• Tidak ada hasil yang ditemukan

media informasi kerugian negara potret penanganan 32885

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "media informasi kerugian negara potret penanganan 32885"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan

MEDIA INFORMASI KERUGIAN NEGARA

Potret Penanganan Kerugian Negara di Kementerian Keuangan dan

Laporan Penyelesaian Kerugian Negara

di Kementerian Keuangan Tahun Anggaran

2013

(2)
(3)

Kata Pengantar

P

uji syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Media Informasi Kerugian Negara dapat diselesaikan dengan baik. Media Informasi Kerugian Negara ditulis dengan tujuan untuk memberikan gambaran/protret penanganan kerugian negara dan juga sebagai laporan penyelesaian kerugian negara pada Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2013.

Sebagaimana diketahui bahwa kasus

kerugian negara yang terjadi di Kementerian Keuangan semakin meningkat setiap tahunnya, dan mengingat peran Biro Perencanaan dan Keuangan yang salah satu tugasnya menindaklanjuti penyelesaian kerugian negara maka diperlukan data dan informasi perkembangan penanganan kasus yang terjadi. Strategi penyelesaian kerugian negara juga perlu ditempuh untuk mempercepat penyelesaian kerugian negara terutama terhadap kasus yang kompleks dan butuh penanganan khusus.

Selain itu, dalam rangka meminimalisir terjadinya kerugian negara perlu dilakukan upaya pencegahan (preventif) dengan cara memberikan pemahaman peraturan kepada satuan kerja dan juga melalui pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang dilakukan oleh masing pejabat/pegawai sesuai dengan kewenangannya.

Media Informasi Kerugian Negara disusun sebagai bahan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai realisasi pelaksanaan tugas penyelesaian kerugian negara TA 2013 dan rencana kerja yang akan dilakukan pada tahun 2014. Semoga buku ini dapat digunakan sebaik-baiknya bagi pihak pihak yang memerlukan informasi penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan Media Informasi Kerugian Negara baik dari segi konten maupun redaksinya untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi sempurnanya penyusunan buku berikutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Jakarta 2014 TIM PENYUSUN

Tim Penyusun

Kepala Biro Perencanaan

dan Keuangan

SUMIYATI

Kepala Bagian

Perbendaharaan,

Biro Perencanaan dan

Keuangan

VIGO WIDJANARKO

Kepala Sub Bagian

Tututan Ganti Rugi

dan Penagihan,

Biro Perencanaan dan

Keuangan

HALIM PERMADI;

FRANK SINATRA.

Bagian Perbendaharaan,

Biro Perencanaan dan

Keuangan :

BA’UL ULLUM;

ANDHIKA JEFRI;

YURISTA CHRISTINA

RAFAEL;

BUDI SANTOSO;

ZAENAL SEKTY

WIJAYA;

(4)
(5)

Daftar Isi

1. Proil Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara ...

2. Grand Design Penyelesaian Kerugian Negara Kementerian Keuangan ...

3. Seputar Peraturan Penyelesaian Kerugian Negara ...

4. Laporan Utama ...

4.a. Proil Kerugian Negara ...

4.b. Perkembangan Penanganan Kasus Kerugian Negara Lingkup Kementerian Keuangan TA 2013 ... 4.c. Perbandingan Penanganan Kasus Kerugian Negara Kementerian Keuangan Dari Tahun Ke

Tahun ...

5. Reportase (Kinerja 2013) ...

5.a. Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Mekanisme Penyelesaian Kerugian Negara ... 5.b. Studi Banding BPK dan Kemenkumham ... 5.c. Monitoring dan Evaluasi Penyelesaian Kerugian Negara ... 5.d. Kegiatan Rekonsiliasi Data Kerugian Negara ... 5.e. Kinerja TPPKN Tahun 2013 ...

6. Agenda Kerja 2014 ...

6.a. Kegiatan Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara ... 6.b. Upaya Pencegahan (Tindakan Preventif) ... 6.c. Pelaksanaan Kegiatan Penyelesaian Kerugian Negara ... 6.d. Monitoring dan Evaluasi ...

7. Kendala Penyelesaian Ganti Kerugian Negara ...

7.1. Implementasi Perhitungan ex-oficio Pada Bendahara Penerima ... 7.2. Kerugian Negara Akibat Pelanggaran Ikatan Dinas ... 7.3. Kerugian Negara Akibat Perbuatan Pihak Ketiga ...

8. Opini ...

8.1. Efektivitas Penyelesaian Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan ... 8.2. Efektivitas Penagihan Kerugian Negara Yang Telah Dilimpahkan ke PUPN ... 8.3. Perlunya Sinkronisasi Implementasi UU Tipikor dan UU Perbendaharaan Negara Guna

Kelancaran Penyelesaian Kerugian Negara ... 8.4. Perlunya Asuransi Kendaraan Dinas ...

9. Review Peraturan ...

9.1. KMK Nomor 21/KMK.01/2012 Tentang Pedoman Pengamanan Barang Milik Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan ... 9.2. Pembayaran Kerugian Negara Terhadap Pegawai Yang Telah Pensiun ... 9.3. Penghapusan Barang Milik Negara (BMN) Akibat Hilangnya BMN ...

01 02 03 06

06

08

13

20

20 21 23 24 27

28

28 29 32 34

35

35 36 37

37

37 39

40 42

44

(6)
(7)

01

Media Informasi Kerugian Negara

D

alam rangka penyelesaian kerugian negara di lingkup Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan dibantu oleh Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara (TPPKN) yang terdiri dari Pejabat di berbagai unsur terkait seperti Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Biro Perencanaan dan Keuangan, Biro SDM, Biro Hukum dan Biro Perlengkapan. Pembentukan TPPKN, merupakan amanah dari beberapa ketentuan, yaitu:

a. Pasal 4 ayat (1) Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara;

b. Pasal 4 ayat (1) PMK Nomor 193/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara Di Lingkungan Departemen Keuangan; dan

c. Bab VII KMK Nomor 508/KMK.01/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Negara Bukan kekurangan Perbendaharaan di lingkungan Departemen Keuangan.

TPPKN di lingkungan Kementerian Keuangan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 421/KM.1/1999 tanggal 20 Agustus 1999 dan ditetapkan kembali pembentukannya setiap tahun sebagaimana terakhir ditetapkan melalui KMK Nomor 186/ KM.1/2013 tanggal 28 Maret 2013 tentang Pembentukan Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara di lingkungan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2013.

TPPKN mempunyai tugas strategis dan bersifat urgent, yang dibentuk dalam rangka

Media Informasi Kerugian Negara

1. Proil Tim Pertimbangan Penyelesaian

Kerugian Negara

(8)

02

Media Informasi Kerugian Negara

membantu Menteri Keuangan dalam menetapkan penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan. Secara Umum TPPKN Kementerian Keuangan mempunyai tugas yaitu : 1. Melakukan penelaahan kasus-kasus kerugian

negara di lingkungan Kementerian Keuangan

berdasarkan hasil kajian kasus dan veriikasi

dokumen/bukti pendukung yang dilakukan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan dalam

B

erdasarkan Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006, BPK diberikan kewenangan untuk memantau penyelesaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh pemerintah, pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh BPK dan pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Sasaran pemantauan ganti kerugian negara/daerah yang dilakukan oleh BPK meliputi:

1. Kepatuhan instansi untuk membentuk Tim Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah (TPKN/D), kinerja dan ketepatan waktu dalam penyelesaian kerugian negara/daerah.

2. Pelaksanaan penyelesaian ganti kerugian negara/daerah:

a. terhadap pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain oleh pemerintah;

b. terhadap bendahara, pengelola BUMN/ BUMD dan pengelola keuangan negara lainnya yang ditetapkan oleh BPK; dan c. terhadap pihak ketiga yang telah ditetapkan

oleh pengadilan.

3. Proses penyelesaian ganti kerugian negara/ daerah yang belum dapat ditetapkan, maupun yang masih berupa indikasi kerugian negara/ daerah dari hasil pemeriksaan BPK dan APIP yang harus segera diproses penyelesaiannya oleh instansi yang bersangkutan.

Dalam rangka mendukung program BPK tersebut, Pemerintah telah menyusun beberapa perangkat yang membidangi kerugian negara. Pada Kementerian Keuangan, sesuai PMK 184/ PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, salah satu unit yang diberikan kewenangan adalah Biro Perencanaan dan Keuangan. Biro Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas menyiapkan penyusunan rencana jangka menengah, jangka pendek, strategis, dan rencana kerja tahunan, mengolah,

rangka penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan yang terjadi pada tahun berjalan maupun tahun-tahun sebelumnya; dan

2. Memberikan pertimbangan kepada Menteri Keuangan dalam rangka penyelesaian tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan kepada pegawai negeri/bendahara yang bersalah/lalai.

menelaah, dan mengkoordinasikan perumusan kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan Kementerian, penyusunan anggaran Kementerian, pengelolaan dan pembinaan perbendaharaan Kementerian, dan melaksanakan sistem akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan Kementerian.

