Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 0
BAB 4
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 1
4.1.
Analisis Sosial
Bagian ini berisikan analisis sosial sebagai dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, mulai pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan.
4.1.1. Pengarusutamaan Gender
Dalam Analisa sosial aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Selanjutnya, Pengarusutamaan Gender (PUG) diartikan sebagai strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang memperhatikan
kualitas hidup, pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan laki-laki dan perempuan (orang lanjut usia, anak-anak di bawah umur, orang-orang dengan kebisaan berbeda/ difable, serta orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi), yang diperoleh dari indikator kesetaraan akses, kontrol, partisipasi dalam pembangunan dalam memperoleh manfaat hasil-hasil pembangunan. Dalam kaitan tersebut, maka diperlukan peningkatan efektifitas pelembagaan PUG ke dalam budaya internal organisasi,
mewujudkan penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang terintegrasi dengan aspek gender; serta mewujudkan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) di seluruh unit organisasi.
Perempuan dan laki-laki, baik sebagai manusia atau sebagai warga Negara di dalam hukum dan perundang undangan Indonesia tidaklah berbeda. Sebagai sumber daya insani potensi
yang dimiliki perempuan tidaklah dibawah potensi laki-laki. Mereka memiliki kedudukan,hak dan kewajiban yang sama, namun kenyataannya,masih banyak dijumpai status dan peranan perempuan dalam masyarakat yang masih bersifat subordinatif, dan belum dianggap sebagai mitra sejajar dengan laki-laki. Hal itu terlihat dari masih sedikitnya perempuan yang berkesempatan menempati posisi di dalam pemerintahan, dalam badan legislatif, maupun yudikatif’serta didalam peranannya secara umum di masyarakat. Padahal tuntutan dari Millennium Development Goals (MDG’s) atau tujuan pembangunan pada era millennium adalah menuju kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan dengan meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender pada setiap sektor pembangunan. Masalah ketidak adilan gender ditunjukkan oleh rendahnya kualitas hidup dan peran
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 2
keterbatasan dana terpilah enurut jenis kelamin. Angka GEM dan GDI Indonesia termasuk terendah dibandingkan dengan Negara-negara Asean. Hal ini berarti ketidak adilan gender di berbagai bidang pembangunan masih merupakan masalah yang akan dihadapi dimasa
mendatang. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dicermati dari analisis –analisis terhadap kondisi dan posisi perempuan yang relatif tertinggal di banding laki-laki dalam berbagai aspekkehidupan. Dibidang pendidikan, data yang ada menunjukkan, semakain tinggi jenjang pendidikan semakin berkurang peserta didik perempuantingginya angka putus sekolah dan buta huruf anak perempuan,serta masih banyaknya materi bahan ajar yang bias gender dan diskriminatif.
Dibidang kesehatan,permasalahan yang sering muncul adalah berkaitan dengan tingginya Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI di Indonesia adalah tertinggi di ASEAN, 307 per 100.000 kelahiran hidup), rendahnya status gizi ibu hamil dan menyusui; rendahnya control perempuan dalam kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta rendah nya partisipasi dan tanggung jawab laki laki dalam kesehatan keluarga dan dalam ber-KB.
Dibidang ekonomi, permasalahan dilihat dari terbatasnya akses perempuan untuk berusaha di bidang ekonomi produktif, termasuk akses untuk mendapatkan modal, pelatihan usaha, program perluasan kesempatan kerja dan informasi pasar yang mendorong kemandirian dan berwirausaha.
Di bidang politik, rendahnya jumlah prosentase perempuan yang menjadi anggota wakil
rakyat (DPR dan DPRD), sebagai kepala pemerintahan, sebagai hakim, sebagai direktur dan pejabat struktural maupun fungsional merurakan pertanda rendahnya partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan.
Di bidang hukum, masih terdapatnya peraturan perundang undangan yang bias gender, sehingga belum memperoleh perlindungan terhadap hakhaknya secara penuh. Masalah lain yang cukup serius dan perlu mendapatkan perhatian kita bersama adalah adanya
kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan manusia serta lemahnya perlindungan terhadap anak.
Strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi suatu dimensi yang integral mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program nasional merupakan strategi Pengarus Utamaan Gender (PUG). Strategi ini
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 3
Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarus Utamaan Gender (PUG) dalam pembangunan nasional secara teknis diejawantahkan dalam pemahaman mengenai PUG yakni:
1. Strategi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender.
2. Mengintegrasikan persepektif gender ke dalam kebijakan, program program, proyek-proyek, aktifitas pembangunan di semua sektor pemerintahan.
3. Mengadopsi persepektif gender ke dalam siklus perencanaan
4. Mentransformasikan keseluruhan proses dan kerangka kerja perencanaan pembangunan yang responsif terhadap gender.
5. memperhitungkan dampak dari peran gender dan hubungan gender terhadap ketidaksetaraan dalam memperoleh akses dan manfaat khususnya dampak negatif terhadap perempuan.
6. Menciptakan suasana kondusif agar PUG lebih mudah diterima dan dilaksanakan.
Indikator makro pembangunan pemberdayaan perempuan Indonesia yang ditunjukkan
dengan Gender Development Index (GDI) masih berada di peringkat yang belum menggembirakan dibanding negara-negara lain dan berada di posisi terendah dibandingkan negara-negara ASEAN. Pada tahun 1998 GDI Indonesia berada pada peringkat 90 dari 174 negara, tahun 2001 berada pada peringkat 92 dari 146 negara.
Kabupaten Ponorogo yang berjumlah penduduk 899.328 orang dengan komposisi
penduduk perempuan relatif lebih banyak, yakni 456.023 orang dibandingkan penduduk laki-laki yang berjumlah 443.305 orang, mempunyai komitmen yang cukup tinggi dalam berupaya membangun kesetaraan dan keadilan gender dengan membentuk Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagi wujud komitmen pemerintah daerah sehingga kesetaraan dan keadilan anak serta perlindungan anakanak dapat terwujud. Dengan berbagai program kegiatan yang menyentuh perlindungan anak dan
kesetaraan gender diarahkan untuk mempercepat integrasi program-program daerah ke dalam program propinsi dan programprogram nasional.
Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and
Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 4
4.2.
Analisis Ekonomi
Bagian ini berisikan analisis ekonomi sebagai dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, mulai pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan. Beberapa hal penting untuk dibahas, antara lain:
4.2.1. Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015 serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 281
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya
dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,-
seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 5
beristirahat, beribadah, berkomunikasi dengan keluarga, mendidik anak maupun bersosialasi dengan lingkungan.
Dengan demikian kondisi rumah semestinya dapat memberikan rasa nyaman, aman dan
memenuhi syarat kesehatan. Keadaan, kualitas dan fasilitas lingkungan perumahan merupakan cermin tingkat kesejahteraan masyarakat. Kualitas rumah yang baik antara lain memperhatikan sanitasi dan dilengkapi fasilitas perumahan yang baik seperti jenis lantai, jenis tembok, sumber penerangan, jarak tempat penampungan tinja dan lain-lain.
Bertolak belakang dengan apa yang didefinisikan pada konsep tentang kesejahteraan
adalah konsep mengenai kemiskinan, yang diartikan sebagai kekurangmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara umum. Metode penghitungan penduduk miskin yang dilakukan BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs). Dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar. Hasil pengukuran kemiskinan yang baik dapat menjadi instrumen yang tangguh
bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kebijakan yang ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan.
Penghitungan penduduk miskin dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu metode tidak langsung dan metode langsung.
• Penghitungan penduduk miskin dengan metode tidak langsung dilakukan melalui survey rumah tangga dengan ukuran pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga. Batas
kemiskinan ditentukan dari ketidakmampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan minimal makanan setara 21.000 kalori per kapita per hari ditambah kebutuhan non makanan. Data yang dihasilkan bersifat makro yang hanya menunjukkan jumlah namun tidak dapat menunjukkan lokasi keberadaan penduduk miskin.
• Penghitungan penduduk miskin dengan metode langsung dilakukan dengan pendataan penduduk miskin secara keseluruhan. Data yang dihasilkan bersifat mikro
dan dapat menunjukkan alamat penduduk miskin.
Pendataan langsung dilakukan dalam kegiatan PSE (Pendataan Sosial Ekonomi) yang kemudian dilanjutkan dengan program BLT (BantuanLangsung Tunai) dan PAM-DKB (Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak.
