Pengembangan Kawasan Wisata Tsunami di Kota Banda Aceh (Studi Implementasi Kebijakan Qanun Aceh Nomor 8
Tahun 2013 Tentang Kepariwisataan)
Muhammad Munzir1, Muhammad Zainal Abidin2*, Faridah3, Kamal Fachrurrozi4, Fadli Syahputra5
1, 2, 3, 4Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Banda Aceh
5Akademi Farmasi YPPM Mandiri Banda Aceh
1, 4DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Provinsi Aceh Email: [email protected]2*
ABSTRACT
This research is important because until now the local revenue of Kota Banda Aceh from tourism is still low, whereas there are still many tourism potentials that can still be dug for, if there is tourism activity is not lively and not festive and generally not maintained, including supporting facilities for such activities not well maintained. Many debates about tourism post disaster. During this time the disaster is considered a threat, but the facts on the ground show that many people are interested to see and enjoy the impact of the Tsunami disaster. The formulation of the problem in this research is how to arrange / facilitate the development of tourist attraction in Banda Aceh City, how to organize tourism training, how to maintain and preserve the tourist attraction in Banda Aceh City, how to organize guidance of the conscious society of tourism in Banda Aceh City, how to do promotion tour. This research uses qualitative approach. Because the researchers intend to get a picture of a profound phenomenon about a symptom.
Technique of data collecting is by interview, observation and documentation study. the data source consists of primary data source and secondary data source. In conducting research of informant search done by purposive sampling technique. The informant consisted of the Head of the Tourism Office of Banda Aceh City, Secretary of Tourism Office, Kabid. Tourism, Sub-Head of Planning, Head of Marketing and Development Section, Owner of Hotel Arabia, Sub-district of Meuraxa, Public figure, Tourist owner Iboh, Hotel Owner of Tourism, Business Owner of Floating Ship Object. From the results of the research shows that the development of tourist attraction continues in galakkan by the city of Banda Aceh, the implementation of tourism training followed by the entrepreneurs and the community around the tourist attraction. Maintenance and preservation of tourist attraction in do not meet the expectations of visitors, the guidance of the community aware of tourism in greet the community is less serious, the promotion is not so vigorous and attract many tourists. From the result of the research, it can be concluded that the development of tsunami tourism area in Banda Aceh City still needs improvement and the government's attention for further development.
Keywords: Development, Tsunami Tourism Area
ABSTRAK
Penelitian ini penting karena hingga sekarang ini pendapatan daerah Kota Banda Aceh dari pariwisata masih rendah, padahal masih banyak potensi wisata yang masih dapat digali untuk, kalau ada aktivitas wisata tidak hidup dan tidak meriah serta secara umum tidak terawat, termasuk sarana penunjang untuk kegiatan tersebut seperti tidak terpelihara dengan baik.Banyak perdebatan tentang pariwisata pasca bencana. Selama ini bencana dianggap sebagai ancaman, tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak orang tertarik untuk melihat dan menikmati dampak bencana Tsunami. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana mengatur/memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata di Kota Banda Aceh, bagaimana menyelenggarakan Diklat kepariwisataan, bagaimana memelihara dan melestarikan daya tarik wisata di
Kota Banda Aceh, bagaimana menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata di Kota Banda Aceh, bagaimana melakukan promosi wisata. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Karena peneliti bermaksud untuk memperoleh gambaran fenomena yang mendalam tentang suatu gejala. Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Dalam melakukan penelitian pencarian informan dilakukan dengan teknik purposif sampling. Informan terdiri dari Kepala Dinas pariwisata Kota Banda Aceh,Sekretaris Dinas Pariwisata, Kabid. Pariwisata, Kasubbag Perencanaan, Kepala Seksi Pemasaran dan Pengembangan, Pemilik Hotel Arabia, Kapolsek Kecamatan Meuraxa, Tokoh masyarakat, Pemilik wisata Iboh, Pemilik Hotel Pariwisata, Pemilik Usaha Objek Kapal Apung. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan daya tarik wisata terus di galakkan oleh pemerintah kota Banda Aceh, penyelenggaraan Diklat kepariwisataan di ikuti oleh para pengusaha dan masyarakat di sekitar objek wisata. Pemeliharaan dan pelestarian daya tarik wisata di lakukan belum memenuhi harapan pengunjung, penyelenggaraan bimbingan masyarakat sadar wisata di sambut masyarakat kurang serius, promosi yang dilakukan belum begitu gencar dan menarik banyak wisatawan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan kawasan wisata tsunami di Kota Banda Aceh masih memerlukan pembenahan dan perhatian pemerintah untuk pengembangan lebih lanjut.
