• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN BIBIT MANGGIS ASAL SEEDLING(Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI IBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN BIBIT MANGGIS ASAL SEEDLING(Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI IBA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN BIBIT MANGGIS ASAL SEEDLING(Garcinia mangostana L.)

PADA BERBAGAI KONSENTRASI IBA

[GROWTH OF MANGOSTEEN SEEDLING (Garcinia mangostana L.)

AT SEVERAL IBA CONCENTRATIONS]

Helmi Salim, Nyimas Myrna E.F.dan Yulia Alia

Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi

Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361

Abstract

A field experiment to evaluate effect of IBA concentration on growth of mangosteen seedling was carried out at Experimental Farm, Agricultural Faculty, Jambi University, from Mei through to September 2009. The experiment was arranged in a Randomized Block Design with five replications. The treatmen consisted of five consentration of IBA i.e. : 0 ppm; 50 ppm; 100 ppm; 150 ppm and 200 ppm. The result showed that IBA concentration increasing root growth of mangosteen seedling, and 100 ppm of IBA consentration given the highest root growth of mangosteen seedling.

Key words: mangosteen, IBA.

PENDAHULUAN

Manggis

(Garcinia

mangostana

L.)

merupakan salah satu komoditas buah asli

tropik yang mempunyai nilai ekonomis yang

cukup tinggi. Saat ini, manggis merupakan

komoditas buah ekspor Indonesia. Manggis di

luar negeri dikenal sebagai “Queen of Fruits “

dan “ The Finest Fruit of Tropis “, karena

memiliki keistimewaan warna kulit dan

daging buah serta rasa yang unik yaitu manis,

asam dan menyegarkan, selain itu manggis

juga memiliki nilai gizi yang tinggi.

Buah manggis segar merupakan sumber

vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat

bagi tubuh manusia. Direktorat Gizi (1981,

dalam Rukmana 1998) menyatakan bahwa

dalam 100 g daging buah manggis segar

mengandung 63 kalori, 0,6 g protein, 0,6 g

lemak, 15,6 g karbohidrat, 8 mg kalsium,

12 mg fosfor, 0,8 mg zat besi, 0,03 vitamin

B

1

, 2 mg vitamin C dan 83 g air.

Sebagai gambaran dapat dikemukakan

bahwa volume dan nilai ekspor manggis

Indonesia di pasar dunia terus meningkat dari

tahun ke tahun. Puncaknya dicapai pada

tahun 1995 dimana volume ekspor mencapai

3.283.847 kg dengan nilai ekspor sebesar

2.688.666 dolar US. (Enita, 2001). Namun

demikian ternyata volume dan nilai ekspor

setelah itu menunjukkan penurunan, walaupun

dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

(2000-2004)

nilai

ekspor

manggis

masih

memberikan sumbangan terbesar terhadap

total nilai ekspor buah-buah yang lebih dari

30% (Anwaruddin, 2007). Penyebabnya

dapat dilacak dari produktivitas tanaman dan

mutu buah yang dihasilkan.

Produksi manggis yang ada sekarang ini

umumnya berasal dari tanaman rakyat yang

belum dibudidayakan secara intensif. Dengan

demikian

tidak

mengherankan

jika

produktivitas buah yang dihasilkan masih

rendah.

Menurut

Poerwanto

(2000)

produktivitas manggis di Indonesia berkisar

30-70 kg per pohon, jauh lebih rendah

dibandingkan

dengan

Malaysia

yang

produktivitas manggisnya mencapai 200-300

kg per pohon. Selain produktivitasnya masih

rendah, mutu buah yang dihasilkan juga

rendah. Menurut Anwaruddin (2007) dari

(2)

total produksi yang dihasilkan hanya 5 – 20 %

saja yang dapat diekspor.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan

dalam negeri dan peningkatan ekspor perlu

dilakukan

peningkatan

produksi

dan

produktivitas

tanaman

manggis

melalui

penumbuhan sentra-sentra produksi baru dan

pemantapan sentra produksi yang telah ada.

Untuk itu dibutuhkan bibit manggis asal

seedling dalam jumlah banyak dan dalam

waktu yang singkat.

