• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Pengertian Pembelajaran Sains

Pada setiap pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki karakteristik yang berbeda dalam melakukan kegiatan sains. Namun yang terpenting adalah bahwa kegiatan sains hendaknya dapat menstimulasi kegiatan belajar kognitif anak. Pengembangan potensi yang dimiliki anak termasuk di dalamnya pengembangan kognitif (pengembangan pembelajaran bidang sains) memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan.

Kesadaran akan pentingnya pembekalan sains pada anak akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa manusia hidup di dunia yang dinamis, berkembang dan berubah secara terus menerus bahkan menuju masa depan, semakin komplek ruang lingkupnya, dan tentunya akan semakin memerlukan sains. Hakekat sains perlu dikaji, diteliti dan ditekuni. Anak-anak sebagai generasi yang dipersiapkan untuk masa depan yang diduga akan semakin rumit, berat dan banyak problemnya perlu dibekali dengan penguasaan sains yang memadai, tepat, bermakna dan fungsional. Dengan prediksi masa depan yang demikian, pembekalan sains bagi mereka menjadi mutlak, sehingga sains pada diri mereka muncul sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam kehidupan kelak.

(2)

Menurut Martini (2003:17) bahwa kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat saraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan saraf-saraf yang berada dipusat susunan saraf. Jadi kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, menjadi tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengertian atau pengetahuan.

Menurut Dewi (2012:34) bahwa sains atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains adalah sistem tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. Sains adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu.

Meskipun titik temu konsep sains yang bersifat standar dan dapat diterima oleh semua pihak sulit dikemukakan, tetapi batasan-batasan yang bersifat mendasar (substansi) dapat dimunculkan dari berbagai dimensi. Dari sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata Scientia artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu luas dalam penggunaan sehari-hari, untuk itu perlu dimunculkan kajian etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologis tentang sains yaitu dari bahasa Jerman, hal itu merujuk pada kata Wissenschaft, yang memiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.

(3)

Secara konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan para ahli. Amien (dalam Dewi, 2012:35) mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada mahluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia dan biologi. Sedangkan Ali Nugraha (dalam Dewi 2012:36) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji lebih lanjut.

Senada dengan hal tersebut Ahmadi (2006:12) memberikan pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (isi alam semesta yang lebih terbatas, khususnya tentang manusia dan sifat-sifatnya), sedangkan Dodge (dalam Dewi, 2012:36) mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian.

Secara analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan membagi sains berdasarkan dimensi pengkajiannya. Sumaji (2002:1) menyatakan bahwa secara sempit sains adalah Ilmu Pengetahuan alam (IPA), terdiri atas physical sciences dan life sciences. Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, metereologi dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi, zoologi dan fisiologi.

(4)

Hal yang sama juga dijelaskan oleh Dodge (dalam Dewi, 2012:37) bahwa sains terdiri dari physical science, ilfe science dan bumi dan sekitarnya. Dimana physical science terdiri dari objek –objek yang dapat dieksplor , karena anak dapat belajar tentang berat, bentuk, ukuran, warna dan suhu. Life science menceritakan tentang prosesnya. Anak dapat mempelajari tentang proses pertumbuhan tanaman dan kehidupan binatang. Sedangkan Ernest Hagel seperti dikutip oleh Indrawati (2007:1) memandang sains dari tiga aspek: (1) dari aspek tujuan, sains adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan kepada kesejahteraan manusia. (2) Sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa. (3) Sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu perangkat aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan hukum-hukum atau teori dari obyek yang diamati.

Berdasarkan definisi diatas, bahwa sains dapat dipandang sebagai suatu dimensi yang terdiri suatu proses, maupun produk atau hasil serta sebagai sikap. Apabila pembelajaran sains yang dapat dikembangkan meliputi tiga substansi mendasar, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains berisi program yang memfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang memfasilitasi pengembangan-pengembangan sikap sains.

a. Sains sebagai suatu proses adalah cara untuk memperoleh pengetahuan. Gambaran sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.

