• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pelayanan publik merupakan hal yang utama dalam menyelenggarakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pelayanan publik merupakan hal yang utama dalam menyelenggarakan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan hal yang utama dalam menyelenggarakan pemerintahan. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik. Penyelenggara Pelayanan Publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik baik Pemerintah Daerah maupun Badan Usaha Milik Daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. Dengan Penerima Layanan Publik adalah perseorangan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.

Dalam penyelenggaran pelayanan publik diperlukan tata kelola atau pemerintahan yang bersih atau sering disebut dengan good governance. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami secara berbeda tergantung pada konteksnya. Sebagian kalangan ada yang mengartikan good governance sebagai penerjemahan kongkrit dari demokrasi dengan meniscayakan adanya civic culture sebagai penopang kelangsungan demokrasi itu sendiri. Penerapan prinsip-prinsip good governance sangat penting dalam pelaksanaan pelayanan publik untuk meningkatkan kinerja aparatur negara. Hal ini disebabkan karena pemerintah merancang konsep prinsip-prinsip good governance untuk meningkatkan potensi perubahan dalam birokrasi agar mewujudkan pelayanan

(2)

publik yang lebih baik, disamping itu juga Masyarakat masih menganggap pelayanan publik yang dilaksanakan oleh birokrasi pasti cenderung lamban, tidak profesional, dan biayanya mahal. Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik yang berkesinambungan demi mewujudkan pelayanan publik yang prima sebab pelayanan publik merupakan fungsi utama pemerintah yang wajib diberikan sebaik-baiknya oleh pejabat publik. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan melakukan penerapan prinsip-prinsip Good Governance, yang diharapkan dapat memenuhi pelayanan yang prima terhadap masyarakat. Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas, transparan dan memiliki akuntabilitas yang baik merupakan salah ciri Good Governance. Untuk itu, aparatur Negara diharapkan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efesien. Diharapkan dengan penerapan Good Governance dapat mengembalikan dan membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip good governance akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Prinsip good governance yang ingin di dibahas adalah prinsip transparansi dan akuntabilitas, transparan sangat dibutuhkan untuk memicu adanya partisipasi masyarakat dan bisa pertanggungjawaban juga dapat dinilai secara objektif. Dalam menjalankan kepemerintahan yang baik (good governance) terdapat berbagai kendala atau kesulitan seperti adanya pertama, praktik governance memiliki dimensi yang cukup luas sehingga terdapat banyak aspek yang harus diintervensi apabila kita ingin memperbaiki praktik governance. Kedua, informasi mengenai aspek

(3)

strategis yang perlu memperoleh prioritas untuk dijadikan sebagai entry point dalam memperbaiki kinerja governance belum banyak tersedia. Ketiga, kondisi antar daerah di Indonesia yang sangat beragam membuat setiap daerah memiliki kompleksitas masalah governance yang berbeda. Keempat, komitmen dan kepedulian dari berbagai stakeholders mengenai reformasi Governance berbeda-beda dan pada umumnya masih rendah, Dwiyanto (2005).

Peran pemerintah Daerah dalam pelayanan publik mungkin yang terbesar dalam pengertian interaksinya secara langsung dengan masyarakat sebagai penyedia pelayanan. Kepentingan pemerintah Daerah terhadap pelayanan perizinan mempengaruhi pendapatan dan iklim investasi Daerah. Kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi serta penerbitan izin menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku. Dalam memberikan pelayanan dari segi perizinan perlu adanya transparansi, baik dari segi peraturan maupun dari segi biaya. Salah satu pelayanan perizinan yang ada di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu yaitu pelayanan izin usaha. Penerapan nilai-nilai good governace terutama pada prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan perizinan izin usaha dapat menciptakan iklim yang mendorong kearah terciptanya keseragaman pola dan langkah penyelenggaraan dan pelayanan oleh aparatur pemerintah pada masyarakat serta adanya keterpaduan koordinasi dalam proses pemberian dokumen perizinan. Harapannya penyelenggaraan perizinan terpadu dapat memberikan pelayanan dengan prosedur yang sederhana sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengurus perizinan.