Kata Kunci: Pengembangan, Kawasan Wisata Tsunami
PENDAHULUAN
Peranan pariwisata dalam pembangunan secara garis besar berisikan tiga segi yakni segi ekonomis (devisa, pajak-pajak), segi kerjasama antar negara (persahabatan antar bangsa), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan manca Negara). Pariwisata Kota Banda Aceh diarahkan sebagai sektor yang dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, peningkatan PAD, pemberdayaan masyarakat sekitar, untuk memperluas kesempatan kerja, dan memasarkan produk-produk budaya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan kawasan wisata harus terencana, bertahap secara menyeluruh untuk dapat memperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, yang memberikan kewenangan lebih luas pada pemerintah Daerah untuk mengelola wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah. Dengan ini diharapkan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang sifatnya kedaerahan seperti kurangnya lapangan pekerjaan, kesejahteraan rakyat dan pelayanan publik. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, yang dimaksud dengan ekowisata adalah “kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, dan dukungan usaha konservasi sumber daya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal”
Banyak kesempatan promosi pariwisata, umumnya telah mengenal Aceh karena tsunami 12 tahun lalu, wisatawan yang datang setiap tahun selalu singgah ke tempat bekas tsunami dan lokasi bukti dahsyatnya bencana itu, seperti kapal apung, Museum Tsunami, dan Masjid Ulee Lheu. Target wisatawan tahunan juga terpenuhi, yakni 75 ribu wisatawan
Asing. Target yang dipasang untuk tahun depan adalah penambahan sekitar 20 persen dari sebelumnya, sekitar 90 ribu wisatawan Asing. Jika ditambah dengan wisatawan Nusantara, targetnya 1,8 juta pelancong. "Wisatawan asing terbanyak datang dari Malaysia. Kalau wisatawan Nusantara paling banyak dari Sumatera Utara. Masih ada sejumlah tantangan pariwisata di Aceh di antaranya kualitas pelayanan, infrastruktur di lokasi, dan sumber daya manusia. "Perlahan ini terus dibenahi bersama pelaku pariwisata. Dinas Pariwisata terus melakukan pembinaan dan mengajak masyarakat menjadi pelaku utama dalam membangun pariwisata Aceh. Investor bidang ini juga diharapkan menggandeng warga dalam usaha wisata.
Kenangan akan bencana Tsunami Aceh yang terjadi 12 tahun lalu, tak akan pernah pudar. Pemerintah Provinsi Aceh sudah beberapa tahun belakangan memperkenalkan wisata mengenang Tsunami Aceh kepada wisatawan. Saat ini, ada beberapa obyek wisata yang kerap dikunjungi wisatawan untuk menapak tilas kejadian Tsunami Aceh 2004. Namun setelah bencana besar tersebut, pemerintah dan masyarakat tak berputus asa. Mereka bahu- membahu membangun kembali daerahnya. Nah, beberapa lokasi yang terdampak tsunami sekarang ternyata malah menjadi daerah tujuan wisata. Daerah tujuan wisata dapat meningkatkan PAD. PAD sendiri merupakan gambaran potensi daerah, potensi keuangan daerah, pada umumnya mengandalkan unsur daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan PAD dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa obyek wisata.
Pendapatan Daerah Kota Banda Aceh dari pariwisata masih kurang, banyak hal yang masih dapat digali untuk dapat meningkatkan baik jumlah kunjungan pariwisata maupun PAD daerah. Hal ini merupakan tugas berat bagi pemerintah khususnya lembaga yang mengurusi daerah pariwisata yaitu Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh. Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh sampai saat ini belum berhasil dalam menempatkan pariwisata sebagai salah satu sumber yang memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Oleh Karena itu, peran Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh dituntut dalam mengambil kebijakan untuk melakukan pengembangan di sektor pariwisata yang ada khususnya objek wisata tsunami dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Banda Aceh.
KAJIAN TEORITIS
Teori Implementasi Kebijakan
Menurut Syaukani dkk (2013:295) bahwa: implementasi merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam rangka mengantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut mencakup, Pertama persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan terebut. Kedua, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk di dalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan dan tentu saja penetapan siapa yang bertanggungjawab melaksanakan kebijakan tersebut.
Ketiga, bagaimana mengantarkan kebijaksanaan secara konkrit ke masyarakat.
Konsep Pariwisata
Indonesia istilah pariwisata dimulai pada awal tahun 1960-an. Istilah pariwisata diperoleh dari budayawan intelektual atas permintaan Presiden Soekarno kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Ketua DTI (Dewan Tourisme Indonesia) pada tahun 1960.
Secara terpisah dua orang budayawan, yaitu Prof. Mr. Moh. Yamin dan Prof. Dr. Prijono dalam Yoeti, (2014:47) memberi istilah pariwisata untuk mengganti istilah tourism atau travel, yang konotasinya dapat terkait dengan selera rasa pleasure, excitement, entertainment, adventure dan sejenisnya. Istilah pariwisata terlahir dari bahasa Sansekerta yaitu pari yang berarti penuh, lengkap, berkeliling, wis (man) yang berarti rumah, properti, kampung, komunitas dan ata yang artinya pergi terus menerus, mengembara (roaming about). Jadi, pariwisata adalah pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus-menerus.
Jenis-Jenis Pariwisata
Definisi pariwisata begitu luas, penelitian bidang kepariwisataan pun sangat luas, secara global jenis-jenis pariwisata pun bermacam-macam. Pendit (2012:11) mengemukakan jenis-jenis pariwisata yang terbagi menjadi pariwisata budaya, kesehatan, olahraga, komersial, industri, politik, konvensi, sosial, pertanian, maritim (bahari), cagar alam, buru, pilgrim, wisata bulan madu dan wisata petualangan. Jenis-jenis pariwisata tersebut bisa bertambah, tergantung pada kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah. Hal ini berkaitan dengan kreativitas para ahli profesional yang berkecimpung dalam industri pariwisata. Semakin kreatif dan banyak gagasan yang dimiliki, maka semakin bertambah pula bentuk dan jenis wisata yang dapat diciptakan bagi kemajuan industri pariwisata.
Pengembangan Pariwisata
Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2012:556) pengembangan merupakan perbuatan (hal, cara, usaha) mengembangkan. Fandeli dalam Pendit (2012:27) mengemukakan pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada:
1. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal.
2. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan secara merata pada penduduk lokal.
3. Berorientasi pada pengembangan wirausaha skala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berpotensi pada teknologi komparatif.
4. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.
