• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI ANTARA PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMK NU ROUDLOTUL FURQON DESA KEBUMEN KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KORELASI ANTARA PENDIDIKAN KEAGAMAAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMK NU ROUDLOTUL FURQON DESA KEBUMEN KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG - Test Repository"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI ANTARA PENDIDIKAN KEAGAMAAN

DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA

DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

SMK NU ROUDLOTUL FURQON DESA KEBUMEN

KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

YUNI HARDIYANTI NIM. 11108167

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

“ Kesempurnaan hidup adalah dimana kita masih bisa belajar, mencari

Ilmu dan mengembangkan potensi dalam diri kita. Tanpa belajar kita akan

menjadi orang yang tertinggal. Kalau sudah tertinggal, kita akan menjadi

orang yang jauh dari keberuntungan. Niat, tekad yang kuat dan

bersungguh-sungguh mnejadi pendorong untuk mengantarkan kita

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Ayah bundaku tercinta, H. Suhardi dan Siti Muntatik yang selalu dengan sabar mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.

2. Adik ku tercinta M. Alaik Mufid yang selalu memberikan canda tawanya.

3. Spesial Bapak H. Agus Ahmad Su’aidi, Lc., M.A, yang tidak henti-hentinya membimbing dan meluangkan waktunya

4. Savana.com, Terima kasih atas ide-ide kreatifnya sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi

beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup

para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari masa

kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang lurus.

Skripsi yang berjudul “Korelasi antara Pendidikan Keagamaan dan Tingkat

Kesejahteraan Keluarga Dengan Kemandirian Belajar Siswa SMK NU Roudlotul Furqon

Desa Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014” ini, diajukan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI ) pada Institut Agama Islam Negeri (

IAIN ) Salatiga.

Dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan Pendidikan Keagamaan Keluarga,

Tingkat Kesejahteraan Keluarga, Kemandirian Belajar Siswa, Bagaimana Korelasi antara

Pendidikan Keagamaan Dengan Kemandirian Belajar Siswa, Bagaimana korelasi antara

Tingkat Kesejahteraan Keluarga Dengan Kemandirian Belajar Siswa serta Bagaimana

Korelasi antara Pendidikan Keagamaan dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Dengan

Kemandirian Belajar Siswa SMK NU Roudlotul Furqon Desa Kebumen Kec. Banyubiru

Kab. Semarang Tahun 2014.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang

telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya

(9)

1. Yang terhormat Rektor IAIN Salatiga Bpk. Dr.Rahmat Hariyadi, M.Pd

2. Yang terhormat Dekan FTIK Bpk. Suwardi, M.Pd

3. Yang terhormat Ketua Program PAI Ibu Siti Rukhayati, M. Ag

4. Yang terhormat Bpk. H. Agus Ahmad Su’aidi, Lc,.M.A. selaku Dosen

Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk

membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Ayah dan Ibuku tercinta H. Suhardi dan Siti Muntatik yang selalu dengan sabar

mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk

penulis

6. Sahabat-sahabatku PAI angkatan 2008 yang telah menemani hari-hari saat kuliah

di IAIN Salatiga.

Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh, yang akan

mendaptakan pahala yang setimpal dari Allah SWT, kelak dikemudian hari.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.Amin.ya rabbal ‘alamin

Salatiga, 14 Maret 2015 Yang menyatakan

(10)

ABSTRAKSI

Kata kunci:

Pendidikan keluarga sangat penting dalam proses pembentukan kepribadian anak, karena orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak, maka dari itu pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya harus di mulai sejak lahir ke dunia ini, Dengan demikian keberhasilan anak belajar di kelas banyak terpengaruh oleh bagaimana situasi keluarga.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendidikan keagamaan keluarga siswa, Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga siswa dan untuk mengetahui korelasi antara pendidikan keagamaan dan tingkat kesejahteraan keluarga dengan kemandirian belajar siswa SMK NU Roudlotul Furqon Desa Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014.

Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis kuantitatif. Dengan demikian, Kuantitatif mencakup penghitungan untuk mendapatkan nilai-nilai agar mendapatkan korelasi per variabel. peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, document dan angket.

Dari penelitian yang dilaksanakan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Tingkat pendidikan keagamaan di SMK NU Roudlotul Furqon Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang tahun ajaran 2014/2015 tersebut terletak pada kualifikasi tinggi dengan mean 48, berada pada interval 47-60. ,Tingkat kesejahteraan keluarga kualifikasi tinggi dengan mean 50, berada pada interval 47-60, Tingkat kemandirian belajar siswa juga pada kualifikasi tinggi dengan mean 50, berada pada interval 47-60.

Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan keagamaan dengan kemandirian belajar siswa . r hitung 0,564 lebih besar dari r tabel (0,232), 0,564 > 0,232, Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat kesejahteraan keluarga dengan kemandirian belajar siswa di SMK NU Roudlotul Furqon Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang tahun ajaran 2014/2015. Tampak bahwa r hitung 0,537 lebih besar dari r tabel (0,232), 0,537 > 0,232 dan terdapat pengaruh antara pendidikan keagamaan dan tingkat kesejahteraan keluarga secara bersama-sama dengan kemandirian belajar siswa di SMK NU Roudlotul Furqon Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang sebesar 0,620 > 0,232 . Setelah dihitung, besar F hitung adalah 30,28. Jadi F hitung > F tabel (30,28 > 3,09) terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan keagamaan dan tingkat kesejahteraan keluarga Dengan kemandirian belajar siswa di SMK NU Roudlotul Furqon Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang tahun ajaran 2014/2015.

Korelasi antara Pendidikan Keagamaan dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Dengan Kemandirian Belajar Siswa

Hardiyanti, Yuni. 2014. Korelasi antara Pendidikan Keagamaan dan

Tingkat Kesejahteraan Keluarga Dengan Kemandirian Belajar Siswa SMK NU Roudlotul Furqon Desa Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014.

(11)
(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Keagamaan ... 1. Pengertian Pendidikan Keagamaan ... 2. Konsep Keluarga ... 3. Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak ………. 4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Orang Tua ………….… B. Tingkat Kesejahteraan Keluarga ………..…….……

C. Kemandirian Belajar Anak ………

1. Pengertian Kemandirian Belajar ………. 2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ……… 3. Ciri-ciri Kemandirian Belajar ………. 4. Prinsip-prinsip Mandiri dalam Belajar………. BAB III HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ……….... 1. Gambaran Umum SMK NU Roudlotul Furqon …………..

2. Lokasi ………...………..

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan tidak pernah sepi dari kritik dan masalah, seakan tidak

ada habisnya masalah yang melilit dunia pendidikan. Orang tidak

habis-habisnya mengkritik dan menyalahkan dunia pendidikan. Atas fenomena yang

kadang bukan merupakan tanggung jawab dunia pendidikan.

Dalam Tri Pusat Pendidikan, pusat pendidikan pertama dan utama adalah

alam keluarga, pusat pendidikan kedua adalah alam perguruan atau sekolah dan

pusat pendidikan ketiga adalah alam masyarakat.

Pendidikan anak dimulai dan terutama berlangsung dari lingkungan

keluarga. Pendidikan di keluarga dilakukan orang tua sedini mungkin dan

dititikberatkan pada pendidikan agama, etika dan pembentukan akhlak. Agama

mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, bagi jiwa yang sedang

gelisah, agama memberi jalan dan siraman penenang hati (Daradjat, 1983:61).

