1
LAPORAN PENELITIAN
PROGRAM
ECO CAMPUS
DALAM PENDIDIKAN
UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
PADA UNIVERSITAS KONSERVASI
OLEH: MASLIKHAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
2
ABSTRAK
MASLIKHAH, 2013. Penelitian Unggulan STAIN Salatiga. Program Eco Campus Dalam Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan pada Universitas Konservasi. STAIN Salatiga.
Key Words: Eco Campus, Pendidikan, Pembangunan Berkelanjutan
Penelitian ini untuk mengetahui perencanaan pendidikan lingkungan hidup pada program eco campus dalam pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan pada universitas konservasi, Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup kebijakan program eco campus dalam pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan pada universitas konservasi, Hambatan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup pada program eco campus dalam pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan pada universitas konservasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif. Tempat penelitian di Unnes Semarang Jawa Tengah. Waktu penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari Juni sampai Desember 2013. Jenis dan pendekatan penelitian adalah field research. Subyek penelitian adalah mahasiswa dan tim lembaga pengembang konservasi Unnes. Sumber data dari unsur 3 P, yang meliputi person, paper, dan place. Teknik Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan display data. Pengecekan keabsahan data dengan mendasarkan pada kriteria derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.
3 KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P3M) JL. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Faks 323433 Salatiga 50721
PENGESAHAN
Judul Penelitian
PROGRAM ECO CAMPUS DALAM PENDIDIKAN
UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
PADA UNIVERSITAS KONSERVASI
Ketua Peneliti : MASLIKHAH
Tema : Pendidikan
Jenis Penelitian : Kualitatif
Klasifikasi : Penelitian Unggulan
Waktu Penelitian : Enam Bulan (Juni s.d Desember 2013) Besar/Sumber Dana : ………./DIPA STAIN Salatiga
tahun 2013
Salatiga, 19 Desember 2013
Kepala P3M
Dr.Adang Kuswaya, M.Ag
4
SURAT PERNYATAAN
yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : MASLIKHAH
NIP : 19700529 200003 2 001
Golongan/Pangkat : IV/a (Lektor Kepala)
Jabatan : Peneliti
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, penelitian dengan judul:
PROGRAM ECO CAMPUS DALAM PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PADA UNIVERSITAS KONSERVASI
telah dilaksanakan sesuai dengan kaidah dan etika penelitian di STAIN Salatiga. Laporan
penelitian ini merupakan karya saya sendiri, dan kutipan yang diterakan ditandai dengan
citasi yang dituliskan dalam daftar pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya, apabila di kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi hukum yang berlaku.
Dinyatakan di : Salatiga
Tanggal : 19 Desember 2013 Peneliti
5
KATA PENGANTAR
Peneliti hanya bisa sampaikan syukur tak berbilang atas nikmat-nikmat yang Allah swt
gulirkan untuk peneliti, sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dan laporan ini dapat
disampaikan meskipun tidak dapat tercapai sesuai dengan target waktu yang ditetapkan.
Secara khusus peneliti sampaikan sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad saw sebagaimana titah Al-quran yang suci: innallaha wamalaikatahu yushollina
alannabiy, ya ayuhalladzina amanu shollu alaihi wasallimu taslima.
Penelitian ini dilakukan atas dasar pengamatan peneliti tentang pelaksanaan pendidikan
lingkungan hidup di Unnes yang memiliki visi dan misi untuk menggalakkan program eco
campus sebagai Universitas Konservasi dengan 7 (tujuh) pilar konservasi. Unnes sebagai
universitas konservasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan perguruan tinggi di
Indonesia, sekalipun. Implementasi eco campus yang ada di Unnes tidak sekadar sebagai
motto, tetapi sangat implementatif yang didukung oleh Rektor sebagai vocal point dan
seluruh sivitas akademika sebagai kader konservasi. Meskipun demikian, masih ada beberapa
hal yang perlu dipelajari bersama agar mendapatkan perhatian yang memadai dari lembaga
terkait dan rektorat.
Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat dilaporkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di STAIN Salatiga. Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik
atas bantuan beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Peneliti hanya
memanjatkan doa mudah-mudahan Allah berkenan melebihkan segala sesuatunya bagi
beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam pelaksanaan
penelitian ini. Secara khusus peneliti sampaikan terima kasih kepada Ketua STAIN Salatiga
6 mendapatkan dana yang memadai. Kepada Kepala P3M dan kepala Kepegawaian dan
Keuangan kami sampaikan terima kasih.
Segala keterbatasan sistematika, contents dan sequences dalam laporan penelitian ini
kami akui sepenuhnya. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan
dengan topik penelitian ini, harapannya penelitian dengan topik ini menjadi inspirasi bagi
orang lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam untuk menemukan variasi
pembentukan karakter peduli dan cinta lingkungan melalui pendidikan lingkungan hidup
untuk pembangunan berkelanjutan.
Salatiga, 19 Desember 2013
Peneliti
Hj. MASLIKHAH, S.Ag., M.Si
7
2. Pembangunan Berkelanjutan ... 54
3. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ... 64
4. Program Eco Campus ... 70
B. Temuan Hasil Penelitian Terdahulu ... 83
1. Pembangunan Berkelanjutan ... 83
2. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ... 84
8 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Fenomena lingkungan yang ekstrim menimbulkan keresahan banyak pihak. Fenomena
lingkungan yang ditandai dengan suhu bumi yang sangat panas, anomali cuaca yang tidak
dapat diprediksikan dengan tepat yang dialami oleh seluruh negara memberikan dampak
sistemik bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Fenomena ini menjadikan beberapa pakar
di berbagai disiplin ilmu mencoba membuat prediksi yang akan terjadi pada kurun waktu
tertentu di masa yang akan datang. Beberapa orang merasa pesimis dengan fenomena
lingkungan yang terjadi sekarang ini. Golongan yang pesimistis memberikan gambaran
bahwa perjalanan hidup ini bagaikan orang yang sedang menggunakan kapal dengan bekal
terbatas untuk perjalanan yang sangat jauh. Perjalanan panjang harus diprediksikan dengan
baik pada perbekalan yang terbatas. Golongan yang pesimis harus dapat mengatur perbekalan
dengan perjalanan jauh agar dapat bertahan hidup. Golongan yang pesimis mentransfernya
dengan mengatur sumber daya alam dengan baik agar tetap sustainable untuk generasi yang
akan datang.
Kerusakan alam dan lingkungan hidup yang lebih dahsyat bukanlah disebabkan oleh
proses penuaan alam itu sendiri, tetapi justru diakibatkan oleh tangan-tangan yang selalu
berdalih memanfaatkannya, yang sesungguhnya adalah mengeksploitasi tanpa
memperdulikan kerusakan lingkungan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadikan manusia semakin besar dalam mengeksplotasi lingkungan alam. Menggunakan
teknologi yang ditemukan oleh manusia menjadikan manusia mengeruk sumber daya alam
hingga di dasar laut dan pucuk gunung. Kekuatan manusia untuk menggunakan teknologi
dalam mengekploitasi lingkungan menjadikan manusia seakan-akan hanya memanfaatkan
9 membutuhkan makhluk hidup lain dalam berbagai kepentingan sebagaimana dikonsepkan
oleh Hamm dan Pandurang (1998: 148) bahwa despite the development of technologies to
control our enviroment, we human beings are still dependent on the same environmental
condition that support both ourselves and all other animal species on the planet. These
include such life sustaining requisites as gravity, the warmth and energy of the sun,
atmospheric protection from cosmic radiation, air, water, and food, to name but a few.
