• Tidak ada hasil yang ditemukan

MARLINA BAKRI (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNCP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MARLINA BAKRI (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNCP)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman 47 Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam

Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas XI IPA1

SMA Negeri 2 Palopo MARLINA BAKRI

(Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNCP) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) proses pelaksanaan pendekatan contextual teaching and learning dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan argumentasi siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Palopo, dan (2) hasil pelaksanaan pendekatan contextual teaching and learning dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan argumentasi siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Palopo. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dan tiap siklus terdiri 3 pertemuan. Penelitian ini memfokuskan seluruh aktivitas guru dan siswa, serta hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menerapkan pendekatan contextual teaching and learning pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Palopo dengan subjek penelitian guru bahasa Indonesia dan siswa kelas XI IPA 1. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan pemberian tugas menulis karangan argumentasi dengan menerapkan pendekatan contextual teaching and learning. Data proses dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan data hasil menulis karangan argumentasi dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terjadi peningkatan proses penerapan pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Palopo. Hal tersebut dapat dilihat pada aktivitas guru pada siklus I masih dikategorikan kurang dan aktivitas siswa juga masih dkategorikan kurang aktif. Pada siklus II terjadi peningkatan proses yang menunjukkan hasil yang maksimal. Aktivitas guru pada siklus II menunjukkan rata-rata berada pada kategori sangat baik dan aktivitas siswa juga berada pada kategori aktif. (2) terjadi peningkatan hasil kemampuan menulis karangan argumentasi dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I hanya 72,03 dan pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 78,75. Dengan demikian dapat dikatakan berhasil pada siklus II karena telah memenuhi standar klasikal (85%) dari KKM yang telah ditetapkan.

Kata Kunci: Penerapan, Pendekatan Contextual Teaching and Learning, dan Menulis Karangan Argumentasi

PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia secara fungsional merupakan suatu pembelajaran yang dapat menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam kaitannya bahasa tersebut dapat berfungsi sebagai alat komunikasi. Siswa tidak sekadar belajar tentang pengetahuan bahasa, tetapi belajar menggunakan bahasa untuk keperluan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Untuk mewujudkan komunikasi menggunakan tulisan, ada empat unsur yang harus dipenuhi, yakni penulis, tulisan (sebagai media), isi (sebagai pesan yang hendak disampaikan), dan pembaca (sebagai penerima pesan). Ciri komunikasi tulisan tidak memerlukan respons secara spontan dari komunikan (Jauhari, 2013: 13). Dalam

(2)

Halaman 48 pembelajaran bahasa pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat aspek keterampilan dalam berbahasa, tidak mungkin dapat dikuasai oleh siswa secara serentak. Semua kemampuan itu dapat dilakukan melalui suatu proses, setahap demi setahap.

Keterampilan menulis perlu mendapat perhatian sejak dini. Menurut hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 Palopo pada kelas XI, nilai rata-rata dari 32 siswa dalam menulis karangan argumentasi adalah 60,2. Nilai tertinggi 77 dan nilai terendah 50. Padahal, kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari guru bahasa Indonesia di sekolah tersebut adalah 75. Jadi, dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi siswa belum mencapai hasil yang maksimal. Pencapaian yang belum maksimal ini karena kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi. Siswa juga kesulitam menemukan ide dan mengungkapkan ide mereka dalam sebuah tulisan yang baik. Mereka lebih mudah mengungkapkannya secara lisan. Pengetahuan siswa tentang karangan argumentasi juga masih kurang. Selain itu, siswa juga masih kesulitan merangkai kalimat demi kalimat menjadi sebuah paragraf yang utuh.

Contextual Teaching and Learning sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran, siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi nyata. Hal ini sangat sesuai untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran menulis argumentasi karena dengan pendekatan ini, siswa akan lebih memudahkan untuk menuangkan ide-ide ke dalam sebuah tulisan. Akan tetapi, diperlukan pembuktian ilmiah melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas XI IPA¹ SMA Negeri 2 Palopo”.

