1 1.1. Latar Belakang.
Dewasa ini negara kita, rakyat berharap pada pemerintah agar dapat terselenggaranya good governance, yaitu penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab. Efektif terhadap hasil yang dicapai, akuntabel artinya penyelenggara pemerintah bertanggung jawab terhadap kebijakan yang ditetapkan, kepada seluruh warga negara pada setiap akhir tahun penyelenggaraan pemerintahan.1
Permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia sekarang ini semakin bertautan dan semakin sarat dengan permasalahan. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi panutan rakyat banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintah yang baik atau sering disebut good governance yang selama ini dielukan, faktanya saat ini masih menjadi mimpi dan hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera terbangun dari tidur panjangnya. Revolusi di setiap bidang harus dilakukan karena setiap produk yang dihasilkan hanya mewadahi kepentingan partai politik, fraksi dan sekelompok orang padahal seharusnya penyelenggaraan Negara yang baik harus menjadi perhatian serius. Transparansi memang bisa menjadi salah satu solusi, tetapi hal itu tidaklah
1 Neneng Siti Maryam, Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik, (JIPSI:Bandung,2016), hlm.1.
cukup untuk mencapai good governance.2
Paradigma Good governance menekankan arti penting kesejahteraan hubungan antara institusi negara, pasar dan masyarakat. Good governance kini telah menjadi ideologi lembaga-lembaga donor internasional (World Bank, UNDP, European Bank for Reconstruction and Development Bank) dalam mendorong negara-negara anggotanya menghormati prinsip-prinsip ekonomi pasar dan demokrasi sebagai prasyarat menjadi pemain dalam pergaulan internasional abad ke 21. Maka munculnya kepemimpinan politik dengan legimitasi yang kuat di tanah air sesungguhnya merupakan momentum historis terselenggaranya tata ekonomi, politik dan masyarakat yang baik. Persoalannya, para pemimpin di tanah air dapat menjalankan prinsip yang terkandung dalam paradigma ini atau tidak?
Mengingat kekacauan ekonomi dan politik pada tingkat institusi Negara, pasar dan masyarakat hingga kini mengalami instabilitas. Paling tidak, efek dari ketidak- menentuan itu sedikit banyak akan Mempengaruhi tersendatnya roda pemerintahan pusat dan daerah. Bahkan kondisi Pemerintahan Lokal acapkali rawan terhadap gangguan kinerja pemerintah yang barangkali juga diakibatkan tidak terciptanya good governance, akibatnya masyarakat merasa tidak puas. Lalu, prakondisi sosial politik apa yang harus dipenuhi agar prinsip good governance setapak dapat berjalan? Konsekuensi ekonomi politik apa yang mungkin terjadi bila paradigma
2Ibid,hlm. 2.
ini gagal dijalankan?3
Konsep good governance muncul karena adanya ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Menerapkan praktik good governance dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kapasitas pemerintah, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar. Salah satu pilihan strategis untuk menerapkan good governance di Indonesia adalah melalui penyelenggaraan pelayanan publik.
Pelayanan publik menjadi tolok ukur keberhasilan tugas dan pengukuran kerja pemerintah melalui birokrasi. Pelayanan publik sebagai penggerak utama juga dianggap penting oleh semua aktor dari unsur good governance. Para penjabat publik, unsur-unsur dalam masyarakat sipil dan dunia usaha sama-sama memiliki kepentingan terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik. Ada tiga alasan penting yang melatarbelakangi bahwa pembaharuan pelayanan publik dapat mendorong praktik good governance di Indonesia. Pertama, perbaikan kinerja pelayanan publik dinilai penting oleh stakeholders, yaitu pemerintah, warga, sektor usaha.
