• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Pengertian Hak Kekayaan Intelektual Hak kekayaan intelektual adalah hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Menurut OK. Saidin, hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak dan hasil kerja rasio. Hasil kerja otak itu kemudian dirumuskan sebagai intelektualitas. Orang yang optimal memerankan kerja otaknya disebut sebagai orang yang terpelajar, mampu menggunkan rasio, mampu berpikir secara rasional dengan menggunakan logika, karena itu hasil pemikirannya disebut rasional dan logis.Menurut Munir Fuady, hak milik intelektual (intellectual property rights) merupakan suatu hak kebendaan yang sah dan diakui oleh hukum atas benda tidak berwujud berupa kekayaan/kreasi intelektual. Berbicara mengenai intellectual property rights, makna dari istilah tersebut yaitu, hak, kekayaan, dan intelektual. Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual. Menurut Arthur Lewis, umumnya hak kekayaan intelektual digunakan untuk menyebut semua hal yang berasal dari penggunaan otak manusia, seperi gagasan, invensi, puisi, desain, dan lain-lain.

Berbicara mengenai tentang kekayaan intelektual juga berbicara tentang hak-hak dan perlindungannya, seperti hak cipta, paten, merek, dan lain-lain. Terlihat bahwa hak-hak ini terutama memberikan pemiliknya menguasai dan menikmati manfaat-manfaat dari karyanya tersebut dalam periode atau batas waktu tertentu. Hukum memberikan hak kepada pemilik kekayaan intelektual agar dapat menarik manfaat dari waktu dan biaya yang telah dikeluarkannya dalam memproduksi sesuatu itu. Pada intinya hak kekayaan intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreatifitas intelektual.Hak yang berasal dari hasil kegiatan intelektual manusia yang mempunyai manfaat ekonomi. Konsepsi mengenai hak kekayaan intelektual didasarkan pada pemikiran bahwa karya intelektual yang telah dihasilkan manusia memerlukan pengorbanan tenaga, waktu dan biaya. Adanya pengorbanan ini menjadikan karya yang telah dihasilkan memiliki nilai ekonomi karena manfaat yang dapat dinikmatinya.

2.2 Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual

Menurut OK. Saidin, hak kekayaan intelektual merupakan bagian dari benda yang tidak berwujud (benda immateril), benda dalam hukum perdata dapat diklasifikasikan kedalam berbagai kategori. Salah satu di antara kategori itu ialah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda berwujud dan benda tidak

(2)

berwujud. Untuk hal ini dapatlah dilihat batasan benda yang terdapat pada Pasal 499 KUHPerdata. Untuk pasal ini, kemudian Mahadi mengungkapkan, seandainya dikehendaki rumusan lain dari pasal ini dapat diturunkan kalimat, yaitu: yang dapat menjadi objek hak milik adalah benda dan benda itu terdiri dari barang dan hak.

Barang yang dimaksudkan oleh Pasal 499 KUHPerdata tersebut adalah benda materil (stoffelijk voorwerp), sedangkan hak adalah benda immateril. Uraian ini sejalan dengan klasifikasi benda berdasarkan Pasal 503 KUHPerdata, yaitu penggolongan benda ke dalam kelompok benda berwujud (bertubuh) dan benda tidak berwujud (tidak bertubuh).Konsekuensi lebih lanjut dari batasan hak kekayaan intelektual adalah terpisahnya antara hak kekayaan intelektual itu dengan hasil material yang menjadi bentuk jelmaannya. Yang disebut terakhir ini adalah benda berwujud (benda materil). Suatu contoh dapat dikemukakan misalnya hak cipta dalam bidang karya sinematografi (berupa hak kekayaan intelektual) dan hasil materil yang menjadi bentuk film. Jadi yang dilindungi dalam kerangka hak kekayaan intelektual adalah haknya bukan jelmaan dari hak tersebut. Jelmaan dari hak tersebut dilindungi oleh hukum benda dalam kategori benda materil (benda berwujud).Pengelompokan hak kekayaan intelektual itu lebih lanjut dapat dikategorikan dalam kelompok sebagai berikut:

1. Hak Cipta (Copy Rights)

2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights) Hak cipta sebenarnya dapat lagi diklasifikasikan kedalam dua bagian, yaitu:

a. Hak Cipta dan

b. Hak Terkait (dengan hak cipta) (neighbouring rights) Selanjutnya hak kekayaan perindustrian dapat diklasifikasikan lagi menjadi :

1) Paten

2) Paten sederhana 3) Desain industri

4) Merek dagang dan nama dagang 5) Sumber asal atau sebutan asal

2.3 Sejarah Singkat Hak Kekayaan Intelektual

Awal pertumbuhan hak kekayaan intelektual bermula dari peradaban Eropa.

Pada mulanya ilmu pengetahuan didominasi oleh gereja di mana ilmu pengetahuan dihubungkan dengan keyakinan teologi. Pasca abad pencerahan banyak ilmuan melahirkan gagasan-gagasan keilmuan yang memisahkan teologi dengan ilmu pengetahuan dan tunduk pada prinsip prinsip logika. Tercatat pada tahun 1470, kalangan ilmuan di Eropa mempersoalkan tentang penemuan besar yang dilakukan oleh Galileo, Caxton, Archimedes, dan sederetan ilmuan Eropa lainnya yang

(3)

menemukan berbagai keahlian dalam bidang fisika, matematika, biologi dan lain-lain.

Temuan- temuan itu kemudian membawa perubahan yang besar dalam sejarah perkembangan peradaban umat manusia, inilah perkembangan sejarah hak kekayaan intelektual.16 Oleh karena itu, sejarah hak kekayaan intelektual sama tuanya dengan sejarah peradaban umat manusia. Peradaban umat manusia dibangun berdasarkan berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi tumbuh dan berkembang sebagai hasil dari penalaran, kerja rasio, yang wujudnya dalam bentuk hak cipta, rasa, dan karsa itulah kemudian yang menghasilkan hak kekayaan intelektual dalam wujud hak cipta, paten, merek, desain industri, varietas tanaman dan jaringan elektronika.17 16 Ibid, h.22 17 Ibid 11 Secara histroris, peraturan yang mengatur hak kekayaan intelektual di Indonesia telah ada sejak tahun 1840-an. Burgerlijk Wetboek diberlakukan di wiliyah Hindia Belanda melalui Staatsblaad No. 23 tahun 1847 tentang Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie dan dinyatakan berlaku pada tahun 1848 bersamaan diberlakukannya Wetboek Van Koophandel pada tanggal 1 Mei 1848. Mengikuti peraturan itu, tahun 1885 peraturan Merek diberlakukan Pemerintah Kolonial. Tahun 1912 memberlakukan peraturan tentang Paten, disusul oleh peraturan tentang Hak Cipta dua tahun kemudian. Pada masa pendudukan Jepang, peraturan di bidang Hak Kekayaan Intelektual peninggalan Kolonial Belanda tetap diberlakukan, sampai dengan Indonesia meraih kemerdekaan pada tahun 1945. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia melalui Pasal 2 aturan peralihan UUD 1945 menyatakan semua peraturan yang ada sebelum ada yang baru menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 masih terus berlaku, sehingga ketentuan- ketentuan tentang Hak kekayaan Intelektual peninggalan Kolonial Belanda masih terus berlaku, hingga akhirnya pasca kemerdekaan beberapa pengaturan tentang hak cipta, paten dan merek digantikan dengan Undang-Undang Produk Indonesia Merdeka.18 Perkembangan kemajuan teknologi (teknologi informasi, elektronika, transportasi, perfilman, dan teknologi serat optik) juga membawa pengaruh dalam perkembangan peraturan perundang-undangan tentang Hak Kekayaan Intelektual, sehingga perkembangan tersebut melahirkan 18 Ibid, h.32 12 bidang- bidang hukum Hak Kekayaan Intelektual baru. Kemajuan teknologi micro chip atau semi konduktor melahirkan temuan dalam bidang desain atas topogragi atau elektronika yang kemudian dikenal sebagai desain tata letak sirkut terpadu (intergrated circuits) yang pada gilirannya melahirkan instrumen pengaturan tersendiri yang di Indonesia dikenal dengan UndangUndang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, demikian juga kemajuan dalam bidang bioteknologi dan botani melahirkan instrumen hukum tersendiri tentang perlindungan varietas tanaman.

