• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pembinaan iman remaja melalui kaderisasi pembina dalam membentuk kepribadian yang matang remaja Katolik di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan pembinaan iman remaja melalui kaderisasi pembina dalam membentuk kepribadian yang matang remaja Katolik di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat - USD Repository"

Copied!
273
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMBINAAN IMAN REMAJA MELALUI KADERISASI PEMBINA

DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG MATANG REMAJA KATOLIK DI PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH,

KEUSKUPAN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh

Paskarada Gerada

071124017

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Tri Tunggal Maha Kudus,

Kedua orang tuaku, Bapak A. Ribut, dan Ibu Kristina

Serta kakak dan adik-adikku, Bernadeta Lilis, Fransiskus, dan Martina Yunita

Terima kasih atas dukungan, perhatian, doa, cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang luar biasa bagiku.

Sahabat sejatiku,

yang selalu setia dan sabar mendampingi dan menyemangatiku, dalam suka maupun duka.

(5)

v MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada ku.

(Filipi 4:13)

Segala permasalahan pasti ada penyelesaiannya.

(Penulis)

Tidak ada jalan pintas menuju sukses, jalan pintas terbaik adalah jalan yang panjang, yang pada hakikatnya terdiri atas dua kata yaitu kerja keras.

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul PENINGKATAN PEMBINAAN IMAN REMAJA MELALUI KADERISASI PEMBINA DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG MATANG REMAJA KATOLIK DI PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH, KEUSKUPAN SINTANG, KALIMANTAN BARAT. Alasan mendasar bagi penulis mengambil judul skripsi ini adalah ingin mengetahui sejauh mana pembinaan iman remaja telah dilaksanakan di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya, sehingga dapat menemukan upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pembinaan iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Pembinaan iman merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam rangka mengembangkan iman seseorang. Kaitannya dengan pembinaan iman remaja adalah agar iman remaja menjadi berkembang sehingga dapat membentuk kepribadian yang matang. Remaja Paroki Salib Suci Nanga Tebidah membutuhkan pembinaan iman dalam membantunya membentuk kepribadian yang matang, karena mereka tengah mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, berada dalam tahap pencarian identitas diri dan banyak mengalami berbagai permasalahan. Pembinaan iman remaja berperan dalam membentuk kepribadian yang matang pada remaja. Pembinaan iman remaja berperan dalam membantu remaja memahami dan menerima diri, menjalin relasi yang baik dengan sesama, menganlisis masalah sosial, mengembangkan keterampilan dan kecakapan, bertanggungjawab dan membantu remaja menentukan arah dan tujuan hidup yang pasti.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian untuk memperoleh pemikiran-pemikiran dan masukan-masukan yang selanjutnya direfleksikan, sehingga diperoleh gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan dalam upaya meningkatkan pembinaan iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Untuk mengkaji masalah ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif.

(9)

ix

ABSTRACT

The Enhancement of Teen’s Faith Guidance through Regenarating Guides in Shaping Mature Personality for the Catholic Teen of Nanga Tebidah’s Salib Suci Parish, Diocese of Sintang, West Kalimantan, is the title of this thesis. The main reason for the writer to decide the title is to find out how faith guidance for the teen has been carried out in Nanga Tebidah’s Salib Suci Parish and to find out the supporting and barrier factors, so the writer is able to find ways of enhancing teen’s faith in Nanga Tebidah’s Salib Suci Parish.

Faith guidance is an effort to develop people’s faith. Related to teen faith guidanceit it is to develop teen’s faith in order to gain a mature personality. The teen of Nanga Tebidah’s Salib Suci Parish needs faith guidance to help them establishing their mature personality. Because their phase of growth is in progress, they are experiencing the quest for identity, and undergoing many kind of problems. Teen faith guidance has a role in establishing mature personality for thems. It helps them to understand and perceive themselves, to sustain a good relation with others, to analyze social problem, to develop skills and compentences, to be reponsible and to help the teen decide their ways and purpose of life.

The writer applied library research to gain ideas and suggestions which are later reflected and used as contribution as efforts to enhance teen faith guidance in Nanga Tebidah’s Salib Suci Parish. To analyze the problem formulations, the writer later applied a descriptif qualitative-quantitative research.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

kasih dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul Peningkatan Pembinaan Iman Remaja Melalui Kaderisasi Pembina

Dalam Membentuk Kepribadian Yang Matang Remaja Katolik di Paroki Salib

Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat.

Penulisan skripsi ini sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap remaja

yang tengah dalam pembentukan kepribadian. Remaja Paroki Salib Suci Nanga

Tebidah sangat memerlukan pembinaan iman yang dapat membantunya dalam

membentuk kepribadian yang matang. Pembinaan iman remaja di Paroki Salib

Suci Nanga Tebidah perlu ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan dalam

meningkatkan pembinaan iman remaja yakni melalui kaderisasi pembina iman

remaja, supaya pembina dapat membina iman remaja dalam membentuk

kepribadian yang matang.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu dengan penuh syukur dalam kesempatan ini penulis

menghaturkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak YH. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum selaku dosen pembimbing utama

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran guna membantu,

membimbing, mengarahkan, memberi masukan dan saran kepada penulis

(11)

xi

2. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing akademik

dan dosen penguji II yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis

dalam menyelesaikan studi di sini serta memberikan dukungan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Rm. Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ. Selaku Kaprodi IPPAK Universitas Santa

Dharma dan selaku dosen penguji III yang senentiasa memberikan dukungan

dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap Stap Dosen dan Karyawan Prodi IPPAK, yang telah mendukung,

menyemangati, membimbing, mendidik dan mengarahkan penulis selama

menjalankan pendidikan di Prodi IPPAK ini.

5. Keluargaku tercinta, bapak-ibuku; Aloysius Ribut dan Ibu Kristina,

kakak-adikku; Bernadeta Lilis, Fransiskus dan Martina Yunita yang selalu

mendukung dan menyemangatiku dalam menyelesaikan perkuliahan selama

ini.

6. Kepada A. A Kristian yang selalu ada buatku dalam suka dan duka ku dalam

menempuh kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada sahabat-sahabatku Mila, Tika, Ika, Bundalia, Niken yang selalu

mendukung dan menyemangatiku dalam menyelesaikan perkuliahan selama

ini.

8. Kepada teman-teman angkatan 2007-2008 yang telah mendukung,

menyemangati penulis selama perkuliahan.

(12)
(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUl ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPRNTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

DAFTAR TABEL ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penulisan ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penulisan ... 8

(14)

xiv

BAB II. PEMBINAAN IMAN REMAJA DAN PERANANNYA DALAM MEMBANTU REMAJA MEMBENTUK

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian Remaja ... 44

1)Faktor dari dalam ... 44

a) Faktor genetik ... 44

b) Perkembangan fisik ... 45

(15)

xv

C. Peranan Pembinaan Iman bagi Pembentukan Kepribadian Remaja ... 77

1. Pembinaan Iman Membatu Remaja dalam Memahami Diri .. 77

2. Pembinaan Iman Membatu Remaja Menerima Diri ... 79

3. Pembinaan Iman Membantu Remaja Membangun Relasi dengan Orang Lain ... 82

4. Pembinaan Iman Membantu Remaja Memiliki Persepsi yang Realitis ... 88

5. Pembinaan Iman Membantu Remaja dalam Menentukan Arah dan Tujuan Hidup ... 89

(16)

xvi

7. Pembinaan Iman Memabantu Remaja Menganalisa dan Bersikap Kritis Serta Terlibat dalam Mengatasi Masalah

Sosial ... 93

BAB III. PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI SALIB SUCI, NANGA TEBIDAH, SINTANG KALIMANATAN BARAT ... 96

