• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

23

5

KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA

Abstract

The aim of this study were to determine the composition of sumba mare’s milk. Determination of the chemical compositions of sumba mare's milk have done through analyzing protein content using Kjeldahl method, fat content using Gerber method, lactose content and the total solids content. The results showed the average of sumba mare’s milk composition are protein, fat, lactose and total solids in respectively 1.82%, 1.67%, 6.48% and 11.37%. The average value of protein and fat in sumba mare’s milk decreased significantly at the fifth month of lactation period.

Keyword: sumba, mare’s milk, composition. Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi susu kuda sumba. Penentuan komposisi kimiawi susu kuda sumba dilakukan melalui pengujian kadar protein susu menggunakan metode Kjeldahl, kadar lemak susu menggunakan metode Gerber, kadar laktosa dan kadar total padatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu kuda sumba memiliki nilai rataan komposisi protein sebesar 1.82%, kadar lemak 1.67%, kadar laktosa 6.48% dan kadar total padatan 11.37%. Nilai rata-rata protein dan lemak susu kuda mengalami penurunan secara signifikan pada bulan ke-5 dari masa laktasi.

Kata kunci: sumba, susu kuda, komposisi

Pendahuluan

Susu kuda merupakan sumber nutrisi penting untuk anak kuda selama bulan pertama dan juga sebagai minuman kesehatan bagi manusia terutama di wilayah Mongolia dan Eropa timur bahkan susu kuda telah diproduksi dalam skala industri (Tamime et al. 1999). Saat ini susu kuda telah diteliti sebagai makanan pengganti susu sapi bagi bayi yang mengalami alergi terhadap susu sapi (Businco et al. 2000).

Susu kuda memiliki komposisi yang jauh berbeda dari susu beberapa ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Bila dibandingkan dengan susu sapi, susu kuda mengandung sedikit lemak, protein, garam-garam anorganik tetapi laktosa lebih tinggi dengan konsentrasi yang mendekati kandungan laktosa pada manusia. Susu kuda juga memiliki konsentrasi kasein yang lebih rendah dibanding susu sapi (Bornaz et al. 2010). Sejak susu kuda diketahui sebagai minuman yang memiliki efek terapi pada berbagai penyakit, maka banyak dilakukan kajian tentang susu kuda terhadap jenis kuda lokal (Bornaz et al. 2010; Malacarne et al. 2002; Minjigdorj et al. 2012).

(2)

24

Kolostrum susu kuda dilaporkan mengandung lebih dari 10% protein dan hampir 80% protein mengandung imunoglobulin. Di antara faktor yang memengaruhi komposisi susu terutama protein susu, masa laktasi adalah hal yang paling penting. Protein susu kuda mengalami penurunan secara cepat pada minggu kedua laktasi dan terus menurun perlahan pada akhir bulan kedua. Menurut beberapa penelitian faktor keturunan kuda memengaruhi secara signifikan terhadap komposisi susu kuda khususnya komponen protein (Csapó-Kiss et al. 1995).

Kuda sumba merupakan kuda asli Indonesia. Kuda sumba merupakan campuran dari keturunan kuda cina dan kuda mongolia dan memiliki beberapa persamaan dengan kuda sumbawa (Soehardjono 1990; Edward 1994, Pickeral 2004). Data pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur yang menyebutkan bahwa seperempat populasi kuda nasional berada di Provinsi NTT.

Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi pengembangan susu kuda sumba melalui kajian komposisi susu yaitu kadar protein, lemak, laktosa dan total padatan dan komposisi protein dan lemak pada beberapa periode laktasi. Kajian tentang susu kuda sumba diharapkan dapat menjadi sumber acuan dasar tentang komposisi susu kuda sumba dalam rangka pemanfaatan dan pengembangan susu kuda sumba sebagai pangan asal hewani yang bergizi.