Tingginya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ponorogo merupakan masalah yang
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 6
Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang bersifat pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat miskin ini akan menjadi penting karena akan mendudukkan mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek dalam rangka penanggulangan
kemiskinan. Untuk meningkatkan posisi tawar masyarakat miskin, diperlukan berbagai upaya pemberdayaan agar masyarakat miskin lebih berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Selain itu, diperlukan upaya pemberdayaan agar masyarakat miskin dapat berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi sehingga mengubah pandangan terhadap masyarakat miskin dari beban (Liabilities) menjadi potensi (Asset).
Management program-program kemiskinan dan pengangguran harus dilakukan dengan
lebih baik. Banyak program kemiskinan dan pengangguran milik pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten yang saling tumpang tindih, sehingga efesiensi dan efektivitas program sangat rendah. Untuk itu pengelolaan program yang lebih baik merupakan keniscayaan yang saat ini diperlukan, mengingat dana pembangunan kita semakin terbatas. Program untuk rakyat miskin seharusnya dapat dipetakan sehingga menjadi
mosaik yang bagus dilihat dari bentuk, ragam dan warna artinya: tidak perlu adanya penyeragaman (standarisasi) tetapi yang diperlukan adalah koordinasi yang efisien dan efektif. Lokasi, target, macam dan besarnya bantuan tentu bisa menjadi kualifikasi mengelompokkan program.
Mengingat Kabupaten Ponorogo ini cukup luas dengan penduduk yang cukup besar
manajemen program ini sangat penting. Bantuan yang ditujukan pada rumah tangga miskin merupakan upaya pemerintah dalam pengentasan kemiskinan, walaupun kenyataannya tidak hanya pemerintah yang berperantetapi juga lembaga swasta dan perorangan. Jenis bantuan yang diberikan tersebut dibedakan menjadi 3 (tiga) bidang, yaitu bidang kesehatan, pangan/ ekonomi dan pendidikan.
• Bantuan di bidang kesehatan diwujudkan melalui jaring pengaman sosial berupa Jaminan Kesehatan Masyarakat (jamkesmas) yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan didukung dengan Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesmasda). Pada tahun 2009 kuota jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ponorogo yang memperoleh Jamkesmas berjumlah 340.056 orang dan non kuota yang dibiayai oleh Kabupaten Ponorogo dan Propinsi Jawa Timur melalui jamkesmasda berjumlah 10.000 orang. Pemberian kartu sehat pada rumah tangga yang
tergolong dalam karakteristik miskin. Kartu sehat tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan keringanan biaya/bebas biaya pada saat berobat, periksa kehamilan, melahirkan dan keperluan KB.
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 7
khusus murid (BKM) . Besarnya dana bos untuk tingkat SD/MI sebesar Rp. 33.083,3 , untuk SMP/Mts adalah Rp. 47.500,0 dan Bantuan Khusus murid untuk tingkat SMA/SMK sebesar Rp. 65.000,0. Dari 21 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Ponorogo jumlah penerima bantuan di bidang pendidikan yang paling banyak adalah Kecamatan Ponorogo sejumlah 7.981 orang, disusul kecamatan Ngrayun berjumlah 5.903 orang dan yang paling sedikit berada pada Kecamatan Pudak yang berjumlah 885 orang. Besarnya bantuan untuk masyarakat miskin di bidang pendidikan merupakan bukti komitmen pemerintah dalam mengurangi jumlah penduduk miskin melalui peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) agar
masyarakat lebih berdaya dan mampu menghadapi persaingan global.
Penggunaan Kartu sehat Jamkesmas dan jamkesmasda oleh rumah tangga paling banyak dimanfaatkan untuk berobat, baik untuk berobat jalan maupun rawat inap. Sedangkan untuk Bantuan langsung kepada masyarakat miskin di bidang pangan/ ekonomi diwujudkan melalui pemberian beras murah dan Bantuan Langsung Tunai (BLT).