A. Gambaran Umum Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 96

1. Sejarah Singkat berdirinya Paroki Salib Suci Nanga Tebidah 96

2. Visi-misi Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 98

3. Kegiatan Umat di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 99

4. Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 100

B. Metodologi Penelitian ... 101

1. Latar Belakang Penelitian ... 101

2. Tujuan Penelitian ... 102

3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 102

4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 102

5. Definisi Operasional Variabel ... 103

a. Pembinaan Iman Remaja ... 103

b. Kepribadian yang Matang ... 103

6. Responden ... 104

7. Jenis Penelitian ... 104

8. Teknik Pengumpulan Data ... 105

9. Variabel Penelitian ... 106

10.Instrumen Penelitian ... 107

a. Pengukuran Instrumen Penelitian ... 107

b. Kisi-kisi dan Indikator Instrumen ... 108

11.Teknik Analisis Data ... 112

C. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang Peranan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 113

(17)

xvii

2. Pemahaman Remaja Paroki Salib Suci Nanga Tebidah berkaitan dengan Pengertian Remaja, Ciri-ciri Remaja

dan Pengertian Kepribadian Remaja ... 115

3. Ciri-ciri Kepribadian yang Matang dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian yang

Matang ... 120

4. Pemahaman Remaja akan Pembinaan Iman dan Peranannya

dalam Pembentukan Kepribadian Remaja ... 129

5. Peranan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga

Tebidah dalam Membentuk Kepribadian yang Matang ... 136

6. Hal-hal pendukung dan penghambat dalam kegiatan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 145

7. Upaya-upaya dalam Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja

di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 153

8. Harapan-harapan terhadap Pelaksanaan Pembinaan

Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. ... 157

D. Kesimpulan Penelitian ... 162

1. Pemahaman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah mengenai Remaja, Ciri-ciri Remaja dan Kepribadian

Remaja ... 162

2. Pemahaman mengenai Ciri-ciri Kepribadian yang Matang dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan

Kepribadian yang Matang ... 164

3. Pemahaman Mengenai Pembinaan Iman dan Peranannya

dalam Pembentukan Kepribadian ... 166

4. Peranan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dalam Membentuk Kepribadian

yang Matang ... 168

5. Hal-hal Pendukung dan Penghambat Pembinaan

Iman Remaja. ... 170

6. Upaya-upaya Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dalam membantu Remaja

Membentuk Kepribadian yang Matang... 171

7. Harapan-harapan Remaja terhadap Kegiatan Pembinaan

(18)

xviii

BAB IV. KADERISASI PEMBINA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENINGKATKAN PERANAN PEMBINAAN IMAN REMAJA DALAM MEMBANTU REMAJA MEMBENTUK

KEPRIBADIAN YANG MATANG DI PAROKI SALIB SUCI

NANGA TEBIDAH... 176

A. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 176

1. Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja dengan memberikan alternatif Kegiatan Pembinaan Iman Remaja. .. 177

2. Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja dengan Memilih dan Mengolah Materi Pembinaan Iman Remaja ... 186

3. Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja dengan Penggunaan Berbagai Metode Dalam Pembinaan Iman Remaja ... 190

4. Meningkatkan pembinaan Iman Remaja dengan memberikan Pelatihan/ Kaderisasi Kepada Pembina Iman Remaja ... 193

B. Kaderisasi Pembina dalam meningkatkan Pembinaan Iman Remaja ... 196

1. Pengertian Kaderisasi Pembina ... 197

2. Tujuan Kaderisasi ... 198

C. Usulan Program Kaderisasi Pembina Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 200

1. Pengertian Program Kaderisasi ... 200

2. Tujuan Program Kaderisasi pembina iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 201

3. Latar Belakang Program Kaderisasi pembina iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 202

4. Tema dan Tujuan Program Kaderisasi Pembina Iman Remaja. ... 205

5. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 217

D. Contoh Satuan Persiapan Kaderisasi ... 217

BAB V. PENUTUP ... 228

(19)

xix

B. Saran ... 232

DAFTAR PUSTAKA ... 234

LAMPIRAN ... 236

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Surat Keterangan telah melaksanakan Penelitian ... (2)

Lampiran 3: Panduan Pertanyaan Kuesioner ... (3)

Lampiran 4: Panduan Pertanyaan Wawancara ... (9)

(20)

xx

DAFTAR SINGKATAN

A.SINGKATAN KITAB SUCI

Kej : Kejadian Gal : Galatia Mat : Matius Kol : Kolose Ef : Efesus Kel : Keluaran St : Santo

B. SINGKATAN LAIN-LAIN

DPP : Dewan Pastoral Paroki Dkk : dan kawan-kawan Dll : dan lain-lain Jlh : Jumlah

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Komkat : Komisi Kateketik

PPL PAK : Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Pr : Praja

SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan : SD : Sekolah Dasar

SDN : Sekolah Dasar Negeri WK : Wanita katolik

(21)

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Variabel penelitian ... 107

Tabel 2 : Skor Kuesioner ... 108

Tabel 3 : Kisi-kisi dan Indikator Instrumen ... 109

Tabel 4 : Identitas Responden ... 114

Tabel 5 : Pemahaman Remaja Paroki Salib Suci Nanga Tebidah berkaitan dengan Pengertian Remaja, Ciri-Ciri Remaja dan Pengertian Kepribadian Remaja ... 115

Tabel 6 : Ciri-ciri kepribadian yang matang dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian yang matang ... 120

Tabel 7 : Pemahaman remaja akan pembinaan iman dan peranannya dalam pembentukan kepribadian remaja ... 129

Tabel 8 : Peranan pembinaan iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dalam membentuk kepribadian yang matang ... 136

Tabel 9 : Hal-hal pendukung dan hal-hal penghambat dalam kegiatan pembinaan iman di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 145

Tabel 10 : Upaya-upaya dalam meningkatkan pembinaan iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 153

Tabel 11 : Harapan-harapan terhadap pelaksanaan pembinaan iman di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 157

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Dalam kehidupan, manusia mengalami proses yang panjang, mulai dari

bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa sampai lansia. Dalam proses tersebut masa

remaja merupakan masa yang penting karena pada masa itulah manusia

mengalami perkembangan yang kompleks. Perkembangan yang dialami oleh

manusia pada masa remaja meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif,

perkembangan sosial, perkembangan emosional, perkembangan moral dan

perkembangan iman.

Masa Remaja juga dikenal dengan masa pencarian identitas diri. Seperti

yang diungkapkan oleh Erikson, dalam pencarian identitas diri, remaja biasanya

mudah sekali untuk meniru-niru dan mencoba-coba hal baru yang ia peroleh di

luar dirinya. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan

mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga akan terbentuk sistem

kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya (Erikson,

1989: 181). Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum

terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun

sosialnya (Hurlock, 1980: 208). Selain itu, menurut Satanley Hall masa remaja

dianggap sebagai masa topan-badai dan stress (strom and stress), karena mereka

telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri (Santrock,

(23)

untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Remaja perlu dibantu untuk

menentukan tindakan yang harus mereka lakukan.

Remaja juga memiliki daya imajinasi dan fantasi yang tinggi dan cenderung

tidak realistik. Daya imajinasi dan fantasi pada remaja membuatnya menjadi

kreatif jika ia dapat menyalurkannya dan bermanfaat bagi dirinya. Namun jika ia

tidak dapat menyalurkan dan tidak mendapatkan pengarahan, daya imajinasi dan

fantasi tersebut dapat menjadi masalah pada remaja karena cenderung tidak

realistik. Remaja perlu dibantu dalam menyalurkan daya imajinasi dan fantasinya

ke dalam situasi hidup konkret.

