• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECERNAAN PROTEIN DAN ENERGI PAKAN PADA KERBAU JANTAN YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT DENGAN FREKUENSI PEMBERIAN YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KECERNAAN PROTEIN DAN ENERGI PAKAN PADA KERBAU JANTAN YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT DENGAN FREKUENSI PEMBERIAN YANG BERBEDA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KECERNAAN PROTEIN DAN ENERGI PAKAN PADA

KERBAU JANTAN YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT

DENGAN FREKUENSI PEMBERIAN YANG BERBEDA

(Dietary Protein and Energy Digestibility in Male Buffalo Fed Concentrate at

Different Feeding Frequency)

N. MUKMINAH, N. LUTHFI, A.P. NUGROHO, E. PURBOWATI, E. RIANTO dan A. PURNOMOADI Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang

ABSTRACT

This study was aimed to determine the influence of the frequency of concentrate 3 and 6 times per day on dietary protein and energy digestibility of male buffalo. The material used was 8 male buffaloes averaged age 1 year and body weight (BW) at 132.4 ± 13.7 kg (CV= 10.34%), fed rice straw (0.7% BW) and concentrates (2.8% BW) composed of: 40% tea waste, 37% rice bran, and 23% cassava. The experimental design applied was completely randomized design (CRD) with 2 treatments and 4 replications. Treatment applied was the frequency feeding of concentrate at 3 times per day (T1) and 6 times per day (T2). Results showed that all the observed parameters were not significantly different (P > 0.05). The dry matter intake and its digestibility of both treatments was 4,802 g per day and 40.93%, respectively, while the average crude protein intake and digestibility of both treatments were 833 g per day and 25.61%, respectively. The average gross energy and digestible energy intake were 69.78 MJ/d, 25.67 MJ/d, respectively, with the ADG for both treatments was 0.11 kg. It is concluded that the different concentrate feeding frequencies (3 and 6 times daily) did not affect dietary energy and protein digestibility in male buffalo.

Key Words: Buffalo, Feeding Frequency, Protein Digestibility, Energy Digestibility

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian konsentrat 3 dan 6 kali per hari terhadap kecernaan protein, dan energi pakan pada kerbau jantan. Materi yang digunakan adalah 8 ekor kerbau lumpur jantan dengan umur sekitar 1 tahun dan bobot rata-rata 132,4 ± 13,7 kg (CV = 10,34%) yang diberi pakan jerami 0,7% BB dan konsentrat 2,8% BB (ampas teh 40%, bekatul 37%, onggok 23%). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan pakan yang diterapkan adalah T1 (frekuensi pemberian konsentrat 3 kali/hari) dan T2 (frekuensi pemberian konsentrat 6 kali/hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0,05). Rata-rata konsumsi BK dan kecernaan BK untuk kedua perlakuan masing-masing adalah sebesar 4.802 g/hari, dan 40,93%, sedangkan rata-rata konsumsi PK kedua perlakuan adalah 833 g/hari, dengan kecernaan PK adalah 25,61%. Rata-rata konsumsi energi pada kedua perlakuan adalah 69,78 MJ/hari, dengan rata-rata energi tercernanya adalah 25,67 MJ/hari yang menghasilkan rata-rata PBBH 0,11 kg. Kesimpulan yang dapat diambil dari data tersebut adalah bahwa perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda (3 dan 6 kali pemberian) tidak memberikan pengaruh terhadap pemanfaatan protein dan energi pakan pada kerbau jantan.

Kata Kunci: Kerbau, Frekuensi Pemberian Pakan, Kecernaan Protein, Kecernaan Energi

PENDAHULUAN

Kerbau memiliki potensi yang besar sebagai ternak potong. Ternak kerbau yang digemukkan umumnya memiliki kemampuan pertambahan berat badan rata-rata lebih tinggi

dibandingkan dengan ternak sapi (MURTIDJO,

1989). Penambahan pakan penguat sekitar 1,5 kg/hari dapat memberi peningkatan bobot badan menjadi 0,76 kg/ekor/hari (ZULBARDI et al., 1977; 1998 yang disitasi oleh BAMUALIM

(2)

kerbau di Indonesia kurang optimal. Data dari DITJENNAK (2008) menunjukkan bahwa

jumlah populasi kerbau di Indonesia sejak tahun 2000 sampai 2008 cenderung menurun sebesar 1,03% per tahun.

Selain melalui perbaikan kualitas pakan, perbaikan cara pemberian pakan juga dapat memperbaiki penampilan ternak. Pemberian pakan dengan frekuensi yang lebih tinggi akan menghasilkan penampilan yang lebih baik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan yang lebih tinggi, dapat meningkatkan konsumsi pakan, menstabilkan pH rumen, dan mencegah terjadinya risiko asidosis (ROBLES et al., 2007). Pemberian pakan dengan frekuensi yang tinggi dapat menghasilkan pemanfaatan pakan yang lebih baik sehingga feed conversion ratio (FCR) rendah, yang mendorong produktivitas (pertambahan bobot badan harian) yang tinggi (PURNOMOADI et al., 2004). SHABI et al. (1999) melaporkan bahwa peningkatan frekuensi pemberian pakan dari 2 dan menjadi 4 kali per hari dapat meningkatkan konsumsi PK, efisiensi pemanfaatan protein mikroba, dan meningkatkan pemanfaatan protein pakan. Frekuensi pemberian pakan dapat menurunkan asidosis dengan meminimalkan asupan pati dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang bersamaan sehingga kondisi rumen lebih stabil (Ruiz dan Mowat yang disitasi oleh SCHUTZ et al., 2007). Dalam proses pencernaan, ruminansia tergantung pada fungsi dari mikroba rumen, karena di dalam rumen terjadi proses fermentasi. Fermentasi protein di dalam rumen menghasilkan ammonia, sedangkan kecernaan energi dapat diketahui dari hasil fermentasi karbohidrat berupa VFA.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian

pakan yang berbeda terhadap pemanfaatan pakan khususnya pada protein dan energi pakan pada kerbau jantan muda. Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai referensi mengenai penampilan produksi kerbau yang diberi frekuensi pakan yang berbeda.

MATERI DAN METODE

Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu 8 ekor kerbau jantan umur ± 1 tahun, bobot badan rata-rata 132,4 ± 13,70 kg (CV = 10,34%). Kerbau-kerbau tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, perlakuan yang diterapkan adalah pemberian pakan dengan frekuensi yang berbeda, yaitu 3 kali (T1) dan 6 kali (T2) dalam satu hari. Pakan yang diberikan berupa jerami padi dan konsentrat dengan perbandingan 0,7% dan 2,8% dari bobot badan. Konsentrat disusun dari ampas teh 40%, bekatul 37% dan onggok 23%. Kandungan nutrisi bahan pakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Prosedur penelitian

Pada tahap perlakuan (10 minggu), jerami padi diberikan secara ad libitum setelah 2 jam pemberian konsentrat. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Konsentrat diberikan pada pukul 08.00; 16.00 dan 00.00 WIB untuk perlakuan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari dan pukul 08.00; 12.00; 16.00; 20.00; 00.00 dan 04.00 WIB untuk perlakuan frekuensi pemberian pakan 6 kali sehari. Sisa pakan ditimbang setiap pagi hari untuk mengetahui konsumsi pakan. Ternak ditimbang setiap minggu untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan.

Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan

Kandungan nutrisi dalam 100% BK Bahan pakan

Abu LK PK SK BETN Energi

……….(%)... (MJ/kg) Konsentrat 16,86 1,31 19,57 16,93 45,34 14,14 Jerami padi 24,40 2,02 10,02 36,37 27,18 12,84 BK: Bahan kering; LK: Lemak kasar; PK: Protein kasar; SK: Serat kasar; BETN: Bahan ekstrak tanpa nitrogen

(3)

Data kecernaan pakan diperoleh dengan metode total koleksi selama 7 hari, sedangkan pengambilan sampel cairan rumen untuk pengukuran VFA dan NH3 dilakukan dengan menggunakan selang dengan penyedot, pada jam ke 0, 3, dan 6 setelah pemberian pakan. Data konsentrasi VFA dan NH3 dari 3 pengambilan ini kemudian dirata-ratakan untuk diuji secara statistik.

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi bahan kering (BK), kecernaan BK, PK dan energi, konsumsi PK dan energi dapat dicerna, kecernaan PK dan energi dan konsentrasi VFA dan NH3.

Pertambahan bobot badan harian dihitung dari selisih antara bobot akhir dan bobot awal dibagi dengan lama hari pemeliharaan. Konsumsi BK dihitung dari selisih antar BK yang diberikan dengan BK yang tersisa. Kecernaan BK merupakan persentase jumlah pakan (BK) yang tercerna dengan konsumsi BK. Konsumsi PK dihitung dari jumlah konsumsi BK dikalikan dengan kandungan PK pakan. Jumlah PK tercerna dihitung dari selisih antara jumlah PK yang terkonsumsi dengan PK yang keluar lewat feses. Kecernaan PK adalah persentase jumlah PK tercerna terhadap jumlah PK yang terkonsumsi. Perhitungan yang dilakukan untuk parameter energi. Penentuan kandungan PK dianalisis dengan KJELDAHL, sedangkan penentuan nilai energi ditentukan dengan bomb calorimeter. Semua data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi (uji F) menurut GASPERSZ (1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecernaan protein pakan pada kerbau jantan yang diberi perlakuan pemberian frekuensi konsentrat yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 2.

Konsumsi dan kecernaan BK pakan

Tabel 2 menunjukkan rata-rata konsumsi BK, dan kecernaan BK yang tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi pemberian konsentrat 3 dan 6 kali tidak mempengaruhi kemampuan ternak dalam mengkonsumsi pakan. Hal ini

bahwa peningkatan frekuensi pemberian pakan 1, 2, 3 dan 4 kali tidak mempengaruhi konsumsi BK pakan. Namun hal ini tidak sesuai dengan yang dilaporkan oleh SHABI et al. (1999), frekuensi pemberian pakan 2 dan 4 kali dapat meningkatkan konsumsi pakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari sudah tidak dapat meningkatkan konsumsi pakan. Tabel 2. Konsumsi, kecernaan dan PBBH pada

kerbau jantan Perlakuan Parameter T1 T2 Konsumsi BK total (kg/hari) 4,89 4,71 Konsumsi BK total (% BB) 3,43 3,38 Konsumsi PK total (kg/hari) 0,85 0,73

Konsumsi energi total (MJ/hari) 74,19 65,38 Kecernaan BK (%) 39,93 42,16 Kecernaan PK (%) 20,85 30,36 Kecernaan energi (%) 34,97 38,73 PBBH (g/hari) 91,00 118,00 Semua parameter, secara statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05)

Nilai kecernaan BK kedua perlakuan juga tidak berbeda nyata (P > 0,05), dengan rata- rata kecernaan BK kedua perlakuan sebesar 40,93%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan frekuensi pemberian pakan 3 dan 6 kali tidak mempengaruhi kecernaan BK pakan. Kecernaan kedua perlakuan tidak berbeda nyata karena konsumsi kedua perlakuan juga tidak berbeda nyata. Kecernaan BK pada kedua perlakuan ini dapat dikatakan cukup rendah karena RIANTO et al. (2005) melaporkan kecernaan BK kerbau jantan yang diberi pakan ampas bir, konsentrat jadi dan jerami sebesar 68%. Hal ini kemungkinan dikarenakan pakan ampas teh yang diberikan dapat menurunkan kecernaan BK. Hal ini seperti yang dilaporkan oleh LARRAIN et al. (2007) melaporkan bahwa penambahan tanin pada pakan dapat menurunkan konsumsi pakan

(4)

Konsumsi protein dan kecernaan PK

Konsumsi PK total kedua perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0.05). Rataan konsumsi total PK T1 dan T2 adalah 794 g/hari. Hasil yang sama diperoleh pada kecernaan PK dengan rata rata 25,61%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan frekuensi pemberian konsentrat yang berbeda dari 3 menjadi 6 kali tidak berpengaruh pada konsumsi protein, dan juga terhadap kecernaan PK. Kondisi ini diduga karena konsumsi PK total kedua perlakuan yang tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hasil ini tidak sesuai dengan laporan SHABI et al. (1999); SOTO-NAVARRO et al. (2000)

bahwa peningkatan frekuensi pemberian pakan dari 2 menjadi 4 kali/hari dapat meningkatkan konsumsi PK, efisiensi pemanfaatan mikroba dan meningkatkan pemanfaatan protein.

