61 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Posttest Penguasaan Konsep Siswa
Berdasarkan hasil pengujian pada data posttest sebelumnya telah diketahui
bahwa siswa pada kedua kelas tersebut memiliki pengetahuan awal yang relatif
sama tentang konsep-konsep dalam materi indera penglihatan, maka untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh metode role playing pada pembelajaran indera
penglihatan yang bermuatan nilai terhadap penguasaan konsep siswa cukup dilihat
dengan membandingkan median nilai posttest pada kelas eksperimen dengan
kelas kontrol.
Nilai posttest yang diperoleh menggambarkan kondisi penguasaan konsep
siswa setelah melaksanakan pembelajaran, dengan demikian dapat diketahui ada
tidaknya pengaruh dari metode pembelajaran yang diterapkan. Pada kelas
eksperimen proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode role
playing yang bermuatan nilai. Pada kelas kontrol pembelajaran dilaksanakan dengan metode yang biasa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas
tersebut yaitu metode ceramah dan diskusi kelas.
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat perolehan median, nilai maksimum dan
minimum posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam tabel tersebut
menunjukkan median nilai posttest pada kelas eksperimen sebesar 70,8 dengan
kontrol dalam tabel tersebut diketahui bahwa median nilai posttest pada kelas
tersebut adalah sebesar 67,5 dengan nilai maksimum sebesar 84 dan nilai
minimumnya sebesar 44. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil
penerapan metode role playing pada pembelajaran alat indera yang bermuatan
nilai memberikan pengaruh terhadap penguasaan konsep siswa. Hal tersebut
dibuktikan pada kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran dengan
metode role playing menunjukkan nilai median kelas yang lebih tinggi dari kelas
kontrol. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan median posttest kedua kelas
tersebut maka dilakukan pengujian dengan prosedur statistik. Data selengkapnya
ada di lampiran E.2.
Tabel 4.1
Data Posttest Penguasaan Konsep Indera Penglihatan pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Posttest Penguasan Konsep Siswa
Eksperimen Kontrol Kesimpulan Uji Wilcoxon
Rata-rata 68,67 67,14 Jhit = 0,79
Jtab = 1,96
Jhit < Jtab
Kesimpulan:
H0 ditolak, berarti terdapat
perbedaan signifikan median posttest penguasaan konsep siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Median 70,8 67,5
Max 84 84
Min 48 44
Uji Normalitas Tidak berdistribusi normal Tidak berdistribusi normal Uji Homogenitas
Varians sama (homogen)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa harga Jhit < Jtab atau
0,79 < 1,96. Berarti H0 ditolak, dan disimpulkan bahwa metode role playing
bermuatan nilai pada materi indera penglihatan manusia yang diterapkan dalam
Untuk memberikan penguatan terhadap hasil penelitian dari pengaruh
penerapan metode role playing pada pembelajaran maka hasil pengujian statistik
di atas juga ditunjang oleh informasi gain yang tercantum pada Tabel 4.2.
Berdasarkan pada tabel tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki
indeks gain yang lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Peningkatan
rata-rata pada kelas eksperimen dari hasil pretest sebesar 51,90 menjadi 68,67
pada hasil posttest dengan indeks gain sebesar 0,34 (sedang). Adapun pada kelas
kontrol peningkatan rata-rata terjadi pada pretest sebesar 49,52 menjadi 67,14
pada hasil posttest dengan indeks gain sebesar 0,33 (sedang). Data selengkapnya
ada di lampiran E.2.