These, along with innumerable other components, represent and integrated an balanced
system on which we all depend. Oleh karena itu, perilaku manusia dinyatakan secara khusus
sebagai unsur penting yang mempengaruhi kualitas sumber daya alam. Manusia menjadi
unsur paling dominan di alam ini, sebagaimana dikonsepkan oleh Shrivastava dan Ranjan
(2005: 65) bahwa Human, too, accupy a position in the flow of energy through the biosphere
and must necessarily interact with thousands of other species of plants and animals. There is
a temporal and spatial variation in the relationship between human and environment.
Initially humans concidered the environment to be dominant while now environment get
declined and human being is dominant. Sebagai unsur dominan, maka kualitas manusia
menjadi isu sentral dalam upaya penyelamatan lingkungan dan sumber daya alam (SDA).
Lebih lanjut disampaikan oleh Shrivastava and Ranjan (2005: 65) bahwa Human resouces
are most important resources of nation. The number of persons living in nation does not give
an indication of the human resources available, as many of them may be illiterate or do not
posses skills or any adequate training for development of natural resources. Hence
development of human resources is essential. This involves not only general education which
develops an awakening only among the people but also imparting of skills in the use of
mechanical power and mechanics for development of different resources.
Hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
10 SDA. Kualitas SDA akan tetap terjaga dengan baik manakala manusia memiliki pengetahuan
yang memadai arti pentingnya SDA bagi kesejahteraan manusia sekarang dan yang akan
datang. Pengetahuan itu hanya dapat diperoleh melalui pendidikan, baik pendidikan formal,
informal, maupun non formal. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan diharapkan dapat
menjadi mediator antara masyarakat, dunia pendidikan, dan dunia usaha. Manusia memiliki
hak atas lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Sebagaimana
dituangkan dalam Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UPPLH) No 32 tahun 2009 bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Sebagai hak asasi manusia, maka lingkungan itu
harus dapat dijaga agar dapat memberikan yang baik dan sehat. Agar lingkuungan tetap
terjaga kondisi baik dan sehat itu, maka lingkugnan tidak dapat melakukan purifikasi dengan
cepat dan baik tanpa dibantu oleh usaha secara bersama antar manusia. Oleh karena itu,
mendapatkan pengetahuan tentang lingkungan hidup menjadi hak asasi mansuai yang sangat
diperlukan oleh semua lapisan masyarakat agar bersama-sama mengupayakan penyelamatan
dan pelestarian lingkungan hidup secara kolektif melalui jalur pendidikan. Piagam Bumi
dalam Mangunjaya (2008: 86) mengamanatkan bahwa untuk menyelamatkan lingkungan
dengan cara mengintegrasikan pengetahuan, nilai-nilai keahlian yang berkelanjutan ke dalam
pendidikan formal dan pembelajaran seumur hidup. Kebijakan PLH ini merupakan kebijakan
dasar sebagai arahan bagi semua pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pelaksanaan
dan pengembangan PLH di Indonesia. PLH ini perlu segera dilakukan mengingat UUPLH
nomor 32 tahun 2009 Bab X Pasal 65 Ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk
mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses
keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat (UUPLH, 2009:
44). Pada pasal 65 Ayat (4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam Perlindungan dan
11 2009: 44). Pada pasal 67 dinyatakan dengan jelas bahwa setiap orang berkewajiban
memelihara kelestarian fungsi lingkungan serta mengendalikan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup. Pasal 69 Ayat (1) (a) UUPLH. Setiap orang dilarang melakukan
perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Pendidikan lingkungan hidup sebagai bidang ilmu yang multidisiplin diberlakukan
dalam rangka mengembangkan pengetahuan, kesadaran, sikap, nilai-nilai dan keterampilan.
Hal ini memungkinkan masyarakat untuk berkontribusi lebih bermakna dalam menjaga dan
meningkatkan kualitas lingkungan. Gerakan cinta lingkungan melalui pendidikan lingkungan
merupakan langkah penting untuk mendapatkan pengetahuan tentang konsep-konsep yang
diperlukan untuk memahami dan menghargai hubungannya antara manusia, budaya dan
lingkungan biofisiknya. Pendidikan lingkungan juga mencakup praktek dalam pengambilan
keputusan dan perumusan kode etik yang mengatur perilaku manusia dengan lingkungan.
Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan
warga negara yang dapat mengetahui kemampuan lingkungannya agar dapat bersaing dalam
perekonomian global dalam rangka memenuhi hak dan tanggung jawab anggota masyarakat
sebagaimana diteorikan oleh Chaudhry, Shukla, dan Pandey. Konsep Chaudhry, (2010: 30)
menyebutkan tentang pendidikan lingkungan bahwa environmental education is
multidisciplinary in nature with respect to learning and developing knowledge, awareness,
attitudes, values and skills. This enables society to contribute more meaningfully to
maintaining and improving the quality of its surroundings. Environmental action is the next
important step in the process. Shukla and Nasdeshwar Sharma (1996: 82) mendefinisikan
environmetal education is the process of recognising value and clarifying concepts in order
to develop skill and attitude necessary to understand and apreciate the interrelatedness
among man, his culture and his biophysical surroundings. Environmental education also
12
concerning environmental quality. Sedangkan Pandey (2010: 7) As defined in the national
project for excellence in environmental education, environmental education is a process that
aims to develop an environmentally literate citizenry that can compete in our global
economy, has the skills, knowledge and inclinations to make well-informed choices and
exercises the rights and responsibilities of members of a community.
Hubungan partisipatif antara pemerintah dengan masyarakat, pemerintah dengan dunia
usaha, pemerintah dengan dunia pendidikan, dunia usaha dan dunia pendidikan, masyarakat
dan dunia usaha menjadi pasangan yang dipersyaratkan untuk kebangunan prinsip ecological
awareness. Partisipasi yang ideal dibutuhkan prinsip interaksi timbal balik antara masyarakat,
pemerintah, dunia pendidikan, dan dunia usaha. Pemerintah menyusun regulasi bagi dunia
usaha agar dapat menjaga lingkungan dan dan makhluk hidup lain agar tetap mendapatkan
hak atas lingkungan hidup yang baik. Pemerintah, dunia pendidikan, dan dunia usaha dengan
masyarakat saling memberi dukungan untuk menjaga kualitas dan fungsi lingkungan hidup
melalui pendidikan lingkungan hidup.
