BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan salah satu penerimaan pemerintah
pusat yang sebagian besar hasilnya (90%) diserahkan kembali kepada daerah yang
memungutnya, PBB dikenakan pada 5 sektor yaitu pedesaan, perkotaan, perkebunan,
kehutanan dan pertambangan.
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu primadona sumber
penerimaan dana yang memberikan kontribusi sebesar 10% dari APBD di Provinsi DKI
Jakarta. Rapat koordinasi dilakukan agar para pemungut memberikan himbauan Wajib
Pajak untuk membayar PBB tepat pada waktunya. Sebutan upaya jemput bola pun
dikerahkan di masing – masing wilayah guna peningkatan penerimaan PBB di Provinsi
DKI Jakarta.
Wilayah Jakarta Selatan dan Pusat merupakan wilayah yang rata – rata
penerimaan PBB dengan bernilai tinggi dikarenakan daerah memiliki pertumbuhan yang
berpotensial, sekitar 30 juta / meter untuk lahan sekitar wilayah MH. Thamrin dan
Sudirman. Kemudian wilayah Jakarta Barat dan Utara, wilayah ini tersebar bangunan
industri, gedung bertingkat dan mall. Sedangkan wilayah Jakarta Timur dipadati
perumahan – perumahan masyarakat dan wilayah Kepulauan Seribu yang merupakan
wilayah perairan jakarta yang masih dalam proses perkembangan. Potensi di masing –
masing daerah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB
Ini merupakan beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi penerimaan PBB di
Provinsi DKI Jakarta
1. PDRB per kapita
Pendapatan per kapita menunjukkan kemampuan seseorang untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya, termasuk membayar pajak. Kemampuan seseorang untuk
membayar pajak dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu tingkat pendapatan, jumlah
kekayaan, dan besarnya pengeluaran konsumsi. Semakin tinggi tingkat pendapatan,
kekayaan, dan konsumsi seseorang, berarti semakin tinggi kemampuan orang tersebut
untuk membayar pajak dan berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan pajak.
2. Jumlah wajib pajak
Pertumbuhan penduduk merupakan unsur penting yang dapat memacu
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Penduduk yang besar akan menggerakkan
berbagai kegiatan ekonomi dan merangsang tingkat output atau produksi agregat yang
lebih tinggi, dan pada alchimya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
didorong oleh pendapatan nasional. Peningkatan pendapatan nasional akan menaikkan
NJOP, sehingga semakin tinggi beban PBB yang harus ditanggung oleh wajib pajak.
Kenaikan NJOP juga dapat menciptakan wajib pajak-wajib pajak baru, di mana
masyarakat yang sebelumnya tidak ditetapkan sebagai wajib pajak pada akhirnya
menjadi wajib pajak baru. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
jumlah wajib pajak berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan PBB. Dengan
penjelasan tersebut nampak jelas bahwa pertumbuhan penduduk bila ditangani secara
3. Jumlah bangunan
Bangunan yang juga dijadikan objek PBB adalah konstruksi teknik yang ditanam
atau dilekatkan secara tetap pada tanah (dan / atau perairan), yang diperuntukkan
sebagaitempat tinggal atau tempat berusaha atau tempat yang dapat diusahakan. PBB
merupakan pajak objektif, dimana pengenaan pajak didasarkan pada objek dari PBB,
yaitu bumi dan / atau bangunan, sehingga otomatis yang menjadi objek pajaknya adalah
bumi dan bangunan. Penerimaan PBB dipengaruhi oleh luasan (seberapa besar luas
lahan) dan bangunan yang terkena pajak.
4.2 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta
Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang
memiliki kontribusi untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sehingga upaya peningkatan
terus dilakukan guna meningkatkan anggaran pendapatan daerah yang akan digunakan
sebagai pembiayaan anggaran belanja daerah. Penerimaan Pajak bumi dan bangunan
pada Provinsi DKI Jakarta selalu mencapai targetnya disetiap tahunnya. Untuk
mengetahui seberapa besar penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat dari
Dari tabel diatas dapat dilihat pada setiap tahunnya rencana dan realisasi
penerimaan PBB mengalami fluktuasi. Untuk rencana penerimaan PBB mengalami
penurunan pada tahun 2011 dari rencana penerimaan tahun 2010 sebesar Rp.
2.127.564.195.974 dan turun menjadi Rp.1.905.376.354.180 ini dikarenakan adanya
evaluasi target yang dilakukan setiap pertengahan tahun guna pencapaian target diakhir
tahun. Untuk realisasi penerimaan PBB selalu mengalami pertumbuhan dari tahun ke
tahun sesuai dengan uraian penulis, bahwa Provinsi DKI Jakarta selalu mencapai target
bahkan melebihi target disetiap tahunnya.
Realisasi penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta selalu mencapai target
disetiap tahunnya namun hal itu masih diperlukan kontrol yang baik guna dapat
mempertahankan dan lebih meningkatkan penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta
ditahun berikutnya.
