• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep KOMUNITAS Fix (Reni). Sm.6

N/A
N/A
Pritilia Margareta

Academic year: 2023

Membagikan "Askep KOMUNITAS Fix (Reni). Sm.6"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN DIAGNOSIS MEDIS TBC

OLEH KELOMPOK 6 :

NAMA-NAMA : - RENI Y.T. NOBRIHAS - OLDIFEN A. BURAEN - OMRI M. NALLE

MATA KULIAH : KEPERAWATAN KOMUNITAS 2

KELAS/SEMESTER : C/IV

PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG 2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas tuntunan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Diagnosis Medis TBC” dengan baik. Adapun tujuan penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara mengatasi pasien diagnosis medis TBC bagi pembaca dan juga penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini sanngat penulis harapkan.

Kupang, 10 April 2022

Penulis

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkolosis (TB atau TBC) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernapasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya. Sebagian bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Sebagian bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya.

Sumber penularan penyakit TB paru yaitu pasien TB BTA (+) melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes, 2016).

Tuberkolosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Secara global kasus tuberkolosis sebanyak 6,4 juta, setara dengan 64% dari insiden tuberkolosis. Tuberkolosis tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi didunia dan kematian tuberkolosis secara global diperkirakan 1,3 juta pasien (WHO, Global Tubercolosis Report, 2018). Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus TB paru yang berada diurutan ke tiga setelah India dan China. Kasus TB paru. Menurut data profil kesehatan Indonesia (2018), pada tahun 2017 ditemukan jumlah kasus TB paru sebanyak 443.704 kasus, dimana angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu sebanyak 360.565 kasus. Propinsi NTT menempati posisi ke-16 dari 34 propinsi dengan jumlah kasus TB paru sebanyak 2.842. Kota Kupang menempati urutan pertama dengan angka kejadian TB paru tertinggi dengan jumlah 359 kasus dari 22 kabupaten yang ada di NTT (Anonim, 2017).

(4)

Tuberkolosis adalah suatu peyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Sekret yang mengandung bakteri Mycobacterium Tuberculosis menyebabkan terjadinya infeksi, droplet yang masuk melewati jalan napas kemudian melekat pada paru- paru sehingga terjadi proses peradangan. Proses peradangan ini menyebar ke bagian organ lain seperti saluran pencernaan, tulang dan daerah paru-paru lainnya melalui media percontinuitum, hematogen dan limfogen yang akan menyerang sistem pertahanan primer. Pertahanan primer menjadi tidak adekuat, sehingga akan membentuk suatu tuberkel yang menyebabkan kerusakkan membrane alveolar dan membuat sputum menjadi berlebihan. Sputum yang sangat banyak dapat menyumbat jalan napas dan mengakibatkan bersihan jalan napas tidak efektif. (Nurarif & Kusuma, 2015).

Tuberkolosis merupakan penyakit menular yang dapat mempengaruhi kesehatan komunitas dan perlu diberikan intervensi keperawatan yang tepat dan komprehensif untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan dikomunitas.

Peran perawat komunitas sebagai pemberi asuhan keperawatan mendapat tantangan cukup besar menghadapi permasalahan TB. Salah satu peran perawat komunitas adalah memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat komunitas sebagai pemberi asuhan keperawatan melakukan perannya dalam hal sebagai konselor, pendidik, pemberi perawatan, pembela klien, manajerial, kolaborator, dan agen perubahan.

(Ratnawati, 2016).

1.2 Tujuan

a. Tujuan umum :

Setelah menyelesaikan asuhan keperawatan ini mahasiswa mampu memahami konsep TBC dan mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan pada kasus TBC dalam komunitas.

(5)

b. Tujuan khusus :

1. Mahasiswa mampu mendefinisikan TBC.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologic TBC.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis TBC.

4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi TBC.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi TBC.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada kasus TBC.

7. Mahasiswa memahami penatalaksanaan untuk kasus TBC.

8. Gambaran asuhan keperawatan TBC.

(6)

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep TBC

2.1.1 Pengertian TBC

Tuberkulosis penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis.

Tuberkulosis biasanya menyerang paru, kemudian menyerang kesemua bagian tubuh. Infeksi biasanya terjadi 2-10 minggu. Setelah 10 minggu, klien akan muncul manifestasi penyakit gangguan, ketidakefektifan respons imun.