• Dalam rangka peningkatan kesejahteraan juga telah dilaksanakan program transmigrasi. Untuk Tahun 2005 telah diberangkatkan sebanyak 41 transmigran, Tahun 2006 tidak memberangkatkan transmigran, Tahun 2007 sebanyak 33 transmigran, Tahun 2008 sebanyak 63 orang dan Tahun 2009 sebanyak 54 orang. Sedangkan yang menjadi TKI/TKW yang berangkat ke Luar Negeri Tahun 2008 sejumlah 1.488 orang terdiri dari laki-laki 236 dan perempuan 1.252 orang. Tahun
2009 sebanyak 1.268 orang dengan rincian laki-laki 115 orang dan perempuan 1.153 orang, dengan negara tujuan adalah Malaysia, Hongkong, Arab Saudi, Singapura, Abu Dhabi, dan Taiwa
4.3.
Analisis Lingkungan
Bagian ini berisikan analisis lingkungan melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 8
1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM
bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di KABUPATEN LAMONGAN. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.
Tabel 4. 1
Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
No Kriteria Penapisan
Penilaian Uraian
Pertimbangan*
Kesimpulan: (Signifikan/Tidak)
1 Perubahan Iklim Memberikan insentif untuk melindungi eksosistem tersebut. Selain itu, perlu mengembangkan kebijakan lokal, nasional dan internasional dan kerangka kerja lainnya yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim
Signifikan
2 Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
Partisipasi masyarakat yang sadar dan peduli maupun Kelestarian keanekaragaman hayati akan memberikan efek kelestarian dan peningkatan produktivitas lahan-lahan pertanian di suatu wilayah secara langsung maupun tidak langsung.
Signifikan
3 Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan
lahan,
Penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dapat mengetahui dan Memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan
evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dalam hal peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana.
Signifikan
4 Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Sadar akan peranan masyarakat dalam menata dan meningkatkan mutu lingkungan maupun kelimpahan SDA, dapat berpartisipasi dengan cukup layak untuk terwujudnya pembangunan.
Signifikan
5 Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,
konservasi kawasan hutan guna mewujudkan pelestarian dan perlindungan sumberdaya alam hutan, daripada mengalih fungsikan kawasan hutan
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 9 No Kriteria Penapisan
Penilaian Uraian
Pertimbangan*
Kesimpulan: (Signifikan/Tidak)
6 Peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Mengurangi berbagai faktor penyebab kemiskinan tidak mudah dan tidak jelas harus mulai dari titik mana. Keterbatasan lapangan kerja, misalnya, seharusnya bisa diatasi dengan penciptaan lapangan kerja.
Signifikan
7 Peningkatan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan manusia
Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan menciptakan suasana kondusif untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan
Signifikan
Tabel 4. 2
Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
Contoh Lembaga
Pembuat keputusan a. Bupati/Walikota b. DPRD
Penyusun kebijakan, rencana dan/atau program
Dinas PU-Cipta Karya Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya
b. BPLHD
Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)
a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya
b. Asosiasi profesi
c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup
d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup e. Perorangan/tokoh
f. kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA
Masyarakat terkena Dampak a. Lembaga Adat b. Asosiasi Pengusaha c. Tokoh masyarakat d. Organisasi masyarakat
e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani dll)
Tabel 4. 3
Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 10 Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat
air air baku dari sungai-sungai yang ada dan bahkan yang sudah tercemar dari berbagai aspek. Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh
infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal Contoh: pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman
Peningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga Memanfaatkan Teknologi Tepat Guna yang Berbasis Masyarakat yang berwawasan lingkungan serta memanfaatkan badan air maupun limbah permukiman yang baik bagi masyarakat
Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan
Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan
Lokasi kawasan tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/ wilayah maupun kualitas dari lingkungan tersebut
Ekonomi
Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan
Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir
Pemerintah Kabupaten Lamongan sendiri yang belum sepenuhnya merealisasikan program perbaikan lingkungan sehingga pencemaran maupun kesejahteraan nelayan dipesisir masih sangat kurang
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh
Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan dan dukungan masyarakat terhadap proses penanganan kekumuhan tinggi masih sangat minim
Tabel 4. 4 Identifikasi KRP
No Komponen kebijakan /
rencana / program Kegiatan
Lokasi (Kecamatan / Kelurahan (jika ada))
1 Pengembangan
Permukiman
Pembangunan Infrastuktur di Kawasan Rawan Bencana