Pendidikan di perguruan atau sekolah, menitikberatkan pada pendidikan

yang memupuk dan mengembangkan kecerdasan anak. Sedangkan pendidikan di

masyarakat menitikberatkan pada pendewasaan dan pengembangan kemampuan

anak dalam bermasyarakat.

Dalam rencana pembangunan lima tahunan juga ditegaskan bahwa

pendidikan adalah menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat

dan pemerintah serta diusahakan agar dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai

(14)

Achmadi (1884:114) mengemukakan bahwa “ Keluarga merupakan

lembaga pendidikan yang pertama dan terutama yang merupakan konsekuensi

dari lahirnya anak-anak mereka, oleh karena itu orang tua harus bertanggung

jawab atas pendidikan anak-anak mereka”.

Sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama itu, maka orang tua

wajib memberikan pendidikan secara praktis kepada anak-anak baik pendidikan

agama maupun pendidikan umum. Kebiasaan proses pembelajaran di rumah baik

pendidikan agama maupun pendidikan umum jelas terlihat dari bagaimana orang

tua misalnya menyuruh anaknya melaksanakan sholat, membaca Al-Qur’an,

membantu orang tua, menyuruh anak bersopan santun kepada orang dan lain-lain.

Bahkan orang tua selalu memulai pembelajaran dengan cara keteladanan dari diri

sendiri. Dengan demikian keluarga bukan hanya merupakan persekutuan hidup

bersama antara orang tua dan anak, tetapi merupakan tempat berlangsungnya

pendidikan dasar.

Pendidikan keluarga sangat penting dalam proses pembentukan kepribadian

anak, karena orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama dalam hidup

anak, maka dari itu pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya harus

dimulai sejak lahir ke dunia ini, misalnya sewaktu bayi, seorang anak diajari

untuk makan, minum, berbicara dan sebagainya. Ini merupakan permulaan

pendidikan yang dilakukan orang tua kepada anaknya, tindakan selanjutnya akan

selalu meniru apa yang dikerjakan orang tua. Keluarga merupakan perjalanan

hidup anak sejak kecil yang merupakan basis agama yaitu berdasarkan agama

diperoleh dalam keluarga secara training dalam batin dalam hubungannya antara

(15)

Salah satu kewajiban dan hak utama orang tua yang tidak dapat

dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya. Sebab orang tua memberi hidup

kepada anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang teramat penting untuk

mendidik anak mereka. Jadi tugas sebagai orang tua tidak hanya sekadar menjadi

perantara mahluk baru dengan kelahiran tetapi juga memelihara dan mendidiknya.

Agar dapat melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, maka diperlukan

adanya beberapa ilmu pengetahuan tentang pendidikan (Kartini Kartono,

1992:38).

Kemakmuran bangsa terletak pada masyarakat yang sejahtera, sehingga

keluarga memiliki nilai strategis dalam pembangunan nasional serta menjadi

tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya. Masalah yang kita hadapi saat

ini masih banyaknya keluarga di Indonesia ini yang berada dalam kondisi

prasejahtera, adalah kewajiban kita semua untuk meningkatkan mereka sehingga

mencapai keluarga sejahtera. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut

perlu dilakukan berbagai upaya pembinaan keluarga dari berbagai aspek

kehidupan termasuk segi pendidikan. Dengan bekal pendidikan agama dan

pendidikan formal yang cukup, diharapkan akan mencipatkan manusia yang

berkualitas memajukan kehidupan tanpa memiliki beban ragu sedikitpun dalam

menjalani kehidupan sehari-hari, Jadi kesejahteraan keluarga tidak hanya

menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai

dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju

keselamatan dan ketentraman hidup.

Dengan demikian keberhasilan anak belajar di kelas banyak terpengaruh

oleh bagaimana situasi keluarga, membantu proses belajar, sehingga orang tua

(16)

mengembangkan kemandiriannya. Untuk itu maka dalam penulisan skripsi ini

penulis kemukakan alasan-alasan untuk melakukan penelitian tentang korelasi

antara pendidikan keagamaan dan tingkat kesejahteraan Keluarga Dengan

kemandirian belajar siswa di SMK NU Roudlotul furqon, yang pertama adalah

suasana keluarga akan banyak berpengaruh terhadap fisik dan mental anak. Anak

akan menjadi pemberani, penakut, mandiri, pemalas, manja itu adalah banyak

dipengaruhi oleh faktor keluarga dan terutama orang tua. Jika segala usaha

pendidikan secara aplikatif yang dilakukan oleh orang tua dalam mengembangkan

aktivitas kemandirian yang ada pada anak yaitu dengan memberikan motivasi,

bimbingan, menciptakan suasana keluarga yang baik dan pengawasan, maka akan

ada pengaruh yang positif bagi perkembangan dan pertumbuhan anak (Daradjat,

1993:71).

Kedua, waktu yang dipergunakan anak sudah barang tentu banyak di rumah

daripada di sekolah, sehingga suasana keluarga secara tidak langsung dapat

berpengaruh pada belajar, maka suri tauladan, bimbingan, pengawasan orang tua

mempunyai peranan penting agar mereka dapat melaksanakan kegiatan belajar

secara optimal dan tidak bergantung pada orang lain (mandiri).

Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, mengilhami penulis

mengambil judul penelitian:

“Korelasi Antara Pendidikan Keagamaan dan Tingkat Kesejahteraan

Keluarga Dengan Kemandirian Belajar Siswa SMK NU Roudlotul Furqon

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dalam penelitian ini mengambil

pokok-pokok masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pendidikan keagamaan keluarga siswa di SMK NU Roudlotul

Furqon Desa Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014?

2. Bagaimanakah tingkat kesejahteraan keluarga siswa di SMK NU Roudlotul

Furqon Desa Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014?

3. Bagaimanakah tingkat kemandirian belajar siswa di SMK NU Roudlotul

Furqon Desa Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014?

4. Apakah ada korelasi antara pendidikan keagamaan dan tingkat kesejahteraan

keluarga dengan kemandirian belajar siswa SMK NU Roudlotul Furqon Desa

Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pendidikan keagamaan keluarga siswa di SMK NU

Roudlotul Furqon Desa Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga siswa di SMK NU Roudlotul

Furqon Desa Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014

3. Untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar siswa di SMK NU Roudlotul

Furqon Desa Kebumen Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014

4. Untuk mengetahui korelasi antara pendidikan keagamaan dan tingkat

kesejahteraan keluarga dengan kemandirian belajar siswa SMK NU Roudlotul

(18)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis

Penelitian ini sebagai bekal dalam menerapkan ilmu yang telah

diperoleh di bangku kuliah dalam dunia pendidikan dilembaga sekolah yang

sesungguhnya.

2. Bagi Sekolah atau Lembaga

Penelitian ini dapat memberikan informasi yang berharga bagi lembaga

atau sekolah dalam pengelolaan SDM beserta segala kebijakan yang berkaitan

langsung dengan aspek-aspek SDM secara lebih baik.

3. Bagi almamater

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

referensi bacaan bagi semua pihak yang membutuhkannya.