Proses aktivasi dapat berkepanjangan ditandai dengan remisi panjang ketika penyakit dicegah, hanya diikuti oleh periode aktivitas yang diperbarui (Setiyowati et al., 2020)

Menurut Dewi (2019) Tuberkulosis (TB) paru merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan parenkim paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk bakteri aerob yang sering menginfeksi jaringan yang memiliki kandungan oksigen tinggi.

Mycobacterium tuberculosis merupakan batang tahan asam gram positif, serta dapat diidentifikasi dengan pewarnaan asam yang secara mikroskopi disebut Basil Tahan Asam (BTA). Dinding sel M. Tuberculosis kaya lipid dan lapisan tebal peptidoglikan yang mengandung asam mikolik yang menyebabkan pertumbuhan mycobacterium tuberculosis menjadi lambat.

Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).

Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif

(7)

juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil (kemenkes RI,2015)

2.1.2 Etiologi TBC

Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat penderita TB batuk atau bersin dan orang lain menghirup droplet yang dikeluarkan yangmengandung bakteri TB. Meskipun TB menyebar dengan cara yang sama dengan flu, penyakit ini tidak menular dengan mudah. Seseorang harus kontak waktu dalam beberapa jam dengan orang yang terinfeksi. Misalnya, infeksi TBC biasanya menyebar antara anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama. (Puspasari, 2019).

Penyakit infeksi yang menyebar dengan rute naik di udara. Infeksi disebabkan oleh penghisapan air liur yang berisi bakteri mycobacteriumtuberculosis. Seseorang yang terkena infeksi dapat menyebabkan partikel kecil melalui batuk, bersin, atau berbicara.

Berhubungan dekat dengan mereka yang terinfeksi meningkatkan skesempatan untuk transmisi. Begitu terhisap, organisme secara khas diam didalam paru-paru, tetapi dapat menginfeksi dengan tubuh lainnya. Organisme mempunyai kapsul sebelah luar (Prabantini, 2014).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009) dalam Erlina (2020), keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :

2.1.3.1 Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang- kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat

(8)

sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. keadaan ini sangatdipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.

2.1.3.2 Batuk/batuk berdahak

Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

2.1.3.3 Sesak Napas

Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi sebagian paru-paru

2.1.3.4 Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.

2.1.3.5 Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

(9)

2.1.4 Patofisiologi

Seorang penderita tuberkulosis ketika bersin atau batuk menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Bakteri kemudian menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, di mana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini dapat juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (Soemantri, 2009). Pada saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, terjadilah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada paru, dan ini disebut kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Setelah terjadi peradangan pada paru, mengakibatkan terjadinya penurunan jaringan efektif paru, peningkatan jumlah secret, dan menurunnya suplai oksigen (Yulianti & dkk, 2014).

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana

(10)

bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehinggakavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.

Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh (Soemantri, 2014)

2.1.5 Komplikasi

Tanpa pengobatan, tuberkulosis bisa berakibat fatal. Penyakit aktif yang tidak diobati biasanya menyerang paru-paru, namun bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah. Komplikasi tuberkulosis meliputi:

2.1.5.1 Nyeri tulang belakang. Nyeri punggung dan kekakuab adalah komplikasi tuberkulosis yang umum

2.1.5.2 Kerusakan sendi. Atritis tuberkulosis biasanya menyerang pinggul dan lutut.

(11)

2.1.5.3 Infeksi pada meningen (meningitis). Hal ini dapat menyebabkan sakit kepala yang berlangsung lama atau intermiten yang terjadi selama berminggu- minggu.

2.1.5.4 Masalah hati atau ginjal. Hati dan ginjal membantu menyaring limbah dan kotoran dari aliran darah. Fungsi ini menjadi terganggu jika hati atau ginjal terkena tuberkulosis.