Bahan dan Metode Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan untuk menghitung komposisi lemak yaitu sampel susu, H2SO4 p.a, amil alkohol dan alat yang digunakan yaitu tabung butirometer Gerber, penyumbat karet, sentrifus, penangas air, pipet. Bahan dan alat yang digunakan untuk mengetahui komposisi protein yaitu, sampel susu, K2SO4, CuSO4, 5H2O, H2SO4, H2O, NaOH, HCl dan alat yang digunakan yaitu tabung digesti, vorteks, lemari asam, Kjeldahl digestor, Kjeldahl destilator, rak labu Kjeldahl. Bahan dan alat yang digunakan untuk menghitung kadar laktosa air suling, batu didih, ragi, Erlenmeyer, labu ukur, larutan Fehling, larutan kalium iodide, asam sulfat, natrium tio sulfat, dan larutan kanji. Bahan yang digunakan untuk menghitung jumlah bahan kering dan pH yaitu susu kuda dan alat yang digunakan adalah beaker glass, cawan, oven, eksikator, pipet volumetrik, timbangan analitik dan pH meter. Sampel susu yang digunakan dalam pengujian ini adalah susu kuda yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya.

Pengujian Kadar Protein

Pengujian kadar protein susu dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl (Sudarwanto 2012; Wehr dan Frank 2004). Prinsip metode Kjeldahl yaitu pemanasan susu dalam keadaan pekat mengakibatkan terjadinya destruksi protein menjadi unsur-unsurnya. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan kalium sulfat bersamaan dengan kupri sulfat (sebagai indikator) sehingga gugusan N (organik) akan berubah menjadi gugusan ammonium sulfat. Melalui penambahan natrium hidroksida dan pemanasan terjadilah proses destilasi dimana ammonium sulfat akan dipecah menjadi ammonia. Selanjutnya ammonium yang dibebaskan akan ditangkap oleh asam borat, sedangkan sisa

(3)

25 asam borat yang tidak bereaksi dengan ammonia akan dititrasi dengan asam klorida 0.1 N. Selisih jumlah titrasi sampel dengan blanko merupakan jumlah ekuivalen nitrogen.

Sampel susu dihangatkan dan dihomogenkan dan diambil sebanyak 5 ml, 10.5 gram K2SO4 dan 1,2 gram CuSO4 dimasukkan ke dalam tabung digesti, kemudian ditambahkan 20 ml H2SO4 dan dihomogenkan dengan baik. Tabung diposisikan pada rak tempat penguapan dan aspirator diaktifkan, dilanjutkan proses digesti pada Kjeldahl digestor yang telah diatur temperaturnya pada 180-230 oC selama 30 menit dan temperatur ditingkatkan menjadi 420 oC dan proses digesti dilanjutkan selama 75 menit. Labu didinginkan sampai suhu kamar selama 15 menit untuk dilanjutkan pada proses destilasi. Tabung digesti dipasang pada alat Kjeldahl destilator dan proses destilasi dilakukan secara otomatis. Bahan hasil digesti dicairkan dengan menambahkan 75 ml akuades. Sebanyak 25 ml larutan penerima dan 75 ml larutan NaOH 40% ditambahkan ke dalam tabung. Pada akhir proses destilasi akan muncul kadar protein tiap sampel melalui monitor yang ada pada Kjeldahl destilator. Hasil uji dinyatakan dalam persen.

Pengujian Kadar Lemak

Pengujian kadar lemak susu dilakukan dengan metode Gerber (Sudarwanto 2012; Wehr dan Frank 2004). Prinsip dalam perhitungan kadar lemak yaitu penambahan asam sulfat pekat merombak dan melarutkan kasein dan protein lainnya (protein susu pada selubung butir lemak akan larut). Penambahan amil alkohol akan mencairkan lemak melalui panas yang ditimbulkan sehingga mempercepat terjadinya proses pemisahan. Adanya proses sentrifugasi akan menyebabkan lemak terkumpul di bagian skala dari butirometer.

