• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis

3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, terdapat dua buah variabel yang ingin diteliti. Variabel yang pertama adalah tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Sedangkan variabel penelitian yang kedua adalah tahapan komunikasi intim. Untuk variabel yang pertama yaitu tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert memiliki definisi operasional sebagai berikut.

a. Tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Individu dengan tipe kepribadian Ekstrovert adalah individu yang memiliki nilai dalam dimensi Ekstrovert (E) yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai dalam dimensi Introvert (I) pada pengukuran yang menggunakan alat ukur Personal Style Inventory versi bahasa Indonesia.

Sedangkan individu dengan tipe kepribadian Introvert adalah individu yang memiliki nilai dalam dimensi Introvert (I) yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai dalam dimensi Ekstrovert (E) pada pengukuran yang menggunakan alat ukur Personal Style Inventory versi bahasa Indonesia.

b. Tahapan Komunikasi Intim

Tahapan komunikasi intim adalah skor yang diperoleh individu pada setiap tahapan dalam komunikasi intim, yaitu sharing the self, affirming the other, becoming one, dan transcending one yang diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan skala tahapan komunikasi intim.

3.1.2 Hipotesis

Ho1: Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan tahapan komunikasi intim Sharing the Self

Ha1: Ada hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan tahapan komunikasi intim Sharing the Self

Ho2: Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan tahapan komunikasi intim Affirming the Other

(2)

Ha2: Ada hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan tahapan komunikasi intim Affirming the Other

Ho3: Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan tahapan komunikasi intim Becoming One

Ha3: Ada hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan tahapan komunikasi intim Becoming One

Ho4: Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan tahapan komunikasi intim Transcending One

Ha4: Ada hubungan antara tipe kepribadian Ekstrovert dengan tahapan komunikasi intim Transcending One

Ho5: Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan tahapan komunikasi intim Sharing the Self

Ha5: Ada hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan tahapan komunikasi intim Sharing the Self

Ho6: Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan tahapan komunikasi intim Affirming the Other

Ha6: Ada hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan tahapan komunikasi intim Affirming the Other

Ho7: Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan tahapan komunikasi intim Becoming One

Ha7: Ada hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan tahapan komunikasi intim Becoming One

Ho8: Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan tahapan komunikasi intim Transcending One

Ha8: Ada hubungan antara tipe kepribadian Introvert dengan tahapan komunikasi intim Transcending One

3.2 Subyek Penelitian & Teknik Sampling 3.2.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Berikut ini adalah karakteristik yang perlu dimiliki oleh subyek dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pria atau wanita yang berusia antara 17 hingga 45 tahun.

Menurut Erik Erikson dalam Lahey (2009), individu yang berusia 17 hingga 45 tahun termasuk dalam kategori usia dewasa awal. Alasan memilih subyek yang

(3)

termasuk dalam kategori dewasa awal adalah dalam periode usia tersebut, terdapat salah satu tahapan yang harus dilalui oleh seorang individu yaitu menikah (Noler, Feeney, dan Peterson, 2001). Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata masyarakat Indonesia menikah pada usia yang termasuk dalam kategori usia dewasa awal (early adulthood) (Indarini, 2011). Sementara itu, dalam penelitian ini juga mengangkat fenomena perceraian yang banyak terjadi pada usia pernikahan antara 1 hingga 5 tahun. Dengan demikian, umumnya seseorang yang memiliki usia pernikahan yang terbilang muda di Indonesia tengah berada dalam kategori usia dewasa awal (early adulthood). Sehingga, terdapat kesinambungan antara usia dimana menikah merupakan tahapan yang perlu dilalui dengan rata-rata usia yang dimiliki oleh individu dengan usia pernikahan yang tergolong muda.