(5)

Kebenaran sains akan diakui jika penelusurannya berdasar pada kegiatan pengamatan, hipotesis (dugaan), percobaan-percobaan yang ketat dan obyektif, meskipun kadang berseberangan dengan nilai yang ada. Jadi, sains menuntut proses yang dinamis dalam berfikir, pengamatan, eksperimen, menemukan konsep maupun merumuskan berbagai teori. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah.

b. Sains sebagai produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori . Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa; sedangkan konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu pada benda-benda atau obyek, peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri dan atribut yang melekatnya. Sedangkan teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi (pernyataan berarti) yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis dan kebenarannya sudah teruji secara empirik serta dianggap berlaku secara universal .

c. Sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain.

(6)

Brewer (dalam Dewi, 2012:37) mendefinisikan sains berarti proses mengamati, berpikir, dan merefleksikan berbagai tindakan atau peristiwa. Sedangkan Semiawan mengartikan sains sebagai pengkajian dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep proses saintifik tetapi juga berbagai variasi aplikasi pengetahuan dan prosesnya seperti pengamatan, perkiraan dan penilaian, serta interprestasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan fakta dan gejala alam yang tersusun secara sistematis yang didapatkan melalui pengamatan dan eksperimen.

2.1.2 Bentuk-Bentuk Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan bagian dari pembelajaran sains yang terkait dengan bidang kemampuan sains. Brewer (dalam Ahmad, 2007:3) mengatakan bahwa keterampilan proses sains didefinisikan secara berbeda oleh beberapa ahli. Dalam definisi tersebut satu sama lainnya saling melengkapi. Menurut Dhahar (1996:52) bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan sebagai produk dari IPA berupa konsep-konsep, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori dari IPA. Setiap jenis keterampilan proses sains merupakan satu keterampilan intelektual yang khas, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena apapun juga.

(7)

Menurut Semiawan (1992:8) bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan berproses dalam kerja ilmiah. Lebih luas lagi, Depdiknas (2004:4) mendefinisikan bahwa keterampilan proses sains mencakup keterampilan intelektual, motorik dan sosial.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan yang melibatkan keterampilan intelektual, morotik dan sosial yang dapat digunakan untuk memperoleh konsep-konsep, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori untuk memahami fenomena memecahkan masalah.

2.1.3 Pembelajaran Sains untuk TK

Banyak topik yang dapat dipakai guru untuk mengenalkan sains kepada anak TK. Namun demikian, topik-topik yang mudah diamati dan menampilkan hubungan sebab-akibat secara langsung lebih disukai anak daripada topik yang abstrak. Wolfinger (dalam Suyatno, 2002:74) mengidentifikasi beberapa topik yang disukai anak sebagai berikut.

a. Mengenal gerak

Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergerak, seperti memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Mobi-mobilan, berbagai macam bola, dan benda-benda yang dapat menggelinding, dengan papan datar dan miring merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak.

(8)

b. Mengenal benda cair

Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Guru dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Berbagai kegiatan bermain dengan air seperti benda-benda yang tembus dan tidak tembus air, tenggelam dan terapung, dan aliran air sangat disukai anak. Air memiliki karakteristik yang unik. Dengan kegiatan sederhana anak mengenal karakteristik air, seperti meneteskan air di koin, mencampur air dengan sabun, dan benda-benda lain yang larut dan tidak larut dalam air. Minyak, alcohol, dan benda cair lainnya memiliki sifat yang berbeda dengan air.

c. Tenggelam dan terapung

Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak membasahi tempat. Suruh anak memakai rompi plastik agar tidak basah. Tujuan kegiatan ini ialah agar memberi pengalaman kepada anak bahwa ada benda yang tenggelam dan ada yang terapung di air. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Anak akan melihat bahwa tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda. Ajak anak mengubah bentuk benda agar benda yang tenggelam dapat terapung.