Dalam mewujudkan pelayanan prima di Kota Gunungsitoli yang masih dihadapkan dengan berbagai realita dimana potret penyelenggara pelayanan masih

(4)

dirasakan belum optimal dan belum memperlihatkan pelayanan prima yang diharapkan, maka Pemerintahan Kota Gunungsitoli mengimplementasikannya dengan membentuk Badan Perizinan Terpadu. Melalui Badan ini diharapkan pelayanan perizinan dilaksanakan sesuai dengan prinsip- prinsip good governance terutama pada prinsip transparan dan akuntabilitas yang baik. Badan Perizinan Terpadu dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Gunungsitoli No. 5 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli.

Walaupun telah terjadi banyak peningkatan dalam kualitas pelayanan izin usaha, namun selama ini Pemda atau BPPT masih menempatkan diri sebagai aktor tunggal yang berkuasa menetapkan berbagai ketentuan dan menempatkan masyarakat sebagai objek yang harus mengikuti saja ( government paradigma). Hal ini menyebabkan adanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pelanggan, prosedur pelayana yang panjang, tidak transparan serta ketidakjelasan waktu pelayanan yang diperlukan untuk mengurus pelayanan publik. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengurus izin usahanya.

Untuk itu, maka harus terjadi perubahan paradigma kearah good governance, yang menempatkan masyakat dan pengusaha dalam posisi yang setara untuk secara bersama-sama mengatasi masalah-masalah publik. Sehingga penyelenggaraan pelayanan izin usaha memiliki karakteristik yang selain prima (cepat,tepat, murah dan ramah) juga partisipatif, transparan, responsif, dan

(5)

akuntabel. Maka dari pada itu penulis tertarik untuk meneliti “Bagaimana transparansi dan akuntabilitas pada pelayanan perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Kota Gunungsitoli”

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimana penerapan transparansi dan akuntabilitas pada pelayanan perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Kota Gunungsitoli”

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan transparansi dan akuntabilitas pada pelayanan perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan transparansi dan akuntabilitas pada pelayanan perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli

(6)

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dan diperoleh dari hasil penetian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara subjektif, sebagai salah satu tahap untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskan didalamnya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian kajian teori yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara praktis, sebagai masukan/sumbangan pemikiran bagi instansi terkait mengenai pelayanan yang diberikan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.

3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik di dalam bidang ini.

4. Sebagai informasi yang bermaanfaat bagi masyarakat secara umum dan secara khusus bermanfaat dalam mendorong kepercayaan masyarakat terhadap Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.

5. Sebagai informasi yang bermanfaat dalam menambah wawasan, baik bagi para pembaca maupun penulis sendiri.

(7)

I.5 Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya teori yang akan menjadi landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian dan bukan sekedar penelitian coba-coba. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. (Singarimbun, 1995 :37). Untuk itu, maka teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Pelayanan Publik

1.5.1.1 Pengertian Pelayanan Publik

Dalam administrasi negara, pelayanan publik merupakan istilah yang mengambarkan bentuk dan jenis pelayanan pemerintah kepada rakyat atas dasar kepentingan umum (Agung, 2005:4). Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 1 ayat (1) menyebutkan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setia warga publik dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disedikan oleh penyelenggara pelayanan publik.

(8)

Pelayanan publik merupakan implikasi dari fungsi aparat negara dalam pelayanan publik (public service) sangat strategis karena akan menentukan sejauh mana pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi rakyat, sehingga akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tujuan pendiriannya.

1.5.1.2Prinsip Pelayanan Publik

Di dalam Keputusan MEMPAN Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelayanan Publik disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip (Ratminto, 2005:21), sebagai berikut :

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan

Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal:

a. Persyaratan teknis dan publik trative pelayanan publik;

b. Unit kerja/ penjabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa dalam pelaksaaan pelayanan publik;

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. 3. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi

(9)

5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung jawab

Pimpinan peyelenggara pelayanan publik atau penjabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan mendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memamfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan

Pemberian pelayanan harus harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10. Kenyamanan

Lingkungan peyanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti publik, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

(10)

1.5.1.3 Standart Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan aturan yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima layanan (Ratminto, 2005:23). Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pelayanan Publik, standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dwngan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3. Biaya pelayanan

Biaya/ publik pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian layanan.

4. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(11)

6. Sarana dan prasarana

Penyediaan saran dan prasarana pelayanan yang akan yang memadai oleh penyelenggaraan pelayanan publik.

7. Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tetap berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

1.5.1.4 Pelayanan Perizinan Usaha oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli dibentuk berdasarkan peraturan walikota Gunungsitoli No 5 Tahun 2009 yang didasarkan pada Kepmendagri No 20 Tahun 2008 tentang organisasi pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di daerah. BPPT Kota Gunungsitoli sejak Juli sampai dengan Desember 2010 masih dalam tahap pembenahan termaksud persiapan adminstrasi pelimpahan kewewenangan dari walikota kepada BPPT.