(4)

2.4 Pengertian Hak Cipta

Istilah hak cipta pertama kali diusulkan oleh Prof. St. Moh. Syah, S.H. pada Kongres Kebudayaan di Bandung tahun 1951 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas cakupan pengertian. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteurs Recht. Dinyatakan

“kurang luas” karena istilah hak pengarang itu memberikan kesan “penyempitan” arti, seolah-olah yang dicakup oleh hak pengarang itu hanyalah hak dari para pengarang saja, yang ada sangkut pautnya dengan karang mengarang, sedangkan istilah hak cipta itu luas, dan isitilah itu juga mencakup tentang karang mengarang. Lebih jelas batasan pengertian ini dapat kita lihat dalam Pasal 1 butir 1 UndangUndang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 yang mengatur: Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai kententuan peraturan perundang- undangan. Dalam bukunya, H. OK. Saidin memberikan perbandingan terhadap pengertian hak cipta. Yang pertama, berdasarkan Pasal 1 dalam Auteurswet 1912 diatur, “hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak dari yang mendapatkan hak tersebut, atas hasil ciptaanya dalam lapangan kesusasteraan, pengetauan dan kesenian, untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan- pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang. Kedua, berdasarkan Universal Copyright Convention. Dalam Pasal V Universal Copyright Convention, diatur bahwa: “hak cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini.”

Jika dicermati batasan pengertian yang diberikan oleh ketiga ketentuan di atas, maka hampir dapat disimpulkan bahwa ketiganya memberikan pengertian yang sama, yakni hak cipta merupakan hak khusus atau hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta.

Penjelasan lebih lanjut mengenai istilah hak eksklusif dari pencipta adalah tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut keculai dengan izin pencipta.

Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang harus terkandung atau termuat dalam rumusan atau terminologi hak cipta yaitu:

1. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apa pun tidak dapat ditinggalkan daripadanya

2. Hak yang dapat dipindahkan atau dialihkan kepada pihak yang lain (hak ekonomi) Dalam hak cipta terdapat juga dua hak yang maknanya sama yang diungkapkan dalam pernyataan di atas, yaitu:

a. Hak Moral Konsep dasar lahirnya hak cipta akan memberikan perlindungan hukum terhadap suatu karya cipta yang memiliki bentuk yang khas dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat pribadi. Sifat pribadi yang

(5)

terkandung di dalam hak cipta melahirkan konsepsi hak moral bagi si pencipta atau ahli warisnya.

Hak moral tersebut dianggap sebagai hak pribadi yang dimiliki oleh seorangpencipta untuk mencegah terjadinya penyimpangan atas karya ciptanya dan untuk mendapatkan penghormatan atau penghargaan atas karyanya tersebut. Hak moral tersebut merupakan perwujudan dari hubungan yang terus berlangsung antara si pencipta dengan hasil karya ciptanya walaupun si penciptanya telah kehilangan atau telah memindahkan hak ciptanya kepada orang lain, sehingga apabila pemegang hak menghilangkan nama pencipta, maka pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya. Hak moral dalam terminologi Bern Convention menggunakan istilah moral rights, yakni hak yang dilekatkan pada diri pencipta. Dilekatkan, bermakna bahwa hak itu tidak dapat dihapuskan walaupun hak cipta itu telah berakhir jangka waktu kepemilikan. Hak moral dibedakan dengan hak ekonomi, jika hak ekonomi mengandung nilai ekonomis, maka hak moral sama sekali tidak memiliki nilai ekonomis. Kata “moral” menunjukkan hak yang tersembunyi dibalik ekonomis itu.

Namun demikian, ada kalanya nilai hak moral itu justru memengaruhi nilai ekonomis.28 Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta diatur bahwa:29 28 H. OK. Saidin, Op.cit,h.250 29 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 5 16 Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk:

1. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

2. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

3. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

4. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

5. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi pencipta.

Hak moral melekat pada pribadi pencipta atau penemu. Apabila hak ekonomi dapat dialihkan kepada pihak lain, maka hak moral tidak dapat dipisahkan dari pencipta atau penemu karena bersifat pribadi dan kekal. Sifat abadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik, kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta atau penemu. Kekal artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setelah meninggal. Termasuk dalam hak moral adalah hak- hak yang berikut ini:

(6)

1. Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta atau paten supaya nama pencipta atau penemu tetap dicantumkan pada ciptaan dan penemuannya 2. Hak untuk tidak untuk melakukan perubahan pada ciptaan atau penemuan tanpa

persetujuan pencipta, penemu, atau ahli warisnya

3. Hak pencipta atau penemu untuk mengadakan perubahan pada ciptaan atau penemuan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam masyarakat.

Hak Ekonomi Hak cipta juga berhubungan dengan kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi (Economic Rights). Adanya kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi di dalam hak cipta tersebut, merupakan suatu perwujudan dari sifat hak cipta itu sendiri, yaitu bahwa ciptaan-ciptaan yang merupakan produk olah pikir manusia itu mempunyai nilai, karena ciptaanciptaan tersebut merupakan suatu bentuk kekayaan, walaupun bentujnya tidak berwujud. Dalam terminologi hukum perdata, hak cipta adalah hak privat, hak keperdataan. Dalam hak keperdataan itu terdapat nilai yang dapat diukur sacara ekonomi, yaitu berupa hak kebendaan. Hak yang dapat dialihkan atau dipindahkan itu sekaligus memberikan jawaban atas kedudukan hak cipta dalam sistem hukum benda, yang meletakkan hak cipta sebagai hak kebendaan immateriil (benda tak berwujud). Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, hak itu disebut hak ekonomi atau economy rigts. Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta diatur bahwa: Pencipta atau Pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

1. Penerbitan Ciptaan;

2. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

3. Penerjemahan Ciptaan;

4. Pengadaptasian, Pengaransemenan, atau Pentranformasian Ciptaan;

5. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

6. Pertunjukan Ciptaan;

7. Pengumuman Ciptaan;

8. Komunikasi Ciptaan; dan 9. Penyewaan Ciptaan.

Jenis hak ekonomi pada setiap klasifikasi hak kekayaan intelektual dapat berbeda-beda. Pada hak cipta jenis hak ekonomi lebih banyak jika dibandingkan dengan paten dan merek. Jenis hak ekonomi pada hak cipta adalah sebagai berikut:

1. Hak memperbanyak (penggandaan) adalah penggandaan atau penambahan jumlah ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut dengan 33 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28

(7)

Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 8 34 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 9 35 Abdulkadir Muhammad, 2001, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual 19 menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk mengalih wujudkan ciptaan.

2. Hak adaptasi (penyesuaian) adalah penyesuaian dari satu ke bentuk lain, seperti penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, novel jadi sinetron, patung dijadikan lukisan, dan drama pertunjukan dijadikan drama radio.

3. Hak pengumuman (penyiaran) adalah pembacaan, penyuaraan, penyiaran, atau penyebaran ciptaan dengan menggunakan alat apapun dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga ciptaan dapat dibaca, didengar, dilihat, dijual, atau disewa oleh orang lain.

4. Hak pertunjukan (penampilan) adalah mempertontonkan, mempertunjukkan, mempergelarkan, memamerkan, ciptaan, dibidang seni oleh musisi, dramawan, seniman, atau pragawati

Ruang Lingkup Hak Cipta

1. Jenis ciptaan yang dilindungi hak cipta Ide dasar sistem hak cipta adalah untuk melindungi wujud asli hasil karya manusia yang lahir karena kemampuan intelektualnya. Perlindungan hukum ini hanya berlaku kepada ciptaan yang telah berwujud secra khas sehingga dapat dilihat, didengar atau dibaca.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta memberikan pengertian bahwa ciptaan adalah setiap hasil karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. Mengenai permasalahan ciptaan yang dilindungi, secara eksplisit dijelaskan dalam Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, selengkapnya ketentuan ini merinci beberapa bagian ciptaan yang dilindungi hak ciptanya, yakni:

a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;

b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

g. karya seni terapan;

(8)

h. karya arsitektur;

i. peta;

j. karya seni batik atau seni motif lain;

k. karya fotografi;

l. Potret;

m. karya sinematografi;

n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

o. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 1 Angka 3 38 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 40 Ayat (1)

p. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;

q. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;

r. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;

s. permainan video; dan

t. Program Komputer. Jenis-jenis ciptaan yang dilindungi tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ciptaan yang sifatnya asli (original) dan ciptaan yang bersifat turunan (derivative). Ciptaan yang bersifat original adalah ciptaan dalam bentuk atau wujud aslinya sebagaimana yang diciptakan oleh pencipta, belum dilakukan perubahan bentuk atau pengalihwujudan kedalam bentuk berbeda. Adapun jenis ciptaan asli terdiri dari:

1) Buku, pamflet dan semua hasil karya tulis lainnya;

2) Seni tari (koreografi)

3) Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung;

4) Seni batik;

5) Ciptaan lagu atau musik tanpa teks; dan 6) Karya arsitektur.

7) Ciptaan turunan terdiri dari:

8) Karya pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari, pewayangan, pantomim, dan karya siaran, antara lain untuk media radio, televisi, dan film, serta karya rekaman video;

9) Cermah, kuliah, pidato, dan sebagainya;

10) Peta;

(9)

11) Karya sinematografi;

12) Karya rekaman suara atau bunyi;

13) Terjemahan, tafsir, saduran dan penyusunan bunga rampai;

14) Karya fotografi; dan 15) Program komputer.

Berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta tidak ada hak cipta atas hasil karya berupa:

1. Hasil rapat terbuka lembaga negara;

2. Peraturan perundang-undangan;

3. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah;

4. Putusan pengadilan atau penetapan hakim; dan 5. Kitab suci atau simbol kenegaraan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 23 b.

Karakteristik dan Prinsip Hak Cipta Karakteristik pada hak cipta dapat ditemukan pada Pasal 16 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yaitu:

1. Hak Cipta merupakan benda bergerak tidak berwujud.

2. Hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh maupun sebagaian karena:

a. Pewarisan;

b. Hibah;

c. Wakaf;

d. Wasiat;

e. Perjanjian tertulis; atau

f. Sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1) Hak Cipta dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak dan immateriil. Hak cipta tidak dapat dialihkan secara lisan, harus dialihkan dengan akta otentik atau akta di bawah tangan. Berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ditentukan bahwa hak cipta yang dimiliki oleh pencipta yang tidak diumumkan yang setelah penciptanya meninggal dunia menjadi milik ahli warisnya atau penerima wasiat, dan tidak dapat disita. Hak cipta mengandung beberapa prinsip dasar (basic principles) yang secara konseptual digunakan sebagai landasan pengaturan hak cipta di 44 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 16 Ayat (1), (2), (3) 45 S. M. Hutagaung, Op.cit, h.42 24 semua negara, baik itu yang menganut Civil Law System

(10)

maupun Common Law System. Beberapa prinsip yang dimaksud adalah:

a) Yang dilindungi hak cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli. Prinsip ini adalah prinsip yang paling mendasar dari perlindungan hak cipta, maksudnya yaitu bahwa hak cipta hanya berkenaan dengan bentuk perwujudan dari suatu ciptaan.

Prinsip ini dapat ditutunkan menjadi beberapa prinsip lain sebagai prinsip-prinsip yang berada lebih rendah atau sub- principles, yaitu:

(1) Suatu ciptaan harus mempunyai keaslian (original) utuk dapat menikmati hak-hak yang diberikan Undang-Undang Keaslian sangat erat hubungannya dengan bentuk perwujudan suatu ciptaan.

(2) Suatu ciptaan mempunyai hak cipta jika ciptaan yang bersangkutan diwujudkan dalam bentuk tulisan atau bentuk material yang lain. Ini berarti suatu ide atau suatu pikiran belum merupakan suatu ciptaan.

(3) Hak cipta adalah hak eksklusif dari pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, hal tersebut berarti bahwa tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak tersebut tanpa seizin pencipta atau pemegang hak cipta.

b) Hak cipta timbul dengan sendirinya. Suatu hak cipta akan eksis pada saat seorang pencipta mewujudkan idenya dalam bentuk yang berwujud, dengan adanya wujud dari suatu ide maka suatu ciptaan akan lahir dengan sendirinya. Ciptaan tersebut dapat diumumkan atau tidak diumumkan, tetapi jika suatu ciptaan tidak diumumkan maka hak ciptanya tetap ada pada pencipta.

c) Suatu ciptaan tidak selalu perlu diumumkan untuk memperoleh suatu hak cipta. Suatu ciptaan yang diumumkan maupun yang tidak diumumkan kedua-duanya dapat memperoleh hak cipta d) Hak cipta suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui

hukum (legal right) yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari penguasaan fisik suatu ciptaan

e) Hak cipta bukan hak mutlak. Hak cipta bukan merupakan suatu monopoli mutlak melainkan hanya suatu limited monopoly terbatas. Hak cipta secara konseptual tidak mengenal konsep monopoli penuh, sebab mungkin saja seorang pencipta

(11)

menciptakan suatu ciptaan yang sama dengan ciptaan yang telah tercipta lebih dahulu dengan syarat tidak terjadi suatu bentuk penjiplakan atau plagiat, asalkan ciptaan yang tercipta kemudian tidak merupakan duplikasi atau penjiplakan murni dari ciptaan terdahulu. Subjek Hak Cipta Pencipta dan kepemilikan adalah pokok utama yang terpenting dalam hukum hak cipta, yang dimaksud pencipta harus mempunyai kualifikasi tertentu agar hasil karyanya dapat dilindungi.

Seorang pencipta harus mempunyai identitas dan status untuk menentukan kepemilikan hak. Pada dasarnya seorang yang membuahkan karya tertentu adalah seorang pemilik hak cipta.

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersamasama yang dari inspirasinya lahir suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Dalam konteks hukum yang dianggap pencipta adalah orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan, juga orang yang namanya terdaftar dalam daftar umum ciptaan dan pengumuman resmi.Secara yuridis, Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta membedakan terminologi antara pencipta dan pemegang hak cipta. Pemegang hak cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.

2.5 Pengertian Benda

Menurut ketentuan Pasal 499 KUHPerdata, kebendaan adalah tiap-tiap barang dan tiap- tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Sedangkan dalam ilmu hukum, pengertian benda lebih luas, yaitu segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum dan barang-barang yang dapat menjadi milik serta hak setiap orang yang dilindungi oleh hukum.

Di dalam ketentuan tersebut zaak atau benda dipakai tidak dalam arti barang yang berwujud, melainkan dalam arti “bagian daripada harta kekayaan”. Pada KUHPerdata kata zaak dipakai dalam dua arti. Pertama dalam arti barang yang berwujud, kedua dalam arti bagiandaripada harta kekayaan. Dalam arti kedua ini (yaitu sebagai bagian dari harta kekayaan) yang termasuk zaak ialah selain daripada yang berwujud, juga beberapa hak tertentu sebagai barang yang tak berwujud. Benda sifatnya berwujud, sedangkan hak sifatnya tidak berwujud.

(12)

Dalam literatur hukum perdata, Atas dasar terjemahan tersebut, konsep “benda”

mencakup barang berwujud dan barang tidak berwujud. Barang berwujud dalam bahasa Belanda disebut good, sedangkan barang tidak berwujud disebut recht. Menurut sistem Hukum Perdata Barat sebagaimana diatur dalam KUHPerdata benda dapat dibedakan sebagai berikut: Barang-barang yang berwujud (lichamelijk), Barang- barang yang tidak berwujud (onlichamelijk), barang-barang yang bergerak dan yang tak bergerak, barang-barang yang dapat dipakai habis (vebruikbaar) dan barangbarang yang tak dapat dipakai habis (onverbruikbaar), barang-barang yang sudah ada (tegenwoordigezaken) dan barang-barang yang masih akan ada (toekmstigezaken).Dalam suatu benda melekat hak-hak seperti hak milik, bezit, dan hak-hak kebendaan di atas kebendaan milik orang lain.Hak yang paling kuat diantaranya adalah hak milik. Hak milik ialah hak yang mutlak melekat pada suatu benda. Dalam Pasal 570 KUHPerdata menyebutkan bahwa hak milik yaitu hak untuk menikmati kegunaan suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk berbuat sebebas- Dapat dilihat bahwa hak milik adalah kebendaan yang paling utama terhadap suatu benda dibandingkan dengan hak hak lainnya, sehingga hak milik merupakan sesuatu yang tidak dapat diganggu gugat. Dalam hukum perdata, masalah benda diatur dalam Buku II BWI, tidak sama dengan bidang disiplin ilmu fisika, yang dikatakan bahwa bulan adalah benda (angkasa), sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat dikatakan sebagai benda karena tidak/belum ada yang (dapat) memilikinya.

Hukum benda adalah terjemahann dari istilah bahasa Belanda, yaitu

“zakenrecht”. Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah semua kaidah hukum yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak – hak atas benda. Adapun menurut Prof. L.J.Apeldoorn, hukum kebendaan adalah peraturan mengenai hak – hak kebendaan. Menurut Prof. sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang diatur dalam Hukum Benda, ialah pertama-tama mengatur pengertian dari benda, kemudian pembedaan macam-macam benda, dan selanjutnya bagian yang terbesar mengatur mengenai macam-macam hak kebendaan. Jadi hukum benda adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hakhak kebendaan yang sifatnya mutlak (P.N.H.Simanjuntak, 2015 :177)

Benda sebagai sesuatu yang dapat dimiliki atau dijadikan objek hak milik maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat diberikan atau diletakkan suatu hak di atasnya, yaitu hak milik.Untuk mendapatkan hak milik atas suatu benda dapat ditempuh dengan cara seperti Pengakuan, Penemuan, Penyerahan, Daluarsa, Pewarisan, Penciptaan, dan Ikutan atau turunan Benda pun terbagi atas barang (goed) yaitu benda yang berwujud dan hak (recht) yaitu benda yang tidak berwujud sebagaimana yang diatur pada Pasal 503 KUHPerdata serta benda yang bergerak dan

(13)

benda yang tidak bergerak (tetap) yang diatur pada Pasal 504 KUHPerdata. Barang (goed) atau benda yang berwujud adalah segala sesuatu yang memiliki wujud nyata dan dapat dirasakan oleh panca indra manusia, sedangkan yang dimaksud dengan hak (recht) atau benda yang tidak berwujud menunjuk benda yang tidak memiliki wujud.