Pada umumnya remaja belum dapat memahami dan menerima diri. Banyak

remaja yang tidak dapat mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya, sehingga

mereka tidak dapat menerima diri dan tidak dapat mengembangkan diri. Remaja

juga kadangkala belum dapat membangun relasi yang baik dengan sesama, belum

dapat menganalisis permasalahan yang kerap menghampiri dirinya dan juga

belum dapat menentukan arah dan tujuan hidup yang pasti. Tidak hanya itu

banyak remaja belum dapat mengembangkan keterampilan dan kecakapan yang

ada dalam dirinya dan belum dapat bertanggungjawab atas apa yang dilakukan.

Remaja belum memiliki kepribadian yang matang. Remaja tengah dalam

proses pembentukan kepribadian menuju pada kepribadian yang matang.

Pembentukan kepribadian remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari luar

maupun dari dalam. Faktor-faktor dari luar antara lain keluarga, sekolah,

masayarakat dan agama, sedangkan faktor dari dalam antara lain perkembangan

(24)

Remaja membutuhkan pembinaan dalam proses pembentukan kepribadian

menuju pada kepribadian yang matang. Salah satu pembinaan yang dapat

dilakukan dalam membentuk kepribadian yang matang yakni melalui pembinaan

iman. Pembinaan iman adalah suatu usaha untuk menolong remaja dalam rangka

mengembangkan imannya sehingga iman yang telah dimiliki semakin mendalam

dan bahkan mengakar dalam hidupnya. Iman tersebut akan menjadi sikap hidup

yang akan bermuara dalam kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya akan

membantu membentuk kepribadian yang matang. Pembinaan iman dianggap

cocok bagi pembentukan kepribadian remaja karena mampu mengarahkan remaja

untuk dapat memahami dan menerima diri, menjalin relasi dengan sesama,

mengembangkan sikap, kemampuan dan kecakapam, menentukan arah dan tujuan

hidup, menganalisa masalah sosial, dan bertanggungjawab terhadap tugas yang

diemban. Melalui pembinaan iman yang dilakukan secara terus menerus

diharapkan dapat membantu remaja membentuk kepribadian yang matang.

Selama ini remaja yang ada di Paroki Salib Suci, Nanga Tebidah,

Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat juga sudah mendapatkan pembinaan iman.

Mereka telah dibantu untuk bertumbuh mengembangkan diri membentuk

kepribadian yang matang. Pembinaan iman diperoleh pada saat mengikuti

pelajaran Agama, mengikuti persiapan baptis, mengikuti persiapan menyambut

komuni pertama, dan pada saat mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan

oleh Gereja seperti rekoleksi, doa rosario, kemping rohani, ziarah, misa harian,

(25)

Usaha-usaha pembinaan iman harus diiringi kesadaran dari remaja untuk

mengembangkan diri ke arah yang lebih baik sesuai dengan ajaran Gereja. Remaja

perlu menerima diri apa adanya dan memandang dirinya sebagai citra Allah.

Remaja dipanggil untuk mengembangkan bakat yang merupakan talenta yang

dikurniakan Allah, sehingga dapat mencapai kepribadian yang matang.

Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, diharapkan dapat terus menerus

memberikan perhatiannya terhadap pelaksanaan pembinaan iman dalam

pembentukan kepribadian remaja. Paroki dapat memberikan perhatian melalui

bermacam-macam cara sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dari pengamatan

penulis Paroki Salib Suci Nanga Tebidah belum sepenuhnya memberi perhatian

terhadap pelaksanaan pembinaan iman bagi para remaja di Paroki. Gereja paroki

mempunyai wewenang dalam membina iman remaja dan sekaligus berkewajiban

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal. Gereja perlu bekerja

sama dengan orang tua, sekolah dan masyarakat untuk melakukan pembinaan

iman kepada remaja dalam membantu remaja membentuk kepribadiannya.

Bertolak dari pemikiran dan kenyataan di atas, maka penulis mengangkat

skripsi ini dengan judul “PENINGKATAN PEMBINAAN IMAN REMAJA

MELALUI KADERISASI PEMBINA DALAM MEMBENTUK

KEPRIBADIAN YANG MATANG REMAJA KATOLIK DI PAROKI SALIB

SUCI NANGA TEBIDAH, KEUSKUPAN SINTANG, KALIMANTAN

BARAT”.

Penulis berharap melalui tulisan ini, dapat mengetahui lebih jauh tentang

(26)

memberikan sumbangan yang berguna bagi Paroki Salib Suci Nanga Tebidah

dalam meningkatkan pembinaan iman remaja dalam membentuk kepribadian yang

matang.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

masalah pokok dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa peranan pembinaan iman remaja dalam membentuk kepribadian remaja?

2. Sejauh mana pembinaan iman remaja dalam membentuk kepribadian yang

matang remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang,

Kalimantan Barat sudah diupayakan?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pembinaan iman

remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang Kalimantan

Barat?

4. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembinaan iman

remaja dalam membentuk kepribadian yang matang remaja di Paroki Salib

Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat?

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan pokok-pokok peranan pembinaan iman remaja dalam

membentuk kepribadian remaja.

2. Memaparkan sejauh mana pembinaan iman remaja dalam membentuk

kepribadian yang matang pada remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah,

(27)

3. Memaparkan faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pembinaan

iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang,

Kalimanatan Barat.

4. Memaparkan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

pembinaan iman remaja dalam membantu remaja membentuk kepribadian

yang matang di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang

Kalimantan Barat.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Remaja Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Sintang, Kalimantan Barat

Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dapat menambah pengetahuan

dan wawasannya tentang pentingnya mengikuti pembinaan iman. Mereka tergerak

untuk mengikuti kegiatan pembinaan iman yang diadakan. Dengan mengikuti

pembinaan iman, remaja dapat memahami dan menerima diri dengan segala

kelebihan dan kekurangan, dapat menjalin relasi dengan sesama, dapat

mengembangkan keterampilan dan kecakapan, dapat menentukan arah dan tujuan

hidup, dan dapat bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban.

2. Bagi Pembina Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah

Pembina dapat menambah pengetahuan dan pemahaman yang cukup

tentang pentingnya pembinaan iman remaja dan peranannya dalam membentuk

kepribadian yang matang, sehingga para pembina dapat memberikan pembinaan

iman yang sesuai dengan kebutuhan remaja. Para pembina juga dapat mengetahui

(28)

matang di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah selama ini. Selain itu para pembina

dapat mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan iman

remaja selama ini, sehingga dapat mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan

dalam meningkatkan pembinaan iman remaja dalam membentuk kepribadian yang

matang. Dengan demikian para pembina dapat memberikan alternatif bentuk

pembinaan kepada remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dalam membentuk

kepribadian yang matang.

3. Bagi Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Sintang, Kalimantan Barat

Skripsi ini sebagai sumbangan dalam membantu meningkatkan pembinaan

iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dalam membentuk kepribadian

yang matang. Sehingga pembinaan iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga

Tebidah dapat terus berkembang dan dapat menjawab kebutuhan remaja, dalam

membentuk kepribadian yang matang.

4. Bagi Penulis

Penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang luas tentang

pembinaan iman remaja dan peranannya dalam membentuk kepribadian yang

matang. Penulis semakin mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam

meningkatkan pembinaan iman remaja dalam membentuk kepribadian yang

matang, sehingga dapat membantu para pembina dalam membina iman remaja di

Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Tulisan ini juga bermanfaat bagi penulis

sebagai bekal di kemudian hari dalam melakukan pembinaan iman dan pelayanan

(29)

E. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini adalah metode analisis deskriptif yang

memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan

pemecahan yang tepat dan sesuai. Metode deskriptif dilakukan dengan tujuan

utama yaitu menggambarkan sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek

yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2003: 157). Untuk mendapatkan data-data

mengenai permasalahan penulis mengadakan penelitian di Paroki Salib Suci

Nanga Tebidah yang berhubungan dengan pembinaan iman remaja dalam

membentuk kepribadian yang matang. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian yakni pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian yang

diperoleh kemudian penulis diskripsikan ke dalam suatu bentuk laporan disertai

analisanya. Penulis melakukan analisas dengan memanfaatkan hasil studi pustaka,

khususnya dari sumber-sumber yang relevan dengan penulisan skripsi. Hasil studi

pustaka juga dipakai penulis untuk pendasaran keseluruhan pemikiran skripsi ini.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengambil judul “Peningkatan Pembinaan Iman Remaja melalui

Kaderisasi Pembina dalam membentuk Kepribadian yang Matang Remaja

Katolik di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang, Kalimantan

Barat. Tulisan ini dikembangkan dalam 5 bab.