Fungsi pembinaan perbendaharaan Kementerian Keuangan khususnya penyelesaian kerugian Negara pada Biro Perencanaan dan Keuangan, dilaksanakan oleh Subbagian Tuntutan Ganti Rugi dan Penagihan Bagian Perbendaharaan. Subbagian dimaksud mempunyai tugas penyiapan bahan pertimbangan dan mengikuti pelaksanaan penyelesaian masalah ganti rugi dan penagihan. Sesuai data pada Biro Perencanaan dan Keuangan, sampai dengan tanggal 31 Desember Tahun 2013, jumlah kasus yang dalam proses penanganan sebanyak 117 kasus dengan nilai saldo Rp 16.402.187.894,19. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat pelanggaran yang terjadi relatif cukup besar. Selama tahun 2013, Biro

Perencanaan dan Keuangan telah mengidentiikasi

ha-hal utama yang menjadi kendala dalam proses penyelesaian kerugian negara, antara lain:

1. Rendahnya Tingkat Kesadaran (awareness) dan Pemahaman tentang Mekanisme Penyelesaian Ganti Kerugian Negara;

2. Belum adanya SOP tentang mekanisme penyelesaian kerugian negara terutama pada instansi vertikal;

3. Belum Terbitnya Peraturan Pemerintah Terkait Ganti Kerugian Negara Non-Bendahara;

4. Secara umum, pada objek Bendahara, kesulitan dalam hal pembuktian. Hal tersebut dikarenakan Bendahara tidak melakukan pembukuan dan lemahnya pengawasan dari atasan langsung Bendahara; dan

5. Kerugian negara yang disebabkan oleh pihak ketiga (pencurian, perampokan, dll) yang kasusnya telah dilimpahkan kepada Kepolisian belum mendapatkan penyelesaian secara optimal.

2.

Grand Design

Penyelesaian Kerugian

(9)

03

Media Informasi Kerugian Negara

Secara umum, sesuai amanah dari Pasal 60 ayat (1) UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, penyelesaian kerugian negara diutamakan pada level Satuan Kerja sehingga ke depan, Biro Perencanaan dan Keuangan akan lebih mengoptimalkan koordinasi dengan Unit Eselon I (Sekretariat) terutama tentang pemberian pemahaman baik dari sisi konsep maupun mekanisme penyelesaian kerugian negara. Hal tersebut dimaksudkan agar fungsi pembinaan dan penanganan terhadap instansi di bawahnya dapat dilakukan secara tepat dan cepat.

Dari sisi Biro Perencanaan dan Keuangan sendiri, tanpa meng-overlap tugas dan fungsi yang ada pada PMK 184/PMK.01/2010, akan lebih mengoptimalkan beberapa peranan penting, yaitu: a. Perumusan dan penyusunan konsep peraturan

tentang kerugian negara lingkup Kemenkeu; b. Perumusan konsep pertimbangan kepada

BPK untuk keperluan kebijakan BPK atas penyelesaian kerugian negara oleh Bendahara; c. Perumusan konsep pertimbangan penyelesaian kerugian negara untuk disampaikan kepada Unit Eselon I pemohon, berupa konsep pertimbangan tindak lanjut penyelesaian

kerugian negara, pendapat atas kendala penyelesaian kerugian negara yang dihadapi oleh Satuan Kerja dan konsep pertimbangan pemberian bantuan penghitungan jumlah kerugian negara/daerah;

d. Pemberian konsultasi atas penyelesaian kerugian negara kepada Unit Eselon I;

e. Pemberian bahan monitoring pelaksanaan dan tindak lanjut pemantauan penyelesaian ganti kerugian negara/daerah kepada para pemeriksa (BPK dan Itjen);

f. Menyelenggarakan fungsi kepaniteraan kerugian negara dalam rangka membantu Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara melaksanakan kewenangan untuk memberikan pertimbangan penilaian dan/atau penetapan ganti kerugian negara sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; dan

g. Menyusun kompilasi Laporan Hasil Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara untuk disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, yang pada akhirnya akan disampaikan kepada TPPKN.

R

egulasi atau ketentuan yang mengatur

TP/TGR tidak terkodiikasi dalam satu

peraturan perundangan namun terdapat dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Hal ini terlihat dari tersebarnya aturan mengenai TP/TGR dalam paket Undang-Undang Keuangan Negara. Pada UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa “Setiap pejabat negara, pegawai negeri bukan bendahara, dan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung maupun tidak langsung merugikan negara wajib mengganti kerugian negara tersebut”.Selanjutnya aturan mengenai penyelesaian kerugian negara diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Di dalam struktur UU Nomor 1 Tahun 2004, tidak ditemukan pengertian TP/TGR secara khusus, yang ada adalah pengertian kerugian negara/daerah pada Pasal 1 angka 22, yakni: “kerugian negara/ daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai”. Teknis penyelesaian kerugian negara diatur pada pada Bab XI Pasal 59 sampai dengan Pasal 67. Pada pasal-pasal

tersebut diatur bahwa pengenaan ganti kerugian negara terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sedangkan pengenaan ganti kerugian negara terhadap pegawai non bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kerugian negara terbagi menjadi 2 jenis yakni: a. Kerugian negara yang dilakukan oleh pejabat

negara dan pegawai negeri non bendahara (Kerugian Negara Bukan Kekurangan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi).

b. Kerugian negara yang dilakukan oleh bendahara (Kerugian Negara Kekurangan Perbendaharaan/Tuntutan Perbendaharaan).

Dasar hukum penyelesaian kerugian negara yang dilakukan bendahara mengacu pada Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Terhadap Bendahara. Pengaturan lebih rinci terkait hal tersebut di Kementerian Keuangan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara di Lingkungan Departemen Keuangan. Adapun terkait penyelesaian kerugian negara terhadap non bendahara masih mengacu

3. Seputar Peraturan Penyelesaian Kerugian

(10)

04

Media Informasi Kerugian Negara

KERUGIAN NEGARA

Melanggar Hukum Baik Sengaja maupun Lalai Force Majeur

Pejabat/Pegawai Negeri Bukan

Bendahara Bendahara

Tahapan:

Pelaporan :

Kepala Kantor/Satuan Kerja melaporkan kepada Menteri Keuangan up. Sekretaris Jenderal tembusan BPK (7 hari)

Upaya Damai :

 Dibayar langsung lunas

 Dibayar dengan diangsur (24 bulan)

Proses Tuntutan Ganti Rugi (TGR):

 Pemberitahuan Ganti Rugi (Menkeu)

 Pembebanan Ganti Rugi oleh Menkeu (3 bulan)

 Putusan Tingkat Banding (Presiden)

Proses Penagihan Paksa:

 Diserahkan ke DJKN (PUPN)

KMK Nomor 508/KMK.01/1999

Tahapan:

Pelaporan :

 Sesuai Peraturan BPK Nomor 3/2007

Penyelesaian melalui SKTJM:

 SKTJM (40 hari) bila dinyatakan salah (jaminan disimpan Kepala Kantor untuk dan atas nama TPKN) Proses Tuntutan Perbendaharaan:

 Pembebanan sementara (Menkeu) sita jaminan (7 hari) (Dalam hal pengajuan sita jaminan Menkeu melimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kantor/Satuan kerja)

 Penetapan batas waktu untuk mengupayakan pembelaan (BPK)

 Pembebanan oleh BPK  pelaksanaan sita eksekusi (7 hari jangka waktu pelunasan, pemotongan 50% penghasilan s.d lunas)

Proses Penagihan Paksa :

 Diserahkan ke DJKN (PUPN) Penyelesaian Administrasi Kekurangan Uang Dari Perhitungan Bendahara

 Penghapusan Kekurangan Uang Dari Perhitungan Bendahara. (Bendahara ditetapkan tidak bersalah oleh BPK)

 Peniadaan Selisih (Bendahara ditetapkan bersalah oleh BPK)

PMK

Nomor193/PMK.01/2009

Tahapan:

Pelaporan :

Atasan Langsung Bendahara/ Kepala Satuan Kerja melaporkan kepada Pimpinan Instansi (dhi. Menteri Keuangan) dan

memberitahukan ke BPK (7 hari)

Menteri Keuangan membentuk TPKN (Membantu Pimpinan Instansi dalam memproses penyelesaian kerugian negara terhadap bendahara yg

pembebanannya akan ditetapkan oleh BPK)

Menteri Keuangan

menyampaikan laporan hasil verifikasi kerugian negara kepada ketua BPK paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterima dari TPKN.

BPK mengeluarkan :

SKTJM (40 hari) bila dinyatakan salah Proses Tuntutan Perbendaharaan:

Pembebanan sementara (Menkeu)

Penetapan batas waktu untuk mengupayakan pembebanan (BPK)

Pembebanan oleh BPK (7 hari jk pelunasan, pemotongan 50% penghasilan s.d lunas) Proses Penagihan Paksa :

Diserahkan ke DJKN (PUPN) Peraturan BPK Nomor 3

Tahun 2007

pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 508/ KMK.01/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Negara Bukan Kekurangan Perbendaharaan di Lingkungan Departemen

(11)

05

Media Informasi Kerugian Negara i                          

Secara umum kerugian negara yang terjadi di lingkungan Kementerian Keuangan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Kerugian negara yang disebabkan oleh perbuatan manusia yakni kerugian negara yang disebabkan oleh kesengajaan, kelalaian, kealpaan, kesalahan, dan di luar kemampuan si pelaku seperti kerugian negara berupa akibat kehilangan motor, mobil maupun barang inventaris kantor. Kerugian negara seperti

ini dapat dimintakan pertanggungjawaban

ganti kerugian negara.

2. Kerugian negara yang disebabkan oleh kejadian alam atau suatu keadaan di luar dugaan atau di luar kemampuan manusia (force

majeure). Kerugian daerah yang disebabkan

oleh kejadian alam atau suatu keadaan di luar dugaan atau di luar kemampuan manusia (force majeure) tidak dapat dimintai

pertanggungjawaban atau tidak dapat

dituntut untuk mengganti kerugian negara,

seperti yang disebabkan oleh bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir dan kebakaran, serta proses alamiah seperti membusuk, mencair, menyusut, menguap, mengurai dan dimakan rayap.

Untuk menunjang kelancaran penyelesaian kerugian negara setiap satuan kerja/pimpinan organisasi wajib melaksanakan penatausahaan berkas kasus kerugian negara yang terjadi secara tertib, teratur dan kronologis. Secara ketentuan juga telah diterbitkan Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-85/ PB/2011 tentang Penatausahaan Piutang Negara Bukan Pajak Pada Satuan Kerja Kementerian/ Lembaga. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi) merupakan salah satu jenis PNBP. Adapun penatausahaan piutang secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Membuat daftar kerugian negara.

