• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN DESAIN KEMASAN SEBAGAI MEDIA UNTUK MENARIK MINAT BELI KONSUMEN BIR PLETOK ( SETU BABAKAN ) Imam Jayadi, SE, MM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERANCANGAN DESAIN KEMASAN SEBAGAI MEDIA UNTUK MENARIK MINAT BELI KONSUMEN BIR PLETOK ( SETU BABAKAN ) Imam Jayadi, SE, MM"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN DESAIN KEMASAN SEBAGAI MEDIA

UNTUK MENARIK MINAT BELI KONSUMEN

BIR PLETOK ( SETU BABAKAN )

(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk merancang desain kemasan sebagai media meningkatkan daya tarik Bir Pletok Setu Babakan terhadap minat konsumen serta membentuk citra merek UKM Bir Pletok Setu Babakan. Untuk menarik minat konsumen ada 2 faktor yang yang jadi penunjang yaitu desain kemasan dan brand image/merek. Dan kajian penelitian yang releven sebagai acuan atau landasan penguat teori dalam penelitian ini Model pengembangan dalam penelitian ini adalah alat dan instrument yang digunakan dalam pencarian data serta strategi kreatif. Prosedur Pengembangan yaitu proses perancangan desain kemasan dari mulai perundingan dengan klien hingga final proses serta konsep media dituju. Desain penelitian adalah analisis data dengan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian desain kemasan Bir Pletok Setu Babakan menggunakan strategi verbal dan visual yang bertujuan untuk membuat desain kemasan yang baik secara visual maupu secara verbal. Hasil pengembangan desain kemasan meliputi logo, label dan kemasan yang menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS5. Hasil karya semuanya di depenelitiankan dan di analisis, meliputi spesifikasi karya yang membahas menggunakan cara apa untuk membuat desain dan analisis estetis membahas bentuk visual. Pemabahasan produk akhir pada penelitian ini adalah menunjukan peningkatan nilai penjual Bir Pletok Setu Babakan setelah penggunaan desain kemasan yang baru. Menunjukan bahwa adanya peranan desain kemasan dalam peningkatan penjualan. Simpulan penelitian ini, perlu adanya perancangan desain kemasan untuk membentuk citra merek serta meningkatkan daya tarik produk terhadap konsumen. Inovasi pada kemasan memang perlu dilakukan dimulai dari sekarang hingga seterusnya yang bersifat berkelanjutan, akan tetapi pembaharuan desain kemasan harus tetap mempertahankan beberapa unsur lama. Penelitian ini menunjukan adanya kontribusi desain kemasan Bir Pletok Setu Babakan terhadap peningkatan penjualan

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bir pletok adalah minuman tradisional ini dikenal di kalangan etnis Betawi. Saat ini bir pletok sudah mulai dilupakan masyarakat karena kalah bersaing dengan brand atau merek minuman lain. Kurangnya minat masyarakat terhadap minuman bir pletok menjadi masalah utama bagi produsen minuman bir pletok yang pada umumnya adalah pengusaha usaha kecil menengah (UKM) seperti bir pletok setu babakan yang di kelola oleh Endang Suratman.

Endang Suratman biasa dipanggil Bang UU sebagai pemilik usaha bir pletok setu babakan memiki misi untuk kembali menaikan citra dan nilai jual bir pletok di masyarakat. Dan bahkan memiliki impian untuk memproduksi sampai ke mancanegara. Usaha yang sudah dijalani bang uu mulai tahun 1997 ini, selaku peneliti dan peneliti menilai salah satu penyebab atau masalah kurang tertariknya masyarakat terhadap bir pletok adalah tidak adanya kemasan sebagai pelindung dan nilai jual serta daya tarik konsumen.

Usaha Kecil Menengah (UKM) saat ini seperti di kelola oleh bang uu, kurang memperhatikan kemasan yang mereka gunakan untuk mengemas produk mereka. Karena selama ini para pengusaha usaha kecil menengah (UKM) menganggap kemasan bukanlah bagian dari penting untuk menarik minat konsumen dan pengusaha usaha kecil menengah menganggap kemasan hanya sebagai penutup saja. Selain itu kurangnya pengetahuan tentang arti dan tujuan dari kemasan menjadi masalah utama.

(4)

menilai dan menganggap minuman bir pletok tidak baik atau tidak memliki khasiat dan lain sebagainya. Hal ini justru merugikan para pengusaha usaha kecil menengah.

Usaha kecil menengah bir pletok setu babakan yang di kelola oleh Bang UU memang sudah cukup terkenal di daerah Setu Babakan, akan tetapi dengan misi atau tujuan yang ingin dicapai oleh Bang UU dalam menaikan citra merek dan nilai jual ke masyarakat jakarta dan Indonesia serta mancanegara perlu adanya inovasi dalam bentuk kemasan yang dapat menarik minat konsumen. Sampai saat ini bir pletok setu babakan belum memiliki kemasan ataupun label sebagai brand atau citra merek dari produk yang mereka jual.

Idealnya sebuah bir pletok setu babakan memiliki kemasan yang tidak hanya difungsikan sebagai wadah atau pembungkus saja, tetapi dapat juga difungsikan sebagai media identitas dan upaya peningkatan nilai suatu produk. Kemasan juga harus disesuaikan dengan produk yang dikemasnya, agar kemasan tidak merusak produk sesuai dengan arti kemasan sebagai pelindung keutuhan dan keamanan produk. Singkatnya sebuah kemasan dapat mewakili identitas suatu perusahaan dengan desain yang sesuai identitasnya dan konsisten dalam pengaplikasian desainnya serta memiliki nilai ergonomis. Kemasan memiliki pengaruh dalam pencitraan minuman yang dikemasnya yang secara tidak langsung dapat mengkomunikasikan apa yang terdapat didalamanya, seperti rasa maupun bahan yang dikomunikasikan melalui bentuk, warna, tipografi serta gambar yang terdapat dalam sebuah kemasan, selain itu kemasan juga diusahakan dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli sebuah produk. Desain kemasan pada suatu produk harus memiliki ciri khas dan karakteristik agar tidak tersilap oleh produk-produk selain bir pletok setu babakan selain itu agar konsumen langsung mengetahui bahwa suatu produk berasal dari hanya dengan melihat kemasannya saja

(5)

melakukan perancangan desain kemasan produk yang lebih segar dan menarik berupa kemasan sekunder dan label yang cukup menambah minat konsumen Sehubungan dengan hal tersebut, Bang UU secara terbuka bersedia bekerjasama dengan peneliti dalam serangkaian proses pengerjaan karya desain untuk mata kuliah tugas akhir ini berupa perancangan kemasan untuk menaikan citra dan nilai jual bir pletok. Kerjasama dilakukan dengan prinsip simbiosis mutualisme yang mana kedua belah pihak nantinya akan sama – sama diuntungkuan dengan perancangan ini. Pihak peneliti diuntungkan dengan akses data serta riset produk, sedangkan bagi pihak Bang UU, kemasan yang dihasilkan dari perancangan ini bisa mereka pergunakan sesuai dengan tujuan perancangan ini.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan merancang serangkaian kemasan sebagai bagian dari promo Bang UU sebagai upaya untuk mem-perbarui citra merek sekaligus agar meningkatkan omzet penjualan. Semestinya kemasan dapat melindungi, menarik perhatian dan mencerminkan kualitas serta isi produk yang dimuatnya. Peran desain komunikasi visual diperlukan dalam menunjang perancangan desain kemasan.