d. Larut dan tidak larut

Sebagian benda larut dalam air dan sebagian lainnya tidak. Gula, garam, dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka tidak akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan

(9)

semuanya. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir, dan minyak goreng. Jika benda tersebut dicampur dalam air maka tidak membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan akan terlihat adanya endapan.

e Mengenal timbangan (neraca)

Neraca sangat baik untuk melatih anak menghubungkan sebab-akibat karena hasilnya tampak secara langsung. Jika beban di satu lengan timbangan ditambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil di banding besi dan batu. Batu dan besi yang berukuran lebih kecil lebih berat dibanding kapas atau spon saat ditimbang.

f. Bermain dengan gelembung sabun

Anak amat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada 2 liter larutan sabun akan diperoleh larutan sabun yang menakjubkan yang tidak mudah pecah sehingga dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuk lainnya dari busa. g. Mencampur warna dan zat

Secara teoretis, warna terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Warna primer meliputi warna merah, kuning, dan biru. Warna sekunder dibentuk dengan mencampur dua atau lebih warna primer. Misalnya warna kuning dan biru dicampur dapat menghasilkan warna hijau. Anak-anak senang bermain dengan warna-warna tersebut.

(10)

h. Mengenal benda-benda lenting

Benda-benda dari karet pada umumnya memiliki kelenturan, sehingga mampu melenting jika dijatuhkan atau dilempar. Demikian pula benda dari karet yang diisi udara, seperti bola basket, bola voli, dan bola plastik. Anak sangat senang bermain dengan benda-benda tersebut.

i. Bermain dengan udara

Udara tidak kelihatan, sehingga sulit bagi anak untuk mengenalnya. Melalui berbagai kegiatan sederhana, guru dapat mengenalkan udara untuk membantu anak menyadari bahwa udara itu ada, meskipun tidak kelihatan. Berbagai kegiatan seperti balon roket, roket dari soda kue, dan laying-layang merupakan kegiatan menarik bagi anak yang terkait dengan udara.

j. Bermain dengan bayang-bayang

Bayang-bayang merupakan salah satu fenomena yang menarik dan kadang menakutkan bagi anak. Mengenalkan bayang-bayang akan membuat anak tidak merasa takut dengan bayang-bayang. Bayang-bayang timbul jika ada cahaya yang mengenai benda. Ukuran bayang-bayang dapat lebih besar, sama, atau lebih kecil dari bendanya, tergantung posisi benda, sudut sinar, dan sumber cahayanya. k. Melakukan percobaan sederhana

Anak sangat antusias untuk melakukan percobaan dan ingin tahu hasilnya. Menanam biji, sebagian disiram air dan yang lain tidak, misalnya, dapat dijadikan percobaan yang menarik bagi anak. Anak senang mengamati bagaimana biji

(11)

berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman baru. Anak mulai sadar bahwa tumbuhan memerlukan air untuk tumbuh.

l. Mengenal api dan pembakaran

Kegiatan yang menggunakan api harus dibawah pengamatan guru secara langsung agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Anak suka mengamati sesuatu yang terbakar dan perubahan benda akibat terbakar. Anak akan menyadari ada benda yang mudah terbakar dan adapula yang sulit terbakar.

m. Mengenal es

Es bisa menjadi air dan air dapat menjadi es. Kelak anak mengenal bahwa es adalah air yang membeku. Proses tersebut membantu anak mengenal asal mula suatu benda, suatu proses menuju objek permanen (object permanency) dan hubungan sebab-akibat. Es yang dimasukkan dalam gelas yang diisi air dingin dan air panas akan mencair dalam waktu yang berbeda. Percobaan sederhana tersebut melatih anak membuat hubungan logis antar variabel.

n. Bermain dengan pasir

Bermain pasir dengan menggunakan berbagai kaleng atau takaran akan membantu siswa memahami konservasi volume. Oleh karena itu di TK sangat disarankan untuk memiliki bak pasir di mana anak dapat bermain pasir. Anak TK suka sekali main dengan pasir dengan cara membuat berbagai bentuk seperti rumah, jalan, terowongan, dan istana, suatu kegiatan yang melatih kecerdasan spatial.