Tidak memiliki wujud maksudnya adalah tidak dapat dirasakan oleh indra manusia, yaitu beberapa hak tertentu yang dapat dijadikan objek hak milik, seperti hak atas bunga, perutangan, penagihan, dan sebagainya Dalam literatur hukum perdata lainnya, Subekti menerjemahkan zaak dengan “benda”. Demikian juga dalam pendidikan hukum, Koesoemadi Poedjosewojo menerjemahkan zaak dengan “benda”. Atas dasar terjemahan tersebut, konsep “benda” mencakup barang berwujud dan barang tidak berwujud. Barang berwujud dalam bahasa Belanda disebut goed, sedangkan barang tidak berwujud disebut recht. Benda juga memiliki karakteristik dapat dialihkan dan memiliki nilai ekonomis. Sesuatu yang dapat dikatakan benda adalah suatu hal yang dapat dialihkan kepada orang lain. Dengan demikian, ada peralihan atas hak kebendaan dari seseorang kepada orang lain dengan segala akibat hukum yang ada. Peralihan hak atas kebendaan tersebut dilakukan melalui perjanjian kebendaan (zakelijk overeenkomstein). Perjanjian kebendaan adalah perjanjian ketika suatu hak kebendaan dilahirkan, dipindahkan, diubah, atau dihapuskan. Dapat dikatakan pula bahwa perjanjian kebendaan adalah perjanjian yang bertujuan untuk meletakkan atau memindahkan hak kebendaan. Sekalipun istilah “perjanjian kebendaan” sudah umum digunakan dalam literatur hukum perdata, istilah tersebut tidak dikenal dalam KUHPerdata. Sedangkan maksud dari memiliki nilai ekonomis adalah dapat dinilai atau dihargai dengan uang. Selain itu, benda yang dikatakan memiliki nilai ekonomis adalah yang memberikan manfaat atau kegunaan bagi pemiliknya.

Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI mempergunakan sistem tertutup. Artinya, orang tidak diperbolehkan mengadakan hak-hak kebendaan selain dari yang telah diatur dalam undang-undang ini. Selain itu, hukum benda bersifat memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi, tidak boleh disimpangi, termasuk memuat peraturan baru yang menyimpang dari yang telah ditetapkan.Meskipun pengertian benda (zaak) dalam Burgerlijk Wetboek (BW) tidak hanya meliputi benda berwujud, sebagian besar dari materi Buku II tentang benda mengatur benda yang berwujud.

Selain diatur dalam Buku II BW, hukum benda juga diatur dalam :

1. Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, mengatur tentang hak-hak kebendaan yang berkaitan dengan bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya.

2. Undang-Undang Merek No. 21 Tahun 1961, mengatur tentang hak atas penggunaan merek perusahaan dan merek perniagaan.

(14)

3. Undang-Undang Hak Cipta No. 6 Tahun 1982, mengatur tentang hak cipta sebagai benda tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik.

4. Undang-Undang tentang Hak Tanggungan Tahun 1996, mengatur tentang hak atas tanah dan bangunan di atasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet verband.

2.6 Sumber Hukum Benda

Sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formal. Sumber hukum materiil adalah tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, tradisi (pandangan keagamaan dan kesusilaan), hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional, dan keadaan geografis.

Sumber hukum formal merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku. Yang diakui umum sebagai hukum formal ialah Undang Undang, perjanjian antarnegara, yurisprudensi, dan kebiasaan.Vollmar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu KUHPerdata, traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan.

Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tertulis. Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.

Sumber perdata tertulis yaitu:

1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum pemerintah Hindia Belanda;

2. KUHPerdata (BW);

3. KUH Dagang

4. UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Perkawinan;

5. UU Nomor 5 Tahun 1960 Tentang UU Pokok Agraria;

6. UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah;

7. UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia;

8. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam;

Traktat adalah suatu perjanjian yang dibuat antara dua negara atau lebih dalam bidang keperdataan. Terutama erat kaitannya dengan perjanjian internasional.

(15)

Contohnya, perjanjian bagi hasil yang dibuat antara pemerintah Indonesia dengan PT.Freeport Indonesia Company tentang perjanjian bagi hasil tembaga dan emas.

Yurisprudensi atau putusan pengadilan merupakan produk yudikatif, yang berisi kaidah atau peraturan hukum yang mengikat pihak- pihak yang berperkara terutama dalam perkara perdata. Contohnya H.R 1919 tentang pengertian perbuatan melawan hukum. Dengan adanya putusan tersebut maka pengertian melawan hukum tidak menganut arti luas, tetapi sempit. Putusan tersebut di jadikan pedoman oleh para hakim di Indonesia dalam memutuskan sengketa perbuatan melawan hukum. Konsep hukum benda dapat ditemukan pada KUHPerdata (BW) yaitu pada Buku II.

KUHPerdata (BW) dalam pembentukannya berawal pada hukum Belanda Kuno.

Namun, kemudian mengalami perubahan yang sebelumnya didasarkan kepada hukum kebiasaan/hukum kuno, tetapi dalam perkembangannya sebagian besar code hukum Belanda didasarkan pada code civil Perancis. Code civil ini juga meresepsi hukum Romawi, corpus civilis dari Justinianus. Jadi, hukum perdata Belanda yang kemudian dikenal sebagai KUHPerdata tersebut merupakan gabungan dari hukum kebiasaan/hukum kuno Belanda dan code civil Perancis.

Dengan kata lain, konsep hukum benda ini bersumber dari kebiasaan atau tradisi dari kehidupan masyarakat Romawi kuno yang dinamakan code civil dan kemudian dianut pula oleh Perancis dan Belanda dalam mengatur aspek-aspek kehidupan masyarakatnya termasuk mengenai harta kekayaan yang kemudian terbentuk sebuah konsep hukum benda. Tetapi, dalam perkembangannya Indonesia tidak serta merta menerapkan semua ketentuan di dalam KUHPerdata tersebut mengenai perihal benda.

Indonesia kemudian membuat aturan sendiri mengenai benda-benda seperti mengenai hak atas tanah dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria.

Dengan undang-undang ini telah mencabut berlakunya Buku II KUHPerdata, sepanjang mengenai hak atas tanah, kecuali mengenai hipotek.

2.7 Klasifikasi Benda Klasifikasi benda, yaitu:

1. Benda Berwujud dan Tidak Berwujud Benda berwujud adalah benda yang nyata dapat dirasakan oleh seluruh panca indra manusia, sedangkan benda tidak berwujud adalah hak yang dilekatkan pada suatu benda tertentu yang memiliki wujud.

Benda tidak berwujud memiliki karakteriistik hanya bisa dilekati hak saja. Arti penting dalam pengertian ini terletak pada penyerahannya melalui perbuatan hukum, contohnya jual beli, hibah, waris. Penyerahan benda berwujud bergerak dilakukan dari tangan ke tangan. Penyerahan benda berwujud tidak bergerak dilakukan dengan balik nama. Penyerahan benda tidak berwujud dilakukan

(16)

berdasarkan Pasal 613 KUHPerd, piutang atas nama (op naam, on name) dengan cara cessie, piutang atas tunjuk (aan toonder, on bearer) dengan cara penyerahan suratnya dari tangan ke tangan, piutang atas pengganti (aan order, on order) dengan cara endosemen dan penyerahan surat dari tangan ke tangan.

2. Benda Bergerak dan Tidak Bergerak Arti penting pada klasifikasi ini terletak pada penguasaan (bezit, take hold) , penyerahan (levering), daluarsa (veryaring), dan pembebanan

Benda bergerak dapat dibedakan menjadi 2 kelompok:

a. Berdasarkan sifatnya Pasal 509 KUHPerd menyebutkan bahwa benda bergerak berdarkan sifatnya adalah benda yang karena sifatnya dapat dipindah dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, contohnya mobil, motor, kapal.

b. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Benda bergerak berdasarkan ketentuan undang- undang adalah benda-benda baik yang berwujud maupun tidak berwujud yang ditentukan sebagai benda bergerak oleh ketentuan undang-undang.

Contohnya surat utang, hak pakai hasil, dan saham. Sedangkan benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Menurut sifatnya Menurut ketentuan Pasal 506 KUHPerdata menyebutkan bahwa benda tidak bergerak menurut sifatnya adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat dipindah atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Contohnya tanah, pohon, rumah.

