• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat kita simak dari liputan media, baik media cetak maupun media elektronik yang memberitakan gambaran semakin meningkatnya jumlah kasus korban tindak kekerasan yang ditangani oleh pihak rumah sakit, polisi, dan LSM.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir kasus kekerasan terhadap anak di NTT cenderung meningkat. Hal ini sesuai data yang dihimpun Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa kasus kekerasan pada tahun 2006 sebanyak 457 kasus meningkat menjadi 554 kasus pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 751 kasus pada tahun 2008. (http://korankursor.wordpress.com/2009/11/09/kpai-identifikasi-dua-titik-simpul-kekerasan-terhadap-anak-di-ntt/).

Tampilan fenomena sosial berupa tindak kekerasan terhadap anak seperti ini menjadi informasi yang sangat berharga dalam rangka upaya penanggulangan penegakan hak asasi anak maupun upaya perlindungan anak. Hak-hak asasi anak telah tercantum dalam Konvensi Hak Anak (KHA), yang sudah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 1990 kemudian disusul dengan disahkannya Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang telah membawa nuansa baru dalam hal perlindungan anak.

Sudah saatnya orangtua mulai menyadari bahwa anak pun memiliki hak asasi sebagaimana manusia dewasa lainnya sebab dalam diri anak melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya serta dapat menjunjung tinggi hak-hak anak yang di antaranya hak untuk

(2)

hidup layak, tumbuh dan berkembang dengan optimal, memperoleh perlindungan dan ikut berpartisipasi dalam hal-hal yang menyangkut nasibnya sebagai anak.

Secara psikologis, anak pada hakekatnya adalah seseorang yang berada pada suatu fase perkembangan tertentu menuju dewasa dan mandiri. Karenanya anak bukanlah sosok manusia dewasa dengan fisik yang masih kecil tetapi anak adalah anak dengan karakteristik psikologisnya yang khas dalam masa bertumbuh dan berkembang yang saling bergantungan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa anak sebagai sosok manusia dengan kelengkapan-kelengkapan dasar dalam dirinya baru mencapai kematangan hidup melalui beberapa proses seiring dengan pertambahan usianya. Oleh karena itu anak memerlukan bantuan bimbingan, pengarahan, perlindungan dan diberikan stimulasi serta lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, anak secara penuh menyerahkan hidupnya pada orang tuanya yang menjadi tempat bernaung yang aman bagi anak.

Karakteristik yang dimiliki anak sangat penting untuk dipahami agar anak dapat dididik, dibimbing, dan dilindungi sesuai dengan keberadaannya yang khas dan unik. Ada beberapa karakter yang khas pada anak umumnya yaitu: banyak bergerak, suka meniru, suka menentang, suka bermain, suka bersaing, berpikir khayal, belum dapat membedakan yang benar dan salah, banyak bertanya, memiliki ingatan yang tajam dan otomatis, menyukai dorongan semangat, perkembangan bahasanya cepat, berperasaan tajam, belum ajeg dalam pendirian. Perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, dan latar belakang keluarga akan turut mempengaruhi dalam pembentukan karakteristik anak secara individual. Kita bayangkan, bagaimana perkembangan anak dalam proses pertumbuhannya banyak mengalami kejadian-kejadian yang traumatis akibat kekerasan yang dilakukan oleh orangtua atau lingkungan

(3)

sekitarnya. Oleh sebab itu tidak tepat bila dikatakan bahwa kekerasan terhadap anak hanya dianggap urusan domestik atau masalah internal keluarga yang tidak boleh diintervensi oleh masyarakat, pemerintah, dan penegak hukum.

Kekerasan terhadap anak akan membawa dampak yang permanen dan berjangka panjang. Upaya penanggulangan terhadap anak korban tindak kekerasan harus dilakukan secepatnya sebab dampak dari kekerasan akan berpengaruh terhadap segi kehidupan sang anak yang pada akhirnya menampilkan berbagai penyimpangan perilaku di kemudian hari dan akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak secara optimal baik secara langsung maupun tidak langsung serta akan menyebabkan anak memiliki masalah-masalah dalam tahap perkembangannya di masa dewasa.

Pada umumnya kasus kekerasan terhadap anak dilakukan dengan menggunakan kekuatan, kuasa, dan posisi seseorang untuk menyakiti anak yang dilakukan oleh orang-orang terdekat anak. Kekerasan terhadap anak tidak hanya dilakukan oleh para orangtua di dalam lingkungan keluarga, tetapi juga oleh guru di lingkungan sekolah dimana sikap oknum guru yang kadang-kadang kasar tidak dapat dibenarkan. Bagi anak, belajar yang efektif adalah belajar yang menyenangkan bukan belajar yang penuh rasa ketakutan dan tekanan.

