statistik Republik indonesia berdasarkan

data Sensus Penduduk tahun 2010 yang menyatakan bahwa Indonesia memiliki 6 agama resmi yang diakui oleh pemerintah yang diantaranya adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Karena banyaknya agama yang ada di Indonesia menjadi bukti bahwa keberagaman ada dan nyata. Maka dari itu toleransi perlu disematkan dalam jiwa dan dijadikan

sebagai kebiasaan dalam

(2)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

mengimplementasikan sikap toleransi tersebut dalam keseharian.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru bimbingan dan konseling serta siswa ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi di antaranya adalah terdapat siswa non-muslim yang melakukan kesalahan saat siswa muslim menjalankan ibadah puasa, terdapat siswa non- muslim yang merasa tidak memiliki kegiatan yang bermanfaat ketika siswa muslim melaksanakan kegiatan ibadah rutin, terdapat siswa non-muslim yang ingin merasakan memimpin doa selayaknya siswa muslim, terdapat siswa non-muslim yang belum memiliki komunitas agama, dan terdapat siswa non-muslim yang belum diberikan kesempatan untuk menyelenggarakan acara keagamaan.

Ngainun Naim (dalam Karolina dkk., 2019) mengatakan bahwa toleransi berarti sikap memperbolehkan atau membiarkan adanya ketidaksepakatan dan tidak menolak sikap, pendapat, ataupun gaya hidup yang berbeda dengan sikap, pendapat, dan gaya hidup diri sendiri. Membangun sikap toleransi bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan hal yang baik dan buruk ketika dilakukan tapi juga menumbuhkan kesadaran perlunya bersikap baik dan buruk di keseharian nya. Bakar (2015) menuturkan bahwa toleransi dalam bahasa Latin berarti ‘tolerance’ yang diartikan sebagai sabar terhadap suatu hal. Sabar disini berarti berperilaku atau bersikap mengikuti aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat. Toleransi beragama adalah sebuah pengalaman keagamaan yang terjadi dalam sebuah kelompok komunitas.

Komunitas tersebut memiliki akidah atau keyakinan yang diyakini sesuai dengan ajaran agama yang dianut komunitas tersebut. Joachim Wach (dalam Casram:188) juga mengatakan bahwa toleransi beragama didapatkan melalui hubungan interaksi

sosial antar komunitas agama. Hal ini berhubungan bahwa toleransi adalah sebuah bentuk akomodasi dalam interaksi sosial. Dapat disimpulkan sikap toleransi berarti perilaku terbuka yang dimiliki oleh seorang individu atas perbedaan yang ada di lingkungan sekitarnya. Dalam penelitian kali ini perbedaan yang dimaksudkan adalah perbedaan agama. Perbedaan agama ini akan menjadi sebuah konflik ketika setiap individu tidak memiliki sikap atau perilaku yang terbuka kepada agama maupun komunitas agama yang lain (umat beragama).

Bisa kita simpulkan, sikap toleransi berarti perilaku terbuka yang dimiliki oleh seorang individu atas perbedaan yang ada di lingkungan sekitarnya. Dalam penelitian kali ini perbedaan yang dimaksudkan adalah perbedaan agama. Perbedaan agama ini akan menjadi sebuah konflik ketika setiap individu tidak memiliki sikap atau perilaku yang terbuka kepada agama maupun komunitas agama yang lain (umat beragama).

Faktor yang Mempengaruhi Sikap Toleransi

Al Munawar (2003) menyatakan, toleransi terjadi dan berlaku pada setiap individu karena adanya perbedaan prinsip, dan cara menghormati perbedaan atau prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri. Hertina (2009) memaparkan bahwa terdapat upaya mendorong terjadinya kerukunan hidup umat beragama.

