• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SHALAT BERJAMA AH. dalam Al-Qur an. Ada yang berarti doa, sebagaimana dalam surat At-Taubah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II SHALAT BERJAMA AH. dalam Al-Qur an. Ada yang berarti doa, sebagaimana dalam surat At-Taubah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian Shalat Berjama’ah

Sedangkan pengertian shalat secara lughawi atau arti kata shalat (ةلاص) mengandung beberapa arti yang arti batasan itu dapat ditemukan contohnya dalam Al-Qur‟an. Ada yang berarti “doa‟, sebagaimana dalam surat At-Taubah ayat 103: 



































Artinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. At-Taubah: 103).1

Kata shalat juga dapat berarti memberi berkah, sebagaimana terdapat dalam surat At-Taubah ayat 56:























Artinya:

Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa Sesungguhnya mereka Termasuk golonganmu; Padahal mereka bukanlah dari

1 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Semarang: PT. Toha Putra, 2005), hlm.

223.

(2)

golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu)”.2

Secara terminologis ditemukan beberapa istilah di antaranya: “Serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam”.3

Perintah tentang diwajibkannya shalat tidak seperti Allah mewajibkan zakat dan lainnya. Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui isra‟ dan mi‟raj yang mana di dalam isra‟ mi‟raj Rasulullah SAW mendapat perintah tersebut ia terima yaitu perintah shalat. Shalat merupakan perintah yang sangat penting, karena dilihat cara memperolehnya yang harus menghadap langsung kepada Allah SWT. Hal ini tidak terjadi pada perintah-perintah agama yang lain. Misalnya perintah-perintah zakat, perintah-perintah qurban, perintah-perintah haji, puasa dan yang lain. Ibarat dalam pemerintah di Indonesia diawali dari tingkat pemerintah yang paling rendah, yaitu RT / RW kemudian berjenjang ke atas antara lain: lurah, camat, bupati, gubernur, menteri dan presiden. Tentunya akan berbeda seorang memperoleh perintah dari presiden dengan memperoleh perintah dari lurah / camat atau bupati atau yang lebih bawah lagi.4

Setelah kita ketahui sejarah shalat kemduian kepada siapakah shalat itu diwajibkan ?. Shalat itu diwajibkan atas tiap-tiap orang yang mukalaf kecuali tiga golongan mukallaf yang tidak termasuk ke dalamnya yaitu:

1. Orang yang tidak sanggup mengerjakannya dengan isyarat lagi. 2. Orang yang pingsan hingga keluar waktu.

2Ibid, hlm. 225.

3 Syarufiddin Amir, Garis-Garis Besar Fiqh , (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 20-21. 4

(3)

3. Orang yang sedang haid dan nifas.

4. Orang yang sakit, diwajibkan mengerjakan shalat secara yang ia sanggupi, yakni dengan berdiri, duduk atau berbaring.5

Imam Taqiyyudin berpendapat bahwa, shalat diartikan sebagai : “Suatu pernyataan dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan bacaan takbir dan diakhiri dengan salam menurut beberapa syarat”. 6

Menurut istilah berarti: “suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan laku perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, berdasar atas syarat–syarat dan rukun-rukun tertentu”.7

Dari beberapa pengertian di atas, nampak bahwa pengertian tersebut menggambarkan arti shalat secara lahir saja. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengertian dan pemahaman shalat itu sendiri.

Adapun pengertian shalat yang menggambarkan jiwa atau hakekat shalat adalah: “Jiwa shalat adalah menghadap Allah dengan penuh jiwa yang khusyu‟ dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya serta hadir hati dalam berdzikir, berdoa dan memuji”. 8

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa shalat adalah menghadapkan hati (jiwa) kepada Allah dengan penuh khusyu‟, ikhlas dalam sebuah bentuk ibadah yang terdiri atas beberapa perkataan dan perbuatan, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan memenuhi syarat dan rukun tertentu.