Tabel 4.2
Data Gain Penguasaan Konsep
Indera Penglihatan pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas
Penguasaan Konsep Siswa
Rata-rata Indeks Gain Kriteria Pretest Posttest Eksperimen 51,90 68,67 0,34 Sedang Kontrol 49,62 67,14 0,33 Sedang
Penerapan metode role playing pada pembelajaran indera penglihatan
manusia yang bermuatan nilai juga berfungsi sebagai pendorong usaha
pencapaian hasil belajar yang diketahui melalui nilai rata-rata posttest siswa
dibandingkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimial (KKM) yang berlaku di
sekolah. Dengan demikian nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen sebesar
68,67 dan kelas kontrol dengan rata-rata 67,14 menunjukkan bahwa penguasaan
2. Posttest Skala Sikap Siswa
Pada pengolahan data pretest sebelumnya disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan signifikan antara sikap awal siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol terhadap nilai-nilai sains yang terkandung dalam konsep indera
penglihatan manusia. Dengan demikian untuk melihat ada tidaknya pengaruh
metode role playing terhadap sikap siswa maka cukup dilihat dari perolehan
posttest kelas eksperimen yang dibandingkan dengan kelas kontrol. Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap sikap siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode
role playing pada konsep indera penglihatan manusia yang bermuatan nilai. Untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis tersebut maka dilakukan pengujian
hipotesis dengan membandingkan antara median posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui untuk posttest skala sikap kelas
eksperimen adalah 47,8 sedangkan kelas kontrol 45,4. Nilai maksimum untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 60. Begitu juga dengan nilai
minimum kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 33.
Untuk mengetahui signifikansi perbedaan median posttest pada kedua kelas
tersebut maka dilakukan dengan pengujian statistik terhadap data tersebut. Dari
Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa harga Jhit < Jtab atau 1,65 < 1,96. Berarti H0
ditolak dan disimpulkan bahwa pengaruh metode role playing yang bermuatan
memberikan pengaruh pada sikap siswa terhadap nilai-nilai sains dalam materi
indera penglihatan manusia. Data selengkapnya ada di lampiran E.4.
Tabel 4.3
Data Posttest Skala Sikap Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol terhadap nilai-nilai sains dalam konsep indera penglihatan manusia
Posttest Penguasan Konsep Siswa
Eksperimen Kontrol Kesimpulan Uji Wilcoxon
Median 48,98 45,4 Jhit = 1,65
Jtab = 1,96
Jhit < Jtab
Kesimpulan:
H0 ditolak, berarti terdapat
perbedaan signifikan median posttest skala sikap siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Max 60 60
Min 33 33
Uji Normalitas Tidak berdistribusi
normal
Tidak berdistribusi
normal Uji Homogenitas Varians sama (homogen)
Selain itu berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa sikap siswa pada kelas
eksperimen dapat menerima lebih baik terhadap setiap variabel nilai-nilai sains
yang diungkapkan dalam pembelajaran dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal
tersebut dapat diketahui dari persentase skor setiap variabel nilai-nilai sains pada
kelas eksperimen memiliki persentase yang lebih besar daripada kelas kontrol.
Data selengkapnya ada di lampiran E.4.
Tabel 4.4 Perbandingan Persentase Skor Variabel Nilai Sains Variabel
Penerimaan tiap variabel nilai
Dalam Skor Dalam %
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Nilai intelektual 416 390 82,54 77,38
Nilai religi 571 540 90,63 85,71
Nilai sosial politik 794 755 78,77 74,90
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan pengolahan data posttest melalui uji Wilcoxon diperoleh hasil
penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara median
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol baik dalam penguasaan konsep maupun sikap siswa terhadap nilai-nilai sains yang terkandung dalam
pembelajaran indera penglihatan manusia. Melalui hasil uji tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa metode role playing pada pembelajaran indera penglihatan
manusia bermuatan nilai memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penguasaan konsep dan sikap siswa.
1. Pengaruh Role Playing Terhadap Penguasaan Konsep Siswa
Berdasarkan nilai posttest yang telah diperoleh, terlihat adanya perbedaan
median posttest dari kelas eksperimen dan kontrol. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.1 yang menunjukkan bahwa median nilai penguasaan
konsep indera penglihatan pada kelas eksperimen memiliki median lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Dimana pada kelas eksperimen median nilai
penguasaan konsepnya adalah 70,8, sedangkan pada kelas kontrol mediannya
adalah 67,5. Dengan adanya perbedaan hasil yang signifikan dari kedua kelas
tersebut menunjukkan bahwa metode role playing yang telah diterapkan pada
kelas eksperimen memberikan pengaruh terhadap penguasaan konsep siswa pada
materi indera penglihatan manusia.