Diantaranya: (1) memperkuat hubungan dasar kerukunan internal antar umat beragama, (2) membangun harmoni sosial dan persatuan nasional, (3) menciptakan suasana yang mendukung kehidupan beragama, (4) melakukan perluasan pemahaman tentang pentingnya nilai kemanusiaan dari seluruh keyakinan pluralism, (5) mendalami nilai spiritual untuk mengarahkan pada nilai ketuhanan,

(3)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

(6) meyakini cinta dan kasih setiap kehidupan beragama masing-masing individu dengan menghilangkan rasa saling curiga terhadap keyakinan orang lain, dan (7) menyadari dan meyakini bahwa perbedaan itu memang hidup berdampingan dengan setiap orang.

Faktor Penghambat Sikap Toleransi Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2014 (dalam Jena, 2019) terdapat beberapa faktor penghambat sikap toleransi yaitu (1) status sosial ekonomi, menurut Gibson & Duch (1992) mengatakan bahwa seseorang yang teridentifikasi dalam kelompok ekonomi rendah maka cenderung memiliki sikap toleransi agama yang negatif.

Hal ini didukung oleh hasil survey bahwa persentase toleransi meningkat seiring dengan meningkatkan status ekonomi rumah tangga, (2) pekerjaan, seorang individu yang memiliki pekerjaan yang dilaksanakan sehari minimal selama satu jam dan maksimal dalam seminggu penuh mengakibatkan individu tersebut sibuk bekerja sehingga ia memiliki sikap lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak bekerja, (3) karakteristik tempat tinggal, tempat tinggal adalah faktor yang dapat sangat mempengaruhi sikap dan juga pemikiran seseorang terhadap toleransi dimana lingkungan perdesaan cenderung homogen sehingga masyarakat cenderung sensitif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Berbanding terbalik dengan lingkungan perkotaan yang masyarakat nya cenderung terbiasa dalam menghadapi heterogenitas kehidupan. Maka dari itu masyarakat perkotaan memiliki persentase lebih tinggi dalam menyikapi toleransi sedangkan masyarakat perdesaan memiliki persentase yang rendah dalam menyikapi toleransi, dan (4) tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh individu maka individu tersebut semakin toleran dengan

keberagaman yang ada setelah mendapatkan wawasan serta pola pikir selama pendidikan formal dilaksanakan.

Berbanding terbalik dengan individu yang tidak memiliki pendidikan di bangku formal maupun non-formal maka individu tersebut memiliki toleran yang rendah.

Penghambat Intoleransi Bagi Kaum Muda Qodir (2016) memaparkan bahwa kaum muda adalah penentu toleransi dapat dijalankan di kehidupan sehari-hari. Kaum muda dipercaya menjadi sebuah subjek yang memiliki kesempatan untuk menjalankan misi membangun bangsa dan manusia yang bermartabat dalam dimensi yang luas khususnya toleransi antar umat beragama.

Hal ini dapat dimanfaatkan melalui sosial media siswa. Sesuai dengan hasil survey yang dilaksanakan oleh CSIS pada tahun 2017 (dalam Qodir., 2016) bahwa kaum muda adalah penikmat media sosial dengan kategorisasi sangat tinggi atau sebanyak (87%) 5000 mahasiswa atau pelajar menggunakan media social setiap harinya.

Pendidikan Sikap Toleransi

Pendidikan toleransi diberikan melalui pendidikan formal dan non-formal.

Sugiyanto (dalam Trisnaningtyas & Jafar., 2020) mengatakan bahwa terdapat tiga pendidikan toleransi yang bisa di dapatkan dimana saja. (1) keluarga, keluarga adalah lingkungan pertama yang dapat menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama pada setiap individu., (2) masyarakat, Pendidikan toleransi di masyarakat dapat diberikan oleh tetua di lingkungan tersebut ataupun kyai beserta tokoh-tokoh agama dengan memberikan pesan-pesan kemanusiaan, keagamaan, dan juga tradisi., (3) sekolah, Pendidikan toleransi di sekolah di percaya sangat efektif bagi siswa untuk menanamkan nilai kejujuran, menghargai perbedaan yang ada.