Penelitian tentang menulis argumentasi yang dilakukan oleh penulis, bukanlah sesuatu yang baru. Ada beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian sebelumnya, antara lain: Hidayah (2011) dengan judul penelitian “Peningkatam keterampilan menulis paragraf persuasif dengan pendekatan kotekstual komponen learning community melalui media brosur pada siswa kelas X MA Sunan Muria Pati”. Hasil penelitian tersebut juga terbukti dapat menigkatkan kemampuan menulis siswa.

Selanjutnya, penelitian yang telah dilakukan oleh Syamsir (2012) dengan judul penelitian “Peningkatan pembelajaran menulis paragaraf argumentasi dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas X¹ SMA Negeri 1 Baraka Kabupaten Enrekang”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa pada siklus pertama, tidak ada siswa (0%) memperoleh nilai pada kategori sangat baik; sebanyak 5 siswa (19,23%) memperoleh nilai pada kategori baik; sebanyak 18 siswa (68,23%) memperoleh nilai pada kategori cukup; sebanyak 3 siswa (11,54%) memperoleh nilai pada kategori kurang; dan 0% memperoleh nilai pada kategori sangat kurang. Pada siklus kedua, sebanyak 12 siswa (46,15%) memperoleh nilai pada kategori sangat baik; sebanyak 11 (42,31%) memperoleh nilai pada kategori baik; dan sebanyak 3 siswa (11,54%) memperoleh nilai kurang. Hasil penelitian tersebut terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi. Demikian pula, Timung (2012) dalam penelitiannya “Peningkatan kemampuan menulis karangan argumentasi melalui pendekatan konstruktivistik siswa kelas X SMA Negeri Khusus Jeneponto”. Hasil penilaian menunjukkan bahwa penelitian tersebut sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi.

(3)

Halaman 49 Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2012: 255).

Menurut Sanjaya (2012: 255-256) berdasar dari konsep dasar strategi pembelajaran kontekstual, ada tiga hal yang harus dipahami, yaitu sebagai berikut. a. Contextual Teaching and Learning menekankan kepada proses keterlibatan

siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks Contextual Teaching and Learning tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. b. Contextual Teaching and Learning mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.

c. Contextual Teaching and Learning mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat memawarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Contextual Teaching and Learning, sebagai suatu model, dalam implementasinya tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan strategi. Setiap model pembelajaran, di samping memiliki unsur kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena setiap model memiliki khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi pada adannya perbedaan tertentu pula dalam membuat desain (skenario) yang disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.

Menurut Rusman (2012: 193-197) ada tujuh strategi pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu sebagai berikut.

a. Kontruktivisme (Contructivism)

Kontruktivisme merupakan proses panjang yang dilakukan seseorang kemudian memproduksi sesuatu. Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan memberi makna melalui pengalaman nyata. Batasan kontruktivisme memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktulisasikan dalam kondisi nyata.

Oleh karena itu, dalam Contextual Teaching and Learning, strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.

(4)

Halaman 50 Menemukan, merupakan inti dari Contextual Teaching and Learning, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dari keterampilan serta kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan menemukan).

c. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan hakikat siswa yang bertanya terus menerus pada dirinya. Unsur lain yang menjadi karakteristik utama Contextual Teaching and Learning adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama. Penerapan unsur bertanya harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. Seperti pada tahapan sebelumnya, berkembangnya kemampuan dan keinginan untuk bertanya, sangat dipengaruhi oleh suasana pembelajaran yang dikembangkan guru.

d. Masyarakat belajar (learning community)

Masyarakat belajar yakni belajar seperti masyarakat belajar diciptakan suatu kelompok masyarakat belajar. Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.

e. Pemodelan (modeling)

Pemodelan yakni guru harus menjadi pengguna bahasa yang bagus yang berterima secara sosial. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi serta tuntunan siswa yang semakin berkembang dan beranekaragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen.

f. Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan cara melihat kembali sesuatu yang sudah dilihat kembali ke tingkat yang lebih besar. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau dengan menggunakan teks sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, gagasan, ide kepada orang lain. Dalam menulis, menuangkan pikiran dalam bentuk menyusun kosakata menjadi satu pikiran yang utuh adalah hal yang mutlak dalam menulis. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat dengan mudah mengerti hal yang penulis maksudkan di dalam tulisannya. Alwi (2003:121) menjelaskan menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Sementara Lado (dalam Tarigan, 2008: 22) mengemukakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan

(5)

Halaman 51 suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

Karangan merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami seperti yang dimaksudkan pengarang (Widyamartaya, 1990: 9). Karangan dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni karangan ilmiah dan karangan nonilmiah. Karangan ilmiah terdiri atas karangan deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Karangan narasi terbagi dua lagi menjadi karangan narasi eskpositoris dan karangan narasi sugestif (Jauhari, 2013: 44).