2. Pria atau wanita yang telah menikah selama 1-5 tahun.

Menurut Pineo dalam Ardhianita & Andayani (2005), kepuasan pernikahan berpuncak pada lima tahun pertama pernikahan. Disisi lain, usia lima tahun pertama pernikahan juga rentan akan perceraian (Booth, dkk, dalam Lauer & Lauer (2000). Dermawan dalam Muftiarini (2013) menambahkan rawannya perceraian di lima tahun pertama pernikahan dikarenakan pasangan tengah berada dalam fase penyesuaian. Sehingga, alasan di atas berkesinambungan dengan fenomena yang peneliti dapatkan, yaitu usia lima tahun pertama pernikahan merupakan usia rawan akan perceraian.

3. Berdomisili di wilayah Jabodetabek.

Berdasarkan data yang peneliti peroleh, dikatakan bahwa tekanan hidup di Jakarta sangat tinggi. Hal tersebut dapat pula memicu warga Ibukota menjadi cepat stress dibandingkan dengan warga yang berada di desa ataupun kota kecil (Kurniawan, 2013). Faktor biaya hidup di Jakarta yang tinggi, kemacetan, dan juga kriminalitas yang tinggi bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi kondisi psikologis warga Ibukota. Namun, dewasa ini tidak hanya penduduk yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta yang melakukan aktivitasnya di Jakarta. Banyak pula penduduk sekitar Jakarta seperti Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor yang umumnya mencari nafkah dan juga sering beraktivitas di wilayah Ibukota. Sehingga, tidak dapat dielakan jika mereka juga dapat mengalami stres seperti warga Jakarta. Salah satu dampak stres pada hubungan suami dan istri adalah dapat memunculkan perasaan negatif dan juga lebih besarnya resiko terjadi pertengkaran dalam berkomunikasi antara suami maupun istri (Eny, 2013).

(4)

4. Tinggal bersama dengan suami atau istrinya.

Salah satu komponen dalam komunikasi intim adalah adanya komunikasi secara tatap muka maupun komunikasi secara non-verbal. Dengan demikian, setiap individu dapat saling mengamati ekspresi wajah, kontak mata, dan juga adanya sentuhan. Oleh sebab itu, karakteristik tinggal bersama perlu dikontrol. Sebab, pada individu yang berdomisili di wilayah yang berbeda dengan suami atau istrinya, kesempatan untuk melakukan komunikasi non-verbal yang merupakan salah satu aspek dalam komunikasi intim akan semakin kecil.

5. Pendidikan minimal SMA atau sederajat.

Hal ini bertujuan agar partisipan yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat lebih memahami isi dari kuesioner dan dapat mengisinya dengan tepat.

3.2.2 Teknik Sampling

Dalam sebuah penelitian, tentu terdapat suatu kelompok yang menjadi subjek dalam penelitian tersebut, yang disebut dengan istilah populasi. Populasi adalah semua individu yang memiliki kepentingan dalam suatu penelitian (Gravetter & Wallnau, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah pria atau wanita yang berada di dalam ikatan perkawinan. Sementara itu, karena adanya keterbatasan dalam pengambilan data dalam suatu populasi, umumnya sebuah penelitian akan menggunakan sampel dari populasi tersebut. Sampel adalah individu yang diambil dari dalam suatu populasi, yang diharapkan dapat mewakili populasi dalam penelitian tersebut (Gravetter & Wallnau, 2009). Menurut Guilford & Fruchter (1978), jumlah sampel 30 orang merupakan jumlah minimal data untuk dapat diolah secara statistik. Sampel dalam penelitian ini adalah pria atau wanita yang berusia antara 17 - 45 tahun dan telah menikah selama 1-5 tahun serta berdomisili di wilayah Jabodetabek.

