Boks 1.
INDEKS PRODUKSI PROVINSI JAMBI TAHUN 2008
(suatu indikator dini pertumbuhan produksi riil)1
Latar Belakang
Perubahan paradigma pembangunan manusia mulai terjadi sejak tahun
1990 ketika United Nation Development Program (UNDP) mengadopsi suatu
paradigma baru mengenai pembangunan yang disebut dengan pembangunan manusia. Hal ini berbeda dengan paradigma pembangunan sebelumnya yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang menempatkan pendapatan (diukur
dengan gross national product;GNP atau gross domestic product;GDP) per kapita
sebagai ukuran hasil pembangunan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir. Namun demikian pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia, dan sebagai prasyarat bagi tercapainya pembangunan manusia.
Kegiatan pemantauan indikator produksi beberapa barang/jasa merupakan suatu upaya penerapan fungsi pemantuan hasil pembangunan sebagai suatu rangkaian perencanaan yang sistematis dalam hal penyusunan program
pembangunan daerah agar lebih terarah dan berkesinambungan (sustainable)
sejalan dengan perubahan paradigma pemerintahan dari pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralisasi.
Dengan tersedianya data indikator produksi beberapa barang/jasa yang dipantau setiap bulan dapat diidentifikasi tingkat pertumbuhan produksi bulanan (selanjutnya disebut sebagai indeks produksi bulanan). Indeks produksi bulanan dihitung menurut kelompok komoditi ataupun sektoral yang merupakan suatu bagian dari rangkaian kegiatan dalam kajian ekonomi regional. Indeks produksi dapat digunakan sebagai penduga besaran laju pertumbuhan riil pada penghitungan PDRB triwulanan. Analisis runtun waktu yang diterapkan pada data indeks produksi dalam jangka panjang dapat mengindikasikan pola gerak musim pertumbuhan produksi sektor-sektor ekonomi di Propinsi Jambi.
Metodologi
Indeks Produksi merupakan indeks kuantitas (quantity index) yang pada
prinsipnya sama dengan penghitungan indeks harga (price index). Indeks Produksi
dihitung dengan melihat perubahan atau membandingkan kuantum produksi (hasil survei) bulan berjalan terhadap kuantum produksi bulan sebelumnya sehingga indeks produksi bulan berjalan menggambarkan perkembangan produksi terhadap bulan sebelumnya. Dalam formulasi penghitungan, harga harus dikonstantir agar
1
perubahan kuantitas dapat diukur bebas dari pengaruh perubahan harga. Secara matematis formulasi penghitungannya adalah ;
QIm = {(Σqm . w)/(Σq(m-1) . w)} x 100
dimana ;
QIm = Indeks Produksi bulan berjalan
qm = Kuantum Produksi bulan berjalan
q(m-1) = Kuantum Produksi bulan sebelumnya
w = Penimbangan (weighted)
Survei yang dilakukan menuntut adanya kerangka sampel (sampling frame)
yang mampu memberikan gambaran populasi unit produksi yang akan dipantau demi efektifitas dan efisiensi. Kantong-kantong produksi merupakan wilayah
pencacahan (sampling area) yang akan dijadikan cluster penelitian menurut
kelompok komoditi terpilih.
Responden sebagai unit sampel (sampling unit) secara purpossive dipilih dari
kerangka sampel (sampling frame) dengan mempertimbangkan tingkat reliability
-nya sehingga paket sampel cukup representative untuk menjelaskan populasi.
Mengingat sifat pemantauan yang runtun (time series) maka pencacahan harus
bersifat panel survey, oleh karena itu maka penentuan responden di awal
pemantauan menjadi sangat strategis untuk menjaga keberlanjutan (suistanable)
dari pelaksanaan survei itu sendiri. Paket sampel cadangan disiapkan untuk
mengantisipasi situasi ketidakpastian (uncertainty) dalam berproduksi, sehingga
indeks produksi tetap dapat dijaga series-nya setiap bulan.