Tujuan Pengembangan Pariwisata
Pada dasarnya tujuan utama dari pengembangan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan nilai ekonomi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Yoeti (2014:22) bahwa pengembangan kepariwisataan nasional, dengan tujuan untuk
memperlancar usaha kepariwisataan nasional sebagai salah satu sumber penghasil devisa negara perlu menyempurnakan organisasi dan tata kerja badan pelaksana di bidang kepariwisataan tingkat pusat. Selain menyinggung tujuan budaya serta persahabatan internasional, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 tentang Pedoman pembinaan pengembangan kepariwisataan nasional juga menetapkan keuntungan ekonomis sebagai tujuan yang pertama dari pengembangan pariwisata di Indonesia.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Pariwisata
Para ahli dalam bidang usaha pengembangan dan pembangunan pariwisata yang dikutip oleh Pendit (2012:60) mengemukakan tentang adanya persyaratan menjadi faktor penentu pengembangan daerah tujuan wisata yaitu: faktor alam, sosial budaya, sejarah, keagamaan, fasilitas rekreasi, fasilitas kesehatan, fasilitas hiburan, fasilitas berbelanja, infrastruktur, fasilitas pangan dan akomodasi.
Industri Pariwisata
Menurut Soewantoro (2014:75) bahwa industri Pariwisata adalah gambaran suatu industri adalah suatu bangunan pabrik yang mempunyai cerobong dan menggunakan mesin- mesin tetapi Industri pariwisata merupakan suatu industri yang terdiri dari dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lain. Produk Industri Pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh macam-macam perusahaan, semenjak seorang wisatawan meninggalkan tempat kediamannnya, sampai di tempat tujuan, hingga ketempat asalnya. Sedangkan produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial) dan jasa alam.
Teori Organisasi
Seperti di ungkapan Davis dalam Winardi (2013:34) yang menyebutkan bahwa
“Organization is any group of individual that is working toward some common end under leadership” (Organisasi adalah suatu kelompok orang yang sedang bekerja ke arah tujuan bersama di bawah kepemimpinan). Pendapat lain dari Siagian dalam Sofyandi, (2011:3) mendefinisikan organisasi sebagai bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan mana terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
Teori Sumber Daya Manusia
Hasibuan dalam Arifin (2013:244) “Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya”.
Teori Tentang Otonomi Daerah
Berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (1), disebutkan bahwa Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya kecuali urusan Pemerintah yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah. Urusan Pemerintah yang dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) tersebut kemudian dijabarkan pada ayat (3) yaitu bahwa Urusan Pemerintah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi : a) politik luar negeri; b) pertahanan; c) keamanan; d) yustisi; e) moneter dan fiskal nasional;
dan f) agama.Kemudian ketentuan Pasal 58 Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur bahwa materi muatan Peraturan Daerah mengandung asas:
kepastian hukum; tertib penyelenggara negara; kepentingan umum; keterbukaan;
proporsionalitas; profesionalitas; akuntabilitas; efisiensi; efektivitas; dan keadilan.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu “penelitian yang lebih menekankan pada pengungkapan makna dan proses, latar belakang alami (natural setting) dan digunakan sebagai sumber data langsung dari peneliti sendiri sebagai instrumen kunci”.
Penelitian kualitatif ini tidak hanya mengungkapkan peristiwa riil, tetapi lebih dari itu hasilnya diharapkan dapat mengungkapkan nilai-nilai tersembunyi. Selain itu penelitian ini akan lebih peka terhadap informasi yang bersifat kualitatif deskriptif dengan secara relatif berusaha mempertahankan keutuhan dari obyek yang diteliti.
Informan Penelitian
Pada penelitian ini informan dipilih secara sengaja (purposive sampling), dengan demikian, penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah informan. Dalam hal ini jumlah informan bisa sedikit dan bisa juga banyak tergantung dari: (1) tepat tidaknya pemilihan informan, (2) kompleksitas dan keragaman fenomena sosial yang diteliti.
Tabel 1. Informan Penelitian
No. Informan Jumlah (orang)
1. Kepala Dinas pariwisata Kota Banda Aceh 1
2. Sekretaris Dinas Pariwisata 1
3. Kabid. Pariwisata 1
4. Kasubbag Perencanaan 1
5. Kepala Seksi Pemasaran dan Pengembangan 1
6. Kapolsek Kecamatan Meuraxa 1
7. Tokoh masyarakat 1
8. Pengunjung. 1
9. Pemilik Hotel Pariwisata. 1
10. Pemilik Usaha Objek Kapal Apung 1
11. Pemilik ikan Bakar Simpang Mesra 1
12. Pemilik usaha Pariwisata 1
13. Wisatawan 1
Jumlah 13
Sumber: Data lokasi diolah, tahun 2020
Pengumpulan dan Teknik Analisis Data
Berdasarkan pada jenis dan sumber data yang diperlukan, teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: Wawancara Mendalam (Indepth Interview), Analisa Dokumentasi dan Observasi langsung (partisipasi pasif). Menurut Miles, Humberman dan Saldana (2014:3l-33) menyebutkan bahwa "Didalam analisis data kualitatif terdapat 3 (tiga) alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Aktifitas dalam analisis data dalam penelitian ini yaitu: Data Condensation, Data Display dan Conclusion Drawing/Verifications.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Pariwisata
Tabel 2. Nama Objek wisata yang ada di Kota Banda Aceh Tahun 2019
No. Nama Objek Wisata Lokasi
1 Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh
2 Monumen Aceh Thanks to the World Kota Banda Aceh
3 PLTD Apung Punge Blang Cut
4 Kapal Apung Lampulo Lampulo
5 Museum Tsunami Aceh Kota Banda Aceh
6. Masjid Baiturrahim di Ulee Lheue Uleelheue
7. Museum Rumoh Aceh Kota Banda Aceh
8. Makam Sultan Iskandamuda Kota Banda Aceh
9. Pantai Ulee Lheue Ulee Lheue
10. Ikan Bakar Simpang Mesra
Sumber: Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh, tahun 2018
Tabel 3. Kunjungan Wisatawan Domestik di Kota Banda Aceh Tahun 2015 No. Wisatawan Manca Negara Lama kunjungan (hari) Jumlah
1. Singapura 3 1.701
2. Malaysia 4 1.703
3. Australia 5 1.560
4. Jerman 5 1.340
5. Amerika 3 2.622
6. Prancis 2 733
7. Brunai Darussalam 4 145
8. Thailand 4 822
9. New Zeland 3 734
10. Arab Saudi 3 345
11. Mexico 5 223
12. Japan 6 844
13. Korea 4 1.554
14. Tiongkok 3 821
15. India 2 34
16 Belanda 4 6.200
Jumlah 21.426
No. A. Domestik Lama kunjungan (hari) Jumlah
1. Wisatawan Domestik 5 631.574
Jumlah 613.574
Sumber: Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh, tahun 2018
Mengatur/Memfasilitasi Pengembangan Daya Tarik Wisata Kerjasama
Kerjasama dalam penanganan pariwisata merupak suatu upaya pendekatan yang harus dilakukan oleh pengusaha pariwisata. Dari hasil observasi peneliti di lokasi penelitian, hari Sabtu 10 Februari 2018 di dapati bahwa kerjasama belum banyak dilakukan oleh industri wisata, mereka masih bekerja sendiri-sendiri walaupun wadah untuk itu sudah dibentuk tapi hanya sekedar formalitas saja.
