1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, salah satunya adalah minyak bumi. Menurut Kementerian Energi Sumberdaya Daya Mineral (Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral, 2012),
cadangan potensial minyak bumi di Indonesia adalah 3.666,91 Million Stock Tank
Barrels (MMSTB), sedangakan cadangan terbukti minyak bumi sebesar 3.741,33 MMSTB. Konsumsi energi paling banyak di Indonesia tahun 2015, yaitu konsumsi energi dalam bentuk bahan bakar minyak (BBM) yaitu sebesar 38,5 % (Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral, 2016). Melimpahnya cadangan minyak yang ada di Indonesia dan tingkat konsumsi BBM yang tinggi, menjadikan industri minyak bumi menjadi industri primadona. Industri minyak bumi yang ada di Indonesia seharusnya dikelola dengan maksimal dengan memperhatikan pula faktor keselamatan dalam kegiatannya.
Industri minyak dan gas memiliki tingkat risiko bahaya kebakaran dan ledakan yang tinggi, yang dalam sebagian besar kasus digolongkan kedalam tingkat bahaya besar (ILO, 1991 dalam Irhanah and Lestari, 2013). Proses penyulingan dan penyimpanan bahan bakar minyak memiliki tingkat risiko kebakaran dan ledakan yang tinggi, tercatat beberapa kasus kebakaran dan ledakan pernah terjadi dan menimbulkan korban. Diantara kasus terjadinya kebakaran dan ledakan pada proses refinery minyak bumi adalah kebakaran di
unit refinery PT Chevron, Richmond, California, Amerika Serikat pada 6 Agustus
2012, yang menyebabkan 6 orang pekerja mengalami luka bakar minor, hal ini dikarenakan adanya pipa yang pecah, tidak disebutkan total kerugian material (United State Chemical Safety And Hazard Investigation Board, 2015b). Lebih lanjut, hasil investigasi juga menyebutkan, hasil dari kebakaran dan ledakan
mengakibatkan adanya gumpalan asap besar, particulates, dan asap hitam, yang
melintasi daerah sekitar. Seminggu setelah kejadian, fasilitas kesehatan setempat menerima lebih dari 15.000 warga yang mencari pengobatan untuk penyakit
seperti, permasalahan pernafasan, sakit di dada, sesak nafas, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
Kasus lainnya adalah ledakan besar yang terjadi pada perusahaan Caribbean Petroleum Corporation (CAPECO) yang berada di Bayamón, Puerto Ricopada malam hari tanggal 23 Oktober 2009 (United State Chemical Safety AndHazard Investigation Board, 2015a). Ledakan tersebut terjadi ketika offloading dari kapal tanker (Cape Bruny ) menuju tangki milik CAPECO.
Kecelakaan kebakaran tersebut mengakibatkan 17 dari 48 tangki penyimpanan
petroleum dan beberapa alat lapangan terbakar selama hampir 60 jam. Ledakan yang terjadi tersebut menghasilkan gelombang tekanan sebesar 2,9 skala Richter, yang menghancurkan 300 rumah dan fasilitas bisnis, yang berjarak 1,25 mil dari lokasi kejadian. Kebakaran tersebut juga mengakibatkan beberapa warga dievakuasi secara suka rela untuk menghindari rumah yang akan roboh dan gangguan kesehatan akibat asap dan uap yang dihasilkan. Jumlah penduduk yang diungsikan sekitar 3.000 orang, dan pemerintah menyiapkan 30.000 orang lainnya untuk diungsikan jika terdapat perubahan arah angin.
Kasus kebakaran depot/terminal BBM yang memiliki dampak besar terhadap kesehatan masyarakat adalah kebakaran depot Buncefield yang dioperasikan oleh Hertfordshire Oil Storage Ltd (HOSL), yang terletak di Inggris. Kebakaran terjadi pada hari minggu 11 Desember 2005 (Hoek, Bracebridge and Oliver, 2007). Lebih lanjut, terdapat 240 orang yang menghadiri Accident and Emergency (A&E) Departement (departemen yang dimiliki oleh Hertfordshire Oil Storage Ltd yang bertugas untuk memeriksa dan mengawasi orang yang terdampak kebakaran). Diantara orang yang menghadiri (A&E), terdapat 73 orang yang mengalami gangguan pernapasan, 21 orang mengalami sakit kepala, 39 orang terluka, 8 orang tidak sadarkan diri, dan 22 orang mengalami gangguan kesehatan lainnya.