(4)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

Berdasrkan paparan diatas penelitian ingin mengetahui sejauh mana sikap toleransi antar umat beragama pada siswa, mengetahui butir item sikap toleransi antar umat beragama pada keseharian siswa yang teridentifikasi capaian skor nya rendah, mengidentifikasi item rendah sebagai usulan topik bimbingan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

penelitian deskriptif kuantitatif pada dasarnya memiliki tujuan untuk menjelaskan, meringkas suatu kondisi, situasi, atau variabel yang timbul dalam masyarakat yang menjadi objek dari penelitian berdasarkan fenomena yang ada.

Hasil data penelitian ini akan dianalisis secara statistic. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Cilegon dengan jumlah populasi sebanyak 282 siswa. Peneliti menggunakan metode simple random sampling (sampel random sederhana) sebagai metode untuk menentukan subjek dalam penelitian.

Sampel random sederhana adalah metode yang dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk dijadikan sampel. Jadi, peneliti mempersilahkan seluruh populasi yaitu siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Cilegon untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti yang nantinya akan dibatasi sebanyak 85 siswa. Setelah melaksanakan penelitian subjek penelitian yang didapatkan dari seluruh populasi yaitu sebanyak 84 siswa.

PEMBAHASAN

a. Deskripsi sikap toleransi antar umat beragama pada siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Cilegon.

Deskripsi sikap toleransi antar umat beragama pada siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Cilegon. Berdasarkan data penelitian yang sudah dikumpulkan, peneliti melakukan analisis menggunakan teknik kategoris maka dapat di presentasikan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Sikap Toleransi Antar Umat Beragama pada Siswa Kelas VII di SMP NEGERI 5 CILEGON

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Sangat Tinggi 165,75 < X 41 49%

Tinggi 140,25 < X ≤ 165,75 40 48%

Sedang 114,75 < X ≤ 140,25 3 3%

Rendah 89,25 < X ≤ 114,75 0 0%

Sangat

Rendah X ≤ 89,25 0 0%

Total 84 100%

(5)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

Berdasarkan pengamatan pada tabel di atas menerangkan bahwa Terdapat 41 siswa (49%) mencapai sikap toleransi antar umat beragama dalam kategori sangat tinggi, terdapat 40 (48%) siswa mencapai sikap toleransi antar umat beragama dalam kategori tinggi, terdapat 3 (3%) siswa mencapai sikap toleransi antar umat beragama dalam kategori sedang, tidak ada siswa yang mencapai sikap toleransi antar umat beragama dalam kategori rendah, dan tidak ada siswa yang mencapai sikap toleransi antar umat beragama dalam kategori sangat rendah.

Hasil penelitian sikap toleransi antar umat beragama berbeda dengan asumsi peneliti yang telah diuraikan pada latar belakang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 41 siswa yang mencapai sikap toleransi antar umat beragama dengan kategori sangat tinggi, lalu terdapat 40 siswa yang berada pada kategori tinggi, terdapat 3 siswa yang berada pada kategori sedang, dan tidak ditemukan siswa pada kategori rendah dan sangat rendah. Berdasarkan hasil data tersebut dapat diuraikan bahwa sikap toleransi antar umat beragama pada siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Cilegon pada kategori sangat tinggi. Namun masih ditemukan 3 siswa yang berada pada kategori sedang.

Berdasarkan hasil penelitian asumsi peneliti berbeda dengan hasil penelitian.

Permasalahan yang di jelaskan pada latar belakang yaitu terdapat siswa non-muslim yang bersikap kurang sesuai saat siswa muslim sedang melaksanakan ibadah puasa, terdapat siswa yang merasa tidak melaksanakan kegiatan yang bermanfaat saat siswa muslim melaksanakan kegiatan keagamaan, siswa non-muslim yang ingin merasakan memimpin doa seperti yang sudah di lakukan oleh siswa muslim, siswa non-muslim yang belum memiliki komunitas agama dan kesempatan untuk membuat

acara keagamaan. Dengan banyaknya permasalahan yang mengindikasikan terjadinya intoleransi di sekolah ternyata tidak berpengaruh pada sikap toleransi yang dijalankan oleh siswa di sekolah setiap harinya.