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap beberapa informan, dapat disimpulkan bahwa kerjasama merupakan keharusan dari pengusaha pariwisata untuk mendapatkan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan. Kerjasama khusus yang berkaitan dengan pariwisata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh para pengusaha wisata, mereka masih bekerja masing-masing.
Koordinasi
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari 2018 di dapati bahwa koordinasi oleh dinas Pariwisata dengan instansi terkait masih jarang dilakukan kecuali ada iven-iven khusus yang memang mengharuskan adanya koordinasi.
Dari wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap beberapa informan, dapat disimpulkan bahwa upaya dinas pariwisata untuk memberikan nasehat kepada masyarakat yang hidup dari kegiatan pariwisata agar mereka pengusaha pariwisata mendapatkan hasil yang lebih baik.
Memberi Insentif Persuasif
Hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari 2018 di dapati bahwa “insentif yang diberikan oleh pemerintah belum pernah diberikan padahal pengusaha industri pariwisata sangat membutuhkannya untuk meningkatkan atau mengembangkan usahanya”.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen usaha pariwisata perlu peningkatan kegiatan karena pengelola usaha objek wisata sangat membutuhkan insentif persuasif dan bimbingan supaya bisa menambah minat wisatawan untuk berkunjung ke lokasi wisata dan pengeloaan wisata juga lebih baik lagi.
Memelihara dan Melestarikan Daya Tarik Wisata di Kota Banda Aceh Pemugaran
Bencana Tsunami Aceh, peristiwa yang terjadi Minggu pagi, 26 Desember 2004 itu menelan korban lebih dari 500 ribu nyawa. Selain itu, ribuan bangunan hancur lebur. Benar- benar bencana yang menyedihkan. Namun setelah bencana besar tersebut, pemerintah dan masyarakat tak berputus asa. Mereka bahu-membahu membangun kembali daerahnya. Nah, beberapa lokasi yang terdampak tsunami sekarang ternyata malah menjadi daerah tujuan wisata, seperti lokasi korban tsunami di Aceh yang kini jadi tujuan wisata.
Taman Edukasi Tsunami berlokasi dekat dengan kapal PLTD Apung I. Memiliki luas 4500 meter kubik dan berlokasi di Desa Punge, Blang Cut, Jaya Baru, Banda Aceh. Taman
ini menyediakan informasi tentang tsunami, kesaksian sejarah, serta foto-foto tsunami di Aceh. Selain itu, taman ini juga dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, termasuk taman bermain, teater, dan fasilitas publik seperti rest area dan sebagainya. Dari hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari 2018 di dapati bahwa “pemugaran umumnya telah dilakukan cuma kualitasnya masih rendah, di buat asal jadi daari bahan- bahan yang berkualitas rendah dan terkesan asal jadi”.
Berdasarkan beberapa wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pemugaran belum dilakukan oleh pemerintah pada situs-situs tsunami dengan baik, kalaupun ada di kerjakan setengah hati, artinya mutu pemugaran seakan asal jadi, belum setahun siap dikerjakan sudah rusak kembali.
Pengamanan
Usaha untuk meningkatkan kualitas pariwisata harus dimulai dengan usaha menjaga kebersihan kualitas pariwisata. Dalam hal tersebut yang menjadi saran wiatawan terhadap pemerintah dan masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan dan kemanan daerah yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata guna untuk mengembangkan Banda Aceh sebagai destinasi pariwisata di Banda Aceh khususnya sebagai destinasi wisata islami.
Memastikan keamanan pengunjung saat berwisata memang cukup mendasar. Sebab, hampir sebagian besar spot-spot pariwisata yang biasa dikunjungi warga lokal saat musim liburan, tidak memiliki pengawasan yang memadai. Jadi menurut saya wajar saja. Karena setiap pengunjung yang berwisata pasti ingin aman dan nyaman serta terjamin keselamatan baik nyawa maupun bawaannya. Dari hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari 2018 didapati bahwa “pengamanan masih belum kelihatan mungkin karena jumlah personilnya yang terbatas, sehingga para pengunjung di situs-situs tsunami belum merasakan adanya pengawasan”.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa informan dapat disimpulkan bahwa pengamanan boleh dikatakan sudah baik, namun masih memerlukan perhatian lebih dari pemerintah daerah untuk menempatkan beberapa ppetugas pengamanan yang sifatnya menyamar, sehingga apabila ada sesuatu hal yang perlu mendesak terhadap bantuan pengamanan telah dapat di atasi dengan cepat dan tepat.