Kecernaan PK kedua perlakuan dalam penelitian ini dapat dikatakan sangat rendah karena berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan RIANTO et al. (2005) pada kerbau jantan dengan pakan ampas bir, konsentrat dan jerami menunjukkan kecernaan PK dapat mencapai 76 – 77%. Hal ini kemungkinan dikarenakan perbedaan pakan yang diberikan. Pada penelitian ini menggunakan ampas teh yang mengandung tanin dan memproteksi protein pakan sehingga sulit untuk dicerna. Hal ini sesuai dengan pendapat BEAUCHEMIN et al. (2007) yang menyatakan bahwa tanin pada pakan dapat menurunkan kecernaan protein 5 – 15% dengan kadar tanin 1 – 2%.

Konsumsi energi dan kecernaan energi

Rataan konsumsi energi pada tiap perlakuan (T1 dan T2) berturut-turut yaitu 74,19 MJ/hari dan 65,38 MJ/hari. Konsumsi energi harian pada kerbau jantan yang diberi perbedaan frekuensi pemberian pakan, berdasarkan perhitungan statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P > 0,05). Konsumsi energi ini telah memenuhi kebutuhan ternak tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya pertambahan bobot badan harian pada kedua perlakuan, seperti tercantum pada Tabel 2. Secara deskriptif konsumsi energi pada perlakuan pertama menunjukkan angka yang lebih besar

dibandingkan dengan pada perlakuan yang kedua. Nilai konsumsi energi dipengaruhi oleh jumlah konsumsi BK total. Hal ini sesuai dengan pendapat PARAKKASI (1999) bahwa konsumsi energi akan meningkat apabila disertai dengan konsumsi pakan yang meningkat pula.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa energi yang tercerna pada kedua perlakuan tersebut secara berturut-turut yaitu T1 26,28 MJ/hari atau sebesar 34,97% dan T2 25,07 MJ/hari atau sebesar 38,73% dari total energi yang terkonsumsi. Berdasarkan hasil uji statistik perbedaan frekuensi pemberian pakan 3 dan 6 kali tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap energi yang tercerna (P > 0,05) dan mempunyai nilai positif karena ada energi yang diserap digunakan untuk produksi. Energi tercerna pada kedua perlakuan tidak berbeda nyata dikarenakan pakan yang dikonsumsi pada kedua perlakuan tersebut relatif sama sehingga tidak berpengaruh terhadap kecernaan energi.

Tabel 3. Pengaruh frekuensi pemberian konsentrat terhadap kadar VFA dan amonia dalam rumen Perlakuan Parameter T1 T2 VFA, mmol 0,082 0,073 NH3, mmol 5,588 4,117 Hasil VFA, rumen tidak berbeda nyata (P > 0,05)

Konsentrasi VFA dan amonia rumen

Hasil dari pengaruh frekuensi pemberian konsentrat terhadap kadar VFA dan amonia dalam rumen ditampilkan pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi pemberian konsentrat baik 3 maupun 6 kali tidak memberikan pengaruh yang nyata secara statistik terhadap konsentrasi VFA dan ammonia. Kondisi ini memperkuat hasil yang menunjukkan kecernaan protein dan energi pakan yang tidak berbeda nyata. Frekuensi pemberian pakan 3 vs 6 kali belum memberikan pengaruh seperti halnya hasil penelitian SOTO-NAVARRO et al. (2000) pada frekuensi pemberian pakan sebanyak 1 kali banding 2 kali, yang juga tidak memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,01) terhadap

(5)

konsentrasi amonia rumen. Namun, hasil tersebut berbeda dengan yang dilaporkan ROBLES et al. (2006) bahwa peningkatan frekuensi pemberian pakan 1, 2, 3, dan 4 kali memberikan pengaruh terhadap konsentrasi amonia dalam rumen.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan frekuensi pemberian konsentrat tidak berpengaruh terhadap kecernaan protein, energi pakan, konsentrasi VFA dan ammonia rumen pada kerbau jantan.

DAFTAR PUSTAKA

BAMUALIM, A., M. ZULBARDI dan C. TALIB. 2008. Peran dan ketersediaan teknologi pengembangan kerbau di Indonesia. Pros. Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau. Tana Toraja 24 – 26 Oktober 2008. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 1 – 10.

BEAUCHEMIN, K.A., S.M. MCGINN, T.F. MARTINEZ and T.A. MCALLISTER. 2007. Use of condensed tannin extract from quebracho trees to reduce methane emissions from cattle. J. Anim. Sci. 85: 1990 – 996.