5 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta: Pundi Aksara, 2008), Jilid I, hlm. 171. 6

Imam Taqiyyudin Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar, (Kairo: Dar al-Ihya al-Kutub al-Arabiyah, t.th.), hlm. 82.

7 Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 2002), hlm. 178.

8 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, PedomanShalat, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,

(4)

Selain sebagai kewajiban, shalat juga berfungsi sebagai sarana pembina akhlak yang efektif. Orang yang mengerjakan shalat tetapi shalatnya itu tidak membekas pada aktivitas sehari-hari, shalatnya itu tidak ada nilainya dan membuat ia bertambah jauh dari Tuhan.

Selain shalat wajib lima waktu, ada juga shalat lain yang wajib diketahui, yaitu:

1. Shalat sunnah Rawatib, yaitu shalat yang dilakukan sebelum / sesudah shalat fardhu yang dilakukan sendiri/munfarid, antara lain: 2 rakaat sebelum subuh, 2 / 4 rakaat sebelum dan atau sesudah dhuhur, 2 rakaat sesudah maghrib, dan 2 rakaat sesudah isya‟.

2. Shalatullail, yaitu shalat diwaktu malam, yang terdiri dari shalat tahajud, shalat tarawih pada bulan Ramadhan dan shalat witir.

3. Shalat sunnah yang lain seperti : shalat hajat, shalat dhuha, shalat istikharah, shalat istisqa‟, dan lain-lain.

B. Dasar Hukum Pelaksanaan Shalat Berjama’ah

Sebagai landasan yang pertama dan yang utama mengenai shalat, yaitu Al-Qur‟an surat Al-Baqarah:

















Artinya:

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku”. (QS. Al-Baqarah: 43).9

9

(5)

Dalam ayat tersebut di atas, lafadz yang menunjukkan bahwa itu suatu perintah atau amar, yang harus dilakukan ialah:





Dalam kaidah ushul fiqh dikatakan bahwa pada dasarnya setiap perintah itu mengandung hukum wajib.10

Dalam ayat-ayat yang lain dikatakan juga bahwa shalat itu diwajibkan sebagaimana di dalam ayat Al-Qur‟an antara lain sebagai berikut:





















































Artinya:

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabut: 45).11

















































10 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Op.Cit., hlm. 21. 11

(6)















































































































Artinya:

Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan

dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu”. (QS. An-Nisa: 102).12

Ayat-ayat Allah SWT ini memerintahkan kita para ummat mendirikan shalat; menyuruh kita mengerjakan shalat bersama-sama, berkaum-kaum, menyatakan bahwa shalat itu menghalangi kita dari fahsya dan munkar, memerintahkan kita memelihara shalat dengan secara yang paling sempurna, paling baik; menyuruh kita menegakkan shalat di waktu-waktu yang telah ditentukan.13

12Ibid, hlm. 184 13

(7)

C. Syarat dan Rukun Shalat Berjama’ah

Adapun syarat-syarat shalat adalah:14

1. Islam 2. Tamyis

3. Suci dari hadats kecil dan besar

4. Suci dari najis (badan, tempat dan pakaian) 5. Menutup aurat

6. Menghadap qiblat (ka‟bah)

7. Mengetahui masuknya waktu shalat

8. Mengerti bahwa shalat 5 waktu hukumya fardlu

9. Tidak menganggap sunnah pada salah satu rukun-rukunnya shalat 10.Menjauhi perkara yang membatalkan shalat.

Sedangkan rukun shalat ada 17, yaitu:15

1. Niat shalat di dalam hati (bersamaan takbiratul ihrom) 2. Takbirotul ihram

3. Berdiri bagi yang mampu

4. Membaca fatikhah pada tiap-tiap raka‟at shalat 5. Ruku‟ pada tiap-tiap shalat

6. Thuma‟ninah di dalam ruku‟ 7. I‟tidal (berdiri dari ruku‟) 8. Thuma‟ninah di dalam I‟tidal

9. Sujud 2 kali di dalam tiap-tiap raka‟at

14 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Op.Cit., hlm. 65. 15

(8)