Kedua, pelayanan publik adalah ranah dari ketiga unsur governance melakukan interaksi yang sangat intensif. Ketiga, nilai-nilai yang selama ini mencirikan praktik good governance diterjemahkan secara lebih mudah dan nyata melalui pelayanan publik.4
3 Martin Jimung, Politik Lokal dan Pemerintah Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah, (Pustaka Nusatama: Yogyakarta,2005), hlm. 96.
4 Neneng Siti Maryam, op.cit.
Good Governance adalah paradigma manajemen pambangunan menempatkan masyarakat dan swasta sebagai pemeran strategis dalam Governance (mengatur, mengurus, menguasai pemerintah), atau Governance dalam terminology yang bermakna sama bagi pemerintah, The exercise of Political Power to manage a nations affairs (World Bank). Ada partnership antara pemerintah, swasta dan masyarakat untuk membangun, unsur-unsur utama Good Governance adalah akuntabilitas, transparansi, keterbukaan seperti adanya partisipasi publik untuk mendapatkan informasi dan mengkritisi penegakan aturan hukum dengan jaminan fairnese, kompetensi dan hak azasi.5
Di samping permasalahan di atas, juga tentang cara pelayanan yang diterima oleh masyarakat yang sering dilecehkan martabatnya sebagai warga negara. Masyarakat ditempatkan sebagai klien yang membutuhkan bantuan pejabat birokrasi, sehingga harus tunduk pada ketentuan birokrasi dan kemauan dari penjabatnya. Hal ini terjadi karena budaya yang berkembang dalam birokrasi selama ini bukan budaya pelayanan, tetapi lebih mengarah kepada budaya kekuasaan.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggarakan pelayanan publik yang berkesinambungan demi mewujudkan pelayanan publik yang prima sebab pelayanan publik merupakan fungsi utama pemerintah yang diberikan sebaik-baiknya oleh penjabat publik Salah satu upaya
5 Feisal Tamin, Reformasi Birokrasi, (Blantika: Jakarta, 2004), hlm. 21.
pemerintah adalah dengan melakukan penerapan prinsip-prinsip good governance, yang diharapkan dapat memenuhi pelayanan yang prima terhadap masyarakat.
Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas merupakan salah satu ciri good governance Untuk itu, aparatur negara harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien, karena diharapkan dengan penerapan good governance dapat mengembalikan dan membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.6
Ada beberapa pertimbangan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai pengembangan good governance di Indonesia, Pertama, Pelayanan publik selama ini menjadi ranah dimana Negara yang diwakili oleh pemerintah berinteraksi dengan lembaga-lembaga non pemerintah. Dalam ranah ini terjadi pergumulan sangat intensif antara pemerintah dengan warganya. Buruknya praktik governance dalam penyelenggaraan pelayanan publik sangat dirasakan oleh warga dan masyarakat luas. Ini berarti jika terjadi perubahan yang signifikan pada ranah pelayanan publik dengan sendirinya dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh warga dan masyarakat luas. Kedua, berbagai aspek good governance dapat diartikulasikan secara relatif lebih mudah dalam ranah pelayanan publik.
Ketiga, Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance.
Pemerintah sebagai respresentasi Negara, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar memiliki kepentingan dan keterlibatan yang tinggi dalam ranah ini. Pelayanan
6 Neneng Siti Maryam, op.cit.
publik memiliki highstake dan menjadi pertaruhan yang penting bagi ketiga unsur governance tersebut, karena baik dan buruknya praktik pelayanan publik sangat berpengaruh terhadap ketiganya. Nasib sebuah pemerintahan akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam mewujudkan pelayanan publik yang baik.
Keberhasilan sebuah rezim dan penguasa dalam membangun legitimasi kekuasaan sering dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang baik dan memuaskan warga.7
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Dani Ardiansyah (2018) berjudul
“Transparansi Pelayanan Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumbawa Tahun 2018 (Studi Kasus di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumbawa). Tujuan dilakukan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana transparansi pelayanan Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumbawa. Analisis data yang dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah berjalan baik, tapi adanya hambatan antara lain : 1).Fasilitas yang kurang memadai dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik. 2).Pelaporan dan Penyebaran informasi belum mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat yang membuat E-KTP. 3).Bukti fisik yang masih kurang baik itu, penampilan, lingkungan, yang masih belum memadai,
7 Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik, (UGM Press:
Yogyakarta, 2008), hlm 20.
sehingga akan menghambat proses pelayanan E-KTP tersebut.