Sementara itu, teknik sampling adalah sebuah teknik pengambilan sampel dari populasi (Nazir, 2005). Teknik sampling yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah non probability sampling dalam bentuk purposive sampling dan accidental sampling. Non probability sampling merupakan suatu teknik sampling dimana tidak ada jaminan jika seluruh populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Shaughnessy, dkk, 2006). Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat, sehingga relevan dengan struktur peneliian, dimana pengambilan sampel dengan mengambil orang-orang yang dipilih

(5)

oleh peneliti menurut ciri-ciri dan karakteristik tertentu (Djarwanto, 1998). Teknik ini diperlukan dikarenakan, peneliti perlu memastikan terlebih dahulu apakah calon responden memenuhi karakteristik dalam penelitian ini. Sementara itu, Accidental sampling adalah pemilihan sampel atau responden atas dasar kesediaan dan keinginan dari responden untuk turut serta dalam penelitian, serta memiliki karakteristik yang dikehendaki oleh peneliti (Shaughnessy, dkk 2006). Teknik accidental sampling dipilih karena adanya keterbatasan waktu dan biaya, sehingga dapat dipilih sampel yang terdekat, termudah, dan pertama kali ditemui (Guilford & Fruchter 1978). Teknik ini juga diperlukan dikarenakan peneliti hendak mencari responden yang bersedia ikut serta dalam penelitian ini melalui situs jejaring sosial yang ada.

3.3 Desain Penelitian

Menentukan desain penelitian yang sesuai merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan dari suatu penelitian (Bordens & Abbot, 2008). Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nazir, 2005).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan bagian dari penelitian non eksperimental. Penelitian korelasional didesain untuk mengindentifkasi hubungan antara variabel yang ingin diteliti (Bordens & Abbott, 2008).

3.4 Alat Ukur Penelitian 3.4.1 Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan dua buah alat ukur yang bertujuan mengukur dua buah variabel yang ingin diteliti, yaitu tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert serta tahapan komunikasi intim.

3.4.1.1 Alat Ukur Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur konstruk tipe kepribadian adalah Personal Style Inventory. Personal Style Inventory merupakan alat ukur yang di konstruk oleh R. Craig Hogan dan David W. Champagne (1979). Alat ukur Personal Style Inventory bertujuan untuk melihat preferensi seseorang berdasarkan tipologi Carl Gustav Jung, yang terdiri dari extroversion-introversion, intuition-sensing,

(6)

thinking-feeling, dan perceiving-judging. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Personal Style Inventory versi bahasa Indonesia yang telah diterjemahkan oleh para profesional dalam suatu lembaga konsultan Psikologi yang terdapat di Indonesia.

Personal Style Inventory terdiri 32 pasang pernyataan yang menggambarkan setiap dimensi dari tipe kepribadian yang perlu direspon oleh setiap responden. Namun, dalam penelitian ini hanya digunakan 8 pasang pernyataan atau 16 item yang terdiri dari 8 item yang mengukur tipe kepribadian Ekstrovert dan 8 item yang mengukur tipe kepribadian Introvert. Setiap responden diminta untuk memberi penilaian mengenai dirinya pada masing-masing item. Terdapat aturan yang diberikan, yaitu skor total untuk setiap pasangan pernyataan adalah 5. Sehingga, responden dapat menjawab dengan penilaian seperti 0 dan 5, 1 dan 4, 2 dan 3, 3 dan 2, 4 dan 1, atau 5 dan 0 pada setiap pasangan pernyataan yang diberikan. Cara skoring yang digunakan adalah dengan memindahkan skor setiap responden berdasarkan item yang mengukur masing-masing tipe kepribadian. Setelah itu, dilakukan penjumlahan pada setiap tipe kepribadian. Berdasarkan petunjuk skoring dari alat ukur Personal Style Inevntory, terdapat cara untuk menginterpretasikan hasil yang diperoleh, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Interpretasi Skor Personal Style Inventory

Total Skor Interpretasi

20-21 Seimbang antara kedua dimensi 22-24 Sedikit kuat di salah satu dimensi, dan

sedikit lemah di dimensi yang lain 25-29 Kuat di salah satu dimensi, dan lemah di

dimensi yang lain

30-40 Sangat kuat di salah satu dimensi, dan sangat lemah di dimensi yang lain Sumber: Personal Style Inventory versi bahasa Inggris

Berikut ini adalah blue print dari alat ukur Personal Style Inventory versi bahasa Indonesia yang peneliti gunakan.