10.Thuma‟ninah di dalam sujud

11.Duduk antara 2 sujud di dalam tiap-tiap raka‟at 12.Thuma‟ninah di dalam duduk antara 2 sujud 13.Membaca tasyahhud / tahiyat akhir

14.Duduk tasyahdud / tahiyat akhir

15.Membaca sholawat Nabi didalam tasyahhud 16.Membaca salam pertama

17.Tertib didalam mengerjakan rukun-rukun di atas. Rukun shalat yang diwajibkan thuma‟ninah :16

1. Ruku‟ 2. I‟tidal 3. Sujud

4. Duduk di antara 2 sujud

5. Diam yang disunnahkan di dalam shalat :

a. Diam di antara takbirotul ihrom dengan bacaan do‟a iftitah b. Diam di antara bacaan do‟a iftitah dengan ta‟awudz

c. Diam di antara bacaan ta‟awudz dan basmalah d. Diam di antara bacaan fathihah dan Amin

e. Diam di antara bacaan Amin dengan bacaan surat f. Diam di antara bacaan surat dengan ruku‟

16

(9)

D. Manfaat Melakukan Shalat Berjama’ah

Tidak diragukan lagi bahwa shalat berjama‟ah memiliki faedah yang banyak sekali, antara lain:17

1. Berdiri tegak pada awal shalat dan melakukan takbir itu mempunyai hikmah atau manfaat tubuh merasa dibebaskan dari beban karena pembagian beban yang sama pada kedua kaki, pikiran dikendalikan oleh budi, pandangan dipertajam dengan memfokuskan pada lantai tempat sujud.

2. Pada saat berdiri kedua tangan dilipatkan di atas pusat (pusar), sikap tangan yang demikian merupakan sikap relaks atau istirahat yang paling sempurna dan sendi pergelangan tangan serta otot-otot kedua tangan ada dalam keadaan istirahat penuh. Srikulasi darah, terutama aliran darah kembali ke jantung serta jaringan yang terkumpul dalam kantong-kantong kedua persendian itu menjadi baik, sehingga gerakan kedua sendi menjadi lancer dan dapat menghindari diri dari timbulnya penyakit persendian.

3. Rukuk mempunyai faedah melonggarkan otot-otot pungung bagian bawah, paha dan betis, melonggarkan otot perut, postur ini menambahkan kepribadian menimbulkan kebaikan, dan keselarasan batin. Dengan melakukan ruku‟ maka tulang punggung akan tetap dalam kondisi yang baik, karena persendian di antara badan-badan ruas tulang belakang tetap tinggal lembut dan lentur dan akan mempermudah atau menghindari kesulitan persalinan bagi ibu hamil. Gerakan ini pula menghindarkan atau menyembuhkan penyakit pengerutan atau membengkoknya tulang punggung.

17

(10)

4. Sujud, pada saat sujud dengan meletakkan jari tangan atau telapak tangan di samping lutut dan semua otot membantu pekerjaan jantung dan menghindarkan pengerutan dinding-dinding pembuluh akan menghasilkan energi panas yang diperlukan proses pencernaan makanan. Aliran darah semakin lancar untuk membuang zat-zat kotor yang asalnya dari zat makanan tersebut.

5. Bertumpu pada tumit kaki, sikap ini membantu menghilangkan efek racun pada hati dan merangsang gerakan peristaltic usus besar. Pada wanita kedua kaki disatukan di bawah tubuhnya, posisi ini akan membantu pencernaan dengan mendesak turun ke perut.

6. Pengulangan sujud yang lama dalam beberapa detik akan membersihkan sistem pernafasan, peredaran darah dan syaraf, merasakan keringanan tubuh dan kegembiraan emosional, penyebaran oksogen tubuh lebih lancar dan menyeimbangkan sistem syaraf simpatik dan parasimpatik.

