BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, masalah yang sering dihadapi adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk dapat mengakibatkan laju
pertumbuhan penduduk yang pesat, minimnya pengetahuan serta pola budaya pada
masyarakat setempat. Menurut Badan Sensus Penduduk (BPS, 2010) jumlah
penduduk di Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa, dan laju pertambahan penduduk
setiap tahun yaitu 1,49 %.
Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, pemerintah Indonesia menerapkan
program keluarga berencana (KB), yang dimulai pada 1968 dengan mendirikan
LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional). Keputusan presiden nomor 20
tahun 2000 tentang Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),
secara tegas menggariskan bahwa keluarga berencana nasional dan pembangunan
keluarga sejahtera dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya keluarga yang
berkualitas, maju, mandiri, dan sejahtera yaitu norma keluarga kecil bahagia
sejahtera (BKKBN, 2001).
Tujuan ini adalah salah satu visi dan misi yang mendukung keberhasilan
program keluarga berencana nasional untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas
tahun 2015. Visi dari Keluarga Berencana Nasional yaitu Keluarga Berkualitas.
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab,
harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan Misi dari
keluarga berencana adalah untuk menekankan pentingnya upaya menghormati
kesehatan dan hak-hak reproduksi, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mengatur jarak kelahiran, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto H, 2004).
Undang-Undang nomor 10 tahun 1992 dalam Arum, 2011 tentang perkembangan
penduduk dan keluarga sejahtera menyebutkan bahwa; keluarga berencana adalah
upaya untuk meningkatkan kepedulian serta peran masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan, mengatur kelahiran, membina keutuhan keluarga dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Di Negara berkembang, 99% kematian ibu terjadi dalam jangka waktu yang
sama dan tidak kurang dari 50 juta kejadian aborsi akibat kehamilan yang tidak
diinginkan. Kontrasepsi kemudian dijadikan “katup pengaman” untuk mengurangi
angka-angka yang mengerikan itu (Gasier, 2005).
Di Indonesia, kontrasepsi yang paling diminati adalah KB suntik. Hal ini bisa dilihat dari jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) pada tahun 2007 sebanyak
5.704.311 orang, ternyata 55,42% yang menggunakan metode kontrasepsi suntik.
Alasan mereka menggunakan KB suntik karena praktis, mudah didapat dimana saja
dan penggunaannya dengan jangka waktu 3 bulan. Berbeda dengan KB pil, yang
harus di konsumsi setiap hari pada jam yang tetap (Laporan Depkes, dalam Petrus,
2010).
Salah satu faktor yang dirakan akseptor KB suntik DMPA adalah gangguan menstruasi. Faktor lain yang dapat menggangu pola menstruasi adalah umur, berat
badan, olahraga, pekerjaan dan lamanya pemakaian KB suntik DMPA (Sarwono,
2002).
Efek samping yang ditimbulkan dalam penggunaan kontrsepsi suntik dapat menimbulkan beberapa keluhan antara lain ada gangguan haid, ini yang paling
sering terjadi dan yang paling mengganggu, berat badan yang bertambah, sakit
Pada penggunaan alat kontrasepsi suntik DMPA, ditemukan rata-rata
akseptor mengeluh adanya masalah perubahan pola menstruasi seperti hipermenore
yaitu perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari),
hipomenore adalah perdarahan yang lebih pendek atau kurang dari biasanya, dan
amenorhoe (tidak menstruasi) (Hartanto H, 2004). Hasil penelitian Agustina, (2008)
menunjukkan adanya pengaruh penggunaan kontasepsi suntik DMPA, terhadap
perubahan berat badan dan gangguan pola menstruasi. Hal ini memperkuat dugaan
adanya keterkaitan antara penggunaan kontrasepsi suntik DMPA terhadap
perubahan pola menstruasi dan berat badan yang meningkat.
Di puskesmas ini terdapat banyak pengguna alat kontrasepsi suntik DMPA (Laporan Reproduksi Puskesmas Mawea tahun 2012). Berdasarkan data yang
didapatkan peneliti dari petugas kesehatan pada tanggal 16 Desember 2012 pada
umumnya jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) yang menggunakan akseptor KB
suntik DMPA lebih dari setengahnya. Jumlah seluruh wanita yang sudah menikah di
data Puskesmas Mawea adalah sebanyak 1.673 orang. Sedangkan akseptor yang
menggunakan KB suntik untuk semua jenis kontrasepsi yaitu sebanyak 1.131, (76%).
Jumlah pasangan usia subur di Desa Mawea sebanyak 346 orang, yang
menggunakan KB suntik DMPA sebanyak 174 orang. (Laporan Reproduksi
Puskesmas Mawea tahun 2011).
Selain itu, petugas kesehatan juga mengatakan bahwa beberapa pasien mengeluh mengalami perubahan pada pola menstruasi. Untuk memastikan informasi
yang ada, peneliti melakukan penelitian pendahuluan pada tiga ibu yang
menggunakan alat kontrasepsi suntik DMPA. Hasil wawancara yang dilakukan pada
3 orang ibu, pada tanggal 12 Desember 2012 menunjukkan bahwa semua ibu
mengatakan setelah menggunakan kontrasepsi suntik DMPA, terjadi keluhan seperti
sakit kepala, nyeri pada bagian perut, intensitas menstruasi berkurang atau bahkan
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai faktor apa yang berhubungan dengan perubahan pola menstruasi pada
pengguna KB suntik DMPA di Desa Mawea.
1.2 Batasan Masalah
Pada penelitian tentang faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perubahan Pola Menstruasi Pada Akseptor KB Suntik DMPA, peneliti membatasi masalahnya
tentang menstruasi pada Akseptor KB Suntik DMPA.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan pola menstruasi pada akseptor KB
suntik DMPA di Desa Mawea
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan pola menstruasi pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Mawea
Kecamatan Tobelo Timur.
1.4.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pola menstruasi pada akseptor KB suntik DMPA, yang berhubungan dengan lama
pemakaian, umur responden, berat badan, aktivitas olahraga dan status pekerjaan di
Desa Mawea Kecamatan Tobelo Timur.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pemerintah Daerah (Dinkes)
Diharapkan hasil penelitian ini, sebagai bahan masukan bagi pemerintah
daerah kota Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara khususnya Dinas Kesehatan
1.5.2 Bagi Puskesmas
Diharapkan hasil penelitian ini, sebagai tambahan pengetahuan bagi institusi kesehatan di Puskesmas Mawea dalam memberikan asuhan keperawatan tentang
efek samping KB suntik DMPA sehingga petugas kesehatan dapat memberikan
penyuluhan atau pelayanan yang efektif dan berkualitas.
1.5.3 Bagi Mahasiswa Keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai alat kontrasepsi suntik DMPA serta dapat membantu dalam memberikan penyuluhan kepada pasien
yang menggunakan KB suntik khususnya untuk mengetahui efek samping yang
timbul sehingga tidak terjadi perubahan pola menstruasi pada penggunaan KB suntik
DMPA.
1.5.4 Bagi masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini, dapat sebagai gambaran tentang efek samping dari KB suntik DMPA sehingga masyarakat dapat memilih metode
kontrasepsi yang sesuai.
1.5.5 Bagi Peneliti selanjutnya
Untuk menambah pengetahuan tentang KB suntik DMPA, dan sebagai sumbangan ilmiah bagi dunia pendidikan, juga diharapkan memberikan manfaat