4.3 Tingkat Pencapaian Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta
Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan terbesar di Indonesia, selain
itu sebagai pusat pemerintahan dan juga merupakan pusat bisnis dan keuangan. Dengan
Tabel 4.1
Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Periode 2010 s/d 2012
Periode Rencana (Rp,-) Realisasi (Rp,-) 2010 2.127.564.195.974 2.453.165.210.136 2011 1.905.376.354.180 2.559.721.401.741 2012 2.567.701.600.000 2.817.593.488.581 Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah Pemprov DKI Jakarta
keadaan wilayah ini, maka dapat dipastikan tingkat penerimaan pajak guna
meningkatkan penerimaan APBD pun sesuai target. Untuk mengetahui tingkat
pencapaian PBB pada wilayah – wilayah di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat dari tabel
– tabel berikut ini
Tabel 4.2
Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2010 WILAYAH 2010 RENCANA (Rp,-) REALISASI (Rp,-) %
Kanwil DJP Jakarta Pusat 363.989.191.602 441.264.794.833 121,23% Kanwil DJP Jakarta Barat 367.266.322.949 433.646.248.293 118,07% Kanwil DJP Jakarta Selatan 685.352.580.587 759.162.761.654 110,77% Kanwil DJP Jakarta Timur 257.887.818.102 302.411.985.520 117,26% Kanwil DJP Jakarta Utara 453.068.282.734 516.679.419.836 114,04% 2.127.564.195.974 2.453.165.210.136 115,30% Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta
Berdasarkan tabel IV.3 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010,
penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta mencapai target bahkan melebihi target
dengan persentase pencapaian sebesar 115,30%. Pencapaian target tersebut didukung
oleh pencapaian beberapa wilayah di Provinsi DKI Jakarta. Wilayah Jakarta Pusat
merupakan wilayah Jakarta dengan pencapaian penerimaan PBB tertinggi yakni sebesar
121,23% dimana realisasi penerimaan sebesar Rp. 441.264.794.833 dengan target yang
direncanakan sebesar Rp. 363.989.191.602. Sedangkan tingkat pencapaian penerimaan
PBB terendah yaitu Wilayah Jakarta Selatan dengan persentase pencapaian sebesar
direncanakan sebesar Rp. 685.352.580.587. Meskipun wilayah Jakarta Selatan berada di
urutan terendah dalam persentase tingkat pencapaian namun wilayah ini merupakan
wilayah dengan penerimaan PBB terbesar diantara wilayah-wilayah DKI Jakarta. Secara
keseluruhan tingkat pencapaian setiap Wilayah Provinsi DKI Jakarta diatas 100%.
Tabel 4.3
Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2011 WILAYAH 2011 RENCANA (Rp,-) REALISASI (Rp,-) %
Kanwil DJP Jakarta Pusat 364.054.635.845 475.919.657.998 130,73% Kanwil DJP Jakarta Barat 339.794.187.399 453.479.736.173 133,46% Kanwil DJP Jakarta Selatan 556.734.555.565 838.474.637.261 150,61% Kanwil DJP Jakarta Timur 223.404.720.326 318.701.470.381 142,66% Kanwil DJP Jakarta Utara 421.388.255.045 473.145.899.928 112,28% 1.905.376.354.180 2.559.721.401.741 134,34% Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta
Berdasarkan tabel IV.4 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011,
pencapaian penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya dengan persentase sebesar 115,30% menjadi 134,34%. Wilayah Jakarta
Selatan merupakan Wilayah dengan tingkat pencapaian tertinggi dengan tingkat
pencapaian sebesar 150,61% dimana realisasi penerimaan PBB sebesar
Rp.838.474.637.261 dengan target yang telah direncanakan sebesar Rp.556.734.555.565
Perolehan tertinggi PBB mayoritas dari wajib pajak yang mendapat gati rugi
pembebasan tanah. Seperti 2 kelurahan, yakni Kel. Rawajati pembebasan lahan untuk
Sedangkan wilayah yang tingkat pencapaiannya terendah adalah wilayah Jakarta Utara
dengan tingkat pencapaian 112.28%, dimana realisasi penerimaan PBB sebesar
Rp.473.145.899.928 dengan target yang direncanakan sebesar Rp.421.388.255.045.
Namun secara keseluruhan tingkat pencapaian penerimaan PBB setiap wilayah
meningkat kecuali Wilayah Jakarta Utara.
Tabel 4.4
Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2012 WILAYAH 2012 RENCANA (Rp,-) REALISASI (Rp,-) %
Kanwil DJP Jakarta Pusat 453.000.000.000 502.937.046.418 111,02% Kanwil DJP Jakarta Barat 451.970.000.000 477.850.717.754 105,73% Kanwil DJP Jakarta Selatan 771.926.600.000 872.494.865.799 113,03% Kanwil DJP Jakarta Timur 306.332.000.000 346.802.079.418 113,21% Kanwil DJP Jakarta Utara 584.473.000.000 617.508.779.192 105,65% 2.567.701.600.000 2.817.593.488.581 109,73% Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta
Berdasarkan tabel VI.4 diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2012, tingkat
pencapaian penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yakni sebesar 134,34% menjadi 109,73%. Wilayah dengan urutan
pencapaian tertinggi adalah wilayah Jakarta timur yakni sebesar 113,21% dimana
realisasi penerimaan sebesar Rp.346.802.079.418 dengan target yang direncanakan
sebesar Rp. 306.332.000.000. Sedangkan wilayah dengan urutan pencapaian terendah
105,65% dimana realisasi penerimaan sebesar Rp.617.508.779.192 dengan target yang
direncanakan sebesar Rp.584.473.000.000
Gambar 4.1
Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta Periode 2010 s/d 2012 0 500.000.000.000 1.000.000.000.000 1.500.000.000.000 2.000.000.000.000 2.500.000.000.000 3.000.000.000.000 2010 2011 2012 rencana realisasi
Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta
Berdasarkan tabel 2,3, dan 4 dapat dilihat bahwa antara rencana dan realisasi
penerimaan PBB di masing- masing wilayah di Provinsi DKI Jakarta mengalami
fluktuasi disetiap tahunnya. Wilayah Jakarta Pusat dan Selatan merupakan wilayah yang
dapat menghasilkan penerimaan PBB yang cukup optimal untuk Provinsi DKI Jakarta
dibandingkan dengan wilayah lainnya. Sedangkan Wilayah lainnya, khususnya wilayah
Jakarta Utara masih harus terus berupaya guna pencapaian target yang optimal lagi
ditahun berikutnya. Namun jika dilihat pada grafik 1, secara keseluruhan target dan
realisasi penerimaan PBB di Provinsi DKI meningkat disetiap tahunnya.