Kilang minyak PT. Pertamina yang berada di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah juga pernah mengalami kebakaran. Seperti diberitakan Republika
(Republika, 2011), dua tangki penyimpanan High Octane Mogas Component
kecelakaan kebakaran, pada hari Sabtu tanggal 2 April 2011. Tidak terdapat korban dalam kecelakaan tersebut akan tetapi menimbulkan kerugian kehilangan HOMC sebesar ± 6.000 kiloliter.
Pada bencana kebakaran, kerusakan dapat diakibatkan karena jatuh, panas, sesak nafas, atau menghirup asap (Chow and Kong, 2003). Chang dan Lin (2006), meneliti sebanyak 242 kasus kecelakaan pada tangki penyimpanan yang ada di dunia dari tahun 1960 sampai tahun 2003. Penelitian tersebut menyatakan bahwa, terdapat 64 kecelakaan yang terjadi pada tangki penyimpanan yang berada di terminal bahan bakar (jumlah kecelakaan terbanyak kedua setelah refinery), antara tahun 1960-2003. Terdapat sekitar 145 kasus kebakaran dan 61 kasus ledakan (merupakan jenis kasus terbanyak pertama dan kedua) pada tangki penyimpanan di berbagai industri minyak, antara tahun 1960-2003. Terdapat 55
kasus kecelakaan pada tangki penyimpanan BBM jenis bensin/gasoline
(terbanyak ketiga setelah minyak mentah, dan produk minyak lainnya, seperti bahan bakar oli, pelumas, dll) dari 242 kecelakaan antara tahun 1960-2003. Beberapa kasus yang mengakibatkan kematian karena terbakar diantaranya adalah, kasus Thessaloniki, Yunani, pada tahun 1986, mengakibatkan 5 orang meninggal, kasus Kuwait 2002 pada unit produksi minyak, mengakibatkan 4 orang meninggal, dan masih terdapat beberapa kasus lain. Berdasarkan studi dari Chang dan Lin tersebut maka tangki penyimpanan BBM jenis bensin/gasoline yang berada di terminal bahan bakar (TBBM) memiliki riwayat kecelakaan yang tinggi. Terdapat TBBM yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang keberadaaannya sangat penting, TBBM tersebut adalah PT. Pertamina TBBM Rewulu.
PT Pertamina TBBM Rewulu dibangun tahun 1972 dan mulai beroperasi tahun 1973, merupakan salah satu unit operasi Direktorat Pemasaran dan Niaga PT Pertamina yang bertugas untuk menyuplai dan mendistribusi beberapa kebutuhan BBM didaerah Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. TBBM ini memasok kebutuhan BBM kepada 154 SPBU jenis premium, pertamax, solar/biosolar, minyak tanah untuk wilayah DI Yogyakarta, Klaten dan Eks-Karisidenan Kedu. Selain memasok kebutuhan jenis BBM yang telah disebutkan
diatas TBBM Rewulu juga memasok kebutuhan avtur untuk Depo Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Sumarmo-Solo dan DPPU Adi Sutjipto-Yogyakarta. TBBM Rewulu juga mendistribusikan BBM ke TBBM Madiun.
TBBM Rewulu merupakan TBBM yang sangat penting keberadaannya, dikarenakan menyuplai kebutuhan BBM di daerah Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Terganggunya stok BBM di TBBM Rewulu akan mengakibatkan ganguan distribusi BBM di daerah Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Mengingat pentingnya keberadaan TBBM Rewulu maka perlu dilakukan studi analisis mengenai risiko kebakaran dan ledakan dan dampaknya.
B. Permasalahan Penelitian
Kasus kejadian kecelakaan tangki penyimpanan yang telah disebutkan diatas, sebagian besar merupakan kasus kebakaran, sehingga perlu di ketahui bagaimana tingkat bahaya yang terjadi jika tangki penyimpanan PT Pertamina TBBM Rewulu terbakar. Berdasarkan kasus kebakaran yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa korban jiwa dan luka bakar akibat kebakaran, maka perlu diketahui pula radius paparan dan radiasi panas terhadap pekerja. Kasus kebakaran yang telah disebutkan diatas juga mengakibatkan adanya polusi udara yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar lokasi kejadian kebakaran, sehingga perlu diketahui bagaimana polusi udara dan dampak kesehatan masyarakat sekitar jika TBBM Rewulu terbakar.
C. Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketika terjadi kebakaran dan ledakan di PT. Pertamina TBBM Rewulu serta dampaknya terhadap pekerja dan masyarakat sekitar, sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mencegah terjadinya kebakaran, atau mengurangi dampaknya.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingat bahaya kebakaran dengan menggunakan nilai dari Fire and
2. Mengetahui besar radius paparan dan radius radiasi panas beserta dampaknya terhadap pekerja di TBBM Rewulu.
3. Mengetahui sebaran polusi yang timbul akibat asap hasil kebakaran beserta dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dan kesiapan warga dalam menghadapinya
D. Manfaat
Manfaat penelitian bagi PT Pertamina (Persero) -Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Rewulu adalah :
1. Mengetahui jarak minimal instalasi antar unit atau tangki penyimpanan BBM,
sehingga jika terjadi kecelakaan ledakan dan kebakaran unit lain tidak ikut terbakar dan meledak.
2. Hasil dari mengetahui area of exposure, maka PT Pertamina dapat membuat zonasi aman ataupun titik kumpul jika terjadi ledakan dan kebakaran.
3. Dapat melakukan re-design (penataan ulang) instalasi, unit ,ataupun area kerja yang masih masuk kedalam area of exposure jika terjadi kebakaran dan ledakan.
4. Dapat melakukan pelatihan dan perbaikan prosedur tanggap darurat
berdasarkan hasil penelitian.
Manfaat penelitian bagi warga dan perusahaan
1. Dapat mengetahui dampak kesehatan yang ditimbulkan dari kebakaran dan
ledakan.
2. Dapat membuat rencana evakuasi penduduk sekitar jika terjadi kebakaran dan
ledakan.
3. Dapat membuat pelatihan kesiapan dalam menghadapi kebakaran dan ledakan
kepada penduduk sekitar.
4. Dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi keadaan darurat.
Manfaat penelitian bagi penulis adalah :
1. Menambah pengetahuan penulis mengenai paparan dari ledakan dan kebakaran
pada unit tangki penyimpanan BBM
2. Mengetahui prosedur tanggap darurat dan kesiapan karyawan dalam
E. Keaslian Penelitian
1. Lestari and Nurdiansyah (2007), meneliti mengenai potensi bahaya kebakaran
dan ledakan pada tangki timbun bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di
Depot X, menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, metode Dow’s Fire and
Explosion Index. Persamaan penelitian ini adalah, objek penelitian, metode dan analisis. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada lokasi, tujuan (penelitian
ini menghitung mengenai kerugian material, MPDO (Maximum Probable Day
Outage) dan BI (Business Interuption)) dan tahun penelitian.
2. Ramadhani and Satrya (2013), melakukan penelitian dengan judul Analisis Risiko Kebakaran dan Ledakan Serta Kerugian Pada Tangki Timbun Jenis Premium di Terminal Bahan Bakar Minyak PT Pertamina Unit Pemasaran II Panjang , Lampung Tahun 2012. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada metode yang digunakan yaitu menggunakan Metode Dow’s Fire and Explosion Index, juga menggunakan analisis deskriptif kuantitatif serta objek penelitian yaitu BBM yang berada pada tangki penyimpanan. Perbedaan penelitian terdapat di tujuan dan hasil penelitian, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai MPDO (Maximum Probable Day Outage) dan BI (Business Interuption). Selain itu lokasi dan tahun penelitian berbeda.
3. Nauli (2002), melakukan penelitian mengenai pola sebaran polutan dari
cerobong asap. Metode yang digunakan yaitu Gaussian Dispersion Model
dengan analisis experimental. Persamaan penelitian ini adalah metode yang digunakan. Perbedaan penelitian ini adalah pada objek penelitian (stack PLTU), tujuan (untuk membandingkan variabel yang dominan dalam sebaran asap), lokasi dan tahun penelitian.