Bab I: PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang

terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

(30)

Bab II: PEMBINAAN IMAN REMAJA DAN PERANANNYA DALAM

MEMBANTU REMAJA MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG MATANG.

Bab ini mendiskripsikan tentang pembinaan iman dalam membantu remaja

membentuk kepribadian yang matang, tujuan pembinaan iman remaja,

macam-macam pembinaan iman remaja, metode pembinaan iman remaja, dan materi

pembinaan iman remaja. Dalam bab ini juga dibahas mengenai remaja dan

permasalahannya, ciri-ciri remaja, perkembangan remaja, kepribadian remaja,

faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian remaja, kepribadian

yang matang, ciri-ciri kepribadian yang matang, serta peranan pembinaan iman

remaja dalam membentuk kepribadian yang matang.

Bab III: PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI SALIB

SUCI, NANGA TEBIDAH, KEUSKUPAN SINTANG, KALIMANTAN

BARAT. Dalam bab ini penulis akan mendiskripsikan tentang gambarana umum

Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, yang terdiri dari sejarah paroki, visi-misi

paroki, kegiatan umat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, dan gambaran

pelaksanaan pembinaan iman remaja. Metodologi penelitian yang terdiri dari, latar

belakang penelitian, tujuan penelitian, waktu penelitian, prosedur penelitian,

definisi operasional variabel, responden, metode penelitian, teknik pengumpulan

data, variabel penelitian, instrumen penelitian, dan tenik analisis data. Hasil

penelitian dan pemabahsan peneilitan serta kesimpulan penelitian yang dilakukan

terhadap remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Sintang, Kalimantan Barat.

Bab IV: KADERISASI PEMBINA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA

(31)

MEMBANTU REMAJA MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG MATANG

DI PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH. Pada bab ini penulis akan

membahas empat pokok bahasan. Pokok bahasan yang pertama yakni

memaparkan upaya-upaya meningkatkan pembinaan iman remaja di Paroki Salib

Suci Nanga Tebidah melalui berbagai macam kegiatan pembinaan iman remaja,

pemilihan dan pengolahan materi pembinaan iman remaja, penggunaan metode

yang bervariasi, dan melalui pelatihan para pembina iman remaja. Pokok bahasan

yang kedua yakni mengenai kaderisasi pembina dalam meningkatkan pembinaan

iman remaja, yang terdiri dari pengertian kaderisasi dan tujuan kaderisasi. Pokok

bahasan yang ketiga yakni mengenai usulan program kaderisasi pembina iman

remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, yang terdiri dari pengertian program

kaderisasi, tujuan program kaderisasi, latar belakang kaderisasi, tema dan tujuan

kaderisasi, dan petunjuk pelaksanaan. Pokok bahasan yang keempat yakni

mengenai contoh satuan persiapan pelaksanaan kaderisasi.

Bab V: PENUTUP. Pada bab V ini berisi saran dan kesimpulan yang

berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di Paroki Salib Suci Nanga

(32)

11

BAB II

PEMBINAAN IMAN REMAJA DAN PERANANNYA DALAM MEMBANTU REMAJA

MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG MATANG

Kepribadian adalah suatu ciri khas yang dimiliki oleh individu. Kepribadian

merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik yang

menentukan tingkahlaku dan pemikiran indvidu (Gordon W. Allport, dalam

Paulus Budiraharjo, 1996: 81). Pada masa remaja peluang dalam pembentukan

kepribadian sangat besar, karena remaja berada pada tahap pencarian identitas

diri. Kepribadian remaja dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari

luar diri.

Remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan

kepribadian, sangat membutuhkan pembinaan. Pembinaan untuk membantu

remaja membentuk kepribadian dapat berupa pembinaan iman. Dalam tulisan ini

akan dipaparkan tiga uraian pokok yang meliputi remaja dan pembentukan

kepribadian, pembinaan iman remaja, dan peranan pembinaan iman dalam

membentuk kepribadian yang matang.

A. Remaja dan Pembentukan Kepribadian yang Matang

Remaja adalah orang yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan

perkembangan dalam segala aspek kehidupan. Dalam perkembangannya itu,

remaja banyak mengalami berbagai permasalahan dalam dirinya. Cara yang

(33)

tindakannya sebagai suatu reaksi atas permasalahan yang menghampiri dirinya,

dan lambat laun akan menjadi pola tingkah laku yang khas dimiliki oleh remaja,

yang mencerminkan kepribadiannya. Kepribadian yang muncul dalam diri remaja

merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan hidup di mana ia banyak

menghabiskan waktunya. Secara lebih rinci di bawah ini akan dibahas satu persatu

mengenai remaja dan pembentukan kepribadiannya.

1. Remaja

a. Pengertian dan Batas Usia Remaja

Istilah remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti to

grow atau to grow maturity dalam bahasa indonesia yang berarti “tumbuh” atau

“tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang dipergunakan mempunyai

arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

Hal ini diungkapkan oleh Piaget, yang mengatakan bahwa secara psikologis masa

remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya dalam masalah hak

(Hurlock, 1980: 206).

Hurlock sendiri mengemukakan pengertian remaja bertolak dari pemahaman

tentang usia. Ia mengatakan bahwa remaja adalah mereka yang berada pada usia

13-18 tahun. Pada usia ini remaja mengalami masa yang penting dalam rentang

kehidupan, mengalami periode peralihan, mengalami masa perubahan, mengalami

(34)

menakutkan, mengalami masa yang tidak realistik dan tengah menginjak ambang

masa dewasa (Hurlock, 1980: 206).

Monks, mengatakan bahwa remaja tidak mempunyai tempat yang jelas.

Remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak juga termasuk golongan

dewasa. Ia melihat bahwa remaja berada di antara anak dan orang dewasa

(Monks, dkk, 1982: 216).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa remaja adalah orang

yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan dalam segala

aspek kehidupan. Remaja berada pada masa peralihan antara masa kanak-kanak

menuju dewasa. Dalam masa ini ia mengalami pertumbuhan dan perkembangan,

baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Remaja bukanlah

anak-anak baik bentuk badan, cara berpikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang

dewasa yang telah matang.

Dalam masa ini remaja juga mengalami banyak permasalahan yang timbul

sebagai akibat dari perkembangan yang ia alami. Dalam perkembangannya itu

remaja ingin mengetahui tentang identitas dirinya. Upaya pencarian identitas diri

dilakukan oleh remaja, baik dengan meniru orang dewasa maupun dengan

mencoba-coba hal yang baru. Dalam upaya pencarian identitas diri, timbul suatu

ketakutan dalam diri remaja karena apa yang biasanya diharapkan oleh remaja

tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Stanley Hall, ia mengatakan bahwa remaja

adalah orang muda yang berusia antara 12-23 tahun yang sedang berada pada

(35)

(storm and stress). Remaja mengalami pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

perubahan suasana hati. Banyak permasalahan yang dialami oleh remaja dalam

pencarian identitas dirinya (Santrok, 2007: 6).

Batas usia remaja berada pada rentang 13-18 tahun. Seperti yang telah

dikemukakan oleh Hurlock mengenai batas usia remaja. Usia remaja berkisar

antara13-18 tahun. Hurlock membagi usia remaja dalam dua periode, yakni

remaja awal dan remaja akhir. Ia mengatakan bahwa awal usia remaja

berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir usia

remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang

secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang

sangat singkat (1980: 206).