Kedua, Penelitian dilakukan oleh Syamsul Arifin Dahlan dan Kahar Haerah (2014) berjudul “Implementasi Kebijakan Pelayanan Kartu Tanda Penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jember“ . Tujuan dari penelitian tersebut ialah menganalisis dan mendeskripsikan Implementasi Kebijakan Pelayanan Kartu Tanda Penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jember. Hasil penelitian tersebut ialah pada dasarnya berjalan baik.
Dalam hal ini, termasuk hal yang berkaitan dengan prinsip kesederhanaan pelayanan publik. Maksud dalam penilaian “baik“ dalam hal ini adalah bahwa mulai pembebanan prasyarat administratif sebagai prinsip kejelasan, dan standar biaya cukup mudah dimengerti. Proses administratif yang dilalui pun tidak berbelit- belit.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2016) berjudul
“Pelaksanaan Pelayanan Administrasi Pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran“. Tujuan penelitian tersebut adalah upaya mengatasi hambatan pelayanan administrasi pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) terus dilakukan upaya seperti untuk menyediakan peralatan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan pembuatan KTP. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan administrasi pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP), sudah optimal karena sudah melaksanakan indikator pelayanan seperti keandalan, daya tanggap, kepastian, empati dan bukti fisik.
Menariknya, Kartu Tanda Penduduk bagi Remaja berusia 17 tahun, merupakan pengakuan sebagai tanda warga negara yang berhak memilih dalam pemungutan suara pesta demokrasi (pemilu) sebagai dokumen resmi tanda penduduk. Selain itu juga sebagai persyaratan utama dalam administrasi pelayanan keuangan, pemerintahan, kesehatan dan lain–lain.
Kartu Tanda Penduduk berusia 17 tahun, maka pertama kali penduduk tersebut dapat menggunakan layanan pemerintahan seperti SIM, layanan perbankan seperti ATM, selain itu sering kali menjadi syarat bagi calon karyawan yang akan melamar atau bergabung di sebuah perusahaan, tak terkecuali CPNS.
Maka dari itu, hal menariknya dalam Kartu Tanda Penduduk bagi Remaja berusia 17 tahun, selain itu juga Kartu Tanda Penduduk ini dapat memiliki sebuah relasi dalam berbagai kebutuhan yang ada dalam instansi pemerintahan, yang dimana mempermudah juga dalam pelaksanaan pelayanan publik.
Ada beberapa hal yang dilihat dalam efektivitas penerapan pelayanan publik dalam memaksimalkan Pemilikan KTP bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi, antara lain: a).Kabupaten Muaro Jambi telah menerapkan pelayanan publik dalam hal pelayanan KTP bagi Remaja; b).Kabupaten Muaro Jambi sedang giat-giatnya melakukan pembenahan pelayanan publik; dan c).Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah strategis, karena mengelilingi Kota Jambi sebagai Ibu Kota Provinsi Jambi.
Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis berusaha untuk mengetahui lebih
jauh mengenai bagaimana efektivitas penerapan pelayanan publik sebagai upaya memaksimalkan pemilikan KTP bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi. Untuk itu Penulis menuangkannya dalam penelitian ilmiah dalam bentuk Skripsi ini dengan judul “Efektivitas Penerapan Pelayanan Publik Dalam Memaksimalkan Pemilikan KTP Bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi.”
1.2. Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan perumusan masalah yang akan diteliti. Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana Efektivitas Penerapan Pelayanan Publik Dalam Memaksimalkan Pemilikan KTP Bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi?”
