• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 5 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN,

PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI,

Menimbang : a. bahwa dengan memperhatikan perkembangan keadaan dan untuk menyikapi aspirasi masy.arakat yang berkaitan denaan pencalonan dan penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa, perlu meninjau kembali ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang tata cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa ;

b. bahwa untuk mendapatkan calon Kepala Desa yang betul-betul dikehendaki oleh masysrakat desa setempat dan dalam rangka memperlancar penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa agar dapat berjalan dengan baik, transparan, jujur dan adil ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b dipandang perlu mengubah Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 9) ;

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

3 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851) ;

4. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden ;

5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Penyesuaian Peristilahan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan ;

6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa ;

(2)

7. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 5 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa.

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGAWI MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KGAWI NOMOR 5 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 5 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 12), diubah sebagai benkut :

1. Ketentuan Pasal 4 ayat (2) diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut :

“(2) Jangka waktu pendaftaran bakal calon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b ditentukan oleh Panitia Pemilihan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak pendaftaran dibuka dan mekanismenya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati."

2. Ketentuan Pasal 6 diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut : "Pasal 6

Yang dapat dipilih dan atau ditetapkan menjadi Kepala Desa adalah penduduk desa, Warga Negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat sebagai berikut :

a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ;

b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 ;

c. tidak terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, G 30S/PKI dan atau organisasi terlarang lainnya ;

d. berpendidikan paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang sederajat ;

e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun pada saat pendaftaran ;

f. sehat jasmani dan rohani ; g. berkelakuan baik, jujur dan adil ;

h. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana Kejahatan;

i. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

j. mengenal daerah desa setempat ;

k. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa dengan mengajukan pemohonan secara tertulis dengan bermaterai secukupnya kepada Panitia Pemilihan ;

l. tidak berstatus sebagai Tentara Nasional Indonesia atau Polisi Republik Indonesia ;

(3)

m. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal tetap di desa yang bersangkutan secara sah paling singkat atau sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun dengan tidak terputus-putus ; n. suami atau istri Perangkat Desa yang mencalonkan diri menjadi

Kepala Desa, apabila terpilih dan dilantik menjadi Kepala Desa, maka istri atau suami yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari jabatannya ;

o. suami istri tidak diperbolehkan mencalonkan Kepala Desa pada waktu yang bersamaan dalam satu desa ;

p. bagi Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri menjadi Kepala Desa harus mendapatkan ijin tertulis dari pejabat yang berwenang, apabila terpilih dan ditetapkan menjadi Kepala Desa harus cuti di luar tanggungan negara selama aktif menjabat sebagai Kepala Desa ;

q. bagi Aparat Pemerintah Desa apabila terpilih dan ditetapkan menjadi Kepala Desa, harus mengundurkan diri dari jabatannya yang lama."

3. Ketentuan Pasal 8 setelah ayat (3) ditambah 1 (satu) ayat baru yaitu ayat (4), yang berbunyi sebagai berikut :

"(4) Dalam hal penyelenggaraan pencalonan sampai dengan pelantikan Kepala Desa yang baru tidak dapat dilaksanakan tepat waktu, sehubungan dengan telah berakhirnya masa jabatan Kepala Desa lama, BPD dapat memperpanjang waktu pemilihan calon Kepala Desa paling lambat 4 (empat) bulan." 4. Ketentuan Pasal 20 ayat (1)diubah, menjadi berbunyi sebagai

berikut :

"(1).Setelah pemungutan suara dinyatakan selesai, Panitia meminta kepada masing-masing calon yang berhak dipilih agar menugaskan atau menunjuk 2 (dua) orang atau lebih yang mempunyai hak pilih untuk menjadi saksi dalam penghitungan suara.”

5. Ketentuan Pasal 25 diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut : " (1) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan laporan dan berita acara penghitungan suara dari Panitia Pemilihan.

(2) Keputusan BPD tentang penetapanCalon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Bupati melalui Camat untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan sebagai Kepala Desa.

(3) Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima Keputusan BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Camat mengusulkan kepada Bupati untuk menerbitkan Keputusan tentang PengesahanPengangkatan sebagai Kepala Desa. (4) Paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah menerima usulan

Camat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Bupati menerbitkan Keputusan tentang Pengesahan Pengangkatan sebagai Kepala Desa."

(4)

6. Judul BAB IX diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut : "BAB IX

TUGAS, WEWENANG, KEWAJIBAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA"

7. Bagian Pertama BAB IX diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut : "Bagian Pertama

Tugas, Wewenang dan Kewajiban Kepala Desa"

8. Ketentuan Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut :

"(1) Tugas, wewenang dan kewajiban Kepala Desa :

a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa ; b. membina kehidupan masyarakat desa ;

c. membina perekonomian desa ;

d. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa ; e. atas usul BPD mengangkat dan memberhentikan Perangkat

Desa;

f. mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;

q. mewakili desanya didalam dan diluar Pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya ;

h. mengajukan Rancangan Peraturan Desa dan bersama BPD menetapkannya sebagai Peraturan Desa ;

i. menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan."

“(2) Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud delam ayat (1) huruf a termasuk juga pelaksanaan pendataan penduduk untuk kepentingan Nasional dan melaporkannya kepada Bupati melalui Camat."