Di sisi lain anak juga mendapatkan tindak kekerasan dari lingkungan masyarakat misalnya ada masyarakat yang menggunakan berbagai tindak kekerasan sebagai jalan satu-satunya pemecahan masalah. Perilaku para tokoh dalam tayangan TV yang seharusnya menjadi panutan, justru mencontohkan berbagai tindak kekerasan sehingga sangat besar pengaruhnya bagi pembentukkan kepribadian anak di masa mendatang. Situasi-situasi tindak kekerasan terhadap anak jika dibiarkan terus berlangsung dan tidak segera dihentikan, cepat atau lambat maka bangsa ini akan kurang bermoral sebab para pemimpin bangsa ini kelak akan terdiri atas

(4)

orang-orang yang memiliki masa kanak-kanak penuh kekerasan, sehingga alangkah baiknya bila anak-anak diasuh dengan penuh cinta dan kasih sayang, bukan dengan kekerasan.

Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak (PKT-PA) Prof. dr. W. Z. Johannes Kupang di bentuk sebagai salah satu unit khusus yang memberikan layanan terpadu sebagai bentuk kepedulian terhadap semua jenis tindakan yang dialami oleh perempuan dan anak. PKT-PA memberikan layanan terpadu berbasis rumah sakit bagi setiap orang yang mengalami kekerasan dengan menyederhanakan prosedur pelayanan yang dilakukan secara holistik oleh tenaga-tenaga profesional. Sasaran layanan bagi perempuan dan anak yang mengalami kekerasan secara fisik, emosional, seksual, sosial ekonomi, trafficking, dan penelantaran. Jumlah kasus tindak kekerasan terhadap anak yang ditangani oleh pihak PKT-PA meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 sebanyak 5 kasus meningkat menjadi 7 kasus pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 9 kasus pada tahun 2008.

Berdasarkan kenyataan ini, peneliti merasa terpanggil untuk meneliti tentang kekerasan terhadap anak yang dikemas dalam judul :

“ Tindak Kekerasan Terhadap Anak dan Implikasinya Bagi Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Studi Kasus Pada Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak (PKT– PA) RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Tahun 2009 “.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

a. Siapa pelaku tindak kekerasan terhadap anak yang ditangani oleh PKT-PA ? b. Apa saja bentuk-bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelaku ?

(5)

c. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya tindak kekerasan terhadap anak yang ditangani oleh PKT-PA ?

d. Apa dampak dari tindak kekerasan terhadap anak / penderita yang ditangani oleh PKT-PA ?

e. Bagaimana upaya penanggulangan yang dilakukan oleh PKT-PA terhadap anak korban tindak kekerasan ?

f. Bagaimana implikasinya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pelaku tindak kekerasan terhadap anak yang ditangani oleh PKT-PA

b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelaku

c. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya tindak kekerasan terhadap anak yang ditangani oleh PKT-PA

d. Untuk mengetahui dampak tindak kekerasan terhadap anak pada PKT-PA

e. Untuk mengetahui upaya-upaya penanggulangan yang dilakukan oleh PKT-PA terhadap

anak korban tindak kekerasan

f. Untuk mengetahui implikasinya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Bagi korban

(6)

1) Agar korban tindak kekerasan dapat menyadari bahwa masalah yang sedang dihadapinya mendapat perhatian dari berbagai kalangan sehingga ia merasa lebih optimis.

2) Agar korban tindak kekerasan memiliki sikap atau pandangan yang positif atas penderitaannya karena pengalaman yang dialaminya dapat dijadikan sebagai masukan bagi orang lain dalam hal perencanaan program bimbingan dan konseling.

b. Bagi Pusat Krisis Terpadu Untuk Perempuan dan Anak (PKT-PA)

Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan bagi upaya pendampingan.

c. Bagi Orangtua

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada orangtua sebagai orang terdekat anak dalam melakukan pengawasan dan perlindungan terhadap anak.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan agar penelitian ini lebih terfokus pada obyek yang diteliti. Agar fokus penelitian ini terarah, peneliti membatasi lingkup penelitian pada hal-hal berikut :

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah tindak kekerasan terhadap anak 2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak (PKT-PA) Prof. dr. W. Z. Johannes Kupang

(7)

Subyek penelitian ini adalah anak sebagai korban tindak kekerasan, psikolog, psikiater , petugas medis PKT-PA RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

4. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan.

E. Penegasan konsep

Penegasan konsep disini dimaksudkan untuk mendeskripsikan istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, sehingga menjadi lebih jelas dan lebih operasional. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tindak Kekerasan

Menurut Barker (Huraerah 2006: 36), tindak kekerasan adalah perilaku tidak layak yang mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologi, atau finansial baik yang dialami individu maupun kelompok.