2. Menyimpan dan mengamankan seluruh berkas/dokumen yang terkait dengan kerugian negara.

3. Pembayaran kerugian negara menggunakan akun 423921 Estimasi pendapatan pelunasan piutang non bendahara dan 423922 Estimasi pendapatan pelunasan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara (masuk TP/TGR) Bendahara.

4. Membuat Surat Penagihan (SPn) kepada penanggung jawab kerugian negara.

5. Membuat surat pemindahan penagihan apabila penanggung jawab kerugian negara pindah/ mutasi ke satuan kerja lain dan tanggung

jawab penagiahan menjadi kewajiban satuan kerja yang baru.

6. Bekerja sama dengan PT Taspen untuk memotong uang pensiun apabila terdapat penanggung jawab kerugian negara yang telah pensiun namun kerugian negara belum terselesaikan sepenuhnya.

7. Melaporkan tindak lanjut perkembangan penyelesaian kerugian negara secara berjenjang kepada Menteri/Pimpinan.

Salah satu kerugian negara yang menjadi concern adalah kerugian negara yang diakibatkan oleh pelanggaran ikatan dinas atau wajib kerja. Kasus pelanggaran ikatan dinas/wajib kerja makin marak terjadi dilingkungan Kementerian Keuangan. Padahal ganti kerugian negara yang dikenakan kepada pelaku tergolong cukup besar. Untuk pelanggaran ikatan dinas program Diploma STAN mengacu kepada KMK No. 289/KMK.014/2004 tentang Ketentuan Ikatan Dinas Bagi Mahasiswa Program Diploma Bidang Keuangan Di Lingkungan Departemen Keuangan. Ketentuan ini mengatur masa wajib kerja yang lamanya 3x masa pendidikan plus satu tahun serta besaran ganti rugi yang dibebankan yakni untuk Diploma I sebesar Rp10.000.000,00, Diploma III sebesar Rp 30.000.000 dan Diploma IV sebesar Rp 50.000.0000,00. Besarnya ganti rugi yang harus dibayar dihitung berdasarkan perbandingan antara sisa masa wajib kerja dilaksanakan dari masa wajib kerja yang harus dilaksanakan dikali dengan besarnya ganti rugi.

(12)

06

Media Informasi Kerugian Negara

P

roses penyelesaian kerugian negara yang telah dilaporkan kepada Menteri Keuangan, secara garis besar terdiri dari dua proses yaitu proses Tuntutan Ganti Rugi (TGR) untuk kerugian negara non bendahara dan proses Tuntutan Perbendaharaan (TP) untuk kerugian yang disebabkan kekurangan perbendaharaan. Jumlah nilai kerugian negara yang dilaporkan kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris

Jenderal s.d. 31 Desember 2013 adalah sebesar

Rp16.402.187.894,19 dengan jumlah kasus sebanyak 117 kasus. Dari 117 kasus tersebut 89% merupakan kasus yang diproses dengan proses TGR dan 11 % merupakan kasus yang diproses dengan proses TP. Sementara itu dari segi nilai kerugian negara, 83% nilai kasus yang diproses dengan proses TGR dan 17% nilai kasus yang diproses dengan proses TP.

4. Laporan Utama

Tabel 1

Penyelesaian Kasus Kerugian Negara Kementerian Keuangan s.d 31 Desember 2013

No Jenis Penyelesaian Kerugian Negara

Jumlah

Kasus

Nilai Kerugian Negara (KN)

(Rp)

1 Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 104 13.583.869.226,19

2 Tuntutan Perbendaharaan (TP) 13 2.818.318.668,00

Jumlah 117 16.402.187.894,19

Keterangan :

- Sesuai database, Biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat Jenderal

4.a. Proil Kerugian Negara

Kerugian negara yang diproses baik melalui TGR maupun TP diselesaikan melalui tahapan-tahapan

yang dapat diklasiikasikan menjadi 6 tahapan,

yaitu tahap Upaya Penagihan, Proses Penagihan di DJKN, Proses di BPK, Penghapusan Secara Bersyarat, Proses di Kejaksaan, dan Banding Presiden.

Dari tahapan-tahapan tersebut, kasus kerugian negara paling banyak diselesaikan pada tahap Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM) sebesar 41.8% dari total jumlah kasus. Sedangkan dari segi besarnya nilai kerugian negara, nilai kerugian negara yang paling tinggi ada pada tahap penagihan secara paksa oleh DJKN sebesar

(13)

07

Media Informasi Kerugian Negara

Saat ini Kementerian Keuangan memiliki 11 Unit Eselon I. Data kasus kerugian negara yang telah

dilaporkan kepada Menteri Keuangan, pada masing-masing unit eselon I sebagai berikut:

Tabel 2

Penyelesaian Kasus Kerugian Negara Per Tahapan Penanganan s.d 31 Desember 2013

No. Jenis Penanganan Jumlah

Kasus

NIlai KN

(Rp)

1. Banding ke Presiden 14 2.629.988.087,17

2. Proses di Kejaksaan 1 3.153.701.011,79

3.

Proses di BPK:

a. Pemeriksaan atas laporan veriikasi 3 1.059.673.013,00

b. Rekomendasi penghapusan bersyarat 1 689.247.512,40

4. Dilimpahkan penagihannya ke DJKN 36 5.517.711.541,99

5. Proses Penghapusan secara bersyarat di DJKN 2 50.463.537,00

6.

Dalam Upaya Penagihan:

a. SKTM 49 1.717.648.681,00

b. SPGR/SKPGR 4 248.500.000,00

c. Kasus yang dalam proses pembahasan (kasus

yang dokumen tidak lengkap atau kasus lama) 7 1.335.254.509,84

TOTAL 117 16.402.187.894,19

Keterangan :

1. SKTM : Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak; 2. SPGR : Surat Pemberitahuan Ganti Rugi;

(14)

08

Media Informasi Kerugian Negara

Tabel 3

Penyelesaian Kasus Kerugian Negara Per Unit Eselon I s.d 31 Desember 2013

No Unit Jumlah

Kasus NIlai KN(RP)

1 SETJEN 11 1,968,625,183.40

2 DJA 2

25,000,000.00

$ 169,062.78

3 DJP 39 1,208,017,420.00

4 DJBC 14 5,034,916,108.63

5 DJPB 26 3,304,434,388.75

6 DJKN 14 1,425,750,940.37

7 DJPK 0 -

8 DJPU 0 -

9 ITJEN 2 56,022,100.00

10 BKF 0

11 BPPK 9

270,478,836.00

$ 85,998.58

Total*) 117 16,402,187,894.19

Keterangan :

*) Nilai kurs tengah Bank Indonesia per 31 Desember 2013 U$ 1 = Rp12.189.00

Dari data tersebut, unit yang mengelola jumlah kasus terbanyak adalah DJP (39 kasus), namun unit yang mengelola nilai kerugian negara terbesar adalah DJBC (Rp. 5,034,916,108.63).

P

ada TA 2013 perkembangan kasus kerugian negara dapat terlihat dari jumlah kasus yang telah terselesaikan. Kasus kerugian negara yang terselesaikan pada TA 2013 sebanyak 26 kasus (22.2 % dari total jumlah kasus TA 2013) dengan nilai pemulihan kerugian negara sebesar Rp 551.895.002,00 (3.44% dari total nilai kasus TA 2013).

Dari 26 kasus yang terselesaikan tersebut, 1 kasus TP terselesaikan karena berdasarkan hasil

veriikasi BPK dinyatakan bendahara bersangkutan

tidak bersalah. Sedangkan 25 kasus lainnya terselesaikan karena pelunasan penggantian kerugian negara.

4.b. Perkembangan Penanganan Kasus Kerugian Negara Lingkup

(15)

09

Media Informasi Kerugian Negara

Tabel 4

Kasus Kerugian Negara Yang Terselesaikan Per Unit Eselon I s.d 31 Desember 2013

NO. Unit

Jumlah kasus (Lunas/Tidak Bersalah/Telah diselesaikan Dihapuskan Bersyarat)

Total Realisasi/

Angsuran s.d. 31

Desember 2013**)

Jml Rp Jml Rp Rp

1 SETJEN 11 1,968,625,183.40 1 26,050,000.00 75.182.818,00

2 DJA 2 1,863,667,623.31 *) - -

-3 DJP 39 1,208,017,420.00 13 176,000,000.00 359.425.883,54

4 DJBC 14 5,034,916,108.63 4 164,804,989.00 666.875.257,00

5 DJPB 26 3,304,434,388.75 6 143,790,013.00 722.225.754,00

6 DJKN 14 1,425,750,940.37 1 23,250,000.00 241.140.511,73

7 DJPK - - - -

-8 DJPU - - - -

-9 ITJEN 2 56,022,100.00 1 18,000,000.00 18.000.000,00

10 BKF - - - -

-11 BPPK 9 1,205,769,292.58 *) - - 28.898.453,54

TOTAL 117 16,402,187,894.19 26 551,895,002.00 2.111.748.677,81

Keterangan :

*) Nilai kurs tengah Bank Indonesia per 31 Desember 2013 U$ 1 =

Rp12.189,-**) Nilai total realisasi s.d. 31 Desember 2013 telah termasuk nilai kasus yang terselesaikan (lunas/tidak bersalah/PSBDT)

Perkembangan penyelesaian kerugian negara pada TA 2013 juga dapat dilihat dari pergerakan tahapan pengurusan kasus dibandingkan dengan TA 2012. Beberapa kasus yang bergerak tahapan pengurusannya, adalah sebagai berikut:

1. Satu Kasus kerugian negara akibat pelanggaran ikatan dinas pada DJA dengan nilai kerugian negara sebesar $16,9062.78.

Pada TA 2012 tahapan pengurusan masih pada tahap SPGR dan di TA 2013 telah sampai pada tahap banding ke Presiden yang saat ini masih menunggu jawaban dari Presiden.

2. Dua kasus pada DJP.

a. Satu kasus kerugian negara akibat penggelapan PPh 21 dengan nilai kerugian

negara sebesar Rp 35.000.000,00. Kasus ini merupakan kasus lama yang telah tercatat pada Laporan Perkembangan Kerugian Negara sejak tahun 1998 dan tidak terdapat perkembangan penyelesaiannya karena penanggung jawab kerugian negara tidak dapat ditemukan. Pada TA 2013, berdasarkan tindak lanjut Biro Perencanaan dan Keuangan serta DJP, maka penanggung jawab kerugian negara dapat ditemukan dan tahapan pengurusan kerugian negara meningkat menjadi tahap SKTM.

(16)

10

Media Informasi Kerugian Negara

yang terjadi pada tahun 2003 dan diketahui berdasarkan temuan BPK terhadap LK DJP tahun 2010. Penanggung jawab kerugian negara telah pensiun. Kasus ini belum dilaporkan kepada Menteri Keuangan. Pada TA 2013 kasus, berdasarkan tindak lanjut Biro Perencanaan dan Keuangan serta DJP, kasus dapat dilaporkan kepada Menteri Keuangan dan telah mendapatkan persetujuan PT TASPEN untuk melakukan pemotongan pensiun guna pelunasan ganti kerugian negara yang terjadi.

3. Satu kasus pada DJPB.

Perkembangan satu kasus pada DJPB di TA 2013 adalah kasus tuntutan perbendaharaan

yang telah mendapatkan putusan hasil veriikasi

dari BPK dimana bendahara diputuskan tidak bersalah dengan nilai kerugian negara sebesar Rp30.640.013,00.

4. Dua kasus pada DJKN.

Dua kasus pada DJKN yang berkembang pada TA 2013 adalah:

a. Satu kasus kekurangan perbendaharaan dengan nilai Rp 707.660.446,00 yang telah

diketahui sejak tahun 2008; dan

b. Satu kasus kekurangan perbendaharaan dengan nilai Rp 321.372.554,00 yang telah diketahui sejak tahun 2011.

Namun kedua kasus tersebut belum dapat diproses karena kesulitan untuk mendapatkan kelengkapan

berkas sebagai bahan veriikasi BPK. Pada TA

2013 berdasarkan tindak lanjut Biro Perencanaan dan Keuangan serta DJKN, kedua kasus tersebut dapat diserahkan kepada BPK untuk selanjutnya diproses di Majelis Tuntutan Perbendaharaan.

5. Satu kasus pada BPPK.

Satu kasus di BPPK dengan nilai Rp367.788,36 dan $85.998.58 berkembang pengurusannya dari tahap SKPGR menjadi tahap penagihan paksa oleh DJKN pada TA 2013.

Kasus kerugian negara juga diklasiikasikan

(17)

1

1

M

e

d

ia

In

fo

rma

si

K

e

ru

g

ia

n

N

e

g

a

ra

Tabel 5

Perkembangan Kerugian Negara Berdasarkan Jenis Kasus Kerugian Negara s.d 31 Desember 2013

A. Jenis Kasus Kerugian Negara Melalui Mekanisme TP

No Jenis Kasus Kerugian Negara Jumlah

Kasus

Nilai Kasus Akumulasi Angsuran s.d. 31 Desember 2013

Sisa Saldo

(Rp) (Rp) (Rp)

1 Tidak Dapat Mempertanggung Jawabkan Dana 1 802,627,671.00

- 802,627,671.00

2 Penyalahgunaan Saldo TKPKN 4 677,904,173.00 178,062,949.00 499,841,224.00

3 Penggunaan Dana Bendaraha Tidak Sesuai Dengan Aturan 1 3,500,000.00

- 3,500,000.00

4 Pembayaran Gaji Pensiun Tidak Sesuai Aturan 2 229,176,150.00 33,141,822.00 196,034,328.00

5 Penggelapan Uang Bendahara 1 23,150,274.00 2,227,272.73 20,923,001.27

6 Ketekoran Kas Karena Pencurian Merusak Brangkas 1 30,640,013.00 30,640,013.00 -

7 Penyimpangan Pengurusan Piutang Negara 3 1,051,320,387.00 166,381,572.00 884,938,815.00

(18)

1

2

M

e

d

ia

In

fo

rma

si

K

e

ru

g

ia

n

N

e

g

a

ra

B. Jenis Kasus Kerugian Negara Melalui Mekanisme TGR

No. Jenis Kasus Kerugian Negara Jumlah

Kasus

Nilai Kasus Akumulasi Angsuran s.d. 31 Desember 2013

Sisa Saldo

(Rp) (Rp) (Rp)

1 Kehilangan Kendaraan Dinas 57 1,724,984,102.00 726,281,459.63 998,702,642.37

2 Pelanggaran Ikatan Dinas 10 3,330,721,753.04 46,749,999.00 3,283,971,754.04

3 Penerbitan Bilyet Giro atas APBN 1 1,500,000,000.00 96,289,711.00 1,403,710,289.00

4 Tuntutan Pihak Ketiga Atas Pembatalan Kontrak Proyek

Dengan Rekanan 2 102,178,692.00 - 102,178,692.00

5 Pemalsuan SPM Satker Kementerian Agama 1 679,007,672.00 310,479,976.00 368,527,696.00

6 Penggunaan Uang Negara Tidak Sesuai Ketentuan 2 330,108,018.00 23,834,545.45 306,273,472.55

7 Penyalahgunaan Uang Negara 22 4,491,874,765.31 121,311,300.00 4,370,563,465.31

8 Mark-up Harga Pengadaan Tanah 1 145,000,000.00 - 145,000,000.00

9 Menerima Jaminan Import Barang Tidak Sesuai Ketentuan 1 235,738,671.84 24,000,000.00 211,738,671.84

10 Penerbitan Dokumen Tanpa Jaminan 1 754,897,146.00 296,200,000.00 458,697,146.00

11 Pemalsuan SPMKP Pajak 1 186,075,300.00 2,100,000.00 183,975,300.00

12 Kehilangan Uang Negara 1 85,983,106.00 39,245,058.00 46,738,048.00

13 Kehilangan Barang Inventaris Kantor 4 17,300,000.00 14,803,000.00 2,497,000.00

(19)

13

Media Informasi Kerugian Negara

P

ergerakan penanganan kerugian negara pada Kementerian Keuangan dapat dilihat dari perkembangannya dari tahun ke tahun. Perbandingan dapat dilihat dari sudut pandang jumlah kasus, besarnya nilai kasus, jenis kasus dan lain-lain. Dengan mengetahui perbandingan

perkembangan kasus kerugian negara di Kementerian Keuangan dari tahun ke tahun dapat membantu pihak-pihak terkait untuk memahami hal-hal apa yang perlu ditindaklanjuti dan hal-hal apa yang sudah berjalan dengan baik dan perlu ditingkatkan lagi.

4.c. Perbandingan Penanganan Kasus Kerugian Negara Kementerian

Keuangan Dari Tahun Ke Tahun

Tabel 6

Perbandingan Nilai Kerugian Negara dan Nilai Penyelesaian Kerugian Negara

Di Lingkungan Kementerian Keuangan Periode TA 2008 S.D. TA 2013

Sisa Nilai KN

Rp

1 2 6

1. 2008 10,785,680,435.90 334,191,571.75 10,451,488,864.15

2. 2009 10,724,272,841.15 751,220,300.00 9,973,052,541.15

3. 2010 11,123,573,735.15 130,900,000.00 10,992,673,735.15 85,998.58

$ $ 85,998.58 4. 2011 11,911,474,405.15 455,350,000.00 11,456,124,405.15

85,998.58

$ $ 85,998.58 5. 2012 12,173,552,216.15 1,207,252,853.00 10,966,299,363.15

255,061.36

$ $ 255,061.36 6. 2013 13,293,244,977.15 551,895,002.00 12,741,349,975.15

255,061.36

$ $ 255,061.36

Pada TA 2010 dan TA 2011 terdapat KN dengan mata uang Dolar Amerika sebesar $85.998.58 Pada TA 2012 dan TA 2013 terdapat KN dengan mata uang Dolar Amerika sebesar $255.061,36

Kasus Terselesaikan (Lunas/Tidak Bersalah/Dihapuskan

Bersyarat)

Rp Rp

4 5

Catatan:

Nilai KN Periode Tahun Kasus

(20)

14

Media Informasi Kerugian Negara

Tabel 7

Perbandingan Jumlah Kerugian Negara dan Jumlah Penyelesaian Kerugian Negara

Di Lingkungan Kementerian Keuangan Periode TA 2008 S.D. TA 2013

Berdasarkan Tabel 6, nilai kerugian negara meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan nilai

penyelesaiannya luktuaktif. Nilai penyelesaian

terbesar pada TA 2012 dikarenakan terdapat penyelesaian atas 3 kasus dengan nilai yang cukup

signiikan. Nilai penyelesaian terendah pada TA

2010 dikarenakan jumlah kasus yang terselesaikan juga paling rendah di TA 2010 (lihat Tabel 7). Dari segi jumlah kasus kerugian negara yang terjadi dan jumlah kasus kerugian negara yang terselesaikan (Tabel 7), keduanya konsisten mengalami kenaikan pada tiga tahun terakhir. Jumlah penyelesaian kasus tertinggi pada TA 2013. Namun hal ini tidak sejalan dengan total nilai yang terselesaikan pada TA 2013, karena pada TA 2013 nilai yang kasus-kasus yang terselesaikan tidak

terlalu signiikan. Data di atas mengindikasikan

bahwa kesadaran dan pengetahuan satker di Kementerian Keuangan terhadap adanya proses Tuntutan Ganti Rugi untuk menyelesaikan kerugian negara juga meningkat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya laporan dan pengurusan kasus-kasus kerugian negara yang terjadi.