Sesuai dengan pendapat Wahid Foundation (dalam Qony 2016) yang menyatakan bahwa kaum muda saat ini (siswa) mempelajari agama bukan dari ustadz-ustadzah melainkan melalui sosial media. Dengan data yang menunjukkan sebanyak 77% kaum muda intensif menggunakan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan LinkedIn sehingga siswa dapat mempelajari permasalahan-permasalahan terkait toleransi antar umat beragama secara nyata secara cepat melalui dunia maya. Melalui dunia maya menjadikan siswa lebih selektif terkait permasalahan toleransi antar umat beragama yang terjadi di lingkungannya.

Siswa dapat mempelajari bagaimana cara yang tepat untuk menghadapi dan mengatasi permasalahan yang terjadi terkait toleransi antar umat beragama. Maka dari itu siswa dapat mempelajari permasalahan yang terjadi di dunia nyata melalui dunia maya dengan tidak melakukan kesalahan tersebut di lingkungan sekolahnya.

Berdasarkan survei Sosial Ekonom Nasional Tahun 2014 (dalam Jena., 2019) bahwa penghambat toleransi adalah status sosial ekonomi, pekerjaan, karakteristik tempat tinggal, dan tingkat pendidikan. Hal ini selaras dengan kenyataan bahwa keluarga siswa di sekolah SMP Negeri 5 Cilegon adalah keluarga yang memiliki kesibukan dalam pekerjaan, dan termasuk ke dalam tingkat ekonomi menengah hingga ke atas. Sesuai dengan hasil survey yang menyatakan bahwa pemimpin keluarga yang memiliki pekerjaan memiliki sikap toleransi lebih tinggi dibandingkan kepala keluarga yang tidak bekerja atau

(6)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

pengangguran hal ini terjadi karena kepala keluarga yang bekerja lebih banyak waktu dalam pekerjaannya dan bertemu dengan berbagai macam keberagaman sehingga ia bisa menempatkan diri dalam keberagaman.

Sedangkan bagi keluarga yang tidak memiliki pekerjaan semakin sedikit kesempatan untuk bertemu dengan banyak orang yang pasti di dalamnya memiliki keberagaman karena ia hanya berada di rumah atau tidak bekerja. Hasil survei juga menyampaikan bahwa keluarga yang berada pada ekonomi rendah memiliki sikap intoleransi lebih tinggi dibandingkan keluarga yang keadaan ekonomi berada pada tingkat menengah hingga ke atas. Hal ini terjadi karena semakin tinggi status ekonomi setiap keluarga maka keluarga tersebut dapat memilih tempat tinggal yang layak dan berdampingan dengan keberagaman yang ada. Sedangkan bagi keluarga yang berada pada keadaan ekonomi yang rendah maka keluarga tersebut lebih memilih untuk tinggal di tempat orangtua berasal atau di perkampungan yang didominasi oleh mayoritas umat agama tertentu. Maka dari itu hal ini bisa menjadi alasan bagi siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Cilegon memiliki sikap toleransi antar umat beragama dengan kategori sangat tinggi karena siswa-siswa tersebut berasal dari keluarga yang memiliki pekerjaan dan berada pada keluarga ekonomi menengah hingga tinggi.