2) Berdasarkan peruntukkannya atau tujuannya Pasal 508 KUHPerd memuat ketentuan mengenai benda berdasarkan peruntukkannya atau tujuannya, Pasal tersebut menyebutkan benda tidak bergerak ialah benda yang melekat dengan tanah atau bangunan meskipun tidak bersifat permanen, dengan tujuan untuk mengikuti tanah atau bangunan tersebut untuk waktu yang lama.

3) Berdasarkan ketentuan undang-undang Benda tidak bergerak menurut ketentuan undang- undang adalah segala benda-benda baik yang berwujud maupun tidak berwujud yang oleh ketentuan undang-undang disebut atau dinyatakan sebagai benda tidak bergerak.

Adapun perikatan yang lahir dari undang-undang, pembentuk undang-undang tidak menentukan aturan umumnya karena perikatan ini sesuai dengan namanya yaitu perikatan yang bersumber dari undang-undang, maka isinya lepas dari kemauan para pihak.

1. Benda Dipakai Habis dan Tidak Dipakai Habis

(17)

Benda habis pakai merupakan perjanjian yang objeknya benda dipakai habis apabila dibatalkan akan mengalami kesulitan dalam pemulihan pada keadaan semula. Penyelesaiaannya adalah harus digantikan dengan benda lain yang sejenis dan senilai.

2. Benda tidak habis pakai

adalah perjanjian yang objeknya benda habis pakai apabila dibatalkan tidak begitu mengalami kesulitan pemulihan dalam keadaan semula karena bendanya masih ada dan dapat diserahkan kembali, contohnya jual beli televise, kendaraan bermotor, emas.

3. Benda Sudah Ada dan Akan Ada Benda yang akan ada absolut,

yaitu benda yang pada saat itu sama sekali belum ada, misalnya hasil panen pada musim panen yang akan ada, benda yang aka nada relative, yaitu benda yang pada saat itu sudah ada, tapi bagi orang-orang tertentu belum ada, misalnya barang- barang yang sudah dibeli namun belum diterima.

Arti penting benda ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan utang atau pada pelaksaan perjanjian. Benda yang sudah ada dapat dijadikan jaminan utang dan perjanjian objeknya benda yang akan ada dapat menjadi batal jika pemenuhannya tidak mungkin dilakasanakan sama sekali.

4. Benda Dalam Perdagangan dan Luar Perdagangan

Arti penting dalam klasifikasi ini terdapat pada penyerahannya dan pemindahtangannya karena jual beli atau pewarisan. Benda dalam perdagangan dapat diperjualbelikan daengan bebas dan dapat diwariskan. Benda diluar pedagangan tidak dapat diperjualbelikan dan tidak dapat diwariskan.

5. Benda Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi

Pada perjanjian yang objeknya benda dapat dibagi, prestasi dapat dilakukan secara sebagian demi sebagian, misalnya satu ton beras dapat dibagi tanpa mengubah arti dan sifatnya. Dalam perjanjian yang objeknya tidak dapat dibagi, pemenuhan prestasinya tidak bisa dilakukan sebagian demi sebagian, tetap harus utuh. Misalnya prestasi seekor sapi

6. Benda Terdaftar dan Tidak Terdaftar Benda terdaftar

Dibuktikan dengan tanda pendaftaran atau sertifikat atas nama pemiliknya sehingga mudah dikontrol pemilikannya, pengaruhnya terhadap ketertiban umum, kewajiban pemiliknya untuk membayar pajak, dan kewajiban masyarakat untuk menghorati kepemilikan orang lain. Benda tidak terdaftar disebut juga benda tidak atas nama. Umumnya benda bergerak yang tidak sulit pembuktian pemilikannya, karena berlaku asas ”yang menguasai dianggap sebagai pemiliknya”. Selain itu, tidak berpengaruh atau berbahaya bagi ketertiban umum bagi pemiliknya untuk membayar pajak.

(18)

Jika melihat perumusan yang terdapat dalam KUHPerdata, benda yang tidak berwujud walaupun benda tersebut tidak memiliki wujud, sebenarnya merupakan hak yang diletakkan atas benda yang berwujud. Misalnya, hak guna usaha yang pada Pasal 508 angka 4 KUHPerdata menggolongkan hak guna usaha sebagai hak (benda tidak berwujud) yang tergolong benda tak bergerak. Menurut terminologi KUHPerdata disebutkan bahwa hak guna usaha adalah hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya barang tidak bergerak milik orang lain, dengan kewajiban membayar upeti tahunan kepada pemilik tanah sebagai pengakuan tentang kepemilikannya, baik berupa uang maupun hasil atau pendapatan alas hak lahirnya hak guna usaha harus diumumkan dengan cara seperti yang ditentukan dalam Pasal 620.

Akan tetapi, setelah diundangkannya UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria (UUPA), makna hak guna usaha menjadi berubah. Dalam UUPA, hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai secara langsung oleh negara, dalam jangka waktu tertentu, guna usaha pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan. Dengan demikian, hak guna bangunan sebagaimana yang diatur dalam UUPA termasuk ke dalam benda tidak berwujud yang digolongkan sebagai benda tak bergerak. Berdasarkan pemaparan tersebut, bahwa kedua hak Pasal 720 KUHPerdata

Pasal 35 UUPA. 39 tersebut merupakan benda tidak berwujud yang hadir karena adanya hak untuk mengambil manfaat atau memanfaatkan suatu benda tertentu yang memiliki wujud, yaitu tanah (benda tidak bergerak). Dengan demikian, sebenarnya benda tidak berwujud ada dan dilekatkan pada suatu manfaat tertentu atas suatu benda tertentu yang memiliki wujud. Menurut Neng Yani Nurhayani, Benda berwujud adalah semua barang yang berwujud yang dapat ditangkap dengan panca indra.

Artinya semua benda yang memiliki bentuk yang dapat dirasakan oleh indra perasa manusia seperti dapat dilihat bentuknya dan dirasakan dengan disentuh sehingga manusia dapat mengetahui wujud benda tersebut dikatakan sebagai benda berwujud.

Sedangkan benda tidak berwujud adalah beberapa hak tertentu yang dapat dijadikan objek hak milik, seperti hak atas bunga uang, perutangan, penagihan, dan sebagainya.

Dengan kata lain, benda yang tidak berwujud ini bukanlah sebuah benda yang memiliki bentuk atau wujud nyata yang dapat dirasakan oleh indra perasa manusia melainkan sesuatu berupa hak-hak tertentu yang dalam ketentuan hukum benda Indonesia yaitu pada Pasal 499 dan 503 KUHPerdata diakui juga sebagai benda Akibat dari pembedaan atau pembagian benda menjadi benda berwujud dan benda tidak berwujud adalah penyerahannya. Dalam KUHPerdata mengatur tiga cara penyerahan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 612, 613, 616, dan Pasal 620 KUHPerdata.

Untuk benda-benda berwujud yang tergolong sebagai benda tidak bergerak, penyerahannya dilakukan dengan penyerahan nyata, yaitu adanya suatu peralihan

(19)

secara fisik dari benda tersebut atau penyerahan kunci apabila benda-benda tersebut berada di dalam suatu gudang.

Adapun untuk benda-benda tidak berwujud yang tergolong sebagai benda bergerak yang merupakan piutang atas nama dan benda-benda lain yang tak bertubuh penyerahannya dilakukan dengan pembuatan suatu akta, baik berupa akta otentik maupun berupa akta di bawah tangan kemudian memberitahukan penyerahan tersebut kepada debitur (pihak yang berhutang) yang bersangkutan. Untuk surat-surat piutang atas tunjuk penyerahannya dilakukan dengan penyerahan surat tersebut, sedangkan untuk surat piutang atas nama penyerahannya dilakukan dengan penyerahan surat tersebut disertai dengan endosemennya.

Perbedaan cara penyerahan atas benda berwujud dan tidak berwujud dilakukan karena hakikat dari benda tidak berwujud 98 Pasal 612 KUHPerdata. Lembaga tersebut sering disebut sebagai cessie.

Pasal 613 KUHPerdata adalah tidak memiliki wujud tertentu dan penyerahannya juga tidak dapat dilakukan dengan cara yang sama sebagaimana terhadap benda yang bewujud dan benda tak bergerak. Untuk adanya peralihan atas suatu benda yang tidak ada wujudnya, tentunya perlu suatu tanda, yang dapat tampak keluar bahwa di sana ada tindakan penyerahan. Oleh karena itu, dalam Pasal 613 disyaratkan bahwa cessie dinyatakan melalui suatu akta, baik otentik maupun di bawah tangan.

Macam benda selanjutnya menurut KUHPerdata adalah benda bergerak dan benda tidak bergerak. Pembagian benda ini sebagaimana diatur dalam Pasal 504 KUHPerdata yang menyebutkan, “ada benda yang bergerak dan ada benda yang tak bergerak, menurut ketentuan- ketentuan yang diatur dalam kedua bagian berikut ini”.