Permintaan akan data yang “up to date” menuntut fasilitas komunikasi yang
memadai sehingga akurasi data dan ketepatan waktu menjadi hal yang wajib terpenuhi. Piranti keras fasilitas komunikasi yang canggih perlu diimbangi dengan kualifikasi yang baik dari sisi komunikator maupun komunikan sehingga komunikasi
berjalan efektif. Petugas survei dalam kapasitasnya sebagai interviewer diharapkan
mampu menggali berbagai keterangan yang dibutuhkan dengan logika rasional. Sementara petugas survei dalam kapasitasnya sebagai komunikator harus menyampaikan informasi secara berkala dan berkesinambungan.
Sampai dengan semester pertama tahun 2008, beberapa indeks produksi yang dihasilkan hampir mencakup keseluruhan sektor yang tercakup dalam penghitungan PDRB Triwulanan. Namun jika dirinci menurut sub sektor atau kelompok komoditi hanya sebagian kecil yang bisa disajikan, hal ini mengingat cakupan survei yang belum bisa menduga secara lebih rinci. Beberapa hal bahkan masih menuntut penyempurnaan metode survei terutama untuk unit-unit kegiatan ekonomi skala besar dan beberapa kasus tingkat produksi yang masih diestimasi pergerakannya melalui data sekunder. Namun demikian tanpa mengecilkan arti dari suatu kegiatan penelitian, indeks produksi bulanan yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai suatu indikator dini besaran pertumbuhan produksi yang tidak lain adalah pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Hasil Pengamatan
Indeks produksi yang disusun secara berantai antar periode amatan dengan tujuan
perbandingan secara pasangan (binary comparison) memperlihatkan perkembangan
tingkat produksi riil masing-masing sektor yang diamati secara runtun dan berkelanjutan (sustainable). Berikut disajikan hasil pengamatan selama kurun waktu
Januari sampai dengan September 2008 secara berantai (chain index). Formula
indeks berantai sebagaimana dimaksud adalah :
CIm = {QIm x CI(m-1) }/100
dimana ;
CIm = Indeks Berantai bulan berjalan QIm = Indeks Produksi bulan berjalan CI(m-1) = Indeks Berantai bulan sebelumnya
Indeks Produksi Primer (Primary Production Index)
Luas tanam dan luas panen beberapa komoditas pertanian tanaman pangan yang dipantau oleh petugas dinas pertanian setiap bulan dalam kurun waktu sembilan bulan terakhir menghasilkan indeks produksi pada sub sektor tanaman pangan. Indeks produksi berantai dari data Luas panen diilustrasikan oleh gambar berikut;
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2008:04 2008:07
KACANG HIJAU (axis kiri) PADI LADANG (axis kanan) PADI SAWAH (axis kiri)
UBI JALAR (axis kiri) KEDELAI (axis kanan)
60 80 100 120 140 160 180 200 220 2008:04 2008:07
JAGUNG KACANG TANAH UBI KAYU
Tabel 1. Indeks Produksi 1 (Luas Panen)
Produksi hortikultura dipantau dari sentra produksi sayur-mayur dan buah-buahan (Kab. Kerinci dan Kab. Merangin) yang meliputi beberapa komoditas penting produk pertanian hortikultura seperti kubis dan kentang tanpa melihat kemana produk tersebut dipasarkan. 80 120 160 200 240 280 320 360 400 440 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 2008:01 2008:04 2008:07
PRODUKSI HORTIKULTURA (axis kanan) PRODUKSI KARET (axis kiri)
PRODUKSI KELAPA (axis kiri)
PRODUKSI KELAPA SAWIT (axis kiri) PRODUKSI PINANG (axis kiri)
80 100 120 140 160 180 200 220 240 2008:01 2008:04 2008:07 PRODUKSI PERIKANAN PRODUKSI DAGING PRODUKSI TELUR PRODUKSI BATUBARA INDUSTRI CPO
Tabel 3. Indeks Produksi
Karet, Kelapa Sawit, Kelapa dan Pinang adalah beberapa komoditi tanaman perkebunan yang dipantau produksinya dari sentra produksi tanaman perkebunan termasuk pemantauan terhadap pusat perdagangan komoditas tersebut (Pasar Lelang Karet, Pabrik CPO, Produsen Kopra dan Pedagang Pengumpul Pinang Belah). Kabupaten Bungo, Tebo, Batang Hari dan Muaro Jambi merupakan daerah pantauan produksi Karet dan Kelapa Sawit, sedangkan untuk komoditas Kelapa dan Pinang dipantau dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur.
Tabel 4. Indeks Produksi
Produksi daging dan telur adalah dua hal yang diamati pada sub sektor peternakan, meliputi kejadian pemotongan ternak di rumah potong hewan,
produksi ayam pedaging, produksi telur (ayam ras, itik dan puyuh). Sentra produksi daging baik ternak besar/kecil maupun unggas terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Batang Hari, Muaro Jambi dan Bungo. Pemantuan juga dilakukan terhadap beberapa pusat perdagangan hewan ternak (Kab. Batang Hari dan Kota Jambi).
Tempat Pelelangan Ikan (Kab. Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, Muaro Jambi) menjadi pusat pemantuan produksi perikanan tangkap dalam penghitungan indeks produksi perikanan disamping amatan terhadap beberapa responden perikanan tambak.
Penggalian Gol.C yang berproduksi di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Batanghari yang membelah Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi dan Batang Hari merupakan unit pengamatan pada sub sektor penggalian. Penggalian Batubara (Kab. Bungo, Tebo, Sarolangun, Batang Hari) yang masih diproduksi secara konvensional oleh investor lokal juga menjadi objek amatan yang cukup kooperative dan responsif.
Indeks Produksi Sekunder (Secondary Production Index)
Tingkat produksi di sektor industri pengolahan merupakan hasil pengamatan pada beberapa industri pengolahan yang memberi kontribusi cukup besar pada komponen nilai tambah sektor industri, dengan unit sampel yang terdistribusi proporsional menurut skala usaha. Pantauan pada unit usaha industri yang
mengolah hasil pertanian antara lain dilakukan terhadap industri crude palm oil
(CPO), industri pengolahan karet remah dan industri kopra. Industri barang dari semen, industri barang dari kayu, industri batubata dan industri kerajinan batik merupakan industri lain yang juga menjadi pantauan, termasuk beberapa industri makanan dan minuman.
80 90 100 110 120 130 140 150 160 0 100 200 300 400 500 600 700 800 2008:04 2008:07
INDUSTRI CPO (axis kiri) INDUSTRI KARET (axis kiri) INDUSTRI KOPRA (axis kanan)
INDUSTRI MAKANAN (axis kanan) INDUSTRI MINUMAN (axis kanan)
Tabel 5. Indeks Produksi
Produksi listrik (PLN) merupakan indikator produksi pada sub sektor listrik sedangkan produksi air minum (PDAM) merupakan indikator yang diamati pada sub
sektor air bersih dan secara intens dapat dipantau dari beberapa unit pembangkit dan atau unit produksi.
100 110 120 130 140 150 160 170 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 2008:04 2008:07
PRODUKSI AIR BERSIH (axis kiri) PRODUKSI LISTRIK (kiri)
PRODUKSI PERUMAHAN RAKYAT (kanan)
80 100 120 140 160 180 200 220 80 120 160 200 240 280 320 360 2008:01 2008:04 2008:07
HARGA PERDAG BARANG KONSTRUKSI (a kiri) HARGA PERDAG BESAR (axis kanan) TINGKAT HUNIAN HOTEL (axis kiri)
ANGKT LAUT/PENYEBERANGAN (axis kanan) ANGKUTAN UDARA (axis kiri)
Tabel 6. Indeks Produksi
Pemantauan pada sektor konstruksi yang mungkin dilakukan adalah melalui tingkat produksi perumahan melalui survei pada beberapa perusahaan
pengembang perumahan dan real estate maupun data sekunder dari berbagai
asosiasi pengembang perumahan dan real estate (REI, Apersi, dll) serta beberapa
asosiasi konstruksi.
Indeks Produksi Tersier (Tertiary Production Index)
Beberapa indikator produksi sektor perdagangan, hotel dan restoran yang dipantau masih sebatas pengamatan pada hasil pengolahan data survei lain yang sejenis seperti survei harga perdagangan besar (HPB), survei harga perdagangan barang konstruksi (HPBK) dan survei tingkat hunian hotel berbintang dan non bintang (VHTS) yang rutin dilakukan dengan penambahan jumlah unit sampel.
Survei terhadap lalu lintas angkutan udara serta lalu lintas angkutan laut, sungai, danau & penyeberangan menjadi pantauan indeks produksi sektor angkutan. Hal ini cukup dimungkinkan karena Bandara Sultan Taha merupakan satu-satunya bandara yang melayani lalu lintas angkutan udara di Provinsi Jambi. Sementara itu pelabuhan yang terpantau berlokasi di Kab.Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, dan Tanjung Jabung Barat.
Lembaga keuangan yang biasanya sangat sulit untuk dimintai data perkembangan produk layanan menjadikan pemantauan bulanan menjadi sangat sulit untuk diterapkan di sektor ini. Satu-satunya yang mungkin dilakukan adalah pemantuan produk layanan sub sektor pegadaian meliputi nilai dan jumlah barang jaminan. Hal ini dilakukan di beberapa kantor cabang perum pegadaian di Provinsi Jambi.
Beberapa unit usaha jasa titipan/ekspedisi/kargo juga menjadi objek yang diamati tingkat produksinya setiap bulan meliputi perkembangan arus lalu lintas ekspedisi dokumen/barang yang menjadi produk layanannya.
40 80 120 160 200 240 280 320 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 2008:01 2008:04 2008:07
JS PERORANGAN MELAYANI RT (axis kanan) JS TITIPAN EKSPEDISI/KARGO (axis kiri)
LAYANAN KESEHATAN (axis kiri) PEGADAIAN (axis kiri)
Tabel 8. Indeks Produksi
Pantauan indikator produksi di sektor jasa sebagian besar dilakukan di Kota Jambi mengingat tingkat kepadatan populasi sektor jasa yang sangat tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Jambi. Layanan praktek dokter, klinik bersalin, poliklinik dan klinik pengobatan tradisional merupakan unit yang dipantau untuk mendapatkan indeks produksi layanan kesehatan. Sementara itu indeks produksi jasa perseorangan yang melayani rumah tangga dipantau melalui layanan pangkas rambut, salon, reparasi, bengkel, dll.
REKOMENDASI
Secara umum indeks kuantitas (quantity index) yang dihasilkan dari pantauan
Indeks Produksi Bulanan mampu memberikan sinyal awal pergerakan tingkat produksi beberapa komoditi penting. Hal ini sekaligus memberikan gambaran arah transformasi struktur ekonomi berikut estimasi laju pertumbuhan sektoral secara
lebih cepat. Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam perhitungan Indeks Produksi antara lain:
1. Penyempurnaan Perhitungan Indeks Produksi
- Perluasan ruang lingkup dan cakupan unit pengamatan menjadi hal yang
penting untuk diterapkan pada pemantuan selanjutnya sehingga sinyal perekonomian yang ditangkap akan menjadi semakin jelas terlihat.
- Proyeksi laju pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang menjadi mungkin
untuk dilakukan dengan lebih baik ketika indeks kuantitas (quantity index)
semakin tidak bias (unbiased). Dukungan data sekunder yang lengkap dan
mencerminkan sumber pertumbuhan (source of growth) yang reliabel
merupakan prasyarat mutlak dalam prakiraan besaran laju pertumbuhan
ekonomi dengan indeks harga (price index) sebagai faktor koreksi yang
meng-konstantir fluktuasi harga.
2. Penambahan Indeks Produksi Sisi Permintaan (Demand)
- Indeks Produksi merupakan pengamatan yang dilakukan dari sisi
penyediaan (supply), sementara dari sisi permintaan (demand) juga patut
dipantau secara berkala untuk memberikan gambaran struktur pasar yang terjadi dalam perekonomian.
- Perlunya survei yang bisa memantau indeks produksi sisi permintaan untuk