(7)

Tabel 3.2 Blue Print Alat Ukur Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

No Dimensi Nomer Item

1. Ekstrovert 1a, 5b, 9b, 13b, 17b, 21a, 25a, 29a 2. Introvert 1b, 5a, 9a, 13a, 17a, 21b, 25b, 29b Sumber: Personal Style Inventory versi bahasa Indonesia

3.4.1.2 Alat Ukur Tahapan Komunikasi Intim

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tahapan komunikasi intim adalah sebuah alat ukur skala komunikasi intim yang dikonstruk oleh Hajizah (2012) berdasarkan teori empat tahapan dalam komunikasi intim, yaitu Sharing the self, Affirming the other, Becoming one, dan Transcending one. Sebelum melakukan adaptasi alat ukur, pertama-tama peneliti meminta izin kepada pembuat alat ukur untuk mengadaptasi alat ukur tersebut. Setelah itu, peneliti melakukan expert judgment dengan tenaga professional yaitu Dosen yang merupakan ahli dalam bidang klinis dewasa di Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara.

Pada awalnya, alat ukur ini terdiri dari 40 item pernyataan. Setelah melakukan expert judgment, peneliti mendapatkan arahan untuk menghilangkan, mengganti, menambahkan, serta meperbaiki item dalam alat ukur tersebut. Sehingga, terdapat 57 item yang menggunakan skala Likert yang terdiri dari 6 pilihan jawaban, yaitu dari “sangat tidak sesuai” hingga “sangat sesuai”. Cara skoring yang dilakukan adalah dengan membagi setiap item ke dalam empat dimensi, yaitu sharing the self, affirming the other, becoming one, dan transcending one. Setelah itu, akan diperoleh skor total yang dimiliki oleh setiap responden pada setiap dimensi atau tahapan komunikasi intim tersebut. Selain itu, item dalam alat ukur ini dibagi ke dalam dua jenis sifat item, yaitu item positif (favorable) dan item negative (unfavorable). Pada item positif (favorable), nilai setiap jawaban adalah:

• Sangat tidak sesuai : 1 • Tidak sesuai : 2 • Agak tidak sesuai : 3 • Agak sesuai : 4

• Sesuai : 5

(8)

Pada item negatif (unfavorable), nilai setiap jawaban adalah: • Sangat tidak sesuai : 6

• Tidak sesuai : 5 • Agak tidak sesuai : 4 • Agak sesuai : 3

• Sesuai : 2

• Sangat sesuai : 1

Berikut ini adalah blue print dari alat ukur tahapan komunikasi intim dengan pasangan:

Tabel 3.3 Blue Print Alat Ukur Tahapan Komunikasi Intim

No Dimensi Nomer Item

1 Sharing the Self 1, 5, 56,16, 11,14,21, 25, 39, 43, 34, 32, 36, 47, 51, 54,

2 Affriming the Other 2, 6, 17, 12, 22, 26, 33, 29, 40, 44, 48, 52, 55, 57

3 Becoming One 8, 3, 7, 13, 18, 23, 27, 30, 35, 41, 45, 49, 53, 38

4 Transcending One 4, 10, 9, 19, 15, 24, 20, 28, 31, 37, 42, 46, 50,

Sumber: Alat Ukur Tahapan Komunikas Intim

3.4.2 Validitas & Reliabilitas Alat Ukur

Validitas tes mengacu kepada apa yang diukur oleh suatu tes dan seberapa baik tes tersebut bisa mengukur (Anastasi & Urbania, 2007). Maksudnya, seberapa baik suatu alat tes dapat mengukur konstruk yang ingin diukur.