Suatu benda termasuk benda bergerak karena sifatnya atau ditentukan oleh undang- undang. Suatu benda yang bergerak karena sifatnya adalah benda yang dapat berpindah sendiri atau dipindahkan atau benda yang tidak bergabung dengan tanah atau dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan, misalnya perabot rumah tangga. Sedangkan yang tergolong benda bergerak karena ditetapkan oleh undang- undang

Pasal 509 KUHPerdata, misalnya vruchtgebruik dari suatu benda tidak bergerak, liefrenten, penagihan mengenai sejumlah uang atau suatu benda yang bergerak, surat-surat sero dari perdagangan, surat-surat obligasi negara, dan sebagainya.

Selanjutnya, dalam auterswet dan octrooiwet ditetapkan bahwa hak atas suatu pendapatan dalam ilmu pengetahuan (octrooirecht) adalah benda yang bergerak.

Suatu benda dikategorikan sebagai benda tidak bergerak karena dua hal, yaitu sifatnya dan tujuan penggunaannya.

(20)

Suatu benda yang dikategorikan sebagai benda yang tak bergerak karena sifatnya adalah benda tersebut bukan benda yang dapat dipindah-pindahkan seperti tanah pekarangan beserta semua yang ada di atasnya, pohon dan tanaman ladang yang dengan akarnya menancap dalam tanah atau sudah menyatu dengan tanah, buah pohon yang belum dipetik, barang-barang tambang yang belum dipisahkan dan digali dari tanah, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan benda tidak bergerak karena tujuan pemakaiannya adalah segala hal yang meskipun tidak sungguh-sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan, dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak lama 107 , seperti pada 104 Pasal 511 KUHperdata., barang hasil pabrik, penggilingan, penempaan besi dan barang tak bergereak semacam itu, apitan besi, ketel kukusan, tempat api, jambangan, tong dan perkakas-perkakas lainnya yang termasuk bagian pabrik, sekalipun itu tidak terpaku.

Dengan demikian, membedakan benda bergerak dan benda tidak bergerak ini penting, artinya karena berhubungan dengan empat hal adalah pemilikan (bezit), penyerahan (levering), daluarsa (verjaring), dan pembebanan (bezwaring).

1. Pemilikan (bezit) Pemilikan (bezit), yakni dalam hal benda bergerak berlaku asas yang tercantum dalam Pasal 1977 KUHPerdata, yaitu Bezitter dari barang bergerak adalah eigenaar (pemilik) dari barang tersebut, sedangkan untuk benda tidak bergerak tidak demikian halnya.

2. Penyerahan (levering) Penyerahan, yakni terhadap benda bergerak dapat dilakukan penyerahan secara nyata (hand by hand) atau dari tangan ke tangan, sedangkan untuk benda tidak bergerak dilakukan balik nama.

3. Daluarsa (verjaring) Daluarsa, yakni untuk benda-benda bergerak tidak mengenal daluarsa, sebab bezit di sini sama dengan eigendom (pemilikan) atas benda bergerak tersebut, sedangkan untuk benda-benda tidak bergerak mengenal adanya daluarsa.

4. Pembebanan (bezwaring) Pembebanan, yakni terhadap benda bergerak dilakukan dengan pand (gadai, fidusia), sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik adalah hak tanggungan untuk tanah, serta bendabenda selain tanah digunakan fidusia. Selain dari pembagian benda-benda berdasarkan KUHPerdata Indonesia seperti yang diuraikan diatas, beberapa macam benda juga dikenal dari berbagai ahli seperti benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis, benda sudah ada dan benda akan ada, benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan, benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi, serta benda terdaftar dan benda tidak terdaftar.

Kemudian, berdasarkan Pasal 503 sampai dengan Pasal 504 KUHPerdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi menjadi 2 (dua), yakni benda yang bersifat

(21)

kebendaan (materiekegoederen) dan benda yang bersifat tidak kebendaan (immateriekegoederen)

Benda yang bersifat kebendaan (materiekegoederen) adalah suatu benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dan dirasakan dengan pancaindra, terdiri dari:

1. Benda bertubuh/berwujud, meliputi:

a. Benda bergerak/tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan;

b. Benda tidak bergerak;

2. Benda tidak bertubuh/tidak berwujud, seperti surat berharga. Benda yang bersifat tidak kebendaan (immateriekegoederen) adalah suatu benda yang hanya dirasakan oleh panca indra saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merek perusahaan, paten, ciptaan musik atau lagu.

Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, KUHPerdata sendiri jika memakai istilah “zaak” dalam arti objek hak mencampur adukkan kedua arti tersebut di atas (sebagai barang yang berwujud dan bagian dari harta kekayaan). Dalam sebagian pasal-pasal dari KUHPerdata Buku II kata zaak memang dapat diartikan sebagai bagian dari harta kekayaan, misalnya pada Pasal 501, Pasal 508 dan Pasal 511 KUHPerdata. Pada pasal-pasal lain dapat diartikan sebagai barang yang berwujud Pasal 500, 520 KUHPerdata dan lain-lain. Bahkan menurut sarjanasarjana Hukum Perdata Belanda kata zaak terutama dipakai dalam arti barang yang berwujud, karena dalam KUHPerdata Buku II itu yang diatur oleh pembentuk undang-undang hampir semata-mata hanya hak atas barang yang berwujud saja.

Hanya beberapa pasal secara insidentil menyebut hak atas barang yang tak berwujud, misalnya:

1. Pasal 613 KUHPerdata, mengenai pemindahan beberapa barang yang tak berwujud;

2. Pasal 814 KUHPerdata, mengenai hak memungut hasil atas bunga dan piutang;

3. Pasal 1158 KUHPerdata, mengenai gadai atas piutang;

4. Pasal 1164 KUHPerdata, mengenai hipotik atas hak-hak yang tertentu;

Sebagian besar dari pasal-pasal Buku II KUHPerdata adalah mengatur mengenai benda dalam arti barang yang berwujud. Meskipun demikian namun penting untuk senantiasa membedakan antara zaak dalam arti barang yang berwujud dan zaak dalam arti bagian dari harta kekayaan. Dengan kata lain penting untuk membedakan antara soal, apakah sesuatu adalah zaak dalam lapangan zakenrecht dan soal apakah sesuatu itu adalah zaak dalam lapangan verbintenissenrecht.

(22)

2.8 Cara Memperoleh dan Memperalihkan Hak Kebendaan

Cara Memperoleh Hak Kebendaan Ada beberapa macam cara memperoleh hak kebendaan seperti yang ditentukan dalam KUHPerdata. Beberapa cara tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Pengakuan Benda yang tidak ada pemiliknya (res nullius) kemudian ditemukan dan diakui oleh orang yang menemukannya sebagai miliknya. Orang yang mengakui tersebut memperoleh hak milik atas benda tersebut. Contohnya, menangkap ikan di sungai atau di laut, berburu rusa di hutan bebas, memperoleh intan dari tempat penggalian bebas, atau mendapat barang antik (kuno) dari penggalian tanah pekarangan milik sendiri.

2. Penemuan Benda milik orang lain yang lepas dari penguasaannya, misalnya, karena jatuh dijalan atau hilang akibat banjir kemudian ditemukan oleh seseorang, sedangkan dia tidak mengetahui siapa pemiliknya. Penemu benda tersebut dianggap sebagai pemilik karena dia menguasai benda itu (Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata). Dia mempunyai hak meguasai (bezit) atas benda itu dan bezit tersebut dianggap sebagai eigendom.

3. Penyerahan Hak kebendaan diperoleh karena penyerahan berdasar pada alas hak (rechstitel) tertentu, misalnya, jual-beli, hibah, dan pewarisan. Karena ada penyerahan itu, hak kebendaan atas benda berpindah kepada pihak penerima hak.

4. Daluarsa Hak kebendaan diperoleh karena daluarsa (lampau waktu). Daluarsa benda bergerak dan tidak bergerak tidak sama. Setiap orang yang menguasai benda bergerak, misalnya, karena penemuan di jalan, hak milik diperoleh setelah lampau waktu 3 (tiga) tahun sejak dia menguasai benda bergerak itu (Pasal 1977 ayat (2) KUHPerdata). Untuk benda tidak bergerak, daluarsa adalah 20 tahun dalam hal ada alas hak dan 30 tahun dalam hal tidak ada alas hak. Setelah lampau waktu 20 tahun atau 30 tahun itu, orang yang menguasai benda tidak bergerak tersebut memperoleh hak milik (Pasal 1996 KUHPerdata).

5. Pewarisan Hak kebendaan diperoleh karena pewarisan menurut hukum waris yang berlaku. Ada tiga macam hukum waris, yaitu hukum waris adat, hukum waris islam, dan hukum waris KUHPerdata. Pewarisan dinyatakan terbuka bagi ahli waris untuk memperoleh hak waris sejak almarhum pemilik harta warisan itu meninggal dunia.