Sedangkan menurut WHO (World Health Organization) batasan usia remaja

adalah 12-24 tahun, WHO menyebutkan usia remaja pria dimulai pada usia 14

tahun dan usia 12 tahun pada remaja wanita. Sedangkan menurut Stanley Hall

usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun (Santrock, 2007: 6).

Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, dapat dilihat bahwa

mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat

bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang

dan remaja yang diperpendek. Berdasarkan batasan tersebut dapat dikatakan

bahwa usia remaja merupakan usia anak tengah menginjak usia sekolah, remaja

awal berada di bangku SMP dan remaja akhir berada di bangku SMA atau awal

perkuliahan. Di sini penulis mengambil batas usia remaja seperti yang telah

(36)

b. Ciri-ciri Remaja

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan sangat

berpengaruh bagi setiap orang, di mana pada masa remaja terjadi berbagai macam

perubahan dalam diri seseorang. Pada masa remaja, seorang remaja memiliki

ciri yang dapat kita lihat. Di bawah ini akan diuraikan satu persatu mengenai

ciri-ciri remaja (Hurlock, 1990: 207-209)

1. Mempunyai daya imajinasi dan fantasi yang tinggi serta cenderung

tidak realistik

Perkembangan kognitif yang dialami oleh remaja menyebabkan ia dapat

mempunyai imajinasi dan fantasi yang tinggi. Perkembangan kognitif ini

memampukan ia untuk berpikir melampaui batas normal. Daya imajinasi dan

fantasi yang tinggi mengakibatkan mereka sering kali tidak berpikir secara

realistik, serta mengakibatkan mereka kadang-kadang tidak dapat menerima

keadaan yang sebenarnya. Daya imajinasi yang dimiliki oleh remaja dapat

membuatnya sangat kreatif dalam melakukan sesuatu.

2. Mudah terpengaruh oleh dunia luar dan mudah meniru apa yang

dilakukan oleh orang dewasa

Dalam pencarian jati diri, remaja belum mampu menentukan arah dan

tujuan hidup yang pasti. Remaja mudah sekali terpengaruh oleh dunia luar, seperti

terpengaruh untuk melakukan tindakan-tindakan yang ia lihat dari media dan

terpengaruh untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Remaja rentan

(37)

3. Sering mencoba-coba hal yang baru

Keingintahuan akan segala sesuatu sangat tinggi pada remaja, oleh karena

itu mereka mulai menganalisis dan mencari tahu segala sesuatu yang menarik bagi

dirinya. Dalam upaya pencarian jati diri, remaja sangat ingin tahu tentang siapa

dirinya. Segala macam upaya mereka lakukan untuk menemukan jati dirinya, oleh

karena itu mereka suka sekali pada hal baru dan mencoba-coba hal yang baru

yang belum mereka ketahui sebelumnya. Semua itu mereka lakukan dalam upaya

pencarian jati diri.

4. Belum dapat menentukan arah dan tujuan hidup yang pasti

Salah satu ciri remaja lainnya adalah belum dapat menentukan arah dan

tujuan hidup yang pasti. Daya imajinasi dan fantasi yang tinggi serta cenderung

tidak realistik membuat remaja susah untuk dapat menentukan arah dan tujuan

hidup yang pasti. Mereka masih sering goyah dalam menentukan arah dan tujuan

hidup. Remaja juga sering ikut-ikutan teman/kelompok dalam menentukan tujuan

hidup. Remaja juga belum dapat mengembangkan sikap, keterampilan dan

kecakapan yang dimiliki, mereka juga belum dapat bertanggungjawab atas

perbuatan yang mereka lakukan. Remaja cenderung lari dari masalah dan tidak

mau berusaha menyelesaikan masalah yang kerap menghampirinya. Ia belum

mampu mengambil keputusan.

5. Memiliki emosi yang belum stabil

Remaja yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan seringkali

(38)

dari pergaulan dengan sesama di lingkungan dirinya. Hal ini mengakibatkan

terjadi gejolak emosi yang tidak stabil pada remaja. Ketidakstabilan emosi pada

remaja, mengakibatkan ia mudah sekali terpengaruh dan terbakar amarah jika

menemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ketidakstabilan

emosi yang ada pada remaja membuatnya mudah sekali untuk dipengaruhi oleh

sesuatu di luar dirinya.

c. Perkembangan Remaja

Dalam perjalanan hidupnya, manusia selalu mengalami perkembangan,

begitu juga dengan remaja. Menurut para ahli pada saat memasuki masa remaja

yang berkisar antara berusia 13-18 tahun terjadi perkembangan dalam dirinya baik

itu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan moral,

perkembangan emosi, perkembangan sosial dan perkembangan iman yang saling

berkaitan. Untuk lebih jelas di bawah ini akan diuraikan secara lebih lanjut

mengenai perkembangan remaja.

1) Perkembangan fisik

Dalam diri remaja perkembangan fisik yang terjadi dapat dilihat, diamati

dan dirasakan. Piaget mengatakan bahwa perkembangan fisik adalah

perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensori, dan keterampilan motorik.

Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,

pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi

reproduksi. Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada remaja terjadi dengan

(39)

mengatur bagian tubuh remaja pada masa ini mengakibatkan terjadinya

perkembangan yang begitu cepat pada masa remaja. Pada masa remaja

organ-organ sekunder juga sudah mulai nampak pada dirinya. Pada wanita terjadi

menstruasi dan pria mengalami mimpi basah yang menandakan bahwa telah

berfungsinya organ sekunder pada remaja.

Perubahan fisik yang terjadi karena perkembangan yang terjadi dalam diri

remaja mengakibatkan remaja menjadi tidak nyaman akan keadaan dirinya.

Kadang remaja menunjukkan sikap malu, minder, tidak percaya diri dan takut

menghadapi perubahan yang terjadi dalam dirinya. Keadaan fisik pada masa

remaja dipandang sebagai hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak

sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self

picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga,

perkembangan fisik yang tidak proporsional mengakibatkan remaja tidak percaya

diri menerima keadaannya. Remaja memprihatinkan perubahan fisik yang terjadi

pada dirinya (Hurlock, 1980: 210-212).

Bersamaan dengan perkembangan fisik, remaja juga mulai menghadapi

masalah-masalah yang berhubungan dengan seks dan pergaulan dengan lawan

jenis. Pada saat itu mereka sudah cukup besar, tetapi belum siap benar untuk

memasuki pergaulan dengan lawan jenis, mereka mampu mengambil perilaku

yang sesuai dan mengatasi problem-problem yang tersangkut di dalamnya. Secara

biologis mereka sudah cukup masak untuk pengalaman seksual, tetapi mereka

belum sanggup bertanggungjawab atas hidup perkawinan (Mangunhardjana,

(40)

2) Perkembangan kognitif

Jean Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan

kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan

sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk

berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap

operasi formal. Tahap operasi formal adalah suatu tahap di mana seseorang sudah

mampu berpikir secara abstrak, fleksibel dan kompleks dan juga mampu untuk

berpikir lebih logis. Kualitas abstrak dari pemikiran di tahap operasional formal

pada remaja terbukti dalam kemampuan mereka untuk memecahkan masalah

secara verbal. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau

penjelasan tentang suatu hal yang terjadi (Santrock, 2007: 123-131).