7. Pada saat sikap duduk iftirosy sebenarnya kita duduk dengan otot-otot pangkal paha, di mana di dalamnya terdapat salah satu syaraf pangkal paha yang besar di atas kedua tumit. Tumit dibatasi oleh kedua buah otot yang berfungsi sebagai bantal, dengan demikian maka tumit menekan otot-otot pangkal paha serta syaraf pangkal paha dan pijitan tersebut menghindarkan atau menyembuhkan penyakit syaraf pangkal paha yang terasa sakit, nyeri dan sebagainya.

(11)

E. Hikmah Melakukan Shalat Berjama’ah

Adapun hikmah melakukan shalat berjama‟ah di antaranya adalah:

1. Mengingatkan kita kepada Allah, menghidupkan rasa takut kepada-Nya, menumbuhkan kebesaran jiwa dan rasa ketinggian Allah SWT.

2. Mendidik dan melatih kita menjadi orang yang tenang, orang yang dapat menghadapi segala kesusahan dengan hati dengan tetap tenang.

3. Menjadi penghalang untuk mengerjakan kemungkaran dan keburukan. 4. Melatih rendah hati.

5. Menyehatkan bagian tubuh kita. 6. Menjaga kebersihan dan kesucian.18

Dalam beberapa kitab fiqh diterangkan bahwa, shalat memang mempunyai keistimewaan dan mengandung banyak hikmah/kemanfaatan bagi muslimin yang mengerjakannya dengan baik. Adapun hikmah yang terkandung dalam pelaksanaan shalat lima waktu antara lain sebabagai berikut:

1. Bahwa shalat lima waktu adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan yang diterima langsung oleh Nabi Muhammad SAW pada waktu Mi‟raj di „Arasy/ Sidratul Muntaha.

2. Selanjutnya diterangkan bahwa ibadah shalat tersebut merupakan tiang agama yang wajib ditegakkan dengan sebaik-baiknya dan ikhlas serta khusyu‟/tunduk kepada Allah SWT karena meninggalkan shalat tersebut sama dengan merobohkan agamanya.

18

(12)

3. Shalat berjama‟ah dikerjakan dengan jasmani dan rohani, gerakan dan bacaan. Shalat adalah zikir yang dapat menenteramkan hati, menenangkan pikiran orang yang mengerjakan shalat tersebut.

4. Allah SWT menerangkan bahwa, ibadah shalat tersebut mencegah dan membentengi diri dari pada perbutan keji/kotor dan perbuatan-perbuatan munkar/ jahat dan tercela. Mengingat pentingnya fungsi dan hikmah salat tersebut, maka salat menjadi kebutuhan yang harus ditegakkan dengan baik, tepat waktu dalam keadaan bersih/ suci, khusyuk dan ikhlas.19

Di antara hikmah shalat berjama‟ah yang lain adalah:

Pertama: Manusia memiliki dorongan nafsu kepada kebaikan dan keburukan, yang pertama ditumbuhkan dan yang kedua direm dan dikendalikan. Sarana pengendali terbaik adalah ibadah shalat. Kenyataan membuktikan bahwa orang yang menegakkan shalat adalah orang yang paling minim melakukan tindak kemaksiatan dan kriminal, sebaliknya semakin jauh seseorang dari shalat, semakin terbuka peluang kemaksiatan dan kriminalnya.20 Firman Allah

Subhanahu wa Ta'ala:





















































19 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Op.Cit., hlm. 65. 20

(13)

Artinya :

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Ankabut: 45).21

Dari sini kita memahami makna dari penyandingan Allah antara menyia-nyiakan shalat dengan mengikuti syahwat yang berujung kepada kesesatan.





