Permasalahan

dalam

pemenuhan

kebutuhan

bibit

manggis

ini

adalah

memerlukan waktu yang relatif lama untuk

mendapatkan bibit yang siap tanaman . Hal

ini disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan

akar bibit manggis. Bila pertumbuhan akar

bibit ini dapat dipacu menjadi lebih cepat,

maka upaya penumbuhan sentra produksi baru

dengan penggunaan bibit manggis asal

seedling dapat dilaksanakan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan

adalah dengan pemberian zat pengatur

tumbuh tanaman. Menurut Heddy (1989),

senyawa-senyawa indole yaitu IPA

(indole-3-propionic acid) maupun IBA (indole-3-butyric

acid) terbukti aktif dan digunakan sebagai

ZPT perakaran. IBA mempunyai sifat yang

lebih baik dan efektif dari pada IAA dan

NAA. Dengan demikian IBA paling cocok

untuk merangsang aktifitas perakaran, karena

kandungan kimianya lebih stabil dan daya

kerjanya lebih lama. IAA biasanya mudah

menyebar

ke

bagian

lain

sehingga

menghambat

perkembangan

serta

pertumbuhan

tunas

dan

NAA

dalam

mempergunakannya harus benar-benar tahu

konsentrasi yang tepat yang di perlukan oleh

suatu jenis tanaman, bila tidak tepat akan

memperkecil batas konsentrasi optimum

perakaran (Wudianto, 1998).

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat

bahwa

pemberian

IBA

dalam

upaya

mempercepat pertumbuhan akar pada bibit

manggis

sangatlah

diperlukan.

Namun

demikian konsentrasi yang tepat belum

diketahui. Oleh sebab itu perlu dilakukan

penelitian yang bertujuan untuk melihat

pengaruh

konsentrasi

IBA

terhadap

pertumbuhan bibit manggis dan mendapatkan

konsentrasi yang memberikan pertumbuhan

akar yang terbaik.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di kebun

percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Jambi Desa Mendalo Darat, Kabupaten

Muaro Jambi. Penelitian berlangsung selama

lebih kurang 5 bulan, dimulai pada bulan

Mei dan berakhir pada bulan September

2009.

Bahan yang digunakan adalah bibit

manggis varietas lokal yang berumur 2 bulan

12 hari asal seedling, IBA, insektisida

Supracide, fungisida Dithane M-45 serta

Bayfidan 250 EC (Triadimenol), pupuk

kandang, tanah lapisan atas atau top soil,

polybag ukuran 10 x 15 cm dan 20 x 25 cm,

kayu, paku, atap rumbia.

Penelitian ini menggunakan Rancangan

Acak Kelompok (RAK), satu faktor yaitu

konsentrasi IBA yang terdiri dari 5 taraf

perlakuan, yaitu: 0 ppm IBA, 50 ppm IBA,

100 ppm, 150 ppm IBA, 200 ppm IBA.

Masing–masing perlakuan diulang sebanyak 5

kali sehingga diperoleh 25 petak percobaan.

Setiap petak terdiri dari 8 bibit manggis

sehingga jumlah bibit manggis seluruhnya

adalah 200 bibit.

Penyemaian benih manggis dilakukan

dalam media tanam tanah, pupuk kandang dan

pasir dengan perbandingan 1:1:1. Pada areal

tempat persemaian dibuat naungan dari atap

rumbia dengan ketinggian 125 cm di bagian

timur dan 80 cm di bagian barat. Ukuran

polybag yang digunakan berukuran 10 x 15

cm.

Benih tanaman manggis yang digunakan

berasal dari jenis manggis varietas lokal yang

berasal dari satu pohon induk yang telah

berbuah minimal 2 kali. Biji yang baik

diambil dari buah yang mempunyai isi 5 - 6

segmen daging buah. Biji yang digunakan

adalah yang berukuran berat 1 g atau lebih

yang telah dibersihkan dari daging buahnya.