(12)

o. Bermain dengan bunyi

Bunyi terbentuk oleh udara yang bergetar oleh karena itu bunyi dapat dibuat dengan cara menggetarkan udara, seperti memukul, meniup, atau menggoyang benda. Anak-anak suka sekali bermain dengan benda-benda yang mengeluarkan bunyi. Membuat peluit sederhana dari sedotan minuman atau bermain dengan alat-alat musik yang menimbulkan bunyi disukai anak-anak.

p. Bermain dengan magnet

Anak TK mungkin masih memandang magnet sebagai barang ajaib (magis), tetapi mengenalkan fenomena kemagnetan tidak menjadi persoalan. Anak senang sekali bermain dengan magnet dan menguji benda-benda yang dapat menempel pada magnet.

2.2 Pentingnya Pengembangan Sains Pada Anak TK

Menurut The National Science Education Standard-NSES (1994:1) bahwa tujuan dasar pembelajaran sains yang dapat menjadi pendorong secara umum untuk menginformasikan sains sedini mungkin pada anak agar siap untuk hidup dalam dunia mengalami perubahan-perubahan secara khusus pembelajaran sains menjadi sangat penting diadakan sedini mungkin agar anak dapat mempelajari bagaimana dapat melakukan kegiatan sains sebagaimana para saintis melakukannya melalui keterampilan proses sains. Kegiatan keterampilan proses sains mengajak anak untuk berpikir karena sains tidak lebih dari sekedar menghafal fakta, tetapi juga kombinasi dari keterampilan proses dan materi atau keterampilan untuk bagaimana belajar dan apa yang dipelajari dengan menggunakan cara berpikir ilmiah (Triluqman, 2006:21).

(13)

Keterampilan proses sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tidak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut. Keterampilan proses sains juga melatih anak menggunakan lima indranya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar.

Semiawan (dalam Triluqman, 2006:22) berpendapat bahwa empat alasan mengapa keterampilan proses harus dalam proses belajar dan pembelajaran sains, yaitu:

a. Dengan kemampuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.

b. Dalam usia perkembangan anak, secara psikologi lebih mudah memahami konsep, dengan lingkungan dihadapi.

c. Ilmu pengetahuan bersifat relatif, artinya suatu kebenaran teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis yang mempunyai sikap ilmiah. Keterampilan proses sains pada anak dapat mengembangkan pemahaman anak tentang dunia beserta isinya, menumbuhkan sikap ilmuwan, menumbuhkan minat dan mempelajari sains, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif serta analitis, membiasakan

(14)

anak untuk menerapkan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari, terampil dalam memecahkan masalah, terampil untuk menggali sains, menguasai cara-cara dalam menyelesaikan masalah.

d. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi, pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan proses sains, diharapkan berlanjut pada keterampilan sikap dan mental sains.

Adapun beberapa materi sains sederhana menurut Suyanto (2005:1) yakni mengenal gerak, mengenal benda cair, bermain gelembung sabun, mengenal benda-benda lenting, dan mengenal binatang.

Pada umumnya anak-anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain: menggelinding dan bentuk benda, menggelinding dan ukuran benda. Anak juga senang bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Berbagai kegiatan dengan air, antara lain: konservasi volume, tenggelam dan terapung, membuat benda terapung, larut dan tidak larut, mengenal sifat berbagai benda cair.

(15)

Selain bermain air, ada juga permainan sains untuk anak yakni bermain gelembung sabun. Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari busa. Permainan lain yang disenangi anak-anak adalah permainan mengenal benda-benda lenting seperti benda-benda-benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan. Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara , seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak sangat senang bermin dengan benda-benda tersebut.