Rumusan Masalah

Masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah seorang pelaku usaha tidak hanya melihat secara umum desain kemasan suatu produk, melainkan terdapat dimensi-dimensi yang perlu diperhatikan dalam desain kemasan, seperti dimensi desain grafis, struktur desain, dan informasi produk. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Mengapa perlu adanya perancangan desain kemasan bir pletok untuk menarik minat beli konsumen?

(6)

LANDASAN TEORI

Pengertian Desain Komunikasi Visual

Wilbur Schramm seorang pakar komunikasi “ http://www.definisi-pengertian.com/2015/08/pengertian-komunikasi-definisi-menurut-ahli.html” menyatakan bahwa kata communication itu berasal dari kata Latin “communis” yang berarti “common” (sama). Dengan demikian apabila seseorang akan mengadakan komunikasi maka seseorang tersebut harus mewujudkan persamaannya dengan orang lain. Kemudian kata komunikasi yang berarti menyampaikan suatu pesan dari komunikator kepada komunikan melalui suatu media dengan maksud tertentu. Komunikasi sendiri berasal dari bahasa Inggris communication yang diambil dari bahasa Latin “communis” yang berarti “sama”.

Komunikasi dianggap sebagai proses mencipta suatu kesamaan (commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dan penerima. Sementara kata visual sendiri bermakna segala sesuatu yang dapat dilihat dan direspon oleh indera penglihatan kita yaitu mata. Visual berasal dari kata Latin videre yang artinya melihat yang kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris yang berbunyi visual.

Desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna dan layout (tata letak/perwajahan). Dengan demikian gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan, Adi Kusrianto,“Pengantar Desain Komunikasi Visual”, ANDI, (2009:2).

(7)

berusaha agar kebanyakan orang dalam target group (sasaran) tersebut memberikan respon positif kepada pesan visual tersebut. Oleh karena itu desain komunikasi visual harus komunikatif, dapat dikenal, dibaca dan dimengerti oleh target group tersebut, menurut Jurnal Christine Suharto Cenadi,“Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual”, Unversitas Kristen Petra, 2008.

Desain merupakan sebuah kata dengan banyak makna. Dalam konteks komunikasi visual, ‘desain’ sudah menjadi bagian dari tim dalam industri komunikasi. Dunia advertising, publikasi majalah dan suratkabar, pemasaran dan public relations, dan yang pasti ‘desain’ juga sudah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh dalam membentuk perilaku suatu masyarakat dan perkembangan ekonominya hal ini diungkapan dalam Jurnal Bagus Limandoko,“Desain Komunikasi Visual dan Perilaku Konsumen”, Unversitas Kristen Petra, 2009.

Menurut Rakhmad Supriyono,”Desain Komunikasi Visual”, ANDI, (2010:5), Desain komunikasi (communication design) merupakan subdisiplin dari desain yang menitikberatkan pada penyampaian informasi kepada publik melalui media. Ruang lingkup Desain Komunikasi Visual Meliputi:

1. Advertising (periklanan) 2. Animasi

3. Desain identitas Usaha (corporate identity) 4. Desain Marka lingkungan

5. Multimedia.

6. Desain Grafis Industri (promosi)

7. Desain Grafis Media (buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain. 8. Cergam (komik, karikatur, poster)

9. Fotografi, tipografi dan ilustrasi.

(8)

bahasa Indonesia adalah gagasan awal, rancangan, perancangan, perencanaan, pola, susunan, rencana, proyek, hasil yang tepat, produksi, membuat, mencipta, menyiapkan, menyusun, meningkatkan, pikiran, maksud, kejelasan dan seterusnya. Desain juga merupakan bidang lintasan dari seni, desain dan teknologi. Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, teknik dan media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual, termasuk audio dengan mengolah elemen desain grafis berupa bentuk gambar, huruf dan warna, serta tata letaknya, sehingga pesan dan gagasan dapat diterima oleh sasarannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia desain dapat berarti kerangka bentuk, membuat desain, membuat rangkaian pola, dan sebagainya. Desain secara umum juga berarti suatu kegiatan merancang, dan menciptakan suatu karya seni. Dilihat dari asal-usul katanya (etimologis) deskomvis merupakan akronim dari desain komunikasi visual. Kata “desain” menunjuk pada kegiatan merancang sesuatu, yang bertujuan untuk kepentingan komunikasi visual. Sesuatu yang dirancang adalah karya komunikasi visual yang merupakan jenis karya seni rupa terapan (applied art), diterapkan untuk suatu kepentingan non seni rupa (diluar kepentingan estetis). Meskipun difungsikan untuk kepentingan diluar kepentingan estetis, deskomvis masih harus menerapkan kaidah-kaidah estetik dalam proses perancanganya. Meminjam disiplin Ilmu Komunikasi, maka komunikasi visual merupakan bagian dari komunikasi nirujar (non verbal). Secara umum “komunikasi” diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari sumber, disampaikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan hal ini diungkapan dalam Penelitian Sebelumnya Dwi Budi Harto,“Redesain Identitas Perusahaan”, FakultasI lmu Komputer UDINUS, 2006.

(9)

seperti halnya desain yang merupakan bagian dari dunia seni. Desain Komunikasi Visual juga sering disamakan dengan seni terapan. Sebagai sebuah hasil karya seni, sebuah desain juga tidak terlepas dari kaidah-kaidah seni dalam proses penciptaanya. Selain harus bias dipertanggungjawabkan dan berdayaguna sebuah karya desain juga harus membawa sebuah inovasi.

Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud desain adalah kegiatan manusia untuk merancang dan menciptakan suatu karya seni yang baru, melalui perencanaan yang baik dan melalui beberapa proses. Dan suatu desain harus memiliki kebutuhan terhadapnya atau manfaat dirinya sehingga dapat menjadi problem solving.