4.4 Penetapan Target PBB Provinsi DKI Jakarta
Penetapan Penetapan target PBB disetiap tahunnya direncanakan bersama dan
mengukur keberhasilan pencapaian penerimaan PBB pada setiap wilayah di DKI
Jakarta. Penetapan target ini mempengaruhi tingkat pencapaian penerimaan di akhir
tahun. Ini merupakan tabel mengenai target – target PBB yang ditetapkan oleh PemProv
DKI Jakarta serta laju pertumbuhan target – target PBB yang ditetapkan Pemprov DKI
Jakarta.
Tabel 4.5
Target PBB dan Laju Pertumbuhan Target PBB Provinsi DKI Jakarta Periode 2010 s/d 2012
WILAYAH 2010 2011 Laju 2012 Laju
RENCANA (Rp,-) RENCANA (Rp,-) Pertumbuhan (%) RENCANA (Rp,-) Pertumbuhan (%) Jakarta Pusat 363.989.191.602 364.054.635.845 0,02% 453.000.000.000 24,43% Jakarta Barat 367.266.322.949 339.794.187.399 -7,48% 451.970.000.000 33,01% Jakarta Selatan 685.352.580.587 556.734.555.565 -18,77% 771.926.600.000 38,65% Jakarta Timur 257.887.818.102 223.404.720.326 -13,37% 306.332.000.000 37,12% Jakarta Utara 453.068.282.734 421.388.255.045 -6,99% 584.473.000.000 38,70% 2.127.564.195.974 1.905.376.354.180 -10,44% 2.567.701.600.000 34,76%
Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta
Berdasarkan data yang diperoleh, disetiap tahunnya target yang ditetapkan
mengalami fluktuasi, ini dikarenakan setiap penetapan target PBB melalui beberapa
tahapan. Tahapan itu dilakukan agar dapat mencapai target diakhir tahun. Tahapan
tersebut juga melakukan perimbangan dengan target APBD yang telah ditetapkan.
Realiasasi penerimaan PBB diakhir tahun menjadi dasar penetapan target PBB diawal
tahun, kemudian dipertengahan tahun akan ada evaluasi dimana yang menjadi dasar
perubahan apabila pencapaian pertengahan tahun dibawah atau melebihi rata – rata
persentase pencapaian pertengahan tahun sebelumnya.
Gambar 4.2
Laju Penetapan Target PBB di Provinsi DKI Jakarta Periode 2010 s/d 2012 0 100.000.000.000 200.000.000.000 300.000.000.000 400.000.000.000 500.000.000.000 600.000.000.000 700.000.000.000 800.000.000.000 900.000.000.000 2010 2011 2012 Kanwil DJP Jakarta Pusat Kanwil DJP Jakarta Barat Kanwil DJP Jakarta Selatan Kanwil DJP Jakarta Timur Kanwil DJP Jakarta Utara
Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta
Berdasarkan Grafik diatas, ini sangat jelas terlihat Target yang ditetapkan pada Tahun
2011, hanya Wilayah Jakarta Pusat yang mengalami kenaikan penetapan target diantara
wilayah lainnya yang mengalami penurunan penetapan target dikarenakan pada Tahun
2010, Wilayah Jakarta Pusat dapat mencapai target dengan persentanse tertinggi diantara
Wilayah – wilayah lain. Sedangkan pada wilayah lain mengalami penurunan penetapan
target ditahun 2011 dikarenakan pada tahun sebelumnya meskipun sudah sesuai dengan
target namun kurang optimal sehingga guna pencapaian yang optimal ditahun berikutnya
transisi perencanaan PBB didaerahkan namun yang akhirnya mulai ditetapkan sebagai
pajak daerah per 1 januari 2013. Pada tahun 2012, semua Wilayah mengalami kenaikan
targtet dikarenakan pada tahun 2011 pencapaian atas target masing – masing wilayah
cukup optimal dibanding tahun sebelumnya. Secara keseluruhan persentase pencapaian
target PBB Provinsi DKI Jakarta mencapai persentase 134,34%. Perubahan target
tersebut dilakukan guna pencapaian penerimaan PBB dapat mencapai target bahkan
melebihi target yang telah ditetapkan sehingga dapat dilihat realisasi penerimaan PBB di
Provinsi DKI Jakarta disetiap tahunnya dapat mencapai target diatas 100%.