9. Ketentuan Pasal 29 ayat (2) diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut :

"(2) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan menyampaikannya laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati melalui Camat."

10. Ketentuan Pasal 30 ayat (2) diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut :

"(2) Dalam hal pertanggungjawaban Kepala Desa yang telah dilengkapi atau disempurnakan ditolak untuk kedua kalinya, BPD dapat mengusulkan pemberhentian Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat."

11. Ketentuan Pasal 33 ayat (4) dan ayat (5) diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut :

“(4) Apabila berdasarkan pemberitahuan dari Jaksa Penuntut Umum atau berdasarkan Putusan Pengadilan Tingkat Pertama dinyatakan bahwa Kepala Desa yang bersangkutan tidak terbukti melakukan perbuatan yang di dakwakan, maka BPD mengusulkan kepada Bupati melalui Camat untuk mencabut Keputusan Bupati tentang Pemberhentian Sementara.”

(5)

“(5) Apabila berdasarkan putusan Pengadilan Tingkat Pertama Kepala Desa yang bersangkutan terbukti melakukan perbuatan yang di dakwakan sedangkan Kepala Desa yang bersangkutan masih melakukan upaya hukum, maka sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sejak putusan Pengadilan Tingkat Pertama dan upaya hukum dimaksud belum selesai, BPD mengusulkan kepada Bupati melalui Camat agar Kepala Desa yang bersangkutan diberhentikan."

12. Ketentuan Pasal 34 diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut : “Pasal 34

(1) Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh Bupati atas usul BPD melalui Camat, karena :

a. meninggal dunia ;

b. mengajukan berhenti permintaan sendiri ;

c. tidak lagi memenuhi suatu syarat dan atau melanggar sumpah atau janji ;

d. berakhir masa jabatan dan telah dilantik Kepala Desa yang baru ;

e. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau norma .yang hidup dan berkembang dalam masyarakat desa;

f. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31.

(2) Bagi Kepala Desa yang berakhir masa jabatannya, paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum berakhirnya masa jabatan, BPD harus mengusulkan pemberhentian Kepala Desa yang bersangkutan kepada Bupati melalui Camat.

(3) Apabila setelah jangka waktu 15 (lima belas) hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) BPD tidak mengusulkan, maka Bupati dapat memberhentikan Kepala Desa yang bersangkutan."

13. Ketentuan Pasal 36 diubah, menjadi berbunyi sebagai berikut : “Pasal 36

(1) Pengangkatan Penjabat Kepala Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati, atas usul BPD melalui Camat.

(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Sekretaris Desa yang bersangkutan atau Perangkat Desalain yang ditunjuk oleh BPD dan pengangkatannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(3) Dalam hal Sekretaris Desa atau Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak disetujui untuk diangkat menjadi Penjabat Kepala Desa, maka BPD dapat mengusulkan Pejabat lain kepada Bupati melalui Camat, (4) Pejabat lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), adalah

Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Camat setempat.

(5) Masa jabatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), paling lama 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal pelantikannya.

(6)

Camat atas nama Bupati."

14. Diantara Bab XV dan Bab XVI disisipkan Bab XV A, yang berbunyi sebagai berikut :

"BAB XV A

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 40 A

Pembinaan dan pengawasan terhadap proses pencalonan, pemilihan, pelantikan dan perberhentian serta pelaksanaan tugas, fungsi, hak dan kewajiban Kepala Desa dilaksanakan oleh Camat atas nama Bupati.”

15. Ketentuan Pasal 42 ayat (3) dihapus. Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi .

Disahkan di Ngawi

pada tanggal 27 Pebruari 2002 BUPATI NGAWI,

ttd. HARSONO Diundangkan di Ngawi

pada tanggal 1 Maret 2002

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NGAWI, ttd.

FAUZI SIDEKAN

Referensi

Dokumen terkait

Padahal jika dilihat dari potensi yang ada, bahwa Bandara Soekarno-Hatta merupakan bandara tersibuk di Indonesia serta keuntungan ekonomi yang cukup besar bagi Kota

SUB BAGIAN PELAKSANA LAYANAN PENGADAAN PADA BAGIAN LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKRETARIAT DAERAH UMUM AHLI PERTAMA - PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA S-1 AKUNTANSI P/L

Tujuan : mengetahui pola bakteri aerob yang berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial di ruang rawat inap mata IRINA F RSUP Prof.. Metode: sampel diambil pada 14 usapan

Penelitian uji sitotoksisitas ekstrak etanolik daun sirih merah terhadap kultur sel SiHa ini penting untuk mendapatkan informasi ilmiah tambahan tentang efek sitotoksik ekstrak

Akad yang digunakan untuk pemungutan pemeliharaan biaya atau penyimpanan di Pegadaian Syariah adalah akad Ijarah (sewa) karena penyimpanan marhun (barang yang

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diuji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah Bagaimana

Diduga telah terjadi tindak pidana kedapatan, menyimpan dan membawa uang palsu sebanyak 9 (sembilan) lembar uang kertas seratus ribuan dengan nomor seri yang

Dalam melakukan pelayanan swamedikasi terdapat beberapa profil pelayanan yang dilakukan oleh petugas apotek kepada pasien swamedikasi yang terdiri dari patient