6. Penciptaan Orang yang menciptakan benda baru memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu. Pengertian menciptakan di sini meliputi menciptakan benda baru dari benda-benda yang sudah ada atau menciptakan benda baru yang sama sekali tadinya belum ada.

(23)

Contohnya, menciptakan rumah. Rumah ini benda baru, tetapi tercipta dari benda-benda yang sudah ada yaitu batu, pasir, semen, bata, air, dan besi ataupun Hak paten atas penemuan televisi, hak cipta atas suatu lukisan, lagu, atau buku sebagai benda baru sama sekali. Ikutan atau turunan Orang yang membeli seekor sapi yang sedang hamil kemudian sapi itu melahirkan anak. Pemilik sapi tersebut memperoleh hak milik atas anak sapi yang baru lahir itu. Tumbuhan di atas tanah pekarangan dinyatakan sebagai benda ikutan dari tanah pekarangan itu. Orang yang membeli pekarangan tersebut berhak pula atas tanaman di atas pekarangan itu karena ikutan.

. Hak Milik Atas Suatu Benda Kepemilikan suatu benda merupakan hal yang erat kaitannya dengan hak milik atas benda tersebut. Hak milik yang akan dibahas dalam hal ini merupakan hak milik atas suatu kebendaan merupakan hak yang paling kuat atau paling penuh di antara hak-hak yang lainnya. Hak milik yang bersifat penuh diakui oleh hukum karena dianggap bagian dari hak asasi manusia.

Menurut ketentuan Pasal 570 KUHPerdata, “Hak milik adalah hak untuk menikmati suatu barang secara lebih leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap barang itu sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau sebagaimana yang telah dikutip dari Pasal 17 Universal Declaration of Human Right menyebutkan,

“Everyone has the right to own property alone as well as in association with others.”

peraturan umum yang ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak mengganggu hak;hak orang lain; kesemuanya itu tidak mengurangi kemungkinan pencabutan hak demi kepentingan umum dan penggantian kerugian yang pantas, bedasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Berdasarkan ketentuan tersebut terlihat bahwa hak milik walaupun terlihat penuh, namun masih tetap dibatasi dengan peraturan perundangundangan, tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan hak-hak orang lain. Serta hak milik merupakan hak yang paling utama artinya menjadi dasar bagi segala hak kebendaan lainnya. Karena tanpa adanya hak milik tidak akan hak-hak yang lain yang akan muncul atas suatu kebendaan.

Kemudian pemilik dapat menikmati sepenuhnya. Dan hak milik tidak dapat diganggu gugat sejauh untuk memenuhi kebutuhan pemiliknya secara wajar.

Berdasarkan pada ketentuan pasal tersebut pula, dapat diuraikan unsur-unsur konsep hak milik sebagai berikut:

1. Hak milik adalah hak yang paling utama, artinya menjadi dasar bagi segala hak kebendaan lainnya yang mungkin terjadi berikutnya. Tanpa hak milik tidak mungkin ada hak-hak lain.

2. Pemilik dapat menikmati sepenuhnya, artinya dapat memakai sepuas-puasnya, dapat memetik manfaat semaksimal mungkin, dan dapat memetik hasil sebanyak-banyaknya.

3. Pemilik dapat menguasai sebebas-bebasnya, artinya dapat melakukan

(24)

perbuatan apa saja tanpa batas terhadap benda miliknya itu, misalnya, memelihara sebaik-baiknya, membebani dengan hak-hak kebendaan tertentu, memindahtangankan, mengubah bentuk, bahkan melenyapkan.

4. Hak milik tidak dapat diganggu gugat, baik orang lain maupun oleh penguasa, kecuali dengan alasan, syarat-syarat, dan menurut ketentuan undang-undang.

5. Tidak dapat diganggu gugat diartikan sejauh untuk memenuhi kebutuhan pemiliknya secara wajar dengan memerhatikan kepentingan orang lain (kepentingan umum).

Penguasaan dan penggunaan hak milik dibatasi oleh kepentingan orang lain.

Bagaimanapun juga menurut sistem hukum Indonesia, hak milik mempunyai fungsi sosial.

Hak kebendaan merupakan hak yang paling kuat karena disebabkan oleh dua unsur yaitu sebagai berikut:

1. Hak milik adalah hak atas benda itu sendiri, yaitu merupakan kepunyaan dari yang berhak atas suatu benda. Hak-hak yang lain hanya akan menjadi milik atas kebendaan orang lain atau subjek lain.

2. Hak milik memberikan dua kekuasaan kepada yang berhak, yaitu:

a. Kekuasaan untuk memungut kenikmatan bendanya;

b. Kekuasaan untuk mengasingkan, seperti halnya menjual, menghibahkan, memberi, menukar, dan lain-lain. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dipahami dan dikemukakan bahwa dapat dikatakan adanya pembatasan penggunaan dalam hak milik, diantaranya, hak milik tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan umum yang berlaku. Misalnya, pemilik rumah bebas menggunakan dan menguasai rumahnya untuk keperluan pribadinya.

Akan tetapi, pemilik rumah dilarang menngunakan rumahnya tersebut untuk tempat perjudian atau perdagangan narkotika karena bertentangan dengan undang-undang. Dalam praktiknya pemaknaan bahwa hak milik dalam penggunaannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan telah diperluas menjadi tidak bertentangan dengan hukum, sehingga dapat dikatakan pula bahwa hak milik atas suatu benda itu tidak bertentangan dengan kesusilaan dan kepentingan umum yang berlaku. Misalnya, penggunaan rumah sebagai tempat ribut dan gaduh, minuman keras, dan pelacuran. Perbuatan penggunaan hak milik seperti ini termasuk dalam perbuatan melawan hukum yang mengganggu ketertiban umum. Kemudian, dalam penggunaan hak milik untuk tidak terjadi yang namanya penyalahgunaan hak, artinya perbuatan dilakukan dengan tidak masuk akal yaitu tidak sesuai dengan kepatutan, kewajaran,

(25)

tidak ada gunanya, dan yang bertujuan merugikan orang lain, karena penyalahgunaan hak itu dalam dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum. Sehingga hal tersebut dapat digugat melalui Pasal 1365 KUHPerdata tentang onrechtmatige daad (perbuatan melawan hukum).

Gugatan berdasar pada gangguan menurut Pasal 1365 KUHPerdata akan berhasil apabila gangguan itu mengenai penggunaan hak milik bersama secara normal menurut ukuran objektif; gangguan itu mengenai penggunaan hak milik sendiri, bukan hak milik orang lain; dan gangguan itu mengenai penggunaan sesungguhnya dari hak milik seseorang. Dari hak tersebut, bagaimana cara dalam mendapatkan atau memperoleh hak itu harus dengan penyerahan. Penyerahan merupakan pengalihan suatu benda dari pemilik atas suatu benda kepada pihak lainnya, sehingga pihak tersebut dalam memperoleh hak atas benda yang dialihkan kepemilikannya. Jadi penyerahan itu merupakan perbuatan yuridis yang memindahkan hak milik, namun pengalihan hak atas suatu benda itu akan beralih apabila disertakan dengan penyerahan benda dari pemilik benda kepada pihak lain yang akan menerima hak tersebut.

Cara memperoleh hak milik Berdasarkan Pasal 584 KUHPerdata, ada 5 cara untuk memperoleh hak milik atas benda, yaitu :

1. Pemilikan/pendakuan (Pasal 585, 586,dan 587 KUHPerdata)

2. Perlekatan (Pasal 500 sampai dengan 502 dan Pasal 586 sampai dengan Pasal 609 KUHPerdata)

3. Lampau waktu/daluwarsa (Pasal 610 KUHPerdata, lebih lanjut diatur dalam Buku IV Pasal 1955 jo Pasal 1963 dan Pasal 1967 KKUHPerdata)

4. Pewarisan (Pasal 611 )

5. Penyerahan (levering) (Pasal 612, 613, 616 KUHPerdata (lihat Pasal 1459 KUHPerdata) Cara penyerahan :

a. Untuk benda bergerak berwujud ( Pasal 612 KUHPerdata) b. Untuk benda bergerak tak berwujud (Pasal 613 KUHPerdata) c. Untuk benda tidak bergerak (Pasal 616 KUHPerdata)

Hak memungut (pakai) hasil (vruchtgebruik) Pasal 756 KUHPerdata, menyebutkan bahwa hak memungut hasil adalah hak kebendaan untuk menganmbil hasil dari barang milik orang lain, seakan-akan dia sendiri pemiliknya, dengan kewajiban memelihara barang tersebut sebaik- baikinya.