Prinsip interaksi tersebut diupayakan untuk meningkatkan kualitas manusia,
melestarikan vitalitas dan keanekaragaman bumi agar pembangunan dapat berlanjut,
meminimalisir penciutan sumberdaya alam, mengubah kelangkaan menjadi kemelimpahan,
dan berorientasi pada keberlanjutan terhadap daya dukung alam dan lingkungan. Harapan
yang diinginkan adalah kelestarian fungsi lingkungan bagi kelangsungan hidup secara baik
bagi manusia di masa sekarang dan generasi yang akan datang.
Isu pelestarian lingkungan hidup merupakan isu global yang tidak dapat ditawar lagi.
Pentingnya pelestarian lingkungan hidup membuat isu ini menjadi pusat perhatian dalam
berbagai program yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga swadaya
masyarakat. Perguruan tinggi sebagai jenjang pendidikan tertinggi memegang peranan
13 Perguruan tinggi sebagai wadah peningkatan kemampuan akademis mahasiswa memiliki
peluang besar dalam mengembangkan pengetahuan, pengalaman, sikap, dan keterampilan
dengan mengarusutamakan pelestarian lingkungan.
Perguruan Tinggi merupakan lembaga untuk menghasilkan pemikir dan perintis
kemajuan ilmu dan teknologi, untuk itu diupayakan dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang
dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian, mengembangkan dan menyebar luaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian
serta mengoptimalkan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Lebih
dari itu, peguruan tinggi memiliki menanggung tanggung jawab yang mendalam untuk
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, teknologi dan alat untuk menciptakan masa depan
yang ramah lingkungan. Hal ini karena perguruan tinggi memiliki semua keahlian yang
diperlukan untuk mengembangkan kerangka kerja intelektual dan konseptual untuk mencapai
tujuan ini. Perguruan Tinggi harus memainkan peran yang kuat dalam pengembangan,
penelitian pendidikan, kebijakan, pertukaran informasi, dan membangun partisipasi
masyarakat untuk membantu menciptakan masa depan yang berkelanjutan. Sebagaimana
diungkapkan oleh Pandey dan Vedak (2010: 6) bahwa: Universities bear profound
responsibilities to increase the awareness, knowledge, technologies and tools to create an
environmentally sustainable future. Universities have all the expertise necessary to develop
the intellectual and conceptual framework to achieve this goal. Universities must play a
strong role in the education, research, policy development, information exchange and
community outreach to help create an equitable and sustainable future. Peran perguruan
tinggi untuk melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat berdasarkan
dasar hukum yang berlaku. Beberapa dasar hukum yang mendukung pendidikan untuk
Undang-14 undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 24 ayat (1) dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pada perguruan tinggi
berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan. Pasal
24 ayat (2) Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai
pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian pada
masyarakat. Pasal 38 ayat (3) Kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan
tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap
program studi. Pasal 38 ayat (4) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi
dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk setiap program studi. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 56 ayat (2) Setiap orang
berhak mendapatkan Pendidikan Lingkungan Hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan
akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pasal 67
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 9 ayat (3) menyatakan
bahwa “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tinggi Program Sarjana dan Diploma wajib
memuat mata kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan serta mata kuliah statistika
dan/atau matematika”.
Melalui tiga pilar (Tridharma) Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat, maka perguruan tinggi menjadi tombak pembangunan yang
berkelanjutan. Pendidikan dapat memberikan fungsi untuk mengubah manusia menjadi
orang yang lebih baik. Perubahan dalam pengetahuan, nilai-nilai, perilaku dan gaya hidup
yang diperlukan untuk mencapai kesinambungan dan stabilitas negara. Melalui pendidikan
15 berkelanjutan. Penerapan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan di perguruan tinggi
di Indonesia dapat dilakukan dengan mengintegrasikan pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan ke dalam tiga fungsi utama perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menyokong
pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi melalui pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan adalah menjadikan perguruan tinggi sebagai kampus yang berkelanjutan, yaitu
kampus yang memegang prinsip-prinsip kepedulian untuk pelestarian lingkungan.
Implementasi upaya tersebut terakumulasi dalam program eco campus/green campus.
Beberapa istilah mengikuti isu-isu lingkungan antara lain green school, green house,
green kitchen, green hotel, green hospital, green industry, green campus/eco campus, dan
lain sebagainya. Beberapa istilah tersebut memiliki visi yang sama untuk melaksanakan tugas
dan fungsinya masing-masing yang berorientasi pada upaya untuk menjaga kelestarian
lingkungan, dengan meminimalisir dampak yang dapat merugikan dan merusak lingkungan
hidup.
Green campus/eco campus merupakan salah satu program untuk mewujudkan
terciptanya suatu kampus yang berkelanjutan. Kampus yang berkelanjutan pada dasarnya
merupakan kampus yang dapat mengintegrasikan konsep berwawasan lingkungan ke dalam
setiap komponen kehidupan kampus. Kampus memiliki dua komponen utama yaitu
komponen Tridharma Perguruan Tinggi dan manajemen kampus. Green campus/eco campus
menjadi tempat pendidikan lingkungan, praktek pelestarian dan pemeliharaan lingkungan
yang harmoni. Pelaksanaan Green campus/eco campus dibedakan menjadi dua komponen
utama yaitu Tridharma Perguruan Tinggi dan manajemen kampus (Kementerian Negara
Lingkungan Hidup dan UI, 2011). Program Green campus/eco campus diusahakan dapat
mengintegrasikan pengelolaan dan perlindungan lingkungan ke dalam Tridharma Perguruan
16
Green campus/eco campus bukan berarti fisik harfiah kampus saja yang penuh dengan
tanaman hijau, baju hijau, cat bangunan serba hijau, rumput yang hijau, slogan-slogan yang
bermuatan peduli lingkungan, namun komponen-komponen lain yang ada dikampus juga
harus menunjukkan konsep hijau yang berarti berorientasi pada kepedulian terhadap
lingkungan. Oleh karena, itu suatu kampus yang bertekad untuk menjadi green campus harus
mengintegrasikan konsep green campus/eco campus ke dalam kedua komponen utama
kehidupan kampus tersebut. Diharapkan dengan diintegrasikannya konsep green campus/eco
campus ke dalam kedua komponen utama kehidupan kampus berupa pendidikan, penelitian,
dan pengabdian masayarakat dapat terwujud dengan baik. Pelaksanaan Tridharma Perguruan
Tinggi ini menjadi tolok ukur keberhasilan dalam menunjukkan program perguruan tinggi
yang berorientasi pada konsep green campus/eco campus akan terwujud.
Green campus/eco campus merupakan sebuah media belajar di kampus yang bertujuan
untuk memprediksi kemungkinan untuk menjaga lingkungan agar lingkungan di sekitarnya
menjadi hijau dengan konsep utama menjaga kelestarian lingkungan. Sebagaimana diteorikan
oleh Gobinath dan Mahendran (2010: 21) Eco campus is a study was conducted aimed to
predict the possibilities of maintaining the greener environement inside the university campus
which main concept of environmental sustainability within the campus. Green campus/eco
campus di dalamnya terdapat berbagai kriteria dan indikator yang harus dipenuhi untuk
mewujudkan suatu perguruan tinggi yang benar-benar green campus. Pelaksanaan program
green campus/eco campus harus selalu dipantau, sehingga green campus/eco campus yang
diinginkan benar-benar terwujud dan tidak hanya sekadar slogan belaka. Oleh karena itu,
maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi baik yang dilakukan oleh internal kampus
maupun pihak luar.