Dari empat permainan sains sederhana, anak-anak juga dapat mengenal sains sederhana seperti mengenal binatang. Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan benda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanaitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa

(16)

mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup.

2.3 Hakekat Warna 2.3.1 Pengertian Warna

Warna sering pula disebut rupa pada benda apapun warna menjadi pemikat. Pada lukisan warna menjadi lebih penting, pelukis mempertegas bentuk objek dengan warna. Warna digunakan juga untuk melukiskan suasana. Suasana gembira dilukiskan dengan warna cerah sedangkan suasana sedih dilukiskan dengan warna gelap.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang warna. Prawira (1999:4) menjelaskan bahwa warna adalah salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur-unsur visual lainnya. Kemudian Sanyoto (2005:1) mendefinisikan bahwa warna adalah secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subyektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan.

Nugraha (2008:5.34) mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Selanjutnya Laksono (1998:42) mengemukakan bahwa warna yang kita lihat merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga unsur yang penting dari pengertian warna yaitu benda, mata dan unsur cahaya. Dengan demikian warna dapat didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan

(17)

oleh sebuah benda dan selanjutnya diinterpetasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut.

2.3.2 Pencampuran Warna

Dipandang dari asal kejadiannya warna menurut Sanyoto (2005:1) dibagi menjadi dua, yaitu warna additive dan warna subtractive. Warna additive adalah warna yang berasal dari cahaya dan disebut spektrum. Sedangkan warna subtractive adalah warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Lebih lanjut Nugraha (2008:5.34) menjelaskan bahwa warna ditinjau dari dua sudut pandang, pertama dari kaidah ilmu fisika dan kedua dari kaidah ilmu bahan. Kejadian warna ini diperkuat dengan hasil temuan Newton (Prawira, 1999:26) yang mengungkapkan bahwa warna merupakan suatu fenomena alam yang berupa cahaya dan mengandung warna spektrum atau pelangi dan pigmen. Menurut Prawira (1999:31) yang dimaksud dengan pigmen adalah pewarna yang bisa larut dalam cairan pelarut.

Untuk meneyederhanakan warna-warna yang ada di alam seorang ahli bernama Brewster dalam mengelompokkan warna berdasarkan temuannya sehingga lahirlah teori yang dinamakan dengan teori ”Brewster”. Teori Brewster (dalam Nugraha, 2008:5.35) mengemukakan bahwa warna-warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna yaitu warna primer, sekunder, tersier dan warna netral. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna ”Brewster”.

Menurut teori Brewster warna primer adalah warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Menurut teori warna pigmen dari

(18)

Brewster (Nugraha, 2008:5.37) menjelaskan bahwa warna primer adalah warna-warna dasar. Warna-warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna-warna-warna primer.

Lebih lanjut Nugraha (2008:5.37) menjelaskan bahwa pada awalnya manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas warna merah, kuning dan biru. Hal ini selaras dengan pendapat Prang (Prawira, 1999:21) bahwa warna primer terdiri atas warna merah, kuning dan biru. Namun dalam penelitian lebih lanjut, Nugraha (2008:5.37) mengatakan tiga warna primer yaitu merah seperti darah, biru seperti langit dan laut, dan kuning seperti kuning telur.

Hal ini kemudian dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam dunia seni rupa. Campuran dua warna primer menghasilkan warna sekunder. Campuran warna sekunder dengan warna primer menghasilkan warna tersier. Akan tetapi secara teknis warna merah, kuning dan biru sebenarnya bukan warna pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning dan cyan. Oleh karena itu apabila menyebut warna merah, kuning dan biru sebagai warna pigmen primer, maka merah adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan magenta sedangkan biru adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan cyan.

Warna sekunder merupakan hasil pencapuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning dan ungu adalah campuran warna merah dan biru. Teori Blon (Prawira, 1999:18) membuktikan bahwa campuran warna-warna utama menghasilkan warna-warna kedua (sekunder). Dengan demikian

(19)

sangat jelas, warna sekunder adalah warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer.

Warna tertier merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencapuran warna kuning dan jingga. Istilah warna tertier pada awalnya dicetuskan merujuk pada warna-warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna. Ini akan menghasilkan warna putih atau kelabu, dalam sistem warna cahayaaditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan coklat, kelabu atau hitam. Pengertian seperti ini masih umum dalam banyak tulisan-tulisan teknis.

Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam. Sejalan dengan teori Brewster, Munsell (Prawira, 1999:70) mengemukakan teorinya bahwa” Tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer yaitu merah (M), kuning (K) dan biru (B). Apabila dua warna primer masing-masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna tertier. Bila antara warna tertier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan dihasilkan warna netral”

Menurut Rantinah (2007:6) bahwa kelompok warna terbagi tiga yakni warna primer, warna sekunder dan warna tertier. Warna primer disebut juga warna pokok yakni merah, kuning dan biru merupakan warna pokok perpaduan warna primer

(20)

menghasilkan warna biru. Warna sekunder merupakan warna turunan kedua, merah bercampur biru menghasilkan warna ungu, kuning bercampur biru menghasilkan warna hijau, merah bercampur kuning menghasilkan warna jingga, ungu hijau dan jingga merupakan warna sekunder. Sedangkan warna tertier yaitu warna turunan ketiga. Tiga warna primer bercampur menghasilkan warna kecokelatan.

2.3.3 Langkah-Langkah Pencampuran Warna Pada Kegiatan Sains Sederhana Sehubungan dengan kegiasan sains sederhana melalui kegiatan pencampuran warna, maka dapat dilakukan tiga cara pencampuran warna sebagai berikut.

a. Pemilihan warna secara random

Pemilihan warna secara random umumnya dilakukan anak-anak yang berada pada tahap goresan dan prabagan. Warna-warna yang digunakan dalam gambar sama sekali tidak ada hubungannya dengan warna obyek yang digambarkan. Anak mengambil warna tertentu karena mudah dijangkau saja dan bukan karena ia tertarik oleh warna itu. Ciri-ciri gambar yang dibuat dengan cara ini baisanya warna gambarnya dikuasai oleh warna tertentu dan warna itu sama sekali tidak mewakili warna benda dan bukan juga mewakili ungkapan perasaan penggambarnya.

b. Penentuan warna secara emosional

Penentuan warna secara emosional artinya pemilihan warna yang berfungsi untuk mewakili cetusan perasaan penggambarnya. Atau dengan kaa lain pemilihan warna ada hubungannya dengan perasaan yang diungkapkan. Dari penelitian Rose dan Hattwich (2001:2) bahwa yang mencoba menghubunngkan

(21)

lukisan-lukisan karya anak-anak dengan cirri-ciri tingkah laku mereka, dari 150 TK, berkesimpulan bahwa umumnya anak-anak yang melukis dengan cara yang konsisten dengan warna hangar, hangat juga sikap emosinya dan bersifat kasih sayang; yang karyanya dikuasai dengan warna biru pembuatnya memiliki tingkah laku yang terkontrol; dan mereka yang banyak menggunakan warna hitam adalah anak yang kurang emosional. Selanjutnya Lawer and Lawer menyatakan bahwa anak-anak yang berusia sekitar empat tahun biasanya memilih warna kuning untuk mewarnai gambar untuk menyatakan suasana yangmenyenangkan, dan warna coklat untuk mewarnai gambar yang menyampaikan cerita yang menyedihkan.