70,8 67,5
Penguasaan Konsep Siswa
Eksperimen Kontrol
Gambar 4.1 Perbandingan Median Posttest Penguasaan Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Adanya perbedaan hasil belajar dalam hal penguasaan konsep diantara
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satu faktor yang mempengaruhi adalah metode pembelajaran yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar. Role playing dalam penelitian ini merupakan
suatu metode, dimana menurut Slameto (2010) metode mengajar dapat
mempengaruhi belajar seseorang, sehingga apabila metode mengajar kurang baik,
maka akan berpengaruh kurang baik pula pada siswanya, bahkan dapat membuat
siswa kurang berminat terhadap pelajaran atau gurunya. Metode role playing pada
penelitian ini termasuk metode yang baik karena memberikan pengaruh positif
terhadap perkembangan belajar siswa. Hal tersebut terbukti dengan adanya
perbedaan yang signifikan antara nilai siswa kelas ekseprimen yang menggunakan
metode role playing dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah
dan diskusi kelas.
Pada kelas eksperimen yang menggunakan role playing dalam
pembelajaran indera penglihatan manusia terlihat ketertarikan dan minat siswa
karena mereka dituntut untuk melakukan aktivitas dan terlibat secara aktif
sehingga mereka lebih memahami suatu konsep dan dapat mengingatnya dalam
waktu yang lama. Siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna
karena dalam proses pembelajarannya siswa bermain peran menjadi beberapa
organ indera penglihatan yang nyata sebagai objek pembelajaran.
Sebagaimana diungkapkan sebelumnya bahwa belajar dengan melalui
pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik karena siswa akan lebih
memahami dan menguasai pelajaran tersebut (Winataputra, 1997:27). Dengan
demikian jelas karena metode role playing yang digunakan sesuai dengan
karakteristik materi dan tujuan pembelajarannya, maka metode tersebut dapat
menentukan terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga diperoleh
penguasaan konsep yang lebih baik.
2. Pengaruh Role Playing Terhadap Sikap Siswa
Metode role playing yang diterapkan dalam pembelajaran pada kelas
eksperimen tidak hanya berpengaruh terhadap penguasaan konsep saja namun
juga berpengaruh terhadap sikap siswa. Sikap siswa dalam penelitian ini yang
akan ditinjau adalah sikap siswa terhadap nilai-nilai sains yang terkandung dalam
materi indera penglihatan manusia.
45,4 47,8
Skala Sikap Siswa
Kontrol Eksperimen
Gambar 4.2 Perbandingan Median Posttest Skala Sikap Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan data posttest yang telah diambil dapat diketahui perbandingan
median skala sikap siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
disajikan pada Gambar 4.2. Dalam gambar tersebut nampak adanya perbedaan
median diantara kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen memiliki median
skor posttest sebesar 47,8 sedangkan pada kelas kontrol mediannya sebesar 45,4.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kelas eksperimen memiliki median skor
posttest lebih besar daripada kelas kontrol.
Selain itu berdasarkan berdasarkan uji Wilcoxon diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dari median posttest skala sikap siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
siswa pada kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran dengan metode
role playing memiliki sikap terhadap nilai-nilai sains yang lebih baik dalam menerima dan menghayati nilai-nilai sains yang diungkap dalam pembelajaran
indera penglihatan manusia yang bermuatan nilai dibandingkan dengan kelas yang
dalam pembelajarannya tidak menggunakan metode role playing. Hal tersebut
diperoleh pada setiap pernyataan untuk tiap kelas, maka sikap yang ditunjukkan
siswa semakin baik. Sesuai dengan prosedur dari skala Likert bahwa hasil yang
didapat dari penjumlahan skor, skor yang tertinggi yang mungkin dicapai
menunjukkan sikap yang paling positif (Mueller, 1990:9 dalam Darmansyah
2008:66).
Gambar 4.3 Perbandingan Perolehan Skor Tiap Variabel Nilai-nilai Sains Perbedaan tersebut juga dapat dilihat pada Gambar 4.3 yaitu perbandingan
sikap siswa dalam menerima nilai-nilai sains antara kelas eksperimen dan kontrol
yang dapat ditinjau dari perolehan skor tiap variabel nilai. Dalam setiap variabel
nilai kelas eksperimen memiliki skor yang lebih tinggi dari kelas kontrol.