Artinya:

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59).22

Kedua: Seandainya seseorang telah terlanjur terjatuh ke dalam kemaksiatan dan hal ini pasti terjadi karena tidak ada menusia yang ma‟shum (terjaga dari dosa) selain para nabi dan rasul, maka shalat merupakan pembersih dan kaffarat terbaik untuk itu. Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam

mengumpamakan shalat lima waktu dengan sebuah sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah seorang dari kita, lalu dia mandi di sungai itu lima kali dalam sehari semalam, adakah kotoran ditubuhnya yang masih tersisa? Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam bersabda, “Menurut kalian seandainya ada sungai di depan pintu

21 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 223. 22

(14)

rumah salah seorang dari kalian di mana dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali, apakah masih ada kotorannya yang tersisa sedikit pun?” Mereka menjawab,”Tidak ada kotoran yang tersisa sedikit pun.” Rasulullah saw bersabda, “Begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).23

Ketiga: Hidup manusia tidak terbebas dari ujian dan cobaan, kesulitan dan kesempitan dan dalam semua itu manusia memerlukan pegangan dan pijakan kokoh, jika tidak maka dia akan terseret dan tidak mampu mengatasinya untuk bisa keluar darinya dengan selamat seperti yang diharapkan, pijakan dan pegangan kokoh terbaik adalah shalat, dengannya seseorang menjadi kuat ibarat batu karang yang tidak bergeming di hantam ombak bertubu-tubi. Firman Allah SWT:



























Artinya :

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.

(Al-Baqarah: 45).24

Keempat: Hidup memiliki dua sisi, nikmat atau musibah, kebahagiaan atau kesedihan. Dua sisi yang menuntut sikap berbeda, syukur atau sabar. Akan tetapi persoalannya tidak mudah, karena manusia memiliki kecenderungan kufur pada saat meraih nikmat dan berkeluh kesah pada saat meraih musibah, dan

23 Ibn al-Hajaj Ibn Muslim Al-Qusairy, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), Juz II,

hlm. 108.

24

(15)

inilah yang terjadi pada manusia secara umum, kecuali orang-orang yang shalat. Orang yang shalat akan mampu menyeimbangkan sikap pada kedua keadaan hidup tersebut. Firman Allah SWT:





















































Artinya :

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (Al-Ma‟arij: 19-23).25

Sebagian dari hikmah yang penulis sebutkan di atas cukup untuk membuktikan bahwa shalat berjama‟ah adalah ibadah mulia lagi agung di mana kita membutuhkannya dan bukan Ia yang membutuhkan kita, dari sini kita mendapatkan ayat-ayat al-Qur`an menetapkan bahwa perkara shalat ini merupakan salah satu wasiat Allah kepada nabi-nabi dan wasiat nabi-nabi kepada umatnya.

25

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan materi interdisipliner adalah upaya untuk menjadikan bahan ajar interdisipliner yang lebih baik, yang di

a) Sanad yang tampak muttasil dan marfu>‘ ternyata muttasil namun mauqu>f. b) Sanad yang muttasil dan marfu>‘ ternyata muttasil tapi mursal. c)

Kurangnnya pengetahuan masyarakat tentang akibat hukum pembuatan dua surat wasiat yang berbeda pada dua notaris yang berbeda, yang manakah yang berlaku jika pewaris meninggal

uatu perilaku, karakter, atau  perangkat nilai etis yang memungkinkan manajemen atau karyawan dengan sengaja melakukan perbuatan tidak jujur, atau mereka berada

Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 50 menyatakan “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan

Individu dengan tipe kepribadian Ekstrovert adalah individu yang memiliki nilai dalam dimensi Ekstrovert (E) yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai

percampuran harta dan disamping secara tegas juga dapat dinyatakan bahwa mereka tidak menghendaki adanya persatuan untung rugi. Harta benda yang ada di dalam

Kendala-kendala yang dihadapi oleh Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) Kabupaten Agam dalam penegakan hukum terhadap pungutan liar pada Pengujian