2 Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Dukungan Prasarana dan Sarana Kws. Tradisional, Penataan dan Revitalisasi kawasan makam
3 Pengembangan Air Minum Penyediaan SPAM di Kawasan RSH
4 Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 11
Tabel 4. 5
Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
NO
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek- Aspek Pembangunan Berkelanjutan** Bobot Lingkungan
Hidup Permukiman Bobot Sosial Bobot Ekonomi Total
Bobot
- Minimnya cakupan dan kualitas an & Lingkungan
Masih
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No Komponen kebijakan, rencana dan/atau program
Alternatif Penyempurnaan KRP
1 Pengembangan Permukiman
Membina dan mengembangkan maupun merevitalisasikan Pengembangan Permukiman yang ada di Kabupaten Ponorogo dalam periode yang berkelanjutan
2 Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 12 No Komponen kebijakan, rencana
dan/atau program
Alternatif Penyempurnaan KRP
3 Pengembangan Air minum Membina dan mengembangkan maupun merevitalisasikan
Pengembangan Air minum yang ada di Kabupaten Ponorogo dalam periode yang berkelanjutan
4 Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Membina dan mengembangkan maupun merevitalisasikan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman yang ada di Kabupaten Ponorogo dalam periode yang berkelanjutan
Tabel 4. 7
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
No Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
1 Pengembangan Permukiman Untuk Pengembangan Permukiman perlu adanya penelitian dan
kajian yang terus-menerus dalam melakukan perubahan hingga terjadi sesuai keinginan atau target yang ingin di capai.
2 Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Untuk Penataan Bangunan dan Lingkungan perlu adanya penelitian dan kajian yang terus-menerus dalam melakukan perubahan hingga terjadi sesuai keinginan atau target yang ingin di capai.
3 Pengembangan Air minum Untuk Pengembangan Air minum perlu adanya penelitian dan kajian
yang terus-menerus dalam melakukan perubahan hingga terjadi sesuai keinginan atau target yang ingin di capai.
4 Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Untuk Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman perlu adanya penelitian dan kajian yang terus-menerus dalam melakukan perubahan hingga terjadi sesuai keinginan atau target yang ingin di capai.
A. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Dari analisis lingkungan dan evaluasi kebijakan ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam upaya menanggulangi peningkatan pencemaran dan kerusakan
lingkungan di Kabupaten Ponorogo. Sementara itu adanya beberapa bencana alam seperti tanah longsor dan bencana banjir beberapa waktu yang lalu serta dalam rangka menanggulangi kompleksitas masalah lingkungan hidup, baik yang bersifat preventif maupun kuratif guna terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di tahun yang akan datang maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
❖ Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup
1. Melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bagi semua
kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan. 2. Sosialisasi AMDAL, UKL/ UPL dan perijinan pemanfaatan ruang 3. Sosialisasi pelaksanaan RKL/RPL dan UKL/UPL
4. Evaluasi dan monitoring penerapan RKL/ RPLdan UKL/ UPL.
5. Pengembangan kawasan industri dan pariwisata yang berwawasan lingkungan. ❖ Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 13
1. Penyuluhan tentang perlindungan keanekaragaman hayati dan pengembangan flora fauna identitas daerah.
2. Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam
secara bijaksana dan lestari.
3. Pemasyarakatan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. 4. Sosialisasi pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui Forum-forum desa dan
Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.
❖ Program Penataan/Pengembangan Kelembagaan dan Penegakan Hukum dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1. Menjalankan kerja sama lintas sektoral dengan Dinas/Instansi terkait dengan masalah lingkungan hidup serta mengintegrasikan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam perencanaan pembangunan yang lebih luas dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. 2. Melaksanakan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian
pencemaran/kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan kualitas lingkungan hidup.
3. Meningkatkan kinerja Tim Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang. 4. Pemberdayaan dan revitalisasi kegiatan penghijauan dan reboisasi
5. Menjalin kemitraan baik dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur maupun
Perguruan Tinggi dan LSM bidang LH.
6. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dalam pelaksanaan Program Bangun Praja, khususnya kebersihan dan keindahan perkotaan.
7. Penegakan hukum lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan intensitas
koordinasi lintas sektoral dengan melibatkan seluruh instansi, baik horisontal
maupun vertikal serta kelompok-kelompok masyarakat.
❖ Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
1.Mempersiapkan Aparatur yang mempunyai latar belakang dan kecakapan di bidang lingkungan hidup serta mengikutsertakan aparatur dalam pelatihan teknis di bidang lingkungan hidup dan kursus AMDAL
2.Mengikutsertakan dan memberdayakan siswa dan pendidik dalam pelatihan maupun pembinaan bidang lingkungan hidup.