4.5 Kontribusi Penerimaan PBB Terhadap Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan dibagi untuk Pemerintah Pusat dan
Daerah dengan imbangan 90 % untuk Pemerintah Daerah dan 10% untuk Pemerirntah
Pusat. Penerimaan PBB untuk Pemerintah Daerah akan berkontribusi kepada APBD.
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta
terhadap APBD dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.6
Kontribusi Penerimaan PBB Terhadap Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2010 s/d 2012 TAHUN 2009 2010 2011 2012 APBD (Rp,-) 19.289.283.236.067 23.025.986.997.127 28.691.050.169.821 38.366.680.073.841 PBB-P2 (Rp,-) 2.202.100.752.452 2.453.165.210.136 2.559.721.401.741 2.817.593.488.581 (%) 11,42 10,65 8,92 7,34
Dilihat dari tabel diatas, penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta memiliki
kontribusi rata – rata dibawah 10% untuk APBD. Pada setiap tahunnya kontribusi
penerimaan PBB menurun dikarenakan persentase kenaikan Anggaran APBD yang
semakin melaju lebih tinggi dibandingkan laju penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta
meskipun peningkatan penerimaan PBB terjadi disetiap tahunnya. Hal ini juga
dikarenakan pembagian hasil penerimaan PBB yang dibagi untuk pemerintah daerah dan
pemerintah pusat, sehingga PBB tidak dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi
APBD Provinsi DKI Jakarta. Oleh sebab itu, mulai per 1 januari 2013, sesuai dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yang disah kan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 15 September
tahun 2009, maka seluruh daerah Provinsi maupun Kabupaten termasuk Daerah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta memperoleh perluasan objek pajak daerah sebagai
sumber penghasilan tambahan dalam penyelenggaraan pembangunan dan urusan
pemerintahan lainnya. Perluasan objek pajak bagi daerah yang diatur dalam
Undang-Undang tersebut meliputi pendaerahan objek Pajak Bumi dan Bangunan yang tadinya
sebagai pajak pusat, akan dialihkan menjadi pajak daerah.
Adanya pendaerahan jenis pungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang
diamanatkan oleh pemerintah pusat selambat-lambatnya Januari tahun 2013, diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan keuangan daerah yang selama ini dirasakan belum
mencukupi. Oleh karena itu dengan penambahan jenis pajak baru serta keleluasaan
dalam menerapkan tarif pajak daerah (diskresi tarif) sebagaimana diamanatkan
dapat mengoptimalkan pendapatan daerah dalam pembiayaan APBD paralel dengan
peningkatan pelayanan bagi masyarakat.
Dengan adanya pendaerahan Pajak Bumi dan Bangunan, daerah memiliki
kewenangan yang lebih besar untuk mengatur rumah tangganya sendiri, baik dari aspek
perencanaan, keuangan, maupun pelaksanaan.Dengan menganut prinsip keadilan, maka
dalam kebijakan otonomi daerah tak hanya mengatur peningkatan wewenang dan
tanggung jawab Daerah tetapi juga upaya kemandirian daerah dengan memberikan
kebebasan menggali sumber penerimaannya sendiri.
4.6 Pelaksanaan Penyampaian SPPT PBB di Provinsi DKI Jakarta
SPPT PBB merupakan salahsatu sarana utama yang digunakan pemerintah dalam
melaksanakan pemungutan pajak bumi dan bangunan. Di Provinsi DKI Jakarta
pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan diatur dalam Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta Nomor 81 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Koordinasi
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta dan menindaklanjuti
Surat Tugas Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta tentang
Tim Penyampaian SPPT-PBB. Pelaksanaan koordinasi pemungutan pajak bumi dan
bangunan di Provinsi DKI Jakarta dengan SPPT-PBB melalui beberapa prosedur. Untuk
mengetahui pelaksanaan penyampaian SPPT PBB dan jumlah SPPT PBB yang
Tabel 4.7
Jumlah SPPT PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2010
Jumlah Jumlah Jumlah
Wilayah SPPT PBB SPPT PBB SPPT PBB
yang diterima yang disampaikan belum disampaikan
Wilayah Jakarta Pusat 233.224 201.467 31.757
Wilayah Jakarta Barat 412.621 255.417 157.204
Wilayah Jakarta Selatan 282.944 280.997 1.947
Wilayah Jakarta Timur 461.932 451.495 10.437
Wilayah Jakarta Utara 368.741 348.321 20.420
Wilayah Kep. Seribu 4.533 2.410 2.123
1.763.995 1.540.107 223.888
Sumber data Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta
Tabel diatas merupakan jumlah SPPT PBB Tahun 2010 yang diterima oleh Tim
Penyampaian SPPT tingkat Kelurahan masing-masing wilayah, jumlah SPPT PBB
Tahun 2010 yang telah disampaikan oleh Tim Penyampaian SPPT tingkat Kelurahan
masing-masing wilayah dan jumlah SPPT PBB Tahun 2010 yang belum disampaikan
oleh Tim Penyampaian SPPT tingkat Kelurahan masing-masing wilayah.