DITJENNAK. 2008. Statistik Petenakan 2008. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian.

GASPERSZ, V. 1991. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito, Bandung. LARRAÍN, R.E., D.M. SCHAEFER, S.C. ARP, J.R.

CLAUS and J.D. REED. 2007. Feedlot performance, carcass characteristics, and beef sensory attributes finishing steers with diets based on corn, high-tannin sorghum, or a mix of both. J. Anim. Sci. 87: 2089 – 2095. MURTIDJO, B.A. 1989. Memelihara Kerbau. Penerbit

Kanisius, Yogyakarta.

PARAKKASI, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

POND, W.G., D.C. CHURCH and K.R. POND. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. Edisi ke-4. John Wiley & Sons, New York.

PURNOMOADI A., E. RIYANTO, and M. KURIHARA. 2004. Reduction of methane production from Ongole Crossbreed cattle in Indonesia by increasing the concentrate feeding frequency. Proc. 7th International Conference on

Greenhouse Gas Control Technology. September 2004. Vancouver, Canada. RIANTO, E., N. MURYANTI dan E. PURBOWATI. 2005.

Retensi protein kerbau jantan yang mendapat ampas bir sebagai pengganti konsentrat. Seminar Pengembangan Nutrisi dan Bioteknologi Pakan Sebagai Pendorong Agroindustri di Bidang Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. ROBLES, V., L.A. GONZALES, A. FERRET, X.

MANTECA, dan S. CALSAMIGLIA. 2007. Effects of feeding frequency on intake, ruminal fermentation, and feeding behavior in heifers fed high-concentrate diets. J. Anim. Sci. 85: 2538 – 2547.

SCHUTZ, J.S., J.J. WAGNER, T.E. ENGLE, E.D. SHARMAN and N.E. DAVIS. 2007. Effect of feeding frequency on feedlot steer performance. Proc. Western Section, American Society of Animal Sci. 58: 387 – 390.

SHABI, Z., I. BRUCKENTAL, S. ZAMWELL, H. TAGARI and A. ARIELI. 1999. Effects of extrusion of grain and feeding frequency on rumen fermentation, nutrient digestibility, and milk yield and composition in dairy cows. Hebrew University Faculty of Agriculture. Israel. J. Dairy Sci. 82: 1252 – 1260.

SOTO-NAVARRO. S.A., C.R. KREHBIEL, G.C. DUFF, M.L. GALYEAN, M.S. BROWN and R.L. STEINER. 2000. Influence of feed intake fluctuation and frequency of feeding on nutrient digestion, digesta kinetics, and ruminal fermentation profiles in limit-fed steers. J. Anim. Sci. 78: 2215 – 2222.

Gambar

Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan
Tabel  2  menunjukkan  rata-rata  konsumsi  BK,  dan  kecernaan  BK  yang  tidak  berbeda  nyata  (P  &gt;  0,05)
Tabel 3.  Pengaruh  frekuensi  pemberian  konsentrat  terhadap  kadar  VFA  dan  amonia  dalam  rumen  Perlakuan  Parameter  T1  T2  VFA, mmol  0,082  0,073  NH3, mmol  5,588  4,117

Referensi

Dokumen terkait

Bila dibandingkan berdasarkan konversi clan selcktivitas secara keseluruhan dari kedua katalis tersebut maka katalis Cu-Zn-Al2/y-Al 2 0 3 katalis dengan kandungan Cu

Bagi KAP Dearah Surakarta dan Yogyakarta, berdasarkan hasil penelitian dimana pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit, maka dari hasil tersebut auditor

9 為者が構成要件に該当する実行行為を行う者を正犯、そうでない者を共犯とする「形式的 客観説

Teori graf yang merupakan salah satu cabang dari matematika tersebut menurut definisinya adalah himpunan yang tidak kosong yang memuat elemen-elemen yang disebut titik dan suatu

Pelaksanaan Patroli dalam penanggulangan kejahatan di wilayah hukum Mangkutana dijalankan sesuai dengan petunjuk teknis patroli yaitu Menjelajah daerah, route dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari religiusitas terhadap gaya hidup konsumen muslim toko Artomoro di Ponorogo sebesar 9,9%

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan

Berdasarkan pada peneltian atas yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, yakni bahwa pada pemberitaan tanggal 5 Juli mengenai lengsernya Mursi, Republika cenderung