Baru pada awal Januari 2011 BPPT Kota Gunungsitoli mulai melayani masyarakat dalam menerbitkan izin usaha setelah menerima pelimpahan sebagian kewenangan adapun jumlah ijin yang dikelola BPPT sebanyak 27 jenis. Sesuai dengan tugas pokok BPPT Kota Gunungsitoli adalah melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi integrasi simplikasi, sinkronisasi, keamanan dan kepastian. Berdasarkan tugas pokok tersebut maka visi BPPT Kota

(12)

Gunungsitoli adalah Pelayanan Perizinan yang Profesional Mudah, Sederhana, Cepat, dan Transparan.

Izin usaha adalah suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin dari pihak yang berwenang atas penyeleranggaraan kegiatan usaha yang dilakukan oleh perorangan maupun suatu badan.

Izin Usaha bertujuan :

1. Supaya pemerintah dapat memberikan pembinaan, pengarahan dan pengawasan dalam kegiatan usaha.

2. Agar pemerintah dapat menjaga ketertiban dalam usaha serta menciptakan pemerataan kesempatan berusaha.

Pemerintah Indonesia lewat Departemen Perdagangan menerbitkan surat keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1458/KP/XII/1984. Izin-izin usaha yang dikeluarkan pemerintah sebenarnya sangat banyak. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. SITU (Surat Izin Tempat Usaha) atau Izin HO Lingkungan

SITU dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Setempat. SITU harus di miliki oleh perusahaan perseorangan, Firma, CV, ataupun PT. Setiap perusahaan yang ada perlu dan harus mengurus Surat Izin Tempat Usaha (SITU) demi keamanan dan lkelancaran usahanya.

2. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)

Dikeluarkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk. Diberikan kepada Perusahaan perorangan dan badan usaha seperti Firma, CV, PT, Koperasi, BUMN dan sebagainya.

(13)

3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

NPWP merupakan suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang di pergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas pajak. NPWP dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak setempat. NPWP harus dimiliki oleh setiap perusahaan dan setiap pribadi yang berpenghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan diri dikantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat kedudukan wajib pajak

4. NRP (Nomor Register Perusahaan) atau TDP (Tanda Daftar Perusahaan)

Dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan setempat. Harus dimiliki oleh setiap perusahaan. Dasar hokum UU No.3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan. TDP/NRP wajib dipasang ditempat yang mudah dilihat oleh umum.

5. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

AMDAL merupakan hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Tujuan AMDAL adalah terlaksananya pembangunan yang berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.

(14)

1.5.2 Good Governance

Menurut Sinambela (2006:47), Good governance sendiri dapat diberi arti sebagai suatu proses yang mengorientasikan pemerintahan pada distribusi kekuatan dan kewenangan yang merata dalam seluruh elemen masyarakat untuk dapat mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka dalam sistem pemerinahan.

Sedangkan menurut Sedarmayanti (2003:6), arti good dan good governance mengandung dua pengertian sebagai berikut: pertama, nialai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional), kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemrintahan yang efektif dan efesien dari pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian ini, good governance berorietasi pada:

1. Orintasi ideal, negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Orientasi ini bertitik tolak pada demokratisasi dalm kehidupan bernegara dengan elemen konstituennya seperti: legitimacy (apakah pemerintah) dipilih dan mendapatkan kepercayaan dari rakyat, accountability, securing of human rights, autonomy and devolution of power, and assurance of civilian control.

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efesien dalam melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. Orientasi

(15)

kedua ini tergantung sejauh mana pemerintah mempunyai kompetisi, dan sejauh mana struktur serta mekanisme politik serta mekanisme politik serta administratif berfungsi secara efektif dan efesien.

Governance menunjuk pada pengertian bahwa kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Governance menekankan pada fungsi governing secara bersama-sama oleh pemerintah dan institusi-institusi lain, yakni LSM, perusahaaan swasta maupun warga negara. Bahkan institusi non pemerintahan ini dpaat memegang peran domain dalam governance tersebut, atau malah lebih dari itu pemerintah tidak mengambil peran apapun.

United nation development program (dalam Suhady, 2005:50) sendiri mendefenisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara negara, swata dan masyarkat. Berdasarkan defenisi tersebut, UNDP mengajukan karakteristik good governace yang saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah partisipasi, supremsi hukum, transparansi, cepat tanggap, membangun konsensus, kesetaraan, efektif dan efesien, bertanggungjawab dan visi yang strategi.

Menurut Tjokromidjojo (dalam Sinambela, 2006:47) bahwa konsep pengelolaan kepemerintahan yang amanah (good governance) dapat dijeaskan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Akuntabiliatas, yaitu kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atas kinerja dan tindakan pimpinan suatu

(16)

organisasi kepada publik yang memiliki hak meminta pertanggungjawaban

2. Transparansi, dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijaksanaan pemerintah dan organisasi badan hukum 3. Keterbukaan, pemberian informasi secara terbuka, terhadap saran dan

kritik yang dianggap sebagai partisipasi masyarakat untuk perbaikan 4. Berdasarkan hukum, keputusan, kebijaksaan pemerinyah, organisasi

dan badan usaha yang menyangkut kepentingan publik dilakukan berdasarkan hukum

5. Jaminan fairness, a level playing field(perlakuan yang adil/perlakuan kesetaraan)

United Nation Development Program (dalam Suhady, 2005) mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktik penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance)meliputi:

1. Partisipasi (participation), setipa warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitiminasi yang mewakili kepentingannya. 2. Aturan hukum (rule of law), kerangka hukum harus adil dan

dilaksanakan tanapa perbedaan, terutama hukum hak asasi manusia. 3. Transparansi (transparency), transparansi dibangun atas dasar

kebebasan arus informasi. Proses lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dipantau.

(17)

4. Daya tanggap (responsiveness), lembaga atau proses harus mencoba untuk melayanai setiap stakeholders.

5. Berorientasi konsensus (consensus orientation), good governance menajadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun prosedur.

6. Efektifitas dan efesiensi (effectiveness and effeciency), setiap proses dan lembaga diarahkan untuk mengahasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan yang tersedia sebaik mungkin. 7. Akuntabilitas (accountability), para pembuat keputusan dalam

pemerintahan, sektor swaata dan masyarakat bertanggung jawab kepada publik dan lembaga stakeholders.

8. Bervisi strategis (strategic vision), para pemimpin dan publik harus mempunyai prespektif good governancedan pengembangan manusia yang luas serta jauh kedepan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.

Sedangkan dalam praktek penyelengaraan pemerintahan di Indonesia pasca reformasi nasional, prinsip-prinsip penyelenggaran pemerintahan yang baik bercermin pada dalam ketetapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang memuat asas-asas umum pemerintahan yang mencakup:

(18)

1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setipa kebijakan penyelenggaraan negara.

2. Asas tertib penyelengaraan negara, adalah asas yang menjadi landasan ketentuan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelengaraan negara.

3. Asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara aspiratif, akomodatif dan selektif 4. Asa keterbukaan, adalah asas yang membuka diri hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetpa memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.

5. Asas proposionalitas, yaitu asas yang mengutamakan kesimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.

6. Asa profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Asas akuntabilitas, asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(19)

Sedangkan menurut Sinambela (2006:51) ada tujuh kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat membentuk mekanisme yang menghasilkan good governance.

Kriteria- kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Adanya legitimasi atau dukungan yang kuat dari masyarakat terhadap institusi publik baik yang berwujud sebagai lembaga birokrasi maupun institusi lainnya yang dibentuk masyarakat secara swadaya.

2. Adanya kebebasan dalam berpendapat untuk menyampaikan aspirasi atau kepentingan bagi setiap institusi mauapun kelompok masyarakat yang ada sehingga seluruh stakeholders tersebut dapat berpatisipasi aktif dalam semua proses pembangunan.

3. Adanya keadilan serta kerangka legal berupa kepastian hukum untuk menjamin upaya penegakan keadilan tersebut.

4. Adanya akuntabilitas dan transparansi dalam mekanisme birokrasi 5. Tersedianya informasi pembangunan yang dapat diaskes oleh

masyarakat dengan mudah dan bebas.

6. Terciptanya efektivitas dan efesiensi dalam penyediaan pelayanan publik.

7. Terbentuknya kerjasama yang baik antara pemerintah dan civil society organization.

8. Tersedianya kesempatan yang luas untuk mengoreksi, memperbaiki, dan atau menganulir setiap kebijkan pemerintahan dan pembangunan,

(20)

karena pada kenyataan tidak bersesuian dengan kepentingan masyarkat lokal, nasional, regional, ataupun dalam konteks kepentingan global.

1.5.3. Transparansi

Dalam KepMenPAN No.26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, menjelaskan pengertian transparansi penyelenggaraan publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan ataupun pengendaliannya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.

Transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya meliputi: 1. Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik

Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/pengendalian oleh masyarakat. Kegiatan tersebut harus dapat di informasikan dan mudah diakses oleh masyarakat.

2. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta tata cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu pelayanan.

3. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan

Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan

(21)

atau persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menentukan persyaratan, baik teknis maupun maupun administratif harus seminimal mungkin dan dikaji terlebih dahulu agar benar-benar sesuai/relevan dengan jenis pelayanan yang akan diberikan. Harus dihilangkan segala persyaratan yang bersifat duplikasi dari instansi yang terkait dengan proses pelayanan.

4. Rincian biaya pelayanan

Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rinciannya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Transparansi mengenai biaya dilakukan dengan mengurangi semaksimal mungkin pertemuan secara personal antara pemohon/penerima pelayanan dengan pemberi pelayanan. Unit pemberi pelayanan seyogyanya tidak menerima pembayaran secara langsung dari penerima pelayanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit yang bertugas mengelola keuangan/Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah/unit pelayanan. Di samping itu, setiap pungutan yang ditarik dari masyarakat harus disertai dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan.

5. Waktu penyelesaian pelayanan

Waktu penyelesaian pelayanan adalah jangka waktu penyelesaian suatu pelayanan publik mulai dari dilengkapinya/dipenuhinya persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses pelayanan. Unit pelayanan instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan

(22)

harus berdasarkan nomor urut permintaan pelayanan, yaitu yang pertama kali mengajukan pelayanan harus lebih dahulu dilayani/diselesaikan apabila persyaratan lengkap (melaksanakan azas First In First Out/FIFO).

6. Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab

Pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan dan atau menyelesaikan keluhan/persoalan/sangketa, diwajibkan memakai tanda pengenal dan papan nama di meja/tempat kerja petugas. 7. Lokasi pelayanan

Tempat dan lokasi pelayanan diusahkan harus tetap dan tidak berpindah-pindah, mudah dijangkau oleh pemohon pelayanan, dilengkapi dengan sarana dan prarasana yang cukup memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Janji pelayanan

Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja pelayanan instansi pemerintahan dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Janji pelayanan ditulis secara jelas, singkat dan mudah dimengerti, menyangkut hanya hal-hal yang esensial dan informasi yang akurat, termasuk di dalamnya mengenai standar kualitas pelayanan, dapat pula dibuat “Motto Pelayanan”, dengan penyusunan kata-kata yang dapat memberikan semangat, baik kepada pemberi maupun penerima pelayanan.

9. Standar pelayanan publik

Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima

(23)

pelayanan, unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan masingmasing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan, dan Standar pelayanan yang ditetapkan hendaknya realistis, karena merupakan jaminan bahwa janji/komitmen yang dibuat dapat dipenuhi, jelas dan mudah dimengerti oleh para pemberi dan penerima pelayanan.

10. Informasi pelayanan

Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat, setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib mempublikasikan mengenai prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar, akta/janji, motto pelayanan, lokasi serta pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab sebagaimana telah diuraikan di atas. Publikasi dan atau sosialisasi tersebut di atas melalui antara lain, media cetak (brosur, leaflet, booklet), media elektronik (Website, Home-Page,Situs Internet, Radio, TV), media gambar dan atau penyuluhan secara langsung kepada masyarakat.

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan lainnya, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi merupakan upaya menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.Transparansi dan akuntabilitas harus dilaksanakan pada seluruh aspek manajemen pelayanan, yang meliputi kebijakan, perencanaan,

(24)

pelaksanaan, pengawasan/pengendalian, dan laporan hasil kinerja. Transparansi dan akuntabilitas hendaknya dimulai dari proses perencanaan pengembangan pelayanan karena sangat terkait dengan pelayanan bagi masyarakat umum yang memerlukan dan yang berhak atas pelayanan.

1.5.4. Akuntabilitas

Dalam KepMenPAN No. 26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik dikatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ada 3 hal yang menjadi dimensi akuntabilitas, antara lain akuntabilitas politik yang biasanya dihubungkan dengan proses dan mandat pemilu, akuntabilitas finansial yang fokus utamanya adalah pelaporan yang akurat dan tepat waktu tentang penggunaan dana publik, dan akuntabilitas administratif yang pada umumnya berkaitan dengan pelayanan publik dalam kerangka kerja otoritas dan sumber daya yang tersedia. Polidano (1998) lebih lanjut mengidentifikasi 3 elemen utama akuntabilitas, yaitu adanya kekuasaan untuk mendapatkan persetujuan awal sebelum sebuah keputusan dibuat, akuntabilitas peran yang merujuk pada kemampuan seorang pejabat untuk menjalankan peran kuncinya, dan peninjauan ulang secara retrospektif yang mengacu pada analisis operasi suatu departemen.

Berbagai dimensi dan elemen utama dari akuntabilitas ini akan sangat membantu penerapan akuntabilitas dalam menyelenggarakan pelayanan publik.

(25)

Lenvine (dalam Dwiyanto, 2005:147) mendefenisikan akuntabilitas sebagai suatu Universitas Sumatera Utaraukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders. Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (check and balances system). Pertanggungjawaban (akuntabilitas) pelayanan publik meliputi:

1. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang antara lain meliputi; tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan) dan kedisiplinan.

b. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar atau akta/janji pelayanan publik yang telah ditetapkan.

c. Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah. Apabila terjadi penyimpangan dalam hal pencapaian standar, harus dilakukan upaya perbaikan.

d. Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus diberikan kompensasi kepada penerima pelayanan.

(26)

e. Masyarakat dapat melakukan penelitian terhadap kinerja pelayanan secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku.

f. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian dalam pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak mendapat tanggapan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2. Akuntabilitas biaya pelayanan publik

a. Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang telah ditetapkan.

b. Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya pelayanan publik, harus ditangani oleh Petugas/Pejabat yang ditunjuk berdasarkan Surat\ Keputusan/Surat Penugasan dari Pejabat yang berwenang.

3. Akuntabilitas produk pelayanan publik

a. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan.

b. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(27)

I.6 Defenisi Konsep

Defenisi konsep memberikan batasan terhadap pembahasan dari permasalahan yang ditentukan oleh peneliti. Adapun defenisi konsep dari penelitian ini adalah :

1. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi pemerintah yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan atau aparatur pemerintah sesuai dengan aturan dan tata cara yang telah ditetapkan

2. Prinsip-prinsip good governance yang dipilih oleh penulis untuk menjadi fokus penelitian:

a. Transparansi, yaitu adanya kebebasan arus informasi. Proses lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Adanya akses informasi yang siap, mudah dijangkau dan bebas diperoleh.

b. Akuntabilitas, yaitu dalam proses pelayanan yang telah diberikan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyrakat serta adanya kesesuaian antara pelaksaan dengan standar prosedur pelaksanaan.

(28)

I.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini ditulis dalam enam bab, yang terdiri dari : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penulisan,lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini beisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi keadaan geografis, kependudukan, sosial, ekonomi dan pemerintahan.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini membahas tentang hasil data- data yang diperoleh di lapangan.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini merupakan tempat melakukan analisa data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diajukan.

(29)

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran- saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi kebijakan

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan daya penyebaran adalah efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output sektor yang bersangkutan terhadap output sektor-sektor lainnya

pemaknaan, memuat riwayat hidup dan intelektual, serta teori pemaknaan Alquran-Bibel. Bab III mengulas seluk beluk kitab The Holy Qur’an: Text, Translation

Tetapi jika sudah habis maka selanjutnya menjalankan perintah mengisi ulang register R6 dengan 2 kemudian memeriksa status bit Sensor_Input atau gerbang P3.2 jika

Sri Masita Laluhang, menulis sebuah jurnal yang berjudul „‟Implementasi Program Keluarga Harapan‟‟ Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara iklim organisasi

Sehingga permasalahan ini berdampak pada sistem distribusi tidak mampu memenuhi kebutuhan air seluruh pelanggan yang dapat dilihat dari pasokan air tidak dalam 24 jam sehingga

Akan tetapi pasca lahirnya UU no.21 tahun 2008 tentang perbankan syari’ah sebagaimana bunyi pasal 55 ayat 2 tentang penyelesaian sengketa, kewenangan peradilan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang yang terdiri dari petugas yang terlibat dalam manajemen pengelolaan limbah medis padat infeksius di Rumah