Semenatara itu, istilah reliabilitas mengacu pada kekonsistensian hasil tes yang diperoleh oleh individu yang sama ketika diberikan tes yang sama pada situasi yang berbeda, struktur item tes yang berbeda, atau dibawah variabel lain yang mengukur kondisi (Anastasi & Urbania, 1997). Sedangkan menurut Cohen (2005), reliabilitas mengacu kepada kekonsistensian atribut dalam suatu pengukuran.

(9)

Anastasi & Urbania (1997) menambahkan, bahwa reliabilitas mendasari dalam perhitungam pengukuran yang eror dalam suatu skor.

3.4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas Personal Style Inventory, yang dipublikasikan oleh R. Craig Hogan dan David W. Champagne dalam manual book Personal Style Inventory versi pdf diketahui bahwa, koefisien validitasnya bergerak dari skor 0,3 sampai dengan 0,5 dan koefisien reliabilitasnya bergerak dari skor 0,71 sampai dengan 0,90 (Sulaiman, 2011). Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa alat ukur Personal Style Inventory merupakan alat ukur yang valid dan juga reliabel.

3.4.2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Tahapan Komunikasi Intim Berdasarkan proses uji coba alat ukur (pilot test), diperoleh validitas setiap item yang terdapat dalam alat ukur tahapan komunikasi intim. Berikut ini adalah hasil dari pengolahan data yang peneliti lakukan.

Tabel 3.4 Validitas Item Alat Ukur Tahapan Komunikasi Intim Pilot Test Tahapan Komunikasi

Intim

No. Item Valid No. Item Tidak Valid

Sharing the Self 1, 5, 11,16, 21, 25, 39, 32, 34, 36, 47, 51, 54, 56

14, 43

Affirming the Other 2, 6, 12, 17, 22, 26, 29, 33, 40, 44, 52, 55, 57, 48 Becoming One 3, 7, 8, 13, 18, 23, 27, 35, 38, 41, 45, 49, 30, 53, Transcanding One 10, 15, 20, 31, 50 4, 9, 19, 24, 28, 37, 42, 46 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Menurut Azwar dalam Priyatno (2013), batas minimal sebuah item dinyatakan valid adalah 0,30. Sehingga, item yang mecapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Oleh karena itu, item-item yang terdapat di dalam alat ukur komunikasi intim dengan nilai koefisien < 0,30 dinyatakan tidak valid.

(10)

Sedangkan untuk reliabilitasnya, menggunakan indeks reliabilitas 0,6. Hal tersebut didasarkan pada ketentuan yang dikemukakan oleh Nunnaly dalam Priyatno (2013), dimana suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas > 0,600. Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas alat ukur tahapan komunikasi intim yang diperoleh dari proses uji coba alat ukur (pilot test).

Tabel 3.5 Reliabilitas Alat Ukur Tahapan Komunikasi Intim Pilot Test Tahapan Komunikasi Intim Nilai Reliabilitas

Sharing the self 0.836

Affirming the other 0.846

Becoming one 0.785

Transcending one -0.304

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk tahapan Sharing the self, Affirming the other, dan Becoming one dapat dikatakan reliabel. Untuk tahapan Transcending One, guna meningkatkan reliabilitasnya peneliti telah mengilangkan beberapa item yang memiliki koefisien korelasi < 0,30 sehingga nilai reliabilitasnya meningkat menjadi 0,403.

3.5 Prosedur

3.5.1 Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian dimulai sekitar bulan Agustus 2013. Dalam periode tersebut, peneliti diminta untuk mengumpulkan proposal penelitian skripsi kepada Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Sebelum mengumpulkan proposal tersebut, peneliti mengumpulkan informasi dan data-data mengenai fenomena yang ingin diteliti, serta beberapa hasil penelitan dari jurnal penelitian, khususnya penelitian Psikologi. Selain itu, peneliti juga melakukan studi pustaka untuk mengetahui teori-teori yang dapat menjelaskan munculnya fenomena tersebut. Beberapa waktu kemudian, pada awal bulan September, peneliti mengikuti pertemuan untuk menentukan pembimbing dalam penulisan skirpsi pada periode semester ganjil. Selama periode bimbingan skripsi tersebut, penulis terus berupaya mencari referensi baik berupa jurnal penelitian, buku-buku, maupun alat ukur yang dapat menunjang kelancaran dan terselesaikannya penelitian ini.