Dan menurut Pasal 759 KUHPerdata , hak memungut hasil dapat diperoleh karena undang-undang atau karena kehendak pemilik. Hapusnya hak memungut hasil (Pasal 807 KUHPerdata), adalah :

1. Karena pemegang hak meninggal dunia

2. Karena tenggang waktu hak memungut hasil itu telah habis atau syarat-syarat ditentukannya hak itu telah terpenuhi

(26)

3. Karena pemegang hak berubah menjadi pemilik (karena percampuran) 4. Karena pemegang hak melepaskan haknya

5. Karena lewat waktu 6. Karena bendanya musnah

Hak pakai dan mendiami Pasal 818 KUHPerdata menentukan hak pakai dan hak mendiami diperoleh dan berakhir dengan cara yang sama seperti hak pakai hasil Hak pakai sama dengan hak mendiami. Istilah hak mendiami dipergunakan jika mengenai rumah (Pasal 826 KUHPerdata) Hak mendiami tidak boleh diserahkan atau disewakan kepada orang lain (Pasal 827 KUHPerdata) Hak pakai dibedakan antara barang bergerak dan barang tak bergerak. Hak pakai barang bergerak diatur dalam Buku II KUHPerdata, sedangkan hak pakai barang tak bergerak (tanah) diatur dalam UUPA (UU No.5 Tahun 1960) Menurut KUHPerdata, hak pakai tidak termasuk obyek hipotek (lihat Pasal 1164 KUHPerdata), karena hak pakai bukan merupakan hak kebendaan.

Hak pakai adalah hak perorangan dan tidak dapatb dialihkan tanpa persetujuan pemilik.

2.9 Ciri-Ciri Hak Kebendaan Ciri hak kebendaan ialah 1. Mutlak / absolute

2. Mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya hak sewa tetap mengikuti benda itu berada, siapapun yang memiliki hak diatasnya

3. Hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua), kedudukannya lebih tinggi;

4. Memiliki sifat diutamakan

5. Dapat dilakukan gugatan terhadap siapapun yang mengganggu hak yang bersangkutan.

6. Pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun. Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :

a. Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan .

Selain yang mengenai tanah, karena sudah diatur dalam UUPA, maka hak kebendaan yang termasuk dalam kategori ini adalah ;Bezit ; Hak Milik (eigendom) ; Hak Memungut Hasil ; Hak Pakai ; Hak Mendiami.

Hak atas tanah yang dengan berlakunya UUPA dinyatakan tidak berlaku lagi: Hak bezit atas tanah ; Hak eigendom atas tanah, Hak servitut ; Hak opstal ; Hak erfpacht ; Hak bunga atas tanah, Hak pakai atas tanah Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah yang dihapus adalah :

1) Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak Pakai 2) Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan memungut

(27)

hasil hutan

3) Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan 4) Hak guna ruang angkasa

5) Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social b. Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan

1) Hak Gadai (pandrechts) 2) Hipotik

3) Credietverband

4) Privilege (piutang yang di istimewakan).

5) Fiducia

2.10 Virtual Property

Virtual property sering disebut juga sebagai virtual goods atau virtual objects.

Virtual property atau virtual goods dapat didefinisikan sebagai suatu objek atau benda yang bersifat tidak berwujud yang diperjual belikan guna digunakan dalam komunitas online atau permainan online. Secara sempit, dapat di definisikan sebagaisebagai sebuah benda yang hanya berada pada suatu sistem permainan.

Menurut David Nelmark, Virtual property didefinisikan sebagai: “ any property interest that is both intangible and exclusionary .” Jika diterjemahkan secara bebas, berarti suatu property yang bersifat tidak berwujud dan eksklusif.

Dari definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa virtual property atau virtual goods merupakan suatu benda tidak berwujud, dan hanya berada pada dunia maya. Kajian, mengenai virtual property ini adalah suatu kajian baru. Kajian ini menjadi kajian yang penting seiring dengan populernya penggunaan internet.

Menurut Peter Brown & Richard Raysman, Virtual Property merupakan aset atau barang- barang kepemilikan yang bernilai. Bernilai disini maksudnya memiliki nilai ekonomi, dapat ditukarkan dengan uang nyata dengan carajual-beli, atau melalui perjanjian tukar-menukar antar sesama objek virtual. Virtual property hanya ada pada dunia yang virtual juga yaitu dunia Siber Virtual property tidak dapat dilepaskan dari keberadaan internet dan program komputer.

Adanya suatu program komputer yang dapat dimiliki oleh seseorang, terhubung dengan jaringan internet, dan dapat berinteraksi dengan orang lain, melahirkan suatu konsep mengenai virtual property atau virtual good.

Virtual property memiliki tiga sifat yaitu : 1. Rivalrous (eksklusif)

Eksklusif disini berarti bahwa virtual property itu hanya dapat dimiliki oleh satu orang saja. Jika seseorang telah memiliki suatu virtual property , maka orang lain tidak dapat memilikinya. Sebagai contoh adalah kepemilikan atas suatu

(28)

alamat internet. Jika, seseorang telah memiliki alamat internet sebagai alamat websitenya, maka orang lain tidak dapat menggunakan alamat yang sama.

Artinya, jika seseorang telah memiliki alamat internet, maka alamat internet tersebut adalah milik eksklusif dari si pemilik tersebut, tidak ada orang lain yang dapat memilikinya.

2. Persistent

Tetap artinya, suatu virtual property itu akan tetap ada untuk suatu jangka waktu tertentu. Sebagai contoh, di dunia nyata, seseorang memahat sebuah patung, kemudian patung itu diletakkan di taman kota. Maka, patung tersebut akan terus berada di taman kota tersebut, tidak akan menghilang. Demikian juga halnya dengan virtual property , misalnya e- mail yang dimiliki oleh seseorang. Jika seseorang memiliki e-mail , maka seseorang itu bebas untuk mengakses emailnya tersebut darimanapun dan dengan menggunakan perangkat apapun.

Apabila seseorang itu mengakses e-mail tersebut melaui perangkat laptop dan kemudian ia mematikan laptopnya, dan dikemudian hari ia mengkases e- mail nya dengan perangkat PC, maka e-mail nya tetap akan ada, tidak akan hilang.

Karena, e-mail nya tersebut tetap berada di tempatnya sejak awal di server penyedia jasa e-mail tersebut.

3. Interconnected

Suatu virtual property itu dapat saling terhubung. Si pemilik dapat mengendalikan virtual property tersebut, sedangkan pihak lain juga dapat berinteraksi dengan virtual property tersebut. Sebagai contoh adalah alamat email milik seseorang. Selaku si pemilik dari alamat e-mail tersebut, maka seseorang tersebut memiliki kuasa penuh untuk mengendalikan alamat e-mail tersebut. Sedangkan, orang lain juga dapat berinteraksi dengan alamat e-mail tersebut, dimana orang tersebut dapat mengirim atau membalas kirimam dari alamat e-mail tersebut.

Selain itu, dengan perlakuan masyarakat yang menganggap bahwa Virtual Property sama dengan benda nyata pada umumnya menimbulkan permasalahan lainnya yaitu bagaimana hak-hak atas benda Virtual ini, kedudukannya di dalam sistem hukum, tata cara peralihannya, dan muncul perselisihan-perselisihan terhadap Permasalahan yang muncul akan menuntut hukum di Indonesia untuk dapat merespon permasalahan-permasalahan terhadap benda Virtual mengingat benda Virtual merupakan hal yang baru didalam kehidupan manusia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan sistem hukum perdata Indonesia, sesuatu yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan adalah benda, baik benda berwujud maupun benda tidak berwujud. Benda dalam hukum perdata Indonesia adalah benda berwujud yaitu benda yang memiliki wujud nyata atau dapat dirasakan oleh pancaindra manusia,

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan peta penurunan luas sawah, dapat diketahui bahwa daerah Kecamatan Somba Opu adalah daerah yang paling tinggi perubahan alih fungsi lahan sawah ke non sawah. Hal

Dengan Peraturan Daerah ini, dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pemeriksaan dan atau pengujian Alat Pemadam Kebakaran, Alat Penanggulangan Kebakaran

Bagi mahasiswa Bidikmisi yang mengalami beberapa problem harus memiliki strategi pemecahannya, diantaranya melakukan evaluasi diri untuk mengatahui timbulnya problem

Dengan demikian, seorang pengamat di permukaan Bumi hanya melihat posisi semu benda langit, sinar yang datang dari medium yang mempunyai indek bias lebih kecil dari medium

Pengujian yang dilakukan pada kapasitas mesin dan kebersihan kapuk dari bijinya adalah menguji output/keluaran hasil pengodolan yang paling banyak dan stabil

Berdasarkan hal tersebut, Situmorang (2013) mengembangkan mesin pembeku dengan suhu media bertahap yang menggunakan satu evaporator dan tiga katup ekspansi, sehingga

Dari ketujuh parameter yang diamati, hasil analisis sidik ragam yang berbeda nyata (P-value < α) terdapat pada persen stek berakar, jumlah akar, dan panjang

belum mematuhi standar operasional prosedur (SOP) yang dibuat untuk memperlancar penyelesaian pelayanan. selain itu badan Lingkungan Hidup Kota Semarang belum dalam