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 14
Tabel 4. 8
Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) a) Rujukan
Peraturan Perundangan
I. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
II. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS
1) UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2) Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL
3) Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL
b) Pengertian Umum
Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.
c) Kewajiban pelaksanaan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)
d) Keterkaitan studi
lingkungan dengan:
I. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPJM
II. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
e) Mekanisme pelaksanaan
I. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;
II. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan
III. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
1) Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL
2) Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.
3) Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
4) Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan
f) Muatan Studi Lingkungan
I. Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan
II. Kajian pengaruh rencana/program dengan isu-isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan III. Alternatif rekomendasi untuk
rencana/program
1) Kerangka acuan; 2) Andal; dan
3) RKL-RPL.Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.
g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau
program pembangunan dalam suatu wilayah.
Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.
h) Outcome I. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
II. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak
diperbolehkan lagi.
1) Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan
2) Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan 3) Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum
dalam RKL RPL.
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 15
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) 2) Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat
Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD
3) Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.
4) Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota j) Partisipasi
Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS
Masyarakat yang dilibatkan adalah: 1)Yang terkena dampak;
2)Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
3)Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
k) Atribut Lainnya:
a. Posisi Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif c. Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
d. Dampak kumulatif
Peringatan dini atas adanya dampak komulatif
Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan
untuk
mengarahkan visi dan kerangka umum
Sempit, dalam dan rinci
h. Deskripsi proses
Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir
i. Fokus pengendalia n dampak
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan
Menangani gejala kerusakan lingkungan
j. Institusi Penilai
Tidak diperlukan institusi yang berwenang
memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL
Sumber: - hasil analisa
Tabel 4. 9
Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:
- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total
> 10 ha > 100.000 ton b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau - Kapasitas Total semua kapasitas/ besaran
c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas > 500 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
- Kapasitas > 500 ton/hari
e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas semua kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas > 500 ton/hari
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas > 500 ton/hari
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 16 No Jenis Kegiatan Skala/Besaran
a. Kota metropolitan, luas > 25 ha
b. Kota besar, luas > 50 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha
d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha
C Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
- Luas, atau - Kapasitasnya
> 2 ha > 11 m3 /hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya: - Luas, atau
- Kapasitasnya
> 3 ha > 2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
- Luas layanan, atau - Debit air limbah
> 500 ha > 16.000 m3 /hari D Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di
permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km
b. Kota sedang, panjang: > 10 km
E Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan > 500 ha
b. Pembangunan jaringan transmisi
- panjang > 10 km
Sumber: Permen LH 5/2012
Tabel 4. 10
Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau
sanitary landfill termasuk instansi penunjang:
•Luas kawasan, atau < 10 Ha . Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut
•Luas landfill, atau < 5 Ha. Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station
•Kapasitas < 1.000 ton/hari
iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu •Kapasitas < 500 ton
v. Pembangunan Incenerator •Kapasitas < 500 ton/hari
vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos •Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
b. Air Limbah Domestik/ Permukiman
i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang
•Luas < 2 ha . Atau kapasitas < 11 m3/hari ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
•Luas < 3 ha . Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman
•Luas < 500 ha . Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
c. Drainase Permukaan
Perkotaan
i. Pembangunan saluran primer dan sekunder •Panjang < 5 km
ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman •Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 17 Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
•luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
•Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km. Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km . Pedesaan, Panjang : -
iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)
•Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps . Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap
•Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps
v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
•Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps •Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps
e. Pembangunan Gedung i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
f. Pengembangan kawasan permukiman
baru
i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan |4- 18 Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi,fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
•Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha
iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun) •Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha g. Peningkatan Kualitas
Permukiman
i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk; Luas kawasan: < 10 ha
ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil; - Luas kawasan: < 10 ha
iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP) --- Luas kawasan: < 10 ha h. Penanganan Kawasan
Kumuh Perkotaan
i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yangdilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun Luas kawasan: < 5 ha
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008
Tabel 4. 11
Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya
No Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH
1 Pengembangan
Permukiman
✓ ✓ ✓
2 Penataan Bangunan
dan Lingkungan
✓ ✓ ✓
3 Pengembangan Air
minum
✓ ✓ ✓
4 Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman