Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 29
Nilai Budi Pekerti dalam Cerita Bersambung “Napak Tilas”
pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2014
Oleh: Canadera De Tyas Sagita
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Canadera09@gmail.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui unsur intrinsik dalam cerita bersambung Napak Tilas ;dan (2) mendeskripsikan nilai budi pekerti dalam cerita bersambung Napak Tilas pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah cerita dalam majalah Djaka Lodang tahun 2014. Data penelitian ini berupa kutipan-kutipan dari cerita bersambung Napak Tilas tahun 2014. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, kartu pencacat data, bolpoin, pensil dan buku-buku yang relevan yang mendukung sebagai acuan. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Teknik analisis data menggunakan “content analysis” atau analisis isi. Penyajian hasil analisis menggunakan metode informal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik cerita bersambung Napak Tilas pada majalah Djaka Lodang tahun 2014 terdiri dari: (a) tema dalam cerita bersambung Napak Tilas adalah kisah cinta Widyaka, (b) dengan tokoh utama Widyaka, tokoh tambahannya yaitu Maryati, Nastiti, Bu Lurah, Pak Martoprawiran, Ibu Martoprawiran, Stiyo Basuki, Nuryani, Mawarti, Purih Astuti dan Garjito. (c) Alur yang digunakan adalah alur maju. (d) (d) latar terdiri dari tiga yaitu latar tempat, latar waktu dan latar suasana. (e) Sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga “dia” maha tahu. (2) nilai budi pekerti yaitu: ingat kepada Tuhan, pemaaf, rendah hati, penyayang, menerima, setia, iklas, peduli, jujur.
Kata Kunci : budi pekerti, Napak Tilas Pendahuluan
Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri merupakan suatu keadaan cuplikan-cuplikan kehidupan masyarakat seperti yang dialami, dicermati, ditangkap dan direka oleh pengarangnya. Kehidupan dalam karya sastra merupakan kehidupan yang diwarnai oleh penulisnya, baik latar belakang pendidikannya, keyakinannya, pandangan hidupnya dan lain sebagainya.
Cerita bersambungmerupakan uraian cerita sebagian besar kehidupan manusia yang ditokohkan dan didalamnya terdapat berbagai jenis masalah yang harus dihadapi oleh tokoh tersebut. Masalah-masalah yang harus dihadapi oleh tokoh dalam cerbung tidak terbatas pada cerita saja, tetapi ada kemungkinan juga terdapat pada masyarakat luas (pembaca). Ada pembaca yang sedang mengalami masalah seperti dalam cerita
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 30 bersambung yang dibacanya, maka mereka akan mengambil jalan untuk menyelesaikannya seperti dalam cerita bersambung yang dibacanya.
Dalam menikmati karya sastra tidak terlepas dari unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra, salah satunya unsur intrinsik dan budi pekerti. Unsur intrinsik merupakan unsur pembentuk dalam sebuah karya sastra. Budi pekerti merupakan moralitas yang dimiliki oleh tokoh dalam karya sastra.
Cerita bersambung Napak Tilas mempunyai keistimewaan tersendiri yaitu cerita yang dipaparkan oleh pengarang seperti dunia realitas yang dialami manusia ditengah-tengah kehidupan modern. Cerita bersambung Napak Tilas mencoba mengangkat peristiwa yang dialami oleh masyarakat atau kehidupan seseorang. Cerita bersambung Napak Tilas ini mencerminkan kehidupan masyarakat yang mana dalam cerita bersambung Napak Tilas banyak mengungkap tentang masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan seseorang atau masyarakat. Hal tersebut yang menjadi alasan peneliti tertarik untuk menganalisis struktur dan budi pekerti dalam cerita bersambung Napak Tilas.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah berupa kutipan pada cerita bersambung Napak Tilas. Sumber data dalam penelitian ini yaitu majalah Djaka Lodang yang memuat cerita bersambung Napak Tilas. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik observasi, terjemahan, pustaka, dan teknik simak catat. Instrumen dalam penelitian ini adalah manusia (human instrument) dan dibantu dengan kartu data. Teknik keabsahan data menggunakan menggunakan teknik triangulasi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik content analysis. Teknik penyajian hasil analisis data dalam peneletian ini menggunakan teknik informal.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 31 Hasil Penelitian
1. Strukturcerita bersambung “Napak Tilas” pada majalah Djaka Lodang tahun 2014 a. Tema
Tema dalam cerita bersambung “Napak Tilas” adalah kisah cinta Widyaka b. Tokoh dan penokohan dalam cerita bersambung “Napak Tilas”
Tokoh utama: Widyaka Tokoh tambahan :
1) Maryati adalah mantan kekasih dari Widyaka dan memiliki sifat pendusta, suka menangis
2) Nastiti adalah istri Widyaka, memiliki sifat ramah tamah, penyayang, iklas, ingat kepada Tuhan
3) Bu Lurah memiliki sifat bijaksana, penyayang
4) Pak Martoprawiran adalah ibu Widyaka, memiliki sifat peduli, ingat kepada Tuhan, bijaksana, penyayang
5) Ibu Martoprawiran adalah ayah Widyaka, memiliki sifat belas kasihan, penyayang, ingat kepada Tuhan
6) Stiyo Basuki adalah ayah Nastiti, memiliki sifat sopan, percaya 7) Nuryani adalah kakak Maryati, memiliki sifat berjiwa besar 8) Mawarti adalah ibu Nastiti, memiliki sifat sopan/ akrab 9) Purih Astuti adalah anak Maryati memiliki sifat setia, sopan 10)Garjito adalah anak Widyaka, memiliki sifat bertanggung jawab c. Alur dalam cerita bersambung “Napak Tilas”
Alur dalam cerita bersambung Napak Tilas ini adalah alur maju. Alur dalam cerita bersambung Napak Tilas terdapat beberapa tahapan yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian.
d. Latar dalam cerita bersambung “Napak Tilas”
Dalam cerita bersambung Napak Tilas ada tiga latar, yaitu latar tempat, latar waktu dan suasana.
1) Latar tempat: alun-alun, pendhapa kalurahan LangenSari, rumah Pak Lurah, rumah MartoPrawiran, kantor Kanwil Pendidikan dan Pengajaran, GunungPati, SMP
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 32
Ungaran, di pengungsian, dapur umum gerilyawan, kontrakan Nastiti, pemancingan, Taman Kartini, rumah Nastiti, Bandungan, Jimbaran, dan rumah Purih Astuti,
2) latar waktu meliputi: sore, malam, hari sabtu, siang hari, magrib, pukul 10 lebih siang, hari minggu pagi, pukul sebelas siang
3) latar suasana meliputi: rapi, kesedihan, ramai dan gembira, sepi, khawatir, menggembirakan, tergesa-gesa, kaget,dan dingin.
e. Pusat pengisahan atau sudut pandang dalam cerita bersambung “Napak Tilas” adalah penempatan posisi seorang pengarang di dalam sebuah cerita. Dalam cerita bersambung ”Napak Tilas”yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. Pengarang tidak ikut menjadi salah satu tokoh dalam cerita, pengarang hanya berada di luar cerita. pengarang sebagai penyaji cerita mengetahui semua hal, mulai dari nama tokoh, jalan pikiran tokoh, karakter masing-masing tokoh serta seluruh kejadian yang ada dalam cerita.
2. Nilai Budi Pekerti dalam Cerita Bersambung“Napak Tilas”majalah Djaka Lodang tahun 2014. a. Ingat kepada Tuhan
Ingat kepada Tuhan adalah sadar untuk selalu berbakti kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Hal tersebut sesuai kutipan berikut ini.
“Dhuh Gusti menawi punika karsa paduka kula kakalih namung atur mugi paring sih”. NT14.51
Terjemahan:
‘Ya Allah apabila semua bisa terjadi saya berdua berdo’a semoga diberi anugrah. NT14.51
Dari kutipan diatas, dijelaskan bahwa Widyaka yang sedang bersama Nastiti. Mereka berharap semoga bisa selalu bersama.
b. Pemaaf
Pemaaf adalah orang yang rela memberi maaf atas kesalahan, tidak menganggap salah lagi. Hal tersebut sesuai kutipan berikut ini.
“Dadi Mas Wid kersa paring pangapura marang aku? Tembunge Maryati munggel.Kabeh bisa bener ,kabeh bisa salah.Nanging luwih becik di buwang wae. Amrih aja dadi ganjelan. NT3.51
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 33 Terjemahan:
‘Jadi Mas Wid mau memanfaatkan aku? Perkataan Maryati memotong.Semua bisa benar semua bisa salah .Tapi lebih baik di buang saja agar tidak menjadi ganjalan. NT3.51
Dari kutipan diatas, dijelaskan bahwa Widyaka memaafkan kesalahan yang diperbuat oleh Maryati
c. Rendah hati
Rendah hati adalah sifat tidak sombong atau tidak angkuh. Hal tersebut terlihat pada kutipan dibawah ini.
“Widyaka mrongngol kanthi ora kepenak. Mpun ngeten ,kulo niki rak tiyang dereng sapintena ,Ta Dhe “
NT7.2 Terjemahan:
‘Widyaka memotong dengan tidak enak. Sudah begini saya kan hanya orang yang belum seberapa kan Dhe’. NT7.2
Dari kutipan diatas, dapat dijelaskan bahwa Widyaka pandai dalam bergaul, akan tetapi Widyaka menolak untuk dikatakan orang yang pintar.
d. Penyayang
Penyayang adalah mencintai dengan sepenuh hati kepada yang dicintainya tanpa mengharap sesuatu apapun. Hal tersebut sesuai kutipan berikut ini.
“Aku lan Bapakmu siki saiki mung kepengin nyawang kowe katrem ana kene. Ibune mara terus ngekep Widyaka”. . NT13.2
Terjemahan:
‘Aku dan Bapak kamu sekarang hanya ingin melihat kamu bahagia di sini. Ibunya mendekat dan memeluk Widyaka’. NT13.2
Dari kutipan diatas, dijelaskan bahwa orang tua Widyaka hanya ingin melihat Widyaka bahagia bersamanya.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 34 Menerima itu tidak mengharapkan hak milik orang serta tidak iri dengan kesenangan orang lain. Maka orang yang menerima itu biasa disebut bersyukur kepada Tuhan. Hal tersebut sesuai kutipan berikut ini.
“Bapak, Ibu aku wis pasrah ing kahanan. Apa sak kersane Bapak lan Ibu Aku mung ndherek ”.NT13.2
Terjemahan:
‘Bapak ,Ibu ,saya pasrahkan saja dengan keadaan. Apa yang diinginkan Bapak dan Ibu saya cuma ikut’. NT13.2
Dari kutipan diatas diceritakan bahwa Widyaka menerima apa saja yang akan diberikan oleh kedua orang tuanya.
f. Setia
Setia merupakan suatu perbuatan yang tidak menghianati kepada sesama atau selalu melaksanakan segala perintah-Nya yang di sampaikan melalui utusan-Nya. Hal tersebut sesuai kutipan berikut ini.
“Nanging isuk iki wis tangi cepetan. Awit tetemon pungkasan wis janji karo Bu Nastiti”. NT16.2
Terjemahan:
‘Tetapi pagi ini sudah bangun lebih awal. Berawal pertemuan terakhir sudah janji dengan Bu Nastiti’. NT16.2
Dari kutipan diatas dijelaskan bahwa Widyaka berjanji kepada Nastiti. Janji itu yang membuat Widyaka bangun lebih awal.
g. Iklas
Sebenarnya yang dinamakan iklas itu adalah keikhlasan hati, dalam menyerahkan semua hak milik, wewenang dan semua hasil perbuatan kepada Tuhan dengan lapang dada. Hal tersebut sesuai kutipan berikut ini.
“Kanthi ati guragapan Maryati semelo alon .
“ Aku kudu apa ? Purih Astuti rak wis dudu dadi hakku .Aku mung mung dadi dalan, Sing ngrumat sing nggedekake njenengan kabeh
sumangga”.NT21.51
Terjemahan:
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 35 Saya harus bagaimana?Purih Astuti kan sudah bukan menjadi hak saya. Saya hanya sebagai jalan. Yang merawat yang membesarkan kamu, semua terserah’ . NT21.51
Dari kutipan diatas, dijelaskan bahwa Maryati menyerahkan haknya atas restu untuk menikah kepada Nuryani yang membesarkan dan merawatnya.
h. Peduli
Peduli adalah mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan. Sikap peduli secara langsung akan membawa individu untuk selalu tergerakkan hatinya. Hal tersebut sesuai kutipan berikut ini.
“Ibune pamit mundur .Sedhela wes metu nggawa panampan lan cangkir wedhang.
“Mangga nak kangge tamba salid ,kaliyan tela kangge ganjelan siyang”. NT12.51
Terjemahan:
‘Ibunya pamit kebelakang sebentar sudah keluar membawa penampan dan cangkir air. Mari nak buat obat haus . Dan ketela buat penganjal perut’.NT12.51
Dari kutipan diatas, dijelaskan bahwa Ibunya Widyaka yang perduli atau perhatian kepada Nastiti. Dengan hati yang ikhlas sang ibu membawakan secangkir air dan ketela rebus untuk obat lapar dan haus.
i. Jujur
Jujur adalah lurus hati, tidak berbohong .Jujur adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak seindah mengaplikasikan dalam keseharian. Hal tersebut sesuai kutipan berikut ini.
“Bu Nastiti lagi ngerti lalkon sing di pecaki Widyaka .Sebab ing tetemon ora susah ngungak dalan lawas. Ukara iku ing karepe amrih Bu nastiti gelem walaka cerita ngenani dhirine”. NT.17.2
Terjemahan:
‘Bu Nastiti sudah mengetahui jalan hidup yang dilewati Widyaka. Sebab di pertemuan tidak susah mengingatnya. Kalimat itu yang membuat Bu Nastiti ingin terbuka cerita tentang dirinya’. NT17.2
Dari kutipan diatas, dijelaskan bahwa Nastiti menceritakan secara jujur
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 36 Simpulan
Berdasarkan deskripsi dan pembahasan data tersebut di atas, dapat penulis simpulkan hal-hal meliputi struktur cerita bersambung “NapakTilas”. Tema adalah kisah cinta Widyaka, tokoh utama Widyaka, tokoh tambahannya yaitu Maryati, Nastiti, Bu Lurah, Pak Martoprawiran, Ibu Martoprawiran, Setyo Basuki, Nuryani, Mawarti, Purih Astuti dan Garjito, alur yang digunakan adalah alur maju Latar meliputi tempat, waktu, dan suasana. Sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga “dia” maha tahu. Nilai budi pekerti yaitu: ingat kepada Tuhan, pemaaf, rendah hati, penyayang, menerima, setia, rila/iklas, peduli, jujur.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Endraswara, Suwardi. 2008. Pengantar Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Sewon Press.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Mustofa, Ahmad, 1998. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Pustaka Setia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Prasetiyawan, Andi. 2014.”Nilai Moral dalam Serat ‘Kartawiyaga’ Karya Ki Reditanaya dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang.” Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.