Civitas akademika di perguruan tinggi berpotensi mempengaruhi cara pandang
17 akan dipersiapkan untuk memasuki pasar kerja dan tampil dengan kemampuan untuk
mendukung ekonomi hijau dan sebagai pembawa ide-ide segar dalam mewujudkan ekonomi
hijau (green economic). Di samping itu lulusan perguruan tinggi tertentu juga akan menjadi
guru yang akan menjadi tenaga pendidik di semua jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan
anak usia dini hingga sekolah menengah atas serta pendidkan tinggi. Pengetahuan guru
tentang prinsip pembangunan berkelanjutan akan ditransfer kepada anak didiknya sehingga
dapat tercipta generasi-generasi yang berbudaya lingkungan dan memahami prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan meliputi bidang ekonomi, sosial, dan
lingkungan, yang berada dalam keadaan harmonis. Selama ini pembangunan berkelanjutan
berorientasi pada kemampuan sumber daya alam dan lingkungan untuk mendukung
kebutuhan secara ekonomi belaka. Namun, dengan ketanggapsegeraan masyarakat dengan
isu-isu lingkungan menjadikan pembangunan berkelanjutan berorientasi pada ekonomi hijau.
Masyarakat mengenal pembangunan dengan ekonomi hijau sebagai pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperhatikan hak-hak lingkungan agar fungsi
lingkungan dapat terpenuhi. Upaya mewujudkan pembangunan ekonomi hijau, maka
lembaga pendidikan tinggi memegang peranan penting dalam mengarahkan mahasiswa agar
dapat berkontribusi menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup dengan variasinya.
Konservasi yang bermakna perlindungan, pelestarian, pemeliharaan, dan proteksi harus
diwujudkan agar predikat universitas konservasi dapat diterima dengan baik.
Penelitian ini dalam rangka mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan hambatan
yang ditemukan dalam perencanaan pendidikan lingkungan hidup pada program eco campus
dalam pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan pada universitas konservasi bertaraf
internasional, Unnes Semarang. Apabila penelitian ini tidak segera dilakukan dikhawatirkan
18
memiliki orientasi program eco campus pada pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
Implementasi program eco campus melalui pendidikan lingkungaan hidup untuk
pembangunan berkelanjutan dapat mengusung terwujudnya program MDG’s di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian PROGRAM ECO
CAMPUS DALAM PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PADA UNIVERSITAS KONSERVASI BERTARAF INTERNASIONAL.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dapat diperinci dalam sejumlah pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pendidikan lingkungan hidup pada program eco campus dalam
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan pada universitas konservasi?,
2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup pada program eco campus dalam
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan pada universitas konservasi?,
3. Apa hambatan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup pada program eco campus
dalam pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan pada universitas konservasi?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui:
1. Perencanaan pendidikan lingkungan hidup pada program eco campus dalam pendidikan
untuk pembangunan berkelanjutan pada universitas konservasi,
2. Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup kebijakan program eco campus dalam
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan pada universitas konservasi,
3. Hambatan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup pada program eco campus dalam
19 D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melaksanakan pendidikan
lingkungan hidup melalui berbagai macam program eco campus di perguruan tinggi dalam
20 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teori
1. Pendidikan Lingkungan Hidup
a. Pendidikan
1) Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
(Undang-undang Sisdiknas, 2003: 2).
Pendidikan sebagai usaha sadar yang diupayakan oleh lembaga dan
dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan, maka pendidikan sudah
semestinya mengarahkan pada pembentukan karakter yang diinginkan agar
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Kekuatan spiritual yang menandai
ketertundukan, kepatuhan dan tanggung jawab kepada Allah swt dapat
menjadi modal utama untuk membangun kepribadian yang mulia. Salah satu
kepribadian mulia itu adalah mensyukuri segala karunia yang telah diberikan
oleh Allah swt berupa memelihara dan melestarikan fungsi lingkungan hidup.
Pendidikan sebagai usaha perencanaan yang matang, maka pendidikan
harus dapat menyatukan berbagai macam kemajemukan bangsa sebagai satu
21 diberikan sistem pendidikan yang terbuka bagi kemajemukan bangsa agar
kemajemukan itu dapat diterima dan bermakna dalam berkehidupan dan
berkebangsaan. Pendidikan harus dapat menjadi mediator proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang multikultur yang
berlangsung sepanjang hayat. Memperhatikan pada tujuan dari pendidikan
yang dikonsepkan, maka pendidikan harus dapat memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik agar
dapat memberikan nilai yang dapat dimiliki peserta didik dan berguna dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Pendidikan sebagai proses panjang di dalamnya terdapat beberapa
komponen yang dapat mengantarkan pada tujuan pendidikan yang
dicita-citakan. Komponen tersebut antara lain kepala sekolah, guru,
pegawai/karyawan, siswa itu sendiri, dan masyarakat di sekitar sekolah, serta
orang tua siswa. Komponen tersebut dapat menciptakan dan mengorganisir
sejumlah pengetahuan dan pengalaman bagi peserta didik untuk menambah
makna pengalaman dan meningkatkan kemampuan untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengarahkan jalannya pengalaman berikutnya.
Sebagaimana dikonsepkan oleh Schultz (2001: 40) bahwa education is that
reconstruction and reorganization of experience which adds to the meaning of
experience and which increases ability to direct the course of subsequent
experience.
Pengetahuan dan sejumlah pengalaman yang diberikan kepada peserta
didik dalam proses pendidikan menyangkut semua tata kehidupan yang
diperlukan manusia dalam menghadapi realitas kehidupan. Alam dan segala
22 dipelajari bagi peserta didik. Seluruh komponen dalam proses pendidikan
bekerja dan berkonsentrasi untuk melihat dan mempelajari realitas alam
semesta yang sedang terjadi. Oleh karena itu, pendidikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan perlu memperhatikan kondisi lingkungan hidup agar dapat
mendukung pada tujuan yang hendak dicapai. Menciptakan kondisi
lingkungan yang baik untuk mendukung pada pencapaian pendidikan secara
tidak langsung turut serta menciptakan kondisi lingkungan yang baik.
Penciptaan kondisi lingkungan yang baik berarti turut serta membangun
peserta didik agar dapat memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Kepedulian
terhadap lingkungan yang diciptakan oleh lembaga pendidikan secara
langsung maupun tidak langsung turut serta dalam mewujudkan pendidikan
untuk pembangunan berkelanjutan.
2) Prinsip Pendidikan
Prinsip pendidikan sebagaimana diterakan dalam (Undang-undang
Sisdiknas, 2003: 4) antara lain pendidikan diselenggarakan secara demokratis
dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multimakna. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu
proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
23 membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran .... Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan
semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan.