Perawatan
Pemerintah Kota Banda Aceh memiliki tanggung jawab dalam melakukan perawatan pariwisata serta yaitu dipercayai kepada DinasPariwisata Kota Banda Aceh dibawah persetujuan Wali kota. Upaya mengembangkan wisata tersebut dengan melakukan perawatan. Perawatan juga merupakan proses pembangunan wisata dalam mengembangkan pariwisata di destinasi memiliki daya tarik wisata supaya dapat dijadikan sebagai objek wisata yang terawat rapi dan bersih. Misalnya membantu perawatan, pengelolaan dan pemeliharaan bidang ketertiban dan kedisiplinan di objek wisata kapal PLTD Apung.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari 2018 didapati bahwa “perawatan boleh di katakan hampir tidak ada sama sekali, seperti perawatan pada umumnya yang dilakukan oleh pemerintah, tidaqk dilakukan secara priodik, dengan demikian perawatan yang di lakukan bukan pada saat dibutuhkan, kurang memperlihatkan
hasil”. Dari wawancara lakukan terhadap beberapa informan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kebijakan perawatan wisata dan perencangan pengembangan wisata di kota Banda Aceh selain bekerja sama dengan lembaga kepemerintahan yang lain baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kota Banda Aceh telah dilakukan, selain itu, juga mencoba menyediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas wisata serta membantu pengaturan promosi objek wisata dalam memenuhi perencanaan pengembangan.
Menyelenggarakan Diklat Kepariwisataan Melatih
Sasaran latihan setiap latihan harus mempunyai sasaran yang jelas, apabila sasarannya tidak jelas maka akan tidak bisa diketahui efektivitas dari pelatihan itu sendiri dengan sasaran yang telah ditetapkan pelatih. Dari hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari 2018 di dapati bahwa “pelatihan pernah dilakukan tapi sifatnya sangat terbatas dengan jumlah pengikut juga terbatas, sehinjgga banyak yang belum punya kesempatan untuk ikut”.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan maka dapat ditarik kesimpulan bila metode yang digunakan kurang tepat, pelatihan tersebut dalam bidang kepariwisataan, apabila metode yang dilakukan adalah metode seperti pemberian kuliah tanpa adanya praktek maka sasaran latihan akan sulit dapat tercapai.
Memberi Penjelasan
Diklat merupakan tempat penggodokan kepada pengusaha yang bergerak dalam bidang pariwisata. Kepada mereka secara bertahap diberikan pelatihan bagaimana pengelolaan pariwisata yang mengkondisikan dengan perkembangan dunia pariwisata akhir- akhir ini. Di Aceh pariwisata yang bernuansa Islam merupakan sesuatu yang memepunyai daya tarik tersendiri yang bisa di tawarkan kepada turisn baik lokal maupun internasional.
Dalam pelaksanaan Diklat penjelasan detail berkaitan pariwisata di berikan sehingga mata dan pola pikir pengusaha poariwisata dapat menyesuaikan diri dengan kemauan turis.
Berdasarkan dari hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari 2018 didapati bahwa “penjelasan yang diberikan aparat dinas Pariwisata masih kurang di bandingkan dengan rencana program pengembangan objek wisata tsunami yang banyak menyita perhatian dunia”. Dari wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap beberapa informan, dapat disimpulkan bahwa memberi penjelasan kepada pengusaha pariwisata oleh pemerintah telah diberikan penjelasan terutama pada dilakukannya Diklat kepada mereka wisata di Aceh yang dapat dikembangkan dan dilestarikan sesuai dengan ajaran Islam yaitu pariwisata yang bertujuan untuk kebaikan atau perbuatan yang tidak mengakibatkan dosa (mulia), sebagai perjalanan mengingat Allah dan tidak mengesampingkan urusan agama dalam bentuk wisata apapun sebagai perwujudan dalam pemaknaan dan pencapaian sebuah tuntutan ajaran agama Islam.
Pengawasan
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari 2018 didapati bahwa “pengawasan pada objek-objek wisata belum maksimal dilakukan
pemerintah, sehingga banyak objek wisata yang rusak sebelum waktunya”. Dari wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap beberapa informan, dapat disimpulkan bahwa pengawasan pariwisata oleh pemerintah telah dilakukan oleh beberapa instansi terkait.
Namun hasil dari pengawasan belum sebanding dengan banyaknya objek wisata.
Memberikan Kesadaran Wisata Kepada Masyarakat Penyuluhan
Memberikan kesadaran wisata kepada masyarakat berupa memberikan penyuluhan pariwisata, pengelolaan objek dan daya tarik wisata merupakan upaya yang harus dilakukan dengan perencanaan yang baik.
Hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari 2018 didapati bahwa “penyuluhan hampir tidak ada sama sekali, atau mungkin tidak ada petugas khusus untuk kegiatan ini, pantas jika kegiatan pariwisata jalan sendiri-sendiri”. Dari wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap beberapa informan, dapat disimpulkan bahwa memberikan kesadaran wisata kepada masyarakat oleh dinas pariwisata kepada pengelolaan objek dan daya tarik wisata belum tersedia dan terkelola dengan baik, sehingga perlu dukungan penuh dari stakholder dan pemerintah dalam mengembangkan objek dan daya tarik wisata.
Simulasi
Dapat dipahami bahwa metode simulasi merupakan suatu model pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara penyajian. Pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Pada simulasi pariwisata desa, diajak masyarakat bagaimana jika tamu datang ke rumah (home stay) bagaimabna masyarakat sebagai empunya rumah melayaninya, dengan simulasi masyarakat akan mendapat pengajaran apabila nanti kejadian sesungguhnya tidak canggung lagi. Dari hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari 2018 di dapati bahwa
“kegiatan simulasi memang belum di jalankan sama sekali”.
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kepariwisataan menunjang pertumbuhan ekonomi rakyat, sebagaimana dipahami bahwa ada korelasi yang signifikan antara interaksi manusia dengan peningkatan ekonominya, artinya makin banyak manusia melakukan interaksi pada suatu lokasi membawa dampak konsekuensi peningkatan ekonomi yang optimal pula.
Ramah Tamah dengan Pengunjung
Ramah tamah dengan pengunjung dalam hal pelayanan dapat dilihat pada Museum Tsunami Banda Aceh. Jenis gambar atau foto yang ada di lantai dua hampir sama dengan lantai-lantai yang lain memiliki pada lantai ini juga terdapat benda-benda yang rusak diterjang tsunami seperti sepeda motor, mesin jahit, al-qu’an dan lain-lain. Yang paling berkesan saat pengunjung melalui ruangan sempit berbentuk lorong memanjang dengan suara gema air turun. Dari hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Sabtu 10 Februari
2018 di dapati bahwa “masyarakat pengusaha pariwisata kepada pengunjung beramah tamah dalam kondisi terbatas, maklum belum begitu terdidik dan terlatih”.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dengan beberapa informan di atas dpat disimpulkan bahwa pengunjung telah mendapat pelayanan dan ramah tamah dengan pengunjung yang datang mencari wawasan tentang tsunami, dan sebagian dari juga ingin melihat video tsunami karena musuem ini juga menyediakan bioskop kecil.
Melakukan Promosi Wisata Promosi di Media On Line
Kegiatan pemasaran pariwisata yang berdaya guna adalah salah satu teknik yang dilakukan untuk menerobos selera dan keinginan konsumen, menciptakan citra yang mampu mempengaruhi sejumlah orang yang diharapkan akan mempunyai perhatian terhadap produk atau jasa yang di tawarkan yang ada di objek wisata khusunya. Kegiatan yang di lakukan Dinas Pariwisata merupakan program kerja yang bertujuan untuk memberitahukan kepada khalayak nusantara maupun mancanegara tentang objek wisata. Dari hasil observasi peneliti di lokasi penelitian hari Minggu 11 Februari 2018 di dapati bahwa: “kegiatan promosi sangat terbatas dan sedikit jumlahnya, wajar jika tidak banyak di ketahui warga baik nasional maupun internasional”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat penulis simpulkan bahwa dalam menentukan tujuan promosi adalah untuk meningkatkan pendapatan daerah dan ekonomi masyarakat dengan memperkenalkan objek wisata kepada pengunjung bahwa wisata kita memiliki banyak potensi dan mempunyai objek wisata tsnami yang dapat dikunjungi pada momen-momen tertentu maupun dihari bebas.
Promosi di Tempat Umum
Kegiatan pemasaran pariwisata yang berdaya guna adalah salah satu teknik yang dilakukan untuk menerobos selera dan keinginan konsumen, menciptakan citra yang mampu mempengaruhi sejumlah orang yang diharapkan akan mempunyai perhatian terhadap produk atau jasa yang di tawarkan. Kegiatan yang di lakukan Dinas Pariwisata merupakan program kerja yang bertujuan untuk memberitahukan kepada khalayak nusantara maupun mancanegara tentang objek wisata yang ada agar supaya khalayak atau calon wisatawan tertarik untuk berkunjung. Dari hasil observasi peneliti di lokasi penelitian Minggu 11 Februari 2018 di dapati bahwa “promosi ditempat umum belum giat dilakukan, sehingga tidak banyak di ketahui umum, kecuali melaui mulut ke mulut”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat penulis simpulkan bahwa dalam menentukan tujuan promosi adalah untuk meningkatkan pendapatan daerah dan ekonomi masyarakat dengan memperkenalkan objek wisata tsunami kepada pengunjung bahwa wisata kita memiliki banyak potensi dan mempunyai objek wisata yang dapat dikunjungi pada momen-momen tertentu.
Baliho
Promosi dalam ukuran besar, dan dengan bahan yang berkualitas tentunya. Baliho mempunyai keunggulan dari segi ukuran dan menimbulkan kesan “wah” pada sebuah
agenda tertentu. “Multimedia saat ini sedang berkembang pesat, dan mempunyai keuntungan berupa biaya yang murah, bahkan bisa cenderung gratis, hanya memang membutuhkan keahlian khusus untuk bisa membuat media advanced ini”. Dari hasil observasi peneliti di lokasi penelitian Minggu 11 Februari 2018 di dapati bahwa “hampir tidak ada baliho sama sekali, kalaupun ada sudah rusak atau tua”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat penulis simpulkan bahwa bagi dinas Pariwisata yang melakukan strategi dalam promosi khususnya mempromosikan objek wisata tentunya di akhir harus dapat mengukur hasil kebijakan yang sudah dilakukan dalam hal ini mengukur hasil promosi pariwisata dapat dilihat dari tingkat kunjungan dan faktor kepuasaan wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung.
Pembahasan Hasil Penelitian
Mengatur/Memfasilitasi Pengembangan Daya Tarik Wisata
Dalam kaitan ini Handayaningrat (2014:43) mengemukakan bahwa “Koordinasi adalah usaha penyesuaian bagian-bagian yang berbeda-beda, agar kegiatan daripada bagian- bagian itu selesai pada waktunya, sehingga masing-masing dapat memberikan sumbangan usahanya secara maksimal, agar diperoleh hasil secara keseluruhan”. Seiring dengan profesi yang dimiliki orang tersebut, maka sebagai pribadi memiliki identitas untuk memenuhi kebutuhannya, sementara itu sebagai bagian dari masyarakat atau bagian dari kelompok berperan sebagai sosok individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Maka dalam hal ini, sebagai manusia maka yang bersangkutan dituntut untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga individu yang bersangkutan dapat melaksanakan peranannya di tengah-tengah masyarakat baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok yang bersangkutan.
Kedudukan dan peranan seseorang dalam organisasi, kelompok atau dalam lingkungan masyarakat tentu berbeda, namun demikian sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepada orang yang bersangkutan menjadi kewajibannya untuk melaksanakan kepercayaan tersebut, karena keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh kesadaran.
Temuan 1: Penyelenggaraan Diklat kepariwisataan jarang dilakukan, kalaupun ada peminatnya relatif sedikit.
Memelihara dan Melestarikan Daya Tarik Wisata di Kota Banda Aceh
Experiential marketing yang unik sangat berhubungan dengan kunjungan ulang konsumen pariwisata. Karena kunjungan ulang atau niat berkunjung kembali wisatawan adalah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam memilih suatu produk/jasa berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk dan jasa (Kotler dan Keller, 2012). Kunjungan ulang konsumen adalah salah satu bentuk perilaku konsumen dalam berkunjung yang mana hal ini tidak dapat diatur dan dikendalikan oleh pemasar. Karena revisit intention adalah perilaku yang muncul sebagai respon dari pengalaman seseorang terhadap objek.
Kota Banda Aceh memang memiliki destinasi wisata tsunami yang sangat menarik dan cukup beragam. Hanya saja, dari sejumlah objek wisata tersebut juga perlu dijamin,
apakah potensi tersebut sudah benar-benar aman untuk dikunjungi, atau tidak. Jaminan keamanan bagi sebuah objek wisata amat penting demi kenyamanan dan kesenangan pengunjung yang datang. Kita akui semua objek wisata punya bahaya sendiri-sendiri. Tetapi setidaknya, pihak pengelola juga dapat memastikan keamanan kita sebagai pengunjung.
Usaha pariwisata secara menyeluruh dapat dikatakan sebagai industri pariwisata, tetapi tidak diibaratkan sebagai pabrik yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi, serta ada produknya. Industri pariwisata adalah keseluruhan usaha-usaha yang dapat dinikmati wisatawan semenjak awal mula proses ketertarikan untuk berwisata, menikmati lokasi daerah tujuan wisata sampai pada proses akhir wisatawan tersebut pulang menginjakkan kakinya sampai di rumah, kemudian mengenangnya.
Temuan 3 : Memelihara dan melestarikan daya tarik wisata di kota banda aceh belum dilakukan dengan perencanaan yang matang.
Menyelenggarakan Diklat Kepariwisataan
Diklat/latihan dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman seseorang terhadap suatu kegiatan, sehingga lebih terampil dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Peranan latihan sangat penting dalam mengembangkan kemampuan seseorang, tidak saja sebagai jalur yang efektif dalam pengembangan sumber daya manusia, akan tetapi juga dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja menyongsong zaman industrialisasi.
Pemerintah Aceh melakukan beberapa upaya untuk membina dan melindungi kebudayaan dan kesenian Aceh dengan falsafah hidup dan nilai-nilai budaya Aceh yang islami. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dengan pemahaman bahwa dunia wisata bagian dari kebutuhan jasmani dan rohani manusia. Cara berpakaian yang dibolehkan dan dibiasakan menggunakan busana muslim atau muslimah, tidak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan syari’at Islam untuk menghindari kejadian-kejadian buruk pada masyarakat yang tinggal di sekitar tempat wisata dan bagi para wisatawan, supaya terciptanya Akhlakul karimah.
Masyarakat dan tokoh masyarakat berperan dalam pengembangan wisata di daerah masing-masing. Pemerintah berkewajiban membina dan mendidik dan memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan wisata. Dapat dirasakan bahwa merekapun mempunyai hak untuk turut memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan pariwisata yang akan dilaksanakan. Hal ini selaras dengan konsep man-centred development (suatu pembangunan yang dipusatkan pada kepentingan manusia), yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan unsur yang sungguh penting dalam pemberdayaan masyarakat.
Temuan 2 : Penyelenggarakan Diklat kepariwisataan yang dilakukan dinas Pariwisata masih kurang dilakukan, sehingga banyak pengusaha yang belum mengikutinya.
Memberikan Kesadaran Wisata Kepada Masyarakat
Promosi memiliki arti dan peranan penting, karena promosi dimaksudkan untuk mengkomunikasikan produk kepada konsumen agar melakukan kunjungan, pembelian, dan hal-hal menarik lainnya. Promosi mempunyai beberapa alat untuk mencapai tujuan pemasaran melalui promosi yang telah di tetapkan dan di rencanakan sebelumnya. Alat-alat dalam promosi ini digunakan untuk membantu mencapai tujuan yang dilakukan ataupun yang akan di lakukan baik mempromosikan wisata secara khusus maupun dalam penginformasian tentang kegiatan yang dilakukan Dinas Pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisata ke daerah wisata.