Jadi memang ada kalanya warna-warna dipilih begitu saja oleh anak-anak,tetapi kadang-kadang anak memilih warna yang ternyata berkaitan dengan latar belakangn kejiwaan. Untuk mengetahui gambar yang dibuat dengan pilihan warna yang ada hubungannya dengan latar belakang kejiwaan penggambarnya, kita harus mengamati perbuatan anak ketika atau selama anak-anak melakukan kegaitan menggambarnya. Jika ternyata warna yang tersedia banyak ragamnya dan semuanya mudah dijangkau anak, tetapi kita melihat ada anak tertentu yang hanya menggunakan satu warna saja, maka dapat dipastikan warna itu ada hubungannya dengan latar belakang kejiwaan.

c. Pemilihan warna secara serebral

Pemilihan warna secara serebral ialah cara anak-anak memilih warna dalam mewarnai gambarnya yang lebih banyak ditentukan oleh pertimbangan

(22)

akal. Oleh karena itu warna-warna gambar merupakan atau ada hubungannya dengan warna obyek yang digambarkan. Cara demikian sudah dimulai oleh anak sejak masa bagan (7-9 tahun), hanya saja kemampuannya terbatas hanya sampai memberi warna sebagai ciri saja dan belum sampai kepada pengaturan nada-nadanya. Mereka hanya sampai menentukan langit biru, daun hijau, tanah coklat. Selanjutnya setelah perkembangannya meningkat lagi, pada usia 9-12 tahun yaitu pada masa realisme penggunaan warna secara serebral lebih maju lagi. Mereka mulai lebih peka. Perbedaan-perbedaan kesan warna sudah mulai merndapat perhatian mereka. Nada-nada warna sudah mulai mereka kenal, dan mereka laksanakan dalam mewarnai gambar-gambar berwarna yang mereka buat.

2.4 Karakter Sains Untuk Anak 5-6 Tahun

Sains merupakan disiplin ilmu yang mempelajari obyek alam dengan metode ilmiah (Sund, 1999:1). Untuk anak TK, obyek tersebut meliputi benda-benda di sekitar anak dan benda-benda yang sering menjadi perhatian anak. Air, udara, bunyi, api, tanah, tumbuhan, hewan, dan dirinya sendiri merupakan obyek-obyek sains yang sering menjadi perhatian anak. Berbagai gejala alam seperti hujan, angin, petir, kebakaran, hewan yang beranak, tumbuhan yang berbuah juga menarik bagi anak. Obyek-obyek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah, yang bagi anak TK perlu disederhanakan. Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi sederhana dapat dilakukan anak. Anak dapat pula melakukan proses sains lainnya, seperti melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan melakukan klasifikasi. Produk sains untuk

(23)

anak TK lebih dominan berupa pengetahuan tentang fakta-fakta dan gejala peristiwa tentang benda-benda alam.

2.5 Pentingnya Anak Mengenal Warna Primer, Sekunder dan Tertier

Menurut Prawira (1999:71) bahwa pentingnya anak mengenal warna primer, sekunder dan tertier diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Merah

Menstimulasi dan melancarkan peredaran darah. Ia juga membantu melawan udara dingin. Warna ini tidak disarankan untuk anak yang baru lahir namun baik untuk anak usia dini agar ia lebih aktif dan bersemangat.

b. Kuning

Warna ini dikatakan dapat membantu meningkatkan sistem syaraf dan kecerdasan. Ia membantu mengatasi kecemasan dan depresi pada anak. Pada anak usia dini warna kuning cerah mampu menstimulasinya agar lebih aktif, namun untuk bayi, kuning pastel dapat membuatnya tersenyum.

c. Biru

Efeknya kebalikan dari warna merah. Efek sejuknya dapat membantu tubuh melawan penyakit dan sembuh dari syok. Jika anak-anak terlihat gelisah coba pakaikan selimut warna biru muda, itulah sebabnya ada warna dengan sebutan baby blue.

(24)

d. Oranye

Warna ini dipercaya dapat memperkuat paru-paru, pankreas, dan limpa. Warna hangat ini juga dipercaya mampu meningkatkan vitalitas dan nafsu makan. Untuk anak-anak, ia bisa merangsang semangat bermain dan eksplorasi hal-hal baru. e. Pink

Pada anak-anak, warna ini menstimulasi kreativitas dan kekuatan. Ia juga meredam amarah dan kepanikan. Jika Anda mengalami insomnia, gunakan sprei pink pucat. Walaupun sering digunakan untuk bayi perempuan, sprei pink pucat juga baik untuk anak lelaki.

f. Hijau

Warna ini menyimbolkan keharmonisan hidup, kesegaran dan pencerahan. Ia juga membantu meredakan tekanan darah, gangguan jantung, sakit kepala dan flu pada orang dewasa. Untuk anak-anak warna ini dapat membantunya tenang dan rileks sehingga banyak digunakan sebagai aksesori.

g. Ungu

Efeknya menenangkan dan memberikan kedamaian hati. Dikatakan dapat meningkatkan sisi spiritual dan naluri pada anak-anak. Ia juga dipercaya dapat melawan kegelisahan dan gangguan mental.

h. Putih

Warna netral ini dikatakan tidak memiliki efek apa-apa, namun banyak digunakan oleh budaya manapun. Di budaya timur tengah, warna ini melambangkan kesucian, kedamaian dan keamanan, sedangkan di kultur lainnya, ia mewakili

(25)

ketenangan, kejujuran dan kesederhanaan. Penuh makna namun siapkan budget laundry Anda karena perawatan warna putih sangat merepotkan. (wolipop.com) 2.6 Kajian Penelitan yang Relevan

Salah satu penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah hasil penelitian dari Ahmad Warni (2011) yang berjudul ”Mengembangkan Konsep Sains Sederhana Pada Anak Kelompok B Melalui Teknik Pencampuran Warna di TK Motinelo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus dengan subyek penelitian 20 orang anak kelompok B TK Motinelo Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Teknik pengumpulan data observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian pada observasi awal menunjukan ada 5 orang (25%) yang mampu dalam pencampuran warna. Siklus I terjadi peningkatan yakni menjadi 11 orang (55%) yang sudah mampu dalam pencampuran warna. Pada siklus II kemampuan anak dalam pencampuran warna mengalami peningkatan lagi menjadi 17 orang (85%) yang sudah mampu dalam pencampuran warna. Sedangkan nilai klasifikasi yang tidak mampu ada 3 orang (15%).

Penelitian yang dilaksanakan oleh Ahmad Warni (2011) memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti dari bentuk metode penelitian yakni penelitian tindakan kelas (PTK). Namun perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada obyek penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

(1)Kepala Unit Pelaksana Tehnis Dinas mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di dalam memimpin dan menyelenggarakan kegiatan operasionil khusus sesuai dengan

Hasil observasi siklus ketiga aktivitas guru dalam proses belajar mengajar mendapat rerata nilai perolehan 53 dari skor ideal 60 atau 88%. Hal ini berarti menunjukkan

Teknik ini dinilai lebih efektif dan efisien dalam pembuatan zeolit sintesis karena memerlukan waktu yang relative lebih singkat dan tidak banyak bahan kimia yang terbuang. Dari

Gambar L.2 Biji Nangka Yang Telah Dicacah Dan Dijemur Di Sinar Matahari.. Selama ±

Hermawan, Y., 2006, Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Bentuk Briket, Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Mesin, fakultas Teknik, Universitas Jember.. N.,

usia 4 — 5 tahun telah dapat menggunakan prefiks pada kosakata yang memang. wajib menggunakan prefiks, dan apabila prefiks itu tidak wajib untuk

Mengetahui nilai kekerasan dengan menggunakan variasi komposisi dari serat sabut kelapa, fiber glass, dan serbuk tembaga, matriks polimer jenis phenolic, dibandingkan dengan

1) Memanfaatkan dan mengelola limbah jarak pagar dan pertanian menjadi biobriket. 2) Mengkombinasikan komposisi limbah jarak pagar, limbah sekam padi dan jerami yang