Setelah bersih dari daging buah, biji manggis

direndam fungisida Dithane M-45 sebanyak 3

g L

-1

air selama 2-3 menit, setelah itu

(3)

dikeringanginkan dan kemudian di semai pada

polybag kecil.

ZPT IBA diberikan dengan cara akar bibit

manggis direndam dalam larutan dengan

berbagai konsentrasi sesuai dengan taraf

perlakuan yang diberikan. Perendaman akar

bibit manggis dilakukan selama 1 jam.

Pemberian perlakuan dilakukan pada saat

transplantasi atau bibit akan dipindahkan ke

polybag yang lebih besar.

Pemindahan bibit manggis dilakukan pada

saat berumur 2 bulan 12 hari dengan 4 helai

daun normal setelah diberi perlakuan. Bibit

manggis dipindahkan ke polybag lebih besar

yang diisi media campuran tanah, pupuk

kandang dan pasir dengan perbandingan

1:1:1.

Pemeliharaan bibit tanaman manggis

meliputi

penyiraman,

penyiangan

serta

pengendalian hama penyakit tanaman serta

pemupukan. Penyiraman dilakukan pada pagi

atau sore hari, untuk penyiangan dilakukan

secara manual menggunakan tangan atau

pisau kecil. Untuk mengendalian hama dan

penyakit

tanaman

dilakukan

dengan

menyemprotkan

insektisida

Supracide

(Metidation 0,2%) dan fungisida Bayfidan

250 EC (Triadimenol) kosentrasi 0,1% -

0,2%. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau

sore hari setiap 3 minggu sekali selama 3

bulan setelah tanam. Untuk pemberian pupuk

anorganik Urea, dan KCl (2:1:1) sebanyak 2

gram per pohon yang diberikan setiap 1 bulan

sekali. Pemberian awal pupuk dilakukan

seminggu setelah tanam.

Variabel

yang

diamati

meliputi

pertambahan

jumlah

akar

sekunder,

pertambahan panjang akar, bobot kering akar

dan bobot kering pupus . Hasil pengamatan

dianalisis

secara

statistik

dengan

menggunakan sidik ragam, sedangkan untuk

mengamati perbedaan pengaruh antar taraf

perlakuan dilanjutkan dengan uji BNT pada

taraf

α

= 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IBA memiliki sifat penyebaran yang kecil,

artinya IBA hanya akan memberikan respon

fisiologi pada tempat dimana IBA diberikan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Irwanto

(2001) yang menyatakan bahwa IBA memiliki

sifat penyebaran yang sangat kecil. Sehingga

apabila IBA diberikan pada akar, ia hanya

akan menstimulasi pada bagian akar saja, dan

kemungkinan

kecil

untuk

mampu

menstimulasi pertumbuhan pada bagian atas

tanaman. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian

yang

menunjukkan

bahwa

pemberian IBA memberikan pengaruh yang

nyata pada semua variabel akar yang diamati.

Pemberian

IBA

dapat

meningkatkan

jumlah akar sekunder, panjang akar dan berat

kering akar bibit manggis dibandingkan tanpa

pemberian IBA (Tabel 1). Hal ini disebabkan

karena pemberian IBA pada tanaman manggis

di

pembibitan

sangat

berperan

dalam

merangsang pembentukan dan pembesaran

akar. Menurut Salisbury & Ross (1995), IBA

memegang peranan penting pada proses

pembelahan dan pembesaran sel, terutama

diawal pembentukan akar.

Dijelaskan pula oleh Rochiman dan

Harjadi (1973) diacu oleh Lukitariati , dkk.,.

(1996) bahwa jenis auksin IBA bersifat

unggul dan efektif dalam merangsang

aktivitas

perakaran,

dikarenakan

sifat

kimianya yang stabil dan kemampuan

kerjanya lebih lama.