Unsur - Unsur Desain

Menurut Rakhmad Supriyono,”Desain Komunikasi Visual”, ANDI, (2010:57), ada enam unsur – unsur desain yang diterapkan, yaitu:

1. Titik

Titik merupakan salah satu unsur visual yang wujudnya relative kecil, di mana dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik cenderung ditampilkan dalam bentuk kelompok dengan variasi jumlah, susunan, dan kepadatan tertentu

Titik merupakan bagian kecil dari garis,karena pada dasrnya suatu garis dibentuk oleh adanya hubungan titik-titik yang sangat dekat, Penelitian Terdahulu Tony Aries Wijaya,”Pembuatan Logo dan Kemasan Produk UKM Dengan Metode Cetak Sablon di Unit Pelaksana Teknis Industri Makanan Minuman dan Kemasan Disperindag Provinsi Jawa Timur”, Institute Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya, 2014.

2. Garis

(10)

khas garis adalah terdapatnya arah serta dimensi yang memanjang. Garis dapat ditampilkan dalam bentuk lurus, lengkung, gelombang, zigzag, dan lainnya.

3. Bidang

Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya bidang bias dikelompokan menjadi dua, yaitu bidang geometri/beraturan dan bidang non-geometri alias tidak beraturan. Bidang geometri adalah bidang yang relative mudah diukur keluasannya, sedangkan bidang non-geometri merupakan budang yang relative sukar diukur keluasannya. Bidang bisa dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kepadatan tertentu, dan dapat pula dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil goresan satu garis atau lebih.

4. Ruang

Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak antar objek berunsur titk, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruang nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya.

5. Warna

Warna merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu menstimuli perasaan, perhatian dan minat seseorang. Dalam pembagian warna warna, kita menggunakan lingkaran warna (color wheel).

Prinsip Desain

Menurut Adi Kusrianto,”Pengantar Desain Komunikasi Visual”, ANDI, (2009:35-43), mengelompokkan prinsip-prinsip desain menjadi: kesatuan, keberagaman, keseimbangan, ritme, keserasian, proporsi, skala, dan penekanan.

(11)

merupakan sebuah upaya untuk menggabungkan unsur-unsur desain menjadi suatu bentuk yang proporsional dan menyatu satu sama lain ke dalam sebuah media.

Menurut Penelitian Terdahulu Tony Aries Wijaya,”Pembuatan Logo dan Kemasan Produk UKM Dengan Metode Cetak Sablon di Unit Pelaksana Teknis Industri Makanan Minuman dan Kemasan Disperindag Provinsi Jawa Timur”, Institute Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya, 2014, kesatuan dalam hal ini adalah suatu bentuk yang unsur-unsurnya mempunyai saling hubungan. Bentuk yang kita maksud dapat di capai dengan cara sbb :

a. Di dalam bentuk tersebut harus ada kontras, berlaku untuk semua unsur (goresan, irama, warna, teksture, dsb)

b. Peralihan di harapkan di dalam bentuk itu juga ada peralihan dari unsur – unsur bentuknya supaya tidak tampak kaku.

c. Selingan /variasi di samping ada pengulangan – pengulangan supaya tidak menjemukan harus ada selingan / variasi.

2. Keberagaman

Keberagaman dalam desain bertujuan untuk menghindari suatu desain yang monoton. Adanya perbedaan besar kecil, tebal tipis pada huruf, pemanfaatan pada gambar, perbedaan warna yang serasi, dan keragaman unsur-unsur lain yang serasi akan menimbulkan variasi yang harmonis.

3. Keseimbangan

Keseimbangan dapat tercapai dari dua bagian, yaitu secara simetris yang terkesan resmi/formal yang tercipta dari sebuah paduan bentuk dan ukuran tata letak yang sama, sedangkan keseimbangan asimetris memberi kesan informal, tapi dapat terlihat lebih dinamis yang terbentuk dari paduan garis, bentuk, ukuran, maupun tata letak yang tidak sama namun tetap seimbang.

(12)

Ritme suatu gerak yang dijadikan sebagai dasar suatu irama dan gerak yang menyiratkan mata pada tampilan yang nyaman dan berirama. Keserasian adalah keteraturan di antara bagian-bagian suatu karya yang disusun secara seimbang dalam suatu komposisi utuh.

5. Proporsi

Proporsi merupakan perbandingan antara suatu bilangan dari suatu obyek atau komposisi. Bisa dikatakan bahwa proporsi merupakan kesesuaian ukuran dan bentuk hingga tercipta keselarasan dalam sebuah bidang.

6. Skala

Skala adalah ukuran relatif dari suatu obyek, jika dibandingkan terhadap obyek atau elemen lain yang telah diketahui ukurannya. Skala juga sangat berguna bagi terciptanya kesesuaian bentuk atau obyek dalam suatu desain.

7. Penekanan

Penekanan dalam desain merupakan hal yang penting untuk menghindari kesan monoton. Penekanan dapat dilakukan pada jenis huruf, ruang kosong, warna, maupun yang lainnya akan menjadikan desain menjadi menarik bila dilakukan dalam proporsi yang cukup dan tidak berlebihan.

Fungsi Desain Komunikasi Visual

Dalam “http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ ditpcbm/ 2015 / 08 / 25 / fungsi- dan - peran - desain - komunikasi - visual - dalam - kontek-museum/, dalam perkembangannya selama beberapa abad, desain komunikasi visual menurut mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu sebagai sarana identifikasi, sebagai sarana informasi dan instruksi, dan yang terakhir sebagai sarana presentasi dan promosi.

1. Desain komunikasi visual sebagai sarana identifikasi.

(13)

orang itu, atau darimana asalnya. Desain komunikasi visual sebagai sarana informasi dan intruksi.

2. Sebagai sarana informasi dan intruksi

Desain komunikasi visual bertujuan untuk menunjukan hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi, dan skala contohnya peta, diagram, simbol dan petunjuk arah. Informsi akan berguna apabila dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan dipresentasikan secara logis dan konsisten.

3. Desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi

Tujuan adalah menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat; contohnya poster. Penggunaan gambar dan kata-kata yang diperlukan sangat sedikit, mempunyai satu makna dan mengesankan. Umumnya, untuk mencapai tujuan ini, maka gambar dan kata-kata yang digunakan bersifat persuasif dan menarik, karena tujuan akhirnya adalah menjual suatu produk atau jasa.

Elemen-elemen Desain Komunikasi Visual

Menurut Jurnal Christine Suharto Cenadi,“Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual”, Unversitas Kristen Petra, 2008, menyebutkan bahwa elemen - elemen desain komunikasi visual diantaranya adalah tipografi, ilustrasi, dan simbolis. Elemen-elemen ini dapat berkembangan seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan media sebagai berikut :

1. Tata Letak Perwajahan (Layout)

(14)

layout adalah salah satu proses atau tahapan kerja dalam desain. Dapat dikatakan bahwa desain merupakan arsiteknya, sedangkan layout pekerjaanya yang dinyatakan oleh Surianto Rustan “Layout dan Dasar Penerapannya”, Gramedia Pusaka, (2014:1).