Pada dasarnya tujuan utama dari pengembangan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan nilai ekonomi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Yoeti (2014: 22) bahwa: “Pengembangan kepariwisataan nasional, dengan tujuan untuk memperlancar usaha kepariwisataan nasional sebagai salah satu sumber penghasil devisa negara perlu menyempurnakan organisasi dan tata kerja badan pelaksana dibidang kepariwisataan tingkat pusat”.
Temuan 4 : Masyarakat menganggap memberikan kesadaran wisata kepada masyarakat merupakan tugas pemerintah, masyarakat hanya mengikuti saja, termasuk menyediakan berbagai fasilitas yag dibutuhkan oleh pengunjung.
Melakukan Promosi Wisata
Pemanfaatan dunia maya sebagai media promosi objek wisata, seperti dengan website, blog, CD interaktif, slide powerpoint, film, music, animasi dan lainnya. Multimedia saat ini sedang berkembang pesat, dan mempunyai keuntungan berupa biaya yang murah, bahkan bisa cenderung gratis, hanya memang membutuhkan keahlian khusus untuk bisa membuat media advanced ini. Bagi dinas Pariwisata yang melakukan strategi dalam promosi khususnya mempromosikan objek wisata tentunya di akhir harus dapat mengukur hasil kebijakan yang sudah dilakukan dalam hal ini mengukur hasil promosi pariwisata dapat dilihat dari tingkat kunjungan dan faktor kepuasaan wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung.
Anggaran juga menentukan promosi wisata karena media yang digunakan juga harus membutuhkan anggaran. Poster merupakan sebuah media fisik (biasanya menggunakan kertas) Dengan ukuran A4, A3, dan A2. Di pasang atau di tempel di papan pengumuman atau di tempat lainnya. Keuntungan poster adalah dapat di cetak dalam jumlah banyak dan jika di tempatkan di lokasi-lokasi strategis akan membentuk sebuah nuansa tersendiri. Selain itu poster bisa di cetak dalam bentuk hitam, putih, maupun berwarna, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi objek wisata.
Temuan 5 : Promosi di media on line digunakan untuk membantu mencapai tujuan pariwisata. tetapi ini kurang dilakukan, tidak kelihatan gencar sebagai sesuatu kegiatan yang serius.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Dalam mengatur/memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata di Kota Banda Aceh pengusaha pariwisata masih kurang dalam memberikan petunjuk kepada para wisatawan untuk dapat mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan yang mereka inginkan. Kemudian dalam penyelenggaraan Diklat kepariwisataan pelatih yang bertugas untuk mengajarkan bahan-bahan latihan dengan metode-metode belum sesuai dengan yang benar-benar diinginkan oleh pegiat wisata, sehingga belum menghasilkan produk yang cukup baik dan bersaing yang diperlukan sesuai dengan sasaran-sasaran yang telah ditentukan.
2. Pemugaran dengan tujuan melestarikan daya tarik wisata di Kota Banda Aceh berupa pemugaran pengembalian kondisi Benda Cagar Budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya, sudah dilaksanakan tetapi dengan bahan material yang berkualitas rendah sehingga cepat rusak kembali .
3. Dalam penyelenggaraan bimbingan masyarakat sadar wisata di Kota Banda Aceh melalui promosi yang dilakukan Dinas Pariwisata, Pergelaran Seni, Kebudayaan dan media Online untuk dikenalkan ke masyarakat luar daerah belum gencar di lakukan sehingga kelihatannya sepi-sepi saja.
Saran-saran
1. Beberapa saran bagi masyarakat, perlunya kesadaran bahwa mengembangkan objek wisata tsunami tidak hanya menjadi tanggung jawab dari pemerintah daerah melainkan juga harus adanya dukungan dari masyarakat yang ada di sekitar objek wisata, masyarakat hendaknya ikut serta dalam kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata, baik itu membantu secara finansial ataupun membantu dengan tenaga.
2. Dinas Pariwisata diharapkan bisa mengembangkan objek wisata tsunami secara maksimal dengan dana yang telah di kucurkan oleh pemerintah meskipun masih membutuhkan bantuan dari berbagai pihak lain. Perlunya menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat bahwa mengembangkan objek wisata tsunami tidak semata-mata identik dengan mengembangkan maksiat. Perlunya diadakan kegiatan pembinaan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata. Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata di sini yang dimaksud adalah masyarakat di sekitar tempat wisata, guide, pengusaha hotel, rumah makan dan restoran, biro travel dan semua pihak terkait penyedia usaha jasa pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bustanul. (2013). Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia: Perspektif. Ekonomi, Etika, dan Praksis Kebijakan. Jakarta: Erlangga.
Gamal, Suwantoro. (2014). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.
Handayaningrat, Soewarno. (2014). Administrasi Pemerintah Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Gunung Agung.
Kotler dan Keller. (2012), Manajemen Pemasaran, Edisi 12. Jakarta: Erlangga.
Mile. MB Huberman, A.M dan Saldana , J. (2014). Qualitative data Analysis A methods Sourcebook, Editions 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.
Moleong, Lexi J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Edisi Revisi, PT.
Remaja Rosdakarya.
Pendit, Nyoman S. (2012). Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradia Pranita.
Poerwadarminta. (2012). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2013 tentang Kepariwisataa.
Sarwoto. (2013). Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sofyandi, Herman & Garniwa, Iwa. (2013). Perilaku Organisasional, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sujianto, (2011), Implementasi Kebijakan Publik Konsep, Teori Dan Praktik. Pekanbaru:
Alaf Riau.
Syaukani, dkk. (2012). Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Yogjakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Winardi. (2012). Strategi Pemasaran. Bandung: Mandar Maju.
Yoeti, Oka A. (2014). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradya Paramita.