Sebelum pelaksanaan kegiatan penyampaian SPPT PBB, BPKD
menyebarluaskan informasi kegiatan penyampaian SPPT PBB kepada masyarakat
selama 2 minggu sebelum waktu penyampaian baik melalui brosur – brosur, spanduk
dan pelayanan melalui media lainnya. Informasi yang disampaikan meliputi batas waktu
dan tempat pengambilan/penyampaian SPPT PBB, SPPT PBB dapat diambil oleh wajib
pemberitahuan bahwa SPPT PBB dapat dibayar pada Bank Persepsi dan Bank lainnya
yang ditunjuk.
Tahap Penyampaian SPPT PBB dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. SPPT PBB buku I s.d buku V dalam satu Wilayah Kalurahan oleh
KPP Pratama terlebih dahulu dikelompokan kedalam satuan Wilayah
RT/Blok dan dilengkapi dengan daftar nama dan alamat Wajib Pajak
pada tiap-tiap RT/Blok.
b. SPPT PBB Buku I s.d Buku IV dan DHKP secara utuh semua wajib
pajak diserahkan oleh KPP Pratama kepada Kepala Kelurahan selaku
penanggung jawab Tim Kerja pelaksanaan penyampaian SPPT PBB
dengan Berita Acara Penyerahan SPPT PBB.
c. SPPT Buku V (tanpa DHKP) diserahkan kepada WP oleh KPP
Pratama.KPP Pratama membuat Berita Acara sebagaimana tersebut
pada huruf b, dibuat dalam rangkap 5 (lima) untuk disistribusikan
kepada Badan Pengelola Keuangan Daerah, Kepala KPP Pratama,
Wakil/Bupati, Camat, dan Lurah.
d. Berita Acara Penyerahan SPPT PBB ditandatangani oleh Kepala KPP
Pratama sebagai pihak yang menyerahkan SPPT PBB, Lurah selaku
penanggung jawab sebagai pihak penerima SPPT PBB, dan Kepala
Seksi Pemerintahan Kecamatan sebagai saksi.
e. SPPT PBB yang telah dihimpun per wilayah RT/Blok kemudian oleh
f. SPPT PBB dapat disampaikan melalui beberapa tahapan,
diantaranyaTahap Pertama, SPPT PBB disampaikan oleh petugas
selaku anggota TIM Kerja secara langsung kepada wajib pajak atau
kuasanya (door to door) dalam waktu paling lama 15 (lima belas)
hari.Untuk memenuhi batas waktu 15 (lima belas) hari penyampaian
SPPT PBB, Lurah dapat menugaskan staf Kalurahan atau lembaga
masyarakat (petugas RT/RW, Karang Taruna) untuk menyampaikan
SPPT PBB kepada Wajib Pajak, dan penyampaian SPPT PBB Tahap
Pertama dilakukan secara serentak dalam satu wilayah
Kecamatan.Tahap Kedua, terhadap SPPPBB yang belum
tersampaikan pada tahap pertama diserahkan kembali kepada KPP
Pratama setempat. SPPT PBB yang disampaikan pada tahap kedua
adalah SPPT PBB yang belum tersampaikan pada penyampaian SPPT
PBB tahap pertama yang dilakukan oleh petugas KPP Pratama.
Struk SPPT yang disampaikan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya
dengan mencantumkan tanggal saat SPPT PBB tersebut diterima wajib pajak atau
kuasanya dan selanjutnya dihimpun oleh petugas kelurahan secara berkala diserahkan ke
KPP Pratama dengan cara diantaranya :
1. Melalui Tim Kerja
a. Struktur SPPT buku I s.d buku IV dari wajib pajak yang telah
dihimpun oleh Tim Kerja diserahkan oleh Lurah kepada KPP
Pratama setiap hari senin dengan menggunakan formulir
didistribusikan kepada Kepala KPP Pratama, Walikota, dan
Kelurahan.
b. Struk SPPT yang diterima dari Kelurahan dikompilasi sebagai
bahan laporan disampaikan kepada Walikota dan Badan Pengelola
Keuangan Daerah.
c. BPKD menerima laporan rekapitulasi struk SPPT yang diterima
KPP Pratama sebagai hasil kompilasi yang diterima Kelurahan
melalui Walikota.
2. Melalui KPP Pratama
a. Struk SPPT PBB buku V yang disampaikan oleh KPP Pratama
kepada WP setiap hari Senin melaporkan penerimaan Struk
SPPT-PBB tersebut kepada Kanwil Direktorat Jendral Pajak
dengan tembusan Badan Pengelola Keuangan Daerah dan Kota
Administrasi/ Kabupaten Administrasi.
b. BPKD menerima rekapitulasi penyampaian Struk SPPT-PBB
Tabel 4.8
Jumlah SPPT PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2011
Jumlah Jumlah Jumlah
Wilayah SPPT PBB SPPT PBB SPPT PBB yang diterima yang disampaikan yang belum disampaikan Wilayah Jakarta Pusat 234.564 227.970 6.594 Wilayah Jakarta Barat 421.497 418.993 2.050 Wilayah Jakarta Selatan 291.135 290.012 1.123 Wilayah Jakarta Timur 467.693 451.217 16.476 Wilayah Jakarta Utara 371.307 365.609 5.698
Wilayah Kep. Seribu 4.587 4.481 106
1.790.783 1.758.282 32.047
Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta
Seperti tahun sebelumnnya, Pelaksanaan kegiatan penyampaian SPPT PBB,
dimulai dengan BPKD yang menyebarluaskan informasi kegiatan penyampaian SPPT
PBB kepada masyarakat selama 2 minggu sebelum waktu penyampaian baik melalui
spanduk. Informasi yang disampaikan meliputi tempat pengambilan SPPT PBB dan
tanggal pengambilan. Informasi ini melalui spanduk yang dipasang ditempat – tempat
strategis, diharapkan agar masyarakat dapat mengetahui mengenai informasi tersebut.