(21)

15

Media Informasi Kerugian Negara

Tabel 8

Perbandingan Jumlah Kasus Baru Per Unit Eselon I

Periode TA 2008 s.d TA 2013

Catatan: Pada Tahun 2013 sudah tidak terdapat unit BAPEPAM-LK.

Tabel 9

(22)

16

Media Informasi Kerugian Negara

Tabel 8 dan Tabel 9 menunjukkan jumlah kasus baru yang masuk tiap tahunnya dari TA 2008 s.d. TA 2013. Kasus baru berarti kasus yang baru dilaporkan oleh Satker kepada Menteri Keuangan pada tahun bersangkutan. Tampak dari data per

Tabel 10 menunjukkan perbandingan nilai kasus baru yang masuk tiap tahunnya dari TA 2008 s.d. TA 2013. Tampak bahwa nilai kasus baru

meningkat secara signiikan pada TA 2010 jika

dibandingkan dengan TA 2009. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah kasus baru yang masuk dan terdapat beberapa kasus baru yang masuk dengan

Unit Eselon I (Tabel 8) bahwa sejak tahun 2010 DJP adalah unit yang paling banyak memiliki kasus baru tiap tahunnya. DJPU, Bapepam LK, dan BKF adalah unit yang tidak terdapat kasus baru sejak TA 2008 s.d. saat ini.

nilai yang cukup besar serta terdapat kasus baru dengan nilai dalam mata uang Dolar Amerika. Pada TA 2013 juga terjadi peningkatan nilai kasus baru yang masuk, hal ini disebabkan karena terdapat 8 kasus baru yang masuk dengan nilai yang cukup

signiikan.

Tabel 10

Perbandingan Nilai Kasus Baru Yang Dilaporkan

TA 2008 s.d. TA 2013

No. Tahun Anggaran Nilai Kasus Baru

1. 2008 304,500,000.00

2. 2009 273,083,977.00

3. 2010

1,156,071,971.00

$ 85,998.58

4. 2011 918,800,670.00

5. 2012

717,493,901.00

$ 169,062.78

(23)

17

Media Informasi Kerugian Negara

Tabel 11 s.d. Tabel 16

menampilkan

perbandingan jumlah kasus dan jumlah kasus terselesaikan/ lunas pada TA 2008 s.d. Ta 2013 per Unit Eselon I lingkup Kementerian Keuangan. Jumlah kasus kerugian negara terbanyak konsisten dipegang oleh DJP.

Beberapa Unit Eselon I, memiliki kasus yang telah lama tercatat dalam laporan perkembangan

tuntutan ganti ruginya

dari tahun ke tahun. Kasus-kasus ini sulit diselesaikan karena mengalami beberapa kendala dan pada umumnya kendala yang dihadapi adalah karena kasus-kasus lama tersebut sudah tidak berada di bawah pengurusan Kepala kantor atau Menteri Keuangan (sebagai COO). Kasus-kasus tersebut antara lain kasus yang telah dilimpahkan pengurusannya ke DJKN, kasus yang mengajukan banding kepada Presiden, kasus yang masih menunggu hasil eksekusi dari Kejaksaan, dan kasus yang masih menunggu rekomendasi

penghapusan dari BPK.

Selain itu ada juga beberapa kasus yang terkendala pada proses penyelesaian internalnya.

Tabel 11

Tabel 12

(24)

18

Media Informasi Kerugian Negara

Tabel 14

Tabel 15

(25)

19

Media Informasi Kerugian Negara

Tabel 17

Perbandingan Jumlah Kasus Per Tahapan Penanganan

TA 2008 s.d TA 2013

Tabel 17 menunjukkan perbandingan jumlah kasus kerugian negara pada tiap-tiap tahapan penanganan. Terlihat bahwa sebagian besar kasus kerugian negara diselesaikan dengan penyelesaian damai (SKTM). Jumlah kasus terbesar kedua ada pada tahap pengurusan piutang di DJKN. Kasus yang dilimpahkan pengurusannya ke DJKN ini konsisten mengalami penurunan jumlah pada tiga tahun terakhir. Hal ini menandakan bahwa pengurusan piutang TGR di DJKN mulai sedikit menunjukkan hasil jika dibandingkan TA 2008 s.d. TA 2010.

(26)

20

Media Informasi Kerugian Negara

P

engetahuan tentang tata cara penyelesaian kerugian negara pada satuan kerja di lingkungan Kementerian Keuangan pada umumnya belum dipahami secara menyeluruh meskipun telah terdapat peraturan yang dengan rinci mengaturnya. Indikasi bahwa mekanisme penyelesaian kerugian negara belum dipahami secara baik dapat dilihat dari laporan kerugian negara kepada Menteri Keuangan yang diterima Biro Perencanaan dan Keuangan. Dalam hal ini, terdapat beberapa laporan kasus kerugian negara yang belum

sesuai dengan ketentuan yang berlaku (misalnya terkait kelengkapan dan ketepatan dokumen pendukung), hal ini menyebabkan proses penyelesaiannya menyita waktu yang cukup panjang. Selain itu, terdapat beberapa kasus kerugian negara yang tidak dilaporkan kepada Menteri Keuangan, dimana Biro Perencanaan

dan Keuangan memperoleh informasi

Kerugian Negara dari temuan Badan Pemeriksa Keuangan, tembusan hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal ataupun berdasarkan sumber informasi lainnya. Di sisi lain ada kalanya terdapat perbedaan data kerugian negara pada tingkat Kementerian (yang dikelola oleh Biro Perencanaan dan Keuangan) dengan

data pada unit-unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan, baik menyangkut jumlah kasus kerugian negara ataupun outstanding nilai kerugian negara. Kondisi tersebut dapat dipahami bahwa pada umumnya pengetahuan terkait penyelesaian kerugian negara bukan merupakan hal yang menarik bagi satuan kerja, karena tidak bersentuhan langsung dengan tugas dan fungsi satuan kerja dan tidak diharapkan untuk diterapkan. Memperhatikan masih belum menyeluruhnya pemahaman satuan kerja di lingkungan

Kementerian Keuangan terkait mekanisme penyelesaian kerugian negara, pada tahun 2013 telah dilaksanakan kegiatan sosialisasi mekanisme penyelesaian kerugian negara pada satuan kerja di lingkungan Kementerian Keuangan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD). Sasaran dari kegiatan tersebut adalah agar petunjuk pelaksanaan tata cara penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan dapat dilaksanakan secara efektif sekaligus sebagai upaya preventif apabila terjadinya permasalahan.

Materi yang menjadi bahan sosialisasi adalah memberikan pemahaman tentang penanganan atas terjadinya kerugian Negara di lingkungan Kementerian Keuangan baik oleh pegawai negeri bukan bendahara atapun bendahara, memberikan pemahaman tentang penatausahaan Piutang TP/ TGR atas penyelesaian kerugian Negara, dan diskusi terkait upaya praktis yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kerugian negara di lingkup satuan kerjanya. Dalam kegiatan tersebut

5. Reportase (Kinerja 2013)

5.a. Kegiatan Focus Group Discussion (FGD)

Mekanisme Penyelesaian

(27)

21

Media Informasi Kerugian Negara

juga dibahas materi KMK Nomor 21/KMK.01/2012 tentang Pedoman Pengamanan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan yang berguna untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan tanggung jawab pengelolaan BMN.

Kegiatan tersebut diikuti oleh pejabat/pegawai yang mempunyai tugas dan fungsi terkait pengelolaan keuangan dan aset yaitu Kepala Bagian Umum/Kepala Sub Bagian Keuangan dan Bendahara pada satuan kerja lingkup Kementerian Keuangan. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 9 kota dengan total peserta 84 Satuan kerja, yaitu: Jambi, Balikpapan, Gorontalo, Yogyakarta, Pangkalpinang, Kupang, Banjarmasin, Bengkulu, dan Pontianak.

Dalam kesempatan tersebut, Tim Biro Perencanaan dan Keuangan menekankan pentingnya masalah penyelesaian kerugian negara dengan peran aktif Kepala Kantor untuk mengupayakan penyelesaian kerugian negara secara damai melalui SKTM atau penyelesaian seketika. Berdasarkan penelaahan data statistik penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan, terdapat kecenderungan bahwa apabila penyelesaian secara damai tidak dapat dilaksanakan maka penagihan piutang negara akan mengalami kemacetan dan selanjutnya pengurusan piutang tuntutan ganti rugi diserahkan ke PUPN/DJKN. Berdasarkan data pada Biro Perencanaan dan

Keuangan, persentase ketertagihan atas piutang TP/TGR di lingkungan Kementerian Keuangan yang telah diserahkan pengurusannya ke PUPN hanya mencapai 3.18%.

Terjadinya kerugian negara di satuan kerja daerah merupakan suatu beban tersendiri. Supaya beban tersebut tidak berkelanjutan dan menimbulkan permasalahan yang lain maka proses penyelesaiannya harus dengan cara yang benar. Ada kecenderungan Satuan Kerja daerah melakukan pembiaran sehingga berpotensi menambah permasalahan jika kerugian negara tersebut menjadi temuan aparat pemeriksaan dan penanggung jawab kerugian negara telah mengalami mutasi penempatan kerja atau telah memasuki masa pensiun.

Tantangan yang dihadapi dalam rangka penyelesaian kerugian negara dari tahun ke tahun akan semakin berat seiring bergulirnya transformasi kelembagaan dan semakin meningkatnya jumlah alokasi anggaran dan aset BMN di Kementerian Keuangan. Oleh sebab itu, dibutuhkan upaya preventif dan pemahaman terkait tata cara penyelesaian kerugian negara yang menyeluruh agar penyelesaian kerugian negara pada masa yang akan datang dapat dilaksanakan secara efektif, cepat, tepat, dan taat pada peraturan.