Pada usia ini, remaja juga memasuki tahapan kematangan intelek yang

pesat. Tahap ini merupakan awal berpikir ilmiah pada diri remaja. Remaja mulai

mampu berpikir jauh melebihi dunia nyata dan keyakinannya sendiri, yaitu

memasuki dunia ide-ide. Contohnya, remaja dapat memakai pendekatan sistematis

untuk memecahkan masalah dengan tidak hanya mendasarkan diri pada meniru

orang lain. Remaja juga dapat berpikir reflektif, mengevaluasi pemikiran,

imajinasi yang ideal, dan berpikir abstrak. Remaja juga dapat berpikir mengenai

konsep, berpikir menggunakan proporsi dan perbandingan, mengembangkan teori

dan mempertanyakan hal-hal yang bersifat etis. Remaja sudah mulai mempunyai

pola berpikir sebagai peneliti, mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk

mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2007: 124-125).

(41)

kritis, remaja dapat menggali pengertian tentang diri mereka sendiri, membentuk

gambaran diri mereka, peranan yang diharapkan dari mereka, panggilan hidup dan

masa depan mereka. Oleh karena itu, remaja kerap nampak resah, suka

menyendiri dan melamun (Mangunhardjana, 1986: 13).

3) Perkembangan moral

Menurut L, Kholberg, perkembangan moral remaja berada pada tahap

ketiga yakni moralitas paskakonvensional (pascaconvensional morality). Tahap

ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap.

Tahap pertama, individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan

moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral.

Dalam artian standar moral dapat diperbaiki atau dirubah tergantung dari situasi

dan permasalahan yang dihadapkan pada prinsip moral tersebut. Tahap kedua,

individu menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal yang diinternalisasi,

terlebih untuk menghindari hukuman. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada

rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat

pribadi (Hurlock, 1980: 225).

Orientasi moral pada tahap ini adalah pada tingkat: siapa yang memegang

kekuasaan, dialah yang harus dihormati. Remaja mulai senang menegakkan

hukum dan disiplin, gemar memperhatikan kewajiban-kewajiban yang harus

dilakukan oleh orang, dan bagaimana harus memperhatikan tata kehidupan sosial

untuk kepentingan ketertiban keamanannya sendiri. Pada usia ini, remaja mulai

memperhatikan kehidupan masyarakat. Kewajiban dan penghormatan diberikan

(42)

etika atau moral untuk memelihara masyarakat. Perkembangan moral remaja

terjadi pada tingkat konvensional dimana remaja mau menerima persetujuan dan

ketidaksetujuan dari orang lain kemudian merefleksikan dan mengevaluasikan

konsekuensinya.

Selain itu, perkembangan moral remaja juga mencapai pada tahap dimana

remaja dapat menentukan suatu tindakan yang benar dan yang salah, mana yang

baik dan mana yang buruk (Duska, 1982: 60). Dalam perkembangan moral,

remaja juga membentuk kode moral sendiri berdasarkan konsep benar salah yang

telah diubah dan diperbaiki agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih

matang dan yang telah dilengkapi dengan hukum-hukum dan peraturan yang

dipelajari dari orang tua dan gurunya. Remaja juga melengkapi kode moralnya

dengan pengetahuan yang diperolehnya dari pelajaran agama. Remaja mencari

patokan moral, yang dapat mereka pergunakan sebagai alat untuk menentukan

mana yang baik dan benar, mana yang tidak baik dan tidak benar serta penentuan

pegangan yang dapat mereka pergunakan sebagai pedoman hidup

(Mangunhardjana, 1986: 15).

4) Perkembangan emosi

Perkembangan emosi pada remaja erat kaitannya dengan kehidupan sosial.

Situasi dan keadaan sosial di mana remaja berada, sangat mempengaruhi

perkembangan emosinya. Selain keadaan dan situasi yang ada dalam dirinya,

hubungan remaja dengan orang lain di luar dirinya, seperti teman sebaya,

keluarga, dan masyarakat sekitar turut mempengaruhi perkembangan emosinya.

(43)

karena mereka menghadapi kondisi baru yang berbeda dari masa anak-anak.

Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan emosi dari waktu ke waktu,

sebagai konsekuensi dari penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan

sosial baru. Pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku

emosional remaja. Gesell dan kawan-kawan mengemukakan bahwa remaja empat

belas tahun sering kali mudah marah, mudah dirangsang dan emosinya cenderung

“meledak” tidak berusaha mengendalikan emosinya. Sebaliknya remaja enam

belas tahun mengatakan bahwa mereka “tidak memiliki keprihatinan”. Jadi

adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya

awal masa remaja.

Pola emosi remaja sama dengan pola emosi masa anak-anak, hanya yang

membedakannya terletak pada rangsangan yang dapat membangkitkan emosi dan

derajatnya, khususnya pada pengendalian emosi mereka. Remaja tidak

mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak,

melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras

mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah. Remaja mengalami

kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya di

hadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk

mengungkapkan emosinya dengan cara yang dapat diterima. Kematangan lain

yakni seperti menilai situasi secara kritis sebelum beraksi secara emosional, tidak

lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya (Hurlock, 1980: 212-213).

Selain dipengaruhi keadaan sekitar, perkembangan emosional remaja juga

(44)

terjadi perubahan pada keseimbangan hormon dalam tubuh remaja yang

mempengaruhi situasi emosionalnya. Perkembangan emosional nampak pada

semangat mereka yang meletup-letup, perpindahan gejolak hati yang cepat,

munculnya sikap-sikap masa bodoh, keras kepala dan tingkah laku yang tidak

jarang hingar-bingar. Dengan munculnya berbagi letupan hati itu, mereka

lama-lama dapat menangkap berbagai emosi dan memahami arti kata yang

berhubungan dengan perasaan-perasaan positif, seperti: bahagia, senang,

bersemangat, puas, berani, cinta, optimis, percaya diri, terharu, terdukung,

bangga, diterima; dan perasaan negatif, seperti sedih, jemu, tak bersemangat,

marah, malu, bingung, sepi, takut, pesimis, cemas, apatis. Masalah yang dihadapi

sekitar perkembangan emosi adalah bagaimana menilai baik-buruk emosi dan

bagaimana menguasai dan mengarahkannya (Mangunhardjana, 1986: 14).

5) Perkembangan sosial

Perkembangan sosial remaja menyangkut perluasan jalinan hubungan

dengan orang lain. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan

kelompok teman sebaya dibandingkan dengan orang tua. Dalam diri remaja ada

keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebaya (peer

group). Perkembangan sosial pada remaja nampak dalam wawasan sosial remaja

yang semakin membaik. Hal ini karena remaja sudah memasuki tahap

perkembangan dan identitas yang baru, dia bukan lagi anak-anak melainkan sudah

hampir memasuki masa dewasa. Remaja menyerupai orang dewasa karena

perekembangan fisik yang terjadi pada dirinya. Remaja mulai berperilaku

(45)

teman sebaya. Kelompok teman sebaya ini akan memberikan pengaruh yang

sangat kuat, bahkan kadangkala melebihi pengaruh keluarga. Penentuan diri

remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman

sebaya.

Perkembangan sosial remaja nampak dari berbagai kegiatan sosial yang

banyak dilakukan oleh remaja. Remaja merasa turut bertanggungjawab atas

kegiatan sosial yang ada di lingkungannya. Hal ini membuat remaja mau

berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang ada di masyarakat, namun dalam

aksinya itu remaja tergabung dalam kelompok teman sebaya. Pada remaja

kelompok teman sebaya memberikan kesempatan kepada mereka untuk melatih

cara mereka dalam bertindak, berperilaku, dan melakukan hubungan sosial

(Hurlock, 1980: 214).

6) Perkembangan iman

Fowler (1995: 134-160) mengatakan bahwa taraf iman remaja disebut

sebagai sintetis convensional. Disebut sintetis karena tidak reflektif dan

unsur-unsurnya tidak analitis, namun dipersatukan dalam keseluruhan struktur global.

Disebut konvensional karena berbagai unsur keyakinan religius didapatkan dari

orang lain, sehingga bersifat solider dan comform dengan sistem masyarakat.