2.1.5.5 Gangguan jantung. Meskipun jarang terjadi, tuberkulosis dapat mengidentifikasi jaringan yang mengelilingi jantung, menyebabkan pembengkakan kemampuan jantung untuk memompa secara efektif (Puspasari, 2019)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang 2.1.6.1 Diagnosis TB paru

a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).

b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.

d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.

e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

2.1.6.2 Diagnosis TB ekstra paru

(12)

a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lainlainnya.

b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis 2.1.7.1 Penatalaksanaan Medis

Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek selama enam bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomisin (Soeparman, 1990). Paduan obat anti tuberkulosis tabel 1 adalah paduan yang digunakan dalam program nasional penanggulangan tuberkulosis dan dikemas dalam bentuk paket kombipak (Depkes RI, 2002). Paduan pengobatan terbaru dengan menggunakan FDCs (Fix Dose Combinations) yaitu kombinasi dari obat anti tuberkulosis dalam satu kemasan (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010)

Paduan Obat

Kategori Tahap Intensif Tahap lanjutan Untuk Klien TUberculosis

I 2HRZE 4H3R3 TBC Paru baru BTA (+)

TBC Paru BTA (-) Ro (+) dengan kerusakan jaringan paru yang luas

TBC ekstra paru sakit berat

(13)

II

III

2HRZES atau 1HRZE

2HRZ

5H3R3E3

4H3R3

TBC paru BTA (+), kambuh TBC paru BTA (+), gagal TBC paru BTA (+),

pengobatan ulang karena lalai berobat

TBC paru BTA (-) Ro (+) TBC ekstra paru

Keterangan :

H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010)

Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat dalam bulan, sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan berapa kali dalam seminggu obat tersebut diminum. Sebagai contoh 2HRZ artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid diminum dalam jangka waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH, Rifampicin diminum selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam seminggu (Depkes RI, 2012).

Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah : INH : Hepatotoksik. Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan hepatotoksik. Pada Streptomisin dapat mengakibatkan nefrotoksik, gangguan nervus VIII cranial.

Pirazinamid dapat mengakibatkan hepatotoksik dan hiperurisemia. Etambutol dapat mengakibatkan neurosis optika, nefrotoksik, skin rash atau dermatitis.

Efek samping dari obat anti tuberkulosis yang tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual, muntah-muntah, gatal-gatal, mata kabur dan nyeri otot atau tulang (Depkes RI, 2002). Agar pengobatan berhasil, efek samping dapat terdeteksi secara dini dan dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan terdekat, maka diperlukan pengawas minum obat karena ketidakteraturan minum obat dapat menyebabkan resistensi terhadap obat.

(14)

Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis paru dilakukan dengan memakai paduan obat, sedikitnya 2 macam obat yang bakterisid. Dengan memakai obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih, dan pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH (Soeparman, 1990; Depkes RI, 2001). Peran perawat komunitas untuk menghindari terjadinya resistensi obat adalah dengan selalu memantau pengobatan dengan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan akibat ketidakteraturan minum obat.

Selain menggunakan OATS ada metode lain yang dapat digunakan yaitu:Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)Adalah nama suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB paru. Strategi ini terdiri dari lima komponen yaitu:

1. Dukungan politik para pemimpin disetiap jenjang sehongga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan oun akan tersedia.

2. Mikroskop sebagai komponene utama untuk mendiagnosa TB paru melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.

3. Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum obat seluruh obatnya sehngga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum seluruh obat dan diharapkan keswembuhan pada akhir masa pengobatannya

4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.

5. Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk dosis, dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.

(15)

2.1.7.2 Penatalaksaan Keperawatan

Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB atau tidak. Sering kali “sumber” dari infeksi tidak diketahui dan mungkin tidak pernah ditemukan. Pada saat yang sama, kontak erat pasien harus diidentifikasi sehingga mereka dapat menjalani “follow-up” untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyai penyakit aktif atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling umum adalah batuk produktif dan berkeringat malam hari.

Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB mencakup batu produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi tuberkulin dengan indurasi 10 mm atau lebih dan rotgen dada yang menunjukkan infiltrat pulmonal (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010).

2.1.7.3 Penatalaksanaan Diet

Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas normal.

Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah:

1. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan normal

2. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin serum yang rendah (75-100 gram)

3. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energy total 4. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total 5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total 6. Macam diet untuk penyakit TBC:

a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I) b. Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB) c. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II) d. Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB)

(16)

2.2 Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian

2.2.1.1 Core/ inti komunitas 1. Sejarah

Menurut pemimpin desa Ambada, pemekaran desa tersebut dilakukan pada tahun 2003 dengan alasan untuk mendekatkan pelayanan dimasyarakat dalam bidang pemerintahan.