S

alah satu kendala umum dalam penyelesaian kerugian negara secara nasional di Kementerian Negara/lembaga adalah Peraturan Pemerintah (PP) mengenai penyelesaian ganti rugi bukan kekurangan perbendaharaan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang sampai saat ini belum ditetapkan. Akibatnya, penyelesaian kerugian negara internal lingkup Kementerian Keuangan, sampai dengan saat ini masih mendasarkan pada KMK 508/ KMK.01/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Ganti Rugi Bukan Kekurangan Perbendaharaan di Lingkungan Departemen Keuangan.

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 508/KMK.01/1999 memang masih relevan, namun di sisi lain terdapat pula beberapa substansi perlu disesuaikan/ disempurnakan. Mengingat Keputusan Menteri Keuangan masih berdasarkan pada ketentuan ICW maka KMK tersebut tidak memiliki dasar hukum

yang kuat dalam rangka menyelesaikan kasus-kasus kerugian negara. Selain itu terdapat beberapa permasalahan yang ternyata belum cukup jelas diatur sehingga masih dijumpai kasus kerugian negara yang terjadi pada unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan belum dapat memperoleh penyelesaian secara tuntas.

Sebagai respon atas ketidakjelasan nasib Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP TGR) dan kebutuhan yang mendesak akan adanya pedoman teknis penyelesaian kerugian negara yang relevan dengan kondisi yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku saat ini, Biro Perencanaan dan Keuangan setelah berkoordinasi dengan Biro Hukum berinisiatif menyusun RKMK Perubahan atas KMK Nomor 508/KMK.01/1999. RKMK tersebut merubah beberapa ketentuan yang sudah tidak relevan dan urgent untuk disesuaikan, dimana hal tersebut selama ini menjadi kendala dalam penyelesaian kerugian negara, adapun untuk penyusunan RPMK pengganti KMK Nomor 508/KMK.01/1999 menunggu penetapan PP TGR.

(28)

22

Media Informasi Kerugian Negara

Dalam konsep (draft) ketentuan pengganti KMK 508/ KMK.01/1999 yang disusun oleh Biro Perencanaan dan Keuangan masih terdapat beberapa alternatif perubahan substansi teknis/pengaturan dan alternatif solusi permasalahan atas KMK 508/ KMK.01/1999 yang belum disepakati dan perlu disempurnakan kembali. Mengingat revisi petunjuk pelaksanaan penyelesaian kerugian negara bukan kekurangan perbendaharaan memiliki kompleksitas yang cukup tinggi dan untuk mempercepat proses revisi, serta dapat menghasilkan petunjuk pelaksanaan yang aplicable, pada tahun 2013 telah dilaksanakan kegiatan studi banding guna mempelajari/melakukan kajian terhadap proses penyelesaian kasus TGR di BPK dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Kegiatan studi banding penyelesaian kerugian negara telah dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap pertama dilakukan pada Badan Pemeriksa Keuangan tanggal 23 Oktober 2013 sedangkan kegiatan studi banding pada Kementerian Hukum dan HAM dilaksanakan tanggal 3 Desember 2013. Kegiatan dilaksanakan dengan metode diskusi dengan narasumber (pejabat/anggota TPKN Kementerian/Lembaga), yang difokuskan pada proses penyelesaian kasus TGR mulai dari upaya damai sampai tahap penuntutan. Tujuan dari kegiatan dimaksud adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai mekanisme penyelesaian kerugian negara pada Kementerian/ Lembaga lainnya, dan memperoleh informasi penanganan kerugian negara yang tidak dapat

diselesaikan secara administratif yang selama ini menjadi kendala di Kementerian Keuangan. Beberapa materi yang menjadi pertanyaan/diskusi antara lain sebagai berikut:

a. Struktur dan mekanisme kerja Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN);

b. Upaya pengajuan pembelaan/keberatan/ banding yang dilakukan penanggung jawab kerugian negara;

c. Tata cara penetapan nilai kerugian negara; d. Penentuan unsur-unsur lalai atau melawan

hukum dari perbuatan yang menimbulkan kerugian negara;

e. Penanganan atas kasus yang keberadaan penanggung jawab kerugian negaranya tidak diketahui;

f. Ketentuan terkait perlunya jaminan dalam Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM) (SKTM); dan

g. Penyelesaian kerugian negara yang dilakukan oleh pihak ketiga.

(29)

23

Media Informasi Kerugian Negara

S

alah satu tugas dan fungsi yang dilaksanakan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan sesuai Pasal 23 dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 184/ PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan adalah menyiapkan bahan pertimbangan dan menindaklanjuti pelaksanaan penyelesaian kerugian negara dan penagihan. Dalam rangka melaksanakan kegiatan tersebut telah dilakukan beberapa kegiatan dan rangkaian proses penyelesaian kerugian negara terhadap kasus-kasus kerugian negara yang terjadi di lingkup Kementerian Keuangan, yaitu:

a. Monitoring dan Evaluasi pada Kantor Pusat Unit Eselon I

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi pada Kantor Pusat Unit Eselon I merupakan agenda tahunan Biro Perencanaan dan Keuangan sebagai salah satu upaya agar tercapai

efektiitas dan koordinasi yang baik dalam

rangka penyelesaian kasus kerugian negara. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk rapat koordinasi pembahasan penyelesaian kerugian negara dengan unit kerja yang menangani penyelesaian kerugian negara pada kantor pusat unit eselon I lingkup Kementerian Keuangan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas penanganan kasus dan penatausahaan dokumen kerugian negara agar penyelesaian kasus kerugian negara dapat membawa hasil yang lebih baik dan optimal. Secara garis besar hasil yang didapat dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Terhadap kasus-kasus kerugian negara

yang belum dilaporkan kepada Menteri Keuangan sebagai tindak lanjutnya, unit eselon I akan melaporkan kerugian negara beserta dokumen pendukung sesuai ketentuan yang diatur dalam KMK Nomor 508/KMK.01/1999 maupun PMK 193/

KMK.01/2009.

2) Atas kasus-kasus baru yang masih aktif, unit eselon I akan menindaklanjuti sesuai prosedur dengan mendasarkan pada saran dan tindak lanjut hasil rekonsiliasi dan melaporkan perkembangannya kepada Biro Perencanaan dan Keuangan.

3) Terhadap kasus-kasus kerugian negara yang telah dilimpahkan ke DJKN sebagai upaya mempercepat penyelesaian piutang macet untuk penagihan paksa diperlukan koordinasi/dukungan antara unit eselon I/penyerah piutang dengan PUPN yang menangani piutang macet.

Hasil kegiatan tersebut dituangkan dalam Risalah Kegiatan Monitoring dan Evaluasi yang berisi rencana tindak lanjut yang konkret terkait penanganan penyelesaian kerugian negara dan disepakati oleh perwakilan Biro Perencanaan dan Keuangan dan perwakilan unit eselon I.

b. Kegiatan Bimbingan Teknis Penyelesaian Kerugian Negara

Berdasarkan hasil inventarisasi data kasus kerugian negara di lingkungan Kementerian diketahui bahwa terdapat beberapa kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Agar upaya penyelesaian kasus kerugian negara dapat dilaksanakan secara optimal, tertib dan sesuai dengan peraturan yang berlaku, Biro Perencanaan dan Keuangan berinisiatif melakukan bimbingan teknis kepada satuan kerja. Pada tahun 2013 kegiatan bimbingan teknis penyelesaian kerugian negara dilaksanakan pada KPP Pratama Balikpapan, KPKNL Kendari, KPP Pratama Kepanjen, KPPBC Palembang, Kanwil DJBC Sumbagsel, Kanwil DJKN Denpasar, dan Kanwil DJPB Jawa Tengah.

5.c. Monitoring dan Evaluasi Penyelesaian Kerugian Negara

penyelesaian kerugian negara pada masing-masing Kementerian Negara/Lembaga berbeda-beda disesuaikan dengan struktur dan kultur organisasi masing-masing Kementerian Negara/ Lembaga dalam rangka penyelesaian kerugian

negara yang efektif dan eisien.

Atas beberapa perbedaan mekanisme penyelesaian kerugian negara tersebut, pihak pemeriksa (Auditor BPK) tidak mempermasalahkannya karena belum terdapat penafsiran yang standar terkait pelaksanaan penyelesaian kerugian negara sesuai paket Undang-undang Keuangan

(30)

24

Media Informasi Kerugian Negara

Secara umum kendala yang dihadapi satuan kerja dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu kendala internal berupa belum dipahaminya mekanisme penyelesaian kasus kerugian negara oleh pejabat/pegawai di satuan kerja dan kendala eksternal berupa penanggung jawab kerugian negara yang tidak beriktikad baik dalam menyelesaikan kerugian negara.

Agar kasus kerugian negara terselesaikan sesuai dengan tahapan/proses penyelesaian sesuai ketentuan yang berlaku, dalam kegiatan tersebut Tim Biro Perencanaan dan Keuangan memberikan saran tindak lanjut/langkah-langkah yang harus dilakukan oleh satuan kerja dalam rangka penyelesaian kerugian Negara tersebut.

a. Latar belakang

Pencatatan Kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan tercantum dalam dua laporan yang berbeda, yaitu di Laporan Perkembangan Penyelesaian Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan dan di Laporan Keuangan Kementerian Keuangan. Pencatatan kerugian negara dalam kedua laporan tersebut menggunakan dasar yang berbeda sehingga seringkali nominal saldo kerugian negara yang tercantum 2 (dua) laporan tersebut adalah tidak sama, perbedaan tersebut menjadi pertanyaan bagi auditor sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut. Dalam rangka meningkatkan keandalan dan akuntabilitas penyajian data piutang TP/TGR dalam laporan keuangan Kementerian Keuangan dan penyajian data kerugian negara dalam Laporan Perkembangan Penyelesaian Kerugian negara, pada tahun 2013 dilaksanakan kegiatan rekonsiliasi data kerugian negara antara unit akuntansi unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dengan Biro Perencanaan dan Keuangan selaku unit yang menatausahakan penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan.

1. Pencatatan Kerugian Negara dalam Laporan Keuangan

Kerugian negara yang tercatat dalam Laporan Keuangan tampak pada saldo Piutang TP/ TGR yang disajikan di neraca. Piutang TP/TGR merupakan salah satu piutang PNBP namun dalam penyajiannya di Laporan Keuangan ditampilkan terpisah dari piutang PNBP dalam neraca laporan keuangan.

Pencatatan dalam Laporan Keuangan didasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi terkait piutang. Salah satu istilah akuntansi yang populer dalam akuntansi adalah substance

over form yang dapat diterjemahkan sebagai

substansi (inti) mengungguli bentuk, dimana maksud dalam istilah ini adalah dalam suatu transaksi adalah bagaimana melihat inti dari suatu transaksi dibandingkan dengan pelaporan transaksi tersebut dalam laporan keuangan. Akuntansi lebih menekankan kenyataan ekonomis suatu kejadian daripada bukti legalnya. Prinsip tersebut menyatakan bahwa transaksi atau suatu peristiwa perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Peristiwa yang menimbulkan hak tagih berkaitan dengan TP/TGR, harus didukung dengan bukti Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM), yang menunjukkan bahwa penyelesaian atas TP/TGR dilakukan dengan cara damai (di luar pengadilan). SKTM merupakan surat keterangan tentang pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawab seseorang dan bersedia mengganti kerugian tersebut. Apabila penyelesaian TP/TGR tersebut dilaksanakan melalui jalur penuntutan, pengakuan piutang baru dilakukan setelah ada surat pembebanan yang telah diterbitkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.

(31)

25

(32)

26

Media Informasi Kerugian Negara

2. Pencatatan kerugian negara dalam Laporan Perkembangan Penyelesaian Kerugian Negara

Pencatatan dalam Laporan Perkembangan Penyelesaian Kerugian Negara didasarkan pada aspek formalnya. Sehingga meskipun terdapat piutang TP/TGR yang telah tercatat dalam Laporan Keuangan namun jika belum diproses sesuai ketentuan yang berlaku (formal), maka atas kasus kerugian negara tersebut belum dapat dicatatkan dalam Laporan Perkembangan Penyelesaian Kerugian Negara.

Data dalam Laporan Perkembangan Penyelesaian Kerugian Negara adalah data kerugian negara yang telah dilaporkan secara formal sesuai ketentuan yang berlaku kepada Menteri Keuangan. Syarat pencantuman dalam Laporan Perkembangan adalah kasus kerugian negara telah dilaporkan dilaporkan secara formal sesuai ketentuan yang berlaku kepada Menteri Keuangan, Penanggungjawab kerugian negara diketahui, nilai kerugian negara telah pasti (mendapat penetapan sesuai ketentuan yang berlaku).

b. Pelaksanaan Rekonsiliasi Data Kerugian

Negara

Data yang menjadi objek dalam rekonsiliasi adalah data piutang TP/TGR yang akan dilaporkan dalam neraca Laporan Keuangan masing-masing unit eselon I dengan data saldo kerugian negara belum terpulihkan yang ditatausahakan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan. Kegiatan Rekonsiliasi Data Kerugian Negara dilaksanakan secara bersama-sama untuk periode penatausahaan s.d tanggal 31 Desember 2013 dengan melakukan proses pencocokan data terhadap kasus-kasus kerugian negara yang ditatausahakan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan dengan data piutang TP/TGR yang akan dicantumkan dalam Laporan Keuangan Unit Eselon I.

Rekonsiliasi piutang TP/TGR tidak bertujuan untuk menyamakan saldo kerugian negara yang akan dicatat dalam Laporan Perkembangan Penyelesaian Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan dengan yang di Laporan Keuangan Kementerian Keuangan. Hasil dari

rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) Data Kerugian Negara yang berisi penjelasan atas perbedaan pencatatan kerugian negara dan tindak lanjut yang diperlukan.

Dalam BAR Data Kerugian Negara dicantumkan alternatif tindak lanjut sebagai berikut:

i. Jika perbedaan pencatatan kerugian negara disebabkan oleh data angsuran piutang TP/TGR yang kasus kerugian negaranya telah diproses secara formal sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka saldo piutang dalam laporan keuangan dan laporan perkembangan penyelesaian kerugian negara dapat disesuaikan dengan data angsuran

ter-update.

ii. Jika perbedaan tersebut disebabkan oleh piutang TP/TGR yang tercatat pada Laporan Keuangan unit eselon I namun kasus kerugian negara secara formal belum diproses sesuai

b. Manfaat Rekonsiliasi Data Kerugian Negara

Rekonsiliasi data kerugian negara mempunyai beberapa manfaat baik bagi pihak unit akuntasi eselon I maupun bagi Biro Perencanaan dan Keuangan. Bagi unit akuntansi unit eselon I rekonsiliasi data kerugian negara bermanfaat dalam membantu unit akuntansi dalam menentukan nilai saldo piutang TP/TGR yang akuntabel dalam Laporan Keuangan karena dalam Berita Acara Rekonsiliasi Data Kerugian Negara disepakati mengenai saldo kerugian negara yang tercantum pada Laporan Keuangan, membantu dalam memberikan penjelasan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan terkait status termutakhir piutang TP/TGR dan penjelasan jika ada pemeriksaan dari auditor terkait penyajian piutang TP/TGR. Sekaligus sebagai upaya preventif atas temuan auditor terkait kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan berkenaan dengan penyelesaian kerugian negara.

(33)

27

Media Informasi Kerugian Negara

ketentuan yang berlaku, maka kasus tersebut belum dapat dicatatkan dalam Laporan perkembangan penyelesaian kerugian negara. Atas kasus tersebut unit eselon I akan menindaklanjuti dengan memproses pelaporan kerugian negara secara formal sesuai ketentuan yang berlaku.

iii. Jika perbedaan tersebut disebabkan oleh data kerugian negara yang telah tercatat dalam Laporan Perkembangan Penyelesaian Kerugian Negara namun belum tercatat dalam Laporan Keuangan unit eselon I, maka ada 2 kemungkinan tindak lanjut:

a) Apabila atas kasus kerugian negara tersebut telah diterbitkan dokumen pengakuan piutang (SKTM atau SK pembebanan)

maka piutang tersebut dicatat dalam Laporan keuangan unit eselon I.

b) Apabila atas kasus kerugian negara tersebut belum diterbitkan dokumen pengakuan piutang maka kerugian negara belum dapat dicatatkan dalam Laporan Keuangan mengingat pada dasarnya piutang PNBP diakui pada saat terjadinya hak untuk menagih piutang TP/TGR atau pada saat terbit surat keputusan tentang Piutang TGR misalnya Surat Ketetapan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) yang merupakan dokumen untuk mengakui TGR untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sampai pada tanggal neraca belum dibayar oleh wajib bayar harus dicatat sebagai Piutang PNBP dalam neraca.

Pada TA 2013, TPPKN telah melakukan rapat pembahasan dan menghasilkan rekomendasi kepada Menteri Keuangan sebagai berikut:

No Unit Jenis Kasus Nilai Kerugian

Negara Rekomendasi Hasil/Tindak Lanjut Keterangan 1. BPPK Kasus Pelanggaran Ikatan Dinas Diploma STAN Rp25.500.000,-Memenuhi unsur Perbuatan Hukum dan Tidak bersedia damai

SPGR nomor : PEM-2/MK.1/2013

Risalah nomor : 01/ TPPKN/2013 tanggal 18 April 2013 2. BPPK Kasus Pelanggaran Ikatan Dinas Diploma STAN Rp21.000.000,-Memenuhi unsur Perbuatan Hukum dan Tidak bersedia damai

SPGR nomor : PEM-3/MK.1/2013

Risalah nomor : 01/ TPPKN/2013 tanggal 18 April 2013 3. BPPK Kasus Pelangaran Ikatan Dinas Diploma STAN Rp21.000.000,-Memenuhi unsur Perbuatan Hukum dan Tidak bersedia damai

SPGR nomor : PEM-4/MK.1/2013

Risalah nomor : 01/ TPPKN/2013 tanggal 18 April 2013 4. DJPB Kasus Kehilangan Kendaraan Dinas Roda Empat Rp177.000.000,-Menolak materi banding/pembelaan SKPGR S-571/MK.1/2013

Risalah nomor : 01/ TPPKN/2013 tanggal 18 April 2013

5. DJA

Kasus Pelanggaran Ikatan Dinas Beasiswa S2 Luar Negeri US$169.068.78 Menolak materi banding/pembelaan SPGR SKPGR nomor : KMK-474/ KM.1/2013

Risalah nomor : 01/ TPPKN/2013 tanggal 18 April 2013. 6. DJPB Kasus Kehilangan Kendaraan Dinas Roda Empat Rp177.000.000,-Memenuhi unsur Perbuatan Hukum dan Tidak bersedia damai

SPGR nomor: PEM-5/MK.1/2013

Risalah nomor : 02/ TPPKN/2013 tanggal 20 Juni 2013 8. DJPB Kasus Kehilangan Kendaraan Dinas Roda Empat Rp177.000.000,-Menolak materi banding/pembelaan SPGR SKPGR nomor 796/KM.1/2013 Risalah nomor: 03/ TPPKN/2013 tanggal 23 September 2013

(34)

28

Media Informasi Kerugian Negara

No Unit Jenis Kasus Nilai Kerugian

Negara Rekomendasi

Hasil/Tindak

Lanjut Keterangan

9. DJA

Kasus Pelanggaran Ikatan Dinas Beasiswa S2 Luar Negeri

US$169.068.78

Menolak materi banding/pembelaan SKPGR

S-881/MK.1/2013

Risalah nomor: 03/ TPPKN/2013 tanggal 23 September 2013

10. DJP

Kasus

kecelakaan yang mengakibatkan kendaraan dinas rusak berat

Belum diketahui

Mengusulkan untuk proses BAP dan koodinasi secara internal

S-552/SJ.1/2013

-11. DJP

Kasus pencurian dan perampokan BMN di Kantor

KPP Pratama Singosari

Rp34.012.200

KPP Pratama Kepanjen

Rp231.888.800,-

Rp41.745.000,-Mengusulkan agar satker meneliti kembali hasil pemeriksaan apakah ada pegawai lalai/ tidak dan meminta informasi progres penyidikan dari Kepolisian.

S-534/SJ.1/2013 S-535/SJ.1/2013

-Selain pembahasan kasus-kasus dan memberikan pertimbangan/rekomendasi kepada Menteri Keuangan, pada TA 2013 TPPKN juga melakukan satu kali pembahasan terhadap draft KMK Pengganti KMK 508/KMK.01/1999. Hasil

pembahasan tersebut kemudian dituangkan dan disempurnakan kembali oleh internal Biro Perencanaan dan Keuangan dan telah diteruskan kembali kepada anggota TPPKN untuk dimintakan pendapatnya.

T

im Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara (TPPKN) Kementerian Keuangan Tahun 2014 mempunyai tugas yaitu :

1. Melakukan penelaahan kasus-kasus kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan

berdasarkan hasil kajian kasus dan veriikasi

dokumen/bukti pendukung yang dilakukan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan dalam rangka penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan yang terjadi pada tahun berjalan maupun tahun-tahun sebelumnya.

2. Memberikan pertimbangan kepada Menteri Keuangan dalam rangka penyelesaian tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan kepada pegawai negeri/bendahara yang bersalah/lalai; dan

3. Menyusun draft penyempurnaan/revisi atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 508/ KMK.01/1999 tentang petunjuk Pelaksanaan

Penyelesaian Kerugian Negara Bukan Kekurangan Perbendaharaan di Lingkungan Departemen Keuangan.

Dalam rangka menindaklanjuti penyelesaian kasus kerugian negara dan mengatasi kendala dan permasalahannya, TPPKN akan melaksanakan kegiatan terkait penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan, meliputi : 1. Pembahasan Kasus Kerugian Negara antara

lain berupa :

a. Kehilangan Barang Milik Negara Berupa Kendaraan Bermotor;

b. Kehilangan Barang Inventaris Kantor Akibat Perbuatan Pihak Ketiga;

c. Kendaraan Dinas Yang Mengalami Kecelakaan;

d. Pelanggaran Ikatan Dinas; dan

e. Pengelolaan Keuangan oleh Bendahara.

6. Agenda Kerja 2014

(35)

29

Media Informasi Kerugian Negara

Berdasarkan ketentuan dalam KMK Nomor 508/KMK.1/1999, dalam hal terjadi kerugian negara akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja atau lalai oleh pejabat/pegawai yang mengakibatkan terjadinya kerugian negara sebagaimana tersebut di atas, maka proses penyelesaian selanjutnya dilakukan penuntutan terhadap pejabat/pegawai tersebut. Pembahasan kasus oleh TPPKN ini diperlukan untuk menentukan tindak lanjut atas kasus yang telah dilaporkan kepada Menteri Keuangan, apakah kasus tersebut perlu dilakukan penuntutan ganti rugi atau pembebasan.

2. Pembahasan Materi Peraturan Pengganti KMK Nomor 508/KMK.1/1999.

Sebagai tindak lanjut dari dilaksanakannya kegiatan rapat koordinasi penyusunan rancangan peraturan pengganti KMK Nomor 508/KMK.1/1999, maka Biro Perencanaan dan Keuangan akan melaksanakan rapat pembahasan materi-materi peraturan pengganti KMK Nomor 508/KMK.1/1999 dengan TPPKN. Diharapkan dengan dilaksanakannya rapat yang cukup intensif, rancangan peraturan pengganti KMK Nomor 508/KMK.1/1999 dapat segera diselesaikan.

U

paya pencegahan (preventif) sangat diperlukan guna meminimalisir terjadinya kasus kerugian negara karena sifatnya yang antisipatif. Selain itu, pentingnya upaya preventif juga disebabkan karena upaya preventif bukan hanya untuk meminimalisir terjadinya kasus kerugian negara, tetapi juga untuk mendukung pelaksanaan sistem pengendalian intern agar berjalan optimal. Untuk itu, perlu adanya regulasi/aturan yang memadai untuk mendukung pelaksanaan upaya tersebut. Untuk dapat mencapai kondisi yang optimal dalam mengantisipasi adanya potensi terjadinya kasus kerugian negara, salah satunya diperlukan Sistem Pengendalian Intern yang memadai, baik dari segi ketentuan yang mendukung, kapasitas pejabat/pegawai yang terlibat serta pengawasan atas pelaksanaannya. Guna menjalankan upaya preventif terjadinya kerugian negara di TA 2014, direncanakan akan dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain:

1. Koordinasi dengan Biro Perlengkapan

(Pengamanan BMN)

Dasar hukum yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Kementerian Keuangan adalah PMK Nomor 96/ PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara. Selain itu, terdapat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 21/KMK.01/2012 tentang Pedoman Pengamanan dan Pemeliharaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan, yang mengatur mengenai standar pengamanan/protap BMN di Lingkungan Kementerian Keuangan.

Pada database Biro Perencanaan dan Keuangan, porsi kerugian negara akibat

kehilangan Barang Milik Negara berupa kendaraan dinas dan barang inventaris kantor di lingkungan Kementerian Keuangan cukup besar.

Berdasarkan hasil veriikasi dan penelitian

terhadap dokumen kasus kehilangan BMN pada kantor/satuan kerja di lingkungan Kementerian Keuangan, dapat disimpulkan bahwa terjadinya kehilangan BMN antara lain diakibatkan hal-hal sebagai berikut:

1) Satuan kerja belum sepenuhnya melaksanakan/mentaati prosedur tetap (protap) dalam penggunaan BMN sesuai KMK Nomor 21/KMK.01/2012 tentang Pedoman Pengamanan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan;

2) Satuan kerja kurang memberikan pemahaman kepada pejabat/pegawai mengenai tanggung jawab atas pengunaan BMN yang diserahterimakan;

3) BMN digunakan untuk kepentingan pribadi (diluar kepentingan dinas/kantor);

4) Belum diterapkannya standar pengamanan BMN secara optimal; dan

5) Terdapat kasus kehilangan/kerusakan BMN yang disebabkan perampokan.

Dalam rangka menindaklanjuti hal tersebut, Biro Perencanaan dan Keuangan akan melaksanakan kegiatan koordinasi dengan Biro Perlengkapan, yaitu :

1) Mendorong tindak lanjut sosialisasi KMK 21/KMK.01/2012 tanggal 30 Januari 2012 untuk kota/daerah lainnya yang belum dilaksanakan agar seluruh unit vertikal di daerah dapat mengetahui penjelasan dari KMK tersebut;

2) Memberikan masukan terkait kasus kerugian negara berupa kehilangan/

(36)

30

Media Informasi Kerugian Negara

kerusakan kendaraan bermotor yang penanganannya masih terkendala kelengkapan/kejelasan aturan dalam KMK 21/KMK.01/2012 tanggal 30 Januari 2012; 3) Membahas penanganan masalah terkait

kendala teknis pengamanan BMN dan perlunya monitoring dan evaluasi atas standar pengamanan BMN yang sama pada setiap satuan kerja;

4) Menyampaikan wacana pembahasan mengenai kemungkinan kendaraan dinas dapat diansuransikan secara pribadi oleh penanggung jawab kendaraan, mengingat asuransi kendaraan dinas sampai dengan saat ini belum bisa dibiayai oleh beban APBN.

2. Koordinasi dengan Unit Terkait Penanganan

Pelanggaran Wajib Kerja/Ikatan Dinas

Potensi kerugian negara maupun kerugian negara yang telah dilaporkan sebagai akibat pelanggaran perjanjian ikatan dinas nilainya

cukup signiikan, namun sampai dengan saat ini

penanganan atas hal tersebut belum memadai. Untuk itu diperlukan adanya penelaahan kembali atas ketentuan terkait wajib kerja/ ikatan dinas, maupun materi standar yang tercantum pada perjanjian ikatan dinas, dan pembinaan kepada pegawai yang terikat wajib kerja/ikatan dinas sehingga ketika

Gambar

Tabel 1Penyelesaian Kasus Kerugian Negara Kementerian Keuangan
Tabel 2Penyelesaian Kasus Kerugian Negara Per Tahapan Penanganan
Tabel 4Kasus Kerugian Negara Yang Terselesaikan Per Unit Eselon I
Tabel 6Perbandingan Nilai Kerugian Negara dan Nilai Penyelesaian Kerugian Negara
+6

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu komite audit juga memiliki berbagai macam tugas dan tanggung jawab untuk melindungi kepentingan pemegang saham seperti menelaah laporan keuangan perusahaan,

SEMARANG ... Dedikasi Guru MAN Suruh Kabupaten Semarang ... Dedikasi Guru dalam Kaitannya dengan Peningkatan Mutu Pendidikan di MAN Suruh ... Hasil Mutu Pendidikan yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kenyamanan di DKI Jakarta secara harian dan kecenderungan tingkat kenyamanan dari tahun ke tahun menggunakan

Selain itu, perdagangan internasional juga menjadi alat bagi negara- negara di dunia dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya dimana perdagangan bebas itu sendiri

Oleh sebab itu, pembahasan ekofeminisme Vandana Shiva fokus pada persoalan penindasan alam yang identik dengan penindasan perempuan dalam budaya patriarki yang bertolak

[r]

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya evaluasi terhadap dokumen penawaran yang masuk pada paket pekerjaan Peningkatan Jalan Boulevard, Pokja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Sehubungan dengan Dokumen Penawaran saudara/I atas paket pekerjaan : Pembangunan saluran primer permanen tambak maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan