PENINGKATAN PEMBINAAN IMAN REMAJA MELALUI KADERISASI PEMBINA
DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG MATANG REMAJA KATOLIK DI PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH,
KEUSKUPAN SINTANG, KALIMANTAN BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh
Paskarada Gerada
071124017
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Tri Tunggal Maha Kudus,
Kedua orang tuaku, Bapak A. Ribut, dan Ibu Kristina
Serta kakak dan adik-adikku, Bernadeta Lilis, Fransiskus, dan Martina Yunita
Terima kasih atas dukungan, perhatian, doa, cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang luar biasa bagiku.
Sahabat sejatiku,
yang selalu setia dan sabar mendampingi dan menyemangatiku, dalam suka maupun duka.
v MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada ku.
(Filipi 4:13)
Segala permasalahan pasti ada penyelesaiannya.
(Penulis)
Tidak ada jalan pintas menuju sukses, jalan pintas terbaik adalah jalan yang panjang, yang pada hakikatnya terdiri atas dua kata yaitu kerja keras.
viii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PENINGKATAN PEMBINAAN IMAN REMAJA MELALUI KADERISASI PEMBINA DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG MATANG REMAJA KATOLIK DI PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH, KEUSKUPAN SINTANG, KALIMANTAN BARAT. Alasan mendasar bagi penulis mengambil judul skripsi ini adalah ingin mengetahui sejauh mana pembinaan iman remaja telah dilaksanakan di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya, sehingga dapat menemukan upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pembinaan iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Pembinaan iman merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam rangka mengembangkan iman seseorang. Kaitannya dengan pembinaan iman remaja adalah agar iman remaja menjadi berkembang sehingga dapat membentuk kepribadian yang matang. Remaja Paroki Salib Suci Nanga Tebidah membutuhkan pembinaan iman dalam membantunya membentuk kepribadian yang matang, karena mereka tengah mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, berada dalam tahap pencarian identitas diri dan banyak mengalami berbagai permasalahan. Pembinaan iman remaja berperan dalam membentuk kepribadian yang matang pada remaja. Pembinaan iman remaja berperan dalam membantu remaja memahami dan menerima diri, menjalin relasi yang baik dengan sesama, menganlisis masalah sosial, mengembangkan keterampilan dan kecakapan, bertanggungjawab dan membantu remaja menentukan arah dan tujuan hidup yang pasti.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian untuk memperoleh pemikiran-pemikiran dan masukan-masukan yang selanjutnya direfleksikan, sehingga diperoleh gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan dalam upaya meningkatkan pembinaan iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Untuk mengkaji masalah ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif.
ix
ABSTRACT
The Enhancement of Teen’s Faith Guidance through Regenarating Guides in Shaping Mature Personality for the Catholic Teen of Nanga Tebidah’s Salib Suci Parish, Diocese of Sintang, West Kalimantan, is the title of this thesis. The main reason for the writer to decide the title is to find out how faith guidance for the teen has been carried out in Nanga Tebidah’s Salib Suci Parish and to find out the supporting and barrier factors, so the writer is able to find ways of enhancing teen’s faith in Nanga Tebidah’s Salib Suci Parish.
Faith guidance is an effort to develop people’s faith. Related to teen faith guidanceit it is to develop teen’s faith in order to gain a mature personality. The teen of Nanga Tebidah’s Salib Suci Parish needs faith guidance to help them establishing their mature personality. Because their phase of growth is in progress, they are experiencing the quest for identity, and undergoing many kind of problems. Teen faith guidance has a role in establishing mature personality for thems. It helps them to understand and perceive themselves, to sustain a good relation with others, to analyze social problem, to develop skills and compentences, to be reponsible and to help the teen decide their ways and purpose of life.
The writer applied library research to gain ideas and suggestions which are later reflected and used as contribution as efforts to enhance teen faith guidance in Nanga Tebidah’s Salib Suci Parish. To analyze the problem formulations, the writer later applied a descriptif qualitative-quantitative research.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
kasih dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul Peningkatan Pembinaan Iman Remaja Melalui Kaderisasi Pembina
Dalam Membentuk Kepribadian Yang Matang Remaja Katolik di Paroki Salib
Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat.
Penulisan skripsi ini sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap remaja
yang tengah dalam pembentukan kepribadian. Remaja Paroki Salib Suci Nanga
Tebidah sangat memerlukan pembinaan iman yang dapat membantunya dalam
membentuk kepribadian yang matang. Pembinaan iman remaja di Paroki Salib
Suci Nanga Tebidah perlu ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan pembinaan iman remaja yakni melalui kaderisasi pembina iman
remaja, supaya pembina dapat membina iman remaja dalam membentuk
kepribadian yang matang.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dengan penuh syukur dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak YH. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum selaku dosen pembimbing utama
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran guna membantu,
membimbing, mengarahkan, memberi masukan dan saran kepada penulis
xi
2. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing akademik
dan dosen penguji II yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis
dalam menyelesaikan studi di sini serta memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Rm. Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ. Selaku Kaprodi IPPAK Universitas Santa
Dharma dan selaku dosen penguji III yang senentiasa memberikan dukungan
dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap Stap Dosen dan Karyawan Prodi IPPAK, yang telah mendukung,
menyemangati, membimbing, mendidik dan mengarahkan penulis selama
menjalankan pendidikan di Prodi IPPAK ini.
5. Keluargaku tercinta, bapak-ibuku; Aloysius Ribut dan Ibu Kristina,
kakak-adikku; Bernadeta Lilis, Fransiskus dan Martina Yunita yang selalu
mendukung dan menyemangatiku dalam menyelesaikan perkuliahan selama
ini.
6. Kepada A. A Kristian yang selalu ada buatku dalam suka dan duka ku dalam
menempuh kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada sahabat-sahabatku Mila, Tika, Ika, Bundalia, Niken yang selalu
mendukung dan menyemangatiku dalam menyelesaikan perkuliahan selama
ini.