2. Demographic dan etnis a. Demografi

1) Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang)

1. Laki-laki 510

2. Perempuan 723

Total 1.233

Dari tabel diatas distribusi jenis kelamin, menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 723 orang, dibandingkan dengan laki-laki yang hanya berjumlah 510 orang. Hal ini dikarenakan banyak laki-laki yang bekerja diluar daerah.

2) Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia.

No Umur/Tahun Jumlah (Orang)

1. Bayi/balita (0-5) 40

2. Anak-anak 260

3. Remaja 379

4. Dewasa 512

5. Lansia 42

1.233 Berdasarkan tabel distribusi umur, menunjukkan bahwa kelompok umur tertinggi yaitu dewasa berjumlah 512 orang, sedangkan kelompok umur yang terendah adalah kelompok umur 0-5 tahun berjumlah 40 orang.

(17)

b. Ethnicitic :

Distribusi keluarga berdasarkan etnis atau suku :

No Suku Jumlah (Orang)

1. Timor 712

2. Alor 360

3. Rote 22

4. Sabu 51

5. Flores 88

Total 1.233

Berdasarkan hasil wawancara masyarakat di desa Ambada menunjukkan bahwa jumlah suku Timor lebih tinggi yakni 712 orang dan terendah adalah suku Rote dengan jumlah 22 orang.

3. Statistik vital

a) Angka kelahiran : 300 orang

b) Angka kematian : 32 orang

c) Angka kesakitan/masalah kesehatan : 88 orang

d) Angka kekerasan : -

4. Nilai dan keyakinan/agama

No Agama Jumlah (Orang)

1. Islam 227

2. Kristen 1.006

3. Hindu 0

4. Budha 0

Total 1.233

Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama, menunjukkan bahwa yang beragama Kristen lebih banyak yakni 1.006 orang.

2.2.1.2 Subsistem

1. Lingkungan Fisik a. Sumber air minum

(18)

1) Penyediaan air bersih

a) PAM : 136 KK

b) Sumur :1 KK

2. Penyediaan air minum

a) PAM : 75 KK

b) Aqua :62 KK

3. Pemanfaatan air minum

a) PAM : 75 KK

b) Air minum steril : 62 KK 4. Pengelolaan air minum

a) Selalu dimasak : 100 KK b) Kadang dimasak : 14 KK c) Tidak pernah dimasak : 23 KK

DS : -

DO :

Sebanyak 37 KK tidak melakukan pengelolaan air minum dengan baik.

b. Saluran pembuangan air dan tempat sampah : 1) Kebiasaan membuang sampah

a) Tempat sampah : 120 KK

b) Sembarang : 17 KK

2) Pembuangan air limbah

a) Selokan/got : 120 KK

b) Sembarang : 17 KK

3) Keadaan pembuangan air limbah

a) Lancar : 120 KK

(19)

b) Meluber kemana-mana : 17 KK

DS : -

DO :

Sebanyak 17 KK tidak mampu mengelola limbah cair dan limbah padat dengan baik.

c. Jamban

1) Memiliki jamban : 137 KK

2) Macam jamban yang dimiliki

a) Septi tank : 129 KK

b) Sumur cemplung : 8 KK

3) Keadaan jamban

a) Bersih : 132 KK

b) Kotor : 5 KK

4) Bila tidak mempunyai jamban, BAB dimana ?

a) WC umum : -

b) Jamban tetangga : -

c) Sungai : -

d) Sawah dan lain-lain : -

DS :

- Ada warga masyarakat yang mengatakan bahwa sering membersihkan jambannya (1 x sehari)

- Ada warga masyarakat yang mengatakan jarang membersihkan jamban dikarenakan sibuk dengan aktivitas lainnya

(20)

DO :

Sebanyak 5 KK memiliki keadaan jamban yang kotor.

d. Keadaan rumah 1) Tipe rumah

a) Tipe A : 134 KK

b) Tipe B : 3 KK

2) Status rumah

a) Milik sendiri : 135 KK

b) Kontrak : 2 KK

3) Lantai rumah

a) Tegel / semen : 132 KK

b) Tanah : 5 KK

4) Ventilasi

a) Ada : 90 rumah (90 KK)

b) Tidak ada : 47 rumah (47 KK)

DS : -

DO :

Sebanyak 5 KK memiliki lantai rumah berupa tanah, dan sebanyak 47 rumah (47 KK) tidak memiliki ventilasi, udara yang lembab.