E. Paparan Teoritis 1. Definisi Konsep

Definisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini kemudian diuraikan

menjadi indikator empiris yang meliputi:

a. Korelasi

Korelasi adalah kegiatan meneliti tentang hubungan timbal balik antara

dua pihak, yang apabila salah satu pihak baik, maka pihak lainpun baik dan

sebaliknya bila salah satu kurang baik, maka yang lain tidak baik pula (Tim

Penyusun Kamus, 1993:461).

b. Pendidikan Keagamaan Keluarga

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

(19)

adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan

mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju

terbentuknya manusia seutuhnya (Achmadi, 1992:10). Pendidikan juga

berarti upaya manusia untuk “memanusiakan manusia”. Manusia pada

hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan

makhluk lain ciptaan-Nya disebabkan memiliki kemampuan berbahasa dan

akal pikiran atau rasio, sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya

sebagai manusia yang berbudaya (Sudjana, 1991:1). Sedangkan kata “

keagamaan” berarti yang mempunyai ciri atau sifat agama ( Tim Penyusun

Kamus,1990: 400). Keagamaan juga diartikan segala sesuatu mengenai

ajaran agama (Poerwadarminta, 1976:763).

Orang tua didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai

kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga ìorang tua sebagai pembentuk

pribadi pertama dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan

cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung,

yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang

tumbuh (Zakiah Daradjat, 1996:26).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:269) disebut bahwa : “

orang tua artinya ayah dan ibu”. Menurut Ny Singgih D. Gunarsa (1976:27)

mengatakan bahwa : “ orang tua adalah dua individu yang berbeda

memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan

kebiasaan sehari-hari”. Dengan kata lain keluarga adalah terdiri dari ayah

ibu, dengan anak-anaknya (Poewadarminta, 1976:471). Menurut Thamrin

(20)

satu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari lazim

disebut Bapak-Ibu (Nasution, 1989:81).

Yang dimaksud pendidikan keagamaan keluarga di sini adalah

penerapan pendidikan secara praktis yang diberikan oleh keluarga terutama

adalah orang tua yang mempunyai ciri sifat atau ciri agama menurut ajaran

agama Islam.

Untuk memudahkan penulisan dalam menggunakan variabel

pendidikan keagamaan keluarga, maka penulis mengajukan indikator

sebagai berikut :

1) Penerapan sholat lima waktu dengan tepat.

2) Mewujudkan lingkungan rumah yang bersih dengan melibatkan seluruh

anggota keluarga.

3) Menanamkan sikap dan tingkah laku anak sesuai ajaran Islam

4) Membudayakan untuk cinta membaca al-Qur’an setiap hari

5) Mengajak untuk selalu shalat berjama’ah

6) Melatih anak untuk terbuka dalam setiap permasalahan

7) Mendidik dengan memberikan nasehat yang terbaik untuk anak

8) Mengenalkan dan memberikan perbandingan antara pahala dan dosa

9) Menegur anak ketika tidak mengerjakan shalat

10)Mengajarkan anak tentang cara membaca al-Qur’an dengan baik dan

benar

11)Memfasilitasi keluarga dengan alat dan tempat yang baik untuk

(21)

c. Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Menurut Depdiknas RI (2001:1011) bahwa “ Kesejahteraan adalah hal

atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. Keluarga Sejahtera

adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu

memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa

kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan

seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan

lingkungan (BKKBN,1994:5).

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 yang dikutip oleh

Herien Puspitawati, Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk

berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup

material dan spritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan

antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Taraf kesejahteraan tidak

hanya berupa ukuran yang terlihat (fisik dan kesehatan) tapi juga yang tidak

dapat dilihat (spiritual) (Puspitawati, 2012:7).

Untuk memudahkan penulisan dalam menggunakan variabel

kesejahteraan keluarga, penulis mengajukan indikator sebagai berikut :

1. Mewujudkan Fasilitas sekolah anak dengan tepat

2. Mencukupi segala bentuk kebutuhan sandang maupun pangan seluruh

anggota keluarga

3. Memiliki penghasilan yang tetap sebagai tolok ukur mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia

4. Menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan membangun industri

(22)

5. Tidak membiasakan diri untuk belanja yang mewah yang akhirnya

kebutuhan wajib yang lain tidak terpenuhi

6. Melengkapi fasilitas rumah dengan baik seperti ketersediaanya kamar

mandi, WC dan sumber air

7. Terpenuhi media komunikasi sebagai wawasan

8. Berusaha untuk tidak berhutang kepada rentenir

d. Kemandirian Belajar

Proses pembelajaran memungkinkan seseorang menjadi lebih

manusiawi sehingga disebut dewasa dan mandiri, tumbuh menjadi dewasa

dan mandiri berarti semakin mengenal diri, semakin jujur dengan diri

sendiri, semakin otentik, dan menjadi semakin unik (Harefa, 2005: 37).

Menurut J.I.G, Kemandirian (kematangan pribadi) dapat didefinisikan

sebagai keadaan kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur tersebut dalam

kesatuan pribadi. Dengan perkaatan lain, manusia mandiri adalah pribadi

dewasa yang sempurna (Drast, 1987:39).

Belajar adalah upaya untuk perubahan pengetahuan, nilai dan sikap

serta ketrampilan yang pada gilirannya akan ada hubungannya dalam

tingkah laku (Dekdikbud, 1996:88).

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Belajar menurut Surya

(1981) dalam buku Psikologi Pendidikan Rumini (1995: 59) adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan menurut Gagne

(23)

manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan yang terjadi

dalam kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah, dan dikontrol.

Dalam uraian diatas kemandirian belajar yang dimaksudkan adalah

kondisi belajar anak selama berada di sekolah maupun di rumah yang sesuai

dengan peraturan-peraturan yang ada.

Untuk memudahkan dalam mengukur variabel kemandirian belajar di

sekolah mampu di rumah, maka indikator-indikator sebagai berikut :

1. Mengerjakan tugas-tugas sekolah tanpa bantuan dan perintah orang lain.

2. Mempersiapkan perlengkapan sekolah tanpa bantuan dan perintah orang

lain

3. Belajar dengan terjadwal tanpa bantuan dan perintah orang lain

4. Disipilin dan tepat waktu dalam menjalankan kegiatan belajar

5. Percaya diri dan tidak meminta bantuan teman saat ulangan

6. Berpakaian seragam yang pantas sesuai dengan peraturan sekolah

7. Memberikan alasan yang jelas saat tidak masuk sekolah

8. Mengikuti setiap pembelajaran yang diberikan sekolah

9. Tidak mencontek saat ujian berlangsung

10.Mampu bertanya saat pelajaran berlangsung

11.Memotivasi diri untuk belajar.

Jadi yang dimaksud judul tersebut adalah penerapan pendidikan

keagamaan dan tingkat kesejahteraan keluarga secara praktis di dalam

keluarga dan hubungannya terhadap kemandirian belajar siswa di SMK NU

Roudlotul Furqon Kebumen Banyubiru Kab. Semarang.

(24)

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sayidatul Toyibah NIM.