Menurut filsuf Hobbes (Bria 2003:18-19), manusia dilihat sebagai makluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional dan anarkistis serta mekanistis yang saling cemburu dan membenci sehingga menjadi kasar, jahat, dan berpikiran pendek. Atas dasar pandangan inilah, Hobbes melihat kekerasan sebagai sesuatu yang sangat alamiah bagi manusia. Karena itu hanya suatu pemerintahan yang keras dan kuat (memakai kekerasan dan kekuatan) yang dapat mengatasi keadaan tersebut.

Jadi Pengertian tindak kekerasan adalah segala macam perbuatan, tindakan atau sikap yang bersifat kasar atau keras dengan berbagai latar belakang dan tujuan tertentu yang selanjutnya mengakibatkan kerugian baik secara fisik maupun psikis terhadap seseorang.

(8)

2. Anak

Menurut undang-undang No 23 tahun 2002 BAB I pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Dalam UU No 39 Tahun 1999 BAB I pasal 1 ayat 5 tentang Hak Asasi Manusia, mendefinisikan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.

Menurut Konvensi Hak Anak, anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai dari awal.

Berdasarkan pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak dalam konteks ini adalah setiap individu yang berada di bawah umur 18 tahun dan belum menikah.

3. Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Kata pelayanan dalam kamus bahasa Indonesia (1990:646), berasal dari kata “layan, melayani” artinya menolong, menyediakan apa yang diperlukan seseorang dengan tujuan pelayanan yang diberikan akan bermanfaat bagi orang yang melayani maupun yang dilayani.

Dewa Ketut Sukardi (1983:21), mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, sehingga individu sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.

(9)

Bernard & Fullmer (prayitno 1969:94), mengemukakan bahwa bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.

Tolbert (prayitno, 1959:89), berpendapat bahwa konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang yaitu konselor dan konseli dimana konselor melalui hubungan ini dan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya menyediakan situasi belajar untuk membentuk konseli yang bermasalah agar dapat memahami diri sendiri, keadaannya sekarang dan kemungkinan keadaan masa depan.

Mc Daniel (Prayitno 1956:100), mengemukakan bahwa konseling merupakan suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan agar individu dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka arti pelayanan bimbingan dan konseling dalam konteks ini yaitu suatu proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur bimbingan dan konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

4. Implikasi

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia W. J. S Poerwadarminta (2003:441), implikasi artinya keterlibatan atau keadaan terlibat.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994:374), memberi arti kata implikasi sebagai suatu keterlibatan, termasuk atau tersimpul, yang disugestikan tetapi tidak dinyatakan.

Dengan mengacu pada kedua pendapat di atas maka arti implikasi dalam penelitian ini yaitu sebagai suatu keterlibatan yang akan dijadikan sebagai masukan yang sangat penting dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling.

(10)

5. Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak (PKT-PA)

PKT-PA merupakan salah satu unit khusus yang memberikan layanan terpadu sebagai bentuk kepedulian terhadap semua jenis tindakan yang dialami oleh perempuan dan anak dengan memberikan layanan terpadu berbasis rumah sakit bagi setiap orang yang mengalami kekerasan seperti kekerasan secara fisik, emosional, seksual, sosial ekonomi, trafficking, dan penelantaran, dengan menyederhanakan prosedur pelayanan yang dilakukan secara holistik oleh tenaga-tenaga professional seperti psikolog, psikiater, konselor, dan para petugas medis.

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh nilai signifikansi p<0,05 adalah pada variabel kualitas alat desinfeksi (p = 0,001 dengan CI 95% (0,626 – 11,183) yang berarti bahwa analisis hubungan

Harga terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat memengaruhi harga dan

Pada fasade bangunan terlihat komposisi dari bentukan dominon persegi panjang yang merupakan transformasi dari rumah panjang Dayak baik itu konsep linieritasnya dan atap pelananya,

• Pelanggan digalakkan untuk bersiap dari dalam bilik dan dilarang berlegar di kawasan locker atau kawasan umum setelah tamat rawatan. Pelanggan

- Jangan sekali-kali menggunakan aksesori atau komponen apa pun dari produsen lain atau yang tidak secara khusus direkomendasikan oleh Philips.. Jika Anda menggunakan aksesori

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini adalah keterampilan mengajar guru menurut persepsi siswa dan motivasi belajar berhubungan dengan hasil

Hati hati dengan budget iklan anda, jika baru coba coba buat saja budget perharinya Rp 10.000,- kemudian analisa dan coba lagi Buat iklan semenarik mungkin untuk diKlik misalnya

B. Catatan : Melaksanakan Program Media Edukasi Covid dengan mengunggah 3 feeds instagaram dan 1whatssapa stori Pelaksanaan Media Edukasi Covid-19 dan