Pendidikan sebagai sebuah usaha terencana di dalamnya terdapat tujuan
dan ruang lingkup pelaksanaan pendidikan. Prinsip pendidikan yang ada di
Indonesia dengan berbagai macam suku dan agama, serta adat istiadat, maka
pelaksanaan pendidikan harus dapat diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Pendidikan yang dilaksanakan harus dapat membangun kekuatan spiritual
yang baik sebagai bekal utama dalam bermasyarakat berbagsa dan bernegara.
Ketutamaan penguatan sipritual diharapkan dapat menjadi pegangan untuk
melakukan pengendalian diri, meningkatkat kualitas kepribadian,
meningkatkan kecerdasan, memiliki keterampilan yang memadai yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Penyelenggaraan pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip
demokratis, adil, tidak diskriminatif, menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, kultural, dan kemajemukan bangsa, sistemik dengan sistem
terbuka dan multimakna, proses pembudayaan dan pemberdayaan yang
berlangsung sepanjang hayat, memberikan keteladanan, kemauan, kreativitas,
memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Prinsip
pendidikan tersebut membuka peluang kepada peserta didik dan
24 menerima nilai demokratis dalam segala bentuk penyelenggaraan pendidikan
pada satuan pendidikan yang dijalankan. Demokratis dalam menentukan arah
kebijakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, termasuk di
dalamnya pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
3) Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupa bangsa (Undang-undang Sisdiknas, 2003: 3).
Pendidikan memiliki fungsi strategis yang dapat menentukan derajat manusia
dan bahkan dapat menempatkan peradaban bangsa pada posisi yang tinggi.
Besar kecilnya sebuah negara dalam satu sisi ditentukan oleh derajat
pendidikan yang dimiliki oleh warganegaranya. Mangunjaya (2008: 22)
memberikan pernyataan yang lebih konkret tentang fungsi pendidikan bahwa
pendidikan mempunyai peran/fungsi yang sangat strategis dalam membentuk
karakter bangsa dan sarana untuk menularkan pengetahuan, persepsi dan
budaya manusia. Eksistensi budaya, akan mempengaruhi pandangan manusia
terhadap alam, dan sifat paling mendasar secara evolusi tentang keterkaitannya
manusia dan alam. Hal ini senada dengan teori yang dikemukakan oleh
Mangunjaya, Heriyanto, dan Gholami (2007: xxii) bahwa kecintaaan dan
kebiasaan untuk memelihara lingkungan hidup dan alam sekitar tentunya akan
sejalan dengan tingkat pendidikan dan kematangan budaya, pengalaman, dan
kedewasaan sebuah bangsa.Pengetahuan dan nilai-nilai keahlian diberikan
secara individual agar masing-masing peserta didik memiliki kematangan
secara pribadi. Kematangan pribadi pada setiap peserta didik diharapkan dapat
25
lingkungan. Sebagaimana dikonsepkan oleh Oztas dan Kalipsi (2009: 186). At
this point individual maturity, self control mechanism and their behaviors
seem to be important. It is accepted that an environmentally responsible
individual should have basic knowledge of ecological principles, capability of
applying these principles into life, and they should have a responsible
behavior and attitudes towards environment. Pada titik ini jatuh tempo,
mekanisme kontrol diri individu dan perilaku mereka tampaknya menjadi
penting. Hal ini diterima bahwa seseorang bertanggung jawab terhadap
lingkungan harus memiliki pengetahuan dasar tentang prinsip-prinsip ekologi,
kemampuan menerapkan prinsip-prinsip dalam hidup, dan mereka harus
memiliki perilaku dan sikap terhadap lingkungan yang bertanggung jawab.
Berdasarkan hal di atas, maka fungsi pendidikan harus dapat
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupa bangsa. Peradaban
yang dapat membentuk watak bangsa dengan peradabannya menjadi negara
yang bermartabat di mata bangsa sendiri dan bangsa lainnya dalam
hubungannya secara komprehensif dengan sumber daya alam dan manusia.
Pendidikan yang dapat memberikan fungsi untuk memberikan wawasan
wawasan pada interaksi antara sumber daya alam dan manusia antara
pembangunan dan lingkungan sebagaimana diteorikan oleh Shukla dan
Sharma (1996: 87) bahwa Education should therefore provide comprehensive
knowledge, encompassing and cutting across the social and natural sciences
and the humanities, thus providing insights on the interaction between natural
and human resources between development and environment. Membangun
26 pendidikan yang dilaksanakan dapat mengusung pengetahuan secara
komprehensif dan terpadau antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu alam.
Pendidikan yang dapat memberikan fungsi untuk membangun
kesadaran terhadap lingkungan dan mengembangkan komitmen untuk
meningkatkan lingkungan yang ada sekarang dan mempertahankan kualitas
fungsi lingkungan di masa yang akan datang, sebagaimana diteorikan oleh
Hale dalam Soerjani (1997: 53). As society begins to recognize the need for
environmental awareness and develops a commitment to improving the
present environment and sustaining its quality, so education at all levels
becomes centrally important. Gagasan yang sama terhadap pentingnya
pendidikan lingkungan dalam semua tingkat satuan dan jenis pendidikan
menjadi penting antara lain diamanatkan dalam piagam bumi sebagaimana
ditulis ulang oleh Mangunjaya (2008: 86) untuk menyelamatkan lingkungan
dengan cara mengintegrasikan pengetahuan, nilai-nilai keahlian yang
berkelanjutan ke dalam pendidikan formal dan pembelajaran seumur hidup.
Berdasarkan pada pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan lingkungan hidup dalam semua tingkat, satuan, dan jenis
pendidikan menjadi sebuah kebutuhan yang niscaya. Pendidikan yang mampu
membentuk karakter bangsa dapat membentuk karakter lingkungan dan bagitu
sebaliknya karakter lingkungan dapat membentuk karakter bangsa.
4) Visi Pendidikan
Visi merupakan cara pandang terhadap idealitas yang jauh sebagai
cita-cita yang ingin dicapai. Visi pendidikan menurut versi UNESCO antara lain
All children will be able to fulfil their right to education, meet their basic
27
society. This will be achieved through access to high quality, child-friendly
learning environments, including comprehensive early childhood care quality
primary schools and equivalent education programmes. Expanded
opportunities for adolescent education, participation, and development
supportive families and communities that enable children to acquire a quality
basic education (Unicef.edu. diakses tanggal 16 Maret 2013. Visi pendidikan
memberikan arti bahwa semua anak akan dapat memenuhi hak atas
pendidikan, memenuhi kebutuhan dasar untuk belajar, menyadari potensi yang
dimiliki, dan berpartisipasi dalam masyarakat. Visi ini akan dicapai melalui
akses, kualitas lingkungan belajar yang baik, pemberian pendidikan kepada
anak usia dini, memberikan perluasan pendidikan yang setara bagi remaja, dan
berpartisipasi kepada masyarakat.