11508058 STAIN Salatiga tahun 2012, dengan judul “Keteladanan dan

Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas 4

di MI Asas Islam Kalibening Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian korelasi,

dengan subjek penelitian sebanyak 29 responden,teknik sampel yang

digunakan adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel yang jumlahnya kurang dari 30

orang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa keteladanan orang

tua tergolong sedang, untuk perhatian orang tua tergolong sedang juga,

sedangkan untuk prestasi belajar aqidah akhlak tergolong sedang. Uji hipotesis

menunjukkan r hitung > r tabel pada taraf signifikan 1 % (0,487) terdapat

korelasi antara keteladanan dan perhatian orang tua terhadap prestasi belajar

aqidah akhlak siswa.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fauzi NIM. 11108039

STAIN Salatiga tahun 2012, dengan judul “ Pengaruh Partisipasi Kegiatan

Keagamaan Islam terhadap Kedisiplinan Siswa yang Beragama Islam Kelas XI

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga Tahun Pelajaran 201/2012.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik angket,

metode dokumentasi, dan metode observasi. Subyek penelitian ini adalah siswa

kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012,

sebanyak 30 remaja dengan hasil penelitian bahwa penerapan kegiatan

keagamaan Islam kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga

(25)

siswa sebagian besar tergolong dalam kategori tinggi yaitu 40% (Sebanyak 12

remaja).

Ketiga, setelah dianalisis menggunakan product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0,663, pada taraf signifikan antara penerapan kegiatan Islam dan

kedisiplinan siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2

Salatiga.

Keempat, penelitian oleh Riyadi NIM. 114 10 078 STAIN Salatiga

tahun 2012. “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Terhadap

Pengamalan Ibadah Siswa ( kasus di SMP Muhammaadiyah Salatiga Tahun

2012)”. Penelitian ini menggunakan cara penyebaran angket dengan

mengambil sampel 80 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga hasil

penelitianya adalah “Pelaksanaan pendidikan agama islam memiliki pengaruh

terhadap pengamalan ibadah siswa” yang diajukan ditolak. Kesimpulan yang

dapat diambil dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang positif antara

variabel X dengan variabel Y sehingga memang tidak ada pengaruhnya antara

pelaksanaan pendidikan agama islam dengan pengamalan ibadah siswa kelas

VIII SMP Muhammadiyah Salatiga tahun 2012.

Kelima, penelitian oleh Budiyono NIM. 11410041 STAIN Salatiga

tahun 2012. “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa

( Kasus Kelas IV MI Miftahul Falah Dusun Gayam Desa Kadirejo Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012).

Dari hasil penelitian, korelasi antara perhatian orang tua terhadap

prestasi belajar siswa kelas IV MI Miftahul Falah sebesar 0,485. Setelah

dikonsultasikan dengan r table pada taraf signifikan 5% dengan N = 32 sebesar

(26)

harga r table product moment. Dan dikonsultasikan dengan uji t 5% sebesar

1,697 dan t hitung = 3,588, maka dalam hal ini t hitung > t tabel. Dari hasil

tersebut membuktikan bahwa adanya pengaruh perhatian orang tua terhadap

prestasi belajar siswa kelas IV MI Miftahul Falah Dusun Gayam Desa Kadirejo

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Dengan

demikian hipotesis yang Penulis ajukan pada bab I yang menyatakan bahwa “

Ada pengaruh positif antara perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa

kelas IV MI Miftahul Falah Dusun Gayam Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini “ Korelasi antara

Pendidikan Keagamaan dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Dengan

Kemandirian Belajar Siswa SMK NU Roudlotul Furqon Desa Kebumen Kec.

Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014” terletak pada lokasi penelitian,

responden dan jumlah variabel.

F. Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang artinya di bawah dan “thesa

artinya kebenaran (Arikunto, 1990:68). Hipotesis adalah suatu teori sementara

yang kebenarannya masih diuji (di bawah kebenaran)(Arikunto, 1990:69).

Hipotesis tersebut sebagai tuntutan sementara dalam penyelidikan untuk

mencari jawaban yang benar. Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas,

maka dirumuskan sebagai berikut: “ ada korelasi antara pendidikan keagamaan

dan tingkat kesejahteraan Keluarga Dengan kemandirian belajar siswa SMK NU

Roudlotul Furqon Kebumen Banyubiru Kab. Semarang tahun 2014”. Hal ini

berarti bahwa semakin tinggi pendidikan keagamaan dan tingkat kesejahteraan

(27)

siswa SMK NU Roudlotul Furqon Kebumen Banyubiru Kab. Semarang tahun

2014.

G. Metode Penelitian

Dalam mengadakan suatu penelitian, metode sangat penting untuk

membantu memecahkan masalah yang sedang diteliti. Metode adalah suatu cara

yang harus dilakukan dalam menentukan populasi pengumpulan data, pengolahan

data dan analisis data, sehingga dapat dicapai tujuan yang telah ditentukan yaitu

kesimpulan penelitian.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuntitatif

dalam melihat hubungan variabel terhadap objek yang diteliti lebih bersifat

sebab-akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen

dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2011:11).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini di SMK NU Roudlotul Furqon Banyubiru alamat: Jl.

Mahakam RT 02/RW07 Krajan desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru,

Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah dan waktu penelitian adalah

tanggal 01 Januari 2015 sampai selesai.

3. Populasi dan sampel

a. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1990:115).

Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi Adapun

(28)

Roudlotul Furqon Kebumen Banyubiru Kab. Semarang yang berjumlah

144 siswa.

b. Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh obyek yang diteliti yang

dianggap mewakili terhadap populasi yang diambil (Arikunto, 1990:117).

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebesar 70 %. Hal ini

berdasarkan apa yang telah dikatakan oleh Suharsimi Arikunto “Untuk

sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya besar dapat diambil antara

10-15 %, atau 25 % atau lebih”(Arikunto, 1990:120).

POPULASI DAN SAMPEL SISWA SMK NU ROUDLOTUL FURQON KEBUMEN BANYUBIRU KAB. SEMARANG

4. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan menggunakan

teknik random sampling yaitu Stratified random sampling. Teknik ini

digunakan apabila populasi tidak terdiri individu-individu, melainkan terdiri

dari kelompok-kelompok individu atau cluster (Margono, 1996: 147). Jumlah

rombongan kelas atau kelompok kelas sebanyak 5 kelas. Dari 5 kelas tersebut

diambil 4 kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian, yaitu kelas XA (30

Kelas JUMLAH SISWA

L P Jumlah Sampel

X TKJ 20 15 35 25

X TB - 9 9 7

XI TKJ. 1 15 13 28 24

XI TKJ. 2 20 10 30 22

XII TKJ 24 18 42 22

(29)

siswa), XB (13 siswa), XIA (27 siswa) dan XIB (30 siswa). Dengan demikian

jumlah siswa SMK NU Roudlotul Furqon yang diteliti sebanyak 100 siswa,

dari 5 kelompok kelas yang ada dalam populasi sebanyak 70 % menjadi

sampel penelitian.

5. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dan dapat

dipertanggungjawabkan, maka digunakan metode sebagai berikut :

a. Metode angket atau kuesioner (questionnaires)

Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1990:140). Metode

angket ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang pendidikan

keagamaan dan tingkat kesejahteraan keluarga dan kemandirian belajar

siswa di SMK NU Roudlotul Furqon.

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan penelitian melalui benda-benda tertulis seperti buku,

majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya (Arikunto, 1990:149). Metode ini penulis gunakan untuk

memperoleh data tertulis seperti jumlah dan keadaan anak, guru dan

karyawan dan laporan dari SMK NU Roudlotul Furqon Kebumen

Banyubiru Kab. Semarang.

c. Metode Interview

Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara

(30)

(Arikunto, 1990:145). Metode ini penulis gunakan untuk melengkapi pada

data metode angket dan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan

sejarah berdirinya SMK NU Roudlotul Furqon Kebumen Banyubiru Kab.