Pelaksanaan penyampaian SPPT PBB di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan oleh
Tim penyampaian SPPT PBB tingkat Kelurahan yang terdiri dari aparat Kelurahan dan
aparat Direktorat Jenderal Pajak/aparat KPP Pratama yang ada di masing-masing Kota
/Kabupaten Administrasi berdasarkan Surat Tugas dari masing-masing wilayah;
Tim Pemantauan Pelaksanaan Penyampaian SPPT-PBB Provinsi DKI Jakarta
Surat Tugas Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor
820/-082.74, tentang Pemantauan Pelaksanaan Penyampaian SPPT-PBB di Provinsi
DKI Jakarta Tahun Anggaran 2011 telah melakukan pemantauan ke 5 (lima) wilayah
kota administrasi, dan menemukan beberapa kendala yang menyebabkan belum
tersampaikannya SPPT PBB Tahun 2011, diantaranya adalah sebagai berikut;
a. Alamat Subjek Pajak tidak ditemukan atau tidak diketahui.
b. Adanya SPPT PBB Ganda/Double SPPT PBB.
c. Pemilik Objek Pajak tidak ada ditempat.
SPPT PBB yang belum disampaikan tersebut, sudah dikembalikan ke
masing-masing KPP Pratama.
Secara keseluruhan setiap tahunnya pada periode 2010 s/d 2012 pelaksanaan
penyampaian dan pemungutan memiliki kesamaan prosedur. Untuk mengetahui jumlah
Tabel 4.9
Jumlah SPPT PBB Provinsi DKI Jakarta Periode Anggaran 2012
Jumlah Jumlah Jumlah
Wilayah SPPT PBB SPPT PBB SPPT PBB yang diterima yang disampaikan belum disampaikan
Wilayah Jakarta Pusat 241.904 234.833 7.071
Wilayah Jakarta Barat 424.514 420.052 4.462
Wilayah Jakarta Selatan 398.134 390.287 7.847
Wilayah Jakarta Timur 473.844 463.457 10.387
Wilayah Jakarta Utara dan Kep. Seribu 318.466 317.487 979
1.856.862 1.826.116 30.746
Sumber data : Badan Pengelola Keuangan Daerah PemProv DKI Jakarta
Sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 34 Tahun 2010 tentang
Pemberian Biaya Operasional Penyampaian SPPT PBB dan Pengadministrasian Struk
PBB, serta Surat Tugas Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Nomor 1358/1.724 tentang Pelaksanaan Pengadministrasian Struk PBB Tahun 2012 di
Provinsi DKI Jakarta. Pengadministrasian Struk PBB melalui berapa tahapan, sebelum
dilakukan pengadministrasian maka dilakukan penyampaian SPPT PBB.
Setelah kegiatan penyampaaian SPPT PBB dilaksanakan sebagaimana mestinya
selanjutnya Tim kelurahan melakukan kegiatan sebagai berikut
1. Menghimpun Struk SPPT PBB per RT/Blok
2. Menyampaikan Struk SPPT PBB yang diterima dari Wajib Pajak ke KPP
Pratama setempat
Berdasarkan Laporan dari Tim Kelurahan, Tim Kecamatan selanjutnya
melaksanakan kegiatan sebagai berikut
1. Mengadministrasikan Struk SPPT PBB dari masing – masing Kelurahan.
2. Memantau perkembangan penyampaian SPPT PBB dan pengadministrasian
Struk SPPT PBB yang disampaikan Tim Kelurahan.
3. Menghimpun laporan penyampaian SPPT PBB pengadminitrasian Struk
SPPT PBB dari masing – masing Tim Kelurahan kepada Tim
Kota/Kabupaten Administrasi
Setelah laporan dari Tim Kecamatan, Tim Kota/Kabupaten selanjutnya melaksanakan
kegiatan sebagai berikut
1. Memantau perkembangan penyampaian SPPT PBB dan pengadministrasian
Struk SPPT PBB yang disampaikan Tim Kelurahan maupun Tim Kecamatan
2. Menerima laporan penyampaian SPPT PBB dan pengadministrasian Struk
SPPT PBB dari masing – masing Tim Kecamatan
3. Membuat daftar penyampaian SPPT PBB dan pengadministrasian Struk
SPPT PBB dari masing – masing Kelurahan dan Kecamatan.