e. Luas kamar tidur

1) Memenuhi syarat : 115 KK

2) Tidak memenuhi syarat : 22 KK

DS : -

(21)

DO :

Sebanyak 22 KK memiliki luas kamar tidur yang tidak memenuhi syarat..

f. Penerangan rumah oleh matahari

1) Baik : 70 KK

2) Cukup : 23 KK

3) Kurang : 44 KK

DS :

DO :

Sebanyak 44 KK memiliki rumah yang kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dan ruangan didalam juga tampak gelap.

g. Halaman rumah :

1) Kepemilikkan pekarangan

a) Memiliki : 18 KK

b) Tidak memiliki : 119 KK

2) Pemanfaatan pekarangan

a) Ya : 18 KK

b) Tidak : -

3) Jenis pemanfaatan pekarangan rumah

a) Tanaman : 18 KK

b) Lain-lain :-

DS :

DO :

(22)

Sebanyak 119 KK tidak memiliki pekarangan rumah.

2. Pelayanan Kesehatan dan sosial

a. Data status kesehatan (distribusi penyakit dimasyarakat) :

1) TB Paru : 34 orang

2) ISPA : 5 orang

3) Hipertensi : 21 orang

4) DM : 8 orang

5) Asma : 2 orang

6) Vertigo : 1 orang

7) Gastritis : 2 orang

8) Otot dan tulang : 11 orang

9) Hipotensi : 1 orang

10) Faringitis : 1 orang

11) Batu ginjal : 2 orang

Sesuai dengan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa penyakit terbanyak di desa Ambada adalah TB Paru dengan jumlah 34 orang.

b. Pelayanan kesehatan

No. Jenis Jumlah/Buah Jarak (Km)

1. Rumah sakit - -

2. Puskesmas 1 3 km

3. Puskesmas pembantu - -

4. Praktek dokter - -

5. Praktek bidan 1 2 km

(23)

6. Praktek kesehatan lain - -

7. Tukang gigi - -

Sesuai dengan hasil pengkajian diatas, didapatkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan didesa Ambada sangat minim.

DS :

1) Sebagian besar masyarakat yang sedang mengalami penyakit seperti yang sudah disebutkan diatas mengatakan bahwa terdapat hambatan akses ke fasilitas pelayanan dikarenakan jarak yang jauh dan membutuhkan biaya yang banyak oleh sebab itu masyarakat memilih untuk tidak memeriksakan / mengontrol kesehatannya.

2) Masyarakat mengatakan berharap agar fasilitas kesehatan dapat dengan mudah diakses sehingga bisa menurunkan angka kesakitan.

3) Sesuai dengan hasil wawancara tenaga kesehatan di desa Ambada mengatakan bahwa penyakit TB Paru didesa Ambada meningkat setiap tahun.

DO :

1) Warga yang mengalami penyakit TB suka meludah disembarang tempat

2) Sebagian besar warga yang mengalami sakit tidak memeriksakan / mengontrol kesehatannya ke puskesmas

3) Fasilitas pelayanan kesehatan sangat minim

c. Layanan Sosial

1) Tidak ada pelayanan konseling dan support

(24)

2) Tidak ada intervensi krisis

3) Tidak ada pelayanan protektif anak dan remaja 4) Tidak ada pelayanan populasi spesial

5) Tidak ada panti sosial DS : -

DO :

Tidak ada layanan sosial yang mendukung tingkat kesehatan warga masyarakat.

3. Ekonomi

a. Jumlah orang yang bekerja

1) PNS/ABRI : 9 orang

2) Pegawai swasta : 28 orang

3) Buruh tani/pabrik : 162 orang

4) Wiraswasta : 17 orang

b. Jumlah pengangguran : -

c. Orang yang tidak bekerja (pensiun, usia sekolah, balita) : 220 orang d. Jumlah orang bekerja dibawah 18 tahun : -

e. Rerata penghasilan (apakah sesuai UMR/UMP) :

1) <Rp.450.000,-/bulan : 7 KK

2) Rp.450.000 – Rp.600.000 : 28 KK

3) Rp.600.000 – Rp.800.000 : 50 KK

4) >Rp.800.000,-/bulan : 52 KK

f. Sumber penghasilan : Pekerjaan, dll.

g. Pekerjaan terkait bidang kesehatan : -

DS : -

(25)

DO : -

4. Transportasidan Keamanan

a. Apakah yang digunakan masyarakat saat bepergian

1) Kendaraan umum / tidak memiliki kendaraan pribadi : 111 KK

2) Mobil : 11 KK

3) Sepeda motor : 15 KK

b. Tidak ada potensi bahaya (kecelakaan, cedera, kebisingan) c. Ada pelayanan perlindungan (poskamling 1 buah)

d. Masyarakat merasa aman.

DS : -

DO : -

5. Politik dan pemerintahan

a. Tidak ada organisasi kesehatan yang bergerak dalam bidang pemerintahan.

b. Jenjang pemerintahan mecakup : desa; kecamatan; kabupaten;

propinsi.

c. Disentralisasi DS : -

DO : -

6. Komunikasi

a. Masyarakat melakukan hubungan baik antara satu dengan yang lain

(26)

b. Hal-hal yang mendasari untuk memperoleh pesan kesehatan

1) Radio : 5 KK

2) TV : 39 KK

3) Telepon : 73 KK

4) Majalah/koran : 20 KK

DS : -

DO : -

7. Pendidikan

a. Jumlah sekolah

1) SD : 6 sekolah

2) SMP : 4 sekolah

3) SMA : 2 sekolah

4) PT : -

b. Sekolah-sekolah publik dan privat, perpustakaan; pelayanan untuk kelompok dan siswa dengan kebutuhan khusus : -

c. Pendidikan masyarakat

No Pendidikan Jumlah (Orang)

1. Tidak tamat SD 95

2. SD 180

3. SMP 100

4. SMA 115

5. D1, D2, D3 10

6. S1 9

7. >S1 1

8. Belum sekolah 19

Total 529

DS : -

(27)

DO : -

8. Rekreasi

a. Warga masyarakat menggunakan waktu luang dengan cara melakukan melakukan/menyelesaikan pekerjaan rumah.

b. Masyarakat kurang berpartisipasi dalam waktu luang dan aktivitas sosial, sosial kemasyarakatan dan service group, outdoor recreation, exercise.

c. Sumber rekreasi : tidak ada

d. Kehidupan berekreasi : masyarakat jarang sekali melakukan rekreasi DS :

DO :

Tingkat rekreasi sangat kurang.

2.2.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan komunitas pada pasien TBC :

1. (D.0110) Defisit kesehatan komunitas b.d hambatan akses ke pemberi pelayanan kesehatan, keterbatasan sumber daya d.d terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas (TB Paru) yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, terbatasnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang menyebabkan anggota komunitas tidak menjalani perawatan.

2. (D.0095) Koping komunitas tidak efektif b.d ketidakadekuatan sumber daya untuk pemecahan masalah d.d mengungkapkan ketidakberdayaan komunitas dalam menjangkau akses ke fasilitas pelayanan kesehatan,

(28)

harapan anggota komunitas dalam meningkatkan tingkat kesehatan tidak terpenuhi, tingkat penyakit masyarakat meningkat.

(29)

2.2.3 Skoring

No. Kriteria Skor Bobot Dx.Defisit Kesehatan

Komunitas

Dx.Koping Komunitas Tidak Efektif

Skor Nilai Skor Nilai

1. Sifat Masalah 1

3 1 3 1

Tidak/kurang sehat 3

Ancaman Kesehatan 2

Krisis atau keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2

1 1 1 1

Dengan mudah 2

Hanya sebagian 1

Tidak dapat 0

3. Potensial masalah untuk dicegah 1

3 1 1 0,33

Tinggi 3

Cukup 2

Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1

2 1 2 1

Masalah berat harus ditangani 2

Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1

Masalah tidak dirasakan 0

Jumlah 4 Jumlah 3,33

Sesuai dengan hasil skoring maka diagnosis keperawatan prioritas adalah defisit kesehatan komunitas dengan jumlah 4.