Begitupun jika dilihat dari persentase skor yang tampak pada Gambar 4.4
menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki persentase tingkat penerimaan
82,54 78,77 73,02 90 ,63 77,38 74,9 67,72 85,71 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Nilai Intelektual Nilai Sosial Politik Nilia Pendidikan Nilai Religi P e r se n ( % ) Eksperimen Kontrol Berdasarkan pada Gambar 4.3 dapat diketahui perolehan skor nilai sosial
politik yang paling tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa pada proses
pembelajaran indera penglihatan manusia dengan metode role playing siswa dapat
memerankan langsung suatu proses kerjasama untuk menghasilkan penglihatan
yang normal. Siswa mampu menggali nilai-nilai itu sendiri dan membuat sikap
siswa terhadap kandungan nilai sosial politik akan lebih menerima karena siswa
melihat dan memerankan langsung proses penglihatan pada manusia.
Gambar 4.4 Perbandingan Persentase Penerimaan Tiap Variabel Nilai-nilai Sains
Selain itu dari gambar tersebut juga dapat diperoleh informasi tentang
variabel nilai yang memiliki persentase penerimaan dari yang paling tinggi hingga
paling rendah pada kedua kelas tersebut, yaitu nilai religi, nilai intelektual, nilai
sosial politik dan nilai pendidikan. Dari hasil data tersebut nilai pendidikan lebih
kecil daripada nilai-nilai yang lainnya, hal itu dikarenakan adanya perbedaan
jumlah pernyataan dalam skala sikapnya. Pada skala sikap untuk pernyataan nilai
lima pernyataan, nilai sosial politik delapan pernyataan dan nilai pendidikan
sebanyak tiga pernyataan. Berikut masing-masing penjelasannya.
a. Nilai Intelektual
Nilai intelektual adalah nilai yang melandasi kecerdasan manusia untuk
mengambil sikap dan perilaku yang tepat serta sikap kritis terhadap suatu masalah
setelah belajar bahan ajar (Yudianto, 2010:13). Dalam pengembangannya, nilai
intelektual senantiasa didasari oleh pemahaman tentang nilai praktis yaitu
berkaitan dengan konsep-konsep dasarnya. Pada kelas eksperimen konsep-konsep
yang telah dimiliki melalui metode pembelajaran role playing, para siswa
dihadapkan pada permasalahan yang langsung dialami sendiri dalam kehidupan
nyata. Contohnya dalam mengamati struktur dan fungsi indera penglihatan pada
manusia. Indera penglihatan merupakan salah satu oragan penting dalam tubuh
kita yang harus senantiasa dijaga. Dengan demikian sikap intelektual siswa adalah
memahami bagaimana penggunaan indera penglihatan yang baik, dan senantiasa
memakan makanan yang dapat menjaga agar mata bisa melihat secara normal.
Dengan siswa mengalami langsung kepada permasalahan yang ada maka
akan membuat pembelajaran bermakna dan penyampaian nilai-nilai intelektual
akan lebih efektif. Dengan demikian tidak heran jika pada variabel nilai
intelektual, persentase penerimaan siswa kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan kelas kontrol yaitu 82,54% (skor 416) > 77,38% (390). Hal tersebut
dapat terjadi karena melalui kegiatan role playing siswa langsung memerankan
siswa untuk berpikir kritis dengan memanfaatkan pengetahuan akan
konsep-konsep yang telah dimiliki pada pembelajaran.
b. Nilai Sosial Politik
Nilai sosial politik merupakan kandungan nilai yang ada dalam bahan ajar
dengan menganalogikan atau mengumpulkan teori dengan kehidupan manusia
untuk dijadikan sebagai pelajaran (Yudianto, 2010:13). Dalam indera penglihatan
manusia terdapat bagian-bagian yang satu sama lain saling mempengaruhi. Untuk
menghasilkan penglihatan yang normal maka perlu kerjasama setiap
bagian-bagian dari indera penglihatan tersebut. Pada kelas eksperimen yang
melaksanakan pembelajaran dengan metode role playing siswa memerankan
langsung suatu proses kerjasama untuk menghasilkan penglihatan yang normal.
Melalui metode tersebut siswa dapat menggali dan menemukan kandungan nilai
sosial politik dari proses kerjasama tiap bagian pada indera penglihatan sehingga
dapat melihat dengan jelas. Siswa dapat melaksanakan proses kerjasama dalam
mencapai suatu tujuan yang jelas dan baik pada kehidupan sehari-hari.
Dengan siswa mampu menggali nilai-nilai itu sendiri akan membuat sikap
siswa terhadap kandungan niali sosial politik akan lebih menerima karena siswa
melihat langsung proses penglihatan dibandingkan dengan siswa yang hanya
memperolehnya melalui mendengar saja. Hal tersebut terbukti pada perbandingan
persentase penerimaan variabel nilai sosial politik pada kelas eksperimen adalah
78,77% (skor 794), sedangkan kelas kontrol 74,90% (skor 755), dengan demikian
dibandingkan dengan kelas kontrol. Penerimaan variabel nilai sosial politik yang
tinggi bisa disebabkan karena keheterogenan siswa-siswi di kelas eksperimen.
c. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan merupakan kandungan nilai yang diperoleh dengan
meniru fenomena alam atau hukum alam untuk membuat sesuatu atau berbuat
sesuatu (Yudianto, 2010: 17-18). Pada variabel nilai pendidikan persentase
penerimaan pada kelas eksperimen adalah 73,02% (skor 276) sedangkan pada
kelas kontrol 67,72% (skor 256). Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa pada
kelas eksperimen lebih baik dalam menerima nilai-nilai pendidikan dibandingkan
dengan kelas kontrol. Adanya perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh cara
penyampaian informasi mengenai kandungan nilai-nilai pendidikan tersebut.
Pada kelas eksperimen informasi disampaikan melalui metode role playing yang
menyajikan materi pembelajaran secara langsung sehingga siswa dapat menggali
nilai pendidikannya secara lebih luas dan langsung.
Kemampuan untuk meniru suatu fenomena alam senantiasa didasari oleh
penguasaan konsep dan akan lebih mudah didapat jika siswa tersebut mengamati
secara langsung fenomena tersebut dibandingkan jika ia hanya memperolehnya
melalui proses mendengar saja. Seperti, dalam indera penglihatan manusia yang
terdiri dari beberapa bagian yang semuanya saling mempengaruhi dan setiap
bagian tersebut senantiasa bekerja tanpa merasa lelah berdasarkan peranannya
masing-masing. Fenomena tersebut dapat dijadikan sebagai nilai pendidikan yaitu
pelajar dengan bersungguh-sungguh tanpa merasa lelah. Dengan metode tersebut
akan menjadikan pengalaman siswa lebih bermakna dan mampu membentuk serta
memperkuat sikap siswa terhadap nilai-nilai pendidikan. Hal demikianlah yang
menyebabkan adanya perbedaan persentase penerimaan pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol terhadap variabel nilai pendidikan.
d. Nilai Religi
Nilai religi merupakan kandungan nilai yang diperoleh dengan melihat dan
merenung tentang keteraturan, keunikan, dan kekaguman terhadap fenomena alam
yang dipelajari sehingga mampu mengingat kebesaran Tuhan YME serta
meningkatkan keimanan. Keimanan seseorang akan muncul bila dihadapkan
kepada pengamatan dan penghayatan terhadap alam sekitar dan alam luas tentang
adanya keteraturan, keunikan (Yudianto, 2010:13). Untuk nilai religius persentase
penerimaan pada kelas eksperimen adalah 90,63% (skor 571) sedangkan pada
kelas kontrol 85,71% (skor 540). Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa pada
kelas eksperimen memiliki sikap yang lebih baik dalam menerima nilai-nilai
religius dibandingkan pada kelas kontrol.
Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena pada kelas eksperimen
informasi mengenai nilai-nilai religius disampaikan dengan menghadapkan secara
langsung pada fenomena-fenomena alam yang ada dalam indera penglihatan
manusia, seperti fungsi bagian-bagian mata yang diciptakan dengan kekuasaan
Tuhan YME sehingga manusia dapat melihat hasil ciptaanNya. Dengan
akan lebih yakin terhadap kebesaran dan keagungan Tuhan YME sehingga lebih
dapat menerima nilai-nilai religius dibandingkan dengan kelas kontrol.
Selain dari pengaruh metode role playing, perlu diketahui juga bahwa
pembelajaran bernuansa pendidikan nilai senantiasa berpijak dan dikembangkan
dari penguasaan konsepnya yang disebut dengan nilai praktis. Penguasaan konsep
pada kelas ekseprimen menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
kelas kontrol sehingga tidak heran jika sikap siswa kelas eksperimen terhadap
nilai-nilai sains juga lebih baik dalam penerimaannya dibandingkan dengan kelas
kontrol. Faktor eksternal seperti lingkungan keluarga dan tempat tinggal siswa
yang agamis juga bisa memberikan kontribusi dalam penerimaan variabel nilai
religi.
Sikap siswa merupakan salah satu hasil belajar selain dari pengetahuan
dan keterampilan motorik. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan
sikap menurut Krech et al. (1982) adalah adanya informasi yang diperoleh oleh
individu. Selain itu Bruner (Rustaman et al., 2003:5) menambahkan bahwa belajar
menyangkut tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan salah satu proses
tersebut adalah memperoleh informasi baru. Informasi baru yang telah diterima
oleh individu tersebut akan berpengaruh terhadap sistem keyakinan yang dapat
mengubah atau menguatkan keyakinannya tersebut sehingga membentuk sikap,
yaitu serangkaian keyakinan yang menentukan pilihan terhadap objek atau situasi
tertentu (Hakam, 2007:219). Dengan demikian jelaslah bahwa informasi baru
Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang
saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
konatif (Azwar, 2010:24). Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Tentu saja
kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Sistem kepercayaan
seseorang akan dipengaruhi oleh informasi-informasi baru yang diterimanya.
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap
suatu objek sikap. Sedangkan komponen konatif menunjukkan bagaimana
perilaku atau kecenderungan seseorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya (Azwar, 2010:27).
Dalam penelitian ini digunakan metode role playing sebagai metode
penyampaian informasi melalui nilai-nilai sains. Metode role playing dapat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap siswa pada nilai-nilai sains
yang diungkapkan. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena metode pembelajaran
role playing memiliki beberapa kelebihan yang mengacu pada metode yang tepat dalam penyampaian informasi sebagaimana dikemukakan di atas.
Kelebihan-kelebihan pada metode role playing diantaranya yaitu dalam
pelaksanaannya anak didik dapat melihat dan memahami proses kerja indera
penglihatan secara jelas dan terperinci dalam suatu kegiatan bermain peran yang
melibatkan beberapa indera seperti melihat, mendengar, berbicara, dan bergerak
secara langsung. Dalam metode role playing ini informasi tentang nilai-nilai sains
tidak hanya diperoleh siswa dari penjelasan guru yang hanya melibatkan indera
indera penglihatan secara langsung untuk dapat menggali niali-nilai sainsnya
sehingga menuntut siswa untuk menggunakan berbagai inderanya dengan baik.
Dalam pengungkapan nilai-nilai sains tidak hanya didengar oleh siswa
namun mereka juga menemukan sendiri nilai-nilai tersebut pada saat kegiatan role
playing seperti yang terkandung dalam nilai pendidikan yaitu prinsip kerjasama. Bahwa dalam menjalani kehidupan setiap individu harus menjalin kerjasama
dengan individu yang lainnya untuk mencapai tujuan yang maksimal. Nilai
tersebut dapat siswa temui pada bagian-bagian indera penglihatan manusia yang
saling bekerjasama untuk menghasilkan penglihatan yang normal.
Adanya penyisipan nilai-nilai sains juga bermanfaat dalam aplikasi
pengetahuan yang telah diperoleh dan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai
landasan dalam berperilaku. Selain itu dengan adanya pengetahuan dan
pengungkapan tentang nilai-nilai sains diharapkan siswa-siswa dapat mengenali
dirinya dan kesempurnaan indera penglihatannya sehingga pada akhirnya akan
menumbuhkan rasa syukur serta mengagungkan kebesaran dan kekuasaan Tuhan
YME sesuai dengan tujuan dari mata pelajaran Biologi yang tercantum dalam