Tabel 1. Pertambahan jumlah akar sekunder, panjang akar dan berat kering akar bibit manggis pada umur 3 bulan setelah transplantasi pada berbagai konsentrasi IBA

Konsentrasi IBA (ppm)

Pertambahan Jumlah Akar Sekunder (helai)

Pertambahan Panjang

Akar (mm) Berat Kering Akar (g)

200 11,1a 1,72 a 2,64 a

150 9,7 ab 1,24 ab 2,55 a

100 6,0 bc 0,85 bc 1,99 ab

50 5,0 c 0,70 bc 1,55 bc

0 4,2 c 0,61 c 1,01 c

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α = 5%

(4)

Menurut Wiesman, dkk.,. (1989) diacu

oleh Salisbury & Ross (1995), IBA sangat

aktif pada tempat yang diberikan, sekalipun

cepat dimetabolismekan menjadi IBA-aspartat

dan sekurangnya menjadi suatu konjugat

dengan peptida lainnya. Salisbury & Ross

(1995) menjelaskan akibat terbentuknya

konjugat tersebut diduga dapat menyimpan

IBA,

yang

kemudian

secara

bertahap

dilepaskan. Akibatnya konsentrasi IBA yang

terikat

akan

digunakan

pada

tahap

pembentukan akar selanjutnya.

Pertumbuhan akar disebabkan oleh IBA

yang menginisiasi pemanjangan sel dengan

cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan

dinding sel. Dijelaskan oleh Salisbury & Ross

(1995), bahwa IBA mengakibatkan sel

penerima mengeluarkan H

+

ke dinding sel

primer yang mengelilinginya dan kemudian

menurunkan pH sehingga terjadi pengenduran

dinding dan pertumbuhan yang cepat. pH

rendah ini diduga mengaktifkan enzim yang

dapat memutuskan ikatan pada polisakarida

dinding sel, sehingga memungkinkan dinding

lebih mudah meregang.

Selain memacu pemanjangan sel yang

menyebabkan

pertumbuhan

akar

pada

dasarnya pemberian ZPT dimaksudkan untuk

mempercepat proses fisiologi pada akar yang

memungkinkan tersedianya bahan pembentuk

akar

dengan

segera

sehingga

dapat

meningkatkan

pemanfaatan

zat

hara

(Wareing, 1976) diacu oleh Lukitariati , dkk.,.

(1996). Dengan pertumbuhan akar dan rambut

akar yang baik maka jumlah akar, panjang

akar dan bobot kering akar akan semakin

meningkat pada bibit manggis.

Dari hasil uji lanjut dapat dilihat bahwa

IBA dengan konsentrasi 200 ppm dapat

memberikan pertumbuhan dan perkembangan

akar yang paling baik dibandingkan dengan

konsentrasi IBA lainnya. Demikian juga

dengan bobot kering pupus dapat dilihat

bahwa pemberian konsentrasi IBA 200 ppm

memberikan bobot kering pupus tertinggi

(Tabel 2). Hal ini disebabkan IBA yang

diberikan pada akar mampu memperbaiki

pertumbuhan akar yang mengakibatkan proses

penyerapan air dan hara mineral menjadi lebih

baik

sehingga

dapat

meningkatkan

pertumbuhan

bagian

atas

tanaman.

Marschner (1986) diacu dalam Hidayat,

(1993) menyatakan bahwa IBA meningkatkan

laju akumulasi bahan kering tanaman.

Walaupun hasil tertinggi pada semua

variabel

yang

diamati

terdapat

pada

konsentrasi IBA 200 ppm, namun secara

statistik didapat bahwa antara konsentrasi IBA

100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata pada

berat kering akar, dan berat kering pupus. Hal

ini berarti bahwa konsentrasi IBA yang

optimum untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan akar pada bibit manggis hanya

sampai 100 ppm.

KESIMPULAN

1. Pemberian IBA berpengaruh terhadap

variabel

pertambahan

jumlah

akar

sekunder, pertambahan panjang akar,

bobot kering total akar dan bobot kering

pupus.

2. Pemberian konsentrasi IBA 100 ppm

memberikan hasil yang terbaik untuk

pertumbuhan akar bibit manggis asal

seedling di polybag.

Tabel 2. Pengaruh konsentrasi IBA terhadap bobot kering pupus bibit manggis pada umur 3 bulan setelah transplantasi

Konsentrasi IBA (ppm) Bobot Kering Pupus (g)

200 1,96 a

150 1,73 ab

100 1,53 ab

50 1,47 bc

0 1,21 cd

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α = 5%

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anwaruddin, S.M.J. 2007. Teknologi

pengendalian getah kuning pada buah

manggis. Balai Penelitian Tanaman

Buah Solok. Sumbar.

Enita, E. 2001. Pewilayahan tanaman

manggis (Garcinia mangostana L.) di

Jawa Barat dengan sistem informasi

geografis (SIG). Jurusan Geofisika

dan Meteorologi FMIPA IPB. Skripsi

(tidak dipublikasikan).

Heddy, S. 1989. Hormon tumbuhan.

Fakultas

Pertanian,

Universitas

Brawijaya, Malang. Rajawali Jakarta.

Hidayat, R. 1993. Pengaruh IBA dan

Triakontanol terhadap Pertumbuhan

dan Penyerapan Hara pada Bibit

Manggis (Garcinia mangostana L.)

dan Fukugi (Garcinia subelliptica

Merr). Institute Pertanian Bogor

Irwanto. 2001. Pengaruh hormon IBA (Indole

Butyric Acid) terhadap persen jadi

stek pucuk Meranti Putih (Shorea

montigena). Universitas Pattimura

Ambon.

http://www.freewebs.com/irwantoshu

t/shorea_montigena.pdf.

(Diakses

Februari 2007)

Lukitariati S., N.L.P. Indriyani, A. Susiloadi,

dan M.J. Anwarudin, 1996. Pengaruh

naungan dan konsentrasi Asam Indol

Butirat terhadap pertumbuhan bibit

batang

bawah

manggis.

Jurnal

Hortikultura 6 (3): 220-226.

Poerwanto, R. 2000. Teknologi budidaya

manggis. Makalah diskusi nasional

bisnis dan teknologi manggis, tanggal

15-16 Nopember 2000 di Bogor.

Kerjasama

Pusat

Kajian

Buah

Tropika

IPB

dengan

Dirjen

Hortikultura dan Aneka Tanaman.

Jakarta.

Rukmana, R. 1998 . Budidaya Manggis. PT.

Kanisius, Yogyakarta.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995.

Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Wudianto, R. 1998. Membuat Setek,

Cangkok

dan

Okulasi.

Penebar

Swadaya, Jakarta.

(6)

Gambar

Tabel  1.  Pertambahan    jumlah  akar  sekunder,  panjang  akar  dan  berat  kering  akar    bibit  manggis  pada  umur 3 bulan setelah transplantasi pada berbagai konsentrasi IBA
Tabel 2. Pengaruh konsentrasi IBA terhadap bobot kering pupus bibit manggis pada umur 3 bulan setelah  transplantasi

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi dan ceramah yang dilaksanakan pada siklus I lebih baik dari pada hasil pembelajaran sebelumnya

(4) Desain alternatif untuk kasus pencabutan adalah dengan mengikat busur labial ke seluruh lengkung, menggunakan cengkram sirkumferensial pada molar kedua untuk retensi

Berdasarkan latar belakang maka penelitian perkembangan syarat menggadai tanah harta pusaka tinggi dalam masyarakat adat Minangkabau di Kabupaten Agam nagari Kamang Mudiak penting

Hal ini dimaksudkan agar dalam proses kerja sama yang dilakukan oleh pihak pemberi pekerjaan dengan penerima pekerjaan dilakukan seadil-adilnya, terutama dalam

Jadual 4.6 Keputusan Ujian Multivariat terhadap Ujian Pra dan Pos Penaakulan Matematik (Analogi dan Generalisasi) dan Komunikasi Matematik (Aspek Drawing,

microphylla tidak mempengaruhi konsumsi ransum, kecernaan protein kasar, kecernaan serat kasar, laju digesta dan bobot badan pada ayam Arab.. microphylla dapat

Berdasarkan hasil penelitian korelasi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara empati denga kecenderungan perilaku prososial perawat di Rumah Sakit

Bapak Dr.Ir.Haryono Soeparno, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, memberikan sumbangan pikiran, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan masalah-masalah