2.2.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosis SLKI SIKI

(D.0110) Defisit kesehatan komunitas b.d hambatan akses ke pemberi pelayanan kesehatan, keterbatasan

Status Kesehatan Komunitas (L.12109)

Setelah dilakukan tindakan

Pengembangan Kesehatan Masyarakat (I.14548)

Observasi

- Identidikasi masalah atau isu kesehatan dan prioritasnya

(30)

sumber daya d.d terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas (TB Paru) yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, terbatasnya akses ke fasilitas pelayanan

kesehatan yang

menyebabkan anggota komunitas tidak menjalani perawatan.

keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan status kesehatan komunitas meningkat dengan kriteria hasil :

1) Ketersediaan program promosi kesehatan meninkat (5)

2) Partisipasi dalam program kesehatan komunitas meningkat (5)

3) Angka morbiditas menurun (5) 4) Prevalensi penyakit menurun (5)

- Identifikasi potensi atau aset dalam masyarakat terkait isu yang dihadapi

- Identifikasi kekuatan dan partner dalam pengembangan kesehatan - Identifikasi pemimpin/tokoh dalam masyarakat

Terapeutik

- Berikan kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk berpartisipasi sesuai aset yang dimiliki

- Libatkan anggota masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu dan masalah kesehatan yang dihadapi

- Libatkan masyarakat dalam musyawarah untuk mendefinisikan isu kesehatan dan mengembangkan rencana kerja

- Libatkan masyarajat dalam proses perencanaan dan implementasi serta revisinya

- Libatkan anggota masyarakat dalam mengembangkan jaringan kesehatan

- Pertahankan komunikasi yang terbuka dengan anggota masyarakat dan pihak-pihak yang terlibat

- Perkuat komunikasi antara individu dan kelompok untuk bermusyawarah terkait daya tarik yang sama

- Fasilitasi struktur organisasi untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi

- Kembangkan strategi dalam manajemen konflik

- Persatukan anggota masyarakat dengan cita-cita komunitas yang sama - Bangun komitmen antar anggota masyarakat

- Kembangkan mekanisme keterlibatan tatanan lokal, regional bahkan nasional terkait isu kesehatan komunitas.

(31)

(D.0095) Koping komunitas

tidak efektif b.d

ketidakadekuatan sumber daya untuk pemecahan

masalah d.d

mengungkapkan ketidakberdayaan

komunitas dalam

menjangkau akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, harapan anggota

komunitas dalam

meningkatkan tingkat kesehatan tidak terpenuhi, tingkat penyakit masyarakat meningkat.

Status Koping Komunitas (L.09089)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24 jam diharapkan status koping komunitas membaik dengan kriteria hasil : 1) Keberdayaan komunitas

meningkat (5)

2) Kegiatan komunitas memenuhi harapan anggotanya meningkat (5)

3) Tingkat kejadian penyakit menurun (5)

Edukasi Kesehatan (I.12383)

Observasi

- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.

- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan - Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

- Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan - Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

(32)

2.2.5 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lainnya untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan.

(Nursalam, 2011)

2.2.6 Evaluasi

Menurut Nursallam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:

1) Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.

2) Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP

(33)

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tuberkolosis (TB atau TBC) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernapasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya. Sebagian bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Sebagian bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya.

Sumber penularan penyakit TB paru yaitu pasien TB BTA (+) melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian.

Seorang penderita tuberkulosis ketika bersin atau batuk menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Bakteri kemudian menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, di mana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini dapat juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (Soemantri, 2009).

3.2 Saran

Mahasiswa perlu mempelajari asuhan keperawatan komunitas pada khasus TBC sebaik mungkin agar kelak dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien TBC dilingkup komunitas.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dan NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Elsevier.

Umasugi., dkk. 2018. Global Health Science. Peran Perawat dalam Menangani Pasien TB Paru di Ruang IGD RSUD Tulehu Propinsi Maluku Tahun 2015.

http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs

Erlina.2020. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan TB Paru di Puskesmas Siak Hulu I Kabupaten Kampar.

Wahdi., Puspitosari. 2021. Buku Mengenal Tuberkolosis. Purwokerto Selatan. Jawa Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Tuberculosis (TB)adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman Mycobacterium Tuberkulosis sistemik

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang masih merupakan masalah kesehatan di dunia dan Indonesia sampai

Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis.. Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman.. mycobacterium tuberkulosis dan sebagian besar menyerang paru, tetapi

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB ( M. tuberculosis ) sebagian besar menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ.. tubuh lainnya

Manusia merupakan reservoir untuk penularan bakteri Mycobacterium tuberculosis, bakteri tuberkulosis paru menular melalui droplet. Seorang penderita tuberkulosis paru

Definisi Tuberculosis Tuberkulosis TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, ditandai dengan pembentukan granuloma dan dapat menimbukan