8. Kepada teman-teman angkatan 2007-2008 yang telah mendukung,
menyemangati penulis selama perkuliahan.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUl ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPRNTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
DAFTAR TABEL ... xx
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penulisan ... 1
B. Rumusan Permasalahan ... 5
C. Tujuan Penulisan ... 5
D. Manfaat Penulisan ... 6
E. Metode Penulisan ... 8
xiv
BAB II. PEMBINAAN IMAN REMAJA DAN PERANANNYA DALAM MEMBANTU REMAJA MEMBENTUK
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian Remaja ... 44
1)Faktor dari dalam ... 44
a) Faktor genetik ... 44
b) Perkembangan fisik ... 45
xv
C. Peranan Pembinaan Iman bagi Pembentukan Kepribadian Remaja ... 77
1. Pembinaan Iman Membatu Remaja dalam Memahami Diri .. 77
2. Pembinaan Iman Membatu Remaja Menerima Diri ... 79
3. Pembinaan Iman Membantu Remaja Membangun Relasi dengan Orang Lain ... 82
4. Pembinaan Iman Membantu Remaja Memiliki Persepsi yang Realitis ... 88
5. Pembinaan Iman Membantu Remaja dalam Menentukan Arah dan Tujuan Hidup ... 89
xvi
7. Pembinaan Iman Memabantu Remaja Menganalisa dan Bersikap Kritis Serta Terlibat dalam Mengatasi Masalah
Sosial ... 93
BAB III. PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI SALIB SUCI, NANGA TEBIDAH, SINTANG KALIMANATAN BARAT ... 96
A. Gambaran Umum Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 96
1. Sejarah Singkat berdirinya Paroki Salib Suci Nanga Tebidah 96
2. Visi-misi Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 98
3. Kegiatan Umat di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 99
4. Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 100
B. Metodologi Penelitian ... 101
1. Latar Belakang Penelitian ... 101
2. Tujuan Penelitian ... 102
3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 102
4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 102
5. Definisi Operasional Variabel ... 103
a. Pembinaan Iman Remaja ... 103
b. Kepribadian yang Matang ... 103
6. Responden ... 104
7. Jenis Penelitian ... 104
8. Teknik Pengumpulan Data ... 105
9. Variabel Penelitian ... 106
10.Instrumen Penelitian ... 107
a. Pengukuran Instrumen Penelitian ... 107
b. Kisi-kisi dan Indikator Instrumen ... 108
11.Teknik Analisis Data ... 112
C. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang Peranan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 113
xvii
2. Pemahaman Remaja Paroki Salib Suci Nanga Tebidah berkaitan dengan Pengertian Remaja, Ciri-ciri Remaja
dan Pengertian Kepribadian Remaja ... 115
3. Ciri-ciri Kepribadian yang Matang dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian yang
Matang ... 120
4. Pemahaman Remaja akan Pembinaan Iman dan Peranannya
dalam Pembentukan Kepribadian Remaja ... 129
5. Peranan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga
Tebidah dalam Membentuk Kepribadian yang Matang ... 136
6. Hal-hal pendukung dan penghambat dalam kegiatan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 145
7. Upaya-upaya dalam Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja
di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 153
8. Harapan-harapan terhadap Pelaksanaan Pembinaan
Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. ... 157
D. Kesimpulan Penelitian ... 162
1. Pemahaman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah mengenai Remaja, Ciri-ciri Remaja dan Kepribadian
Remaja ... 162
2. Pemahaman mengenai Ciri-ciri Kepribadian yang Matang dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Kepribadian yang Matang ... 164
3. Pemahaman Mengenai Pembinaan Iman dan Peranannya
dalam Pembentukan Kepribadian ... 166
4. Peranan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dalam Membentuk Kepribadian
yang Matang ... 168
5. Hal-hal Pendukung dan Penghambat Pembinaan
Iman Remaja. ... 170
6. Upaya-upaya Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dalam membantu Remaja
Membentuk Kepribadian yang Matang... 171
7. Harapan-harapan Remaja terhadap Kegiatan Pembinaan
xviii
BAB IV. KADERISASI PEMBINA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENINGKATKAN PERANAN PEMBINAAN IMAN REMAJA DALAM MEMBANTU REMAJA MEMBENTUK
KEPRIBADIAN YANG MATANG DI PAROKI SALIB SUCI
NANGA TEBIDAH... 176
A. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 176
1. Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja dengan memberikan alternatif Kegiatan Pembinaan Iman Remaja. .. 177
2. Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja dengan Memilih dan Mengolah Materi Pembinaan Iman Remaja ... 186
3. Meningkatkan Pembinaan Iman Remaja dengan Penggunaan Berbagai Metode Dalam Pembinaan Iman Remaja ... 190
4. Meningkatkan pembinaan Iman Remaja dengan memberikan Pelatihan/ Kaderisasi Kepada Pembina Iman Remaja ... 193
B. Kaderisasi Pembina dalam meningkatkan Pembinaan Iman Remaja ... 196
1. Pengertian Kaderisasi Pembina ... 197
2. Tujuan Kaderisasi ... 198
C. Usulan Program Kaderisasi Pembina Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 200
1. Pengertian Program Kaderisasi ... 200
2. Tujuan Program Kaderisasi pembina iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 201
3. Latar Belakang Program Kaderisasi pembina iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 202
4. Tema dan Tujuan Program Kaderisasi Pembina Iman Remaja. ... 205
5. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 217
D. Contoh Satuan Persiapan Kaderisasi ... 217
BAB V. PENUTUP ... 228
xix
B. Saran ... 232
DAFTAR PUSTAKA ... 234
LAMPIRAN ... 236
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... (1)
Lampiran 2 : Surat Keterangan telah melaksanakan Penelitian ... (2)
Lampiran 3: Panduan Pertanyaan Kuesioner ... (3)
Lampiran 4: Panduan Pertanyaan Wawancara ... (9)
xx
DAFTAR SINGKATAN
A.SINGKATAN KITAB SUCI
Kej : Kejadian Gal : Galatia Mat : Matius Kol : Kolose Ef : Efesus Kel : Keluaran St : Santo
B. SINGKATAN LAIN-LAIN
DPP : Dewan Pastoral Paroki Dkk : dan kawan-kawan Dll : dan lain-lain Jlh : Jumlah
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Komkat : Komisi Kateketik
PPL PAK : Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Pr : Praja
SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan : SD : Sekolah Dasar
SDN : Sekolah Dasar Negeri WK : Wanita katolik
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Variabel penelitian ... 107
Tabel 2 : Skor Kuesioner ... 108
Tabel 3 : Kisi-kisi dan Indikator Instrumen ... 109
Tabel 4 : Identitas Responden ... 114
Tabel 5 : Pemahaman Remaja Paroki Salib Suci Nanga Tebidah berkaitan dengan Pengertian Remaja, Ciri-Ciri Remaja dan Pengertian Kepribadian Remaja ... 115
Tabel 6 : Ciri-ciri kepribadian yang matang dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian yang matang ... 120
Tabel 7 : Pemahaman remaja akan pembinaan iman dan peranannya dalam pembentukan kepribadian remaja ... 129
Tabel 8 : Peranan pembinaan iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dalam membentuk kepribadian yang matang ... 136
Tabel 9 : Hal-hal pendukung dan hal-hal penghambat dalam kegiatan pembinaan iman di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 145
Tabel 10 : Upaya-upaya dalam meningkatkan pembinaan iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 153
Tabel 11 : Harapan-harapan terhadap pelaksanaan pembinaan iman di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah ... 157
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Dalam kehidupan, manusia mengalami proses yang panjang, mulai dari
bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa sampai lansia. Dalam proses tersebut masa
remaja merupakan masa yang penting karena pada masa itulah manusia
mengalami perkembangan yang kompleks. Perkembangan yang dialami oleh
manusia pada masa remaja meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif,
perkembangan sosial, perkembangan emosional, perkembangan moral dan
perkembangan iman.
Masa Remaja juga dikenal dengan masa pencarian identitas diri. Seperti
yang diungkapkan oleh Erikson, dalam pencarian identitas diri, remaja biasanya
mudah sekali untuk meniru-niru dan mencoba-coba hal baru yang ia peroleh di
luar dirinya. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga akan terbentuk sistem
kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya (Erikson,
1989: 181). Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum
terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun
sosialnya (Hurlock, 1980: 208). Selain itu, menurut Satanley Hall masa remaja
dianggap sebagai masa topan-badai dan stress (strom and stress), karena mereka
telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri (Santrock,
untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Remaja perlu dibantu untuk
menentukan tindakan yang harus mereka lakukan.
Remaja juga memiliki daya imajinasi dan fantasi yang tinggi dan cenderung
tidak realistik. Daya imajinasi dan fantasi pada remaja membuatnya menjadi
kreatif jika ia dapat menyalurkannya dan bermanfaat bagi dirinya. Namun jika ia
tidak dapat menyalurkan dan tidak mendapatkan pengarahan, daya imajinasi dan
fantasi tersebut dapat menjadi masalah pada remaja karena cenderung tidak
realistik. Remaja perlu dibantu dalam menyalurkan daya imajinasi dan fantasinya
ke dalam situasi hidup konkret.
Pada umumnya remaja belum dapat memahami dan menerima diri. Banyak
remaja yang tidak dapat mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya, sehingga
mereka tidak dapat menerima diri dan tidak dapat mengembangkan diri. Remaja
juga kadangkala belum dapat membangun relasi yang baik dengan sesama, belum
dapat menganalisis permasalahan yang kerap menghampiri dirinya dan juga
belum dapat menentukan arah dan tujuan hidup yang pasti. Tidak hanya itu
banyak remaja belum dapat mengembangkan keterampilan dan kecakapan yang
ada dalam dirinya dan belum dapat bertanggungjawab atas apa yang dilakukan.
Remaja belum memiliki kepribadian yang matang. Remaja tengah dalam
proses pembentukan kepribadian menuju pada kepribadian yang matang.
Pembentukan kepribadian remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari luar
maupun dari dalam. Faktor-faktor dari luar antara lain keluarga, sekolah,
masayarakat dan agama, sedangkan faktor dari dalam antara lain perkembangan
Remaja membutuhkan pembinaan dalam proses pembentukan kepribadian
menuju pada kepribadian yang matang. Salah satu pembinaan yang dapat
dilakukan dalam membentuk kepribadian yang matang yakni melalui pembinaan
iman. Pembinaan iman adalah suatu usaha untuk menolong remaja dalam rangka
mengembangkan imannya sehingga iman yang telah dimiliki semakin mendalam
dan bahkan mengakar dalam hidupnya. Iman tersebut akan menjadi sikap hidup
yang akan bermuara dalam kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya akan
membantu membentuk kepribadian yang matang. Pembinaan iman dianggap
cocok bagi pembentukan kepribadian remaja karena mampu mengarahkan remaja
untuk dapat memahami dan menerima diri, menjalin relasi dengan sesama,
mengembangkan sikap, kemampuan dan kecakapam, menentukan arah dan tujuan
hidup, menganalisa masalah sosial, dan bertanggungjawab terhadap tugas yang
diemban. Melalui pembinaan iman yang dilakukan secara terus menerus
diharapkan dapat membantu remaja membentuk kepribadian yang matang.
Selama ini remaja yang ada di Paroki Salib Suci, Nanga Tebidah,
Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat juga sudah mendapatkan pembinaan iman.
Mereka telah dibantu untuk bertumbuh mengembangkan diri membentuk
kepribadian yang matang. Pembinaan iman diperoleh pada saat mengikuti
pelajaran Agama, mengikuti persiapan baptis, mengikuti persiapan menyambut
komuni pertama, dan pada saat mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan
oleh Gereja seperti rekoleksi, doa rosario, kemping rohani, ziarah, misa harian,
Usaha-usaha pembinaan iman harus diiringi kesadaran dari remaja untuk
mengembangkan diri ke arah yang lebih baik sesuai dengan ajaran Gereja. Remaja
perlu menerima diri apa adanya dan memandang dirinya sebagai citra Allah.
Remaja dipanggil untuk mengembangkan bakat yang merupakan talenta yang
dikurniakan Allah, sehingga dapat mencapai kepribadian yang matang.
Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, diharapkan dapat terus menerus
memberikan perhatiannya terhadap pelaksanaan pembinaan iman dalam
pembentukan kepribadian remaja. Paroki dapat memberikan perhatian melalui
bermacam-macam cara sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dari pengamatan
penulis Paroki Salib Suci Nanga Tebidah belum sepenuhnya memberi perhatian
terhadap pelaksanaan pembinaan iman bagi para remaja di Paroki. Gereja paroki
mempunyai wewenang dalam membina iman remaja dan sekaligus berkewajiban
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal. Gereja perlu bekerja
sama dengan orang tua, sekolah dan masyarakat untuk melakukan pembinaan
iman kepada remaja dalam membantu remaja membentuk kepribadiannya.
Bertolak dari pemikiran dan kenyataan di atas, maka penulis mengangkat
skripsi ini dengan judul “PENINGKATAN PEMBINAAN IMAN REMAJA
MELALUI KADERISASI PEMBINA DALAM MEMBENTUK
KEPRIBADIAN YANG MATANG REMAJA KATOLIK DI PAROKI SALIB
SUCI NANGA TEBIDAH, KEUSKUPAN SINTANG, KALIMANTAN
BARAT”.
Penulis berharap melalui tulisan ini, dapat mengetahui lebih jauh tentang
memberikan sumbangan yang berguna bagi Paroki Salib Suci Nanga Tebidah
dalam meningkatkan pembinaan iman remaja dalam membentuk kepribadian yang
matang.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
masalah pokok dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa peranan pembinaan iman remaja dalam membentuk kepribadian remaja?
2. Sejauh mana pembinaan iman remaja dalam membentuk kepribadian yang
matang remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang,
Kalimantan Barat sudah diupayakan?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pembinaan iman
remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang Kalimantan
Barat?
4. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembinaan iman
remaja dalam membentuk kepribadian yang matang remaja di Paroki Salib
Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat?
C. Tujuan Penulisan
1. Memaparkan pokok-pokok peranan pembinaan iman remaja dalam
membentuk kepribadian remaja.
2. Memaparkan sejauh mana pembinaan iman remaja dalam membentuk
kepribadian yang matang pada remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah,
3. Memaparkan faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pembinaan
iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang,
Kalimanatan Barat.
4. Memaparkan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pembinaan iman remaja dalam membantu remaja membentuk kepribadian
yang matang di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang
Kalimantan Barat.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Remaja Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Sintang, Kalimantan Barat
Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dapat menambah pengetahuan
dan wawasannya tentang pentingnya mengikuti pembinaan iman. Mereka tergerak
untuk mengikuti kegiatan pembinaan iman yang diadakan. Dengan mengikuti
pembinaan iman, remaja dapat memahami dan menerima diri dengan segala
kelebihan dan kekurangan, dapat menjalin relasi dengan sesama, dapat
mengembangkan keterampilan dan kecakapan, dapat menentukan arah dan tujuan
hidup, dan dapat bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban.
2. Bagi Pembina Iman Remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah
Pembina dapat menambah pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang pentingnya pembinaan iman remaja dan peranannya dalam membentuk
kepribadian yang matang, sehingga para pembina dapat memberikan pembinaan
iman yang sesuai dengan kebutuhan remaja. Para pembina juga dapat mengetahui
matang di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah selama ini. Selain itu para pembina
dapat mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan iman
remaja selama ini, sehingga dapat mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan
dalam meningkatkan pembinaan iman remaja dalam membentuk kepribadian yang
matang. Dengan demikian para pembina dapat memberikan alternatif bentuk
pembinaan kepada remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dalam membentuk
kepribadian yang matang.
3. Bagi Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Sintang, Kalimantan Barat
Skripsi ini sebagai sumbangan dalam membantu meningkatkan pembinaan
iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah dalam membentuk kepribadian
yang matang. Sehingga pembinaan iman remaja di Paroki Salib Suci Nanga
Tebidah dapat terus berkembang dan dapat menjawab kebutuhan remaja, dalam
membentuk kepribadian yang matang.
4. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang luas tentang
pembinaan iman remaja dan peranannya dalam membentuk kepribadian yang
matang. Penulis semakin mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan pembinaan iman remaja dalam membentuk kepribadian yang
matang, sehingga dapat membantu para pembina dalam membina iman remaja di
Paroki Salib Suci Nanga Tebidah. Tulisan ini juga bermanfaat bagi penulis
sebagai bekal di kemudian hari dalam melakukan pembinaan iman dan pelayanan
E. Metode Penulisan
Metode penulisan skripsi ini adalah metode analisis deskriptif yang
memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan
pemecahan yang tepat dan sesuai. Metode deskriptif dilakukan dengan tujuan
utama yaitu menggambarkan sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek
yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2003: 157). Untuk mendapatkan data-data
mengenai permasalahan penulis mengadakan penelitian di Paroki Salib Suci
Nanga Tebidah yang berhubungan dengan pembinaan iman remaja dalam
membentuk kepribadian yang matang. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian yakni pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian yang
diperoleh kemudian penulis diskripsikan ke dalam suatu bentuk laporan disertai
analisanya. Penulis melakukan analisas dengan memanfaatkan hasil studi pustaka,
khususnya dari sumber-sumber yang relevan dengan penulisan skripsi. Hasil studi
pustaka juga dipakai penulis untuk pendasaran keseluruhan pemikiran skripsi ini.