Berdasarkan kebijakan pemerintah untuk melaksanakan sistem zonasi saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) (dalam Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2018) dengan tujuan untuk mengurangi dan menghilangkan ketimpangan kualitas pendidikan menjadikan sekolah lebih utama menerima siswa yang berada pada lingkungan terdekat sekolah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No 14 Tahun 2018 yang

digantikan dari Pemendikbud no 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) bahwa sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib untuk menerima peserta didik yang berdomisili pada zona radius terdekat yaitu sejauh 0- 200 m dari sekolah sebanyak 90%

dari keseluruhan total peserta didik yang diterima. Maka dengan kata lain sekolah SMP Negeri 5 Cilegon saat PPDB menerima peserta didik baru dengan sistem zonasi dengan radius sejauh 0-200 m dari sekolah.

Kenyataan bahwa SMP Negeri 5 Cilegon adalah salah satu sekolah yang berada di tengah lingkungan masyarakat padat menjadi pendukung hasil penelitian bahwa siswa kelas VII memiliki sikap toleransi antar umat beragama dengan hasil sangat tinggi. SMP Negeri 5 Cilegon berada di tengah lingkungan perumahan dan perkampungan yang diantaranya adalah Kampung Sambirata, Perumnas Cibeber, PCI, Perumahan Praja Mandiri, dan Perumahan Gedong Damai. Perumahan dan perkampungan tersebut adalah tempat tinggal yang di dalamnya terdapat keberagaman agama. Karena hal tersebut faktor sikap toleransi antar umat beragama sudah di ajarkan dan ditanamkan oleh keluarga sejak dini karena terlebih dulu menghadapi keberagaman di lingkungan masyarakat rumah. Maka dari itu siswa kelas VII sudah memiliki sikap toleransi antar umat beragama dengan kategori sangat tinggi.

Sugiyanto mengatakan (dalam Trisnaningtyas & Jafar., 2020) pendidikan toleransi bisa didapatkan bukan hanya dari pendidikan formal saja tetapi juga pendidikan non formal yang diantaranya adalah keluarga. Keluarga adalah lingkungan pertama bagi setiap individu. Sistem keluarga mempengaruhi kepribadian anak khususnya yang berkaitan dengan toleransi.

Keluarga perlu menumbuhkan sikap anti diskriminatif akan adanya perbedaan baik

(7)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

perbedaan jenis kelamin, suku, ras, agama, budaya dan lain-lain. Maka dari itu siswa yang memiliki sikap toleransi bisa didapatkan melalui pendidikan non formal yaitu melalui keluarga. Dengan faktor pendukung bahwa siswa di SMP Negeri 5 Cilegon mayoritas berada pada keluarga status ekonomi menengah hingga tinggi sehingga dimungkinkan setiap kepala keluarga memiliki pekerjaan maka tidak heran hasil penelitian menunjukkan sikap toleransi antar umat beragama pada siswa kelas VII berada pada kategori sangat tinggi.

Semakin kuat faktor pendidikan toleransi yang berasal dari keluarga juga adalah dengan fakta bahwa saat PPDB 90% sekolah menerima siswa yang berasal dari zona radius terdekat dari sekolah yang diantaranya adalah perumahan yang di dalamnya terdapat keberagaman agama sehingga siswa tersebut terbiasa dengan adanya perbedaan agama. Tidak dapat

dipungkiri juga bahwa siswa saat ini memiliki sosial media sehingga ia dapat mengakses permasalahan terkait toleransi antar umat beragama secara cepat. Melalui sosial media siswa menjadi lebih selektif terkait mengantisipasi sikap toleransi antar umat beragama di keseharian nya.

b. Identifikasi butir item pengukuran sikap toleransi antar umat beragama yang teridentifikasi rendah.

Selanjutnya kita akan membahas, Identifikasi butir item pengukuran sikap toleransi antar umat beragama pada siswa yang teridentifikasi rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari tes hasil sikap toleransi antar umat beragama, dilakukan analisis data menggunakan teknik deskriptif kategori dan dihitung secara manual yang di presentasikan dalam table berikut ini:

Tabel 4.2

Kategorisasi Capaian Skor Item Sikap Toleransi Antar Umat Beragama

Kategorisasi Interval Frek % No. Item

Sangat Tinggi 273 < X 31 61% 2,3,4,7,8,9,10,11,12,1

9,23,26,27,28,29,30,3 6,38,39,40,43,44,46,4 7,49,50,51,54,55,56,5 8

Tinggi 231 < X ≤ 273 18 35% 1,5,14,15,20,21,24,31,

32,33,34,35,37,41,45, 48,52,57

Sedang 189 < X ≤ 231 2 4% 13,42

Rendah 147 < X ≤ 189 Sangat Rendah X ≤ 147

Total 51 100% 51

Berdasarkan pengamatan pada tabel dan grafik di atas menerangkan bahwa: Item dengan skor yang berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 31 (61%) item, item

dengan skor yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 18 (35%) item, item dengan skor yang berada dalam kategori sedang sebanyak 2 (4%) item, tidak ada skor yang

(8)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

berada pada kategori, dan tidak ada skor yang berada pada kategori sangat rendah

Pada hasil penelitian pada butir skor item skala pengukuran sikap toleransi antar umat beragama tidak ditemukan item yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Item dengan skor sangat tinggi sebanyak 31 (62%) item, dengan skor tinggi sebanyak 17 (34%) tem, dan item dengan skor sedang sebanyak 2 (4%) item. Pada skala sikap toleransi antar umat beragama peneliti menyediakan 58 pernyataan yang harus diisi oleh subyek dalam keadaan sadar dan sesuai dengan keadaan yang sedang di alami oleh subyek. Setelah mendapatkan feedback peneliti mengolah dan menemukan 7 pernyataan yang gugur karena tidak valid.

Pernyataan yang peneliti rancang berdasarkan dari 3 aspek yaitu aspek sosial, kognitif, dan afektif. Butir pernyataan tersebut berisikan 51 pernyataan yang dapat mendukung pengukuran sikap toleransi antar umat beragama pada siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Cilegon.

Setelah peneliti analisis capaian skor butir item pengukuran skala sikap toleransi antar umat beragama terdapat dua item yang rendah dan terindikasi belum diimplementasikan dengan baik. Hal ini ditandai dengan masih ada 2 (4%) item yang berada pada kategori sedang. Adapun item yang berada pada kategori sedang adalah item nomor 13 yaitu “saya mencari tahu pengetahuan baru di agama lain” dan item nomor 42 yaitu “saya tidak mengucapkan salam perayaan kepada teman yang berbeda agama”.

c. Implikasi penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, sikap toleransi antar umat beragama pada siswa kelas VII berada pada kategori sangat tinggi.

Dengan penelitian ini peneliti dapat

memberikan informasi kepada guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 5 Cilegon bahwa berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 (3%) siswa yang sikap toleransi antar umat beragama pada kategori sedang dan terdapat 2 (4%) item sikap toleransi antar umat beragama pada kategori sedang.

Meskipun tidak di temukan pada kategori rendah dan sangat rendah ada baiknya untuk sekolah meningkatkan toleransi antar umat beragama di lingkungan sekolah karena masih ditemukannya siswa yang memiliki sikap toleransi antar umat beragama pada kategori sedang dan item sikap toleransi antar umat beragama yang belum diimplementasikan. Adapun usulan yang dapat diberikan oleh peneliti kepada guru bimbingan dan konseling dari hasil penelitian ini adalah mengajak kolaborasi guru mata pelajaran Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) untuk membuat kegiatan di luar sekolah dengan tujuan meningkatkan pengetahuan siswa terkait toleransi antar umat beragama sehingga siswa dapat mempertahankan dan meningkatkan sikap toleransi antar umat beragama di lingkungan sekolah yang sudah baik ini.

Menurut Trisnaningtyas & Fajar (2020) pendidikan toleransi bisa di dapatkan melalui pendidikan formal dan non-formal.