Kata argumen dalam istilah paragraf ini bermakna ‘alasan’. Argumentasi berarti ‘pemberian alasan yang kuat dan menyakinkan’. Dengan demikian, paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan pendapat, alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan menyakinkan. Tujuannya untuk mempengaruhi orang lain (para pembaca) sehingga mereka membenarkan pendapat, sikap, dan keyakinan penulis (Kosasih, 2012: 19).

Kata argumentasi dalam Kamus Istilah Sastra berarti suatu bentuk tulisan yang beralasan serta dilengkapi dengan bukti yang kuat, sehingga dapat menyakinkan dan mempengaruhi pembaca dan akhirnya pembaca akan membenarkan pendapat, gagasan, sikap, dan keyakinan penulis (Laelasari dan Nurlailah, 2008: 43). Selanjutnya Rahim (2009: 183) mengemukakan bahwa argumentasi sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam ekspositoris. Argumentasi disebut juga persuasi. Paragraf ini lebih bersifat membujuk atau menyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, menggunakan pengembangan analisis. Keberhasilan sebuah argumentasi ditentukan oleh adanya pernyataan atau pendapat penulis, keseluruhan data, fakta atau alasan-alasan yang secara langsung dapat mendukung pendapat penulis.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto dalam Taniredja, 2010: 15-16).

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas beberapa tahap yang berlangsung dalam bentuk siklus. Menurut Arikunto dkk (2007: 16) bahwa setiap siklus yang dilaksanakan dalam empat tahap (1) perencanaan (plan), (2) tindakan (action), (3) pengamatan (observation), dan (4) refleksi (refleksion).

Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu terletak di SMA Negeri 2 Palopo. Adapun subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 2 Palopo yang berjumlah 32 orang siswa, laki-laki 7 orang dan perempuan 25 orang, dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia XI IPA1 SMA Negeri 2 Palopo.

(6)

Halaman 52 Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pengumpul data, yaitu peneliti sebagai instrumen kunci dilengkapi dengan pedoman observasi berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa. Pedoman observasi merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan tes. Teknik observasi diperoleh melalui pengamatan dengan lembar observasi guru dan siswa selama proses pembelajaran, sedangkan tes diperoleh melalui pemberian tugas membuat karangan argumentasi dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuatitatif. Data proses dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil menulis karangan argumentasi siswa dianalisis secara kuantitatif. Adapun data proses yang telah terkumpul dianalisis dengan langkah-langkah berikut:

a. Analisis diawali dengan kegiatan mereduksi data.

b. Penyajian data dilakukan dengan mengorganisasikan data yang sudah direduksi. c. Kegiatan yang terakhir yaitu penyimpulan.

Pada tahap penyimpulan akhir, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri berdasarkan nilai yang telah diperoleh siswa dikaitkan dengan standar klasikal dan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku pada sekolah tersebut. Nilai KKM bahasa Indonesia kelas XI di SMA Negeri 2 Palopo adalah 75

Penilaian Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi

Penilaian tingkat kemampuan menulis karangan argumentasi dalam penelitian ini yaitu model interval berdasarkan beberapa kategori, yaitu (1) sangat baik, (2) baik, (3) cukup, (4) kurang, dan (5) gagal. Penentuan patokan penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel Penilaian Tingkat Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi

Rentang Nilai Kategori

85-100 75-84 60-74 40-59 0-39 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Gagal (Nurgiyantoro, 2001: 399)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Proses Pelaksanaan Siklus I

1)

Perencanaan

(7)

Halaman 53 Pembelajaran menulis karangan argumentasi melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri pada siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 2 Palopo dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti bersama guru. Peneliti dan guru meyusun RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama berlangsung tiga kali pertemuan. Adapun alokasi waktu yang digunakan pada tiap pertemuan adalah 2 x 45 menit.

Secara rinci dapat dijelaskan, penyusunan RPP berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penentuan standar kompetensi dan kompetensi dasar dipilih berdasarkan materi yang akan diajarkan. Pengkajian SK dan KD untuk mengetahui tingkat kesulitan materi yang akan diajarkan. Penyusunan Indikator dan tujuan pembelajaran dalam RPP, didasarkan pada penentuan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

Tahap yang terakhir yang dilakukan adalah penentuan jenis penilaian yang dilakukan untuk merumuskan (1) alat tes penilaian yang berdasarkan indikator dan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, (2) penilaian dalam penelitian ini menggunakan kriteria penilaian analitik mengenai penilaian hasil tulisan siswa berdasarkan kualitas komponen pendukungnya, dan (3) dan sistem penilaian disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.

2)

Tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran menulis karangan argumentasi melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri pada siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 2 Palopo dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Setiap pertemuan diperlukan waktu selama 2 x 45 menit yang terdiri atas kegiatan awal, inti, dan akhir. a) Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan dengan memberikan penguasaan konsep dan teori pembelajaran. Pada pertemuan ini, tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah siswa dapat menguasai materi tentang menulis karangan argumentasi yang baik dan benar.

(1) Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan I

Aktivitas guru, yaitu: (1) aktivitas guru dalam melakukan apersepsi berada pada kategori cukup, (2) aktivitas aktivitas guru dalam menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar berada pada kategori baik, (3) aktivitas guru dalam menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berada pada kategori kurang, (4) aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk melakukan orientasi (menjelaskan topik dan hasil belajar yang akan dicapai) berada pada kategori baik, (5) aktivitas guru dalam menyampaikan langkah-langkah pembelajaran inkuiri serta tujuan setiap langkah berada pada kategori baik,

(2) Hasil pengamatan aktivitas Siswa pada siklus I pertemuan I

Aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama. berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa masih dikategorikan kurang aktif dalam proses pembelajaran. (1) aktivitas siswa dalam mempersiapkan pembelajaran terdiri atas 9 siswa, (2) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terdiri atas 8 siswa, (3) aktivitas siswa yang memperhatikan penjelasan guru terdiri atas 5 siswa, (4) siswa yang aktif ketika guru mengarahkan untuk melakukan orientasi terdiri atas 17 siswa, (5) siswa yang aktif ketika guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terdiri atas 3 siswa,

(8)

Halaman 54 (6) siswa yang aktif mengidentifikasi karangan yang telah diberikan terdiri atas 4 siswa.

b) Pertemuan II

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua juga berlangsung selama 2 x 45 menit yang dibagi dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir. Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua pada tahap awal dilakukan dengan mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran, memberikan motivasi, dan melaksanakan apersepsi.

(1) Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan II

Aktivitas guru, yaitu: (1) aktivitas guru dalam melakukan apresepsi berada pada kategori baik, (2) aktivitas guru dalam menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar berada pada kategori cukup, (3) aktivitas guru dalam menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berada pada kategori cukup, (4) aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk melakukan orientasi berada pada kategori baik, (5) aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk merumuskan masalah yang akan dikaji berada pada kategori cukup.

(2) Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan II

Aktivitas siswa siklus I pertemuan kedua. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh peneliti bahwa aktivitas siswa masih dikategorikan kurang aktif dalam proses pembelajaran. (1) aktivitas siswa dalam mempersiapkan pembelajaran terdiri atas 14 siswa, (2) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terdiri atas 13 siswa, (3) aktivitas siswa yang memperhatikan penjelasan guru terdiri atas 6 siswa, (4) siswa yang aktif melakuan orientasi pembelajaran terdiri atas 8 siswa, (5) siswa yang aktif merumuskan masalah yang akan dikaji terdiri atas 6 siswa, (6) siswa yang aktif merumuskan hipotesis dari permasalahan yang akan dikaji terdiri atas 4 siswa.

c) Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ini, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yakni mengharapkan siswa mampu menulis karangan argumentasi yang baik dan benar dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga berlangsung selama 2 x 45 menit yang juga dibagi dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir.