Pendidikan memiliki visi untuk membawa perubahan pengetahuan,
nilai-nilai, perilaku dan gaya hidup yang lebih baik dan manusiawi. Pandey dan
Vedak (2010: 3) berpendapat education is the key intervention for bringing
change in knowledge, values, behaviours and lifestyles and is required to
achieve sustainability and stability. Visi pendidikan dapat memberikan
perubahan dalam pengetahuan, nilai-nilai, perilaku dan gaya hidup untuk
mencapai kesinambungan dan stabilitas kehidupan. Kesimbungan dan
stabilitas ini menjadi kontribusi penting dari visi lembaga pendidikan. Visi
lebih mendekatkan pada hubungan antara teori dengan konteks yang ada
dalam ralitas di masyarakat. Sebagaimana UNESCO dalam dekade pendidikan
untuk pembangunan berkelanjutan. Pendidikan yang mampu mempromosikan
sikap solidaritas dan bertanggung jawab serta komitmen agar mampu
28 pluralitas budaya, berkeadilan sosial, dan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan. Konsep ini dituangkan oleh Conde (2010: 477)
sebagai berikut: UNESCO for the decade of Education for Sustainable
Development (ESD) promote an education in solidarity capable of generating
responsible attitudes and commitments, and that prepares citizens to make
well-founded decisions aimed at achieving culturally plural, socially just, and
environmentally sustainable development. In other words, a profoundly
humanistic education that will ensure the consolidation of these principles.
Titik point visi pendidikan berdasarkan pada pendapat di atas antara
lain terdapat empat hal penting yaitu learning to think (belajar bagaimana
berfikir), learning to do (belajar hidup atau belajar bagaimana
berbuat/bekerja), learning to be (belajar bagaimana tetap hidup sebagaimana
dirinya), dan learning live together (belajar untuk hidup bersama-sama). Visi
tersebut dalam kerangka menjaga kelestarian lingkungan hidup antara lain
berfikir untuk memanfaatkan lingkungan dan melestarikan lingkungan, belajar
bagaimana manusia dapat bekerja dan berbuat yang dapat memanfaatkan dan
melestarikan lingkungan, bagaimana manusia dapat belajar agar tetap hidup
dalam kondisi lingkungan yang ada, dan bagaimana dapat belajar hidup
bersama-sama untuk memanfaatkan dan melestarikan lingkungan hidup dan
hidup bersama dalam situasi dan kondisi lingkungan yang semakin menurun
29
b. Pendidikan Lingkungan Hidup
1) Lingkungan
a) Pengertian
Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UPPLH) No 32 tahun 2009 pada bab I pasal 1 Ayat (1) menyatakan
bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UUPLH, 2009: 2).
Lingkungan merupakan kondisi keseluruhan ruang dan benda yang dapat
mempengaruhi fisik, biologi, sosial, dan budaya yang mempengaruhi
perkembangan dan kehidupan organisme di planet bumi. Sebagaimana
diteorikan oleh (Shukla dan Sharma (1996: 81) bahwa: Environment is the
sum total condition and influences physical, biological, social, and
cultural that affect the development and life of organisms on the earth
planet. Lingkungan merupakan keseluruhan fisik, biologi, sosial, dan
budaya yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan organisme di
planet bumi.
b) Kerusakan Lingkungan Hidup
Kerusakan alam dan lingkungan hidup yang lebih dahsyat bukanlah
disebabkan oleh proses penuaan alam itu sendiri, tetapi justru diakibatkan
oleh tangan-tangan yang selalu berdalih memanfaatkannya, yang
sesungguhnya adalah mengeksploitasi tanpa memperdulikan adanya
kerusakan lingkungan. Fadjar (2005: 297) berpendapat eksploitasi
30 berkembang dan semakin kompleks. Ekploitasi yang sekarang ini
dilakukan berdalih memanfaatkan sumberdaya alam untuk peningkatan
kesejahteraan umat manusia, namun sesungguhnya eksploitasi yang
dilakukan merusak dalam kuantitas dan kualitas yang melebihi ambang
batas kemampuan sumberdaya alam. Sebagaimana dipaparkan oleh
Sukandarrumidi dalam Wardhana (2010: xiv) kenyataan yang tampak dan
dirasakan saat ini, manusia memanfaatkan sumber daya alam secara tidak
arif, sehingga lingkungan mengalami kerusakan yang berkelanjutan.
Kerusakan sumber daya alam yang berkelanjutan dimonopoli oleh
perilaku manusia yang berlebihan di atas ambang batas kapasitas
lingkungan dan sumber daya alam untuk memenuhi. Soerjani (1996: 13)
berpendapat bahwa perilaku manusia dinyatakan secara khusus sebagai
unsur penting yang mempengaruhi kualitas sumber daya alam yang
mendukung kesejahteraan manusia itu sendiri. Mangunjaya (2008: 76)
memaparkan tentang manusia dan kerusakan lingkungan. Manusia kaya
atau miskin menjadi tertuduh atas penyebab kerusakan lingkungan dan
perubahan iklim. Apa yang bisa dilakukan? Saat ini target yang bisa
dilakukan para pembela lingkungan adalah bagaimana sesegera mungkin
orang dapat mengubah pola gaya hidup dan perilakunya. Ada beberapa
faktor yang diperkirakan dapat menentukan perubahan bagi perilaku
manusia, baik individual maupun kolektif antara lain nilai-nilai moral dan
budaya yang di dalamnya termasuk nilai-nilai keagamaan yang
mengkristal, pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan kepasitas
31 diri untuk mendukung gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, dan
perundang-undangan atau aturan dan tata kerja yang jelas.
Perspektif lain dikemukakan oleh Nasr dalam Mangunjaya,
Heriyanto, dan Gholami (2007: 46) mengemukakan krisis lingkungan saat
ini secara langsung berkaitan dengan penggunaan teknologi modern dan
berbagai aplikasi sains modern lainnya. Pendapat ini diperkuat oleh
Tasdiyanto (2011: 6) bahwa kondisi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
melahirkan industrialisasi terlanjur mengabaikan lingkungan hidup.
Berbagai bencana lingkungan yang kian terjadi justru berpangkal dari ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pandangan tersebut seakan menafikan peran
manusia sebagai pelaku utama perusakan lingkungan. Terdapat variabel
lain yang dapat menjadikan lingkungan hidup dan sumber daya alam
mengalami kerusakan. Dua pandangan yang berbeda tersebut tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi jelas
memiliki peluang untuk merusak dan mengurangi sumber daya alam dan
lingkungan. Perilaku dan gaya hidup manusia terhadap sumber daya alam
dan lingkungan juga tidak kalah kuatnya untuk menjadikan kerusakan
lingkungan hidup dan sumberdaya alam.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu
keniscayaan yang tidak dapat dibendung. Kemajuan teknologi telah
menunjukkan jasa yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia dalam berbagai bidang. Ambivalensi teknologi berupa dampak
positif dan negatif tetap ada mengiring-iringi laju penggunaan teknologi
32 lingkungan menjadi nilai tawar untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c) Upaya Perbaikan Lingkungan Hidup
Toynbee dalam Tasdiyanto (2011: 6) menyatakan penyakit
masyarakat modern yang menimbulkan berbagai bencana lingkungan
hidup hanya dapat disembuhkan dengan suatu revolusi spiritual di dalam
sanubari dan pikiran manusia. Tasdiyanto (2011: 6) membangun konsep
untuk mengatasi kerusakan lingkungan hidup pada masa sekarang dengan
membangun keserasian hidup antara manusia dengan alam, keserasian
tersebut dilandasi oleh hubungan saling memberi dan menerima sehingga
manusia dapat mengembangkan kehidupan dirinya secara kreatif.