Pendidikan non-formal sudah didapatkan oleh siswa melalui keluarga, maka dari itu lebih baik jika pendidikan toleransi didapatkan juga melalui pendidikan formal yaitu sekolah. Sekolah di percaya sebagai salah satu cara yang sangat efektif untuk menanamkan sikap toleransi antar umat beragama pada siswa karena adanya interaksi secara langsung antar siswa.

Adapun kegiatan yang bisa dilaksanakan yaitu:

Tabel 4.3

Usulan rancangan kegiatan pada siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Cilegon

(9)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

1 Mata Pelajaran Gabungan (Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan).

2 Tujuan a. Siswa dapat mengetahui macam-macam rumah ibadah b. Siswa dapat meningkatkan sikap toleransi antar umat

beragama

3 Kegiatan Mengunjungi rumah ibadah di wilayah Banten.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis yang telah dilakukan tentang sikap toleransi antar umat beragama, dapat disampaikan hal-hal berikut diantaranya: (1) Hasil penelitian menunjukkan sikap toleransi antar umat beragama pada siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Cilegon terdapat 41 (49%) siswa pada kategori sangat tinggi, 40 (48%) siswa berada pada kategori tinggi, terdapat 3 siswa (3%) siswa yang berada pada kategori sedang, tidak terdapat siswa yang berada pada kategori rendah, dan tidak terdapat siswa yang berada pada kategori sangat rendah. (2) Hasil penelitian ini menunjukkan capaian skor item hasil pengukuran sikap toleransi antar umat beragama terdapat 31 (61%) item pada kategori sangat tinggi, 18 (35%) item pada kategori tinggi, 2 (4%) pada kategori sedang, tidak terdapat item yang berada pada kategori rendah, dan tidak terdapat item yang berada pada kategori sangat rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Arifandy, H., Purwanti, S., & Sabiruddin.

(2018). Makna Toleransi pada Film Tanda Tanya (?). E- Journal Ilmu Komunikasi, Vol.6 No.1, 460.

Akhyar,Z, Matnuh,H, & Patimah,S (2014).

Implementasi Toleransi Antar Umat Beragama di Desa Kolam Kanan Kecamatan Barambai Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol 5 No.9,731.

Al Munawar, S.A.H. (2003). Fikih Hubungan Antar Umat Beragama. Jakarta: Ciputat Press,13 Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.

(2013). Data Sensus Penduduk 2010.

http://sp2010.bsp.go.id/index.php/sit e/tabel?tid=321&wid=0.

Bakar, A. (2015). Konsep Toleransi dan Kebebasan Beragama. TOLERANSI:

Media Komunikasi Umat Beragama.

Riau: UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Vol.7,No.2.http:dx.doi.org/10.24014/trs.

v7i2.1426.

Casram. (2016). Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

Devy, D.A. (2009). Toleransi Beragama.

Jakarta: Alprin Finishing.

(10)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

Dewi, D.A.N.N. (2018). Modul Uji Validitas dan Reliabilitas. Semarang: Universitas Diponegoro.

Ghoni, A. (2015). Implementasi Sikap Toleransi Antar Umat Beragama.

Salatiga: STAIN Salatiga.

Hadi, dkk. (2017). Analisis Sikap Toleransi di Indonesia dan Faktor-Faktor. Jakarta:

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kemendikbud RI.

Hertina. (2009). Toleransi Upaya Untuk Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama. Toleransi Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama. Vol.1 No.2.

Riau: Universitas Islam Negri Suska Riau, 213-214.

Jena, Y. (2019). Toleransi Antarumat Beragama di Indonesia Perspektif Etika Keperdulian. Jurnal Sosial Humaniora (JSH). Vol.12, Ed.2. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 186.

Karolina, A.I., Sulistyarini, & Rustiyarso.

(2019). Peran Sekolah dalam Membangun Sikap Toleransi Beragama.

Pontianak: Program Magister Pendidikan Sosiologi FKIP Untan. Vol.8, No.3, 2.

Kasenda, L.M., Sentiwo, S.R., & Tulenan V.