Gambar 2.1 contoh desain layout 2. Tipografi

Tipografi merupakan: “Seni memilih huruf, dari ratusan jumlah rancangan atau desain jenis huruf yang tersedia, menggabungkannya dengan jenis huruf yang berbeda, menggabungkan sejumlah kata yang sesuai dengan ruang yang tersedia, dan menandai naskah untuk proses typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda. Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan, dan desain huruf tertentu dapat menciptakan gaya (style) dan karakter atau menjadi karakteristik subjek yang diiklankan.

Tipografi adalah salah satu bahasan dalam desain grafis yang tidak berdiri sendiri secara eksklusif, ia sangat erat terkait dengan bidang keilmuan lain seperti komunikasi, teknologi, psikologi, dan lainnya, Surianto Rustan “Font dan Tipografi”, Gramedia Pusaka, (2014:2).

Gambar 2.2 contoh tipografi 3. Ilustrasi

(15)

mengungkapkan sesuatu secara lebih cepat dan lebih efektif daripada tekas.

Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering digunakan dalam komunikasi sebuah kemasan, karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menembus rintangan yang ditumbulkan oleh perbedaan bahasa manapun, Penelitian Terdahulu karya Yuliawan Andri,” Packaging Take Away Box pada UKM Bakpao Kapas”, Institute Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya, 2012

4. Simbol

Simbol sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk menjembatani perbedaan bahasa yang digunakan karena sifatnya yang universal dibanding kata-kata atau bahasa. Bentuk yang lebih kompleks dari simbol adalah logo. Logo merupakan identifitas dari sebuah perusahaan karena logo harus mampu mencerminkan citra, tujuan, jenis, serta objektivitasnya agar berbeda dari yang lainnya.

5. Warna

Warna merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi sebuah desain. Pemilihan warna dan pengolahan atau penggabungan satu dengan lainnya akan dapat memberikan suatu kesan atau image yang khas dan memiliki karakter yang unik, karena setiap warna memiliki sifat yang berbeda-beda.

Pengertian Kemasan

(16)

upaya manusia untuk mengumpulakan sesuatu yang berantakan kedalam satu wadah serta melindunginya dari gangguan cuaca pernyataan ini diungkapkan oleh Widiatmoko “Majalah Concept Vol 03.Edisi 18”, (2007:20).

Desain kemasan adalah bisnis kreaftif yang mengaitkan bentuk, struktural, material warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dapat dipasarkan dan berlaku untuk pembungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, dan membedakan sebuah produk yang pada akhirnya dapat mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk konsumsi secara unik, yang diungkapkan Rosner Klimchuk, Sandra Krasovec,“Desain Kemasan”, Erlangga, (2007:33).

Menurut Jurnal Listia Natadjaja,“Pengaruh Komunikasi Visual Antar Budaya Terhadap Pemasaran Produk Pada Pasar Ekspor Ditinjau dari Warna dan Illustrasi Desain Kemasan”, Unversitas Kristen Petra, 2008, kemasan seharusnya merupakan kesan singkat dari citra produk yang ingin disampaikan oleh pabrik, dan kemasan tersebut haruslah terpadu dengan fungsi produk. Desain kemasan memerlukan banyak pemikiran dan tentu saja bukan suatu hal yang mudah. Yang paling penting, kemasan tersebut harus menunjukkan identitas sebuah produk. Dalam banyak hal kemasan menggambarkan merek di mata konsumen, dan bila orang mengingat merek tersebut mereka menghayalkan kemasan tersebut dalam hal seperti ini kemasanlah yang menghasilkan penjualan.

(17)

perlindungan bagi produk di dalamnya sesuai dengan tujuanya serta dapat menarik minat konsumen untuk membeli.

Macam – Macam Kemasan

Menurut Jaswin,“Packaging Materials and its Applications”, Indonesian Packaging Federation, (2008:15), cara-cara pengemasan sangat erat berhubungan dengan kondisi komoditas atau produk yang dikemas serta cara transportasinya. Pada prinsipnya pengemas harus memberikan suatu kondisi. Yang sesuai dan berperan sebagai pelindung bagi kemungkinan perubahan keadaan yang dapat memengaruhi kualitas isi kemasan maupun bahan kemasan itu sendiri. Kemasan dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal antara lain:

a. Kemasan berdasarkan frekuensi pemakaian

Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.

1. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), seperti beberapa jenis botol minuman (limun, bir) dan botol kecap.Wadah-wadah tersebut umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik.

2. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Wadah-wadah ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai, misalnya kaleng biskuit, kaleng susu, dan berbagai jenis botol. Wadah-wadah tersebut digunakan untuk penyimpanan bumbu, kopi, gula, dan sebagainya.

b. Kemasan berdasarkan Struktur Sistem Kemasan:

(18)

2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus, keranjang tempe, dan sebagainya.

3. Kemasan Tersier, yaitu kemasan yang banyak diperuntukkan sebagai kemasan transport. Umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan. Contoh: kontainer dan kotak karton gelombang.

c. Kemasan berdasarkan bahan kemasan: 1. Kemasan Logam

Kemasan logam (kaleng) adalah kemasan yang paling aman karena kemasan ini dapat melindungi produk dari sinar matahari, uap air, dan oksigen. Masalah utama pada kemasan kaleng ialah mahal dan pembelian harus dalam jumlah besar. Selain itu, untuk aplikasinya juga harus menggunakan alat penutup kaleng khusus yang harganya juga cukup mahal. Di samping itu, teknologi pembuatan kemasan saat ini berkembang dengan pesat sehingga kemasan dapat dibuat dengan bermacam–macam bahan. Kemasan logam dapat dibuat dari aluminium dan plat besi lapis timah putih.

2. Kemasan Gelas

Kemasan gelas sifatnya tidak berekasi dengan bahan yang dikemas, tahan terhadap produk yang bersifat asam dan basa. Kekurangannya mudah pecah jika terkena benturan dan beratnya yang cukup berat dibandingkan dengan bahan lainnya seperti logam atau kertas. Kemasan gelas ini banyak digunakan untuk kemasan makanan dan minuman. Untuk mencegah pecah pada waktu transportasi dan memudahkan penanganan, biasanya dikombinasikandengan kemasan sekunder seperti karton bergelombang, krat kayu, maupun krat plastik.

(19)

Kemasan plastik sifatnya ringan, relatif murah, namun masa simpan relatifsingkat dibandingkan dengan kaleng. Kemasan plastik dapat berbentuk plastik lembaran, kantong plastik, wadah plastik dengan bentuk tertentu, botol maupun gelas plastik. Tidak semua jenis plastik dapat digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Ada jenis-jenis plastik yang tidak dapat digunakan untuk kemasan makanan dan minuman karena mengandung zat kimia yang tidak baik untuk kesehatan manusia.