Miri dalam Mangunjaya, Heriyanto, dan Gholami (2007: 24)
mengemukakan upaya penanganan krisis lingkungan secara garis besar
yaitu dengan dua pendekatan baik secara individual maupun secara sosial.
Pertama, pemecahan krisis melalui pertimbangan atas segala sesuatunya
yang langsung terlihat, situasi yang sedang berlangsung, membuat
perubahan jangka pendek dan membuat suatu perencanaan ulang. Kedua,
pemecahan krisis melalui penjabaran sebab dan faktor yang mendorong
munculnya krisis (aspek ontologis), melalui dasar keilmuan (aspek
epistemologis), kerangka rohani, dan intelektual serta paradigma budaya
yang menyebabkan krisis tersebut terjadi dengan tetap mengacu kepada
pendekatan pertama. Upaya perbaikan lingkungan yang dapat dilakukan
dengan pendekatan teks dan konteks yang berorientasi pada mencapai
33 2) Pendidikan Lingkungan Hidup
a) Pengertian
Pendidikan lingkungan hidup merupakan pendidikan multi disiplin
untuk mengembangkan pengetahuan, kesadaran, sikap, nilai, dan
keterampilan yang dapat memberikan kemampuan masyarakat untuk
berkontribusi dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas
lingkungannya. Chaudhry (2010: 30) mengemukakan Environmental
education is multidisciplinary in nature with respect to learning and
developing knowledge, awareness, attitudes, values and skills. This enables
society to contribute more meaningfully to maintaining and improving the
quality of its surroundings.
Pendidikan lingkungan merupakan proses untuk mengenalkan nilai
dan memperjelas konsep untuk mengembangkan keterampilan dan sikap
yang diperlukan untuk memahami dan menghargai di antara manusia,
kebudayaan, dan lingkungan biofisiknya. Pendidikan lingkungan juga
mencakup praktek dalam pengambilan keputusan terhadap isu-isu kualitas
lingkungan, demikian Shukla dan Sharma (1996: 82) berpendapat tentang
pendidikan lingkungan, sebagaimana dalam konsep yang dituliskan berikut
ini: Environmental education is the process of recognising value and
clarifying concepts in order to develop skill and attitude necessary to
understand and apreciate the interrelatedness among man, his culture and
his biophysical surroundings. Environmental education also entails
practice in decision making and self formulation of a code of behaviour
about issues concerning environmental quality. Sedangkan Pandey dan
34 suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan warga negara yang
mengetahui lingkungan untuk dapat bersaing dalam perekonomian global.
Pendidikan lingkungan memiliki kecenderungan untuk memberikan
keterampilan, pengetahuan untuk memiliki rasa tanggung jawab kepada
masyarakat yang lebih luas. Konsep Pandey dan Vedak ini dituliskan secara
lengkap sebagai berikut: environmental education is a process that aims to
develop an environmentally literate citizenry that can compete in our
global economy, has the skills, knowledge and inclinations to make
well-informed choices and exercises the rights and responsibilities of members
of a community.
Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan lingkungan merupakan
suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan,
pengetahuan untuk memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat yang
lebih luas, menghargai di antara manusia, kebudayaan, dan lingkungan
biofisiknya dan dapat mengambil keputusan terhadap isu-isu kualitas
lingkungan secara baik.
b) Dasar Hukum Pendidikan Lingkungan Hidup
Dasar hukum pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup
sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) nomor 32 tahun 2009 Bab X
Pasal 65 Ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk
mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses
partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup
35 Peserta didik yang telah mendapatkan pendidikan lingkungan
sebagai haknya diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan
serta pengalaman yang dimiliki untuk melakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkugnan hidup sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Sebagaimana pada pasal 65 Ayat (4) UUPLH bahwa setiap orang berhak
untuk berperan dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
sesuai peraturan Peraturan Undang-undangan (UUPLH, 2009: 44).
Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki melalui pendidikan lingkungan
hidup dapat menciptakan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan
hidup dan merasa bertanggung jawab terhadap kualitas lingkungan yang
ada dan dapat memiliki kesadaran untuk menghindari perusakan
lingkungan. UUPLH Pasal 67 menyatakan dengan jelas bahwa setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Pasal 69
Ayat (1) (a) UUPLH. Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Melaksanakan kewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
diperlukan pengetahuan yang memadai. Pengetahuan tersebut dapat
diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal tentang lingkungan
hidup. Demikian halnya memberikan peran serta dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup diperlukan pengetahuan yang memadai.
c) Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup
Tujuan pendidikan lingkungan adalah membangun kesadaran,
36 pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi, dan komitmen untuk bekerja
secara individual dan kolektif untuk memecahkan masalah dan melakukan
pencegahan terhadap kerusakan lingkungan. Hal ini dikemukakan oleh
Campbell (2009: 4) The goal of environmental education is to develop a
world population that is aware of, and concerned about, the environment
and its associated problems, and which has the knowledge, skills, attitudes,
motivations, and commitment to work individually and collectively toward
solutions of current problems and the prevention of new ones.
Shukla dan Sharma (1996: 54) mengemukakan tentang tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan untuk mengembangkan dan memodifikasi
perilaku manusia dalam menciptakan harmoni dengan lingkungan.
Melahirkan harmoni terhadap alam dengan menciptakan dan meningkatkan
menjaga masyarakat untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri untuk melindungi, melestarikan dan mengelola lingkungan.
Environmental education is to develop and modify the behaviour of people
in consonance with the environment need to create and enhance the
awarness of people towards their own responsibilities for protecting,
preserving and managing the environment (Shukla dan Sharma, 1996: 54).
Pendidikan lingkungan secara khusus diperlukan untuk
mengembangkan keahlian terhadap pembuatan kebijakan dan untuk
menciptakan masyarakat madani yang dapat membantu dalam menciptakan
akuntabilitas lingkungan. Kebijakan yang berorientasi pada akuntabilitas
lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam menciptakan lingkungan
hidup yang baik bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
37
education is necessary not only to develop expertise which can contribute
to policy making, but also to create a civil society which demands
environmental accountability of its government and works with government
in implementation. Konsep ini memberikan satu dukungan atas pendidikan
lingkungan, kebijakan, dukungan masyarakat, dan pertanggungjawaban
implementasi kerja pemerintah atas dukungan kepedulian terhadap
lingkungan.