1.3. Tujuan Penelitian.
Adapun Tujuan Penelitian ilmiah dalam bentuk Skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Efektivitas Penerapan Pelayanan Publik Dalam Memaksimalkan Pemilikan KTP Bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi.
2. Untuk mengetahui dan mencari alternatif solusi terhadap kendala-kendala yang ditemui dalam Efektivitas Pemilikan KTP Remaja.
1.4. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang dapat diambil hasil Penelitian ini adalah : 1. Secara Akademis
Untuk memberikan Sumbangan Pemikiran bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu pemerintahan terutama yang berkaitan Efektivitas Penerapan Pelayanan Publik Dalam Memaksimalkan Pemilikan KTP Bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi.
2. Secara Praktis
Penelitian ini berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan Efektivitas Penerapan Pelayanan Publik Dalam Memaksimalkan Pemilikan KTP Bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi.
3. Secara Teoritis
Penelitian ini berguna sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan dasar acuan untuk membangun ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Pelayanan Publik berupa Efektivitas Penerapan Pelayanan Publik Dalam Memaksimalkan Pemilikan KTP Bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi.
1.5. Landasan Teori.
Efektivitas pelayanan publik dapat diukur dari faktor waktu, faktor kecermatan dan faktor gaya pemberian pelayanan. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menjelaskan bahwa:”Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (Kuantitas, Kualitas dan Waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin
tinggi efektivitasnya”8
Wujud Efektivitas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Pemerintah haruslah mencerminkan pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan publik, sehingga pelayanan yang diberikan memenuhi unsur kepuasan bagi pengguna layanan.
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan Oleh Penyelenggaraan pelayanan publik yaitu penyelenggara Negara/Pemerintah, penyelenggara perekonomian dan pembangunan, lembaga independen yang dibentuk oleh pemerintah, badan usaha/badan hukum yang diberi wewenang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pelayanan publik, badan usaha/badan hukum yang bekerjasama dan/atau dikontrak untuk melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pelayanan publik. Dan masyarakat umum atau swasta yang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pelayanan publik yang tidak mampu ditangani/dikelola oleh pemerintah daerah.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu :
1. Unsur Organisasi pemberi (penyelenggara) pelayanan yaitu Pemerintah Daerah, unsur ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki posisi kuat sebagai (regulator) dan sebagai pemegang monopoli layanan, dan menjadikan Pemerintah Daerah bersikap statis dalam memberi layanan, karena layanannya memang dibutuhkan atau diperlukan oleh orang atau masyarakat atau
8 Nia Septiani Edam dkk, Efektivitas Program Cerdas Command Center sebagai media informasi masyarakat dalam rangka pelayanan publik, (Eksekutif Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan: Manado, 2018), hlm.3
organisasi yang berkepentingan. Posisi ganda inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab buruknya pelayanan publik yang dilakukan Pemerintah Daerah, karena akan sulit untuk memilah anatara kepentingan menjalankan fungsi regulator dan melaksanakan fungsi meningkatkan pelayanan.
2. Unsur Penerima layanan (pengguna layanan) yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, Unsur kedua ini adalah orang, masyarkat atau organisasi yang berkepentingan atau memerlukan layanan (penerima pelayanan), pada dasarnya tidak memilikidaya tawar atau tidak dalam posisi yang setara untuk menerima layanan, sehingga tidak memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan yang baik. Posisi inilah yang mendorong terjadinya komunikasi dua arah untuk melakukan KKN dan memperburuk citra pelayanan dengan mewabah ya pungli, dan ironisnya dianggap saling menguntungkan.
3. Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
Unsur ini merupakan unsur dari kepuasan pengguna layanan menerima layanan, unsur kepuasan pengguna layanan menjadi perhatian penyelenggara pelayanan (Pemerintah), untuk menetapkan arah kebijakan pelayanan publik yang berorientasi untuk memuaskan pengguna layanan, dan dilakukan melalui upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja manajemen pemerintah daerah.