F. Sistematika Penulisan
Tulisan ini mengambil judul “Peningkatan Pembinaan Iman Remaja melalui
Kaderisasi Pembina dalam membentuk Kepribadian yang Matang Remaja
Katolik di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang, Kalimantan
Barat. Tulisan ini dikembangkan dalam 5 bab.
Bab I: PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
Bab II: PEMBINAAN IMAN REMAJA DAN PERANANNYA DALAM
MEMBANTU REMAJA MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG MATANG.
Bab ini mendiskripsikan tentang pembinaan iman dalam membantu remaja
membentuk kepribadian yang matang, tujuan pembinaan iman remaja,
macam-macam pembinaan iman remaja, metode pembinaan iman remaja, dan materi
pembinaan iman remaja. Dalam bab ini juga dibahas mengenai remaja dan
permasalahannya, ciri-ciri remaja, perkembangan remaja, kepribadian remaja,
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian remaja, kepribadian
yang matang, ciri-ciri kepribadian yang matang, serta peranan pembinaan iman
remaja dalam membentuk kepribadian yang matang.
Bab III: PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI SALIB
SUCI, NANGA TEBIDAH, KEUSKUPAN SINTANG, KALIMANTAN
BARAT. Dalam bab ini penulis akan mendiskripsikan tentang gambarana umum
Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, yang terdiri dari sejarah paroki, visi-misi
paroki, kegiatan umat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, dan gambaran
pelaksanaan pembinaan iman remaja. Metodologi penelitian yang terdiri dari, latar
belakang penelitian, tujuan penelitian, waktu penelitian, prosedur penelitian,
definisi operasional variabel, responden, metode penelitian, teknik pengumpulan
data, variabel penelitian, instrumen penelitian, dan tenik analisis data. Hasil
penelitian dan pemabahsan peneilitan serta kesimpulan penelitian yang dilakukan
terhadap remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Sintang, Kalimantan Barat.
Bab IV: KADERISASI PEMBINA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA
MEMBANTU REMAJA MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG MATANG
DI PAROKI SALIB SUCI NANGA TEBIDAH. Pada bab ini penulis akan
membahas empat pokok bahasan. Pokok bahasan yang pertama yakni
memaparkan upaya-upaya meningkatkan pembinaan iman remaja di Paroki Salib
Suci Nanga Tebidah melalui berbagai macam kegiatan pembinaan iman remaja,
pemilihan dan pengolahan materi pembinaan iman remaja, penggunaan metode
yang bervariasi, dan melalui pelatihan para pembina iman remaja. Pokok bahasan
yang kedua yakni mengenai kaderisasi pembina dalam meningkatkan pembinaan
iman remaja, yang terdiri dari pengertian kaderisasi dan tujuan kaderisasi. Pokok
bahasan yang ketiga yakni mengenai usulan program kaderisasi pembina iman
remaja di Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, yang terdiri dari pengertian program
kaderisasi, tujuan program kaderisasi, latar belakang kaderisasi, tema dan tujuan
kaderisasi, dan petunjuk pelaksanaan. Pokok bahasan yang keempat yakni
mengenai contoh satuan persiapan pelaksanaan kaderisasi.
Bab V: PENUTUP. Pada bab V ini berisi saran dan kesimpulan yang
berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di Paroki Salib Suci Nanga
11
BAB II
PEMBINAAN IMAN REMAJA DAN PERANANNYA DALAM MEMBANTU REMAJA
MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG MATANG
Kepribadian adalah suatu ciri khas yang dimiliki oleh individu. Kepribadian
merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik yang
menentukan tingkahlaku dan pemikiran indvidu (Gordon W. Allport, dalam
Paulus Budiraharjo, 1996: 81). Pada masa remaja peluang dalam pembentukan
kepribadian sangat besar, karena remaja berada pada tahap pencarian identitas
diri. Kepribadian remaja dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari
luar diri.
Remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian, sangat membutuhkan pembinaan. Pembinaan untuk membantu
remaja membentuk kepribadian dapat berupa pembinaan iman. Dalam tulisan ini
akan dipaparkan tiga uraian pokok yang meliputi remaja dan pembentukan
kepribadian, pembinaan iman remaja, dan peranan pembinaan iman dalam
membentuk kepribadian yang matang.
A. Remaja dan Pembentukan Kepribadian yang Matang
Remaja adalah orang yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan dalam segala aspek kehidupan. Dalam perkembangannya itu,
remaja banyak mengalami berbagai permasalahan dalam dirinya. Cara yang
tindakannya sebagai suatu reaksi atas permasalahan yang menghampiri dirinya,
dan lambat laun akan menjadi pola tingkah laku yang khas dimiliki oleh remaja,
yang mencerminkan kepribadiannya. Kepribadian yang muncul dalam diri remaja
merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan hidup di mana ia banyak
menghabiskan waktunya. Secara lebih rinci di bawah ini akan dibahas satu persatu
mengenai remaja dan pembentukan kepribadiannya.
1. Remaja
a. Pengertian dan Batas Usia Remaja
Istilah remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti to
grow atau to grow maturity dalam bahasa indonesia yang berarti “tumbuh” atau
“tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang dipergunakan mempunyai
arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Hal ini diungkapkan oleh Piaget, yang mengatakan bahwa secara psikologis masa
remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya dalam masalah hak
(Hurlock, 1980: 206).
Hurlock sendiri mengemukakan pengertian remaja bertolak dari pemahaman
tentang usia. Ia mengatakan bahwa remaja adalah mereka yang berada pada usia
13-18 tahun. Pada usia ini remaja mengalami masa yang penting dalam rentang
kehidupan, mengalami periode peralihan, mengalami masa perubahan, mengalami
menakutkan, mengalami masa yang tidak realistik dan tengah menginjak ambang
masa dewasa (Hurlock, 1980: 206).
Monks, mengatakan bahwa remaja tidak mempunyai tempat yang jelas.
Remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak juga termasuk golongan
dewasa. Ia melihat bahwa remaja berada di antara anak dan orang dewasa
(Monks, dkk, 1982: 216).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa remaja adalah orang
yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan dalam segala
aspek kehidupan. Remaja berada pada masa peralihan antara masa kanak-kanak
menuju dewasa. Dalam masa ini ia mengalami pertumbuhan dan perkembangan,
baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Remaja bukanlah
anak-anak baik bentuk badan, cara berpikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
dewasa yang telah matang.
Dalam masa ini remaja juga mengalami banyak permasalahan yang timbul
sebagai akibat dari perkembangan yang ia alami. Dalam perkembangannya itu
remaja ingin mengetahui tentang identitas dirinya. Upaya pencarian identitas diri
dilakukan oleh remaja, baik dengan meniru orang dewasa maupun dengan
mencoba-coba hal yang baru. Dalam upaya pencarian identitas diri, timbul suatu
ketakutan dalam diri remaja karena apa yang biasanya diharapkan oleh remaja
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Stanley Hall, ia mengatakan bahwa remaja
adalah orang muda yang berusia antara 12-23 tahun yang sedang berada pada
(storm and stress). Remaja mengalami pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
perubahan suasana hati. Banyak permasalahan yang dialami oleh remaja dalam
pencarian identitas dirinya (Santrok, 2007: 6).
Batas usia remaja berada pada rentang 13-18 tahun. Seperti yang telah
dikemukakan oleh Hurlock mengenai batas usia remaja. Usia remaja berkisar
antara13-18 tahun. Hurlock membagi usia remaja dalam dua periode, yakni
remaja awal dan remaja akhir. Ia mengatakan bahwa awal usia remaja
berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir usia
remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang
secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang
sangat singkat (1980: 206).
Sedangkan menurut WHO (World Health Organization) batasan usia remaja
adalah 12-24 tahun, WHO menyebutkan usia remaja pria dimulai pada usia 14
tahun dan usia 12 tahun pada remaja wanita. Sedangkan menurut Stanley Hall
usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun (Santrock, 2007: 6).
Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, dapat dilihat bahwa
mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang
dan remaja yang diperpendek. Berdasarkan batasan tersebut dapat dikatakan
bahwa usia remaja merupakan usia anak tengah menginjak usia sekolah, remaja
awal berada di bangku SMP dan remaja akhir berada di bangku SMA atau awal
perkuliahan. Di sini penulis mengambil batas usia remaja seperti yang telah
b. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan sangat
berpengaruh bagi setiap orang, di mana pada masa remaja terjadi berbagai macam
perubahan dalam diri seseorang. Pada masa remaja, seorang remaja memiliki
ciri yang dapat kita lihat. Di bawah ini akan diuraikan satu persatu mengenai
ciri-ciri remaja (Hurlock, 1990: 207-209)
1. Mempunyai daya imajinasi dan fantasi yang tinggi serta cenderung
tidak realistik
Perkembangan kognitif yang dialami oleh remaja menyebabkan ia dapat
mempunyai imajinasi dan fantasi yang tinggi. Perkembangan kognitif ini
memampukan ia untuk berpikir melampaui batas normal. Daya imajinasi dan
fantasi yang tinggi mengakibatkan mereka sering kali tidak berpikir secara
realistik, serta mengakibatkan mereka kadang-kadang tidak dapat menerima
keadaan yang sebenarnya. Daya imajinasi yang dimiliki oleh remaja dapat
membuatnya sangat kreatif dalam melakukan sesuatu.
2. Mudah terpengaruh oleh dunia luar dan mudah meniru apa yang
dilakukan oleh orang dewasa
Dalam pencarian jati diri, remaja belum mampu menentukan arah dan
tujuan hidup yang pasti. Remaja mudah sekali terpengaruh oleh dunia luar, seperti
terpengaruh untuk melakukan tindakan-tindakan yang ia lihat dari media dan
terpengaruh untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Remaja rentan
3. Sering mencoba-coba hal yang baru
Keingintahuan akan segala sesuatu sangat tinggi pada remaja, oleh karena
itu mereka mulai menganalisis dan mencari tahu segala sesuatu yang menarik bagi
dirinya. Dalam upaya pencarian jati diri, remaja sangat ingin tahu tentang siapa
dirinya. Segala macam upaya mereka lakukan untuk menemukan jati dirinya, oleh
karena itu mereka suka sekali pada hal baru dan mencoba-coba hal yang baru
yang belum mereka ketahui sebelumnya. Semua itu mereka lakukan dalam upaya
pencarian jati diri.
4. Belum dapat menentukan arah dan tujuan hidup yang pasti
Salah satu ciri remaja lainnya adalah belum dapat menentukan arah dan
tujuan hidup yang pasti. Daya imajinasi dan fantasi yang tinggi serta cenderung
tidak realistik membuat remaja susah untuk dapat menentukan arah dan tujuan
hidup yang pasti. Mereka masih sering goyah dalam menentukan arah dan tujuan
hidup. Remaja juga sering ikut-ikutan teman/kelompok dalam menentukan tujuan
hidup. Remaja juga belum dapat mengembangkan sikap, keterampilan dan
kecakapan yang dimiliki, mereka juga belum dapat bertanggungjawab atas
perbuatan yang mereka lakukan. Remaja cenderung lari dari masalah dan tidak
mau berusaha menyelesaikan masalah yang kerap menghampirinya. Ia belum
mampu mengambil keputusan.
5. Memiliki emosi yang belum stabil
Remaja yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan seringkali
dari pergaulan dengan sesama di lingkungan dirinya. Hal ini mengakibatkan
terjadi gejolak emosi yang tidak stabil pada remaja. Ketidakstabilan emosi pada
remaja, mengakibatkan ia mudah sekali terpengaruh dan terbakar amarah jika
menemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ketidakstabilan
emosi yang ada pada remaja membuatnya mudah sekali untuk dipengaruhi oleh
sesuatu di luar dirinya.
c. Perkembangan Remaja
Dalam perjalanan hidupnya, manusia selalu mengalami perkembangan,
begitu juga dengan remaja. Menurut para ahli pada saat memasuki masa remaja
yang berkisar antara berusia 13-18 tahun terjadi perkembangan dalam dirinya baik
itu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan moral,
perkembangan emosi, perkembangan sosial dan perkembangan iman yang saling
berkaitan. Untuk lebih jelas di bawah ini akan diuraikan secara lebih lanjut
mengenai perkembangan remaja.
1) Perkembangan fisik
Dalam diri remaja perkembangan fisik yang terjadi dapat dilihat, diamati
dan dirasakan. Piaget mengatakan bahwa perkembangan fisik adalah
perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensori, dan keterampilan motorik.
Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi
reproduksi. Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada remaja terjadi dengan
mengatur bagian tubuh remaja pada masa ini mengakibatkan terjadinya
perkembangan yang begitu cepat pada masa remaja. Pada masa remaja
organ-organ sekunder juga sudah mulai nampak pada dirinya. Pada wanita terjadi
menstruasi dan pria mengalami mimpi basah yang menandakan bahwa telah
berfungsinya organ sekunder pada remaja.
Perubahan fisik yang terjadi karena perkembangan yang terjadi dalam diri
remaja mengakibatkan remaja menjadi tidak nyaman akan keadaan dirinya.
Kadang remaja menunjukkan sikap malu, minder, tidak percaya diri dan takut
menghadapi perubahan yang terjadi dalam dirinya. Keadaan fisik pada masa
remaja dipandang sebagai hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak
sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self
picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga,
perkembangan fisik yang tidak proporsional mengakibatkan remaja tidak percaya
diri menerima keadaannya. Remaja memprihatinkan perubahan fisik yang terjadi
pada dirinya (Hurlock, 1980: 210-212).
Bersamaan dengan perkembangan fisik, remaja juga mulai menghadapi
masalah-masalah yang berhubungan dengan seks dan pergaulan dengan lawan
jenis. Pada saat itu mereka sudah cukup besar, tetapi belum siap benar untuk
memasuki pergaulan dengan lawan jenis, mereka mampu mengambil perilaku
yang sesuai dan mengatasi problem-problem yang tersangkut di dalamnya. Secara
biologis mereka sudah cukup masak untuk pengalaman seksual, tetapi mereka
belum sanggup bertanggungjawab atas hidup perkawinan (Mangunhardjana,
2) Perkembangan kognitif
Jean Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan
kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan
sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk
berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap
operasi formal. Tahap operasi formal adalah suatu tahap di mana seseorang sudah
mampu berpikir secara abstrak, fleksibel dan kompleks dan juga mampu untuk
berpikir lebih logis. Kualitas abstrak dari pemikiran di tahap operasional formal
pada remaja terbukti dalam kemampuan mereka untuk memecahkan masalah
secara verbal. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau
penjelasan tentang suatu hal yang terjadi (Santrock, 2007: 123-131).
Pada usia ini, remaja juga memasuki tahapan kematangan intelek yang
pesat. Tahap ini merupakan awal berpikir ilmiah pada diri remaja. Remaja mulai
mampu berpikir jauh melebihi dunia nyata dan keyakinannya sendiri, yaitu
memasuki dunia ide-ide. Contohnya, remaja dapat memakai pendekatan sistematis
untuk memecahkan masalah dengan tidak hanya mendasarkan diri pada meniru
orang lain. Remaja juga dapat berpikir reflektif, mengevaluasi pemikiran,
imajinasi yang ideal, dan berpikir abstrak. Remaja juga dapat berpikir mengenai
konsep, berpikir menggunakan proporsi dan perbandingan, mengembangkan teori
dan mempertanyakan hal-hal yang bersifat etis. Remaja sudah mulai mempunyai
pola berpikir sebagai peneliti, mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk
mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2007: 124-125).
kritis, remaja dapat menggali pengertian tentang diri mereka sendiri, membentuk
gambaran diri mereka, peranan yang diharapkan dari mereka, panggilan hidup dan
masa depan mereka. Oleh karena itu, remaja kerap nampak resah, suka
menyendiri dan melamun (Mangunhardjana, 1986: 13).
3) Perkembangan moral
Menurut L, Kholberg, perkembangan moral remaja berada pada tahap
ketiga yakni moralitas paskakonvensional (pascaconvensional morality). Tahap
ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap.
Tahap pertama, individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan
moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral.
Dalam artian standar moral dapat diperbaiki atau dirubah tergantung dari situasi
dan permasalahan yang dihadapkan pada prinsip moral tersebut. Tahap kedua,
individu menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal yang diinternalisasi,
terlebih untuk menghindari hukuman. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada
rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat
pribadi (Hurlock, 1980: 225).
Orientasi moral pada tahap ini adalah pada tingkat: siapa yang memegang
kekuasaan, dialah yang harus dihormati. Remaja mulai senang menegakkan
hukum dan disiplin, gemar memperhatikan kewajiban-kewajiban yang harus
dilakukan oleh orang, dan bagaimana harus memperhatikan tata kehidupan sosial
untuk kepentingan ketertiban keamanannya sendiri. Pada usia ini, remaja mulai
memperhatikan kehidupan masyarakat. Kewajiban dan penghormatan diberikan
etika atau moral untuk memelihara masyarakat. Perkembangan moral remaja
terjadi pada tingkat konvensional dimana remaja mau menerima persetujuan dan
ketidaksetujuan dari orang lain kemudian merefleksikan dan mengevaluasikan
konsekuensinya.
Selain itu, perkembangan moral remaja juga mencapai pada tahap dimana
remaja dapat menentukan suatu tindakan yang benar dan yang salah, mana yang
baik dan mana yang buruk (Duska, 1982: 60). Dalam perkembangan moral,
remaja juga membentuk kode moral sendiri berdasarkan konsep benar salah yang
telah diubah dan diperbaiki agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih
matang dan yang telah dilengkapi dengan hukum-hukum dan peraturan yang
dipelajari dari orang tua dan gurunya. Remaja juga melengkapi kode moralnya
dengan pengetahuan yang diperolehnya dari pelajaran agama. Remaja mencari
patokan moral, yang dapat mereka pergunakan sebagai alat untuk menentukan
mana yang baik dan benar, mana yang tidak baik dan tidak benar serta penentuan
pegangan yang dapat mereka pergunakan sebagai pedoman hidup
(Mangunhardjana, 1986: 15).
4) Perkembangan emosi
Perkembangan emosi pada remaja erat kaitannya dengan kehidupan sosial.
Situasi dan keadaan sosial di mana remaja berada, sangat mempengaruhi
perkembangan emosinya. Selain keadaan dan situasi yang ada dalam dirinya,
hubungan remaja dengan orang lain di luar dirinya, seperti teman sebaya,
keluarga, dan masyarakat sekitar turut mempengaruhi perkembangan emosinya.
karena mereka menghadapi kondisi baru yang berbeda dari masa anak-anak.
Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan emosi dari waktu ke waktu,
sebagai konsekuensi dari penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan
sosial baru. Pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku
emosional remaja. Gesell dan kawan-kawan mengemukakan bahwa remaja empat
belas tahun sering kali mudah marah, mudah dirangsang dan emosinya cenderung
“meledak” tidak berusaha mengendalikan emosinya. Sebaliknya remaja enam
belas tahun mengatakan bahwa mereka “tidak memiliki keprihatinan”. Jadi
adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya
awal masa remaja.
Pola emosi remaja sama dengan pola emosi masa anak-anak, hanya yang
membedakannya terletak pada rangsangan yang dapat membangkitkan emosi dan
derajatnya, khususnya pada pengendalian emosi mereka. Remaja tidak
mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak,
melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras
mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah. Remaja mengalami
kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya di
hadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara yang dapat diterima. Kematangan lain
yakni seperti menilai situasi secara kritis sebelum beraksi secara emosional, tidak
lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya (Hurlock, 1980: 212-213).
Selain dipengaruhi keadaan sekitar, perkembangan emosional remaja juga
terjadi perubahan pada keseimbangan hormon dalam tubuh remaja yang
mempengaruhi situasi emosionalnya. Perkembangan emosional nampak pada
semangat mereka yang meletup-letup, perpindahan gejolak hati yang cepat,
munculnya sikap-sikap masa bodoh, keras kepala dan tingkah laku yang tidak
jarang hingar-bingar. Dengan munculnya berbagi letupan hati itu, mereka
lama-lama dapat menangkap berbagai emosi dan memahami arti kata yang
berhubungan dengan perasaan-perasaan positif, seperti: bahagia, senang,
bersemangat, puas, berani, cinta, optimis, percaya diri, terharu, terdukung,
bangga, diterima; dan perasaan negatif, seperti sedih, jemu, tak bersemangat,
marah, malu, bingung, sepi, takut, pesimis, cemas, apatis. Masalah yang dihadapi
sekitar perkembangan emosi adalah bagaimana menilai baik-buruk emosi dan
bagaimana menguasai dan mengarahkannya (Mangunhardjana, 1986: 14).
5) Perkembangan sosial
Perkembangan sosial remaja menyangkut perluasan jalinan hubungan
dengan orang lain. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan
kelompok teman sebaya dibandingkan dengan orang tua. Dalam diri remaja ada
keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebaya (peer
group). Perkembangan sosial pada remaja nampak dalam wawasan sosial remaja
yang semakin membaik. Hal ini karena remaja sudah memasuki tahap
perkembangan dan identitas yang baru, dia bukan lagi anak-anak melainkan sudah
hampir memasuki masa dewasa. Remaja menyerupai orang dewasa karena
perekembangan fisik yang terjadi pada dirinya. Remaja mulai berperilaku
teman sebaya. Kelompok teman sebaya ini akan memberikan pengaruh yang
sangat kuat, bahkan kadangkala melebihi pengaruh keluarga. Penentuan diri
remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman
sebaya.
Perkembangan sosial remaja nampak dari berbagai kegiatan sosial yang
banyak dilakukan oleh remaja. Remaja merasa turut bertanggungjawab atas
kegiatan sosial yang ada di lingkungannya. Hal ini membuat remaja mau
berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang ada di masyarakat, namun dalam
aksinya itu remaja tergabung dalam kelompok teman sebaya. Pada remaja
kelompok teman sebaya memberikan kesempatan kepada mereka untuk melatih
cara mereka dalam bertindak, berperilaku, dan melakukan hubungan sosial
(Hurlock, 1980: 214).
6) Perkembangan iman
Fowler (1995: 134-160) mengatakan bahwa taraf iman remaja disebut
sebagai sintetis convensional. Disebut sintetis karena tidak reflektif dan
unsur-unsurnya tidak analitis, namun dipersatukan dalam keseluruhan struktur global.
Disebut konvensional karena berbagai unsur keyakinan religius didapatkan dari
orang lain, sehingga bersifat solider dan comform dengan sistem masyarakat.
Aspek sintetis berperan dominan karena secara tidak sadar telah membentuk serta
mempengaruhi secara operatif seluruh kegiatan, perasaan, pikiran, motivasi, dan
pilihan hidup remaja.
Remaja membentuk sikapnya terhadap hidup melalui apa yang dipercayai
keluarganya. Ini disebabkan karena semakin luasnya perhatian maupun pergaulan
para remaja. Oleh karenanya, para pendidik harus dapat menolong para remaja
agar mereka dapat memperoleh orientasi di berbagai bidang secara lebih luas dan
mengintegrasikan berbagai informasi maupun nilai-nilai untuk pembentukan
kepribadian, identitas, maupun pandangan hidupnya. Seringkali tahapan ini
disebut tahapan “membebek” atau konformis. Artinya, remaja hanya mengikuti
yang dikatakan atau yang ditentukan oleh penilaian orang lain. Meskipun
demikian, sering kali mereka ragu-ragu terhadap identitas diri, kesanggupan diri
untuk menilai yang baik dan yang tidak baik, yang benar dan yang tidak benar.
Bagi remaja, Allah adalah pribadi yang paling berperan dalam hidupnya.
Dia menjadi sahabat yang paling karib. Di lubuk hati remaja, ada komitmen dan
loyalitas yang sangat mendalam terhadap Allah. Pada tahap ini, Allah dipandang
sebagai “Allah kelompok” atau “Allah kolektif” yang konvensional. Lewat
perantaraan Allah yang konvensional, remaja sanggup menyesuaikan diri secara
konformistis dengan harapan dan penilaian orang serta kelompok. Ia merasa
terikat dengan Allah yang konvensional karena belum memiliki kemampuan batin
untuk secara pribadi dan mandiri menyusun suatu gambaran tentang Allah
berdasarkan gaya identitas diri yang mantap dan otonom, dan tidak tergantung
sepenuhnya kepada orang lain (James Fowler, 1995: 134-160).
Remaja menaruh minat pada agama dan menganggap bahwa agama
berperan penting dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan
membahas masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di sekolah dan
mulai meragukan konsep dan keyakinan religiusnya pada masa kanak-kanak dan
oleh karena itu, periode remaja disebut dengan keraguan religius. Pada remaja
juga terjadi pola perubahan minat religius.
Pola perubahan minat religius remaja yang pertama yakni disebut dengan
periode kesadaran religius. Pada periode ini remaja menunjukkan ketertarikan dan
kesadaran akan peranan agama. Pada saat remaja mempersiapkan diri menjadi
anggota Gereja yang dianut orang tua, minat religius meninggi. Sebagai akibat
dari meningkatnya niat ini, ia menjadi bersemangat mengenai agama,
sampai-sampai ia mempunyai keinginan untuk menyerahkan kehidupannya untuk agama,
dan malah meragukan keyakinan yang diterima mentah-mentah selama masa
kanak-kanak. Tidak hanya itu, pada periode ini remaja juga seringkali
membandingkan keyakinannya dengan keyakinan teman-teman, atau menganalisis
keyakinannya secara kritis sesuai dengan meningkatnya pergaulan remaja.
Pola perubahan minat religius remaja yang kedua disebut periode keraguan
religius. Pada periode ini remaja sering bersikap skeptis pada pelbagai bentuk
religius, seperti berdoa dan upacara-upacara Gereja yang formal, dan kemudian
mulai meragukan isi religius, seperti ajaran mengenai sifat Tuhan dan kehidupan
setelah mati. Bagi beberapa remaja keraguan ini dapat membuat mereka kurang
taat pada agama, sedangkan remaja yang lain berusaha untuk mencari
kepercayaan lain yang dapat lebih memenuhi kebutuhan daripada kepercayaan
yang dianut oleh keluarga.
Setelah mengalami tahap keraguan religius, lambat atau cepat remaja
kanak-kanak tidak lagi memuaskan. Bila hal ini terjadi, ia mencari kepercayaan baru,
kepercayaan pada sahabat karib sesama jenis atau lawan jenis, atau kepercayaan
pada salah satu kultus agama. Periode yang terakhir ini disebut dengan periode
rekonstruksi agama (Hurlock, 1990: 222).
d. Permasalahan Remaja
1) Permasalahan dalam diri
Permasalahan dalam diri remaja meliputi permasalahan fisik, kognitif,
emosi, moral, sosial, dan permasalahan iman. Berkaitan dengan permasalahan
fisik, dalam perkembangannya remaja sering merasa tidak nyaman. Permasalahan
remaja yang terjadi akibat perkembangan fisik dirasakan oleh remaja awal ketika
mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya
permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan dan
keprihatinan terhadap keadaan fisik yang dimilikinya, yang kadang kala tidak
sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Remaja kadang tidak dapat menerima
dirinya apa adanya. Ketidakpuasan akan diri ini erat kaitannya dengan distres
emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri,
merokok dan perilaku makan yang maladaptif (Hurlock, 1990: 210-212).
Permasalahan kognitif pada remaja dikarenakan adanya perkembangan
kognitif dalam dirinya. Remaja sudah dapat berpikir logis, abstrak, konkret dan
sudah dapat menganalisa, mengevaluasi dan merefleksi segala sesuatu yang
terjadi. Permasalahan kognitif yang terjadi disebabkan apa yang dievaluasi tidak
sesuai dengan apa yang dipikirkan dan diimajinasikan oleh remaja. Hal ini karena
memasuki dunia ide-ide yang idealistik. Dengan kecakapan berpikir abstrak dan
kritis, remaja menggali pengertian tentang mereka sendiri, membentuk gambaran
diri, peranan yang diharapkan dari mereka, panggilan hidup dan masa depan
mereka. Hal ini merupakan masalah yang tidak ringan bagi remaja
(Mangunhardjana, 1986: 13).
Permasalahan emosi remaja muncul karena adanya perkembangan emosi
pada dirinya. Remaja sering tidak mampu menahan emosinya, sehingga sering
terjadi luapan emosi ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang ia
harapkan. Hal ini sebagai akibat dari ideologi-ideologi yang ada dalam diri remaja
sering kali tidak realistik. Semakin tidak realistik ideologi dan pemikirannya
semakin ia menjadi emosi jika kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang ia
pikirkan, hal ini menimbulkan permasalahan dalam diri remaja. Remaja juga
memiliki pikiran dan cita-cita yang tidak realistik, sehingga apa bila cita-citanya
tidak tercapai remaja merasa gagal, ini mengakibatkan permasalahan dalam diri
remaja. Tidak hanya itu, ketidakstabilan emosi yang ada pada remaja
mengakibatkan permasalahan muncul pada remaja, ketidakstabilan emosi ini
dapat berdampak pada permasalahan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Keadaan emosi selama masa remaja cenderung tidak stabil (Hurlock, 1990: 212,
235). Keadaan emosi yang tidak stabil memengaruhi perasaan dan suasana hati
remaja. Permasalahan yang kerap menghampiri remaja yang dipengaruhi
perkembangan emosional adalah bagaimana menilai baik-buruknya emosi dan
Permasalahan dalam diri remaja yang berhubungan dengan kehidupan sosial
sering disebabkan oleh adanya kesenjangan antara dirinya dengan teman sebaya,
keluarga dan masyarakat. Erikson mengatakan bahwa dalam perkembangannya
remaja sering kali mencari kejelasan identias dirinya dalam kehidupan bersama
masyarakat dan orang-orang disekelilingnya. Dalam pencarian identitas dirinya
remaja sering menemukan permasalahan, remaja sering mengalami krisis
identitas. Remaja mengalami masa badai dan tekanan (strom and stress). Remaja
mendapat banyak tekanana dalam hubungannya dengan teman sebaya, di satu sisi
ia ingin menjadi diri sendiri, di sisi lain ia ingin diakui dalam lingkungan
kelompok sebaya. Hal ini membuat remaja harus menyesuaikan diri dengan
prinsip kelompok teman sebaya dan juga mengakibatkan tekanan dalam diri
remaja. Remaja mengalami kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam
gerakan, sehingga ada perasaan kosong akibat perombakan pendapat dan petunjuk
hidup yang beragam.