(2016). Sistem Monitoring Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Siswa Berbasis Android. E-Journal Teknik Informatika: Universitas Sam Ratulangi, Vol. 9 No.1, 2.

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2018). Semua Bisa Sekolah! Zonasi untuk Pemerataan yang Berkualitas.

Menag: Toleransi, Sikap Proaktif Menghormati Perbedaan. (21 Juni 2016). Kementerian Agama Republik Indonesia.

Muri A, Y. (2017). Metode Penelitian:

Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.

Mutiara K.E. (2016). Menanamkan Toleransi Multi Agama sebagai Payung Anti Radikalisme (Studi Kasus Komunitas Lintas Agama dan Kepercayaan di Pantura Tali Akrab). Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Kegamaan. vol 4 No 2, http:dx.doi.org/10.21043/fikrah.v4i2.2 083.

Potgieter F.J., Van der Walt, J.L., & Wolhuter C.C. (2014). Towards Understanding (religious) (in)tolerance in education.

Unit for Education and Human Rights in Diversity, North-West University Potchefstroom Campus. South Africa Qodir, Z. (2016). Kaum Muda, Intoleransi,

dan Radikalisme Agama. Jurnal Studi Pemuda. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Vol.5 No 1.

Ratnasari, I., & Windhasari, F. (2019). Aspek Sosial dan Nilai Sosiologis yang Terdapat pada Cerpen Matsuri No Ban Karya Kenji Miyazawa. Vol 6. No.1. 75.

Siregar, S. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual &

SSPS Edisi Pertama. Jakarta:

Kencana,31.

Silalahi, S.Z. Pendekatan Psikoterapi – Teori Kepribadian Carl Rogers [Client Centre Therapy]. FKIP Bimbingan dan Konseling: Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. (Diakses pada 21 Juli 2022) Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Trisnaningtyas, F & Jafar, N.A. (2020).

Urgensi Pendidikan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Masyarakat.

(11)

Solution : Jurnal of Counseling and Personal Development Website: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/solution/index Volume 4 , Number 2, Desember 2022, pp 54-64

p-ISSN: 2684-7655 and e-ISSN: 2716-1315

Jurnal Al-Qalam: Universitas Sains Al- Qur’an Vol 3, No.2.

Utami, S.R. (2018). Implementasi Nilai – Nilai Toleransi Antar Umat Beragama pada Lembaga Pendidikan NonMuslim.

Salatiga: IAIN Salatiga.

Wahab, S.A. (2004). Analisis Kebijaksanaan:

Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara, 64

Widiarti, P.W. (2017). Konsep Diri (Self Concept) dan Komunikasi Interpersonal dalam Pendampingan pada Siswa SMP Se Kota Yogyakarta. INFORMASI kajian ilmu Komunikasi. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta, Vol. 47 No.1, 137

Wiryono, H. (2009). Cilegon: Dari Kota Administratif Sampai Kota (1986- 2005). Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. Bandung:

BPSNT Bandung, Vol 1. No.3, 297.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pertumbuhan dan produksi jagung manis untuk parameter jumlah daun, diameter tongkol, dan berat tongkol pada perlakuan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk anorganik, pupuk kandang kotoran sapi, pupuk hijau dan waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap

Dengan ini menyatakan bahwa seluruh materi dalam skripsi saya yang berjudul ANALISIS PRODUCT PLACEMENT DALAM SINETRON TUKANG OJEK PENGKOLAN , adalah hasil karya tulis

[r]

mendapatkan data yang valid dilakukan

Berikut akan dijelaskan 4 macam diagram yang paling sering digunakan dalam pembangunan aplikasi berorientasi object, yaitu use case diagram, sequence

butir instrumen variabel komitmen guru yang digunakan dalam penelitian adalah. sebanyak

eutrofikasi pada tingkat eutrofik sampai hipereutrofik, pencemaran air masih tergolong ringan di daerah budidaya ikan dan waktu konsentrasi P maksimum; budidaya ikan