4. Melaporkan hasil pemantauan perkembangan penyampaian SPPT PBB dan
pengadministrasian Struk SPPT PBB kepada Tim Provinsi melalui Badan
4.7 Hambatan dalam Pencapaian Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta
Dalam pelaksanaan pemungutan guna mengoptimalkan pencapaian penerimaan
PBB di Provinsi DKI Jakarta mengalami beberapa hambatan. Hambatan ini berasal dari
pihak pemungut pajak maupun dari pihak wajib pajak. Secara keseluruhan pada dari
periode anggaran 2010 s/d 2012 PemProv DKI Jakarta mengalami hambatan – hambatan
dalam pencapaian penerimaan PBB seperti berikut ini
a. Jakarta Pusat
1) Banyak Wajib Pajak yang sudah melunasi
pembayaran PBB pada Bank Tempat Pembayaran
tidak terekam pada basis data sehingga dalam print
out untuk diberikan himbauan masih muncul padahal
telah dilunasi.
2) Perlu perbaikan dan evaluasi sistem pembayaran
on-line System, mengingat masih banyak kendala
dilapangan.
3) Masih banyak Wajib Pajak potensial menunggak
PBB terutama Wajib Pajak yang ada kaitannya
dengan aset sekretariat negara, kepada mereka sudah
dihimbau maupun diundang ke Kantor Walikota
Jakarta Pusat.
b. Jakarta Utara
1) Masih terdapat SPPT PBB yang dikembalikan ke
lembaran SPPT ganda, obyek/alamat tidak jelas,
perbedaan luas tanah/bangunan dan SPPT tanah yang
masih dalam proses hukum. Khusus lokasi tanah
yang bermasalah perlu dicermati apakah perlu atau
tidak diterbitkan SPPTnya.
2) Keterlambatan penyampaian SPPT PBB dari KPP
Pratama kepada Kelurahan dan dari Kelurahan
kepada Wajib Pajak (masyarakat).
3) Masih Kurang optimalnya koordinasi, Integrasi dan
sinkronisasi antara unsur yang terkait dengan
pemungutan PBB seperti KPP Pratama, Kecamatan,
dan Kelurahan, seperti sosialisasi kepada Wajib
Pajak (masyarakat) terutama kepada Wajib Pajak
yang menunggak.
4) Masih Belum optimalnya pelaksanaan proses
penagihan kepada para wajib pajak yang
menunggak.
5) PT. Bank DKI Jakarta di Kota Administrasi Jakarta
Utara sebagai Bank Operasional penerima
pembayaran PBB masih sangat terbatas jumlahnya,
sehingga sangat menyulitkan masyarakat / wajib
pajak yang lokasi tempat tinggalnya relatif jauh dari
c. Jakarta Barat
1) Masih terdapat SPPT PBB bermasalah dengan
jumlah yang cukup besar akibat belum adanya
batas-batas yang jelas SPPT dikategorikan sebagai SPPT
bermasalah yang diperparah oleh kurangnya
pemahaman aparat yang bertugas menyampaikan
SPPT PBB.
2) Kurang gencarnya dilakukan pembenahan atas basis
data Sismiop pada jajaran Direktorat Jenderal Pajak.
3) Terdapat kawasan dimana wajib pajak kurang dapat
memanfaatkan secara optimal bumi/bangunan yang
ditetapkan menjadi objek pajak, sehingga dilematis
dengan teori bahwa PBB dikenakan atas manfaat
yang diperoleh wajib pajak.
d. Jakarta Selatan
1) Di wilayah Jakarta Selatan SPPT masih banyak yang
alamatnya salah, double, kesalahan nama, tidak
ditemukan objeknya.
2) Banyak terbitnya SPPT pada tanah yang telah
berubah fungsi menjadi taman, atau fungsi lainnya.
3) Adanya SPPT PBB yang terbit atas nama induk,
walaupun telah diusulkan bahwa tanah tersebut telah
tetap terbit SPPT PBB disamping pecahannya juga
terbit SPPT PBBnya.
4) Banyaknya tanah yang telah menjadi jalan tol, belum
pendataan ulang terhadap objek pajak tersebut.
5) Banyaknya NJOP yang tidak sama walaupun dalam
1 (satu) lokasi telah berubahnya bangunan, sehingga
perlunya pendataan ulang terhadap bangunan
e. Jakarta Timur
1) Masih kurangnya koordinasi dan komunikasi antara
perangkat Kota Administrasi, Kecamatan dan
Kelurahan dengan Kanwil DJP Jakarta Timur dan
KPP Pratama dalam pengelolaan PBB khususnya
mengenai permasalahan SPPT PBB.
2) Perlunya ditingkatkan kegatan operasi sisir, jemput
bola dan lainnya untuk pengamanan penerimaan
PBB di wilayah Jakarta Timur.
3) Masih kurang optimalnya pelayanan kepada Wajib
Pajak yang bermasalah di wilayah Jakarta Timur.
Berdasarkan data diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa Provinsi DKI
Jakarta mengalami hambatan – hambatan sebagai berikut ini
a. Masih kurangnya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
antar unsur yang terkait dengan pemungutan PBB seperti
sosialisasi wajib pajak (masyarakat) terutama wajib pajak
yang menunggak.
b. Di tingkat wilayah masih adanya SPPT PBB yang
alamatnya tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
c. Masih adanya SPPT PBB yang terbit atas nama Induk,
walaupun telah diusulkan bahwa tanah tersebut telah
dipecah menjadi beberapa bagian, sehingga induk tetap
terbit SPPT PBBnya disamping pecahannya juga terbit
SPPTnya.
d. Banyaknya tanah yang telah menjadi jalan tol, tetapi
belum didata ulang data objeknya.
e. Banyaknya NJOP yang tidak sama walaupun dalam satu
lokasi telah berubah bangunan, sehingga perlu adanya
pendataan ulang terhadap objek pajaknya.
f. Masih kurang optimalnya pelaksanaan proses penagihan
kepada para wajib pajak yang menunggak.
4.8 Upaya – Upaya Peningkatan Penerimaan PBB Provinsi DKI Jakarta
Penerimaan PBB di Provinsi DKI Jakarta pada periode 2010 s/d 2012 meningkat
dari tahun ketahunnya, ini jelas tidak terlepas dari upaya – upaya yang dilakukan oleh
PemProv DKI Jakarta untuk mengoptimalkan penerimaan PBB. Upaya – upaya yang
a. Jakarta Pusat
Koordinasi terus dilaksanakan dengan Kanwil Direktorat
Jenderal Pajak Wilayah Jakarta Pusat, sehingga tingkat
pencapaian penerimaan PBB dapat meningkat.
b. Jakarta Utara
1) Melakukan himbauan kepada masyarakat baik secara
tertulis maupun lisan tentang arti penting dan
manfaat pembayaran PBB.
2) Mengadakan pertemuan dengan Instansi terkait
sebagai evaluasi penerimaan PBB dan Pengamanan
Penerimaan serta membahas hambatan yang terjadi
dalam pemungutan PBB
3) Melaksanakan penagihan kepada para wajib pajak
yang menunggak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4) Melakukan kegiatan jemput bola untuk
meningkatkan penerimaan PBB di Wilayah Jakarta
Utara.
c. Jakarta Barat
1) Melaksanakan dan meningkatkan koordinasi dengan
Barat untuk meingkatkan penerimaan dan
pengamanan PBB Tahun.
2) Akselerasi penerimaan PBB dari komponen pokok,
diantaranya dengan pelaksanaan operasi jemput bola
PBB untuk menjaring penerimaan
3) Perlu didefinisikan dengan lebih baik kategori SPPT
bermasalah diikuti dengan sosialisasi kepada petugas
penyampaian SPPT PBB serta pembenahan basis
data SISMIOP pada jajaran Direktorat Jenderal Pajak
4) Untuk mengatasi kesulitan penyampaian SPPT PBB
Buku V oleh KPP Pratama melalui Account
Representative dilakukan kerjasama dengan aparat
pemerintah daerah tingkat Kecamatan dan
Kelurahan. Namun demikian kedepan perlu disusun
kebijakan yang lebih tegas mengenai peran, fungsi
dan kedudukan Pemerintah Kecamatan dan
Kelurahan dalam penyampaian SPPT PBB Buku V.
d. Jakarta Selatan
1) Membuat Surat Himbauan secara intensif
pembayaran PBB dari Kelurahan kepada warganya,
sehingga diharapkan mempermudah kepada wajib
pajak untuk membayar PBB ditempat yang terdekat,
2) Melaksanakan jemput bola secara berkesinambungan
yang dilaksanakan di Kecamatan dan Kelurahan
sesuai dengan kesepakatan bersama.
3) Melaksanakan rapat koordinasi para wakil Camat
dan Instansi terkait setiap hari rabu di ruang rapat
Wakil Walikota Jakarta Selatan.
4) Melaksanakan sosialisasi dalam berbagai macam
bentuk (sapnduk, pemanfaatan media elektronik tv,
radio, serta penyebaran leaflet)
5) Membuat panggilan kepada Wajib Pajak potensial ke
Walikota Jakarta Selatan, dimana para Wajib Pajak
membuat Surat Pernyataan kesediaan pembayaran
PBB.
e. Jakarta Timur
1) Untuk pengamanan target penerimaan PBB terus
dilakukan upaya peningkatan koordinasi dan
komunikasi antara perangkat Kota Administrasi,
Kecamatan dan Kelurahan dengan Kanwil DJP
Jakarta Timur, dan hal ini sangat penting dilakukan
menjelang beralihnya pengelolaan PBB ke
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
2) Melaksanakan pembinaan kepada para Lurah yang
dimaksudkan agar perangkat Kelurahan lebih
menggiatkan kegiatan operasi sisir atau jemput bola
Berdasarkan data diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa Provinsi DKI
Jakarta melakukan upaya – upaya sebagai berikut guna meningkatkan penerimaan PBB
di Provinsi DKI Jakarta
a. Perlu ditngkatkan lagi koordinasi yang selama ini telah
baik agar lebih intensif dan lebih baik lagi untuk
pengamanan penerimaan PBB.
b. Berkoordinasi dengan KPP Pratama agar tidak timbul lagi
adanya data objek pajak PBB yang tidak sesuai dengan
alamatnya.
c. Perlunya pendataan ulang terhadap objek pajak karena
objeknya sudah berubah.
d. Memonitor kembali penyampaian SPPT PBB pada tingkat
Kelurahan atau petugas yang menyampaikan dan perlunya
penyempurnaan Basis Data PBB sehingga tidak
menimbulkan SPPT PBB bermasalah.
e. Perlu melaksanakan rekonsiliasi penerimaan PBB per
Wilayah setiap bulannya, sehingga realiasasi penerimaan
dapat selalu dimonitor.
f. Melaksanakan penagihan aktif kepada para wajib pajak
yang menunggak sesuai dengan ketentuan yang berlaku