Permasalahan iman remaja, berkaitan dengan perkembangan iman yang
dialami oleh dirinya. Remaja mengalami keraguan religius, mereka seringkali
bertindak tidak mempercayakan dan mempertanyakan konsep iman yang diyakini
oleh keluarganya yang ia ikuti ketika masih kecil (Hurlock, 1990: 222).
Kadangkala apa yang remaja pikirkan tentang Tuhan, agama, dan hal-hal yang
terkait di dalamnya tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi, di sinilah
keragu-raguan remaja muncul. Remaja mencari kejelasan tentang hubungan dengan Yang
Mutlak, mereka mau mengetahui segi-segi yang paling dalam tentang Yang
mempertanyakan apa arti Yang Mutlak, arti hidup, arti agama, agama dan ibadat,
agama dan hidup, agama dan kejahatan, dan arti hidup sesudah mati
(Mangunhardjana, 1986: 16).
2) Permasalahan dengan keluarga
Kesenjangan nilai dan norma yang ada dalam keluarga menyebabkan terjadi
konflik remaja dengan keluarga. Konflik juga terjadi karena kurangnya perhatian
dan pengertian dari orang tua. Permasalahan dengan keluarga juga terjadi karena
remaja kurang mendengarkan orang tua, menurunnya wibawa orang tua di mata
remaja, pengaruh media komunikasi (TV, radio, majalah, koran, film), keluarga
broken home, dan posisi anak dalam keluarga. Hal ini mengakibatkan remaja
merasa kurang merasa damai, tidak aman dan tidak terlindungi. Remaja tidak
krasaan tinggal di rumah. Permasalahan dengan keluarga membuat remaja
kehilangan kesempatan dan tantangan untuk berkembang sepenuhnya
(Tangdilintin, 1984: 41).
Adanya pertentangan antara remaja dan orang tua dalam hal prinsip
mengakibatkan hubungan remaja dengan anggota keluarga menjadi kurang baik.
Adanya “kesenjangan generasai” antara remaja dan orang tua, dikarenakan adanya
perubahan radikal dalam nilai dan standar perilaku yang biasanya terjadi dalam
setiap perubahan budaya yang pesat. Kesenjangan generasi yang paling menonjol
terjadi di bidang norma sosial. Banyak remaja menganggap bahwa orang tua tidak
mengerti mereka, peraturan dan standar yang ditetapkan oleh orang tua tidak
sesuai dengan dirinya dan perkembangan zaman sekarang. Mereka menganggap
disiplin yang digunakan oleh orang tua dianggap tidak adil atau kekanak-kanakan,
mengakibatkan adanya pemberontakan remaja terhadap orang tua.
Hubungan dengan saudara kandung dapat menimbulkan pertentangan antara
remaja dengan orang tua, karena remaja menganggap orang tua pilih kasih.
Remaja merasa jadi korban dalam keluarga seperti merawat adik, dapat menjadi
sumber permasalahan pada remaja. Selain itu, sikap kritis remaja juga kadang kala
tidak disukai oleh orang tua, hal ini merupakan salah satu sumber pertentangan di
antara remaja dengannya. Besarnya keluarga dan perilaku yang kurang matang
dalam keluarga mengakibatkan sumber pertentangan dan permasalahan remaja.
Biasanya keluarga yang terdiri dari tiga atau empat anak lebih sering terjadi
pertentangan dibandingkan dengan keluarga kecil. Sikap orang tua yang
menghukum remaja bila remaja mengabaikan tugas dan tanggungjawabnya,
mengakibatkan remaja membenci dan tidak menyukai orang tua. Pemberontakan
yang dilakukan remaja dan masalah pergaulan remaja juga menjadi sumber
pertentangan dengan keluarga (Hurlock, 1990: 232-233).
3) Permasalahan dengan masyarakat
Anggapan bahwa remaja adalah orang yang tidak dapat bertanggungjawab
mengakibatkan sumber pertentangan dan permasalahan bagi remaja dengan
masyarakat. Norma yang ditetapkan oleh masyarakat sering bertentangan dengan
apa yang ada dalam konsep remaja. Anggapan stereotip pada remaja membuat
remaja merasa tidak nyaman dengan keadaan dirinya. Hal ini mengakibatkan
sumber permasalahan remaja dengan masyarakat (Hurlock, 1990: 208). Nilai-nilai
moral yang ditanamkan dalam keluarga, sehingga remaja berbenturan dengan
masyarakat. Terlebih nilai moral dalam pergaulan dengan teman sebaya yang
seringkali berbeda dengan nilai moral yang ada dalam masyarakat, ini
mengakibatkan suatu dilema pada remaja. Aturan ketat dalam masyarakat yang
serba imperatif dan keseragaman perilaku yang ditetapkan mengurangi tantangan
dan daya cipta pada diri remaja. Remaja merasa kurang diberi kesempatan
mengemukakan pendapat dan berdialog secara leluasa, sehingga remaja merasa
apatis, frustasi, dan merasa tidak aman dalam transisi (Tangdilintin, 1984: 42).
2. Pembentukan Kepribadian yang Matang pada Remaja
Kepribadian merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem
psiko-fisik yang menentukan tingkahlaku dan pemikiran individu (Schultz,1991: 29-35).
Kepribadian merupakan sesuatu yang khas dan unik dalam diri seseorang. Setiap
orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian sangat penting bagi
manusia. Dalam kaitannya dengan remaja, kepribadian adalah ciri, karakteristik,
gaya atau sifat-sifat yang khas dalam diri remaja. Pembentukan kepribadian
remaja dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam
yang mempengaruhi pembentukan kepribadian remaja terdiri dari pengaruh
perkembangan fisik, motivasi dalam diri dan fakor genetik yang dibawa sejak
lahir. Sedangkan faktor dari luar yakni keluarga, sekolah, masyarakat dan agama.
Kepribadian juga mengalami tahap-tahap perkembangan dalam proses
pembentukannya. Memiliki kepribadian yang matang sangat penting bagi remaja
dalam menjalankan kehidupannya bersama dengan orang lain. Remaja perlu
Untuk dapat lebih mendalaminya di bawah ini akan diuraikan mengenai
pengertian kepribadian, tahap-tahap perkembangan kepribadian, ciri-ciri
kepribadian yang matang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadian remaja.
a. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang
terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri
terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan
kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang (Depkes).
Menurut Erich Fromm kepribadian adalah produk kebudayaan. Kepribadian
merupakan sesuatu yang ditentukan oleh kekuatan sosial yang mempengaruhi
individu dalam masa anak-anaknya, juga merupakan kekuatan historis yang
mempengaruhi perkembangan manusia (Paulus Budiraharjo, 1997: 61).
Seperti yang dikemukankan oleh Phares, kepribadian adalah pola khas dari
sikap, pikiran, perasaan, ekspresi, dan tingkah laku yang membedakan seseorang
dengan yang lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan perilaku yang baku,
atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya (Alwisol, 2008: 8).
Selain itu, Bischof juga berbicara tentang pengertian kepribadian dengan
melihat integrasi dari aspek-aspek yang ada dalam diri individu. Ia menyatakan
bahwa kepribadian dapat dilihat sebagai integrasi dari aspek-aspek kognitif,
afektif, konatif dan karakteristik fisik individu seperti yang diperlihatkan dalam