Pada tabung butirometer Gerber dimasukkan berturut-turut 10 ml H2SO4 91%-92% dan 10.75 ml susu kuda (homogen), kemudian ditambahkan 1 ml amil alkohol. Butirometer ditutup dengan sumbat karet, dan dikocok dengan memutarnya seperti angka delapan. Butirometer dipegang dengan kain, karena di dalam butirometer terjadi reaksi yang menimbulkan panas. Proses dilanjutkan dengan sentrifus butirometer selama 3 menit dengan kecepatan 1 200 rpm. Butirometer dimasukkan ke dalam penangas air (suhu 65 oC) selama 5 menit dengan posisi bagian yang disumbat ada di bawah. Pembacaan hasil dilakukan dengan melihat jumlah larutan berwarna jernih (kekuningan) yang ada pada skala tabung butirometer. Hasil uji dinyatakan dalam persen.

Pengujian Kadar Laktosa

Pengujian laktosa dilakukan dengan menimbang 2-5 gram susu, dimasukan ke dalam Erlenmeyer 100 ml, ditambah 30 ml air suling dan batu didih, dididihkan selama 10 menit kemudian dibiarkan suhu menurun. Sebanyak 1 gram ragi ditambahkan pada susu lalu disumbat dengan kapas dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Erlenmeyer dipanaskan dan dididihkan selama 10 menit, sumbat kapas dibuka. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan dihimpit sampai tanda garis, dikocok dan disaring. Pada Erlenmeyer 300 ml, diambil sebanyak 10 ml susu yang telah disaring, ditambah 15 ml air suling dan 25 ml larutan Fehling serta beberapa butir batu didih. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak dan dipanaskan di atas penangas listrik hingga mendidih selama 10 menit. Erlenmeyer dimasukkan ke dalam bak es hingga dingin lalu

(4)

26

Perhitungan kadar bahan kering (BK): (c-a) gram

BK (%) = --- x 100% (b-a) gram

ditambahkan sebanyak 10 ml kalium iodide 20% dan 25 ml asam sulfat 25%. Sampel dititrasi dengan larutan natrium tio sulfat 0.1 N dan larutan kanji 0.5%. Penetapan blanko dilakukan dengan 25 ml air suling dan 25 ml larutan Fehling. Kadar laktosa diperoleh dengan menghitung selisih V1 dan V (dalam ml) larutan natrium tio sulfat yang dibutuhkan dijadikan 0.1 N, kemudian dalam daftar dicari jumlah laktosa (dalam mg) yang tertera untuk jumlah natrium tio sulfat yang digunakan, hasil dinyatakan dalam persen (Sudarwanto 2012).

Pengujian Kadar Bahan Kering

Pengujian kadar total padatan dilakukan dengan metode analitik yakni menghilangkan kadar air susu melalui pemanasan. Cawan dikeringkan di oven pada suhu 100 oC selama 10 menit, kemudian cawan diletakkan pada eksikator dan didinginkan sampai mencapai suhu kamar, cawan dan penutupnya selanjutnya ditimbang, dicatat (a gram). Sebanyak 3-5 ml susu kuda dimasukkan ke dalam cawan kemudian ditimbang bersama penutup, dicatat (b gram). Tahap berikut dilakukan pemanasan cawan di oven dengan suhu 100 oC selama 1 jam, lalu didinginkan di eksikator, ditimbang dan dicatat bobot cawan tersebut (c gram). Pemanasan kedua dilakukan lagi selama 1 jam dengan suhu yang sama, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang seperti pemanasan pertama. Prosedur diulang sampai mencapai berat yang stabil dan dihitung selisih antara berat awal dan setelah proses pemanasan stabil (Sudarwanto 2012).

Hasil dan Pembahasan Komposisi Kimiawi Susu Kuda Sumba

Hasil pengujian kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldahl, diperoleh nilai rataan sebesar 1.82% dengan rentangan kadar minimun sebesar 1.40 dan maksimun sebesar 2.14%. Menurut Uniacke-Lowe et al. (2010), kadar protein susu kuda sebesar 2.14% sedangkan Minjigdorj et al. (2012) melaporkan kadar protein susu kuda mongolia sebesar 2.2%. Kadar protein susu kuda lebih rendah dibandingkan susu sapi namun lebih tinggi dari susu manusia. Kandungan whey pada susu kuda sekitar 38% dari total protein, berbeda dengan susu sapi yang memiliki kandungan whey sekitar 20% dari total protein susu (Uniacke-Lowe et al. 2010). Keseimbangan antara kasein dan whey protein dapat menjadi faktor penting dalam menentukan alerginisitas susu sapi pada manusia. Rasio whey dan kasein pada susu kuda, mendekati nilai rasio whey dan kasein pada susu manusia sehingga susu kuda potensial untuk digunakan sebagai makanan pengganti yang baik (Lara-Villoslada et al. 2005).

Hasil pengujian kadar lemak susu menggunakan metode Gerber diperoleh nilai rataan sebesar 1.67% dengan kadar minimum dan maksimun sebesar 0.5% dan 2.6%. Susu kuda mengandung sedikit lemak dibanding susu sapi atau susu manusia. Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan oleh Uniacke-Lowe et al. (2010), disebutkan kadar lemak susu kuda dan keledai paling rendah dibanding

(5)

27 sebagian besar jenis ternak yang didomestikasi. Jumlah kadar lemak yang sedikit pada susu kuda dapat menguntungkan terutama bagi konsumen yang lebih memilih minuman dengan kadar lemak rendah. Beberapa karakteristik tambahan dari susu kuda antara lain memiliki kadar asam lemak tidak jenuh dan kandungan rendah kolesterol (Kücükcetin et al. 2003), menjadi hal yang menarik untuk mengembangkan pemanfaatan susu kuda.

Hasil pengujian laktosa susu diperoleh nilai rataan kadar laktosa sebesar 6.48% dengan kadar minimun dan maksimum masing-masing sebesar 5.29% dan 7.88%. Jumlah kadar laktosa susu kuda sumba tidak berbeda dengan kadar laktosa pada susu kuda yang dilaporkan Uniacke-Lowe et al. (2010) yaitu sebesar 6.37%, sedangkan penelitian tentang susu kuda mongolia, diperoleh nilai laktosa sebesar 6.6% (Minjigdorj et al. 2013). Kadar laktosa susu kuda lebih tinggi dari susu sapi, kambing, domba, kerbau dan unta namun mendekati kadar laktosa susu manusia sebesar 7.0% (Uniacke-Lowe et al. 2010).

Hasil pengujian total padatan susu kuda sumba diperoleh nilai rataan total padatan sebesar 11.37% dengan kadar minimun dan maksimum masing-masing sebesar 6% dan 16%. Bahan kering susu mengandung lemak, protein, laktosa, vitamin dan bahan organik lainnya. Berdasarkan komposisinya, susu kuda mengandung total padatan yang lebih sedikit dibanding susu sapi atau susu manusia. Kadar total padatan susu kuda mendekati kadar total padatan susu unta dan lebih sedikit dari susu sapi dan susu manusia. Komposisi susu kuda sumba secara lengkap disajikan pada Tabel 6.

Komposisi susu yang dihasilkan kelenjar susu, secara fisiologis dihubungkan dengan faktor genetik dan lingkungan (Uniacke-Lowe et al. 2011). Faktor lain yang memengaruhi komposisi susu adalah masa laktasi (Pikul dan Wójtowski 2008), frekuensi menyusui (Akers 2002), nutrisi yang diperoleh induk kuda (Potočnik et al. 2011), faktor keturunan, individu hewan, umur induk, kondisi kesehatan ternak (Uniacke-Lowe et al. (2010) dan perbedaan wilayah tempat pemeliharaan (Minjigdorj et al. 2013).

Komposisi Protein dan Lemak Berdasarkan Periode Laktasi

Sampel susu diambil dari kuda dalam masa laktasi berkisar antara 2 hingga 5 bulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa komposisi lemak dan protein susu kuda sumba mengalami penurunan seiring bertambah lama masa laktasi. Perubahan komposisi lemak dari masa laktasi bulan ke 2, 3, 4 dan 5

Tabel 6 Komposisi protein, lemak, laktosa dan total padatan susu kuda sumba

Komponen Persentase Simpangan baku

Rataan Minimal Maksimal

Protein 1.82 1.40 2.14 0.26

Lemak 1.67 0.50 2.60 0.79

Laktosa 6.48 5.29 7.88 1.31

(6)

28

berturut-turut 2.6%, 1.9%, 1.5% dan 0.8%. Penurunan drastis terjadi pada bulan ke 5. Perubahan persentase protein juga mengalami penurunan secara signifikan pada bulan ke 5. Komposisi protein pada masa laktasi bulan ke 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut 2.14, 1.97, 1.88, dan 1.55% (Gambar 6).

Komposisi dan produksi susu, termasuk asam lemak, asam amino dan vitamin dapat mengalami perubahan tergantung pada masa laktasi, umur dan keseimbangan nutrisi (Akers 2002; Malacarne et al. 2002). Menurut Csapó et al. (2009), diantara berbagai faktor yang memengaruhi komposisi protein susu kuda, masa laktasi paling berperan. Senada dengan itu Salimei dan Fantuz (2012), menyebutkan faktor utama yang memengaruhi komposisi susu kuda adalah masa laktasi. Periode kolostrum pada kuda lebih pendek dibandingkan periode kolostrum pada sapi (Pikul dan Wójtowski 2008). Kandungan total padatan pada susu kuda mengalami penurunan secara drastis dari kolostrum hingga laktasi normal. Hal yang sama juga pada kandungan protein mengalami penurunan mulai minggu kedua seiring berjalannya masa laktasi (Markiewicz-Ke’szycka et al. 2013).

Simpulan

Berdasarkan fakta dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan susu kuda memiliki komposisi kimia yang terdiri dari kandungan protein, lemak, laktosa dan bahan kering berturut-turut 1.81%, 1.67%, 6.48%, 11.37%. Kandungan protein dan lemak susu kuda sumba mengalami penurunan dengan bertambahnya lama masa laktasi.

Masa laktasi (bulan)

Gambar 6 Perbandingan komposisi kadar lemak dan protein susu kuda sumba dari induk kuda dengan masa laktasi pada bulan ke 2, 3, 4, dan 5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 2 3 4 5 K ada r pr o tei n da n l em ak Kadar lemak Kadar protein

Gambar

Tabel 6  Komposisi protein, lemak, laktosa dan total padatan susu kuda sumba
Gambar  6  Perbandingan komposisi kadar lemak dan protein susu kuda  sumba dari induk kuda dengan masa laktasi pada bulan ke 2,  3, 4, dan 5 00.511.522.532 3 4 5Kadar protein dan lemak Kadar lemak Kadar protein

Referensi

Dokumen terkait

Istilah magang diberikan kepada tim PPL UNY di ADiTV karena pihak ADiTV sendiri menginstruksikan kepada seluruh tim yang melaksanakan PKL (Praktik Kerja Lapangan)

Persepsi konsumen terhadap brand association Sour Sally dapat dikatakan baik sehingga dapat diartikan bahwa konsumen menyetujui bahwa Sour Sally merupakan pelopor frozen

Mahasiswa jurusan arsitektur merupakan cikal bakal pendorong perkembangan industri kreatif pada bidang arsitektur. Dalam pengerjaan tugas akhir, mahasiswa arsitektur

Oleh karena itu, isolasi fungi endofit dari Daun murbei (Morus alba L.) perlu dilakukan untuk menghasilkan senyawa metabolit yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan

Tiga ibu - matan, yaitu Kutowinangun dan Prembun, Kabupaten Kebumen dan A.li~'ZTJ-O, Kabupaten Purworejo yang terletak saling berdekatan diteliti untuk me- zr:.~ ;;.c:.d

Pada uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa nilai dari F hitung lebih besar dari pada 2 yaitu sebesar 40,600 dengan signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ho

Mengenai pengaruh kebudayaan terhadap budaya politik masyarakat Samin (Sedulur Sikep) dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan asli yang dipegang warga masyarakat Samin

Varians dari proses produksi kertas di proses Hidro Pulper sudah terkendali statistik, sehingga selanjutnya dapat melihat apakah suatu proses Hidro Pulper sudah