Semarang. Adapun yang menjadi responden adalah kepala sekolah.

d. Metode Observasi

Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu

obyek dengan menggunakan seluruh indra (Arikunto, 1990:136). Metode

ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan

letak geografis dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMK NU

Roudlotul Furqon Kebumen Banyubiru Kab. Semarang.

H. Analisa Data

Untuk dapat mengukur setiap variabel yang telah dijabarkan dalam

indikator-indikator dan untuk mendukung dalam penganalisaan data, maka

penulis memberikan skor 3 untuk jawaban A, Skor 2 untuk Jawaban B dan skor 1

untuk Jawaban C dalam setiap jawaban semua variable.

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk menghitung skor masing-masing variabel.

Penelitian ini meliputi tiga variabel, pendidikan keagamaan keluarga sebagai

varibel pertama ( ) dan tingkat kesejahteraan keluarga sebagai variabel

kedua ( ) kemandirian belajar siswa sebagai variabel ketiga ( ). Untuk

analisis hipotesis deskriptif dalam menjawab rumusan masalah peneliti

menggunakan rumus mean.

2. Analisis Lanjutan

Berdasarkan hipotesis yang telah disebutkan sebelumnya maka penulis

(31)

keagamaan dan tingkat kesejahteraan Keluarga Dengan kemandirian belajar

bersama-sama dengan variabel Y, maka apakah koefisien korelasi itu dapat

digeneralisasikan atau tidak, maka diuji signifikasinya dengan mencari F

hitung rumus sebagai berikut:

Keterangan:

R= Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel (Sugiyono, 2011:192).

(32)

Setelah diketahui F hitung (()), kemudian (), tersebut dikonsultasikan

dengan F table ((*) dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan

taraf kesalahan yagn ditetapkan 5%. Bila (), lebih besar dari (*, maka

koefisien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan

untuk seluruh populasi.

I. Sitematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini penulis susun terdiri dari bab-bab dan sub

bab sebagai berikut:

a. Rangkaian Muka, memuat tentang judul, nota persetujuan pembimbing,

pengesahan, motto, persembahan, pengantar, daftar isi, dan daftar tabel.

b. Bagian Isi/ Batang Tubuh memuat tentang :

BAB I. Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, rumusan hipotesis, tujuan

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. Pendidikan keagamaan keluarga dan kemandirian belajar anak,

berisi tentang pertama pendidikan keagamaan keluarga meliputi; pengertian

pendidikan keagamaan keluarga, peranan pendidikan keagamaan keluarga,

pendidikan keagamaan di dalam keluarga dan hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam penerapan pendidikan keagamaan keluarga. Kedua kemandirian belajar

anak, meliputi; pengertian kemandirian belajar, faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar, ciri-ciri kemandirian, dan prinsip-prinsip mandiri dalam

belajar. Ketiga hubungan antara pendidikan keagamaan di keluarga dengan

kemandirian belajar anak..

BAB III. Laporan hasil penelitian, berisi tentang; pertama gambaran

(33)

Semarang, meliputi sejarah singkat berdirinya, letak geografis, struktur

organisasi, keadaan guru, siswa dan karyawannya, kedua data tentang

pendidikan keagamaan di keluarga, ketiga data tentang kesejahteraan keluarga,

dan keempat tentang kemandirian belajar anak sekolah.

BAB IV. Analisis data, terdiri dari; pertama analisis tentang variabel

pendidikan keagamaan di keluarga, kedua analisis tentang variabel tingkat

kesejahteraan keluarga, ketiga analisis kemandirian belajar anak di sekolah,

dan keempat analisis tentang hubungan antara pendidikan keagamaan dan

tingkat kesejahteraan keluarga dengan kemandirian belajar anak di sekolah.

BAB V. Penutup, bab ini berisi mengenai kesimpulan, saran-saran, dan

kata penutup.

b. Bagian akhir memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat pendidikan

(34)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Keagamaan

1. Pengertian Pendidikan Keagamaan

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama (Zuhairini, 1993: 9). Menurut M. Sastra Pradja,

pendidikan adalah perbuatan (cara) mendidik untuk membawa manusia ke arah

kedewasaan (Sastrapradja, 1978:369). Menurut Kartini Kartono, pendidikan

adalah proses pembudayaan, proses kultural atau proses kultifasi untuk

mengembangkan semua bakat dan potensi manusia, guna mengangkat diri sendiri

dan dunia sekitarnya pada taraf human (Kartono, 1992:22).

Jadi dari pendapat di atas disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha

untuk membimbing yang dilakukan secara sadar terhadap peseta didik menuju

terbentuknya kepribadian yang baik dan utama. Sedangkan pengertian keagamaan

menurut WJS. Poerwadarminta adalah yang mempunyai ciri atau sifat agama

yang mengenai ajaran agama.

Adapun definisi agama itu banyak, seperti yang dikutip oleh Aisyah

Dahlan sebagai berikut :

a. Agama adalah suatu kepercayaan adanya hakekat alam rohani.

b. Agama adalah perasaan kita terhajat dan menyerah kepada yang Mutlak. c. Agama adalah hukum yang mengendalikan kebebasan hidup dan penghidupan

manusia.

d. Agama adalah perasaan kewajiban manusia yang berdasar dan bersumber pada Tuhan (Dahlan, 1969:101).

Mohammad Rathomi mengatakan, agama adalah penyuluh yang dapat

(35)

melaksanakan ajaran-ajaran agama adalah petunjuk jalan seluruh umat manusia

(Rathomi, 1974:103).

Harun Nasution mengatakan agama adalah mengikatkan diri pada suatu

bentuk hidup yang mengandung pangkuan pada suatu sumber yang berada di luar

diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan manusia (Nasution, 1974:10).

Hasbi Ash-Siddiqie mengatakan, agama adalah unsur Illahi yang didatangkan

Allah buat menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia di dunia untuk

mencapai kejayaan dunia dan kesentausaan akhirat (Ash-Shiddiqie, 1947:34).

Muhammad Amin mengatakan, Agama adalah risalah yang disampaikan

kepada Rasul atau Nabi sebagai petunjuk bagi manusia untuk kesejahteraan dan

kebahagiaan hidupnya yang berisi aturan-aturan hukum untuk dipergunakan

manusia dalam menyelenggarakan tata tertib cara hidup yang nyata baik

hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia dan alam sekitarnnya

(Amin, 1991:20).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keagamaan

adalah kepercayaan manusia kepada pencipta alam semesta (Allah) yang dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW, berisi dan menjauhi larangan Allah sesuai dengan

ajaran Rosulullah.

2. Konsep Keluarga

Dalam kehidupan sehari-hari kata keluarga mempunyai arti yang hampir

sama dengan rumah tangga, walaupun ada perbedaan akan tetapi keduanya tidak

dapat dipisahkan. Di mana orang tua membangun rumah tangga disitulah

terbentuk suatu keluarga. Orang tua pulalah yang menjadi pendidikan di dalam

(36)

Zahara Idris dan Lisna Jamal mengatakan bahwa keluarga terdiri dari dua

kata, yaitu kawula dan warga. Dalam bahasa jawa kawula berarti hamba, yang

maksudnya orang yang menghambakan diri dan warga berarti anggota maksudnya

orang yang dalam lingkungannya mempunyai hak dan kewajiban atas

terselenggaranya sesuatu yang baik bagi lingkungannya (Idris, 1992:83).

Munandar Sulaiman, mengatakan bahwa keluarga diartikan sebagai suatu

sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya

kerja sama ekonomi (Sulaiman, 1986:18).

Hasan Langgulung, mengatakan bahwa keluarga adalah unit pertama dan

institusi pertama dalam masyarakat dimana hubungan yang terdapat di dalamnya

sebagian besar bersifat hubungan langsung. Di situlah berkembang individu dan

bentuknya tahap awal pemasyrakatan, dan melaluli interaksi dengannya ia

memperoleh pengetahuan, ketrampilan, minat, nilai-nilai, emosi dan sikapnya

dalam hidup dan dengan itu ia memperoleh ketentraman dan ketenangan

(Langgulung, 1986:346).

Menurut penulis peran keluarga sangat penting sebagai penerapan

pendidikan keagamaan anak. Berpijak pada pendapat tersebut , maka dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa aplikasi pendidikan keagamaan keluarga di sini adalah

penerapan pendidikan secara praktis yang diberikan oleh keluarga terutama

adalah ajaran agama.

3. Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak

Orang tua adalah kepala keluarga, keluarga adalah bentuk persekutuan

(37)

Anak adalah ibarat bunga yang mekar bagi kehidupan, sebagai penerus

perjuangan bangsa, karena itu anak perlua disiapkan sebagai kader untuk memikul

tanggung jawab selama hidupnya.

Untuk mempersiapkan kader-kader tersebut, maka pembinaan mental

spiritual perlu ditekankan agar menjadi pemuda yang bertanggung jawab. Dan

orang tua sebagai kapala keluarga harus dapat menjaga keluarganya sesuai

dengan firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat : 6.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Departemen Agama RI, 1989,950).

Untuk menyelamatkan keluarga (anak) dari hal-hal yang membahayakan

atau tidak diinginkan, maka orang tua hendaknya tahu bagaimana mempengaruhi

anaknya. Di antaranya dengan memberikan pendidikan yang baik untuk

membentuk kepribadiannya, karena pada dasarnya anak lahir adalah fitrah.

Menjadi buruk atau jahat adalah dipengaruhi oleh lingkungannya, sabda

Rosulullah SAW :

(38)

Hadits tersebut di atas dapat dipahami bahwa orang tualah yang paling

menentukan masa depan anak, karena orang tua atau keluarga adalah faktor yang

pertama dan utama dalam mempengaruhi perkembangan anak. Di keluarga itulah

anak dilahirkan, di asuh dan dibesarkan. Rumah merupakan tempat pertama dan

utama di mana anak mendapat pembinaan pribadinya dan juga mengarahkan

secara sempurna.

Kartini Kartono juga mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan

pertama yang dikenal anak dan di dalam pendidikan merupakan faktor yang

utama (Kartono, 1992:115). Karena orang tua mempunyai tanggung jawab yang

besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak. Agar anak dapat

berkembang sesuai dengan harapan orang tua, maka orang tua harus memelihara

anak dengan baik. Anak tidak cukup hanya diberikan makanan dan minuman serta

harta yang melimpah, tetapi anak butuh kasih sayang dan suri tauladan sangat

penting untuk diberikan kepada anak sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Orang tua yang baik adalah orang tua yang dapat memberi suri tauladan

dan kasih sayang pada anaknya. Allah telah menanamkan sifat fitrah kepada

setiap manusia untuk mencintai dan menyayangi anak-anaknya dan Allah juga

menanamkan jiwa yang luhur pada hati orang tua ini. Oleh karena itu agar orang

tua berhasil mempengaruhi anak, maka orang tua harus tahu peranan orang tua

dalam mendidik anak agar berhasil dengan baik, antara lain sebagai berikut :

a. Sebagai Orang Tua

Dikatakan sebagai orang tua harus dapat memberikan perlindungan

terhadap anak-anaknya, harus dapat memimpin anaknya berbuat kebaikan

(39)

pemimpin, orang tua akan dimintai pertanggung jawaban atas yang

dipimpinnya.

Ada sebagian orang tua yang memanjakan anaknya dan dibiarkan apa

yang menjadi kehendaknya walaupun akhirnya merugikan anak sendiri.

Orang tua sebagai salah satu figur keteladanan hendaknya bisa memberikan

suri tauladan yang baik kepada anak-anaknya. Begitu pula dalam bersikap

kepada anaknya, juga memberikan tauladan tentang kekuatan keimanan dan

berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam. Dan juga menyiapkan suasana dan

spiritual sesuai di rumah mereka berada (Langgulung, 1986:372).

Orang tua sebagai pemimpin harus dapat menempatkan diri “Ing

Ngarso Sung Tulodho” yaitu harus memberi suri tauladan yang baik,

sehingga apa yang dilakukan dan diucapkan dapat dijadikan contoh bagi

anak-anaknya (Langgulung, 1986:375).

b. Sebagai Pendidik

Orang tua dapat menempatkan diri semaksimal mungkin untuk

mendidik anaknya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, karena pada

dasarnya orang tua atau keluarga mempunyai tugas meletakkan dasar-dasar

pendidikan bagi anaknya di dalam perkembangan dan pertumbuhannya

(Kartono, 1992:120).

Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama, karena sejak lahir

orang tua sudah ada di sisinya. Sikap dan tingkah laku anak tampak jelas

dipengaruhi oleh keluarga di mana anak itu dilahirkan dan berkembang.

Sebagai pendidik, orang tua harus mampu mengarahkan dan membimbing

anaknya. Dan apabila mungkin harus menerangkan dan menjelaskan segala

(40)

tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anaknya. Dengan demikian

menjadi motivasi bagi anak dalam menghadapi masalah untuk dapat

dipecahkan.

c. Sebagai Sahabat atau Teman

Hubungan orang tua sebagai teman membantu oang tua untuk

menyelami jiwa anak, sehingga orang tua mampu bergaul dengan anaknya.

Seolah waktu itu tidak ada perbedaan antara orang tua dan anak, mereka

saling terbuka dan tidak merasa takut. Antara orang tua dan anak akrab,

namun bukan berarti rasa hormat anak kepada orang tuanya akan berkurang

tetapi sebaliknya anak semakin hormat dan sayang pada orang tuanya. Anak

akan merasa sebagai orang tua yang diakui pendapatnya dan dihargai

sewajarnya, artinya mereka tetap mengetahui batas-batas hak dan kewajiban

masing-masing.

Bila orang tua dapat melaksanakan sebagaimana di atas, besar

kemungkinan dalam mempengaruhi kepribadian anak akan berhasil dengan

baik.

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Orang Tua

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mempengaruhi jiwa

anak adalah :

a. Pembinaan Aqidah

Pembinaan aqidah yang dimaksudkan adalah menanamkan jiwa tauhid

pada anak dan berusaha mendekatkan anak pada Tuhan. Orang tua harus

memperhatikan apa yang dipelajari anak mengenai prinsip, pikiran dan

keyakinan. Keyakinan harus ditanamkan sedini mungkin. Sebagaimana yang

(41)

Artinya: “dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" (Departemen Agama RI, 1989:653).

Bila jiwa tauhid sudah tertanam pada jiwa anak, maka selanjutnya anak

diajarkan tentang tata cara mendekatkan diri pada Allah, yaitu anak diajarkan

untuk melaksanakan sholat, seperti sabda Rosulullah :

Artinya : “Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk mengerjakan sholat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkan sholat ketika berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur” (Abdul Hamid, 1989:1353).

b. Pembinaan Akhlak

Pembinaan akhlak yang dimaksud adalah penanaman jiwa sosial pada

anak, agar anak dapat bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Dan Allah

memerintahkan untuk berbuat baik (berakhlak karimah). Firman Allah dalam

surat An-Nahl ayat 90 :

(42)

Pembinaan akhlak ini dengan maksud agar anak dapat bergaul dengan

baik terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Pembinaan akhlak ini antara

lain :

1) Menghormati dan menghargai orang tua

2) Jujur.