4. Kemasan Kertas

Kemasan kertas dan karton banyak digunakan untuk kotak karton lipat (KKL) dan kotak karton gelombang (KKG) mudah dicetak. Bahan yang banyak terdapat di Indonesia antara lain:

1. kertas: hvs, kraft, tisu, kertas yang di-coating (art paper, cast coated paper),

2. karton: duplex, ivory, art carton, cast coated carton, 3. karton gelombang: kertas kraft dan kertas medium. 5. Kemasan Fleksibel

Kemasan fleksibel merupakan suatu revolusi dari teknologi pembuatan kemasan, bentuknya eksibel sesuai sifat produk yang dikandungnya. Bentuknya berubah jika diberi tekanan atau sentuhan. Kemasan fleksibel dapat diproduksi dalam bentuk rol atau kantong (sachet).

d. Kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan :

1. Kemasan Hermetis, yaitu wadah yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, misalnya kaleng dan botol gelas.

(20)

3. Kemasan Tahan Suhu Tinggi, jenis ini digunakan untuk bahan pangan yang memerlukan proses pemanasan, sterilisasi, atau pasteurisasi. Contoh : logam dan gelas

e. Kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai

1. Wadah Siap Pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.

2. Wadah Siap Dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastic

Merek

Menurut Harsono dalam “http://www.pengertianpakar.com/ 2015 /04 /pengertian-merek–menurut–pakar.html”, Merek adalah tanda pengenal

yang membedakan milik seseorang dengan orang lain, seperti pada

pemilikan ternak dengan memberi cap pada punggung sapi yang kemudian

dilepaskan di tempat penggembalaan bersama yang luas. Cap tersebut itu

memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang

bersangkutan tersebut telah ada pemiliknya. Biasanya dalam membedakan

tanda atau merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda

pembedaan.

Menurut Sunyoto,”Manajemen Sumber Daya Manusia”, CAPS,

(2012:60), mengatakan bahwa merek mempunyai tiga manfaat utama:

identifikasi produk, penjualan berulang dan penjualan produk baru. Dan

tujuan yang paling utamanya adalah identifikasi produk. Merek

memperbolehkan para pemasar membedakan produk mereka dari semua

produk lainnya. Manfaat merek menurut antara lain :

1. Bagi konsumen

Manfaat nama merek suatu produk bagi konsumen diantaranya :

(21)

b. Membantu konsumen atau pembeli dalam memperoleh kualitas

barang yang sama, jika mereka membeli ulang serta dalam harga.

c. Bagi penjual

Manfaat nama merek suatu produk bagi penjual diantaranya :

a. Nama merek menggunakan penjualan untuk mengolah

pesanan-pesanan dan menekan permasalahan

b. Merek juga akan membantu penjual mengawasi pasar mereka karena

pembeli tidak akan menjadi bingung

c. Merek memberi penjual peluang kesetujuan konsumen pada produk

d. Merek juga dapat membantu penjual dalam mengelompokkan pasar

kedalam sekmen-sekmen

e. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya merek yang baik

f. Dengan merek akan melindungi penjualan dari pemalsuan ciri-ciri

produk tersebut.

Menurut Alma,”Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, Alfabeta,

(2011:110), suatu merek yang dilancarkan oleh produsen merupakan suatu

janji produsen yang sifatnya spesifik, dan benefit yang ditawarkan kepada

konsumen. Merek yang baik dan terkenal menjamin adanya tingkatan mutu

atau kualitas. Terdapat 5 unsur – unsur merek yaitu:

1. Kesadaran nama

Kesadaran nama brand yang dibicarakan termasuk dalam huruf, kata

dan angka .

2. Kesan kualitas

Sebuah merek akan dikaitkan dengan presepsi kualitas tanpa perlu

mendasarkan pengetahuan terinci mengenai spesifikasinya .

3. Asosiasi-asosiasi merek sebagai tambahan terhadap kesan kualitas

Nilai yang menyadari merek sering sekali didasarkan pada asosiasi khas

khususnya yang berkaitan dengannya ,yang bisa menciptakan sikap atau

perasaan positif yang berkaitan dengan suatu merek.

(22)

Sikap positif konsumen terhadap suatu merek dan kemungkinan dalam

pembeliannya .

5. Asset – asset merek lainnya :paten, cap, saluran hubungan dan lainnya .

Asset-asset ini akan sangat bernilai jika asset itu menghalangi atau

mencegah para competitor menggerogoti loyalitas konsumen dan bisa

mengambil banyak bentuk. Sebagai contoh cap dagang akan

melindungi ekuitas merek dari competitor yang mungkin ingin

membuat bingung para konsumen dengan mengunakan nama, symbol,

dan kemasan yang sama.

Keputusan Pembelian

Perilaku pembelian konsumen adalah perilaku pembelian akhir dari konsumen, baik individual maupun rumah tangga yang membeli barangbarangdan jasa untuk konsumsi pribadi, secara umum konsumen mengikuti suatu proses atau tahapan dalam pengambilan keputusan, Kotler dan Amstrong,”Prinsip-prinsip Pemasaran”, Erlangga, (2008:178).

Alma,”Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, Alfabeta, (2011:140), keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen, dipengaruhi oleh banyak hal. Demikian pola konsumen-konsumen, terbentuk karena pengaruh lingkungan seperti yang dijelaskan di bawah ini:

1. Kebudayaan (Culture)

Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai dan pola perilaku seseorang anggota kebudayaan tertentu. Kebudayaan ini diwariskan dari generai ke generasi berikutnya.

2. Kelas Sosial (Social Class)

Orang-orang dalam kelas sosial tertentu cenderung memiliki perilaku, kebiasaan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Penglompokan seseorang termasuk dalam kelas sosial tertentu dapat dilihat dari: a. Prestise jabatannya

(23)

c. Kepemilikannya

d. Orientasi nilai-nilai yang dianutnya

Namun banyak pula yang menggunakan indeks status untuk melihat status sosial. Indeks of Status Characteristic (ISC) yang sering digunakan ialah penilaian terhadap faktor-faktor jabatan, sumber penghasilan, tipe rumah, lokasi tempat tinggal.

3. Keluarga (Family)

Keluarga adalah lingkungan terdekat dengan individu dan sangat mempengaruhi nilai-nilai serta perilaku seseorang dalam mengkonsumsi barang tertentu.

4. Klub-klub (Referensi Group)

Klub-klub seperti ini ialah klub arisan ibu-ibu, klub olahraga, klub rekreasi, klub profesi, dsb. Individu ini sering menerima advice, pengarahan, pemikiran dari anggota kelompok ini yang mempengaruhi pola konsumsi mereka.

Proses Keputusan Pembelian

Kotler dan Amstrong ,“Prinsip-prinsip Pemasaran”, Erlangga, (2008:150), melihat bagaimana konsumen membuat keputusan pembelian, bahwa proses keputusan membeli terdiri dari lima tahap yaitu:

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal, ketika salah satu kebutuhan normal seseorang rasa lapar ataupun haus timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal, contohnya suatu iklan atau diskusi dengan teman bisa membuat anda berpikir untuk membeli.

2. Pencarian Informasi

(24)

memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya. Jika tidak konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan.

3. Evaluasi Alternatif

Kita telah melihat cara konsumen menggunakan informasi untuk sampai pada sejumlah pilihan akhir. Pemasar harus tahu tentang evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Sayangnya, konsumen tidak menggunakan proses evaluasi yang sederhana dan tunggal dalam situasi pembelian. Sebagai gantinya, beberapa proses evaluasi dilaksanakan.

4. Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen mmenentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan.

5. Perilaku Pascapembelian

(25)

Kerangka Berfikir

Model Konseptual Desain Kemasan

(26)

METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Rumah Industri (UKM) Bir Pletok Setu Babakan adalah salah satu produsen bir pletok yang berada di Jakarta tepatnya di kawasan perkampungan Betawi Setu Babakan. Rumah Industri (UKM) Bir Pletok Setu Babakan sudah berdiri sejak tahun 1997. Usaha rumah industri yang sudah bertahan belasan tahun ini kini dipimpin oleh Bpk Endang Suratman. Endang Suratman menjadi penerus usaha turun temurun sejak tahun 2015 hingga saat ini.

Dibawah kepemimpinan Bpk Endang Suratman usaha bir pletok yang masih bertahan hingga saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dibawah kepemimpinannya struktur organisasi perusahaan semakin membaik dan tingkat penjualan yang cenderung menanjak sejak beliau memimpin. Setiap hari UKM Bir Pletok Setu Babakan memproduksi minuman bir pletok 200 hingga 300 botol. Bir Pletok Setu Babakan sudah mensuplai sebanyak 90% ke penjual bir pletok yang berada di kawasan kampong Betawi, Setu Babakan. Bahkan hingga saat ini Bir Pletok Setu Babakan sudah mensuplai ke beberapa daerah diluar Jakarta seperti Bandung, Bogor, dan lain – lain.

Pada Tahun 2005 UKM Bir Pletok Setu Babakan memiliki kebanggaan tersendiri karena pada saat itu Bir Pletok Setu Babakan menjadi oleh – oleh yang dibawa setiap perwakilan negara yang sedang mengadakan pertemuan wakil – wakil negara di kawasan Asia Pasifik.

(27)

Alat recorder, bolpoin, buku : Proses pencarian data/wawancara

Hasil Pencarian data

Hasil Pencarian data Komputer, pensil, buku, scaner Proses Pengolahan data/ desain

Flowchart Alat dan Instrument Proses Perancangan Desain

Kemasan

Gambar 3.2 Flowchart Alat dan Instrument Proses Perancangan Desain .Tahapan Prosedur Pengembangan Desain Kemasan

(28)

Desain Penelitian

1. Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

Menurut Sugiyono,“Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)”, Alfabeta, (2009: 335-336), analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.

(29)

2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di tempat penelitian untuk memperoleh data yang akan digunakan.

Pada penelitian proses perancangan desain kemasan, observasi dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan area – area pemasaran Bir Pletok Setu Babakan dan tempat produksi yang berada di Setu Babakan, Jakarta.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data dari hasil wawancara kepada responder. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data verbal untuk kepentingan perancangan.

Pada saat penelitian dilaksanakan, proses wawancara untuk mengumpulkan data – data yang akan diolah dan dimuat kedalam desain kemasan sebagai sarana informasi produk. Peneliti melakukan wawancara dengan pemilik usaha yaitu Bpk Endang Surat.

c. Studi Pustaka

(30)

.Tahapan Proses Desain Kemasan

(31)

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Strategi Pesan (Pendekatan Verbal)

Bir pletok dikenal dengan minuman yang hangat oleh konsumen, hal ini dikarenakan bir pletok memang memiliki efek hangat pada tenggorokan ketika diminum sehingga terasa menyejukkan serta menyehatkan untuk tubuh. Maka dengan demikian pesan atau bahasa verbal yang akan digunakan bersifat membujuk / persuasif dengan suatu tingkat kepercayaan yang tinggi dan bersifat sedikit serius, karena produk minuman ini sangat memperhatikan detail dari penjelasan produk, dengan begitu target market akan berfikir logis dan percaya untuk membeli minuman ini. Sedangkan pesan dan informasi produk akan dibuat apa adanya sesuai dengan informasi yang di dapat peneliti dari wawancara dengan pemilik Bir Pletok Setu Babakan.

2. Strategi Visual

Agar desain dapat sesuai dengan target market maka perlu di perhatikan elemen desain serta unsur desain yang sesuai dan dapat menarik minat konsumen. Dengan menampilkan image atau gambar pada kemasan akan membuat desain kemasan menjadi lebih menarik. Berikut ini strategi visual secara umum yang dirancang peneliti:

a. Menampilkan desain yang menarik dan mudah diingat, agar mudah diterima oleh khalayak sasaran.

b. Warna yang digunakan pada kemasan adalah merah, orange, dan coklat. Karena ketiga warna ini dapat mewakili unsur-unsur alami yang terdapat pada minuman bir pletok dan warna orange merupakan warna yang menjadi ciri khas dari kebudayaan betawi Betawi.

c. Menampilkan unsur – unsur budaya betawi dalam bentuk vektor yang dapat membuat kemasan terlihat lebih menarik

(32)

yang bagus agar menarik sehingga dapat menanamkan kepercayaan konsumen.

Hasil Pengembangan

Pada tahap ini peneliti akan menjelaskan proses-proses penelitian desain kemasan. Peneliti juga merancang desain logo dan label dengan beberapa rekomendasi desain yang diajukan. Berikut ini adalah gambaran tahap-tahap proses penelitian dari mulai sketsa kasar dan hasil desain hingga desain yang terpilih.

Desain Logo

Logo berfungsi sebagai tanda atau ciri/pembeda suatu perusahaan atau dapat didaya gunakan untuk sarana informasi, membangun citra/image positif di mata publik. Logo yang baik mempunyai beberapa karakteristik diantaranya adalah logo harus mempunyai nilai keterbacaan tinggi meskipun

diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda, sederhana, mudah ditangkap dan dimengerti dalam waktu singkat, mudah diingat, mudah diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra perusahaan, aplikasi logo yang baik dari warna, bentuk, konfigurasi logo pada beberapa media grafis.

Logo dari UKM bir pletok Setu Babakan awalnya sederhana sekali berupa tulisan “Bir Pletok Setu Babakan” saja. Logo ini pun dirancang kembali agar masyarakat mudah mengingat “Bir Pletok Setu Babakan”. Peneliti menyediakan 2 desain logo sebagai alternatif yang akan dipilih oleh Bang Endang Suratman sebagai pemilik UKM bir pletok Setu Babakan:

1. Logo Karya I

(33)

Gambar 4.1 Sketsa logo Karya I

(34)

Gambar 4.2 Hasil Desain logo Karya I

Gambar 4.3 Scale Logo Karya I 2. Configurasi

(35)

3. Clear Area

(36)

Gambar 4.7 Sketsa Kasar Logo Karya II

A.Hasil Desain Logo Karya II

(37)

Gambar 4.9 Scale Logo Karya II

2. Configurasi Logo

Gambar 4.10 Configurasi Logo Karya II

3. Clear Area

(38)

Gambar 4.12 Color Guide Logo Karya II 2. Desain Logo Terpilih

Gambar 4.13 Desain Logo Terpilih

Desain logo karya 1 yang dipilih oleh pemilik UKM Bir Pletok Setu Babakan karena di logo karya 1 unik dan dapat menggambarkan ciri khas budaya Betawi dan unsur – unsur alama yang terdapat pada minuman bir pletok

Desain Label

(39)

1. Karya I

A. Sketsa Kasar Label Karya I

(40)

B.Hasil Desain Label Karya I

Gambar 4.15 Hasil Desain Label Karya I 2. Karya II

A.Sketsa Kasar Label Karya II

(41)

Gambar 4.17 Hasil Desain Karya II 1. Desain Label Terpilih

Gambar 4.18 Desain Label Terpilih

(42)

pada desain label karya II ini lebih menarik dibandingkan dengan desain label karya I. Lingkaran yang berada ditengah label membuat logo menjadi pusat perhatian dari desain ini.

Desain Kemasan

Peneliti menyediakan 2 desain label sebagai alternatif yang akan dipilih oleh Bang Endang Suratman sebagai pemilik UKM bir pletok Setu Babakan: 1. Karya I

(43)

Gambar 4.19 Sketsa Kasar Kemasan Karya I

B.Kerangka Kemasan Karya I

(44)

C.Hasil Desain Kemasan Karya I

(45)

2. Karya II

A.Sketsa Kasar Kemasan Karya II

(46)

B.Kerangka Kemasan Karya II

(47)

C.Hasil Desain Kemasan Karya II

(48)

Gambar 4.25 Desain Kemasan Terpilih

Desain kemasan karya II dipilih oleh Bpk Endang Suratman karena desain kemasan karya II ini lebih terlihat menarik apabila dibandingkan dengan desain karya I. Perbaduan antara font, warna dan gambar terlihat lebih hidup dan menarik. Dan desain kemasan karya II lebih cocok dengan desain label yang sudah terpilih.

Selain itu untuk mengetahui apakah kemasan dapat mempengaruhi minat konsumen untuk membeli, untuk itu dilakukan pengolahan data penjualan Bir Pletok Setu Babakan dalam periode 6 bulan pendapatan sebelum penggunaan kemasan dan 6 bulan sesudah penggunaan kemasan. Berikut dibawah ini adalah tabelnya:

(49)

NO Bulan Penjualan

1 Januari 2015 3.750

2 Febuari 2015 3.865

3 Maret 2015 4.035

4 April 2015 3.786

5 Mei 2015 3.300

6 Juni 2015 3.580

7 Juli 2015 3.620

8 Agustus 2015 3.702

9 September 2015 3.250

10 Oktober 2015 3.980

11 November 2015 2.930

12 Desember 2015 3.910

Tabel 4.1 Data penjualan sebelum penggunaan kemasan

Tabel 4.2 Grafik Data penjualan sebelum penggunaan kemasan

(50)

pada tahun 2015 sekitar 43.708 botol yang berhasil terjual.Kemudian berikut ini adalah data pendapatan perusahaan setelah menggunakan media promosi booklet:

NO Bulan Penjualan

1 Januari 2016 4.110

2 Febuari 2016 3.991

3 Maret 2016 4.170

4 April 2016 4.030

5 Mei 2016 4.115

6 Juni 2016 4.350

Tabel 4.3 Data penjualan sesudah penggunaan kemasan

Tabel 4.4 Grafik Data penjualan sesudah penggunaan kemasan

(51)

periode sebelum dan sesudah menggunakan kemasan, peneliti akan menampilkan grafik perbandingan pada halaman berikutnya yaitu:

Tabel 4.5 Grafik Data Penjualan Sebelum dan Sesudah Menggunakan Kemasan

Melihat hasil data diatas menunjukkan bahwa penggunaan kemasan pada minuman bir pletok dapat membantu meningkatkan nilai penjualan Bir Pletok Setu Babakan. Pada tahun 2016 harga bir pletok dinaikan sebesar Rp 4000 yang bertujuan untuk biaya produksi cetak kemasan dan juga label. Semua data tersebut didapatkan langsung dari pihak perusahaan sendiri. Walaupun kenaikan penjualan tidak begitu signifikan, dan banyak faktor lain yang dapat meningkatkan penjualan Bir Pletok Setu Babakan, akan tetapi hasil yang didapatkan adalah positif.

(52)

April Rp 49.218.000 Rp 68.510.000 39 % Mei Rp 42.900.000 Rp 69.955.000 63 % Juni Rp 46.540.000 Rp 73.950.000 58 % Tabel 4.6 Presentase Kenaikan Penjualan Bir Pletok Setu Babakan

(53)

SIMPULAN

Simpulan

Kesimpulan dari Perancangan Desain Kemasan Sebagai Media Untuk Menarik Minat Konsumen Bir Pletok (Setu Bababkan) adalah sebagai berikut:

1. Perancangan desain kemasan Bir Pletok Setu Babakan diperlukan untuk membentuk citra merek Bir Pletok Setu Babakan serta meningkatkan daya tarik produk terhadap minat konsumen. Dan inovasi desain kemasan pada Bir Pletok Setu Babakan bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, karena produk yang telah ada rentan terhadap perubahan kebutuhan dan selera konsumen, teknologi, siklus hidup produk yang lebih singkat, serta meningkatnya daya saing dengan brand minuman yang lain. Perancangan desain kemasan ini diharapkan mampu menigkatkan nilai jual serta minuman Bir Pletok Setu Babakan dapat dikenal oleh masyarakat dan tentunya dapat melestarikan minuman khas rakyat Betawi dan Indonesia.

2. Inovasi pada kemasan Bir Pletok Setu Babakan memang perlu dilakukan dimulai dari sekarang hingga seterusnya yang bersifat berkelanjutan, akan tetapi pembaharuan desain kemasan harus tetap mempertahankan beberapa unsur lama. Dengan kata lain, perubahan desain kemasan memang perlu digulirkan agar kemasan terkesan tetap menarik dan menjual. Tidak ada jarak atau waktu tertentu yang untuk melakukan pembaharuan pada desain kemasan hal ini dikarenakan inovasi atau perubahan desain kemasan yang terlalu sering dapat mengakibatkan meredupkan citra merek Bir Pletok Setu Babakan. Beberapa pertimbangan yang haruus di perhatikan pemilik Bir Pletok Setu Babakan dalam melakukan perubahan pada kemasan :

a. Turunnya penjualan

(54)

d. Kemasan pesaing lebih unggul e. Perkembangan bahan dan teknologi

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual”, Andi, Yogyakarta, 2009 Anne Dameria, Color Basic Panduan Dasar Warna untuk Designer dan

Industri Grafika ", Link Match Graphic, Jakarta 2007

Buchari Alma, “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2011

Rangkuti Freddy, “The Power of Brand”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009

Rakhmad Supriyono, “Desain Komunikasi Visual”, ANDI, Yogyakarta, 2010 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D), Alfabeta , Bandung 2015

(56)

DAFTAR JURNAL

Bagus Limandoko, “Desain Komunikasi Visual dan Perilaku Konsumen”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya, 2009

Bayu Widiyatno,Pengaruh Atribut Produk Terhadap Proses Keputusan Pembelian Studi Kasus Konsumen Pada Sentra Industry Jeans di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, Jurnal Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia, 2012

Cenadi, Christine Suharto, “Elemen-elemen dalam Desain Komunikasi Visual”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya, 2008

Cenadi, Christine Suharto, “Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia Pemasaran”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya, 2010

Cahyono, Yohanes Budi, Kondisi Desain Kemasan Produk Makanan Ringan dan Minuman Instant pada Industri Kecil Skala Rumah Tangga (Micro Industry) di Kabupaten Kediri”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya, 2008

Listia Natadjaja, “Pengaruh Komunikasi Visual Antar Budaya Terhadap Pemasaran Produk Pada Pasar Ekspor Ditinjau dari Warna dan Illustrasi Desain Kemasan”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya, 2011

Listia Natadjaja, Analisa Elemen Grafis Desain Kemasan Indomie Goreng Pasar Lokal dan Ekspor, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya, 2009

Nento, Ahmad Zuhdi, “Pengaruh Merek dan Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi kasus pada Toko Pia Saronde)”, Jurnal Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo, 2013

Nina Nurviana, “Kajian Label Kemasan Makanan Ringan UMKM di Tiga

Kelurahan Kota Bandung”, Jurnal Program Studi Desain Komunikasi

(57)

Nuryanti, B. Lena, “Pengaruh Variasi dam Kemasan Produk Terhadap

Keputusan Pembelian Teh Kotak Ultrajaya”, Jurnal Pendidikan

Manajemen Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 2008

Shinda Rosandi, Tri Sudarwanto, “Pengaruh Citra Merek dan Desain Kemasan

Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Produk Susu Ultra”, Jurnal Jurusan

Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya 2014 Stephanny Lupita, “Perancangan Desain Kemasan dan Promosi Mr. Froniez

Surabaya”, Jurnal Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Negeri Solo, 2010

(58)

DAFTAR PENELITIANSEBELUMNYA

Akrom, Muchammad Chusnul, Pengaruh Kemasan, Harga dan Promosi Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Kripik Paru UMKM Sukorejo Kendal, Universitas Negeri Semarang, 2013

Harto, Dwi Budi, “Redesain Identitas Perusahaan”, FakultasI lmu Komputer UDINUS, 2006

Halim Tinton, “Redesain Kemasan Galendo Merk Kusuka”, Universitas Kristen Maranatha Bandung, 2010

Lestari, Dwi Arum Sri, Redesain Produk Makanan Ringan Aneka Gorengan Super 2R, Universitas Negeri Semarang, 2013

Manda Talitha, “Analisis Desain Kemasan Dilihat dari Perceived Quality (Studi Pada : Kemasan Pouch Susu Kental Manis Frisian Flag Gold Di Jakarta)”, Universitas Indonesia, 2012

Mardiah Velanisa, “Perancangan Kemasan Karupuak Padeh pada Usaha Dio

Bersaudara di Kota Payakumbuh”, Universitas Negeri Padang, 2008

Maula Rifada, Perancangan Desain Kemasan Sebagai Daya Tarik Komsumen Oleh Oleh Khas Solo (RISKA)”, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012

Merryl, Gilbert Melissa, “Rebranding dan Perancangan Kemasan Minuman Tradisional Khas Priangan (Hanjuang)”, Universitas Kristen Maranatha Bandung, 2012

Satrio, Muharam Ashari, “Analisis Pengaruh Desain Kemasan Produk dan Daya Tarik Iklan Terhadap Brand Awareness dan Dampak Pada Minat Beli Konsumen (Studi Pada Konsumen Susu Kental Manis Frisian Flag di Kota Semarang)”, Universitas Diponegoro, 2011

Surya, Wijaya Ade, “Proses Perancangan Kemasan dan Media Promosi Produk Jamu Galenik”, Universitas Kristen Maranatha Bandung, 2008

Wijaya, Tony Aries, ”Pembuatan Logo dan Kemasan Produk UKM Dengan Metode Cetak Sablon di Unit Pelaksana Teknis Industri Makanan Minuman dan Kemasan Disperindag Provinsi Jawa Timur”, Institute Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya, 2014

(59)

DAFTAR WEB

“Fungsi dan Peran Desain Komunikasi Visual dalam Kontek Museum” sumber : http:// kebudayaan.kemdikbud.go.id /ditpcbm/2015/08/25/ fungsi-dan-peran-desain-komunikasi-visual-dalam-kontek-museum/. Diakses tanggal 1 Juni 2016.

“Pengertian Komunikasi serta Definisi Komunikasi menurut ahli” sumber:

http://www.definisi-pengertian.com/2015/08/pengertian-komunikasi-definisi-menurut-ahli.html. Diakses tanggal 31 mei 2016.

“Pengertian Merek Menurut Pakar” sumber: http://www.pengertianpakar.com /2015/04/pengertian-merek-menurut-pakar.html. Diakses tanggal 6 Juni 2016

Gambar

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
Gambar 3.2 Flowchart Alat dan Instrument Proses Perancangan Desain
Gambar 3.3 Tahapan Proses Desain
Gambar 4.1 Sketsa logo Karya I
+7

Referensi

Dokumen terkait