Paradigma kebijakan publik di era otonomi daerah yang berorientasi pada kepuasan pengguna layanan, memberikan arah terjadinya perubahan atau pergesaran paradigm penyelenggara pemerintahan, dari paradigma rule government bergeser menjadi paradigma good governance (tata
kepemerintahan yang baik).9
Tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini dipergunakan secara regular dalam ilmu politik dan administrasi publik. Konsep ini lahir sejalan dengan konsep- konsep dan terminology demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hak asasi manusia, dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan. Pada akhir dasa warsa yang lalu, konsep good governance ini lebih dekat dipergunakan dalam reformasi sektor publik. Di dalam disiplin atau profesi manajemen publik konsep ini dipandang sebagai suatu aspek dalam paradiga baru ilmu administrasi publik. Paradigma baru ini menekan pada peranan manajer publik agar memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, mendorong meningkatkan otonomi manajerial terutama sekali mengurangi campur tangan kontrol yang dilakukan oleh pemerintah pusat, transparansi, akuntabilitas publik, dan diciptakan pengelolaan manajerial yang bersih bebas dari korupsi.10
Menurut Rochman Achwan abad 21 boleh jadi yang “manifesto politik universal adalah good governance”. Karena pada abad ini ditandai dengan munculnya “gelombang besar demokrasi dan ekonomi pasar global”. Sejalan dengan kedua gelombang besar itu, muncul paragdima baru mengenai tata Ekonomi dan Politik global. Paradigma itu yakni Good governance (tata ekonomi,
9 Rahman Mulyawan, Birokrasi dan Pelayanan Publik, (Unpad Press: Bandung, 2016), hlm.33
10 Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, (Raja Grafindo Persada,2003), hlm 61.
politik dan sosial yang baik) merupakan revisi dari paradigm lama yang memandang bahwa area global sebagai jalan raya ekonomi, bebas dari gesekan sosial dan politik. Negara dalam pendangan ini memainkan peran yang amat terbatas dalam pengelolaan ekonomi. Dengan kata lain, peran institusi pasar (pengusaha) semakin dominan, sedangkan peran institusi negara makin mengecil.11
Pada unsur-unsur atau prinsip-prinsip utama good governance tersebut, didalamnya lekat dengan aspek pelayanan publik yang merupakan cermin utama seperti apa administrasi publik yang merupakan cermin utama seperti apa administrasi publik berperan, sebagaimana diuraikan Bappenas:
1. Transparansi, bersifat terbuka dalam penyelenggaraan pemerintahan disetiap tahap pengambilan keputusan, dapat ditengarai dengan derajat aksesibilitas publik terhadap informasi terkait dengan suatu kebijakan publik. Setiap kebijakan publik termasuk kebijakan alokasi anggaran, pelaksanaannya maupun hasil-hasilnya mutlak harus diinformasikan kepada publik atau dapat diakses oleh publik selengkap-lengkapnya melalui berbagai media dan forum untuk mendapat respons.
2. Akuntabel, Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintah dituntut disemua tahap mulai dari penyusunan program kegiatan dalam rangka pelayanan publik, pembiayaan, pelaksanaan, dan evaluasinya, maupun hasil dan dampaknya.
Akuntabilitas juga dituntut dalam hubungannya dengan masyarakat/publik,
11 Martin Jimung, Politik Lokal dan Pemerintah Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah, (Pustaka Nusatama: Yogyakarta,2005), hlm 95.
dengan instansi atau aparat dibawahnya maupun dengan instansi atau aparat diatas.
Secara subtansi, antara lain, penyelenggaraan pemerintah harus berdasarkan pada sistem dan prosedur tertentu, memenuhi ketentuan perundangan pada metode dan teknik tertentu maupun nilai-nilai etika tertentu, serta dapat menerima konsekuensi bila keputusan yang diambil tidak tepat.
3. Partisipatif, partisipasi masyarakat pada hakekatnya mengedepankan peran aktif masyarakat lewat jalur-jalur yang ada proses pengambilan keputusan.
4. Supremasi Hukum, tata cara pemerintahan dengan karakter seperti ini tampak dengan praktik-praktik penyelenggaraan pemerintahan yang selalu mendasar diri pada ketentuan perundangan yang berlaku dalam setiap pengambil keputusan, bersih dari unsur “KKN” dan pelanggaran HAM, serta ditegakkanya hukum terhadap seseorang atau sekelompok orang yang melakuknan pelanggaran hukum.12
Kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh Birokrasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat kompetensi aparat, kualitas peralatan yang digunakan untuk memproses pelayanan, budaya birokrasi, dan sebagainya.13
1.6. Kerangka Pikir
Sebagai pedoman dalam melakukan penulisan Skripsi ini dan untuk menghindari terjadinya kesalahfahaman dalam memberikan interpretasi
12 Feisal Tamin, Reformasi Birokrasi (Blantika: Jakarta, 2004), hlm 21.
13 Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik, (UGM Press: Yogyakarta, 2014), hlm.142
pengertian-pengertian dan batasan-batasan dalam penelitian ini, maka Penulis menjelaskan pengertian-pengertian dan batasan-batasan, agar penelitian ini dapat terarah dan menjadi baik. Adapun pengertian-pengertian dan batasan-batasan tersebut sebagai berikut :
1. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (Kuantitas, Kualitas dan Waktu) telah tercapai.14
2. Kebijakan Publik adalah suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah tertentu yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat.15
3. Pelayanan Publik adalah pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat dan/ atau organisasi-organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.16
4. Good Governance adalah membangun kapabilitas institusi negara dalam mengelola dan mendistribusikan barang-barang publik.17
14 Nia Septiani Edam dkk, op.cit, hlm 3
15 Awan Y. Abdoellah dkk, Teori dan Analisis Kebijakan Publik, (Alfabeta: Bandung, 2016), hlm 17
16 Rahman Mulyawan, Birokrasi dan Pelayanan Publik, (UNPAD Press: Bandung, 2016), hlm 33.
17 Martin Jimung, op.cit, hlm 101
5. Kartu Tanda Penduduk menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Pemerintah Daerah, menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
7. Remaja, World Health Organization mendefinisikan Remaja sebagai individu yang berusia 10-19 tahun (WHO,2018), sedangkan di Indonesia terdapat batasan usia remaja diantaranya yaitu menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014, bahwa Remaja merupakan kelompok usia 10-18 tahun (Kementerian Kesehatan RI,2014) dan menurut BKKBN rentang usia Remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN,2015).18
Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlakukan data atau bahan yang sesuai dengan kerangka teori sebagai pedoman analisis data, sehingga data yang dihasilkan menjadi terarah dan objektik. Untuk mendapatkan data/bahan yang sesuai dengan pembahasan penelitian ini, maka Penulis mendefenisikan
18 Ira Marti Ayu dkk, Program Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMK “X” Tangerang Raya, (Esa Unggul: Tangerang,2020), hlm.88.
pengertian-pengertian dalam penelitian ini adalah Penerapan Pelayanan Publik, dalam penelitian ini adalah pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat dan/ atau organisasi-organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan melalui pelayanan Kartu Tanda Penduduk dalam mewujudkan Good Governance di Kabupaten Muaro Jambi.
Dari penerapan pelayanan Kartu Tanda Penduduk bagi Remaja tersebut, dilihat unsur-unsur atau prinsip-prinsip utama Good Governance tersebut, didalamnya melekat dengan aspek pelayanan publik yang merupakan cermin utama seperti apa administrasi publik berperan.
Mencermati efektivitas penerapan pelayanan publik dalam memaksimalkan pemilikan KTP bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat dari seberapa jauh target (Kuantitas, Kualitas dan Waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Selain itu, dari sisi kualitas layanan yang diberikan oleh Birokrasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat kompetensi Aparat, kualitas peralatan yang digunakan untuk memproses pelayanan, dan budaya birokrasi.
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan alur kerangka pikir dari penelitian ini sebagai berikut :
Kriteria Efektivitas kerja Organisasi Pemberi Pelayanan : 1. Faktor Waktu.
2. Faktor Kecermatan 3. Faktor Gaya
Pemberian Layanan
Faktor yang
mempengaruhi kualitas Pelayanan Publik : 1. Kompetensi Aparat.
2. Kualitas Peralatan 3. Budaya Birokrasi
Salah satu unsur utama good governance yaitu Supremasi Hukum
Terwujudnya Efektivitas dalam Pelayanan KTP bagi Remaja Alur Kerangka Pikir Penelitian
Efektivitas Penerapan Pelayanan Publik Dalam Memaksimalkan Pemilikan KTP bagi Remaja
1.7. Metode Penelitian.
Dalam pengumpulan data/bahan untuk penulisan Skripsi ini, agar mengandung suatu kebenaran yang ilmiah dan objektif, maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut :
1.7.1. Metode Pendekatan.
Penelitian ini menitik beratkan pada pencarian data primer, sedangkan data sekunder hanyalah lebih bersifat menunjang, maka tipe penelitian lebih bersifat Rational empiris. Dengan menggunakan pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap efektivitas penerapan pelayanan publik dalam konteks pelayanan Kartu Tanda Penduduk bagi Remaja dilihat dari penerapan kriteria efektivitas kerja organisasi pemberi layanan yaitu faktor waktu, faktor kecermatan dan gaya pemberian layanan serta faktor yang mempengaruhi kualitas layanan publik berupa kompetensi aparat, kualitas
peralatan dan budaya birokrasi serta supremasi hukum sebagai salah satu unsur utama good governance, yang didasari teori-teori yang telah ada.
1.7.2. Spesifikasi Penelitian.
Spesifikasi penelitian yang Penulis terapkan dalam penelitian ini adalah spesifikasi penelitian yang bersifat Deskriptif, yaitu penulisan yang menggambarkan secara terperinci tentang objek yang diteliti, ialah
“Efektivitas Penerapan Pelayanan Publik Dalam Memaksimalkan Pemilikan KTP Bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi”.
1.7.3. Sumber Data.
Sumber data dalam penulisan Skripsi ini diperoleh melalui : 1. Penelitian Kepustakaan (Library research).
Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku karangan dan tulisan para ilmuan dan ahli, juga terhadap Peraturan Perundang-undangan yang ada hubungan dengan pokok pembahasan Skripsi. Hasil mempelajari buku-buku dan lainnya itu diambil intisarinya sebagai pedoman dalam penyusunan kerangka teoritis pembahasan Skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan (Field research).
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian kepustakaan tersebut, maka Penulis melakukan penelitian lapangan, untuk mendapatkan data/bahan yang berguna dalam mendeskripsikan masalah dalam
pembahasan Skripsi ini, dalam penelitian lapangan ini Penulis mengamati gejala/penomena di lokasi penelitian ini yakni Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Muaro Jambi dalam penerapan pelayanan Kartu Tanda Penduduk bagi Remaja.
3. Teknik Penarikan Sampel.
Teknik penarikan Sampel yang dipergunakan adalah secara Purposive Sampling, yakni penarikan sampel yang dilakukan dengan menentukan kriterianya terlebih dahulu, kriteria dimaksud adalah mereka yang dalam bidang tugasnya mempunyai kaitan erat dengan masalah yang sedang diteliti yaitu :
a. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Muaro Jambi.
b. Kepala Bidang Pendaftaran Pendudukan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Muaro Jambi.
c. Kepala Seksi Identitas Pendudukan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Muaro Jambi.
d. Kepala Seksi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Muaro Jambi.
e. Masyarakat Penerima Pelayanan di Kabupaten Muaro Jambi, diambil sampelnya secara accidental sampling.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik Pengumpulan data yang Penulis pergunakan dalam
melakukan penelitian ini melalui :
a. Interview, yaitu wawancara secara terstruktur, dimana terlebih dahulu dipersiapkan pokok pertanyaan yang diajukan kepada Responden, yakni Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kepala Bidang Pendaftaran Administrasi Kependudukan, Kepala Seksi Pengelola Administrasi Kependudukan, Staf Teknis Sistem Informasi Pelayanan Kependudukan.
b. Studi Dokumentasi, yaitu dengan mengambil data-data yang sudah diolah dan disusun secara sistematis di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Muaro Jambi, Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi.
1.7.4. Teknik Analisis Data.
Langkah awal analisis data adalah dengan mengkaji Efektivitas penerapan pelayanan publik dilihat dari penerapan kriteria efektivitas kerja organisasi pemberi layanan yaitu faktor waktu, faktor kecermatan dan gaya pemberian layanan serta faktor yang mempengaruhi kualitas layanan publik berupa kompetensi aparat, kualitas peralatan dan budaya birokrasi serta supremasi hukum sebagai salah satu unsur utama good governance. Proses ini dilakukan terhadap penerapan pelayanan Kartu Tanda Penduduk bagi Remaja. Sebagai kelengkapan analisis data, maka data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang telah dilakukan,
dikumpulkan, diseleksi dan diklasifikasi, apabila memungkinkan data disajikan dalam bentuk tabel.
Setelah data diklasifikasi, kemudian dilakukan analisis secara Kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati yakni keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Dari analisis tersebut selanjutnya ditarik suatu kesimpulan ke dalam
“Efektivitas Penerapan Pelayanan Publik dalam memaksimalkan Pemilikan KTP bagi Remaja di Kabupaten Muaro Jambi”, yang dituangkan dalam bentuk uraian-uraian pembabakan dalam penyajiannya.
1.7.5. Keabsahan Data/Triangulasi.
Karakteristik utama penelitian kualitatif adalah melakukan penelitian dalam kondisi yang alamiah langsung ke sumber data dan penelitian menjadi instrumen kunci; menyajikan data-data dalam bentuk kata-kata atau gambar, dan tidak menekankan pada angka-angka; mengutamakan proses daripada produk; melakukan analisis data secara induktif; dan lebih menekan makna di balik data yang di amati.19
Pengujian validitasi dan rehabilitas pada penelitian kualtitatif disebut dengan pemeriksaan keabsahan data. Formulasi pemeriksaan keabsahan data menyangkut kriteria derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
19 Sumasno Hadi, Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif pada Skripsi, (Jurnal Ilmu Pendidikan: Jilid 22 Nomor 1: Banjarmasin, 2016) hlm.75
(tranferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Dari empat kriteria tersebut, pendekatan kualitatif memiliki delapan teknik pemeriksaan data yaitu, perpanjangan keikut-sertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negatif, pengecekan anngota, dan uraian rinci.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data.
Penggunaan multimetode (triangulasi) pada keilmuan sosial-humaniora sebagiamana dikatakan Olsen, dengan syarat tertentu dapat dilakukan dengan penggabungan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Terkait dengan Pemeriksaan data, triangulasi berarti suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan cara memanfaatkan hal- hal (data) lain untuk pengecekan dan perbandingan data. Hal-hal lain yang dipakai untuk pengecekan dan perbandingan data itu adalah sumber, metode, peneliti, dan teori. Dalam penelitian kualitatif dikenal empat jenis teknik triangulasi yaitu : (1).triangulasi sumber (data triangulation), (2).triangulasi peneliti (investigor triangulation), (3).triangulasi metodologis (methodological triangulation). Penelitian tentang skripsi ini merujuk pada empat triangulasi yang dirumuskan Patton.20
20 Sumasno Hadi, Ibid.