3) Mengajak kepada yang baikdan mencegah kepada yang mungkar.

4) Melarang keangkuhan dan kesombongan (pergaulan).

5) Sederhana dalam bersikap, berjalan dan berbicara (Daradjat,1982:53-54).

Itulah diantaranya pembinaan akhlak yang perlu diperhatikan orang tua,

agar anak nantinya menjadi orang yang shaleh. Pembinaan akhlak pelu

ditanamkan pada anak sebab pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam,

sebagaimana yang diungkapkan Hasan Langgulung bahwa, pendidikan akhlak

adalah jiwa pendidikan sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah

pembentukan jiwa dan akhlak (Langgulung, 1986:373).

Keluarga memegang peranan penting dalam pembinaan akhlak ini,

karena keluarga merupakan institusi yang mula-mula berinteraksi dengan anak.

Kedua hal inilah (pembinaan aqidah dan akhlak) yang perlu

diperhatikan oleh orang tua dan ditanamkan sedini mungkin pada anak. Akan

tetapi, orang tua juga harus memperhatikan lingkungan anak, baik lingkungan

(43)

B. Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, keluarga sejahtera adalah keluarga

yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan

hidup material dan spritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar

keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Menurut Puspitawati taraf

kesejahteraan tidak hanya berupa ukuran yang terlihat (fisik dan kesehatan) tapi juga

yang tidak dapat dilihat (spiritual).

1. Economical well-being: yaitu kesejahteraan ekonomi; indikator yang digunakan adalah pendapatan (GNP, GDP, pendapatan per kapita per bulan, nilai asset).

2. Social well-being, yaitu kesejahteraan sosial; indikator yang digunakan diantaranya tingkat pendidikan (SD/ MI-SMP/ MTs-SMA/ MA-PT; pendidikan non-formal Paket A, B, C; melek aksara atau buta aksara) dan status dan jenis pekerjaan (white collar = elit/ profesional, blue collar = proletar/ buruh pekerja; punya pekerjaan tetap atau pengangguran).

3. Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik; indikator yang digunakan adalah status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas tingkat morbiditas. 4. Psychological/ spiritual mental, yaitu kesejahteraan psikologi; indikator yang

digunakan adalah sakit jiwa, tingkat stres, tingkat bunuh diri, tingkat perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal (perkosaan, pencurian/ perampokan, penyiksaan/ pembunuhan, penggunaan narkoba/ NAPZA, perusakan), tingkat kebebasan seks) (Puspitawati, 2012:7).

Puspitawati juga membagi beberapa kesejahteraan keluarga menjadi 2

type yaitu:

1. Kesejahteraan Keluarga Obyektif

Kesejahteraan keluarga obyektif terdiri atas:

a. Kesejahteraan keluarga berdasarkan kriteria

1) Menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras per kapita sebagai

indikator kemiskinan (membedakan daerah pedesaan dan perkotaan).

2) Untuk daerah pedesaan, apabila seseorang hanya mengkonsumsi ekuivalen

(44)

digolongkan sangat miskin, sedangkan untuk daerah perkotaan ditentukan

sebesar ekuivalen 360 kg beras per orang per tahun.

b. Kesejahteraan keluarga berdasarkan kriteria kemiskinan dari Biro Pusat

Statistik (BPS).

Untuk menentukan suatu keluarga digolongkan sejahtera secara material

didasarkan atas pendapatan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan.

Garis kemiskinan diartikan sebagai tingkat pendapatan yang layak untuk

memenuhi kebutuhan dasar minimum. Suatu keluarga yang berpendapatan di

bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi semua kebutuhan

secara material, oleh karena itu digolongkan pada keluarga miskin.

Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung angka kemiskinan lewat tingkat

konsumsi penduduk atas kebutuhan dasar. Perbedaannya adalah bahwa BPS

tidak menyetarakan kebutuhan-kebutuhan dasar dengan jumlah beras.

1) Dari sisi makanan, BPS menggunakan indikator yang direkomendasikan

oleh Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 1998 yaitu 2.100 kalori per orang

per hari.

2) Sedangkan dari sisi kebutuhan non-makanan tidak hanya terbatas pada

sandang dan papan melainkan termasuk pendidikan dan kesehatan.

3) BPS pertama kali melaporkan penghitungan jumlah dan persentase

penduduk miskin pada tahun 1984.

c. Kesejahteraan keluarga berdasarkan 14 kriteria kemiskinan penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT)

1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang

2) Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu

(45)

3) Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas

rendah/ tembok tanpa diplester.

4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah

tangga lain.

5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

6) Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/

air hujan.

7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak

tanah.

8) Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu.

9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

10)Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.

11)Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12)Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan

0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau

pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000 per bulan.

13)Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak

tamat SD/ hanya SD.

14)Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.

500.000, seperti: sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal

motor atau barang modal lainnya.

2. Kesejahteraan Keluarga Subyektif

Kesejahteraan keluarga juga dapat diukur melalui pendekatan (Quality of

Life) yaitu diukur berdasarkan kebutuhan untuk kesenangan seseorang.

(46)

a. Berkaitan dengan keadaan badan atau makhluk

1) Kesejahteraan fisik: Badan secara fisik mampu untuk bergerak, nutrisi dan

makanan yang dimakan, kesehatan fisik, hiegenis personal, nutrisi, latihan,

keadaan pakaian dan penampilan fisik secara umum.

2) Kesejahteraan psikologis: Merasa bebas dari rasa kawatir dan stress, mood

yang biasa dirasakan, kesehatan psikologis dan penyesuaiannya, kognisi,

perasaan, penghargaan diri, konsep diri dan control diri.

3) Kesejahteraan spiritual: mempunyai harapan untuk masa depan, nilai

personal, standar personal tentang perilaku, keyakinan spiritual.

b. Berkaitan dengan harta milik dan barang-barang

1) Harta fisik: rumah atau apartemen tempat tinggal, pemukiman tempat

tinggal, rumah, tempat kerja/ sekolah, tetangga sekitar, dan masyarakat.

2) Harta sosial: menjadi dekat dengan anggota keluarga; mempunyai

pasangan istimewa, dekat dengan orang lain, keluarga, teman, mitra kerja,

tetangga dan masyarakat.

3) Harta masyarakat: Mendapat pelayanan professional seperti medis dan

sosial; mempunyai uang cukup, pendapatan cukup, pekerjaan, program

pendidikan, program rekreasi, acara dan aktivitas masyarakat.

C. Kemandirian Belajar Anak

1. Pengertian Kemandirian Belajar

Untuk mengetahui pengertian kemandirian belajar, terlebih dahulu akan

dijelaskan arti dari kemandirian.secara etimologi kata kemandirian diartikan

sebagai hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung kepada orang lain

(47)

Sedangkan dengan pengertian istilah kemandirian adalah sebagai suatu

perasaan otonom sehingga pengertian prilaku mandiri adalah prilaku yang

terdapat dalan diri sendiri, dan perasaan otonom adalah perilaku yang terdapat

dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam, tidak

karena pengaruh orang lain (Thoha, 1996:121). Setelah mengetahui pengertian

kemandirian selanjutnya mengenai pengertian belajar.

Mengenai pengertian belajar ini banyak para ahli yang telah memberikan

definisi-definisi, meskipun antara ahli yang satu dengan yang lain berbeda dalam

memberikan definisi. Perbedaan tersebut dikarenakan masing-masing ahli

memandang pengertian belajar dari sudut pandangnya sendiri-sendiri. Perbedaan

tersebut dapat dilihat dari berbagai definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa

ahli, antara lain :

a. Menurut Witherington, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam psikologi

pendidikan “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian” (Purwanto,

1997: 84).

Dari pengertian tersebut jelas bahwa dengan adanya belajar, maka

akan terjadi perubahan baik perubahan kecakapan, sikap, kebiasaan maupun

kepandaian yang kemudian terjadi perubahan kepribadian dalam diri yang

bersangkutan.

b. Menurut Slameto, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

(48)

c. Menurut Oemar Hamalik, “Belajar adalah suatu bentuk perubahan atau

perubahan alam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah

laku yang baru berkat adanya pengalaman dan latihan” (Hamalik, 1983:21).

Dari pengertian ini jelas bahwa dengan belajar akan diperoleh

perubahan alam diri seseorang yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku

yang baru, timbulnya pengertian baru, perubahan sikap, kebiasaan-kebiasaan,

kesanggupan untuk menghargai perlambangan sifat-sifat sosial dan

emosional. Jadi dari pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kemandirian belajar disini adalah keadaan anak dapat berdiri sendiri tanpa

tergantung kepada orang lain dari suatu perasaan otonom karena kekuatan

dorongan dari dalam diri.

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari prestasi belajar yang

diperolehnya, sehingga siswa yang mengalami kemajuan belajar akan terlihat

pada prestasi yang baik, namun sebaliknya apabila siswa mengalami gangguan

dalam belajar akan terlihat pada prestasi yang kurang baik.

Belajar dan prestasi belajar merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Faktor yang berpengaruh terhadap belajar akan berpengaruh pula

terhadap prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi belajar dan

prestasi belajar siswa, namun dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor interen

dan faktor ekstern. Faktor interen adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa

yang sedang belajar. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar

(49)

a. Faktor-faktor Intern

1)Faktor Jasmaniyah

a) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal

sehat. Kesehatan anak berpengaruh terhada belajarnya. Agar anak dapat

belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badanya tetap

terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang

bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah

(Slameto, 1995:55).

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu berupa buta,

setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan

lain-lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Anak yang

cacat, belajarnya juga terganggu jika hal ini terjadi, hendaknya ia

belajar pada lembaga pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu

agar dapat menghindari atua mengurangi pengaruh kecacatannya

(Slameto, 1995:55).

2)Faktor Psikologis

a) Taraf Intelegensi

Inteligensi merupakan kemampuan intelektual yang dimiliki

oleh seseorang. Inteligensi berpengaruh besar terhadap kemajuan siswa

(50)

siswa. Namun demikian perlu diingat bahwa faktor-faktor lainpun

masih berpengaruh, sehingga kurang tepat apabila dikatakan bahwa

prestasi balajar yang kurang pasti disebabkan oleh taraf inteligensi yang

kurang pula.

b) Minat

Minat adalah kecenderungan yang agak menetap, merasa

tertarik dan senang untuk berkecimpung di suatu bidang. Minat

berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa, oleh karena itu siswa yang

kurang berminat terhadap suatu pelajaran, dia kurang dapat belajar

dengan giat, sehingga akan mempengaruhi prestasinya. Untuk itu guru

harus mampu menumbuhkan minat balajar siswa.

c) Motivasi

Motivasi adalah dorongan atau daya penggerak untuk aktif

melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar sangat diperlukan, karena

dapat mengerakkan siswa untuk aktif dalam belajar.

d) Kemampuan belajar

Kemampuan belajar adalah kemampuan untuk berhasil dalam

studi di jenjang pendidikan tertentu. Misalnya : Untuk berhasil di SMK,

semakin tinggi kemampuan belajar siswa akan semakin besar

kemungkinan untuk berhasil di jenjang pendidikan yang dialami.

Menurut W.S. Winkel : Kemampuan belajar merupakan

gabungan dari taraf inteligensi, bakat Khusus, taraf pengetahuan yang

diperoleh melalui sekolah dan pendidikan pribadi, kemampuan

(51)

e) Perhatian

Perhatian menurut Ghazali yang dikutip Slameto adalah

keaktifan jiwa yang di pertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada

suatu objek (benda atau hal) atau sekuimpulan objek (Slameto,

1995:56). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa

harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dibelajarinya, jika

bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah

kebosanan sehigga ia tidak suka belajar.

f) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard yang dikutip Slameto

adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan baru terealisasi

menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang

yang berbakat mengetik misalnya akan lebih cepat dapat mengetik

dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak

berbakat di bidang itu. Jadi bakat itu akan mempengaruhi belajar. Jika

bahan pelajaran yang diajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil

belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya

ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu (Slameto, 1995:57).

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi

dapat dibedakan menjdi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan subtansi sisa

pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada

(52)

Kelelahan rohani terjadi karena terus menerus memikirkan masalah

yang dianggapberat tanpa istirahat, menghadapi hal-halyang selalu sama

atau konstan tanpa ada variasi dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa

dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan

dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Tidur

b) Istirahat

c) Mengusahakan variasi dalam belajar juga dalam bekerja.

d) Rekreasi dan ibadah yang teratur.

e) Olahraga secara teratur.

f) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah .

g) Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli,

misalnya : dokter, psikiater.

b. Faktor-Faktor ekstern

Faktor Eksteren adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor

ini meliputi :

1) Faktor Keluarga

a) Suasana Rumah

Agar anak dapat belajar dengan baik, diperlukan suasana rumah

yang tenang dan tenteram. Untuk itu diharapkan orang tua mampu

menciptakan suasana rumah yang positif untuk belajar anak (Slameto,

Gambar

Tabel 3.1 Data Siswa SMK NU Roudlotul Furqon Banyubiru
Tabel 3.4 Daftar Sarana SMK NU Roudlotul Furqon Banyubiru Tahun
Tabel 3.5 Daftar Prasarana SMK NU Roudlotul Furqon Banyubiru Tahun 2014
TABEL  3.6 DAFTAR NAMA RESPONDEN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk menentukan besarnya daya hambat perasan buah belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L) terhadap

Struktur Organisasi PDAM Kota Denpasar telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air

Upaya pemberantasan penyakit tuberkulosis merupakan suatu usaha cukup berat, karena menyangkut permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang akhir-akhir ini mengalami

When an application attempts to send outbound traffic that requires IPsec protection, IPsec sends an SADB_ACQUIRE message with a unique sequence number to IKE and all other

selama 5 tahun pertama kehidupan, maka menyebabkan anak menjadi individu yang dingin, kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi remaja delinkuen

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH KOPERASI SIMPAN PINJAM TERHADAP USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada

Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan merupakan unsur pelaksana bidang cipta karya, tata ruang dan kebersihan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah

penerus bangsa yang tidak memiliki masa depan yang baik dan tidak mengharumkan nama baik bangsa ini. Pada dasarnya, pembelajaran berbasis karakter pada peserta