(1) Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I pertemuan III

Aktivitas guru, yaitu: (1) aktivitas guru dalam melakukan apersepsi berada pada kategori baik, (2) aktivitas guru dalam menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar berada pada kategori cukup, (3) aktivitas guru dalam menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berada pada kategori cukup, (5) aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk melihat kembali data temuan berada pada kategori baik.

(2) Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I pertemuan III

Aktivitas siswa siklus I pertemuan ketiga. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh peneliti bahwa aktivitas siswa masih dikategorikan kurang aktif dalam proses pembelajaran. (1) aktivitas siswa dalam mempersiapkan pembelajaran terdiri atas 14 siswa, (2) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terdiri atas 14 siswa, (3) aktivitas siswa yang memperhatikan penjelasan guru terdiri atas 7 siswa, (4) siswa yang aktif melakukan orientasi pembelajaran terdiri atas 11 siswa, (5) siswa yang aktif mengerjakan tugas menulis karangan argumentasi berdasarkan data yang telah ditemukan terdiri atas 32 siswa, (6) siswa yang disiplin dalam mengerjakan tugas terdiri atas 16 siswa.

(9)

Halaman 55 1) Refleksi Siklus I

Secara kolaboratif kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru. Dalam proses pembelajaran pada siklus I dapat dikatakan bahwa proses belum berjalan secara maksimal dan belum sesuai dengan yang diharapkan pada RPP yang telah disusun.

b. Siklus II 1) Perencanaan

Perencanaan pada siklus II juga berlangsung tiga kali pertemuan seperti yang terdapat pada siklus I. Namun, sebelum melaksanakan tahap pembelajaran pada siklus II, peneliti dan guru menyusun RPP berdasarkan temuan pada peningkatan proses yang diperoleh pada siklus I.

2) Tindakan

Pada siklus II sama dengan yang dilakukan pada siklus I, yang dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dan mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Setiap pertemuan diperlukan waktu selama 2 x 45 menit. a) Pertemuan I

Adapun pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I berlangsung selama 2 x 45 menit yang dibagi dalam tahap kegiatan awal, inti, dan akhir.

(1) Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan I

Aktivitas guru, yaitu: (1) aktivitas guru dalam melakukan apersepsi berada pada kategori baik, (2) aktivitas guru dalam menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar berada pada kategori baik, (3) aktivitas guru dalam menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berada pada kategori baik, (4) aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk melakukan orientasi pembelajaran berada pada kategori sangat baik, (5) aktivitas guru dalam menyampaikan langkah-langkah pembelajaran inkuir berada pada kategori baik. (2) Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan I

Aktivitas siswa siklus II pertemuan kedua. berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dikategorikan aktif dalam proses pembelajaran. (1) aktivitas siswa dalam mempersiapkan pembelajaran terdiri atas 32 siswa, (2) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terdiri atas 19 siswa, (3) aktivitas siswa yang memperhatikan penjelasan guru terdiri atas 24 siswa, (4) siswa yang aktif ketika guru mengarahkan untuk melakukan orientasi terdiri atas 14 siswa, (5) siswa yang aktif ketika guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran inkuiri terdiri atas 15 siswa, (6) siswa yang aktif mengidentifikasi karangan terdiri atas 9 siswa.

b) Pertemuan II

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua juga berlangsung selam 2 x 45 menit yang dibagi dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir.

(1) Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan II

Aktivitas guru, yaitu: (1) aktivitas guru dalam melakukan apersepsi berada pada kategori sangat baik, (2) aktivitas guru dalam menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar berada pada kategori baik, (3) aktivitas guru dalam menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berada pada kategori sangat baik, (4) aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk melakukan orientasi berada pada kategori sangat baik, (5) aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk merumuskan masalah yang akan dikaji berada pada kategori sangat baik.

(10)

Halaman 56 (2) Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan II

Aktivitas siswa siklus II pertemuan kedua. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh peneliti bahwa aktivitas siswa dikategorikan aktif dalam proses pembelajaran. (1) aktivitas siswa dalam mempersiapkan pembelajaran terdiri atas 32 siswa, (2) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terdiri atas 24 siswa, (3) aktivitas siswa yang memperhatikan penjelasan guru terdiri atas 26 siswa, (4) siswa yang aktif melakukan orientasi pembelajaran terdiri atas 32 siswa, (5) siswa yang aktif dalam merumuskan masalah yang akan dikaji terdiri atas 21 siswa, (6) siswa yang aktif merumuskan hipotesis dari permasalahan yang akan dikaji terdiri atas 20 siswa.

c) Pertemuan III

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga berlangsung selama 2 x 45 menit yang juga dibagi dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir. (1) Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II pertemuan III

Aktivitas guru, yaitu: (1) aktivitas guru dalam melakukan apersepsi berada pada kategori sangat baik, (2) aktivitas guru dalam menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar berada pada kategori sangat baik, (3) aktivitas guru dalam menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berada pada kategori sangat baik, (4) aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk melakukan orientasi berada pada kategori sangat baik, (5) aktivitas guru dalam mengarahkan siswa untuk melihat kembali data temuan berada pada kategori baik.

(2) Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan III

Aktivitas siswa siklus II pertemuan ketiga. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh peneliti bahwa aktivitas siswa dikategorikan sangat aktif dalam proses pembelajaran. (1) aktivitas siswa dalam mempersiapkan pembelajaran terdiri atas 32 siswa, (2) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran terdiri atas 27 siswa, (3) aktivitas siswa yang memperhatikan penjelasan guru terdiri atas 27 siswa, (4) siswa yang aktif melakuan orientasi pembelajaran terdiri atas 14 siswa, (5) siswa yang aktif mengerjakan tugas menulis karangan argumentasi terdiri atas 32 siswa, (6) siswa yang disiplin dalam mengerjakan tugas terdiri atas 21 siswa. 3) Refleksi Siklus II

Secara kolaboratif kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru. Dalam proses pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan bahwa proses berjalan maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan pada RPP yang telah disusun. Pelaksanaan siklus II dilakukan dengan cermat dan teliti sehingga semua tahapan-tahapan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan.

1. Hasil Pelaksanaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Strategi Inkuiri dalam Menulis Karangan Argumentasi

a. Siklus I

Nilai rata-rata (mean) hasil menulis karangan argumentasi setelah diterapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri pada siklus I adalah 72,03 dari nilai ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Dari nilai rata-rata tersebut

(11)

Halaman 57 menunjukkan bahwa nilai hasil menulis karangan argumentasi siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 2 Palopo pada siklus I sebesar 72,03. Median 73,50, modus 71, dan standar deviasi 6,935. Nilai yang dicapai siswa dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 55. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil menulis karangan argumentasi penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 2 Palopo masih dikategorikan cukup.

b. Siklus II

Nilai rata-rata (mean) hasil menulis karangan argumentasi setelah diterapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri pada siklus II adalah 78,75 dari nilai ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Dari nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa nilai hasil menulis karangan argumentasi siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 2 Palopo pada siklus I sebesar 78,75. Median 79,00, modus 79, dan standar deviasi 4,370. Nilai yang dicapai siswa dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 68. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil menulis karangan argumentasi penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 2 Palopo dapat dikategorikan baik.

SIMPULAN

1. Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 2 Palopo menciptakan suasana belajar lebih baik daripada sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat pada aktivitas guru dan siswa pada siklus I belum maksimal. Aktivitas guru pada siklus I menunjukkan bahwa ketika dilaksanakan refleksi dan orientasi masih dikategorikan cukup. Selain itu, aktvitas siswa pada siklus I, juga dikategorikan kurang aktif. Hal tersebut salah satunya dapat ditunjukkan dari aktivitas siswa kurang aktif dalam penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri. Pada siklus II, terjadi peningkatan proses pembelajaran menulis karangan argumentasi. Hal tersebut dapat dilihat pada aktivitas guru dan siswa pada siklus II sudah maksimal. Aktivitas guru pada siklus II menunjukkan bahwa rata-rata berada pada kategori sangat baik. Hal ini dapat digambarkan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ketika guru melaksanakan orientasi dan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri, sudah berada dalam kategori sangat baik, sedangkan aktivitas siswa pada siklus II berada pada kategori aktif. Hal ini ditunjukkan dari proses pembelajaran bahwa siswa aktif menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri.

2. Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri telah meningkatkan kemampuan menulis karangan argumentasi dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I hanya 72,03 dan pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 78,75. Adapun kriteria ketuntasan minimal yang diperoleh pada siklus I dapat dijelaskan bahwa sebanyak 14 (43,75%) orang siswa berada pada kategori tuntas (mencapai nilai 75 ke atas) dan sebanyak 18 (56,25%) orang siswa berada pada kategori tidak tuntas (nilai di bawah 75), sedangkan pada siklus II kriteria ketuntasan minimal yang diperoleh sebanyak 28 (87,5%) orang siswa berada pada kategori tuntas (mencapai nilai 75 ke atas) dan sebanyak 4 (12,5%) orang siswa berada pada kategori tidak tuntas (nilai di bawah 75).

(12)

Halaman 58 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, diajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Disarankan kepada guru khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia, agar

menjadikan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran bahasa di tingkat SMA agar siswa dapat mengalami proses belajar yang lebih optimal.

2. Disarankan kepada peneliti lanjut untuk lebih mengembangkan penelitian tindakan kelas, agar lebih optimal dan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning strategi inkuiri sebagai salah satu solusi dalam mengatasi masalah pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. Dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayah, Nailil. 2011. “Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Persuasif dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Learning Comunity Melalui Media Brosur pada Siswa Kelas X MA Sunan Muria Pati”. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Semarang: UNS.

Jauhari, Heri. 2013. Terampil Mengarang: Dari Persiapan Hingga Presentasi, Dari Karangan Ilmiah Hingga Sastra. Bandung: Nuansa.

Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Yrama Widya. Laelasari dan Nurlailah. 2008. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Penerapannya dalam KBK. Malang: UNM (UM PRESS).

Rahim, Rahman. 2009. Bina Bahasa. Makassar: Unismuh Makassar.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Syamsir. 2012. “Peningkatan Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi dengan Menggunakan Metode Inkuiri pada Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Baraka Kabupaten Enrekang”. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar. Program Pascasarjana UNM.

Taniredja, Tukiran, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.

Timung. 2012. “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Melalui Pendekatan Konstruktivistik Siswa Kelas X SMA Negeri Khusus Jeneponto”. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar. Unismuh Makassar.

Gambar

Tabel Penilaian Tingkat Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari koefisien korelasi (R) yaitu sebesar 0,097, berarti berada pada range 0,00-0199 sebagai tertera pada tabel 3.1, hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara

Penelitian selanjutnya yang dapat dikembangkan dari metode yang diusulkan adalah dengan menemukan komposisi ruang warna yang mampu membuat region sitoplasma menjadi

Sebagai asas dalam hukum tata negara, maka sekalipun tidak dinyatakan secara tersurat/ tegas, maka bentuk peraturan presiden tidak bertentangan dengan UU No.10 Tahun 2004.Namun,

Majelis Jemaat dan seluruh warga Jemaat GPIB Bukit Benuas Balikpapan mengucapkan Selamat hari Kelahiran dan Hari Perkawinan bagi warga Jemaat “Bukit Benuas,”

dalam menentukan kebutuhan karir mereka sendiri(Dr.Veithzal Rivai,2004) setelah karyawan mengetahui seperti apa kebutuhan karirnya maka karyawan akan termotivasi mencapai

Analisis ini dilakukan untuk memperkuat hasil analisis regresi II yang menyatakan bahwa variabel motivasi bukan merupakan variabel pemoderasi dalam hubungan antara quality of work

Pada saat sebelum diganti kabel Straight yaitu pada saat kabel LAN tipe cross terpasang maka let LAN pada kabel LAN menyala yang menandakan koneksi. Gambar sesudah diganti yaitu

dalam upaya pencegahan penularan dan terjadinya kecacatan pada penderita kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Kapita Kabupaten Jeneponto. c) Untuk mengetahui adanya hubungan antara