Peran pendidikan lingkungan dalam mengejar pembangunan
berkelanjutan untuk membangun kesadaran lingkungan dan kepekaan
terhadap alam, asimilasi pengetahuan yang tepat dan relevan tentang
lingkungan, pengembangan sikap keprihatinan etis tentang lingkungan serta
membangun partisipasi aktif dalam melakukan perlindungan lingkungan.
Sebagaiman diteorikan oleh Soerjani (1997: 23-4). Stressing the role of
environmental education in the pursuit of sustainable development has
been extracted from one of the quarterly issues of the newsletter connect a
publication of the joint of the UNESCO united International Environtment
education programme (IEEP). The objective were building awareness of
the environment and sensitivity to it in its totality natural and man made,
assimilation of appropriate and relevant knowledge about the environment,
development of attitude of ethical concern about the environmental
motivating active participation in its protection, acquisition of skill
enabling identification, solution or anticipation environmental problems,
active participation of.
Tujuan pendidikan lingkungan difokuskan pada tiga aspek dasar
38 sosial, ekonomi, politik, dan ekologi terhadap lingkungan. Memberikan
kesempatan pendidikan bagi masyarakat untuk memperoleh keterampilan
yang diperlukan, pengetahuan, nilai dan sikap perlindungan terhadap
lingkungan. Mendorong perilaku melihara lingkungan yang keberlanjutan.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Campbell (2009: 5) bahwa
Environmental education’s goal should be focused on three fundamental
aspects: (1) building awareness among individual citizens and community
groups about the impact of the social, economic, political, and ecological
practices on the environment; (2) providing education opportunities for
citizens so they acquire the necessary skills, knowledge, values and
attitudes for the protection of the environment, and (3) fostering
action-oriented behaviors towards environmental conservancy and sustainability.
Berdasarkan hal di atas, maka tujuan pendidikan lingkungan
merupakan upaya untuk menciptakan tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, membangun kesadaran, kepekaan, keprihatinan terhadap
permasalahan lingkungan dengan memberikan pengetahuan, keterampilan,
sikap, motivasi, dan komitmen untuk membangun partisipasi aktif secara
individual dan kolektif untuk melakukan perlindungan lingkungan,
memecahkan masalah dan melakukan pencegahan terhadap kerusakan
lingkungan secara berkelanjutan.
d) Ruang Lingkup Pendidikan Lingkungan Hidup
Ruang lingkup pendidikan lingkungan hidup mencakup hal yang
paling umum dan konvensional dengan memilah-milah antara pendidikan
lingkungan hidup melalui jalur pendidikan formal, non-formal, dan
39 pendidikan formal, non formal ataupun informal merupakan satu kesatuan
yang kokoh. Pendidikan formal, non formal, dan informal dapat membantu
siswa mengembangkan sikap yang lebih menguntungkan terhadap kualitas
fungsi lingkungan. Dikonsepkan oleh (Sarkar, 21011: 3) bahwa formal
environmental education helps students to develop more favourable
attitudes towards environment.
Habermas dalam Aditjondro (2003: 215) membagi ruang lingkup
pendidikan lingkungan dari sisi yang berbeda berdasarkan pada jenis ilmu
pengetahuan. Pembagian jenis ilmu pengetahuan tersebut yakni
pengetahuan yang bersifat teknis atau instrumental, ilmu pengetahuan yang
bersifat praktis, dan ilmu pengetahuan yang bersifat emansipatoris.
Menurut Aditjondro (2003: 223) yang paling dominan adalah pendidikan
lingkungan hidup yang lebih menekankan pada pengetahuan teknis.
Materi yang disarankan antara lain sebagaimana dikonsepkan oleh
Buchan dan Graeme (2007: 8) meliputi muatan teori dan praktek untuk
mencapai keberlanjutan lingkungan hidup dari berbagai segmen. Secara
tektual disampaikan berikut ini: introduction to subject. Key concepts and
definitions. Measures of sustainability, Student “definitions” and examples
of sustainability, Field trip: landfill site and a resource recovery
Atmosphere and climate. Roles of the Kyoto Montreal Protocols, Transport
systems, fuel and sustainability agriculture-conventional and organic
farming. Visit to organic farm break, Ecological economics/life cycle
assessments ecological economics tourism and sustainability urban and
physical environment-basics urban and physical environment a city
40 Ruang lingkup pendidikan yang dilaksanakan baik melalui
pendidikan formal, informal, dan non formal, melalui pengetahuan yang
bersifat teknis atau instrumental, praktis, dan emansipatoris. Pengetahuan
yang paling dominan dalam memberikan pendidikan lingkungan hidup
yaitu pendidikan yang lebih menekankan pada pengetahuan teknis. Melalui
pendidikan lingkungan hidup yang memuat teori dan praktek dalam rangka
menjaga kelestarian fungsi lingkungan secara berkelanjutan.
e) Pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup di beberapa Negara
(1) Amerika Latin
Di negara-negara Amerika Latin, mengintegrasikan pendidikan
lingkungan ke dalam pendidikan formal, sebagaimana diinformasikan
oleh Campbell (2009: 4) In Latin American nations, for example,
integrating environmental education into formal education.
(2) Bangladesh
Pendidikan lingkungan hidup di Bangladesh diberlakukan di
universitas dan lembaga pendidikan yang setara memainkan peran
utama dalam mempromosikan etika lingkungan dan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan. Konsep ini sebagaimana diinformasikan
oleh (Salequzzaman dan Stocker, 2001: 70) universities and other
equivalent institutions play a leading role in promoting of
environmental ethics and the principles sustainable development.
Pendidikan lingkungan di Bangladesh, secara umum
diperkenalkan di tingkat sekolah dasar di kelas III. Pada tingkat ini,
diberikan pengantar ilmu Lingkungan alam dan sosial melalui
41 sosial, dan ilmu pengetahuan alam. Hal ini diinformasikan oleh
Salequzzaman dan Stocker, (2001: 23) Environmental education in
Bangladesh, in general, environmental education is introduced at the
primary level in Grade III. At this level, two units deal with
environmental education named “Introduction to Environment:
Science” and “Introduction to Environment: Social Science”. After the
primary level, environmental education is provided to students through
a multidisciplinary approach. Similarly, in the secondary level,
environmental education is provided to students through different
subjects, such as language, social science, general science, and
biology.
Pendidikan lingkungan hidup di Bangladesh sebagaimana
diinformasikan oleh Salequzzaman dan Stocker, (2001: 72) bahwa
pendidikan lingkungan hidup dibutuhkan tidak sekadar membangun
penguasaan kebijakan, tetapi juga membangun masyarakat yang dapat
memberikan kontribusi kepada pemegang kebijakan. Environmental
education is necessary not only to develop expertise which can
contribute to policy making, but also to create a civil society which
demands environmental accountability of its government and works
with government in implementation Salequzzaman & Stocker, (2001:
72). Secara teknis Sarkar (2011: 3) menginformasikan beberapa tema
yang berhubungan dengan lingkungan. These subjects deal with various
themes relating to environment, even though no general objectives of
secondary education explicitly states any direct emphasis on