(11)

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini berlangsung kurang lebih selama lima bulan. Dalam dua bulan pertama, peneliti rutin mencari informasi melalui jurnal penelitian, skripsi, maupun artikel yang didapatkan melalui fasilitas perpustakaan maupun internet. Informasi tersebut bertujuan untuk memperkaya informasi dan memperkuat penelitian yang sedang dijalankan ini. Tahapan awal, peneliti memulainya pada latar belakang masalah. Latar belakang masalah berisi fenomena dan masalah yang ingin diteliti. Selain itu, penting pula untuk mengetahui urgensi penelitian serta tujuan dari penelitian ini.

Tahapan kedua, yaitu tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka berisi teori-teori yang mendukung variabel yang akan diteliti. Selain itu, peneliti juga diminta untuk membuat kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Selanjutnya, tahapan yang ketiga peneliti diminta untuk menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Seperti menentukan definisi operasional, menentukan sampel penelitian, menentukan karakteristik dari sampel, dan juga menentukan alat ukur yang akan digunakan. Dengan begitu, peneliti perlu mencari alat ukur tersebut melalui jurnal penelitian ataupun skripsi-skripsi yang menggunakan alat ukur yang sesuai dengan penelitian ini. Karena alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang tidak peneliti konstruk sendri, untuk itu penulis perlu menghubungi pemilik alat ukur untuk meminta izin mempergunakan dan mengadaptasinya.

Sebelum masuk pada proses pengambilan data, penulis melakukan expert judgment terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan mengenai alat ukur yang akan digunakan. Peneliti melakukan expert judgment untuk salah satu alat ukur, kepada tenaga profesional dalam bidang klinis dewasa yang juga menjabat sebagai dosen Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara, yaitu Ibu Pingkan C. B. Rumondor dan Ibu Rani Agias Fitri. Setelah mendapatkan masukan untuk menghilangkan, mengganti, memperbaiki, maupun menambahkan item dalam alat ukur tersebut, yang dikarenakan beberapa alasan, seperti item yang tidak sesuai dengan dimensi yang digambarkan pada teori, kata-kata pada item sulit untuk dimengerti ataupun item memiliki makna ganda. Seletah melakukan perbaikan pada item dalam alat ukur, peneliti melakukan uji coba alat ukur tersebut kepada sampel yang memenuhi karakteristik subyek dalam penelitian ini.

(12)

Uji coba alat ukur atau pilot test dilaksanakan pada tanggal 5 Januari hingga 14 Januari 2014, dengan menyebarkan sekitar 50 kuesioner kepada sampel yang memenuhi karakteristik responden penelitian. Namun, dari 50 kuesioner yang disebarkan, peneliti hanya memperoleh 30 kuesioner yang dapat digunakan dan masuk dalam proses pengolahan data. Proses pengolahan data bertujuan untuk mendapatkan nilai validitas dan reliabilitas alat ukur. Selain itu, peneliti juga melakukan analisa pada setiap item untuk menentukan item yang valid sehingga dapat digunakan dalam field study.

Field study dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2014 hingga 27 Januari 2014 dengan menyebarkan sekitar 120 kuesioner penelitian kepada pria atau wanita yang berusia antara 17 hingga 45 tahun dan telah menikah antara 1 hingga 5 tahun serta berdomisili di Jabodetabek. Proses pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner penelitian kepada responden yang bersedia dan memenuhi karakteristik yang dijumpai pada beberapa area perkantoran yang berada di Jakarta. Selain memberikan kuesioner yang dicetak, peneliti juga menyebarkan kuesioner dalam bentuk tidak tercetak yang di kirim melalui surel kepada calon responden yang bersedia turut serta dalam penelitian dan juga memenuhi karakteristik subyek dalam penelitian ini. Untuk memperbanyak jumlah responden, peneliti juga meminta kesidaan suami atau istri dari calon responden yang peneliti temui untuk mengisi kuesioner penelitian yang diberikan juga. Sehingga, membutuhkan waktu pengumpulan data yang lebih lama. Hal tersebut disebabkan, kuesioner yang diberikan dalam bentuk cetak harus di bawa pulang terlebih dahulu. Sementara itu, untuk kuesioner yang di kirim melalui surel ataupun jejaring sosial, tidak selalu dapat langsung di terima kembali, mengingat kesibukan yang dimiliki oleh masing-masing responden dalam penelitian ini.

Ketika sudah memasuki batas waktu pengambilan data yang ditentukan berdasarkan pertimbangan dengan pembimbing skripsi, peneliti mulai untuk melalukan proses pengolahan data. Setelah mendapatkan hasil dari proses pengolahan data, peneliti mendiskusikannya kepada pembimbing skripsi dan dilanjutkan dengan melakukan analisa data hingga membuat kesimpulan, diskusi, serta saran yang diberikan berdasarkan hasil dari penelitian ini.

(13)

3.5.3 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan untuk menghitung data-data yang telah diperoleh dari responden dan juga dalam melakukan analisis data menggunakan alat bantu yaitu aplikasi Statistical Package for the Sosial Sciences (SPSS) versi 22.

Peneliti menggunakan teknik descriptive statistic untuk mengetahui frekuensi penyebaran data responden. Selanjutnya, digunakan pula teknik perhitungan reliability analysis dan bivariate correlation untuk mengetahui nilai reliabilitas serta validitas item dari alat ukur yang digunakan. Selain itu, penulis juga melakukan uji normalitas pada setiap variabel yang diteliti. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal, yang nantinya akan menentukan teknik yang digunakan dalam melakukan uji korelasional setiap variabel. Pearson correlation mengukur derajat dan hubungan antara dua variabel (Gravetter & Wallnau, 2007). Teknik pengolahan data Pearson Correlation digunakan jika data berdistribusi dengan normal. Sedangkan jika data tidak berdistribusi dengan normal, dapat digunakan teknik Spearman Correlation (Priyatno, 2013).

Menurut Sugiyono dalam Priyatno (2013), terdapat pedoman untuk menginterpretasikan hasil koefisein korelasi, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.6 Pedoman Interpretasi Hasil Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Priyatno (2013)

Referensi

Dokumen terkait

Guru yang memiliki kompetensi profesional adalah guru yang memiliki pengetahuan yang luas dari subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan

Pada penelitian ini hanya dilakukan 3 tahap, yaitu tahap pendefinisian, tahap perancangan, dan tahap pengembangan.Subjek penelitian adalah 21 orang mahasiswa

Lubrikasi adalah proses pencmpuran zat pelicin dengan bahan obat agar dalam proses pencetakan obat tidak lengket dan akan menghasilkan obat yang akan lebih

Pengaruh terapi bermain dengan teknik bercerita terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah di ruang.. perawatan RSUP H Adam

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan ( komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka

pengguna jasa mereka.Baik pelayanan dari para sopir maupun pelayanan dari dalam armada taksi itu sendiri.Jenis armada yang memiliki kondisi fisik yang masih baru, masih terlihat

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah model prediksi kebangkrutan, leverage, opini audit tahun sebelumnya, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

Abdul Moeloek Bandar Lampung yang mengalami pre-eklampsia berat adalah lebih sedikit jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami pre-eklampsia berat