Aspek sintetis berperan dominan karena secara tidak sadar telah membentuk serta

mempengaruhi secara operatif seluruh kegiatan, perasaan, pikiran, motivasi, dan

pilihan hidup remaja.

Remaja membentuk sikapnya terhadap hidup melalui apa yang dipercayai

(46)

keluarganya. Ini disebabkan karena semakin luasnya perhatian maupun pergaulan

para remaja. Oleh karenanya, para pendidik harus dapat menolong para remaja

agar mereka dapat memperoleh orientasi di berbagai bidang secara lebih luas dan

mengintegrasikan berbagai informasi maupun nilai-nilai untuk pembentukan

kepribadian, identitas, maupun pandangan hidupnya. Seringkali tahapan ini

disebut tahapan “membebek” atau konformis. Artinya, remaja hanya mengikuti

yang dikatakan atau yang ditentukan oleh penilaian orang lain. Meskipun

demikian, sering kali mereka ragu-ragu terhadap identitas diri, kesanggupan diri

untuk menilai yang baik dan yang tidak baik, yang benar dan yang tidak benar.

Bagi remaja, Allah adalah pribadi yang paling berperan dalam hidupnya.

Dia menjadi sahabat yang paling karib. Di lubuk hati remaja, ada komitmen dan

loyalitas yang sangat mendalam terhadap Allah. Pada tahap ini, Allah dipandang

sebagai “Allah kelompok” atau “Allah kolektif” yang konvensional. Lewat

perantaraan Allah yang konvensional, remaja sanggup menyesuaikan diri secara

konformistis dengan harapan dan penilaian orang serta kelompok. Ia merasa

terikat dengan Allah yang konvensional karena belum memiliki kemampuan batin

untuk secara pribadi dan mandiri menyusun suatu gambaran tentang Allah

berdasarkan gaya identitas diri yang mantap dan otonom, dan tidak tergantung

sepenuhnya kepada orang lain (James Fowler, 1995: 134-160).

Remaja menaruh minat pada agama dan menganggap bahwa agama

berperan penting dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan

membahas masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di sekolah dan

(47)

mulai meragukan konsep dan keyakinan religiusnya pada masa kanak-kanak dan

oleh karena itu, periode remaja disebut dengan keraguan religius. Pada remaja

juga terjadi pola perubahan minat religius.

Pola perubahan minat religius remaja yang pertama yakni disebut dengan

periode kesadaran religius. Pada periode ini remaja menunjukkan ketertarikan dan

kesadaran akan peranan agama. Pada saat remaja mempersiapkan diri menjadi

anggota Gereja yang dianut orang tua, minat religius meninggi. Sebagai akibat

dari meningkatnya niat ini, ia menjadi bersemangat mengenai agama,

sampai-sampai ia mempunyai keinginan untuk menyerahkan kehidupannya untuk agama,

dan malah meragukan keyakinan yang diterima mentah-mentah selama masa

kanak-kanak. Tidak hanya itu, pada periode ini remaja juga seringkali

membandingkan keyakinannya dengan keyakinan teman-teman, atau menganalisis

keyakinannya secara kritis sesuai dengan meningkatnya pergaulan remaja.

Pola perubahan minat religius remaja yang kedua disebut periode keraguan

religius. Pada periode ini remaja sering bersikap skeptis pada pelbagai bentuk

religius, seperti berdoa dan upacara-upacara Gereja yang formal, dan kemudian

mulai meragukan isi religius, seperti ajaran mengenai sifat Tuhan dan kehidupan

setelah mati. Bagi beberapa remaja keraguan ini dapat membuat mereka kurang

taat pada agama, sedangkan remaja yang lain berusaha untuk mencari

kepercayaan lain yang dapat lebih memenuhi kebutuhan daripada kepercayaan

yang dianut oleh keluarga.

Setelah mengalami tahap keraguan religius, lambat atau cepat remaja

(48)

kanak-kanak tidak lagi memuaskan. Bila hal ini terjadi, ia mencari kepercayaan baru,

kepercayaan pada sahabat karib sesama jenis atau lawan jenis, atau kepercayaan

pada salah satu kultus agama. Periode yang terakhir ini disebut dengan periode

rekonstruksi agama (Hurlock, 1990: 222).

d. Permasalahan Remaja

1) Permasalahan dalam diri

Permasalahan dalam diri remaja meliputi permasalahan fisik, kognitif,

emosi, moral, sosial, dan permasalahan iman. Berkaitan dengan permasalahan

fisik, dalam perkembangannya remaja sering merasa tidak nyaman. Permasalahan

remaja yang terjadi akibat perkembangan fisik dirasakan oleh remaja awal ketika

mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya

permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan dan

keprihatinan terhadap keadaan fisik yang dimilikinya, yang kadang kala tidak

sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Remaja kadang tidak dapat menerima

dirinya apa adanya. Ketidakpuasan akan diri ini erat kaitannya dengan distres

emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri,

merokok dan perilaku makan yang maladaptif (Hurlock, 1990: 210-212).

Permasalahan kognitif pada remaja dikarenakan adanya perkembangan

kognitif dalam dirinya. Remaja sudah dapat berpikir logis, abstrak, konkret dan

sudah dapat menganalisa, mengevaluasi dan merefleksi segala sesuatu yang

terjadi. Permasalahan kognitif yang terjadi disebabkan apa yang dievaluasi tidak

sesuai dengan apa yang dipikirkan dan diimajinasikan oleh remaja. Hal ini karena

(49)

memasuki dunia ide-ide yang idealistik. Dengan kecakapan berpikir abstrak dan

kritis, remaja menggali pengertian tentang mereka sendiri, membentuk gambaran

diri, peranan yang diharapkan dari mereka, panggilan hidup dan masa depan

mereka. Hal ini merupakan masalah yang tidak ringan bagi remaja

(Mangunhardjana, 1986: 13).

Permasalahan emosi remaja muncul karena adanya perkembangan emosi

pada dirinya. Remaja sering tidak mampu menahan emosinya, sehingga sering

terjadi luapan emosi ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang ia

harapkan. Hal ini sebagai akibat dari ideologi-ideologi yang ada dalam diri remaja

sering kali tidak realistik. Semakin tidak realistik ideologi dan pemikirannya

semakin ia menjadi emosi jika kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang ia

pikirkan, hal ini menimbulkan permasalahan dalam diri remaja. Remaja juga

memiliki pikiran dan cita-cita yang tidak realistik, sehingga apa bila cita-citanya

tidak tercapai remaja merasa gagal, ini mengakibatkan permasalahan dalam diri

remaja. Tidak hanya itu, ketidakstabilan emosi yang ada pada remaja

mengakibatkan permasalahan muncul pada remaja, ketidakstabilan emosi ini

dapat berdampak pada permasalahan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

Keadaan emosi selama masa remaja cenderung tidak stabil (Hurlock, 1990: 212,

235). Keadaan emosi yang tidak stabil memengaruhi perasaan dan suasana hati

remaja. Permasalahan yang kerap menghampiri remaja yang dipengaruhi

perkembangan emosional adalah bagaimana menilai baik-buruknya emosi dan

(50)

Permasalahan dalam diri remaja yang berhubungan dengan kehidupan sosial

sering disebabkan oleh adanya kesenjangan antara dirinya dengan teman sebaya,

keluarga dan masyarakat. Erikson mengatakan bahwa dalam perkembangannya

remaja sering kali mencari kejelasan identias dirinya dalam kehidupan bersama

masyarakat dan orang-orang disekelilingnya. Dalam pencarian identitas dirinya

remaja sering menemukan permasalahan, remaja sering mengalami krisis

identitas. Remaja mengalami masa badai dan tekanan (strom and stress). Remaja

mendapat banyak tekanana dalam hubungannya dengan teman sebaya, di satu sisi

ia ingin menjadi diri sendiri, di sisi lain ia ingin diakui dalam lingkungan

kelompok sebaya. Hal ini membuat remaja harus menyesuaikan diri dengan

prinsip kelompok teman sebaya dan juga mengakibatkan tekanan dalam diri

remaja. Remaja mengalami kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam

gerakan, sehingga ada perasaan kosong akibat perombakan pendapat dan petunjuk

hidup yang beragam.

Permasalahan iman remaja, berkaitan dengan perkembangan iman yang

dialami oleh dirinya. Remaja mengalami keraguan religius, mereka seringkali

bertindak tidak mempercayakan dan mempertanyakan konsep iman yang diyakini

oleh keluarganya yang ia ikuti ketika masih kecil (Hurlock, 1990: 222).

Kadangkala apa yang remaja pikirkan tentang Tuhan, agama, dan hal-hal yang

terkait di dalamnya tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi, di sinilah

keragu-raguan remaja muncul. Remaja mencari kejelasan tentang hubungan dengan Yang

Mutlak, mereka mau mengetahui segi-segi yang paling dalam tentang Yang

(51)

mempertanyakan apa arti Yang Mutlak, arti hidup, arti agama, agama dan ibadat,

agama dan hidup, agama dan kejahatan, dan arti hidup sesudah mati

(Mangunhardjana, 1986: 16).

2) Permasalahan dengan keluarga

Kesenjangan nilai dan norma yang ada dalam keluarga menyebabkan terjadi

konflik remaja dengan keluarga. Konflik juga terjadi karena kurangnya perhatian

dan pengertian dari orang tua. Permasalahan dengan keluarga juga terjadi karena

remaja kurang mendengarkan orang tua, menurunnya wibawa orang tua di mata

remaja, pengaruh media komunikasi (TV, radio, majalah, koran, film), keluarga

broken home, dan posisi anak dalam keluarga. Hal ini mengakibatkan remaja

merasa kurang merasa damai, tidak aman dan tidak terlindungi. Remaja tidak

krasaan tinggal di rumah. Permasalahan dengan keluarga membuat remaja

kehilangan kesempatan dan tantangan untuk berkembang sepenuhnya

(Tangdilintin, 1984: 41).

Adanya pertentangan antara remaja dan orang tua dalam hal prinsip

mengakibatkan hubungan remaja dengan anggota keluarga menjadi kurang baik.

Adanya “kesenjangan generasai” antara remaja dan orang tua, dikarenakan adanya

perubahan radikal dalam nilai dan standar perilaku yang biasanya terjadi dalam

setiap perubahan budaya yang pesat. Kesenjangan generasi yang paling menonjol

terjadi di bidang norma sosial. Banyak remaja menganggap bahwa orang tua tidak

mengerti mereka, peraturan dan standar yang ditetapkan oleh orang tua tidak

sesuai dengan dirinya dan perkembangan zaman sekarang. Mereka menganggap

(52)

disiplin yang digunakan oleh orang tua dianggap tidak adil atau kekanak-kanakan,

mengakibatkan adanya pemberontakan remaja terhadap orang tua.

Hubungan dengan saudara kandung dapat menimbulkan pertentangan antara

remaja dengan orang tua, karena remaja menganggap orang tua pilih kasih.

Remaja merasa jadi korban dalam keluarga seperti merawat adik, dapat menjadi

sumber permasalahan pada remaja. Selain itu, sikap kritis remaja juga kadang kala

tidak disukai oleh orang tua, hal ini merupakan salah satu sumber pertentangan di

antara remaja dengannya. Besarnya keluarga dan perilaku yang kurang matang

dalam keluarga mengakibatkan sumber pertentangan dan permasalahan remaja.

Biasanya keluarga yang terdiri dari tiga atau empat anak lebih sering terjadi

pertentangan dibandingkan dengan keluarga kecil. Sikap orang tua yang

menghukum remaja bila remaja mengabaikan tugas dan tanggungjawabnya,

mengakibatkan remaja membenci dan tidak menyukai orang tua. Pemberontakan

yang dilakukan remaja dan masalah pergaulan remaja juga menjadi sumber

pertentangan dengan keluarga (Hurlock, 1990: 232-233).

3) Permasalahan dengan masyarakat

Anggapan bahwa remaja adalah orang yang tidak dapat bertanggungjawab

mengakibatkan sumber pertentangan dan permasalahan bagi remaja dengan

masyarakat. Norma yang ditetapkan oleh masyarakat sering bertentangan dengan

apa yang ada dalam konsep remaja. Anggapan stereotip pada remaja membuat

remaja merasa tidak nyaman dengan keadaan dirinya. Hal ini mengakibatkan

sumber permasalahan remaja dengan masyarakat (Hurlock, 1990: 208). Nilai-nilai

(53)

moral yang ditanamkan dalam keluarga, sehingga remaja berbenturan dengan

masyarakat. Terlebih nilai moral dalam pergaulan dengan teman sebaya yang

seringkali berbeda dengan nilai moral yang ada dalam masyarakat, ini

mengakibatkan suatu dilema pada remaja. Aturan ketat dalam masyarakat yang

serba imperatif dan keseragaman perilaku yang ditetapkan mengurangi tantangan

dan daya cipta pada diri remaja. Remaja merasa kurang diberi kesempatan

mengemukakan pendapat dan berdialog secara leluasa, sehingga remaja merasa

apatis, frustasi, dan merasa tidak aman dalam transisi (Tangdilintin, 1984: 42).

2. Pembentukan Kepribadian yang Matang pada Remaja

Kepribadian merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem

psiko-fisik yang menentukan tingkahlaku dan pemikiran individu (Schultz,1991: 29-35).

Kepribadian merupakan sesuatu yang khas dan unik dalam diri seseorang. Setiap

orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian sangat penting bagi

manusia. Dalam kaitannya dengan remaja, kepribadian adalah ciri, karakteristik,

gaya atau sifat-sifat yang khas dalam diri remaja. Pembentukan kepribadian

remaja dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam

yang mempengaruhi pembentukan kepribadian remaja terdiri dari pengaruh

perkembangan fisik, motivasi dalam diri dan fakor genetik yang dibawa sejak

lahir. Sedangkan faktor dari luar yakni keluarga, sekolah, masyarakat dan agama.

Kepribadian juga mengalami tahap-tahap perkembangan dalam proses

pembentukannya. Memiliki kepribadian yang matang sangat penting bagi remaja

dalam menjalankan kehidupannya bersama dengan orang lain. Remaja perlu

(54)

Untuk dapat lebih mendalaminya di bawah ini akan diuraikan mengenai

pengertian kepribadian, tahap-tahap perkembangan kepribadian, ciri-ciri

kepribadian yang matang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

kepribadian remaja.

a. Pengertian Kepribadian

Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang

terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri

terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan

kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang (Depkes).

Menurut Erich Fromm kepribadian adalah produk kebudayaan. Kepribadian

merupakan sesuatu yang ditentukan oleh kekuatan sosial yang mempengaruhi

individu dalam masa anak-anaknya, juga merupakan kekuatan historis yang

mempengaruhi perkembangan manusia (Paulus Budiraharjo, 1997: 61).

Seperti yang dikemukankan oleh Phares, kepribadian adalah pola khas dari

sikap, pikiran, perasaan, ekspresi, dan tingkah laku yang membedakan seseorang

dengan yang lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan perilaku yang baku,

atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya (Alwisol, 2008: 8).

Selain itu, Bischof juga berbicara tentang pengertian kepribadian dengan

melihat integrasi dari aspek-aspek yang ada dalam diri individu. Ia menyatakan

bahwa kepribadian dapat dilihat sebagai integrasi dari aspek-aspek kognitif,

afektif, konatif dan karakteristik fisik individu seperti yang diperlihatkan dalam

Gambar

Tabel 1 Variabel Penelitian
  Tabel 2         Skor kuesioner
Tabel 3
Table 4 Identitas Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait